BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar yang semakin pesat secara global membuat persaingan usaha antara perusahaan di Indonesia semakin berkembang. Perusahaan – perusahaan berusaha untuk meningkatkan daya saingnya untuk menjadi perusahaan yang dapat bertahan menjaga kelangsungan usahanya di pasar. Banyak perusahaanperusahaan yang bersaing dan berkompetisi untuk menciptakan produk yang bernilai jual tinggi, berkualitas baik, sehingga menarik perhatian dan minat para konsumen. Produk yang diciptakan oleh perusahaan juga harus mampu membuat konsumen membutuhkannya atau bahkan bergantung sehingga menciptakan loyalitas dan konsumen berkelanjutan membeli dan mengkonsumsi produk yang dihasilkan perusahan. Pada akhir tahun 2015 Indonesia bersama – sama dengan negara - negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau dalam bahasa inggrisnya yaitu ASEAN Economy Community (AEC). 9 Negara lainnya selain Indonesia yang tergabung dalam Masyarakat Economic Asean yaitu, Brunei , Malaysia, Filipina, Singapura. Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.Masyarakat Ekonomi Asean merupakan suatu bentuk integragi ekonomi antara negara – negara yang berada di wilayah Asia Tenggara dimana berbasis pada pasar tunggal dan produksi, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, dan wilayah pembangunan ekonomi yang adil. Hal yang menjadi fokus utama dibentuknya MEA pada akhir tahun 2015 yaitu ingin menjadikan negara – negara di Asia Tenggara sebagai wilayah kesatuan pasar dan basis produksi yang akan menyebabkan berkurangnya hambatan arus barang, jasa, investasi, dan faktor – faktor produksi dari satu negara ke negara lainnya di wilayah Asia Tenggara atau bahkan tidak memiliki hambatan sama sekali, baik hambatan tarif, maupun non tarif. Dengan dibentuknya MEA memungkinkan untuk dapat memperkecil kesenjangan antara negara – negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian. MEA bagi 1 Indonesia atau negara – 2 negara ASEAN lainnya dapat memberikan keuntungan, dan juga dapat memberikan tantangan baru bagi masing – masing negara. Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Masyarakat Economic Asean tentunya akan mendapatkan sebuah peluang yang menguntungkan untuk meningkatkan nilai ekspornya. Salah satunya ketika diberlakukannya MEA, maka perusahaan – perusahaan di Indonesia berkemungkinan untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dari negara ASEAN lainnya atau dengan kata lain akan meningkatkan nilai impor Indonesia. Dan Indonesia pun akan mendapatkan peluang pasar yang lebih luas bagi produk – produknya atau dengan kata lain akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia, serta semakin terbukanya peluang untuk kerjasama dengan pelaku bisnis di negara ASEAN lainnya. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan GDP Indonesia. Namun dibalik peluang yang menguntungkan itu, Indonesia pun harus bersiap untuk menghadapi tantangan baru ketika terbentuknya Masyarakat Economic Asean. Tantangan utama tersebut yaitu dalam hal persaingan antara produk dalam negeri dengan produk luar negeri. Produk – produk dalam negeri tentunya akan menghadapi persaingan yang lebih ketat dengan produk – produk yang diimpor dari luar negeri karena tidak dapat dipungkiri ketika terbentuknya Masyarakat Economic Asean tentunya akan menyebabkan lebih banyak produk dari luar negeri yang bermunculan di Indonesia, Persaingan tidak hanya terjadi diantara produk – produk di negara – negara ASEAN, namun persaingan yang cukup berat yaitu gempuran dari produk China dimana negara China dengan kemampuan teknologinya yang dapat membuat barang dalam jumlah besar dan harga kompetitif sehingga memiliki daya saing khususnya dari segi harga. Hal ini dapat mengancam keberadaan dan keberlangsungan usaha – usaha industry dalam negeri apabila produk – produk dalam negeri tidak memiliki persiapan dan strategi untuk menghadapi persaingan ini. Persaingan ini bukan berarti menjadi suatu ancaman yang menakutkan bagi perusahaan – perusahaan dalam negeri atau bahkan membuat perusahaan – perusahaan dalam negeri patah semangat. Menurut Djatmiko Bris Witjaksono, Direktur Kerjasama ASEAN Kemendag pentingnya perubahan cara pandang dalam menyikapi persaingan yang timbul dari AEC bahwa persaingan dari luar tidak lagi dianggap sebagai ancaman, namun sebagai peluang untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik (www.kemendag.go.id, 2013). 