Preparation of Papers in Two-Column Format for ICICI

advertisement
Hasri / Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak N-Heksan Kulit Batang Tumbuhan Buni (Antidesma Bunius (L) Spreng)
Dan Potensi Sebagai Anti Kanker
367
Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak N-Heksan
Kulit Batang Tumbuhan Buni (Antidesma Bunius (L) Spreng) Dan Potensi
Sebagai Anti Kanker
1
Hasri, 2Iwan Dini, 3St. Aminah, 4Nurdiansyah.
1,2,3,4Jurusan
Kimia Universitas Negeri Makassar
Email: [email protected]
Abstrak – Antidesma bunius (L.) Spreng merupakan salah satu rekomendasi tentang informasi fitokimia yang sedapat
mungkin sebagai lead compound dalam upaya pencarian senyawa-senyawa bahan alam bersifat antikanker. Penelitian
diawali dengan mengisolasi senyawa metabolit sekunder kulit batang buni dengan beberapa tahapan yakni ekstraksi,
identifikasi, fraksinasi dan karakterisasi. Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian dipartisi dengan n-heksan dan etilasetat
dilanjutkan dengan uji pereaksi. Hasil fraksinasi dilanjutkan pemisahan dengan kromatografi kolom cair vakum dan tekan.
Disimpulkan bahwa ekstrak n-heksan terdapat senyawa flavonoid, alkaloid dan steroid. Fraksinasi lebih lanjut pada ekstrak
n-heksan, diperoleh senyawa murni dan telah diidentifikasi sebagai senyawa alkaloid dengan adanya gugus karbonil dan
gugus NH.
Kata kunci: Buni, Antidesma bunius (L.) Spreng,Ekstrak n-heksan, alkaloid
I. PENDAHULUAN
Tumbuhan tropis di Indonesia memang dapat dipandang
sebagai sumber senyawa berkhasiat dan menjadi model
ditemukannya molekul-moleku baru yang beraneka ragam
dan memiliki bioaktivitas yang menarik (Taslim E., 2004).
Oleh karena itu, tumbuhan tropis Indonesia memliki peluang
untuk diteliti dan dikembangkan menjadi fitofarkama yang
bermanfaat. Sebagai upaya untuk mengungkap berbagai
senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan yang
berkhasiat sebagai bahan obat. Salah satu jenis tumbuhan
yang secara tradisional dimanfaatkan sebagai bahan obat
adalah buni (Antidesma bunius (L) Spreng), dewasa ini
digunakan untuk mengobati darah tinggi, jantung berdebar,
anemia, sifilis, anti kanker, anti radikal dan sebagai sumber
zat warna alami. Daun buni mengandung sejumlah saponin,
flavonoid, dan tannin dan buahnya mengandung antosianin,
flavonoid dan asam fenolat (Wijayakusuma et al., 1996;
Micor et al., 2005; Butkhup danSamappito, 2008).
Berdasar kemotaksonomi sangat dimungkinkan jika
tanaman buni mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik
dan potensial untuk dikembangkan menjadi obat antikanker.
Kulit batang tumbuhan buni dilaporkan mengandung
alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid, sedangkan ekstrak
kloroform akar buni mengandung asam aristolasat,
barbatumol A, 5-metoksiseselin dan antidesmon, yang
bermanfaat sebagai bahan obat untuk kesehatan (Narod et al.
2004; Rizvi et al. 2005; Chen, 2004; Habib et al, 2012;
Orwa, et al, 2006; Magsino, 2013; Kassem et al, 2013; Li
Pan dkk, 2011).
Uraian diatas menunjukkan potensi untuk menemukan
senyawa metabolit sekunder bioaktif pada kulit batang buni,
melalui peneliti lebih lanjut dapat mengkaji dan mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder hasil fraksinasi
ekstrak kulit batang buni (A. bunius (L) Spreng).
II. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Alat : Alat yang digunakan berupa peralatan gelas,
Kromatorafi vakum cair (KVC), Kro. tekan (KT), Kro.
gravitasi (KG), Kro. radial (KR), Spektroskopi FTIR, HPLC
dan corong Buchner.
Bahan: Kulit batang Buni, metanol, n-heksan, Etil asetat,
Serium sulfat, Pereaksi Mayer, Wagner, FeCl3, dan
Lieburmann-Buchard.
Prosedur penelitian
Tahap Ekstraksi. Sebanyak 6000g kulit batang buni
kering yang telah dihaluskan dimaserasi selama 3x24 jam
dengan 10 liter metanol. Ekstrak metanol dipartisi
menggunakan corong pisah dengan pelarut n-heksan
kemudian pelarut etilasetat. Ekstrak hasil partisi ini
dievaporasi sampai bebas pelarut.
