PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

advertisement
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
ISSN 1693-3591
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK PENDERITA TIFUS ABDOMINALIS DI
INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS PERIODE AGUSTUS 2009 – JULI 2010
Desy Sapmaimy, Anis Kusumawati, Indri Hapsari
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh,
PO BOX 202, Purwokerto 53182
ABSTRAK
Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik dengan tingkat kematian
yang signifikan terjadi hampir sepanjang tahun. Penyakit ini masih merupakan
permasalahan kesehatan umum yang terjadi di negara-negara berkembang, terutama
pada anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita tifus abdominalis di instalasi rawat
inap RSUD Banyumas periode Agustus 2009-Juli 2010. Penelitian ini dilakukan dengan
metode retrospektif menggunakan data rekam medik yang dianalisis dan dibandingkan
dengan standar terapi RSUD Banyumas. Sampel yang digunakan diambil secara
menyeluruh sebanyak 19 pasien. Hasil penelitian menunjukkan, penderita tifusd
abdominalis pada anak laki laki 63,16% dan anak perempuan 36,84%. Terdapat enam
jenis antibiotika yang digunakan dalam 19 kasus tifus abdominalis. Klorampenikol
merupakan antibiotika pilihan utama terhadap salmonella typi dan banyak digunakan di
RSUD Banyumas.
Kata kunci : antibiotika, pasien anak, tifus abdominalis, RSUD Banyumas
ABSTRACT
Typhus abdominalis is the systemic infectious disease with significant morbidity
almost throughout the year. It is still a common health problem in developing countries,
especially children in Indonesia. The objective of this study is to investigate the utilization
of antibiotics in hospitalized children patient with Typhus abdominalis at RSUD
Banyumas during the period of August 2009-July 2010. This was a retrospective study
using medical record data that analysed and compared with therapy standard of RSUD
Banyumas. The whole samples were admitted amount 19 patient. The result showed
that 63,16% boys and 36,84% girls are positive typus abdominalis. There are six kinds of
antibiotic agent used by 19 cases. Clorampenikol was still become the drugs of choice
against salmonella typhi and most widely used at RSUD Banyumas.
Key word : antibiotics, children, typhus abdominalis, RSUD Banyumas
Pendahuluan
Tifus
abdominalis
adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat
pada
saluran
pencernaan
dengan
gejala
demam
lebih
1minggu,
57
gangguan
pada
dari
saluran
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
pencernaan dan gangguan kesadaran
ISSN 1693-3591
1. Pasien Tifus abdominalis adalah
(Hasan, 1985). Di Indonesia, angka
pasien
yang
kejadian lebih banyak terjadi pada anak
abdominalis.
didiagnosis
Tifus
umur 3-6 tahun yaitu sebanyak 1307
2. Kasus infeksi pada penderita Tifus
kasus per 100.000 penduduk per tahun,
abdominalis adalah kasus infeksi
kemudian umur 7-19 tahun sebanyak
yang
1172 kasus dan
Salmonella typhi dan Salmonella
umur 20-44 tahun
disebabkan
sebanyak 182 kasus (Ochiai et al dalam
paratyphi.
Kothari et al, 2008). Sumber penularan
2. Antibiotika
penyakit
Tifus
abdominalis
dapat
dapat
terkontaminasi
membunuh
muntahan
maupun
Salmonella
tyhpi
bahan
cairan
dapat
adalah
kuman
zat
yang
dibentuk oleh mikroorganisme yang
melalui makanan atau minuman yang
dari
oleh
feses,
badan.
menghambat
atau
pertumbuhan
mikroorganisme lain ( Mutshler,
menyebar
1991)
melalui tangan penderita, lalat dan
3. Penggunaan antibiotika
serangga lain (Musnelina dkk, 2004).
meliputi
golongan dan jenis obat, dosis, dan
Penggunaaan antibiotika yang
cara pemberian serta frekuensi
kurang tepat dapat terjadi. Hal ini
pemberian dan lama perawatan.
menyebabkan ketidaksesuaian dalam
4. Tempat penelitian adalah Rumah
pengobatan
penyakit,
jumlah
dan
Sakit Umum Daerah Banyumas.
pemberian obat yang tidak tepat serta
5. Pasien yang diteliti adalah pasien
peningkatan terhadap biaya (Smith dan
yang dirawat inap selama periode
Knapp, 1987)
Agustus 2009-Juli 2010.
