PERAYAAN EKARISTI: RITUS DAN SIMBOL C. H. Suryanugraha, OSC Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia (ILSKI), Bandung MISA: PERAYAAN EKARISTI Ekaristi: Realitas yang lebih luas dan rumit teologis (theologia prima [Misa, adorasi, prosesi, visitasi, simbol sakramental rotianggur] – theologia secunda [teologi biblis, dogmatis, liturgis]) Misa: Perayaannya liturgis (theologia prima), aspek kurban – pengutusan (missio) DEFINISI DAN KRITERIA ”LITURGI – LITURGIS” 1. Tindakan: antropologis unsur ketubuhan – indera, jiwa – raga, reseptivitas dan peralatan imajinasi-admirasi, participatio actuosa et plena 2. Bersama: eklesiologis bukan individual; satu tubuh, satu Gereja; tradisi apostolis – gerejawi 3.Suci: teologis peristiwa ilahimanusiawi, pertemuan surgawi – duniawi, glorifikasi – santifikasi, anamnesis – misteri Paskah 4.Simbolis: estetika ekspresi artistik dan kultural, tandatanda lahiriah/alamiah, nobilia simpliciter 5.Resmi: yuridis menjaga keutuhan dan kesatuan, unitas – universalitas, lex credendi – lex orandi, buku editio typica LITURGI BAGI IMAN IMAN BAGI LITURGI TATA DOA LITURGI/MISA LEX ORANDI TATA IMAN LEX CREDENDI A. SYARAT ANTROPOLOGIS: 1. Reseptivitas Dari bhs. Latin: recipere = menerima Sikap menerima terhadap hal-hal yang dianugerahkan dan yang menjadikan kita lebih manusiawi. 2. Memupuk peralatan Untuk mengaitkan penghayatan sakramen dengan kehidupan sehari-hari. Imajinasi Admirasi a. Imajinasi (imago=gambaran): Bisa mengenal dan bertindak dalam dan melalui gambaran dan simbol. Sikap realistis (pragmatis) menentang imago. Imajinasi amat penting untuk menghayati sakramen. b. Admirasi (admiratio = kekaguman): Tidak langsung mereduksi realitas, problem tak harus dikuasai dan dipecahkan (teknisi x seniman; perlu pendekatan estetika!). Penuh perhatian, terbuka pada apa yang terbit dari lubuk kenyataan. Mata dan hati terbuka pada kehadiran ilahi dalam peristiwa nyata. “Kecapi suling di tengah kotaku” Jalan layang (flyover) Pasupati, Bandung Jalan layang (flyover) Pasupati merupakan nama jalan layang di daerah Bandung. Jalan layang ini merupakan jalan layang pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi anti gempa. Perangkatnya yang disebut lock up device (LUD) dibuat di Perancis, sebuanya jumlahnya 76 buah. Jalan sepanjang 2,5 km ini, secara keseluruhan menggunakan 663 unit segmen yang ditopang oleh 46 tiang. Setiap segmen beratnya 80 ton sampai ke 140 ton. Yang menarik, jembatan ini dilengkapi dengan jembatan cable stayed sepanjang 161 meter yang melintang di atas lembah Cikapundung. Cable stayed merupakan jembatan tanpa kaki. Kekuatan jembatan itu ditopang oleh 19 kabel baja yang terdiri dari 10 kabel sebelah barat dan 9 kabel sebelah timur. Setiap kabel isinya 91 kabel kecil yang masing-masing kabel kecil itu terdiri dari tujuh kabel yang lebih kecil lagi. Sepuluh kabel yang dipasang disebelah barat dibuat berpasangan. B. DASAR-DASAR TEOLOGI LITURGI 1. Teologi tentang liturgi: Dalam liturgi umat memasuki misteri Paskah dan mengalami penebusan. Secara fundamental liturgi adalah tindakan pengenangan (memorial action) yang menghadirkan misteri Paskah bagi umat sekarang melalui sarana-sarana simbolis. 2. Pendekatan estetika: Seni liturgi “melayani” simbol, kata (Sabda, doa), dan tindakan supaya dapat dialami. Melalui seni itu kita dapat diundang kepada pengalaman istimewa akan transendensi dan imanensi Allah. Pengalaman artistik akan menyentuh jemaat. Ibadat yang efektif hanya mungkin melalui hal yang afektif. 