SISTEM KONTROL CATU DAYA DARURAT OTOMATIS 28

advertisement
SISTEM KONTROL CATU DAYA DARURAT OTOMATIS
Oleh:
Agus Risdiyanto (*)
Intisari
SISTEM KONTROL CATU DAYA DARURAT OTOMATIS. Pada umumnya sistem kontrol catu daya
dimana peranan manusia masih amat dominan. Misalnya dalam merespon besaran-besaran proses yang
diukur oleh sistem kontrol terse but dengan serangkaian langkah berupa pengaturan panel dan saklar-saklar
yang relevan telah banyak digeser dan digantikan oleh sistem kontrol otomatis. Sebabnyajelas
mengacu
pada faktor-faktor
yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas
industri itu sendiri, misalnya faktor
human error dan tingkat keunggulan yang ditawarkan sistem kontrol tersebut. Pada perencanaan dan
pembuatan unit kontrol catu daya ini menggunakan sistem pengontrolan dengan menggunakan PLC
(Programable Logic Controller). PLC merupakan sistem yang dapat memanipulasi, mengeksekusi, dan atau
memonitor keadaan proses pada laju yang amat cepat, dengan dasar data yang bisa diprogram dalam sistem
berbasis mikroprosesor integral. Dengan sistem kontrol ini dapat dicapai keamanan dan kehandalan sistem
catu daya darurat, dimana kerugian konsumen akibat hilangnya energi listrik atau pemadaman bergilir dapat
diminimalisir.
Kala Kunci : efisiensi, memanipulasi, mengeksekusi, memonitor, mikroprosesor
Abstrack
AUTOMATIC
EMERGENCY
POWER SUPPLY CONTROL SYSTEM
An automatic emergency power
supply control system has been made to replace the human role which is still dominant in responding
parameters process measured by systematic stages of controlling relevant switches and panels. This process
refers to factors influencing the efficiency and industry productivity, such as: human error and quality level
which can be done by this control system. The construction of this power supply control system used PLC
(Programmable Logic Controller), a system which is able to operate manipulate, execute, and monitor at an
highl speed process, based on programmable data under an integrated microprocessor based system. This
control system can be operated in a high accuration level in controlling an automatic emergency power supply,
which can reduce consumers loss due to electric loss or a temporary disconnection.
Key Words : Efficiency, manipulate, execute, monitor, microprocessor.
PENDAHULUAN
Masalah gangguan energi listrik ,
dan adanya pemadaman listrik
bergilir akhir-akhir ini menjadi
fenomena yang mengkhawatirkan
di Indonesia. Dampak ini sangat
mengganggu kegiatan aktivitas
masyarakat, mengingat listrik
merupakan sumber energi yang
sudah menjadi kebutuhan mutlak
bagi
masyarakat,
misalnya
digunakan untuk pendingin, TV,
radio, AC, kompor listrik, lampu
penerangan, alat -alat kantor
seperti komputer, faximile, alatalat kedokteran dan mesin-mesin
di industril".
Tidak sedikit konsumen yang
mengalami kerugian besar karena
kegiatan mereka terhenti total
akibat pemadaman. Untuk itu
diperlukan sistem catu daya
darurat
yang
baik
untuk
mengatasinya.
Pada pembuatan kontrol catu
daya darurat ini menggunakan
sistem
pengontrolan
dengan
menggunakan PLC (Programable
Logic Control). Untuk itu segala
permasalahan yang ada perlu
suatu alat yang kompak dan
fleksibel, sehingga dapat dibawa
dan diprogram pengaturannya.
Dengan menggunakan PLC
tersebut akan lebih mudah dalam
pengoperasiannya, yaitu dengan
memrogramnya melalui sebuah
Personal Computer (PC).
PERANCANGAN SISTEM
Dalam sistem catu daya darurat
otomatis
ini dibagi dalam
beberapa unit sistem diantaranya
adalah seperti pada Gambar I
berikut:
*) Kandidat Peneliti Pertama, Puslit Telimek - LIPI,
28
BERITA TEKNOLOGI BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
Sensor
DayaPLN
Catu
DayaDC
+
I
Power
Supply
I
"
KONTROL CATU DAYA
MENGGUNAKAN PLC
SIMATIC STEP7
~
t
~
1
Suplai
DayaPLN
Start/Stop
GENSET
11
I
Sensor Kondisi
GENSET
UNIT
TRAN
SFER
~
i
--
I
-- - ---
BEBAN
I
I
Sensor
Dava
1
- --
I
t
GENS
Gambar 1. Diagram Blok Sistem Catu Daya
Pada Gambar 1 dapat kita lihat
bahwa
sistem
memiliki
pengaturan yang sangat komplek.