Melalui data rekam medik pada
6. Metode pengumpulan data adalah
periode Agustus 2009-Juli 2010 akan
metode retrospektif. Retrospektif
diteliti
yaitu penelitian untuk menggali dan
antibiotika
bagaimana
yang
penggunaan
dilakukan
dengan
menjelaskan data-data pada masa
standar pelayanan yang berlaku di
lampau (Arief, 2008)
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
7. Teknik
analisis
data
dilakukan
dengan membandingkan dengan
Metode Penelitian
Pedoman
Definisi operasional penelitian
Rumah
58
Diagnosa
Sakit
dan
Umum
Terapi
Daerah
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
ISSN 1693-3591
Banyumas, Background document:
total atau penelitian populasi (Nawawi,
The
1983 )
diagnosis
treatment
and
prevention of typhoid fever dan
Analisis hasil
clinical guidelines diagnosis and
Data
treatment manual, serta Obat Obat
penelitian dianalisis dan dibandingkan
Penting.
dengan Pedoman Diagnosa dan Terapi
yang
diambil
dari
sampel
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas,
Subjek Penelitian
Populasi
Background document: The diagnosis
adalah
pasien
Tifus
treatment and prevention of typhoid
Abdominalis yang dirawat inap di
fever dan clinical guidelines diagnosis
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
and treatment manual, serta Obat Obat
selama periode Agustus 2009-Juli 2010.
Penting.
Sampel adalah pasien anak dengan usia
1-12 tahun ( Hughes et al, 1998)
Hasil Dan Pembahasan
berjumlah
Berdasarkan19Bulan
pasien
Masuk
dengan uji widal
positif. Penelitian menggunakan sampel
Tabel 1. Kasus berdasarkan bulan masuk
Bulan
Agustus
Sptember
Oktober
Novmber
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Th
2009
2009
2009
2009
2009
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
Kasus
2
3
1
3
1
3
1
2
3
%
10,53
15,79
5,26
15,79
5,26
15,79
5,26
10,53
15,79
Berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tabel 2. Tabel Pasien berdasarkan usia dan jenis kelamin
Kategori
Umur (th)
Anak
Total
1 – 12 th
Laki-laki
Jumlah
%
12
63,16
59
Perempuan
Jumlah
%
7
36,84
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
Pada
balita
ISSN 1693-3591
kemungkinan
pasien tifus abdominalis atau karier,
berhubungan dengan kebiasaan anak
konsumsi es krim, konsumsi jajanan di
yang suka menghisap jempol dan
pinggir jalan dan konsumsi sayur dan
memasukan benda asing ke dalam
buah
mulut.
sekolah,
menggunakan kotoran manusia ( Bhan
kegiatan
et al dalam Kothari et al, 2005 ).
sekolah yang menyita waktu terbesar
Berdasarkan pemeriksaan Widal
Pada
kemungkinan
anak
usia
disebabkan
dari aktivitas keseluruhan anak sehari
mentah
yang
Dalam
dipupuk
penelitian
hari termasuk aktivitas makan atau
menggunakan
jajan. Kondisi ini berhubungan dengan
memiliki hasil uji widal positif. Makin
pola
tinggi
penyebaran
makanan
atau
infeksi
minuman
melalui
yang
data
ini
titernya,
pasien
makin
yang
besar
kemungkinan pasien menderita tifus
terkontaminasi feses, selain itu juga
abdominalis
(Juwono,
1996).
kemungkinan adanya kontak dengan
Tabel 3. Tabel Hasil pemeriksaan widal
Tipe
O
H
Para A
1/60
2
-
1/80
2
1
1/160
2
4
-
Titer
1/280
1
-
Jumlah
1/320
6
1
-
1/640
4
2
-
1/1280
1
5
-
15
15
1
Cepat dan tepatnya pengobatan tifus
Komplikasi
abdominalis berpengaruh pada tingkat
Komplikasi yang banyak menyertai tifus
kesembuhan
abdominalis adalah anemia. Komplikasi
1996).Keadaan pulang pasien perlu
ini kemungkinan berhubungan dengan
diperhatikan agar tidak terjadi relaps.
perdarahan usus dan absorbsi zat gizi di
Relaps dapat terjadi pada 10-20 %
ileum yang terganggu.
pasien ( Joshi, 2001).
