1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar yang semakin pesat secara global membuat persaingan
usaha antara perusahaan
di Indonesia semakin berkembang. Perusahaan –
perusahaan berusaha untuk meningkatkan daya saingnya untuk menjadi perusahaan
yang dapat bertahan menjaga kelangsungan usahanya di pasar. Banyak perusahaanperusahaan yang bersaing dan berkompetisi untuk menciptakan produk yang bernilai
jual tinggi, berkualitas baik, sehingga menarik perhatian dan minat para konsumen.
Produk yang diciptakan oleh perusahaan juga harus mampu membuat konsumen
membutuhkannya atau bahkan bergantung sehingga menciptakan loyalitas dan
konsumen berkelanjutan membeli dan mengkonsumsi produk yang dihasilkan
perusahan.
Pada akhir tahun 2015 Indonesia bersama – sama dengan negara - negara di
wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang
dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau dalam bahasa inggrisnya
yaitu ASEAN Economy Community (AEC). 9 Negara lainnya selain Indonesia yang
tergabung dalam Masyarakat Economic Asean yaitu, Brunei , Malaysia, Filipina,
Singapura. Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.Masyarakat Ekonomi
Asean merupakan suatu bentuk integragi ekonomi antara negara – negara yang
berada di wilayah Asia Tenggara dimana berbasis pada pasar tunggal dan produksi,
kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, dan wilayah pembangunan ekonomi yang
adil.
Hal yang menjadi fokus utama dibentuknya MEA pada akhir tahun 2015 yaitu
ingin menjadikan negara – negara di Asia Tenggara sebagai wilayah kesatuan pasar
dan basis produksi yang akan menyebabkan berkurangnya hambatan arus barang,
jasa, investasi, dan faktor – faktor produksi dari satu negara ke negara lainnya di
wilayah Asia Tenggara atau bahkan tidak memiliki hambatan sama sekali, baik
hambatan tarif, maupun non tarif. Dengan dibentuknya MEA memungkinkan untuk
dapat memperkecil kesenjangan antara negara – negara ASEAN dalam hal
pertumbuhan
perekonomian.
MEA
bagi
1
Indonesia
atau
negara
–
2
negara ASEAN lainnya dapat memberikan keuntungan, dan juga dapat
memberikan tantangan baru bagi masing – masing negara.
Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Masyarakat
Economic Asean tentunya akan mendapatkan sebuah peluang yang menguntungkan
untuk meningkatkan nilai ekspornya. Salah satunya ketika diberlakukannya MEA,
maka perusahaan – perusahaan di Indonesia berkemungkinan untuk memperoleh
sumber daya yang lebih murah dari negara ASEAN lainnya atau dengan kata lain
akan meningkatkan nilai impor Indonesia. Dan Indonesia pun akan mendapatkan
peluang pasar yang lebih luas bagi produk – produknya atau dengan kata lain akan
meningkatkan nilai ekspor Indonesia, serta semakin terbukanya peluang untuk
kerjasama dengan pelaku bisnis di negara ASEAN lainnya. Dan pada akhirnya dapat
meningkatkan GDP Indonesia.
Namun dibalik peluang yang menguntungkan itu, Indonesia pun harus bersiap
untuk menghadapi tantangan baru ketika terbentuknya Masyarakat Economic Asean.
Tantangan utama tersebut yaitu dalam hal persaingan antara produk dalam negeri
dengan produk luar negeri.
Produk – produk dalam negeri tentunya akan
menghadapi persaingan yang lebih ketat dengan produk – produk yang diimpor dari
luar negeri karena tidak dapat dipungkiri ketika terbentuknya Masyarakat Economic
Asean tentunya akan menyebabkan lebih banyak
produk dari luar negeri yang
bermunculan di Indonesia, Persaingan tidak hanya terjadi diantara produk – produk
di negara – negara ASEAN, namun persaingan yang cukup berat yaitu gempuran dari
produk China dimana negara China dengan kemampuan teknologinya yang dapat
membuat barang dalam jumlah besar dan harga kompetitif sehingga memiliki daya
saing khususnya dari segi harga. Hal ini dapat mengancam keberadaan dan
keberlangsungan usaha – usaha industry dalam negeri apabila produk – produk
dalam negeri tidak memiliki persiapan dan strategi untuk menghadapi persaingan ini.