3 Selama 10 tahun terakhir ini dari tahun 2005 sampai tahun 2014, nilai ekpor Indonesia ke negara – negara ASEAN mengalami peningkatan dari US$ 15.824.920 sampai US$ 39.695.195 yang dapat dilihat dari Gambar 1.1 Indonesia's Exports to Association of South-East Asian Nations (ASEAN). Gambar 1. 1 Indonesia's exports to Association of South-East Asian Nations (ASEAN) Sumber : www.trademap.org (2015) Dan nilai impor Indonesia dari negara – negara ASEAN selama tahun 2005 sampai tahun 2014 juga mengalami peningkatan secara signifikan dari US$ 17329459 sampai US$ 50.903.584 yang dapat dilihat pada Gambar 1.2 Indonesia's Imports from Association of South East Asian Nations (ASEAN). 4 Gambar 1. 2 Indonesia's Imports from Association of South East Asian Nations (ASEAN) Sumber : www.trademap.org (2015) Dari kedua grafik ini dapat dilihat bahwa nilai impor Indonesia dari negara – negara ASEAN lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya ke negara – negara ASEAN. Seiring berjalannya waktu ketika telah diberlakukannya MEA, maka nilai impor dan ekspor Indonesia dan negara – negara anggota ASEAN lainnya akan terpengaruh. Naik / turun nilai ekspor dan impor negara Indonesia tergantung dari persaingan di antara perusahaan – perusahaan Indonesia dengan perusahaan dari luar negeri di kawasan ASEAN. 5 Tabel 1. 1 Indeks Kompetitif Global 2013/2014 Negara Rangking (dari 148 Negara) 2012 - 2013 2 25 28 38 50 65 75 --85 --- Singapura Malaysia Brunei Thailand Indonesia Filipina Vietnam Laos Kamboja Myanmar Timor 136 Leste Sumber : www.aai.or.id (2015) Rangking (dari 148 Negara) 2013 - 2014 2 24 26 37 38 59 70 81 88 139 Nilai 2013 – 2014 (skala 1 -7) 5.61 5.03 4.95 4.54 4.53 4.29 4.18 4.06 4.01 3.21 138 3.25 Menurut Gambar 1.3 Indeks Kompetitif GLOBAL periode tahun 2013 2014, Singapore menduduki peringkat 1 diantara negara – negara anggota ASEAN lainnya, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke 5 di antara negara – negara anggota ASEAN lainnya, dan peringkat ke 38 di Dunia. Saat diberlakukannya MEA, maka persaingan diantara negara – negara khususnya negara anggota ASEAN akan semakin meningkat atau membuat Perusahaan / pelaku bisnis di Indonesia akan menghadapi persaingan yang lebih ketat dibandingkan dengan sebelumnya ketika MEA belum berlaku. MEA secara tidak langsung mengharuskan perusahaan/pelaku bisnis di Indonesia harus siap untuk bersaing dan berkompetisi dengan produk – produk dari negara – negara anggota MEA lainnya yang nantinya masuk ke Indonesia. Hasil dari persaingan dan kompetisi ini akan menentukan apakah Indonesia secara garis besar menjadi negara pengekspor ataukah negara pengimpor. Menjelang diberlakukannya MEA 2015, Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono menyarankan untuk pelaku industri permebelan dan kerajinan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan salah satu caranya yaitu memperkuat jalinan kerjasama dengan para pengusaha di negara-negara ASEAN, terutama dalam bidang pemasarannya. Meskipun Indonesia mempunyai potensi bahan baku yang melimpah, perjuangan yang tanpa kerjasama akan tetap berat. Oleh karena itu ketika diberlakukannya AEC 6 2015, perusahaan berkesempatan untuk meperkokoh jalinan bisnis semua ASEAN. Kerja sama diantara industri furniture Indonesia dengan pengusaha – pengusaha dari negara ASEAN diharapkan dapat mampu saling mendukung dan meningkatkan daya saing guna menghadapi gempuran dari produk China. Tujuan lain dari kerja sama ini juga untuk bisa saling mengisi pangsa pasar yang semakin terbuka lebar (www.kemendag.go.id, 2013). Pemerintah Indonesia juga tidak hanya tinggal diam pada saat akan menjelang diberlakukannya MEA. Beberapa badan pemerintah telah merencanakan dan bahkan ada yang telah mengambil tindakan dalam persiapan jelang diberlakukannya MEA. Salah satu badan pemerintah yang ikut mengambil bagian yaitu yaitu Komisi Pengawasa Persaingan Usaha. Tindakan yang dilakukan KPPU jelang MEA yaitu bertujuan untuk menciptakan persaingan yang sehat. Wakil Ketua Mahkamah Agung RI Bidang Yudisial, Mohammad Saleh mengatakan bahwa KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha )telah melakukan berbagai upaya dan advokasi untuk agar pelaku usaha di Indonesia bersaing dengan sehat. Adanya persaingan yang sehat, diharapkan produsen dalam negeri pun terpacu untuk menciptakan produkproduk yang berkualitas, dan berinovasi. Badan pemerintah lainnya yang juga ikut mengambil bagian jelang diberlakukannya MEA yaitu KKP ( Kementerian Kelautan dan Perikanan) . Dalam hal ini KKP berencana untuk melakukan sertifikasi produk khususnya dalam produk perikanan Indonesia. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut P. Hutagalung mengatakan bahwa untuk melakukan harmonisasi sertifikasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah meningkatkan koordinasi pembinaan dan pengawasan produk yang beredar di masyarakat. Harmonisasi sertifikasi ini guna untuk meningkatkan kualitas produk dalam negeri yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat daya saing (www.liputan6.com, 2015). Beberapa badan – badan pemerintah yang telah berencana atau bahkan telah mengambil tindakan dalam rangka persiapan jelang diberlakukanya MEA. Tindakan – tindakan ini tentunya guna mendorong perusahaan – perusahaan dalam negeri untuk siap mengikuti persaingan yang semakin meningkat jelang MEA, sehingga dapat mengambil peluang – peluang yang menguntungkan dan siap menghadapi tantangan yang akan timbul. Namun apabila pada dasarnya perusahaan tidak mempunyai keunggulan bersaing atau tidak ada keunggulan bersaing yang dapat diciptakan oleh perusahaan tersebut, maka langkah – langkah yang dipersiapakan 7 dan dilakukan oleh pemerintah menjadi sia – sia. Seperti halnya tindakan yang dilakukan oleh KPPU bertujuan untuk dapat menciptakan persaingan yang sehat, namun tidak menjamin bahwa perusahaan – perusahaan dalam negeri dapat bersaing dengan produk impor. Menurut Jack Welch dalam Rangkuti, Fredy (2006 : 37), apabila perusahaan tidak memiliki keunggulan bersaing, maka jangan mencoba untuk bersaing. Maka Salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan ialah kemampuannya untuk memiliki dan mempertahankan satu atau beberapa keunggulan bersaing . Perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang mampu turut serta dalam persaingan di pasar. Perusahaan tidak hanya berusaha untuk dapat bertahan tetapi juga berusaha untuk memenangkan persaingan di pasar dengan memiliki keunggulan kompetitif yang menjadi senjata perusahaan tersebut untuk bersaing. Menurut Porter (1980) dalam Siagian, Yolanda (2005: 20), suatu perusahaan memiliki keunggulan bersaing jika perusahaan tersebut mampu melakukan differensiasi, biaya yang rendah, dan respon yang lebih dibandingkan pesaingnya. Kemudian menurut Soeryanto ( 2010 : 362), keunggulan bersaing dapat diperoleh dengan jalan menawarkan kepada pembeli nilai yang lebih tinggi, apakah melalui harga yang lebih rendah atau dengan memberikan manfaat yang lebih besar untuk membenarkan harga yang lebih tinggi,dan perusahaan memiliki bauran pemasaran pesaing. Keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan membantu perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan terhadap konsumen. Sehingga terdapat banyak perusahaan yang berusaha menciptakan keunggulan bersaing untuk dapat berkompetisi dengan terus berusaha dan berinovasi dalam menciptakan produk yang mempunyai nilai kompetitif. Menurut Rangkuti (2006 : 37), terdapat hubungan positif yang sangat erat antara kinerja suatu bisnis dan keunggulan bersaing yang berarti semakin baik kinerja suatu perusahaan, semakin kuat keunggulan bersaing yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin buruk kinerja suatu perusahaan, keunggulan bersaingnya semakin berkurang. Upaya peningkatkan daya saing pada perusahaan diperlukan manajemen yang baik secara internal ataupun eksternal perusanghaan, sehingga kinerja perusahaan mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan. Hubungan antara perusahaan dengan supplier dan customer harus terjalin dan dibina dengan benar sehingga 8 menciptakan suatu hubungan yang baik. Hubungan yang baik dan jangka panjang dengan supplier dan customer bertujuan untuk pendistribusian produk dari hulu ke hilir secara tepat waktu dan tepat sampai ke pengguna akhir. Perusahaan seringkali tidak peduli dengan hubungan dengan supplier, karena