UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN JERUK LEMON (Citrus Limon (L.) Burm. f. ) TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi Pada Program Studi DIII Farmasi Oleh: ELLY NURLAELY NIM. 13DF277016 PROGRAM STUDI D3 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 INTISARI UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN JERUK LEMON (Citrus Limon (L.) Burm f.)TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS1 Elly Nurlaely2 Susan Sintia Ramdhani, S.Farm3 Nurhidayati Harun, S.Far., Apt Keanekaragaman tumbuhan banyak memiliki manfaat sebagai pengobatan untuk berbagai macam penyakit yang dikenal dengan obat tradisional. Suatu pengembangan baru diperlukan mengenai terapi alternatif yang memanfaatkan antibakteri alamis sebagai antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk lemon (Citrus Limon (L.) Burm f.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Sampel penelitian ini adalah air perasan jeruk lemon (Citrus limon (L) Burm f.). Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan metode kirby bauer (cakram disk). Hasil peneltian menunjukkan bahwa air perasan jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm f.) pada konsentrasi 20% menunjukkan konsentrasi hambat minimum dengan daya efektivitas sedang. Semakin meningkat konsentrasi air perasan jeruk lemon maka semakin besar kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Kata kunci: Air perasan jeruk lemon, Staphylococcus aureus, metode cakram disk Keterangan: 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama pembimbing II. ABSTRACT UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN JERUK LEMON (Citrus Limon (L.) Burm f.)TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS1 Elly Nurlaely2 Susan Sintia Ramdhani, S.Farm3 Nurhidayati Harun, S.Far., Apt The plants diversity has a benefits to treat various kind of desease known as traditional drug. The new development are required for alternative therapy antibacterials as an antibiotic. This research aims to determine the effectiveness of lemon juice (Citrus Limon(L.)Burm f.) towards staphylococcus aureus. This type of research is an experimental. The sample of this research is lemon juice. The examination is using Kirby bauer cakram disk method. The result of this research shows that lemon juice on concentration of 20% show concentration with minimum resistor effectivities meoderate. If the concentration lemon juice are increase then the ability to inhibit the growth of staphylococcus aureus are bigger. Keterangan: 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama pembimbing II. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang dan merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama pada daerah tropis. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi yg sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus yang merupakan patogen utama pada manusia. S. aureus merupakan flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia, namun dalam kondisi kulit tersebut rusak atau terbuka karena beberapa alasan, maka bakteri dapat masuk melalui luka dan menyebabkan infeksi. Infeksi S. aureus juga dapat menyebabkan penyakit yang serius dan mengancam jiwa bila sampai masuk dalam aliran darah, misalnya pneumonia, meningitis, endokarditis, dan sepsis. Beberapa tahun terakhir S. Aureus menunjukkan resistensi terhadap antibakteri yang biasa digunakan. Karena banyaknya resistensi antibakteri terhadap S. aureus ini, maka diperlukan suatu pengembangan baru mengenai terapi alternatif yang memanfaatkan antibakteri alamis sebagai antibiotik (Nindhita, 2012). Sepanjang sejarah manusia, jutaan orang dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi bakteri. Secara umum disebabkan oleh empat kelompok besar hama penyakit yaitu bakteri, jamur, virus, dan parasit. Di negara berkembang angka kematiannya mencapai 39,5 juta, lebih dari 25% disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasit (Dwiprahasto, 2005). 1 2 Keanekaragaman hayati diciptakan Allah SWT untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hal tersebut merupakan rahmat yang diberikan Allah SWT terhadap manusia sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-nahl ayat 11 sebagai berikut : “Artinya : Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buahbuahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.