KAJIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Pipper betle) TERHADAP MORTALITAS KUMBANG BUBUK BERAS (Sitophilus oryzae L). Anang Mulyantana Abstrak Penyusutan hasil penyimpanan benih serealia di sebabkan oleh factor serangga. kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh ektrak daun sirih terhadap mortalitas kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L). Kegiatan penelitian dilaksanakan di merendam kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L) dengan berbagai larutan ekstrak daun sirih. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun sirih mampu membunuh atau menyebabkan kematian kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L) melalui kontak secara langsung dengan pencelupan. Mortalitas tertinggi terjadi pada setelah 6 jam dengan konsentrasi 50 %. Kata kunci : Kumbang bubuk beras, ekstrak daun sirih, mortalitas A. Pendahuluan Permasalahan umum yang terjadi dalam penyimpanan benih baik dihasilkan didalam negeri maupun yang diimport yaitu sering mengalami susut kualitatif yang sangat besar karena adanya hama. konsekuensi, daya kecambah menurun karena serangan langsung dari hama, yang mengakibatkan kerusakan mekanik, yaitu rusaknya embrio dan endosperm. akibat dari serangan hama tersebut, persentase benih menurun atau berkurang. Salah satu hama yang penting dalam penyimpanan benih adalah kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L). ukuran panjang tubuh kumbang ini berkisar diantara 3,3 samapi 5 mm, antenna terdiri dari 8 segmen, elytra sangat ramping lebih pendek dari perut sehingga ujung dari perut terlihat dari atas, pronotum dengan bentuk bulat yang relatif kecil dan tidak luas. pada serangga jantan permukaan moncong lebih rata. serangga betina berbentuk menggarpu (Anonim, 1984). Kumbang bubuk beras melakukan perkembangan metamorforse sempurna, dimana perubahan bentuk yang terjadi mulai dari stadium telur, stadium larva, stadium pupa dan stadium imago. pada stadium telur, telur diletakan didalam benih oleh imago betina. setiap induk serangga, selama siklus hidupnya (antara 3 sampai 5 bulan) dapat memproduksi 300 sampai 400 butir telur (Kartasoeputra, 1987). Menurut Anonim (1984), setiap induk betina mampu menghasilkan 150 telus per imago betina, stadium telur berlangsung selama 7 hari. Larva akan terbentuk setelah stadium telur, larva berkembang didalam benih dengan melakukan penggerekan pada benih yang disebut instar larva. selama hidupnya kumbang ini mengalami 4 kali larva instar atau ganti kulit. Pada benih yang sama, kumbang bubuk beras akan mengalami stadium pupa dan selanjutnya memasuki stadium eksarata. stadium pupa membutuhkan waktu 3-7 hari, dengan ratarata 5,9 hari. selama masa perkembangan pupa membutuhkan kisaran suhu antara 24,5 0C – 30 0C dan kisaran kelembapan atau kelengasan nisbi 68,7 %-32% (Mashida, 1970 lihat Slamet dkk, 1982). Penggunaan daun sirih sebagai pengendalian hayati terhadap kumbang bubuk beras dimaksudkan agar hama dalam penyimpanan benih dapat dikendalikan. penggunaan insektisida dari bahan alami ini juga diharapkan dapat menggantikan insektisida dari bahan kimia karena penggunaan insektisida kimia hanya akan mencemari lingkungan dan menimbulkan resistensi pada hama tersebut. Pemanfaatan bahan botani sebagai insektisida untukmelindungi hasil panen selama penyimpanan, telah lama dikenal di Indonesia, bahkan penggunaan bahan botani ini telah dilakukan jauh sebelum penemuan pestisida tradisional. hal ini karena bahan botani mengandung alkaloid yang bersifat racun terhadap serangga. Kandungan kimia yang dimiliki daun sirih antara lain minyak atsiri, alkaloid, kadimen, eugenol, eugenol metal eter, kariopilen dan etilbrenskatenin. selain itu, daun sirih juga mengandung zat samak, enzim diastase, gula dan vitamin A (Tampubolon, 1981). minyak atsiri dari daun sirih segar sepertiga bagian terdiri dari fenol dan alkaloid yang memiliki daya pembunuh bakteri, antioksidan, fungisida serta anti jamur. Dilaporkan oleh Amhed (1988), minyak atsiri dari daun sirih mempunyai efek insektisida terhadap lebih dari 30 jenis serangga dibandingkan dengan piperazine phosphate dan hexyl resorchinol pada konsentrasi yang sama. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih (Pipper betle L) terhadap kematian dari kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L). B. Bahan Dan Metode Penelitian 1. Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan penelitian terdiri atas kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L) yang diperoleh dari perkembangbiakan di laboratorium hama dan penyakit Universitas Halmahera, Daun sirih yang di peroleh disekitar lingkungan Universitas Halmahera, dan benih padi ladang. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest yang digunakan sebagai bahan pelarut pembuatan ekstrak daun sirih. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawanporselin, botol balsam, mikroskop monokuler, pinset dan timbangan digital Zhimadsu. 2. Prosedur Penelitian 2.1. Pembuatan Tepung Daun Sirih Daun sirih yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun yang tidak terlalu muda (pucuk) atau daun ke 3 dari pucuk. daun yang sudah dikeringkan dipotongpotong dan ditumbuk dengan mortar sampai halus. bahan yang sudah dihaluskan dioven suhu 40 – 45 0C sampai mendapatkan berat kostan. Setelah beratnya konstan, bahan tersebut dihaluskan dengan blender dan diayak dengan ayakan 200 mesh. Selanjutnya, bahan dibuat ekstrak dengan pelarut aquadest sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan dan sudah direndam selama 24 jam (Brotodjojo, 2000). 2.2. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Konsentrasi daun sirih diperoleh dengan cara memasukan bahan yang telah halus kedalam gelas ukur 100 ml kemudian ditambahkan aquadest sampai batas tera. berikut metode pembuatan konsentrasi ekstrak daun sirih : 1. 5% ekstrak daun sirih diperoleh dari 5 grm tepung dicampur dengan aquadest 2. 3. 4. 5. sampai batas tera dari gelas ukur 100 ml 10 % ekstrak daun sirih diperoleh dari 10 grm tepung dicampur dengan aquadest sampai batas tera dari gelas ukur 100 ml. 20% ekstrak daun sirih diperoleh dari 20 grm tepung dicampur dengan aquadest sampai batas tera dari gelas ukur 100 ml 30% ekstrak daun sirih diperoleh dari30 grm tepung dicampur dengan aquadest sampai batas tera dari gelas ukur 100 ml. 50% ekstrak daun sirih diperoleh dari 50 grm tepung dicampur dengan aquadest sampai batas tera dari gelas ukur 100 ml. 2.3. Pemeliharaan Beras Kumbang Bubuk Kumbang diperoleh dari gudang penyimpanan benih jagung yang sudah rusak dan dimasukan ke dalam stoples dan tutup dengan kasa. Kumbang bubuk beras di kembangbiakan selama 3 bulan untuk memperoleh umur yang seragam, dan kondisi kumbang diasumsikan tidak terkotaminasi dari faktor lain. selama stadium telur kumbang bubuk beras dipindahkan kedalam tempat yang berbeda dan dikondisikan lingkungan yang hangat. kumbang yang mati pada masing – masing perlakuan. Jumlah kumbang bubuk beras yang digunakan dalam penelitian ini adalah 300 ekor. 2.5. Analisa Data Data dianalisis menggunakan Rancangan Faktorial dengan SPSS versi 17. untuk mengetahui perbedaan antar perlakukan yang dicobakan digunakan uji Duncan pada selang kepercayaan 5%. C. Hasil Dan Pembahasan Penggunaan pestisida sintesis menimbulkan masalah residu kimia. akhir – akhir ini, pengendalian hama pada bahan pangan dalam penyimpanan beralih pada penggunaan bahan botani karena secara ekologis sangat cocok dan secara ekonomi pun pengembangan sebagai bahan pengendalian serangga akan diperoleh dan mudah terdegradasi. begitu juga dengan perlakuan pada penelitian ini. 2.4. Metode Pengamatan Uji mortalitas dilakukan dengan cara meletakan 10 ekor kumbang bubuk beras ke dalam botol balsam yang berisi 10 ml larutan ekstrak sirih sesuai perlakuan. Pengamatan dilakukan pada jam ke 6,12,18 dan 24 yaitu dengan melihat jumlah Grafik. 1. Purata Mortalitas Kumbang Bubuk Beras (Sitophilus Oryzae L) Pada Konsentrasi Yang Berbeda Berdasarkan Uji Duncan 5% Hasil analisa data menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi yang berbeda dari ekstrak daun sirih (Pipper betle Linn) terhadap mortalitas Sitophilus oryzae berpengaruh sangat nyata jika dibandingkan dengan tanpa pemberian ekstrak daun sirih atau control. Mortalitas terbesar terjadi pada konsentrasi 50%. Konsentrasi ekstrak daun sirih yang makin tinggi cenderung meningkatkan mortalitas kumbang bubuk beras. Nampak pada grafik.1. ini menunjukan ekstrak daun sirih mempu membunuh S. oryzae secara langsung / kontak dengan cara pencelupan. Peningkatan konstrasi ini menyebabkan