3. Penghayatan simbol dan sakramen: Dalam simbol ada dua pihak terhubungkan, menjalin relasi, persahabatan dan cinta. Pengalaman persahabatan dan cinta merupakan penghayatan nilai dan sikap. Penghayatan nilai dan sikap baru lengkap jika penghayatan itu diungkapkan, yang terjadi dalam tindakan simbolis (apel, makan berdua, hadiah, dsb). Dari situlah akan bisa dipetik buah-buahnya. C. MENDALAMI SIMBOLISME PERAYAAN EKARISTI Buku tentang Perayaan Ekaristi Malu membaca Sesat di Misa… 1. Melaksanakan perintah Yesus: “Lakukanlah ini…”: Dimensi kultik (cultus): berkumpul sebagai Gereja dan merayakan Ekaristi. Dimensi etik (caritas): diutus untuk sedia melakukan “pencucian kaki, pemberian diri, mau mati” bagi orang lain; mandatum novum = perintah baru untuk mencintai. 2. Persyaratan formal untuk Misa: Simbol-simbol utama (jemaat, imam, kitab Injil/buku bacaan Misa [evangeliari/leksionari], roti-anggur, altar, ambo, kursi imam). Unsur-unsur penting (buku TPE/Misale, salib, lilin, peranti, busana). Para petugas liturgis (diakon, lektor, akolit, putera-puteri altar, dirigen, organis, paduan suara, kolektan, dsb). PUMR 27: Dalam Misa atau "Perjamuan malam Tuhan", umat Allah dihimpun di bawah pimpinan imam yang bertindak selaku pribadi Kristus. Mereka dihimpun untuk mengenang Tuhan atau merayakan kurban Ekaristi. Mengenai himpunan umat seperti itulah janji Kristus pertama-tama berlaku, "Di mana dua atau tiga orang berhimpun dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18:20). Sebab di dalam perayaan Misa kurban salib dilestarikan; di situ Kristus benar-benar hadir, baik dalam jemaat yang berhimpun dalam nama-Nya, dalam pribadi pelayan ibadat, dan dalam sabda-Nya, maupun secara hakiki dan lestari dalam rupa roti dan anggur ekaristis. 28. Misa terdiri atas dua bagian, yakni Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Keduanya berhubungan begitu erat satu sama lain, sehingga merupakan satu tindak ibadat. Sebab dalam Misa Sabda Allah dihidangkan untuk menjadi pengajaran bagi orang-orang beriman, dan Tubuh Kristus dihidangkan untuk menjadi makanan bagi mereka. Di samping itu, ada Ritus Pembuka dan Ritus Penutup. DINAMIKA MENUJU PUNCAK PERAYAAN EKARISTI 1 2 3 Aneka Unsur Misa Pewartaan dan Penjabaran Sabda Allah 29. Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu. Maka, pembacaan Sabda Allah merupakan: unsur yang sangat penting; wajib didengarkan dengan penuh hormat; Sabda itu akan dipahami secara lebih penuh dan lebih berhasil guna bila dijabarkan secara konkret dalam homili. Doa dan Tugas-tugas Imam Lainnya 30. Di antara doa-doa yang dibawakan oleh imam, Doa Syukur Agung menduduki tempat utama. Doa itu merupakan puncak seluruh ibadat. Di samping itu, ada doa pembuka, doa persiapan persembahan, dan doa komuni. Doa-doa itu disampaikan oleh imam kepada Allah atas nama seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan umat. Oleh karena itu, doa-doa tersebut disebut "doa presidensial" (doa pemimpin). 33. Sebagai pemimpin, imam melambungkan doa-doa atas nama Gereja dan atas nama jemaat yang berhimpun. Tetapi, kadangkadang ia berdoa juga untuk dirinya sendiri, supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan khidmat dan penuh perhatian. Doadoa pribadi (secreta) semacam itu, yakni doa sebelum pemakluman Injil, doa pada persiapan persembahan, dan doa sebelum serta sesudah komuni imam, dia ucapkan dalam hati. Rumus-rumus Lain dalam Perayaan 34-35. Seturut hakikatnya, Misa merupakan “perayaan jemaat”. Maka, amat pentinglah: dialog antara pemimpin dan umat beriman yang