(An-nahl : 11)” Salah satunya dengan jeruk lemon yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia dan dapat digunakan sebagai antibakteri, jeruk lemon diperkenalkan di Eropa oleh bangsa Arab pada abad ke-12. Bila masak, kulit buahnya berwarna kuning terang sampai oranye, berbintik-bintik seperti kulit jeruk lainnya. Setiap 100g yang setara dengan dua buah jeruk lemon ukuran sedang menyediakan 29 kalori; 1,1 g protein; 0,3 g lemak; 2,9 g gula alami dan 2,9 g serat. Jeruk lemon mempunyai komposisi utama gula dan asam sitrat. Kandungan jeruk lemon antara lain flavonoid (flavones), limonen, asam folat, tanin, vitamin (C, A, B1, dan P), dan mineral (kalium, magnesium) (N.S Budiana, 2013). Kandungan buah jeruk lemon sangat banyak memiliki manfaat, diantaranya untuk kesehatan kulit seperti mengatasi jerawat. Kandungan alamiah yang terkandung dalam jeruk lemon dapat berguna sebagai antibakteri alami. Asam sitrat yang terkandung dalam air perasan jeruk lemon memiliki daya sebagai antibakteri. 3 Oleh karena hal tersebut di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Uji efektifitas air perasan jeruk lemon terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus”. B. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya menguji efektivitas air perasan jeruk lemon (citrus limon) dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode cakram kertas. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat efektivitas air perasan jeruk lemon terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus?. 2. Pada konsentrasi air perasan jeruk lemon berapakah yang memiliki efektivitas? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk lemon terhadap bakteri Staphylococcus aureus. 2. Untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk lemon pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. 4 D. Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang farmasi. 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman khususnya di bidang mikrobiologi. 3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan kegunaan jeruk lemon untuk mengobati infeksi atau sebagai antibakteri pada luka. 5 E. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, namun terdapat juga perbedaan. Adapun penelitiannya yaitu sebagai berikut : Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Yang Mirip Dengan Penelitian Yang Akan dilakukan Judul Nama Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Lemon (citrus limon) dan Madu Hutan Terhadap Propionibacterium Acnes Yeni Indriani, Lanny Mulqie, Siti Hazar. Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Lemon (citrus limon) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Aeromonas Hydrophila Secara In Vitro Kurnia Nirmala Tanjung, Sudarno, dan Laksmi Sulmartiwi Tempat Universitas Islam Bandung Universitas Airlangga Tahun 2015 2008 Persamaan Perbedaan Sampel penelitian Menganalisa Uji Efektifitas Terhadap Bakteri propionibacterium acnes. Uji Antibakteri Sampel yang digunakan ekstrak dari Kulit jeruk lemon. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Jeruk Lemon (Citrus Limon(L.) Burm. f.) Gambar 2.1 (Buah jeruk lemon ) a. Klasifikasi Klasifikasi botani tanaman Jeruk lemon Regnum : Plantae Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotylodeneae Subclassis : Dialypetalae Ordo : Rutales Familia : Rutaceae Genus : Citrus Species : Citrus Limon (L.) Burm. f. b. Deskripsi Jeruk lemon merupakan pohon perdu, batang berduri panjang tetapi tidak rapat, tegak, bulat, percabangan simpodial, berduri. Daun berwarna hijau dengan tepi rata, tunggal, berseling, lonjong, ujung dan pangkal meruncing, 6 7 panjang 7-8 cm, lebar 4-5 cm, tangkai silindris, permukaan licin. Majemuk, diujung batang dan diketiak daun, tangkai segitiga, panjang 1-1,5 cm, hijau, kelopak bentuk bintang, hijau, benang sari panjang ± 1,5 cm, kepala sari bentuk ginjal, kuning, tangkai putik silindris, panjang ± 1 cm, kepala putik bulat, kuning, mahkota lima helai, bentuk bintang, putih kekuningan. Buah lemon berkulit kasar, berwarna kuning orange, bentuknya buni agak bulat dengan panjang 5-8 cm, tebal kulitnya 0,5-0,7 cm dan dasarnya menonjol. c. Penyebaran Lemon (Citrus Limon) merupakan tanaman asli Asia Tenggara (Manner et al, 2006 ). Jeruk lemon berasal dari Birma Bagian Utara dan Cina Selatan. Penyebaran jeruk lemon di Indonesia berada di Jawa dan telah dibudidayakan. Jeruk lemon dapat tumbuh baik didataran rendah hingga ketinggian 800 meter diatas permukaan laut. (Aak, 1994:198). Bagian dari tanaman Lemon yang sering digunakan adalah kulit buah, bunga, daun, air perasan (Sauls, 1998). d. Kandungan kimia Setiap 100 g yang setara dengan dua buah jeruk lemon ukuran sedang terdapat 29 kalori ; 1,1 g protein ; 0.3 g lemak ; 2,9 g gula alami ; dan 2,8 g serat. Jeruk lemon memiliki kandungan utama gula dan