Tahap Fraksinasi/pemurnian. Ekstrak hasil partisi yang
diperoleh sebelum dilakukan pemisahan/fraksinasi dan
dimurnikan, terlebih dahulu dianalisis dengan Kro. Lapis
Tipis (KLT), deteksi sinar lampu UV serta penyemprotan
serium sulfat. Tahap fraksinasi menggunakan berbagai
teknik kromatorafi yakni kro. vakum cair (KVC), kro. tekan
(KT), kro. gravitasi (KG), kromatografi radial (KR) dan
HPLC preparatif untuk memperoleh senyawa murni dengan
jumlah memadai untuk proses karakterisasi.
Tahap Elusidasi Struktur Senyawa. Elusidasi struktur
diukur dengan spektrofotometer FTIR, Kombinasi hasil
pengukuran menghasilkan spektrum yang kemudian
diinterpretasi untuk meramalkan struktur yang diusulkan..
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel kulit batang buni (A. bunius (L.) Spreng)
dibersihkan kemudian dipotong kecil, dikeringkan pada
suhu ruang diudara terbuka untuk meminimalkan kadar air
pada sampel. Sampel dihaluskan selanjutnya diekstraksi
dengan metode maserasi. Selama maserasi dilakukan
pengadukan untuk memaksimalkan ekstraksi. Ekstrak
metanol yang diperoleh kemudian disaring untuk
memisahkan antara ekstrak metanol dan sisa-sisa residu
yang kemungkinan masih terdapat pada ekstrak metanol.
Selanjutnya ekstrak metanol yang telah disaring diuapkan
dengan rotaryvapor 40oC. Ekstrak kemudian dipartisi
dengan n-heksan perbandingan 1:1, tujuannya untuk
Hasri / Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak N-Heksan Kulit Batang Tumbuhan Buni (Antidesma Bunius (L) Spreng)
Dan Potensi Sebagai Anti Kanker
368
memisahkan komponen senyawanya yang bersifat non-polar
sehingga senyawa pada ekstrak metanol yang tertinggal
didominasi bersifat polar. Partisi dilakukan hingga ekstrak
n-heksana berwarna bening yang mengindikasikan bahwa
semua senyawa non-polar terdapat dalam ekstrak metanol
ada terdistribusi ke pelarut n-heksana. Kemudian dipartisi
kembali dengan pelarut etil asetat. Ekstrak etil asetat yang
diperoleh dipekatkan menggunakan rotaryvapor pada suhu
40oC selanjutnya diuapkan pada suhu ruang sehingga
diperoleh ekstrak kental etil asetat sebanyak 11,8337 gram
dengan warna coklat kekuningan.
Fraksinasi menggunakan Etil asetat dan n-heksana
Ektrak etil asetat yang diperoleh diuji golongan
menggunakan pereaksi Mayer, Wagner, FeCl3, dan
Lieburmann-Buchard, untuk mengidentifikasi golongan
senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak
metanol. Uji golongan selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Golongan Ekstrak Etil Asetat dan n-heksana
Ket.: (+) = terdeteksi (ada)
(-) = tidak terdeteksi
(tidak ada)
Fraksinasi bertujuan untuk memisahkan senyawasenyawa berdasarkan tingkat kepolarannya, dimana senyawa
yang bersifat non-polar akan keluar terlebih dahulu dari
kolom kromatografi. Hal ini disebabkan silika yang
digunakan bersifat polar, sehingga senyawa yang bersifat
polar akan terikat pada silika. Sebelum difraksinasi, ekstrak
n-heksana diuji dengan KLT. Hasil
diperoleh pada
kombinasi eluen n-heksana : etil asetat (9:1) menunjukkan
pola pemisahan noda yang baik dengan penampak noda
CeSO4. Hal tersebut menandakan bahwa penggunaan
perbandingan eluen tersebut memungkinkan pemisahan
yang baik pada komponen senyawa yang terkandung dalam
ekstrak n-heksana sampel kulit batang buni. Oleh karena itu
dilakukan elusi secara berulang-ulang hingga fraksi yang
diperoleh hampir tak berwarna (bening).
Uji Kemurnian
Berdasarkan hasil pengujian titik leleh, isolat B mulai
meleleh pada suhu 245oC dan secara keseluruhan meleleh
pada suhu 246oC. Kristal yang diperoleh kemudian diuji
kemurnianya dengan metode KLT system tiga eluen dengan
pelarut dan perbandingan yang berbeda. Hal ini dilakukan
untuk memastikan kemurnian dari suatu kristal yang
ditunjukkan dengan munculnya satu noda pada tiap plat
KLT. Eluen pertama n-heksana : Kloroform (15:5) dengan
Rf: 0,300, n-heksana : etil asetat (9:1) dengan Rf: 0,675,
dan eluen metanol : aseton (19:1) dengan Rf: 0,7 yang
nampak dengan menggunakan panampak noda CeSO4.
a
b
c
Gambar 1. Pola noda Fraksi F2 Hasil KLT Eluen berbeda
Adsorben: silika gel G 60 F254
Eluen
: a) n-heksana : Kloroform (15:5)
b) n-heksana : etil asetat (9:1)
c) metanol : aseton (19:1)
Identifikasi struktur dari isolat dianalisis menggunakan
spektrometer infra merah (FTIR) pada rentang bilangan
gelombang 4500−500 cm-1. Hasil analisis spektroskopi
FTIR terhadap isolat fraksi D (Gambar 4), menunjukkan
serapan pada daerah 3483,44 cm-1, 2927,94 cm-1, 2666,22
cm-1 1712.79 cm-1, 1454,33 cm-1 1364,894 cm-1. telah
diidentifikasi sebagai senyawa alkaloid dengan adanya
gugus karbonil dan gugus NH.
