UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN JERUK LEMON

advertisement
UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN JERUK LEMON (Citrus
Limon (L.) Burm. f. ) TERHADAP BAKTERI
STAPHYLOCOCCUS AUREUS
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi DIII Farmasi
Oleh:
ELLY NURLAELY
NIM. 13DF277016
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
INTISARI
UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN JERUK LEMON (Citrus
Limon (L.) Burm f.)TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
AUREUS1
Elly Nurlaely2 Susan Sintia Ramdhani, S.Farm3 Nurhidayati Harun, S.Far., Apt
Keanekaragaman tumbuhan banyak memiliki manfaat sebagai
pengobatan untuk berbagai macam penyakit yang dikenal dengan obat
tradisional. Suatu pengembangan baru diperlukan mengenai terapi alternatif
yang memanfaatkan antibakteri alamis sebagai antibiotik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk lemon (Citrus Limon
(L.) Burm f.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini
adalah eksperimental. Sampel penelitian ini adalah air perasan jeruk lemon
(Citrus limon (L) Burm f.). Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
metode kirby bauer (cakram disk). Hasil peneltian menunjukkan bahwa air
perasan jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm f.) pada konsentrasi 20%
menunjukkan konsentrasi hambat minimum dengan daya efektivitas sedang.
Semakin meningkat konsentrasi air perasan jeruk lemon maka semakin besar
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.
Kata kunci: Air perasan jeruk lemon, Staphylococcus aureus, metode cakram
disk
Keterangan: 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama
pembimbing II.
ABSTRACT
UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN JERUK LEMON (Citrus
Limon (L.) Burm f.)TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
AUREUS1
Elly Nurlaely2 Susan Sintia Ramdhani, S.Farm3 Nurhidayati Harun, S.Far., Apt
The plants diversity has a benefits to treat various kind of desease
known as traditional drug. The new development are required for alternative
therapy antibacterials as an antibiotic. This research aims to determine the
effectiveness of lemon juice (Citrus Limon(L.)Burm f.) towards staphylococcus
aureus. This type of research
is an experimental. The sample of this
research is lemon juice. The examination is using Kirby bauer cakram disk
method. The result of this research shows that lemon juice on concentration
of 20% show concentration with minimum resistor effectivities meoderate. If
the concentration lemon juice are increase then the ability to inhibit the growth
of staphylococcus aureus are bigger.
Keterangan: 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama
pembimbing II.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam
bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang dan
merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama pada
daerah tropis. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi yg
sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus yang merupakan
patogen utama pada manusia. S. aureus merupakan flora normal
pada kulit dan selaput lendir manusia, namun dalam kondisi kulit
tersebut rusak atau terbuka karena beberapa alasan, maka bakteri
dapat masuk melalui luka dan menyebabkan infeksi. Infeksi S.
aureus juga dapat menyebabkan penyakit yang serius dan
mengancam jiwa bila sampai masuk dalam aliran darah, misalnya
pneumonia, meningitis, endokarditis, dan sepsis. Beberapa tahun
terakhir S. Aureus menunjukkan resistensi terhadap antibakteri
yang biasa digunakan. Karena banyaknya resistensi antibakteri
terhadap S. aureus ini, maka diperlukan suatu pengembangan baru
mengenai terapi alternatif yang memanfaatkan antibakteri alamis
sebagai antibiotik (Nindhita, 2012).
Sepanjang sejarah manusia, jutaan orang dilaporkan meninggal
dunia akibat infeksi bakteri. Secara umum disebabkan oleh empat
kelompok besar hama penyakit yaitu bakteri, jamur, virus, dan
parasit. Di negara berkembang angka kematiannya mencapai 39,5
juta, lebih dari 25% disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasit
(Dwiprahasto, 2005).