berhimpun; aklamasi-aklamasi sangat besar artinya. Semua itu bukan hanya tanda lahiriah perayaan bersama, melainkan juga sarana untuk membina dan memperdalam kebersatuan antara imam dan umat. Aklamasi dan jawaban-jawaban umat beriman terhadap salam dan doa-doa imam menciptakan tingkat partisipasi aktif yang harus ditunjukkan jemaat dalam setiap bentuk Misa. 36. Bagian-bagian lain yang sangat berguna terutama ialah: pernyataan tobat, syahadat, doa umat, dan doa Bapa Kami. Maka doa-doa tersebut dibawakan oleh seluruh jemaat yang hadir. 37. Teks-teks lain: a. sebagian merupakan ritus atau kegiatan tersendiri, seperti Kemuliaan, mazmur tanggapan, bait pengantar Injil (dengan atau tanpa alleluya), Kudus, aklamasi anamnesis, madah syukur sesudah Komuni; b. sebagian lagi mengiringi ritus lain, seperti nyanyian pembuka, nyanyian persiapan persembahan, nyanyian pemecahan roti (Anak Domba Allah), dan nyanyian komuni. Cara Membawakan Aneka Teks 38. Semua teks hendaknya dibawakan dengan suara lantang dan ucapan yang jelas (oleh imam dan diakon, juga lektor dan seluruh umat). Namun masingmasing teks, entah itu bacaan, doa, kata-kata pengantar, aklamasi, atau nyanyian, harus dibawakan sesuai dengan maksud dan tujuannya; juga harus sesuai dengan bentuk perayaan dan kemeriahannya. Di samping itu, harus pula diperhatikan sifat bahasa dan ciri khas bangsa yang bersangkutan. Makna Nyanyian 39. Rasul Paulus menganjurkan kepada himpunan umat yang menantikan kedatangan Tuhan, supaya mereka melagukan mazmur, madah, dan lagu-lagu rohani (lih. Kol 3:16). Orang bernyanyi karena hatinya gembira (lih. Kis 2:46). Dengan tepat Agustinus berkata, "Orang yang penuh cinta suka bernyanyi." Ada juga peribahasa kuno, "Yang bernyanyi dengan baik berdoa dua kali." Maka, penggunaan nyanyian dalam perayaan Misa hendaknya dijunjung tinggi. Memang, tidak selalu perlu melagukan semua teks yang dimaksudkan sebagai nyanyian, misalnya dalam misa harian. Tetapi, hendaknya sungguh diupayakan agar dalam perayaan liturgi pada Hari Minggu dan Hari-hari Raya wajib nyanyian-nyanyian yang ditentukan untuk pelayan dan umat selalu dilagukan. Menentukan teks-teks mana yang akan dilagukan? Dahulukan yang lebih penting, yakni: teks-teks yang dilagukan oleh imam atau diakon atau lektor dengan jawaban oleh umat, atau teks yang dilagukan oleh imam dan umat bersama-sama (PUMR 40). Tata Gerak dan Sikap Tubuh Fungsi: Agar (1) seluruh perayaan memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun; (2) makna aneka bagian perayaan dipahami secara tepat dan penuh; dan (3) partisipasi seluruh jemaat ditingkatkan. Oleh karena itu, ketentuan hukum liturgi dan tradisi Ritus Romawi serta kesejahteraan rohani umat Allah harus lebih diutamakan daripada selera pribadi dan pilihan yang serampangan (PUMR 42). Makna: Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi kudus. Sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dan membangun sikap batin yang sama pula. Saat Hening 45. Beberapa kali dalam Misa hendaknya diadakan saat hening. Saat hening juga merupakan bagian perayaan, tetapi arti dan maksudnya berbeda-beda menurut makna bagian yang bersangkutan. Sebelum pernyataan tobat umat mawas diri, dan sesudah ajakan untuk doa pembuka umat berdoa dalam hati. Sesudah bacaan dan homili umat merenungkan sebentar amanat yang telah didengar. Sesudah komuni umat memuji Tuhan dan berdoa dalam hati. Bahkan sebelum perayaan Ekaristi, dianjurkan agar keheningan dilaksanakan dalam gereja, di sakristi, dan di area sekitar gereja, sehingga seluruh umat dapat menyiapkan diri untuk melaksanakan ibadat dengan cara yang khidmat dan tepat. 