Persaingan ini bukan berarti menjadi suatu ancaman yang menakutkan bagi
perusahaan – perusahaan dalam negeri atau bahkan membuat perusahaan –
perusahaan dalam negeri patah semangat. Menurut Djatmiko Bris Witjaksono,
Direktur Kerjasama ASEAN Kemendag pentingnya perubahan cara pandang dalam
menyikapi persaingan yang timbul dari AEC bahwa persaingan dari luar tidak lagi
dianggap sebagai ancaman, namun sebagai peluang untuk memperbaiki diri dan
menjadi lebih baik (www.kemendag.go.id, 2013).
3
Selama 10 tahun terakhir ini dari tahun 2005 sampai tahun 2014, nilai ekpor
Indonesia ke negara – negara ASEAN mengalami peningkatan dari US$ 15.824.920
sampai US$ 39.695.195 yang dapat dilihat dari Gambar 1.1 Indonesia's Exports to
Association of South-East Asian Nations (ASEAN).
Gambar 1. 1 Indonesia's exports to Association of South-East Asian Nations
(ASEAN)
Sumber : www.trademap.org (2015)
Dan nilai impor Indonesia dari negara – negara ASEAN selama tahun 2005
sampai tahun 2014 juga mengalami peningkatan secara signifikan dari US$
17329459 sampai US$ 50.903.584 yang dapat dilihat pada Gambar 1.2 Indonesia's
Imports from Association of South East Asian Nations (ASEAN).
4
Gambar 1. 2 Indonesia's Imports from Association of South East Asian Nations
(ASEAN)
Sumber : www.trademap.org (2015)
Dari kedua grafik ini dapat dilihat bahwa nilai impor Indonesia dari negara –
negara ASEAN lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya ke negara – negara
ASEAN. Seiring berjalannya waktu ketika telah diberlakukannya MEA, maka nilai
impor dan ekspor Indonesia dan negara – negara anggota ASEAN lainnya akan
terpengaruh. Naik / turun nilai ekspor dan impor negara Indonesia tergantung dari
persaingan di antara perusahaan – perusahaan Indonesia dengan perusahaan dari luar
negeri di kawasan ASEAN.
5
Tabel 1. 1 Indeks Kompetitif Global 2013/2014
Negara
Rangking (dari 148
Negara) 2012 - 2013
2
25
28
38
50
65
75
--85
---
Singapura
Malaysia
Brunei
Thailand
Indonesia
Filipina
Vietnam
Laos
Kamboja
Myanmar
Timor
136
Leste
Sumber : www.aai.or.id (2015)
Rangking (dari 148
Negara) 2013 - 2014
2
24
26
37
38
59
70
81
88
139
Nilai 2013 –
2014 (skala 1 -7)
5.61
5.03
4.95
4.54
4.53
4.29
4.18
4.06
4.01
3.21
138
3.25
Menurut Gambar 1.3 Indeks Kompetitif GLOBAL periode tahun 2013 2014, Singapore menduduki peringkat 1 diantara negara – negara anggota ASEAN
lainnya, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke 5 di antara negara – negara
anggota ASEAN lainnya, dan peringkat ke 38 di Dunia. Saat diberlakukannya MEA,
maka persaingan diantara negara – negara khususnya negara anggota ASEAN akan
semakin meningkat atau membuat Perusahaan / pelaku bisnis di Indonesia akan
menghadapi persaingan yang lebih ketat dibandingkan dengan sebelumnya ketika
MEA belum berlaku. MEA secara tidak langsung mengharuskan perusahaan/pelaku
bisnis di Indonesia harus siap untuk bersaing dan berkompetisi dengan produk –
produk dari negara – negara anggota MEA
lainnya yang nantinya masuk ke
Indonesia. Hasil dari persaingan dan kompetisi ini akan menentukan apakah
Indonesia secara garis besar menjadi negara pengekspor ataukah negara pengimpor.