PLC
sebagai
komponen
pengendali
menerima masukan
berupa parameter-parameter yang
ada pada suplai daya utama
(PLN) maupun darurat (Genset)
dan menghasilkan
keluaran
sinyal-sinyal
listrik
untuk
mengendalikan
Unit Transfer.
Karakter
proses
yang
dikendalikan oleh PLC
sendiri
merupakan proses yang sifatnya
bertahap,
yakni
proses
itu
berjalan
urut untuk mencapai
kondisi akhir yang diharapkan.
Dengan kata lain proses
itu
terdiri
beberapa
subproses,
dimana subproses tertentu akan
berjalan
sesudah
subproses
sebelumnya terjadi.
daya
normal
(PLN)
dengan
operasi gerbang logika I/O.
Sistem
pengawatan
rangkaian
input dapat dilihat pada Gambar
2.
Berikut ini adalah pengamatan
sinyal input berdasarkan beberapa
variabel-variabel
yang
akan
dikontrol seperti pada Tabel 1
berikut:
TbllV
a e
macam yang terdapat pada PLC
dan 2 rating yaitu 4 A dan 6 A.
Rangkaian output ini kemudian
dihubungkan
dengan unit catu
daya
untuk
menggerakkan
kontaktor
unit
transfer,
menghidupkan
genset,
menyalakan
alarm dan lampu
indikator.
anaiabel
e InlPU t
Sinval Input
No
Kontak
NC
NO
NC
NO
.......NC
NO
NC
NO
NO
Ne
Keterangan
Rangkaian Input
10
Alamat
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.4
10.3
10.5
10.6
10.7
Rangkaian input berfungsi untuk
menerima
sinyal
dari
unit
pengindera
periferal,
dan
memberikan
pengaturan
sinyal,
terminasi,
isolasi,
maupun
indikator
keadaan
sinyal
masukan ke dalam modul input'",
Rangkaian
input ini berisikan
parameter-parameter
catu daya
darurat (genset) maupun catu
11
Il.O - 11.5
NC
Sensor
12
13
11.6
11.7
NC
NO
Push button switch
Reley (K2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
BERITA TEKNOLOGI
Komponen
Push button Switch
Push button switch
Push button switch
Selector switch
Selector switch
Selector switch
Selector switch
Relay (Kt)
Push button switch
Push button switch
Reset
Start Sistem
Stop Sistem
Start Kontrol Manual
Ston Kontrol Manual
Start Kontrol Otomatis
Stop Kontrol Otomatis
Catu Daya Normal
Start Genset Manual
Ston Failure
Tegangan, Frekwensi dan
LevelBBM
Ston Genset Manual
Genset Runninz
Rangkaian Output
Rangkaian output unit kontrol
merupakan kondisi on/off yang
mengaktifkan
saklar dengan
kemampuan kontaknya ada 3
Sistem
pengawatan
rangkaian
output tersebut dapat dilihat pada
Gambar3.
BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
29
Reset
M~~~~Eft
'i-
~
~
-
10.0
10.
10.2
~
10.3
10.4
I!
! 10.5
10.6
10.7
11.0
!'"' 11.1
! 11.2
!- 11.3
11.4
Start Manual' e-11.5
-.J
! 11.6
Stop Manual '::
T'"' 11.7
j.
12.0
12.1
• 12.2
• 12.3
Cadangan
• 12.4
• 12.5
• 12.6
• 12.7
Start __
..
r '_
Stop'i-Manual'i-Otomati \,;;.,
I
PLN
I
I
-
Kl ~
'lttl
I
GENSET
..,{.
.~
K2tp ...~
~
-+
S
E !-
N
r
--
S
0 !-
"'.
I
-R
j
!
!-
-
+
Catu Daya
DC
-
I
'-
Gambar 2. Rangkaian Input Sistem Catu Daya Darurat
-'-'-'00.0-..r-----.
00.1 .-r---,
,
,
00.2e-t---,
00.3.-r--+++--+-----------.
00.4.-r--.
00.5 e-+-+H-+--'
00.6 e+--++++----------+~__r_-___.
00.7· !
01.0 e+-+HI+--------,
Beban
g~:~:e+-+r++----:==~~~==========~:
.,..-----++--+--.