asam sitrat. Kandungan jeruk antara lain flavonoid (flavones), limonen, asam folat, tanin, vitamin (C, A, B1, dan P), dan mineral (kalium, magnesium). Kulit jeruk lemon terdiri dari dua lapis. Bagian luar mengandung minyak esensial (6%) dengan komposisi limonen (90%), citral (5%), dan sejumlah kecil citronelall, alfa-terpineol, linalyl, dan geranyl acetate. Kulit jeruk lapisan dalam tidak mengandung minyak esensial, tetapi 8 mengandung glikosida plavon yang pahit, derivat koumarin, dan pektin (Sutriningsih, 2005). Jeruk lemon mengandung asam sitrat yang dapat meremajakan kulit. Air jeruk lemon bermanfaat untuk membantu mengatasi jerawat, karena lemon berguna sebagai antibakteri alamiah (Sutriningsih, 2005). Zat yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri dalam buah jeruk lemon adalah asam sitrat yang merupakan asam organik utama yang terkandung dalam air perasan jeruk lemon (Temotake et al, 2005). Asam sitrat mempunyai mekanisme kerja menurunkan pH dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang ada. Terhambatnya bakteri tersebut dikarenakan adanya kandungan kimia pada jeruk lemon yaitu asam sitrat. Asam sitrat merupakan salah satu jenis organik yang telah banyak digunakan dan terbentuk secara alamiah didalam buahbuahan seperti jeruk. Asam sitrat tidak berwarna, berasa asam, tidak berbau dan lebih cepat larut dalam air panas. (Winarno, 1997). 2. Antibakteri Antibakteri adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan (Syahrurachman, 1994). Dalam penggolongannya antibakteri dikenal dengan antiseptik dan antibiotik. Berbeda dengan antibiotik yang tidak merugikan sel-sel jaringan manusia, daya kerja antiseptik tidak membedakan antara mikroorganisme dan jaringan tubuh. Namun pada dosis normal praktis tidak dapat bersifat merangsang kulit (Sastroamidjojo, 1967). 9 Pengujian aktivitas antibakteri adalah tekhnik untuk mengukur berapa besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi mikroorganisme (Dart, 1996). Berdasarkan mekanisme kerjanya, dibagi dalam lima kelompok: a. Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS), dan sulfon. Dari mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Kuman pathogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila 15 sulfonamide atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan bakteri akan terganggu. b. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, bacitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Obatobat tersebut menghambat reaksi sintesis dinding sel yang tersusun atas peptidoglikan. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka. c. Antibakteri yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antibakteri kemoteraupetik, seperti antiseptik surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa ammonium-kuaterner dapat merusak membran 10 selsetelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel bakteri. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel bakteri sehingga menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri. d. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri Obat yang termasuk aminoglikosid, makrolid, dalam kelompok linkomisin, ini tetrasiklin, adalah dan kloramfenikol. Sintesis protein berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Obat-obat tersebut menghambat sintesis sel bakteri dengan berikatan dengan salah satu ribosom di atas. e. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat anzim DNA gyrase pada kuman yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral sehingga muat dalam sel kuman yang kecil (Setiabudy, 2007) 11 3. Bakteri Staphylococcus aureus Gambar 2.2 (Bakteri Staphylococcus aureus) a. Pengertian Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus adalah kuman gram positif. Kuman ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. S. aureus juga merupakan patogen utama pada manusia. Setiap jaringan atau alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan (Syahrurachman dkk, 2010) b. Klasifikasi Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Staphylococceae Genus : Staphylococcus Spesies : S. aureus (Shodikin et al, 2006) pada kulit. 12 c. Sifat Biakan Jenis- jenis Staphylococcus di laboratorium tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa pada suhu 370 C. Batas suhu untuk pertumbuhannya adalah 150 C dan 400 C, sedangkan suhu pertumbuhan optimum ialah 350 C. Pertumbuhan terbaik dan khas ialah pada suasana aerob, Bakteri ini pun bersipat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung hydrogen dan pH optimum untuk pertumbuhan ialah 7,4. Pada lempeng agar koloninya berbentuk bulat ,diameter 1-2 mm, embung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak. Warna khas ialah kuning keemasan, hanya intensitas warnanya dapat berpariasi. Pada lempeng agar darah umumnya koloni lebih besar dan pada parietas tertentu koloninya dikelilingi oleh zona hemolisis (Syahrurachman, 2010). 