3. Struktur Misa dan pengalaman Emaus (Lk 24:13-35) a. Ritus Pembuka (13-16): Tujuan semua bagian Ritus Pembuka ialah mempersatukan umat yang berhimpun dan mempersiapkan mereka, supaya dapat mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan layak. Seturut kaidah buku-buku liturgis, Ritus Pembuka dihilangkan atau dilaksanakan secara khusus, kalau Misa didahului perayaan lain (PUMR 46). 1.Perarakan masuk 2.Penghormatan altar 3.Tanda salib 4.Salam 5.Pengantar 6.Ritus tobat 7.Madah kemuliaan 8.Doa pembuka. b. Liturgi Sabda (17-27): 55. Bacaan-bacaan dari Alkitab dan nyanyiannyanyian tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda, sedangkan homili, syahadat, dan doa umat memperdalam liturgi sabda dan menutupnya. Sebab dalam bacaan, yang diuraikan dalam homili, Allah sendiri bersabda kepada umatNya. Di situ Allah menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani. Lewat sabda-Nya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman. Sabda Allah itu diresapkan oleh umat dalam keheningan dan nyanyian, dan diimani dalam syahadat. Setelah dikuatkan dengan sabda, umat memanjatkan permohonan-permohonan dalam doa umat untuk keperluan seluruh Gereja dan keselamatan seluruh dunia. 57. Dalam bacaan-bacaan dari Alkitab, sabda Allah dihidangkan kepada umat beriman, dan khazanah harta Alkitab dibuka bagi mereka. Maka, kaidah penataan bacaan Alkitab hendaknya dipatuhi, agar tampak jelas kesatuan Perjanjian Lama – Perjanjian Baru dengan sejarah keselamatan. Tidak diizinkan mengganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab. 59. Menurut tradisi, pembacaan itu bukanlah tugas pemimpin perayaan, melainkan tugas pelayan yang terkait. Oleh karena itu, bacaan-bacaan hendaknya dibawakan oleh lektor, sedangkan Injil dimaklumkan oleh diakon atau imam lain yang tidak memimpin perayaan. Akan tetapi, kalau tidak ada diakon atau imam lain, maka Injil dimaklumkan oleh imam selebran sendiri. Juga kalau lektor tidak hadir, bacaan-bacaan sebelum Injil pun dapat dibawakan oleh imam selebran sendiri. 1.Bacaan 1 2.Mazmur tanggapan 3.Bacaan 2 4.Bait pengantar Injil 5.Bacaan Injil 6.Homili 7.Syahadat 8.Doa umat. c. Liturgi Ekaristi (28-32): 72. Dalam perjamuan malam terakhir, Kristus menetapkan kurban dan perjamuan Paskah yang terusmenerus menghadirkan kurban salib dalam Gereja. Hal ini terjadi setiap kali imam, atas nama Kristus Tuhan, melakukan perayaan yang sama seperti yang dilakukan oleh Tuhan sendiri dan Dia wariskan kepada murid-murid-Nya sebagai kenangan akan Dia. Yesus mengambil = ritus persiapan persembahan: 1.Perarakan persembahan [roti-anggur, kolekte] 2.Penghunjukan - doa imam 3.Doa persiapan persembahan. Yesus mengucap syukur = doa syukur agung: 1. 2. 3. 4. 5. Dialog pembuka Prefasi Aklamasi kudus Doa syukur (agung) Doksologi-aklamasi Amin meriah. Yesus memecahkan/ membagi = ritus komuni: 1.Bapa kami 2.Ritus damai 3.Pemecahan roti 4.Komuni 5.Doa sesudah komuni. d. Ritus Penutup (33-35): Bagian ini untuk menutup seluruh rangkaian Misa. Dapat diganti dengan ritus/perayaan lain. Imam mengajak umat untuk terus memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari. Umat diutus untuk mewartakan cinta kasih Allah kepada dunia. Unsur yang terpentingnya adalah Berkat dan Pengutusan. 1.[Pengumuman] 2.Amanat 3.Salam 4.Berkat 5.Pengutusan 6.Penghormatan altar 7.Perarakan keluar. Selesailah sudah… Terima kasih banyak atas kesabaran Anda. • CHS @ ILSKI 2012