senyawa aromatic yang ada dalam minyak atsiri dari daun sirih menjadi lebih pekat sehingga tidak disukai kumbang bubuk beras (Boonde. E, 2003). Selain itu, Heyne (1987), mengungkapkan bahwa kovikol yang merupakan salah satu senyawa turunan fenol dari minyak atsiri daun sirih memiliki daya insektisida 5 kali lebih kuat dibandingkan piperazinephosphate dan dapat menjadi toksik jika konsentrasinya pekat atau tinggi. Tingginya mortalitas ini juga disebabkan karena ekstrak daun sirih mampu meluruhkan lapisan chitin penyusun kutikula serangga (Kartosoepoetra, 1987). Diketahui daun sirih mengandung minyak atsiri yang dapat menghambat respirasi mitokondria serangga. Zat ini juga dapat bersifat racun yang kerjanya menghambat aktifitas respirasi sehingga menyebabkan kematian secara lambat apabila masuk melalui saluran pencernaan (Prijono, dkk, 1997). hal ini terlihat pada rendahnya tingkat mortalitas S. oryzae pada 6 jam pertama. Grafik. 2. Purata Mortalitas Kumbang Bubuk Beras (Sitophilus Oryzae L) Pada Waktu Yang Berbeda Berdasarkan Uji Duncan 5% Secara nyata pada 6 jam ke dua bila dibandingkan dengan 6 jam pertama dan kontrol serta pada 6 jam ketiga juga ditemukan peningkatan mortalitas sangat nyata bila dibandingkan dengan control, 6 jam pertama dan 6 jam kedua peningkatan mortalitas paling optimal terjadi pada 6 jam ke empat, Grafik diatas juga menunjukan bahwa tingkat mortalitas terendah terdapat kontrol dan tingkat mortalitas tertinggi ada pada 6 jam ke empat. Tingkat mortalitas yang rendah pada kontrol disebabkan S oryzae masih mempunyai kemampuan untuk menahan ekstrak daun sirih yang masik kedalam tubuhnya atau kumbang tersebut masih dapat beradaptasi dengan baik (Brotodjojo, 2000). Tingkat mortalitas yang tinggi disebabkan zat beracun yang ada pada bahan botani dapat menghambat aktifitas respirasi sehingga menyebabkan kematian apabila masuk melalui saluran pencernaan (Soekarna, 1982) Interaksi antara konsentrasi dan waktu pencelupan yang berbeda menunjukan bahwa keduanya tidak berhubungan. Interaksi keduanya berdiri sendiri – sendiri dengan mortalitas tertinggi pada konsentrasi 50% dan waktu selam 24 jam. oleh karena itu apabila dikehendaki populasi kumbang bubuk beras mati lebih banyak maka sebaiknya aplikasi yang terbaik digunakan konsentrasi 50% pada waktu 1 hari (24jam). Ekstrak daun sirih mempunyai prospek untuk digunakan sebagai pengganti pestisida sintetik dalam mengendalikan S. oryzae Linn. Berdasarkan hasil – hasil tersebut diatas. ekstrak daun sirih diaplikasikan dengan mencelupkan bahan simpanan dengan ekstrak tersebut. D. Kesimpulan Ekstrak daun sirih mampu membunuh S oryzae L melalui kontak secara langsung atau pencelupan. Mortalitas tertinggi terjadi pada pengamatan 6 jam ke empat dengan konsentrasi 50%. Saran. 1. Perlunya penelitian lebih lanjut menngenai LD 50 ekstrak daun sirih dalam mengendalikan kumbang bubuk beras (S. oryzae Linn) atau serangga yang berbeda. 2. Perlu dilaksanakan penelitian yang berbeda berdasarkan metode aplikasi selain pencelupan. Daftar Pustaka Ahmed,S, 1988. Handbook Of Plants With Pest-Control Properties.Jhon Wiley S Son. New York P. 27 – 28. Anonim, 1984. Insect And Arachinids Of Tropical Stored Product Their Biology And Indentification (A Trainning Manual). Storage Departemen Tropical Development And Reacher Institute London Rosd Slough Berk SI 37HK.UK. Brotodjojo, Rr., 2000. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Biji Srikaya (Annona Squamosa L) Terhadap Mortalitas Hama Bubuk Beras (Sithopilus Oryzae Linn). Agrivet. Yogyakarta. Dandi, Soekarna, 1982.Masalah Hama Gudang Dan Pengendaliannya. Padi Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Hasim, Dea, 2003. Daun Sirih (Pipper Betle L) Kompas Jakarta. Heyne,K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Kartosopoetra, A.G., 1987. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Bina Aksara Jakarta Peng, W.K. Dan Rejesus – Morallo,B., 1988. Grain Storage Insenct, Dalam Rice Seed Health International Rice Research Institute. Manila Philipina. Sugianto Dan Sugandi, 1993. Rancangan Percobaan. Andi Offset.Yogyakarta Suyono Dan Sukarna,D., 1991. Hama Pasca Panen Dan Pengendaliannya, Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Tampubolon, O.T., 1981.Tumbuhan Obat, Bhatara Karya Aksara Jakarta.