1
2
Keanekaragaman hayati diciptakan Allah SWT untuk dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Hal tersebut merupakan rahmat yang
diberikan Allah SWT terhadap manusia sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Qur’an surat An-nahl ayat 11 sebagai berikut :
“Artinya : Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu
tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buahbuahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.(An-nahl :
11)”
Salah satunya dengan jeruk lemon yang memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan manusia dan dapat digunakan sebagai
antibakteri, jeruk lemon diperkenalkan di Eropa oleh bangsa Arab
pada abad ke-12. Bila masak, kulit buahnya berwarna kuning
terang sampai oranye, berbintik-bintik seperti kulit jeruk lainnya.
Setiap 100g yang setara dengan dua buah jeruk lemon ukuran
sedang menyediakan 29 kalori; 1,1 g protein; 0,3 g lemak; 2,9 g
gula alami dan 2,9 g serat. Jeruk lemon mempunyai komposisi
utama gula dan asam sitrat. Kandungan jeruk lemon antara lain
flavonoid (flavones), limonen, asam folat, tanin, vitamin (C, A, B1,
dan P), dan mineral (kalium, magnesium) (N.S Budiana, 2013).
Kandungan buah jeruk lemon sangat banyak memiliki manfaat,
diantaranya untuk kesehatan kulit seperti mengatasi jerawat.
Kandungan alamiah yang terkandung dalam jeruk lemon dapat
berguna sebagai antibakteri alami. Asam sitrat yang terkandung
dalam air perasan jeruk lemon memiliki daya sebagai antibakteri.
3
Oleh karena hal tersebut di atas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian yang berjudul “Uji efektifitas air perasan jeruk lemon
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya menguji efektivitas air perasan jeruk
lemon (citrus limon) dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode cakram
kertas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat efektivitas air perasan jeruk lemon terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus?.
2. Pada konsentrasi air perasan jeruk lemon berapakah yang
memiliki efektivitas?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas air
perasan jeruk lemon terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
2. Untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk lemon pada
berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang farmasi.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman khususnya di
bidang mikrobiologi.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan
kegunaan jeruk lemon untuk mengobati infeksi atau sebagai
antibakteri pada luka.
5
E. Keaslian Penelitian
Terdapat beberapa penelitian yang memiliki persamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan, namun terdapat juga perbedaan.
Adapun penelitiannya yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Yang Mirip Dengan Penelitian
Yang Akan dilakukan
Judul
Nama
Uji
Aktivitas
Antibakteri
Air
Perasan
Jeruk
Lemon
(citrus
limon) dan Madu
Hutan Terhadap
Propionibacterium
Acnes
Yeni
Indriani,
Lanny
Mulqie, Siti
Hazar.
Efektivitas
Ekstrak
Kulit
Jeruk
Lemon
(citrus
limon)
Terhadap Daya
Hambat
Pertumbuhan
Aeromonas
Hydrophila
Secara In Vitro
Kurnia
Nirmala
Tanjung,
Sudarno,
dan Laksmi
Sulmartiwi
Tempat
Universitas
Islam Bandung
Universitas
Airlangga
Tahun
2015
2008
Persamaan
Perbedaan
Sampel
penelitian
Menganalisa Uji
Efektifitas
Terhadap Bakteri
propionibacterium
acnes.
Uji
Antibakteri
Sampel
yang
digunakan
ekstrak dari Kulit
jeruk lemon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Jeruk Lemon (Citrus Limon(L.) Burm. f.)
Gambar 2.1 (Buah jeruk lemon )
a. Klasifikasi
Klasifikasi botani tanaman Jeruk lemon
Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermathophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotylodeneae
Subclassis
: Dialypetalae
Ordo
: Rutales
Familia
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Species
: Citrus Limon (L.) Burm. f.