01.3
01.4 e+---I+I+-----01.5 e+---I+I+-----01.6 e+---I+I+-----, 01.7 e+,
---1+1+------
_._._.-
- - - -,
- ---
-
T
__
BBM<3U
I
f>
1
I
1
1
PL
1
I
-~
- ---I
f<
1
Genset
1
1
1
1
- - --,
1
- - __ I
Kontrol Mar(uaJ
Kontrol
- - --,
Normal
Darurat
1
- ---I
1
1
1
1
- - - - i
i
1
1
1
Failur
-
- ---,
1
1
1
1
Powe
--t'
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-~
Gambar 3. Rangkaian Output Sistem Catu Daya Darurat Otomatis
30
BERITA TEKNOLOGI BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
Berikut ini adalah pengamatan
sinyal
output
berdasarkan
beberapa variabel-variabel output
yang terdapat pada rangkaian
diatas dapat dilihat pada Tabel 2
berikut:
Tbl2V
a e
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
secara spesifik jenis-jenis dan
merk PLC, dan pada pembuatan
sistem kontrol ini digunakan PLC
jenis SIEMENS yang memakai
software STEP7-MicroIWIN3i4l•
Ada beberapa macam cara dalam
iabel
ana
e Output
Alamat
QO.O
00.1
00.2
QO.3
QO.4
QO.5
0.6
0.7
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Q1.6
Q1.7
Sinval Output
Kontak
Komponen
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
NO
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Kontaktor (K3)
Kontaktor (K4)
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Lampu Indikator
Relay (K5)
Relay (K6)
Pemrograman PLC
Suatu
program
software
digunakan PLC untuk mengetahui
segala instruksi-instruksi yang
harus dilakukan dalam sebuah
proses
pengendalian.
Dalam
pemrograman PLC kita harus
mengetahui terlebih dahulu
Keterangan
Power
Kontrol Manual
Kontrol Otomatis
Genset Running
Failure
Catu Daya Normal
Catu Daya Darurat
Beban (Load)
Tegangan > 230 volt
Tezanaan < 210 volt
Frekuensi > 60 Hz
Frekuensi < 50 Hz
Temneratur > 90°C
Level BBM < 5 Lt
Starting Genset
Stoping Genset
pemrograman sebuah PLC antara
lain dengan Ladder Logic
Diagram, Statement Lists, atau
Function Block Diagrams. Dari
beberapa cara pemrograman
tersebut, diagram ladder adalah
bahasa pemrograman yang paling
sering
digunakan
oleh
programmer
PLC.
Karena
diagram ini menggunakan
....•...
elemen-elemen yang menyerupai
format one line diagram dalam
sebuah
rangkaian
kontrol
sehingga mudah dimengerti.
Pada Gambar 4 dapat kita lihat
sebuah contoh sederhana dari
diagram ladder yang menyerupai
rangkaian kontrol. Garis vertikal
yang paling kiri mengindikasikan
sebuah
konduktor
yang
bersumber tegangan atau kawat
fasa. Sedangkan garis horisontal
adalah
merupakan
sub-sub
konduktor bertegangan yang
dihubungkan dengan inputaninputan yang memiliki lambang
seperti kontak NO dan NC
disertai dengan alamatnya untuk
menjalankan outputnya. Alamatalamat inputan terhubung pada
tombol-tombol saklar ataupun
sensor, sedangkan alamat-alamat
outputnya terhubung pada lampu
indikator, motor, ataupun bebanbeban yang lain.
Selanjutnya setelah program
ladder selesai dirancang dalam
PC, kemudian program ditransfer
dari PC ke PLC (interface)
melalui saluran kabel antar muka
RS232
setelah
sebelumnya
dilakukan
running
untuk
mengetahui
jika
terdapat
kesalahan
(error)
dalam
pemrograman.
Kemudian program ladder dapat
juga kita print
out
untuk
Motor·
dokumentasi
maupun bahan
analisa.
~-----I
Photo Sensors
Power
Conductor
<,
(
'\
~
1----;
i
ml
~~
~~
I------i
~~
Ir----- ------Il/l------1( ) --+-.