menganggap supplier yang lebih membutuhkan perusahaan . Pemikiran ini timbul dari posisi supplier sebagai penjual dan perusahaan sebagai pembeli, dimana seringkali pembeli dianggap sebagai raja. Pemikiran seperti ini akan menyebabkan perusahaan tidak memperhatikan hubungan perusahaan dengan supplier. Supplier tentunya tidak merasa ikut bertanggungjawab atau bahkan tidak peduli apabila hubungan antara perusahaan dan supplier tidak terjalin dengan baik. Padahal kenyataannya perusahaan dan supplier memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Dan dengan pengambilan keputusan yang tepat dalam memilih supplier maka perusahaan akan terhindar dari kekosongan barang (restock) ataupun barang yang rusak/cacat. Pemasok yang baik akan selalu siap menyediakan bahan baku dalam jumlah yang besar, sehingga proses produksi dari perusahaan manufaktur ataupun jasa dapat berjalan lancar sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen . Bagi Perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memproduksi dalam jumlah yang besar mengharuskan perusahaan tersebut melakukan pendistribusian , dan penyampaian barang dapat berjalan lancer dan tepat waktu. Tujuan perusahaan dapat dicapai apabila perusahaan memiliki kinerja yang terstruktur dan efektif. Hal ini harus diperjuangkan oleh perusahaan karena telah menjadi tuntutan bagi setiap perusahaan. Dilihat dari kondisi pada saat ini, konsumen umumnya akan menuntut kualitas yang baik dan harga yang ekonomis. Sehingga tidak mengherankan perusahaan – perusahaan bersaing untuk menciptakan produk – produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen yang semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya, dan memiliki persyaratan – persyaratan terhadap produk yang dipilihnya menjadi suatu pendorong bagi perusahaan – perusahaan untuk memaksimalkan nilai kompetitif pada produknya. Perkembangan pesat teknologi informasi, komunikasi, maupun proses pabrikan mengakibatkan pendeknya siklus hidup produk. Sehingga perusahaan memanfaatkan perkembangan teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, pelayanan yang cepat, mudah, dan terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan bertahan di pasar. Selain produktivitas dan efisiensi yang perlu 9 ditingkatkan, perusahaan juga harus memahami dan mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen. Pujawan dan Mahendrawati (2010) menjelasakan bahwa pentingnya peran semua pihak mulai dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan customer dalam menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Disinilah pengelolaan perlu dilakukan. Terjadi sebuah kesalahan pada distribusi barang dan jasa akan membuat kualitas barang dan jasa menurun. Dan ini berakibat daya saing melemah, Dalam upaya peningkatan pendistribusian dan penyampaian barang maka diperlukan manajemen yang baik.. Penerapan supply chain management dalam penyediaan barang dan jasa juga sangat diperlukan oleh perusahaan untuk berperan dalam kinerja dan daya saing perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik supply chain management dengan judul penelitian ”Identifikasi pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Apakah terdapat pengaruh antara Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan ? 2. Apakah terdapat pengaruh antara Supply Chain Management Terhadap Keunggulan Bersaing ? 3. Apakah terdapat pengaruh antara Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Perusahaan ? 4. Apakah terdapat pengaruh langsung antara Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan ? 5. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan melalui Keunggulan Bersaing ? 10 1.3 Fokus Penelitian Fokus penelitian yang akan dibahas oleh penulis yaitu 1. Penulis membahas mengenai pengaruh supply chain management terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan. 2. Unit analisis pada penelitian ini adalah perusahaan di Indonesia yang menerapkan supply chain management. 3. Anggota Asosiasi Indonesia yang memiliki profesi sebagai pekerja di Perusahan yang menerapkan supply chain management. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Perusahaan. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan Bersaing 5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan Bersaing. 