b. Deskripsi
Jeruk lemon merupakan pohon perdu, batang berduri
panjang tetapi tidak rapat, tegak, bulat, percabangan
simpodial, berduri. Daun berwarna hijau dengan tepi rata,
tunggal, berseling, lonjong, ujung dan pangkal meruncing,
6
7
panjang 7-8 cm, lebar 4-5 cm, tangkai silindris, permukaan
licin. Majemuk, diujung batang dan diketiak daun, tangkai
segitiga, panjang 1-1,5 cm, hijau, kelopak bentuk bintang,
hijau, benang sari panjang ± 1,5 cm, kepala sari bentuk
ginjal, kuning, tangkai putik silindris, panjang ± 1 cm, kepala
putik bulat, kuning, mahkota lima helai, bentuk bintang, putih
kekuningan. Buah lemon berkulit kasar, berwarna kuning
orange, bentuknya buni agak bulat dengan panjang 5-8 cm,
tebal kulitnya 0,5-0,7 cm dan dasarnya menonjol.
c. Penyebaran
Lemon (Citrus Limon) merupakan tanaman asli Asia
Tenggara (Manner et al, 2006 ). Jeruk lemon berasal dari
Birma Bagian Utara dan Cina Selatan. Penyebaran jeruk
lemon di Indonesia berada di Jawa dan telah dibudidayakan.
Jeruk lemon dapat tumbuh baik didataran rendah hingga
ketinggian
800
meter
diatas
permukaan
laut.
(Aak,
1994:198).
Bagian dari tanaman Lemon yang sering digunakan
adalah kulit buah, bunga, daun, air perasan (Sauls, 1998).
d. Kandungan kimia
Setiap 100 g yang setara dengan dua buah jeruk lemon
ukuran sedang terdapat 29 kalori ; 1,1 g protein ; 0.3 g lemak
; 2,9 g gula alami ; dan 2,8 g serat. Jeruk lemon memiliki
kandungan utama gula dan asam sitrat. Kandungan jeruk
antara lain flavonoid (flavones), limonen, asam folat, tanin,
vitamin (C, A, B1, dan P), dan mineral (kalium, magnesium).
Kulit jeruk lemon terdiri dari dua lapis. Bagian luar
mengandung minyak esensial (6%) dengan komposisi
limonen (90%), citral (5%), dan sejumlah kecil citronelall,
alfa-terpineol, linalyl, dan geranyl acetate. Kulit jeruk lapisan
dalam
tidak
mengandung
minyak
esensial,
tetapi
8
mengandung glikosida plavon yang pahit, derivat koumarin,
dan pektin (Sutriningsih, 2005).
Jeruk lemon mengandung asam sitrat yang dapat
meremajakan kulit. Air jeruk lemon bermanfaat untuk
membantu mengatasi jerawat, karena lemon berguna
sebagai antibakteri alamiah (Sutriningsih, 2005).
Zat yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri dalam
buah jeruk lemon adalah asam sitrat yang merupakan asam
organik utama yang terkandung dalam air perasan jeruk
lemon (Temotake et al, 2005).
Asam sitrat mempunyai mekanisme kerja menurunkan pH
dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang ada.
Terhambatnya
bakteri
tersebut
dikarenakan
adanya
kandungan kimia pada jeruk lemon yaitu asam sitrat. Asam
sitrat merupakan salah satu jenis organik yang telah banyak
digunakan dan terbentuk secara alamiah didalam buahbuahan seperti jeruk. Asam sitrat tidak berwarna, berasa
asam, tidak berbau dan lebih cepat larut dalam air panas.
(Winarno, 1997).
2. Antibakteri
Antibakteri
adalah
zat
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan (Syahrurachman, 1994). Dalam penggolongannya
antibakteri dikenal dengan antiseptik dan antibiotik. Berbeda
dengan antibiotik yang tidak merugikan sel-sel jaringan
manusia, daya kerja antiseptik tidak membedakan antara
mikroorganisme dan jaringan tubuh. Namun pada dosis normal
praktis tidak dapat bersifat merangsang kulit (Sastroamidjojo,
1967).
9
Pengujian
aktivitas
antibakteri
adalah
tekhnik
untuk
mengukur berapa besar potensi atau konsentrasi suatu
senyawa dapat memberikan efek bagi mikroorganisme (Dart,
1996).
Berdasarkan
mekanisme
kerjanya,
dibagi
dalam
lima
kelompok:
a. Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri
Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah
sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS), dan
sulfon.