Contactor
I
I--~
"
~'Q.Lamps
Gambar 4. Contoh Diagram Ladder Rangkaian Kontrol Sederhana
BERITA TEKNOLOGI
(4)
BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
31
Flow Chart
Flow chart sangat dibutuhkan
sekali dalam pemrograman PLC
mengingat dalam pembuatan
diagram ladder selalu mengacu
kepada urutan proses dalam flow
chart. Disamping itu dengan
adanya flow chart kita dapat
Starting
G ke-I
Starting
G ke-2
mengetahui kesalahan dengan
mudah, dan prosedur jalannya
proses pun mudah dimengerti. .
Hasil rancangan diagram flow
chart sistem kontrol catu daya
darurat otomatis dapat kita lihat
pada Gambar 5 dibawah ini:
Starting
G ke-3
Memonitor 10 dtk
SupJayPLN
Deban
Load
Memindahkan
Switch ke Posisi
Darurat
Waktu Tunda
10 menit
(End)
<:=======================::::::::J)
"--
--J
Gambar 5. Diagram Flow Chart Sistem Catu daya Darurat otomatis
32
BERITA TEKNOLOGI BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pengujian Saat Suplay Daya
Utama Bilang
Pengujian
ini
dilakukan
mengetahui waktu respon unit
kontrol saat sup lay daya utama
hilang dimana setting waktu unit
kontrol adalah 5 detik. Dari hasil
pengujian diperoleh data seperti
pada Tabel3 berikut :
Ta be 13 P engu ran
PENGUJIAN
1
2
3
otomatis.
Ta be I4 Penguuan Startmg Genset Otomatis
PENGUJIAN
KONDISI SUPLAI UTAMA
Off
Off
Off
Off
Off
Off
PULSASTART
1
2
3
Saat Sup.1ay Daya Utama Hilans
KONDISI SUPLAI
UTAMA
Off
Off
Off
Seperti yang telah dirancang pada
alat kontrol, waktu setting untuk
kondisi saat suplai daya utama
hilang dan selanjutnya memberi
waktu tunda ± 5 detik, kemudian
barn melakukan starting Genset.
Ini disebabkan karena unit kontrol
harus
benar-benar
memonitor
suplai tersebut apakah benarbenar hilang atau akan muncul
lagi setelah beberapa detik. Hal
ini juga mengantisipasi terhadap
sinyal-sinyal
yang
mungkin
terjadi dalam waktu yang singkat
sehingga
tidak
akan
mempengarnhi
unit
kontrol.
Setting waktu 5 detik ini diambil
berdasarkan
setting
waktu
recloser (penutup balik otomatis)
yang diatur oleh PLN terhadap
jaringan listriknya.
.
Pengujian Starting Genset
Pengujian starting genset secara
otomatis
dilakukan
untuk
mengetahui
waktu
starting
penyalaan
genset dan respon
kontak relay (K5). Percobaan
dilakukan tiap-tiap pulsa starting
dimana . ada tiga kali pulsa
starting. Hasil pengujiannya dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut :
SETTING
WAKTU
5 detik
5 detik
5 detik
WAKTU
RESPON
WAKTU
RESPON
..J
..J
..J
..J
..J
..J
KET.
starting
de1ai
starting
de1ai
starting
de1ai
Waktu yang bisa dilakukan
batere untuk penyalaan :
oleh
KET.
..J
..J
..J
Kapasitas arus batere
1004H
= --
= 0,14
Jam
arus starting
7084
x 3600 = 504 detik
Starting (penyalaan) Genset yang
dilakukan adalah 3 detik per pulsa
starting. Seperti yang kita ketahui
bahwa
penyalaan
Genset
waktunya adalah antara 3 - 5
detik,
dan
bila
mengalami
kegagalan hanya dapat dilakukan
pengulangan sampai dua kali lagi
dengan total waktu starting 9 - 15
detik. Setelah itu Genset akan
mengkondisikan
tidak
dapat
distart (failure).
Untuk setting waktu kita ambil
asumsi terhadap genset dengan
kapasitas 200 KVA[2j dengan
perhitungan
yang
dilakukan
adalah sebagai berikut:
- Daya untuk starting adalah 10%
-dari daya beban penuh. Karena
saat penyalaan dianggap Genset
tidak berbeban dan daya yang
digunakan
hanya
untuk
menggerakan
dirinya sendiri
untuk
memutar
poros.
Perhitungannya adalah :
Daya starter = 10% x 200 KV A
= 20 KVA x cos<p(0,85) = 17
KW
Arus starter =
daya .starting
teganga .batere
SETTING
WAKTU
3 detik
5 detik
3 detik
5 detik
3 detik
5 detik
= 17KW = 708 A
24 V
- Kapasitas
arus batere yang
digunakan
adalah 100 AH,
berdasarkan
data dari unit
betere charger.