4. Media Biakan Media biakan yang murni untuk menumbuhkan mikroba terdapat dalam bentuk padat, semi padat, dan cair. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar yang berasal dar ganggang merah yang digunakan sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2%. Dalam pembuatan media biakan diperlukan nutrient sebagai bahan makanan yang sesuai juga kondisi fisik yang memungkinkan seperti suhu, atmosfer gas, pH, oksigen dan tekanan yang optimum untuk pertumbuhan. (Lay, 1994) 13 Pemilihan media MHA (Mueller Hinton Agar) karena bakteri yang digunakan adalah bakteri biakan murni dan media yang cocok adalah media MHA (Mueller Hinton Agar) (Bonang, 1982). Media MHA (Mueller Hinton Agar) yang berkomposisi : a. Acid Casein Peptone 17,5 b. Calf Brain Infusion 2.0 c. Starch 1,5 d. Agar 14.0 5. Antibiotik pembanding Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan agen antimikroba hasil biosintesis yang memiliki spektrum luas. Mekanisme kerjanya yaitu blokade terikatnya asam amino ke ribosom baktei (sub unit 30S). Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang luas terhadap bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus, gram negatif, chlamydia, mycoplasma, bahkan rickettsia (Anonim, 2005). Pada penelitian Yetty herdiati dan mieke Hemiawati FKG Universitas Padjajaran (2013) didapatkan bahwa tetrasiklin mempunyai efektivitas pada bakteri Staphylococcus aureus. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan aureofaciens. Generasi pertama oksitetrasiklin, klortetrasiklin. oleh streptomyces meliputi Generasi kedua tetrasiklin, memiliki karakteristik farmakokinetik yang lebih baik yaitu antara lain memiliki volume distribusi yang lebih luas karena profil lipofiliknya dan juga bioavailibilitasnya lebih besar (Bobone dkk, 2013). 14 6. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi minimum dari suatu zat yang mempunyai efek daya hambat pertumbuhan mikroorganisme (Wattimana, 1981) Metode cakam kirby bauer merupakan cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap antibiotik. Cara ini dilakukan dengan melakukan streaking inokulum standar organismenya pada permukaan medium Mueller Hinton agar dalam lempeng gelas (patri disk), kemudian cakram antibiotik yang telah tercampur dengan agen antibakteri ditempelkan pada permukaannya dan diinkubasi dengan suhu 35°- 37ºC selama 24 jam. Setelah itu, dilakukan pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan bakteri di sekitar cakram antibiotik (Suswati dan Mufida, 2009). Tabel 2.1 Klasifikasi respon hambatan Pertumbuhan bakteri menurut Greenwood oleh Pratama (2005) Diameter Zona Hambat 20 mm 10-20 mm 5-10 mm ≤ 5 mm Respon Hambatan Pertumbuhan Sangat kuat Kuat Sedang Lemah Pengujian efektivitas antibakterinya menggunakan metode difusi agar teknik disk cakram. Dengan menggunakan metode ini jumlah larutan yang diserap dapat diatur homogen sesuai dengan kapasitas dan daya serap kertas. Respon yang diamati adalah berupa efek hambatan terhadap pertumbuhan mikroba uji yang ditunjukan oleh daerah bening (inhibitor zone) disekeliling zat uji (Djaman, 2012). 15 B. Hasil Penelitian yang Relevan Pada penelitian jurnal penelitian Yeni Indriani, Lanny Mulqie, Siti Hazar dengan judul Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasasn Jeruk Lemon (citrus limon) dan Madu Hutan Terhadap Propionibacterium Acnes tahun 2015 menunjukkan bahwa air perasan jeruk lemon memiliki aktivitas antibakteri terhadap propionibacterium acnes pada konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Pada penelitian jurnal Kurnia Nirmala Tanjung, Sudarno, dan Laksmi Sulmartiwi dengan judul Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Lemon (citrus limon) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Aeromonas Hydrophila Secara In Vitro tahun 2008 menunjukkan adanya efektivitas ekstrak kulit jeruk lemon sebagai antibakteri pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,12%, dan 1,56%. 16 C. Kerangka Berfikir Air Perasan jeruk Lemon Uji Efektivitas Antibakteri pada Staphylococcus aureus Efektif Tidak efektif Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Penelitian D. Hipotesis Perasan air jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) memiliki efektivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.