1.5 Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah : 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan untuk dapat mengetahui seberapa berpengaruh supply chain management terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan. 2. Bagi Penulis, Diharapkan dapat memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di semester 7 tahun 2015. 3. Bagi Pembaca, Diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, dan dapat menjadi referensi dan acuan untuk penelitian selanjutnya bagi yang ingin lebih 11 mengetahui lebih banyak mengenai peforma supply chain management pada perusahaan. 1.6 State Of Art (Tinjauan Pustaka) Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) No 1. Nama Jurnal Metode Keterangan Diana Bratić Kualitatif Jurnal ini membahas (2011) Deskriptif mengenai peranan supply Achieving a chain management pada Competitive perusahaan grafis Kroasia. Advantage by Dua dimensi utama dalam SCM penelitian ini adalah praktek International SCM dan keunggulan Journal of bersaing. Praktek SCM Business terdiri dari strategic Management supplier, partnership, customer relationship, level of information sharing, dan quality of information sharing, postponement. Sedangkan keunggulan bersaing terdiri dari price dan cost, quality, delivery dependability, product innovation, dan time to market. Sumber : Penulis (2015) 12 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No 2. Nama Jurnal Metode Hasil P. Madhu Sudana Kualititatif Isi dari jurnal ini membahas Rao (2014) Deskriptif mengenai pengaruh Supply Chain manajemen rantai pasokan Management for didalam sebuah perusahaan Sustainable terhadap keunggulan Competitive bersaing perusahaan Advantage (SCA) tersebut. Sistem manajemen International rantai pasokan yang dikelola Journal of dan dirancang oleh suatu Business perusahaan dapat Management & memaksimalkan perolehan Social Sciences manfaat di pasar. Jurnal ini Research menyimpulkan pentingnya perencanaan rantai pasokan yang secara efektif oleh perusahaan untuk mencegah timbulnya masalah pada salah satu bagian rantai pasokan yang dapat mengganggu seluruh aliran manajemen rantai pasokan. Sumber : Penulis (2015) 13 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No 3. Nama Jurnal Metode Hasil Ebrahim Karimi Kuantitatif Isi dari jurnal ini membahas dan Mahmoud SEM mengenai dampak dari Rafiee (2014) praktek supply chain Analyzing the management pada kinerja Impact of Supply perusahaan melalui Chain keunggulan bersaing. Metode Management analisis dalam penelitian ini Practices on adalah Structural Equation Organizational Modeling (SEM). Penelitian Peformance ini membuktikan bahwa through praktek supply chain Competitive management mempunyai Priorities (Case pengaruh terhadap kinerja Study : Iran perusahaan melalui Pumps keunggulan bersaing. Company) International Journal of Academic Research in Accounting, Finance, and Management Sciences Sumber : Penulis (2015) 14 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No 4. Jurnal Metode Hasil Regina Suharto Kuantitatif Isi jurnal ini menjelaskan dan Devie (2013) SEM – PLS tentang pengaruh antara Analisa Pengaruh supply chain management Supply Chain terhadap keunggulan Management bersaing dan kinerja terhadap perusahaan. Penelitian ini Keunggulan berhasil membuktikan Bersaing dan adanya hubungan yang Kinerja signifikan antara supply Perusahaan chain management terhadap Journal of keunggulan bersaing, supply Business chain management terhadap Accounting kinerja perusahaan, dan keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan. Sumber : Penulis (2015) 15 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No 5. Nama Jurnal Metode Hasil Lisda Rahmasari Kuantitatif Isi jurnal ini membahas Pengaruh Supply AMOS 5 mengenai pengaruh Chain manajemen rantai pasokan Management dan dampaknya terhadap Terhadap peningkatan kinerja dan Kinerja keunggulan kompetitif perusahaan dan perusahaan. Penelitian ini Keunggulan menggunakan sampel yang Bersaing diambil dari 105 perusahaan Journal of dari industri kreatif di Jawa Business Tengah. Hasil analisis pada Management jurnal ini menunjukkan bahwa manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja dan keunggulan bersaing perusahaan. Sumber : Penulis (2015) 16