Jadi dari sini kita ketahui bahwa
waktu
starting
yang
dapat
dilakukan batere dengan kapasitas
100 AH untuk Genset dengan
kapasitas 200 KW adalah 504
detik. Maka kita harus terlebih
dahulu mengetahui karakteristik
batere.
Berikut
ini
adalah
karakteristik batere ditinjau dari
variabel
tegangan,
arus
dan
waktunya.
I (AR)
100
t(dt)
V (volt)
24
I(AH)
Gambar 6. Karakteristik Batere
dengan Variabe1 tegangan, arus dan
Waktu.
BERITA TEKNOLOGI BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
33
Dari karakteristik diatas bila kita
gabungkan
maka
arus yang
dipergunakan
akan
mempengaruhi
tegangan batere
itu sendiri, sehingga diusahakan
ratingnya
masih
memenuhi
kemampuan
untuk
starting
Genset. Untuk itu waktu setting
penyalaan sangat penting untuk
diperhatikan sehingga waktu start
tersebut tidak melebihi batas atau
kurang dari yang telah ditentukan
dari spesifikasi Genset.
Pengujian Pemindahan Switch
Unit Transfer ke Posisi Darurat
Pada pengujian
ini dilakukan
untuk mengetahui
karakteristik
kontaktor yang digunakan dan
diharapkan
tidak
mengalami
masalah dalam pemindahan unit
transfer. Pemindahan unit transfer
bekerja setelah tegangan
dan
frekuensi
genset telah benarbenar stabil. Hasil pengujiannya
dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai
berikut:
UNACCEPTABLE·
SWITCH TRANSFER
GENERATOR POWER
UJIAN
1
2
3
4
KONDISI
SUPLAI
UTAMA
Off
Off
Off
Off
GENERATOR POWER
Gambar 7. Sistem memberikan delay 10 detik untuk: menyesuaikan fase
tegangan yang aman dalam perpindahan switch transfer. [5].
Kemudian setelah tegangan dan
frekuensi keluaran genset telah
stabil, kontaktor kondisi darurat
bekerja
terlebih
dahulu
dan
selanjutnya melakukan interlock
terhadap
kontaktor
kondisi
normal. Interlock ini digunakan
untuk
menghindari
paralel
tegangan antara jaringan PLN
dengan genset.
TEGANGAN
&
FREKUENSI
WAKTU
SWITCH
TRANSFER
Stabil
10 detik
Blm Stabil
Stabil
Blm Stabil
Pemindahan switch transfer hams
memperhatikan keluaran Genset
apakah
tegangan
dan
frekuensinya
telah
memenuhi
standar yaitu 220 V dan 50 Hz.
Karena
Genset
tidak
bisa
langsung dibebani, untuk itu perlu
pemanasan
terlebih
dahulu
disamping menstabilkan tegangan
dan frekuensinya supaya sinkron
dengan tegangan jala-jala. Untuk
itu perlu adanya waktu tunda ± 10
transfer
detik
sebelum
unit
menyambungkan keluaran Genset
ke beban seperti terlihat pada
Gambar 7 berikut :
10 detik
-
NORMAL
(K3)
DARURAT
(K4)
Off
Off
Off
Off
On
Off
On
Off
Pengujian Pemindahan Switch
-Unit Transfer kiPosisi Normal
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui
karakteristik
kontaktor
antara
PLN
(K3)
dengan genset (K4) sehingga kita
dapat menentukan setting waktu
yang baik. Data pengujiannya
dapat dilihat pada Tabel 6
berikut:
Dari tabel 6. dapat dijelaskan
bahwa pada waktu daya utama
(PLN) ada kembali, switch unit
transfer masih berada di posisi
darurat, dalam arti beban masih
menggunakan catu daya genset
selama 30 detik. Delai waktu ini
diberikan untuk mengantisipasi
jika suplai daya utama mati
kembali.
Pengujian Penghentian Genset
Pengujian penghentian (stoping)
genset secara otomatis dilakukan
untuk mengetahui waktu yang
tepat (timing) dalam penghentian
genset dan respon kontak relay
(K6). Data pengujiannya dapat
dilihat pada Tabel 7.