60
pasien
(Juwono,
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
ISSN 1693-3591
Tabel 4. Komplikasi
Rekam Medik
515882
536334
525805
525807
437610
308843
522495
520969
520731
550427
523008
520526
Komplikasi
Bronchitis, candidiasis
Anemia
Demam Berdarah
Demam Berdarah
Faringitis
Epilepsi
ISK
Anemia
Anemia
Demam Berdarah, diare
ISK, anemia
ISK
Lama perawatan dan keadaan pulang pasien
Tabel 5. Tabel Lama perawatan pasien
No
1
2
total
Lama
perawatan
(hari)
1-5
≥6
Jml
pasien
%
8
11
19
42,11
57,89
Tabel 6. Tabel Keadaan pulang pasien
Keadaan pulang
Sembuh
Membaik
Mati
Total
Jumlah
4
15
19
%
21,05
78,95
100
Penggunaan antibiotika
Berdasarkan data yang diperoleh
di
instalasi
rekam
medis
Antibiotik tunggal yang banyak
RSUD
digunakan
yaitu
kloramfenikol
dan
Banyumas, pengobatan tifus abdominalis
seftriakson. Kloramfenikol merupakan
pada pasien anak yang dirawat inap di
antibiotik
RSUD Banyumas periode Agustus 2009-
mekanisme
juli
protein (Mutschler, 1991).
2010
menggunakan
6
macam
antibiotik dari 4 jenis golongan.
61
spektrum
luas
menghambat
dengan
sintesis
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
ISSN 1693-3591
Terapi antibiotika tunggal
Sebanyak 8 pasien diterapi dengan
Tabel 7. Tabel Terapi antibiotika tunggal
menggunakan multiple antibiotika yaitu
No. Rekam
Medik
Jenis
Rute
524399
437610
527259
550427
509889
523271
536334
308843
528129
529467
520526
kloramfenikol
kloramfenikol
kloramfenikol
kloramfenikol
kloramfenikol
kloramfenikol
seftriakson
seftriakson
seftriakson
seftriakson
seftriakson
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
3 pasien diterapi dengan 2 macam
antibiotika dan 5 pasien diterapi dengan
3 macam antibiotika. Antibiotika yang
digunakan
adalah
antibiotika
dari
golongan sepalosporin, klorampenikol,
penisilin dan fluorkuinolon.
Kesesuaian penggunaan antibiotika
Penggunaan antibiotika tunggal
dan multiple pada pasien anak penderita
Setelah
sefalosporin
generasi
kloramfenikol,
tifus abdominalis dibandingkan dengan
ketiga
Pedoman Diagnosa dan Terapi Demam
yaitu
seftriakson menjadi antibiotika kedua
Tifoid RSUD Banyumas.
yang paling banyak digunakan di RSUD
Sebanyak
6
antibiotika
Banyumas pada penggunaan antibiotika
digunakan
tunggal. Seftriakson memiliki sifat yang
abdominalis, 3 diantaranya sesuai dan 3
menguntungkan yaitu secara selektif
tidak sesuai. Antibiotika yang tidak
dapat merusak struktur kuman dan tidak
sesuai yaitu sefotaksim, ampisillin dan
mengganggu
manusia,
siprofloksasin. Hal ini dimungkinkan
mempunyai spektrum luas, penetrasi
karena antibiotika tersebut diberikan
jaringan cukup baik dan resistensi kuman
untuk mengobati komplikasi penyakit.
sel
tubuh
dalam
jenis
pengobatan
tifus
masih terbatas ( Musnelina dkk, 2004).
Penggunaan multiple antibiotika
Menurut Bhutta et al, penggunaan
sefalosporin
generasi
ketiga
tidak
yaitu
dapat
dibandingkan
dengan
seftriakson efektif digunakan dalam
standar Pedoman Diagnosa dan Terapi
pengobatan
RSUD Banyumas karena pada standar
tifus
abdominalis
yang
dimana strain Salmonella. typi telah
yang
resisten
adanya penggunaan lebih dari satu
terhadap
ampisilin,
tersedia
kloramfenikol dan kotrimoksazol.
antibiotika
Terapi Multiple antibiotika
abdominalis.