Menjelang diberlakukannya MEA 2015, Ketua Umum Asosiasi Industri
Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono menyarankan
untuk pelaku industri permebelan dan kerajinan mempersiapkan diri sebaik mungkin
dengan salah satu caranya yaitu memperkuat jalinan kerjasama dengan para
pengusaha di negara-negara ASEAN, terutama dalam bidang pemasarannya.
Meskipun Indonesia mempunyai potensi bahan baku yang melimpah, perjuangan
yang tanpa kerjasama akan tetap berat. Oleh karena itu ketika diberlakukannya AEC
6
2015, perusahaan berkesempatan untuk meperkokoh jalinan bisnis semua ASEAN.
Kerja sama diantara industri furniture Indonesia dengan pengusaha – pengusaha dari
negara ASEAN diharapkan dapat mampu saling mendukung dan meningkatkan daya
saing guna menghadapi gempuran dari produk China. Tujuan lain dari kerja sama ini
juga untuk bisa saling mengisi pangsa pasar yang semakin terbuka lebar
(www.kemendag.go.id, 2013).
Pemerintah Indonesia juga tidak hanya tinggal diam pada saat akan menjelang
diberlakukannya MEA. Beberapa badan pemerintah telah merencanakan dan bahkan
ada yang telah mengambil tindakan dalam persiapan jelang diberlakukannya MEA.
Salah satu badan pemerintah yang ikut mengambil bagian yaitu yaitu Komisi
Pengawasa Persaingan Usaha. Tindakan yang dilakukan KPPU jelang MEA yaitu
bertujuan untuk menciptakan persaingan yang sehat.
Wakil Ketua Mahkamah
Agung RI Bidang Yudisial, Mohammad Saleh mengatakan bahwa
KPPU (Komisi
Pengawas Persaingan Usaha )telah melakukan berbagai upaya dan advokasi untuk
agar pelaku usaha di Indonesia bersaing dengan sehat. Adanya persaingan yang
sehat, diharapkan produsen dalam negeri pun terpacu untuk menciptakan produkproduk yang berkualitas, dan berinovasi. Badan pemerintah lainnya yang juga ikut
mengambil bagian jelang diberlakukannya MEA yaitu KKP ( Kementerian Kelautan
dan Perikanan) . Dalam hal ini KKP berencana untuk melakukan sertifikasi produk
khususnya dalam produk perikanan Indonesia. Direktur Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut P.
Hutagalung
mengatakan
bahwa
untuk
melakukan
harmonisasi
sertifikasi,
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah meningkatkan koordinasi pembinaan dan
pengawasan produk yang beredar di masyarakat. Harmonisasi sertifikasi ini guna
untuk meningkatkan kualitas produk dalam negeri yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memperkuat daya saing (www.liputan6.com, 2015).
Beberapa badan – badan pemerintah yang telah berencana atau bahkan telah
mengambil tindakan dalam rangka persiapan jelang diberlakukanya MEA. Tindakan
– tindakan ini tentunya guna mendorong perusahaan – perusahaan dalam negeri
untuk siap mengikuti persaingan yang semakin meningkat jelang MEA, sehingga
dapat mengambil peluang – peluang yang menguntungkan dan siap menghadapi
tantangan yang akan timbul. Namun apabila
pada dasarnya perusahaan tidak
mempunyai keunggulan bersaing atau tidak ada keunggulan bersaing yang dapat
diciptakan oleh perusahaan tersebut, maka langkah – langkah yang dipersiapakan
7
dan dilakukan oleh pemerintah menjadi sia – sia. Seperti halnya tindakan yang
dilakukan oleh KPPU bertujuan untuk dapat menciptakan persaingan yang sehat,
namun tidak menjamin bahwa perusahaan – perusahaan dalam negeri dapat bersaing
dengan produk impor.