Dari
mekanisme
kerja
ini
diperoleh
efek
bakteriostatik. Kuman pathogen harus mensintesis sendiri
asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk
kebutuhan hidupnya. Apabila 15 sulfonamide atau sulfon
menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam
pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat
yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan bakteri akan
terganggu.
b. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin,
sefalosporin, bacitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Obatobat tersebut menghambat reaksi sintesis dinding sel yang
tersusun atas peptidoglikan. Oleh karena tekanan osmotik
dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka
kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya
lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman
yang peka.
c. Antibakteri yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri
Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin,
golongan polien serta berbagai antibakteri kemoteraupetik,
seperti antiseptik surface active agents. Polimiksin sebagai
senyawa ammonium-kuaterner dapat merusak membran
10
selsetelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran
sel bakteri. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol
yang
terdapat
pada
membran
sel
fungus
sehingga
mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut.
Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan dapat
merusak permeabilitas selektif dari membran sel bakteri
sehingga menyebabkan keluarnya berbagai komponen
penting dari dalam sel bakteri.
d. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri
Obat
yang
termasuk
aminoglikosid,
makrolid,
dalam
kelompok
linkomisin,
ini
tetrasiklin,
adalah
dan
kloramfenikol. Sintesis protein berlangsung di ribosom
dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom
terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta
sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S.
Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini
akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom
70S. Obat-obat tersebut menghambat sintesis sel bakteri
dengan berikatan dengan salah satu ribosom di atas.
e. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel
bakteri
Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah
rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin berikatan
dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat
sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan
kuinolon menghambat anzim DNA gyrase pada kuman yang
fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi
bentuk spiral sehingga muat dalam sel kuman yang kecil
(Setiabudy, 2007)
11
3. Bakteri Staphylococcus aureus
Gambar 2.2 (Bakteri Staphylococcus aureus)
a. Pengertian Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah kuman gram positif.
Kuman ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal
pada kulit dan selaput lendir pada manusia. S. aureus juga
merupakan patogen utama pada manusia. Setiap jaringan
atau alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan
timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu
peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya
dapat
berupa
furunkel
yang
ringan
(Syahrurachman dkk, 2010)
b. Klasifikasi
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Famili
: Staphylococceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: S. aureus (Shodikin et al, 2006)
pada
kulit.
12
c. Sifat Biakan
Jenis- jenis Staphylococcus di laboratorium tumbuh
dengan baik dalam kaldu biasa pada suhu 370 C. Batas suhu
untuk pertumbuhannya adalah 150 C dan 400 C, sedangkan
suhu pertumbuhan optimum ialah 350 C. Pertumbuhan
terbaik dan khas ialah pada suasana aerob, Bakteri ini pun
bersipat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara
yang hanya mengandung hydrogen dan pH optimum untuk
pertumbuhan ialah 7,4. Pada lempeng agar koloninya
berbentuk bulat
,diameter 1-2 mm,
embung, buram,
mengkilat dan konsistensinya lunak. Warna khas ialah
kuning
keemasan,
hanya
intensitas
warnanya
dapat
berpariasi. Pada lempeng agar darah umumnya koloni lebih
besar dan pada parietas tertentu koloninya dikelilingi oleh
zona hemolisis (Syahrurachman, 2010).
4. Media Biakan
Media biakan yang murni untuk menumbuhkan mikroba
terdapat dalam bentuk padat, semi padat, dan cair. Media
padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar yang
berasal dar ganggang merah yang digunakan sebagai bahan
pemadat dalam media adalah 1,5-2%. Dalam pembuatan
media biakan diperlukan nutrient sebagai bahan makanan yang
sesuai juga kondisi fisik yang memungkinkan seperti suhu,
atmosfer gas, pH, oksigen dan tekanan yang optimum untuk
pertumbuhan. (Lay, 1994)
13
Pemilihan media MHA (Mueller Hinton Agar) karena bakteri
yang digunakan adalah bakteri biakan murni dan media yang
cocok adalah media MHA (Mueller Hinton Agar) (Bonang,
1982).