62
tidak
pada
mencantumkan
penderita
tifus
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
ISSN 1693-3591
Tabel 8. Tabel Terapi Multiple antibiotika
No. Rekam
Medik
515882
525805
523497
525807
522495
520969
520731
523008
Jenis
Rute
Seftriakson
i.v
Ganti Kloramfenikol
i.v
Kloramfenikol
i.v
kombinasi dengan Ampisilin
i.v
Ganti Sefiksim
O
Kloramfenikol
i.v
kombinasi dengan Ampisilin
i.v
Sefotaksim
i.v
kombinasi dengan Ampisilin
i.v
Ganti Sefiksim
O
Ampisilin
i.v
ganti Seftriakson
i.v
ganti Sefiksim
O
Siprofloksasin
i.v
Kombinasi dengan
i.v
Seftriakson
Ganti Sefiksim
O
Seftriakson
i.v
Ganti Ampisilin
i.v
Kombinasi dengan
i.v
Kloramfenikol
Seftriakson
i.v
Ganti siprofloksasin
O
Ket: TD: Tidak dapat dibandingkan
Keterangan
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
Tabel 9. Tabel Kesesuaian antibiotika
Jenis
sesuai
Kloramfenikol
Seftriakson
Sefixim
Sefotaksim
Ampisillin
Siprofloksasin
Tidak
sesuai






Kesesuaian dosis
Dosis anak= ( n/n+12 ) x Dosis dewasa
Terdapat 32 dosis pada 19 kasus
Ket: n = usia ( Tahun )
tifus abdominalis. Penghitungan dosis
dihitung berdasarkan rumus Young.
63
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
ISSN 1693-3591
Tabel 10. Tabel Kesesuaian dosis
No.
RM
Usia
(th)
Rute
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
536334
524399
437610
308843
527259
528129
529467
550427
509889
523271
520526
515882
2
6
10
11
7
3
2
6
10
9
2
5
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
i.v
Iv
iv
Iv
Iv
O
Iv
Jenis
Dosis
dewasa
(mg/hari)
Seftriakson 1
Kloramfenikol 1
Kloramfenikol 1
Seftriakson 1
Kloramfenikol 1
Seftriakson 1
Seftriakson 1
Kloramfenikol 1
Kloramfenikol 1
Kloramfenikol 1
Seftriakson 1
Seftriakson 1
Kloramfenikol 1
Ampisilin 2
Kloramfenikol 1
Cefixime 1
Kloramfenikol 1
Ampisilin 2
Cefixime 1
Cefotaxime 1
Ampisilin 2
Seftriakson 1
Ampisilin 2
Cefixime 1
4000
2000
2000
4000
2000
4000
4000
2000
2000
2000
4000
4000
2000
3000
2000
400
2000
3000
400
4000
3000
4000
3000
400
Perhitungan
Dosis anak
berdasarkan
rumus
young
(mg/hari)
571
666,67
909,09
1913,04
736,84
800
571
666,67
909,09
857,14
571
1176
588,24
1200
800
160
909,09
1363,64
171,43
1714,29
1285,71
1000
750
-
Dosis
anak yg
diberikan
di RSUD
(mg/hari)
F
Total
Dosis
anak
yang
diberikan
(mg/hari)
800
1400
1500
2000
1400
1000
800
1400
2000
2000
1000
1300
1600
2000
2000
100
3000
3000
150
1950
1950
1400
1400
-
Ket.
400
2
DB
350
4
DB
375
4
DB
1000
2
DB
350
4
DB
500
2
DB
400
2
DB
350
4
DB
500
4
DB
500
4
DB
500
2
DB
650
2
DB
400
4
DB
13. 525805
8
500
4
DB
500
4
DB
50
2
TM
14. 523497 10
750
4
DB
750
4
DB
15. 525807
9
O
75
2
TM
650
3
DB
650
3
DB
16. 522495
4
Iv
700
2
DB
Iv
350
4
DB
O
0,75
2
TD
cth
17. 520969
5
Iv
Seftriakson 1
4000
1176,47
500
2
1000
TM
O
Cefixime 1
400
1 cth
2
TD
Iv
Ciprofloksasin 3
1000
294,12
150
2
300
DB
18. 520731
6
Iv
Seftriakson 1
4000
1333,33
500
2
1000
TM
Iv
Kloramfenikol 1
2000
666,67
500
4
2000
DB
Iv
Ampisilin 2
3000
999,99
500
4
2000
DB
19. 523008 12
Iv
Seftriakson 1
4000
2000
1000
2
2000
M
o
Ciprofloksasin 3
1000
500
400
2
800
DB
Ket: DB: dosis berlebih, TM: tidak memenuhi dosis, : TD: tidak dapat dibandingkan, M:
memenuhi, F: frekuensi pemberian, 1: menurut WHO; 2003, 2: menurut Tjay dan kirana;2002, 3:
menurut broek et al 2010.