Menurut Jack Welch dalam Rangkuti, Fredy (2006 : 37), apabila perusahaan
tidak memiliki keunggulan bersaing, maka jangan mencoba untuk bersaing. Maka
Salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan ialah kemampuannya untuk memiliki
dan mempertahankan satu atau beberapa keunggulan bersaing .
Perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang mampu turut serta
dalam persaingan di pasar. Perusahaan tidak hanya berusaha untuk dapat bertahan
tetapi juga berusaha untuk memenangkan persaingan di pasar dengan memiliki
keunggulan kompetitif yang menjadi senjata perusahaan tersebut untuk bersaing.
Menurut Porter (1980) dalam Siagian, Yolanda (2005: 20), suatu perusahaan
memiliki keunggulan bersaing jika perusahaan tersebut mampu melakukan
differensiasi, biaya yang rendah, dan respon yang lebih dibandingkan pesaingnya.
Kemudian menurut Soeryanto ( 2010 : 362), keunggulan bersaing dapat diperoleh
dengan jalan menawarkan kepada pembeli nilai yang lebih tinggi, apakah melalui
harga yang lebih rendah atau dengan memberikan manfaat yang lebih besar untuk
membenarkan harga yang lebih tinggi,dan perusahaan memiliki bauran pemasaran
pesaing.
Keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan membantu perusahaan untuk
memberikan nilai tambah bagi perusahaan terhadap konsumen. Sehingga terdapat
banyak perusahaan yang berusaha menciptakan keunggulan bersaing untuk dapat
berkompetisi dengan terus berusaha dan berinovasi dalam menciptakan produk yang
mempunyai nilai kompetitif.
Menurut Rangkuti (2006 : 37), terdapat hubungan positif yang sangat erat antara
kinerja suatu bisnis dan keunggulan bersaing yang berarti semakin baik kinerja suatu
perusahaan, semakin kuat keunggulan bersaing yang dimilikinya. Sebaliknya,
semakin buruk kinerja suatu perusahaan, keunggulan bersaingnya semakin
berkurang.
Upaya peningkatkan daya saing pada perusahaan diperlukan manajemen yang
baik secara internal ataupun eksternal perusanghaan, sehingga kinerja perusahaan
mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan. Hubungan antara perusahaan
dengan supplier dan customer harus terjalin dan dibina dengan benar sehingga
8
menciptakan suatu hubungan yang baik. Hubungan yang baik dan jangka panjang
dengan supplier dan customer bertujuan untuk pendistribusian produk dari hulu ke
hilir secara tepat waktu dan tepat sampai ke pengguna akhir.
Perusahaan seringkali tidak peduli dengan hubungan dengan supplier, karena
menganggap supplier yang lebih membutuhkan perusahaan . Pemikiran ini timbul
dari posisi supplier sebagai penjual dan perusahaan sebagai pembeli, dimana
seringkali pembeli dianggap sebagai raja. Pemikiran seperti ini akan menyebabkan
perusahaan tidak memperhatikan hubungan perusahaan dengan supplier. Supplier
tentunya tidak merasa ikut bertanggungjawab atau bahkan tidak peduli apabila
hubungan antara perusahaan dan supplier tidak terjalin dengan baik.
Padahal
kenyataannya perusahaan dan supplier memiliki hubungan simbiosis mutualisme.
Dan dengan pengambilan keputusan yang tepat dalam memilih supplier maka
perusahaan akan terhindar dari kekosongan barang (restock) ataupun barang yang
rusak/cacat. Pemasok yang baik akan selalu siap menyediakan bahan baku dalam
jumlah yang besar, sehingga proses produksi dari perusahaan manufaktur ataupun
jasa dapat berjalan lancar sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen .
Bagi Perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan
memproduksi dalam jumlah yang besar mengharuskan perusahaan tersebut
melakukan pendistribusian , dan penyampaian barang dapat berjalan lancer dan tepat
waktu. Tujuan perusahaan dapat dicapai apabila perusahaan memiliki kinerja yang
terstruktur dan efektif. Hal ini harus diperjuangkan oleh perusahaan karena telah
menjadi tuntutan bagi setiap perusahaan.
Dilihat dari kondisi pada saat ini,
konsumen umumnya akan menuntut kualitas yang baik dan harga yang ekonomis.
Sehingga tidak mengherankan perusahaan – perusahaan bersaing untuk menciptakan
produk – produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen yang
semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya, dan memiliki persyaratan –
persyaratan terhadap produk yang dipilihnya menjadi suatu pendorong bagi
perusahaan – perusahaan untuk memaksimalkan nilai kompetitif pada produknya.
Perkembangan pesat teknologi informasi, komunikasi, maupun proses pabrikan
mengakibatkan pendeknya siklus hidup produk. Sehingga perusahaan memanfaatkan
perkembangan teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, pelayanan
yang cepat, mudah, dan terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap
dapat unggul dan bertahan di pasar. Selain produktivitas dan efisiensi yang perlu
9
ditingkatkan, perusahaan juga harus memahami dan mengetahui apa saja yang
dibutuhkan oleh konsumen.
Pujawan dan Mahendrawati (2010) menjelasakan bahwa pentingnya peran semua
pihak mulai dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan customer dalam
menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat inilah yang kemudian
melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management.
Disinilah pengelolaan perlu dilakukan. Terjadi sebuah kesalahan pada distribusi
barang dan jasa akan membuat kualitas barang dan jasa menurun. Dan ini berakibat
daya saing melemah, Dalam upaya peningkatan pendistribusian dan penyampaian
barang
maka diperlukan manajemen yang baik.. Penerapan supply chain
management dalam penyediaan barang dan jasa juga
sangat diperlukan oleh
perusahaan untuk berperan dalam kinerja dan daya saing perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan topik supply chain management
dengan judul penelitian ”Identifikasi
pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja
Perusahaan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah
1. Apakah terdapat pengaruh antara Supply Chain Management Terhadap
Kinerja Perusahaan ?
2. Apakah terdapat pengaruh antara Supply Chain Management Terhadap
Keunggulan Bersaing ?
3. Apakah terdapat pengaruh antara Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja
Perusahaan ?
4. Apakah terdapat pengaruh langsung antara Supply Chain Management
Terhadap Kinerja Perusahaan ?
5. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara Supply Chain Management
terhadap Kinerja Perusahaan melalui Keunggulan Bersaing ?
10
1.3 Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang akan dibahas oleh penulis yaitu
1. Penulis membahas mengenai pengaruh supply chain management
terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.
2. Unit analisis pada penelitian ini adalah perusahaan di Indonesia yang
menerapkan supply chain management.
3. Anggota Asosiasi Indonesia yang memiliki profesi sebagai pekerja di
Perusahan yang menerapkan supply chain management.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Supply Chain
Management terhadap Kinerja Perusahaan.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Supply Chain
Management terhadap Keunggulan Bersaing.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Keunggulan Bersaing
terhadap Kinerja Perusahaan.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung antara Supply Chain
Management terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan Bersaing
5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara Supply
Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan
Bersaing.
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan
untuk dapat mengetahui seberapa berpengaruh supply chain management
terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan.
2. Bagi Penulis,
Diharapkan dapat memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di
semester 7 tahun 2015.
3. Bagi Pembaca,
Diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, dan dapat menjadi
referensi dan acuan untuk penelitian selanjutnya bagi yang ingin lebih
11
mengetahui lebih banyak mengenai peforma supply chain management pada
perusahaan.
1.6 State Of Art (Tinjauan Pustaka)
Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka)
No
1.
Nama Jurnal
Metode
Keterangan
Diana Bratić
Kualitatif
Jurnal ini membahas
(2011)
Deskriptif
mengenai peranan supply
Achieving a
chain management pada
Competitive
perusahaan grafis Kroasia.