Pada
pengujian
penghentian
genset, seting waktu yang dibuat
adalah 10 menit setelah switch
unit transfer kembali ke posisi
normal. Ini dimaksudkan
untuk
memberi waktu tunda
kepada
genset
untuk
melakukan
pendinginan
mesinnya
setelah
dibebani, sekaligus menjaga jika
suplai daya utama hilang lagi
sehingga
'dh a an SWlitch U m'tT rans fer k e P OSISI
"N orma
T a be 16 P engunan Pemm
PENG
UJIAN
1
2
3
34
/
UTILITY POWER
. dah an SWlitc h U mur rans fer ke POSISI
T a b e IS P engujian P emm
"D arura.t
PENG
ACCEPTABLE
SWITCH TRANSFER
KONDISI
SUPLAI
UTAMA
On
On
On
KONDISI
GENSET
On
On
On
RESPON
UNIT
TRANSFER
30 detik
30 detik
30 detik
NORMAL
(K3)
On
On
On
DARURAT
(K4)
Off
Off
Off
BERITA TEKNOLOGI BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
dari waktu tersebut tidak perIu
meIakukan penyalaan uIang tetapi
hanya tinggaI menunggu waktu
berdasarkan setting recloser dari
PLN bekerja.
mensupIai
sementara
bebanbeban yang tidak boleh padam
sama sekali.
TabeI 7. Penguiian Penghentian Genset
PENGUJIAN
STOPPING
1
2
3
KONDISI SUPLAI UTAMA
On
On
On
SETTING
WAKTU
10 menit
10 menit
10 menit
Pengujian Keseluruhan
Pada
tahap
pengujian
nu
dilakukan
untuk
mengetahui
respon
sistem kontrol
secara
keseluruhan
apakah
sudah
terkoordinasi dengan baik. Data
pengujiannya dapat dilihat pada
Tabel8 sebagai berikut:
Ta be 18 P engunan
Kese lruh
u
KONDISI
GENSET
Off
Off
Off
1. Joseph
J. Distefano,
Ill,
Ph.D., et aI., 1985, Sistem
Pengendalian dan Umpan
Balik, Jakarta, Erlangga.
2. Daimler-Benz
AG,
1985,
Operating
Mercedez-Benz
KET.
421-424,
StuttgartUntertuerkheim.
Hendrata
Suhada,
1992,
Generating
Set
Dengan
3.
KESIMPULAN
Sistem catu daya ini memiliki
waktu toleransi pemadaman 18
detik. Waktu terse but diset dalam
sistem
untuk
memonitor,
menginstruksi, mengeksekusi dan
menjalankan
genset
hingga
mensuplay beban dengan
Instruction
Motor OM
Motor
Diesel
Untuk
Menghasilkan Tenaga Listrik,
Jakarta,
Dimensi,
Vol.
171EM, Hal. 17-30.
4. http://www.siemens.comls7200
5. http://www.GENERAC.COM
an
PENGUJIAN
HASIL YANG DIDAPATKAN
Proses saat suplai utama hilang
5 detik, lalu starting genset
Proses starting genset
3 - 5 detik per pulsa starting
Proses perpindahan switch ke
darurat
Proses perpindahan switch ke
normal
Proses pendinginan & stopping
genset
10 detik setelah genset running
KET.
30 detik setelah suplai utama ada
10 menit setelah switch ke normal
Dari
data-data
diatas
dapat
dijelaskan bahwa ketika terjadi
pemadaman
listrik dari suplai
utama
(PLN),
sistem
membutuhkan waktu sekitar 18
detik untuk mengatur catu daya
darurat
(genset)
mengganti
sup lay utama yang hilang untuk
melakukan pembebanan. Waktu
tersebut dapat dicapai jika dalam
melakukan strarting yang pertama
genset
langsung
menyala.
Kemudian
selama
waktu
penyalaan genset terse but sistem
dapat
dikembangkan
dengan
mengaplikasikan
penggunaan
UPS sebagai catu daya darurat
lain
jika
diinginkan
untuk
BERITA TEKNOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
otomatis.
Mengingat
daIam
sistem catu daya seting waktu
sangat
penting
karena
mempengaruhi tingkat kerugian
konsumen, maka sistem ini dibuat
fleksibel sehingga lebih mudah
pengaturannya
sesuai
dengan
karakteristik
jenis-jenis
genset
yang
digunakan.
Meskipun
pengaturannya
dibuat
begitu
komplek dan rumit, namun sistem
ini masih memiliki respon dan
tingkat akurasi yang tinggi.
BAHAN DAN BARANG TEKNIK NO. 20/2006
35
Download