menyulitkan
Keadaan
ini
kemungkinan
membandingkan
peneliti
kesesuaian
dalam
dosis
berhubungan dengan perhitungan dosis
dengan standar yang ada di RSUD
anak di RSUD Banyumas menggunakan
Banyumas.
berat
badan.
mengenai
Tidak
berat
adanya
badan
data
pasien
64
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
Kesimpulan
2009 : Pemerintah Kabupaten
Banyumas. P.45
Arief,
M.T.Q.2008.
Pengantar
Metodologi Penelitian Untuk
Ilmu Kesehatan. Surakarta:
UNS press
Bhan MK, Bahl R, Batnagar S.2005.
typhoid and para typhoid fever.
Lanset 366:749-762 dalam
Kothari A, Pruthi A, Chugh TD.
2008. The Burden of Enteric
fever.J.Infect
Developing
Countries 2008;2(4):253-259
Broek I, Haris M, Hanken M, Mecaury M,
Palma PP, Szumilin S, Grouzard
V.2010.Clinical
Guidelines
Diagnosis
and
Treatment
Manual.
Hasan ,R.1985.Ilmu Kesehatan Anak 2.
FKUI : Jakarta.
Hughes J,Donely R, James G, Gilaou C.
1998.
Clinical
Pharmacy
Practical Aproach. Macmilan
Education Australia.
Joshie YK.2001.Symposium : Typhoid
fever. Journal indian academy
of clinical medicine vol.2 No.1
and 2 January-June 2001.
Juwono, R.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid I edisi ke3.FKUI:Jakarta.
Kothari A, Pruthi A, Chugh TD. 2008. The
Burden of Enteric fever.J.Infect
Developing
Countries
2008;2(4):253-259
Musnelina L, Afdhal F, Gani A, Andayani
P.2004.Pola
Pemberian
Antibiotika
Pengobatan
Demam Tifoid anak di Rumah
Sakit Fatmawati Jakarta tahun
2001-2002.Makara kesehatan
volum 8 no.1 Juni 2004:27-31
Mutschler E. 1991. Dinamika Obat ed.
5. ITB : Bandung
Nawawi
H.1983.Metode
Penelitian
Bidang Social.UGM Press
1. Antibiotika yang digunakan dalam
pengobatan Tifus abdominalis pada
pasien anak di Instalasi Rawat Inap
RSUD Banyumas Periode Agustus
2009 – Juli 2010 terdiri dari 6 jenis
antibiotika dari 4 golongan.
2. Kloramfenikol merupakan antibiotika
yang paling banyak diberikan pada
pasien
anak
penderita
Tifus
abdominalis yang dirawat inap di
RSUD Banyumas selama periode
Agustus 2009-Juli 2010.
3. Terdapat
ketidaksesuaian
penggunaan
antibiotika
dalam
pengobatan Tifus abdominalis pada
pasien anak di Instalasi Rawat Inap
RSUD Banyumas Periode Agustus
2009 – Juli 2010, yaitu penggunaan
Sefotaksim, Ampisilin, Ciprofloksasin.
8. Terdapat
32
antibiotika
abdominalis.
dosis
pada
penggunaan
pasien
Berdasarkan
ISSN 1693-3591
tifus
rumus
Young , hanya 1 yang memenuhi
sedangkan 25 dosis berlebih dan 4
dosis tidak memenuhi serta 2 dosis
tidak dapat dibandingkan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Pedoman Diagnosa dan
Terapi Bagian Kesehatan Anak
RSUD Banyumas edisi tahun
65
PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011
Smith MC dan Knapp DA.1987. Pharmacy
, Drugs and Medical Care.
Baltimore : Wiliam And
Wiliams.
Tjay TH dan Raharja K. 2002. Obat Obat
Penting. Gramedia.Jakarta
ISSN 1693-3591
WHO.2003. Background document: The
diagnosis,
treatment
and
prevention of typhoid fever.
WHO, Department of vaccines
and Biologicals: Switzerland p 3
66
Download