Media MHA (Mueller Hinton Agar) yang berkomposisi :
a. Acid Casein Peptone 17,5
b. Calf Brain Infusion 2.0
c. Starch 1,5
d. Agar 14.0
5. Antibiotik pembanding
Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah
Tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan agen antimikroba hasil
biosintesis yang memiliki spektrum luas. Mekanisme kerjanya
yaitu blokade terikatnya asam amino ke ribosom baktei (sub
unit 30S). Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang
luas terhadap bakteri gram positif seperti Staphylococcus
aureus,
gram
negatif,
chlamydia,
mycoplasma,
bahkan
rickettsia (Anonim, 2005).
Pada penelitian Yetty herdiati dan mieke Hemiawati FKG
Universitas Padjajaran (2013) didapatkan bahwa tetrasiklin
mempunyai efektivitas pada bakteri Staphylococcus aureus.
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan
adalah
klortetrasiklin
yang
dihasilkan
aureofaciens.
Generasi
pertama
oksitetrasiklin,
klortetrasiklin.
oleh
streptomyces
meliputi
Generasi
kedua
tetrasiklin,
memiliki
karakteristik farmakokinetik yang lebih baik yaitu antara lain
memiliki volume distribusi yang lebih luas karena profil
lipofiliknya dan juga bioavailibilitasnya lebih besar (Bobone dkk,
2013).
14
6. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi
minimum dari suatu zat yang mempunyai efek daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme (Wattimana, 1981)
Metode cakam kirby bauer merupakan cara yang mudah
untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap antibiotik.
Cara ini dilakukan dengan melakukan streaking inokulum
standar organismenya pada permukaan medium Mueller Hinton
agar dalam lempeng gelas (patri disk), kemudian cakram
antibiotik yang telah tercampur dengan agen antibakteri
ditempelkan pada permukaannya dan diinkubasi dengan suhu
35°- 37ºC selama 24 jam. Setelah itu, dilakukan pengukuran
diameter zona hambat pertumbuhan bakteri di sekitar cakram
antibiotik (Suswati dan Mufida, 2009).
Tabel 2.1 Klasifikasi respon hambatan Pertumbuhan
bakteri menurut Greenwood oleh Pratama (2005)
Diameter Zona Hambat
20 mm
10-20 mm
5-10 mm
≤ 5 mm
Respon Hambatan
Pertumbuhan
Sangat kuat
Kuat
Sedang
Lemah
Pengujian efektivitas antibakterinya menggunakan metode
difusi agar teknik disk cakram. Dengan menggunakan metode
ini jumlah larutan yang diserap dapat diatur homogen sesuai
dengan kapasitas dan daya serap kertas. Respon yang diamati
adalah berupa efek hambatan terhadap pertumbuhan mikroba
uji yang ditunjukan oleh daerah bening (inhibitor zone)
disekeliling zat uji (Djaman, 2012).
15
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada penelitian jurnal penelitian Yeni Indriani, Lanny Mulqie,
Siti Hazar dengan judul Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasasn Jeruk
Lemon (citrus limon) dan Madu Hutan Terhadap Propionibacterium
Acnes tahun 2015 menunjukkan bahwa air perasan jeruk lemon
memiliki aktivitas antibakteri terhadap propionibacterium acnes
pada konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Pada penelitian jurnal Kurnia Nirmala Tanjung, Sudarno, dan
Laksmi Sulmartiwi dengan judul Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk
Lemon (citrus limon) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan
Aeromonas Hydrophila Secara In Vitro tahun 2008 menunjukkan
adanya efektivitas ekstrak kulit jeruk lemon sebagai antibakteri
pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,12%, dan
1,56%.
16
C. Kerangka Berfikir
Air Perasan
jeruk Lemon
Uji Efektivitas
Antibakteri pada
Staphylococcus
aureus
Efektif
Tidak efektif
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Penelitian
D. Hipotesis
Perasan air jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) memiliki
efektivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Download