Advantage by
Dua dimensi utama dalam
SCM
penelitian ini adalah praktek
International
SCM dan keunggulan
Journal of
bersaing. Praktek SCM
Business
terdiri dari strategic
Management
supplier, partnership,
customer relationship, level
of information sharing, dan
quality of information
sharing, postponement.
Sedangkan keunggulan
bersaing terdiri dari price
dan cost, quality, delivery
dependability, product
innovation, dan time to
market.
Sumber : Penulis (2015)
12
Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan)
No
2.
Nama Jurnal
Metode
Hasil
P. Madhu Sudana
Kualititatif
Isi dari jurnal ini membahas
Rao (2014)
Deskriptif
mengenai pengaruh
Supply Chain
manajemen rantai pasokan
Management for
didalam sebuah perusahaan
Sustainable
terhadap keunggulan
Competitive
bersaing perusahaan
Advantage (SCA)
tersebut. Sistem manajemen
International
rantai pasokan yang dikelola
Journal of
dan dirancang oleh suatu
Business
perusahaan dapat
Management &
memaksimalkan perolehan
Social Sciences
manfaat di pasar. Jurnal ini
Research
menyimpulkan pentingnya
perencanaan rantai pasokan
yang secara efektif oleh
perusahaan untuk mencegah
timbulnya masalah pada
salah satu bagian rantai
pasokan yang dapat
mengganggu seluruh aliran
manajemen rantai pasokan.
Sumber : Penulis (2015)
13
Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan)
No
3.
Nama Jurnal
Metode
Hasil
Ebrahim Karimi
Kuantitatif
Isi dari jurnal ini membahas
dan Mahmoud
SEM
mengenai dampak dari
Rafiee (2014)
praktek supply chain
Analyzing the
management pada kinerja
Impact of Supply
perusahaan melalui
Chain
keunggulan bersaing. Metode
Management
analisis dalam penelitian ini
Practices on
adalah Structural Equation
Organizational
Modeling (SEM). Penelitian
Peformance
ini membuktikan bahwa
through
praktek supply chain
Competitive
management mempunyai
Priorities (Case
pengaruh terhadap kinerja
Study : Iran
perusahaan melalui
Pumps
keunggulan bersaing.
Company)
International
Journal of
Academic
Research in
Accounting,
Finance, and
Management
Sciences
Sumber : Penulis (2015)
14
Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan)
No
4.
Jurnal
Metode
Hasil
Regina Suharto
Kuantitatif
Isi jurnal ini menjelaskan
dan Devie (2013)
SEM – PLS
tentang pengaruh antara
Analisa Pengaruh
supply chain management
Supply Chain
terhadap keunggulan
Management
bersaing dan kinerja
terhadap
perusahaan. Penelitian ini
Keunggulan
berhasil membuktikan
Bersaing dan
adanya hubungan yang
Kinerja
signifikan antara supply
Perusahaan
chain management terhadap
Journal of
keunggulan bersaing, supply
Business
chain management terhadap
Accounting
kinerja perusahaan, dan
keunggulan bersaing
terhadap kinerja perusahaan.
Sumber : Penulis (2015)
15
Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan)
No
5.
Nama Jurnal
Metode
Hasil
Lisda Rahmasari
Kuantitatif
Isi jurnal ini membahas
Pengaruh Supply
AMOS 5
mengenai pengaruh
Chain
manajemen rantai pasokan
Management
dan dampaknya terhadap
Terhadap
peningkatan kinerja dan
Kinerja
keunggulan kompetitif
perusahaan dan
perusahaan. Penelitian ini
Keunggulan
menggunakan sampel yang
Bersaing
diambil dari 105 perusahaan
Journal of
dari industri kreatif di Jawa
Business
Tengah. Hasil analisis pada
Management
jurnal ini menunjukkan
bahwa manajemen rantai
pasokan memiliki pengaruh
positif yang signifikan
terhadap kinerja dan
keunggulan bersaing
perusahaan.
Sumber : Penulis (2015)
16
Download