Gambar 2: Spektrum FTIR Isolat D
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan proses
ekstraksi sampel dengan metanol kemudian dipartisi dengan
n-heksan dan etilasetat. Pada kedua ekstrak ini dilakukan
identifikasi kandungan kimia berdasarkan hasil uji dengan
pereaksi diperoleh pada ekstrak n-heksan terdapat adanya
kandungan senyawa flavonoid, alkaloid dan steroid.
Fraksinasi lebih lanjut pada ekstrak n-heksan, diperoleh
senyawa murni dan telah diidentifikasi sebagai senyawa
alkaloid dengan adanya gugus karbonil dan gugus NH dari
hasil interpretasi FTIR.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kepada DIPA Universitas Negeri Makassar Nomor: SP
DIPA-042. 04.2.400964/2016 tanggal 7 Desember 2015
Sesuai Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Makassar
Nomor: 2594/UN36 /LT/2016 tanggal 16 Juni 2016 sebagai
penyantun dana riset, serta ucapan terimakasih kepada St.
Aminah2, Nurdiansyah yang terlibat dalam penyelesaian
penelitian ini.
PUSTAKA
[1]. Taslim E., 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropis
Indonesia Dalam Merekayasa Model Molekul Alami.
Makalah disajikan dalam seminar Nasional Kimia IV 2004.
Hasri / Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak N-Heksan Kulit Batang Tumbuhan Buni (Antidesma Bunius (L) Spreng)
Dan Potensi Sebagai Anti Kanker
369
[2]. Micor, J.R.L., Deocaris, C. & Mojica, E, 2005, Biological
Activity of Bignay (Antidesma bunius L. Spreng) Crude
Extract in Artemia salina, JournalMedical Scientist, 5 (3)
195-198.
[3]. Butkhup, L., dan Samappito S, 2011, Changes In PhysicoChemical Properties, Polyphenol Compounds and
Antiradical Activity During Development and Ripening of
Maoluang (Antidesma bunius L. Spreng) Fruits, Journal of
Fruits and Ornamental Plant Research, 19 (1), 85-99.
[4]. Narod FB, Fakim AG & Subratty AH. 2004, Biological
investigations into Antidesmamadagascariense Lam.
(Euphorbiaceae), Faujasiopsis flexuosa (Lam.) C. Jeffrey
(Asteraceae), Toddalia asiatica (L.) Lam. And Vepris
lanceolata (Lam.) G. Don (Rutaceae), Journal of Cell and
Molecular Biology 3: 15-21.
[5]. Rizvi SH , Shoeb A, Kapil R S & Popli SP.
2005.Antidesmanol-a new pentacyclic triterpenoid from
Antidesma menasu Miq. ex. Tul. Journal ofCellular and
Molekuler Life Science 36.
[6]. Chen Y.C. 2004. Coumarolignans from the Root of Formosan
Antidesma pentandrum vaar. barbatum. Helvetica Chimica
Acta. Vol. 87. No. 11.
[6].
[7]. Habib Razibul, Mominur R., Obayed R., Abeer N., Alamgir
H., Mohammed A.S., Sohel R., & Mohammad A. R.. 2012.
Pharmacological Evaluation of Antidesma ghaesembilla
Gaertn Fruits for Central Nervous System Depressant
Activity. Boletín Latinoamericano y del Caribe de Plantas
Medicinales y Aromáticas. Vol. 11 No.2 : 188 – 195 ISSN
0717 7917.
[8] Kassem, Mona E.S., Amani N. Hashim&Heba M.H. 2013.
Bioactivity Of Antidesma Bunius Leaves (Euphorbiaceae)
And Their Major Phenolic Constituents. European Scientific
Journal.Vol. 9.No. 18.Issn: 1857 – 7881.
[9 ] Li Pan, Susan M., Hee B.C., Tran N.N., Nan M. Kleinholz,
Kari B.G.C., Djaja D.S., Esperanza J. C.B., A. Douglas K.
2011.Isolation and Analysis of Aristolochic Acid and Other
Compounds from the Roots and Other Plants Parts of
Antidesmabunius. 52 th Annual Meeting of the American
Society of Pharmacognosy; San Diego, California, poster
presentation.
[10]. Orwa C., Mutua A., Kindt R., Jamnadass R., dan Simons A.
2006. Agroforestree Database:a tree reference and selection
guide
version
4.0
http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/ (19 Oktober
2015).
Download