Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 Penggunaan Pembelajaran Berbasis Peta Konsep dalam Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA Unesa pada Materi Pokok Isomer Ismono Jurusan kimia FMIPA Unesa Email. [email protected] Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa untuk secara aktif mengikuti proses pembelajaran baik dalam berdiskusi, curah pendapat (brainstroming), bekerja dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012: Permendikbud RI No. 103 tahun 2014; NSTA, 2003 dan NRC,1996, 2000; Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson 2010; Johnson, 2010; Hammann, 2012; dan Tony Wagner, 2008). Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui proses pembelajaran penggunaan peta konsep dan peningkatan hasil belajar mahasiswa pendidikan kimia’2013 pada materi pokok isomer. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa pendidikan kimia’ 2013 sebanyak 60 mahasiswa terdiri dari mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan (21 orang) dan Pendidikan Kimia Reguler (29 orang}. Penelitian dilakukan tiga kali tatapmuka. Hasilnya peta konsep mampu menumbuhan keterampilan proses dan mahasiswa pendidikan kimia terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran seperti berdiskusi, curah pendapat, bekerja dan belajar secara kolaboratif, dan berani mengemukakan pendapat melalui presentasi baik tertulis maupun lisan dan. Selain itu terjadi kenaikan skor rata-rata pada kelas PKU’13 yaitu dari 54,39 menjadi 78,00 dengan gain skor 24,04 dan PKR’13 yaitu dari 42,31 menjadi 78,33 dengan gains skor 37,69. Kedua kelas tersebut sama mengalami kenaikan gain skor dalam katagori sedang (Hake, 1998). Kata kunci: peta konsep, isomer, gain skor 2010; Johnson, 2010; Hammann, 2012; A. Pendahuluan dan Tony Wagner, 2008). Tantangan para Guru atau calon guru IPA Ilmu Kimia (bagian dari IPA) (kimia) di abad 21 yaitu guru atau calon merupakan ilmu yang berbasis inkiri dan guru harus (a) mampu melibatkan siswa mengedepankan logika berpikir tingkat untuk secara aktif mengikuti proses tinggi, pembelajaran baik dalam berdiskusi, abstraksi kemampuan generalisasi dan yang cukup memahami dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu demikian saat ini masih banyak guru atau meningkatkan hasil belajar peserta didik calon guru kimia yang relatif masih belum secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012: baik dalam memahami konsep – konsep Permendikbud RI No. 103 tahun 2014; dan menyampaikan materi kimia, sehingga NSTA, 2000; peserta didik banyak mengalami kesulitan Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson dalam memahaminya, bahkan ada keliru dan NRC,1996, kimia, untuk curah pendapat (brainstroming), bekerja 2003 konsep tinggi manum dalam pemahaman (miskonsepsi) terhadap B - 74 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 konsep kimia (Ruseffendi, 2006). kimia organik banyak mengalami kesulitan Pendapat tersebut didukung oleh Gabel, bahkan (1999), menyatakan kimia merupakan menghubungkan keterkaitan konsep dalam materi ajar yang konsep- kimia organik karena peserta didik hanya konsep abstrak yang disebabkan dari sifat menghafal bagaimana menulis tatanama kekomplekskannya. Konsep-konsep dalam dan hasil reaksi kimia organik. kaya akan kimia seperti kimia organik tidak mampu dalam umumnya Berdasarkan pendapat di atas, maka secara materi kimia merupakan materi yang kaya logis, di mana konsep- akan konsep yang abstrak seperti halnya konsep tersebut tersusun secara hirarkis materi dalam kimia organik seperti isomer, yaitu konsep dimulai dari konsep yang konsep-konsep paling umum/konsep penting/konsep kunci sistematis dan hingga konsep spesifik atau contoh-contoh konsep tersebut tersusun secara hirarkis dan antar konsep kadangkala memiliki dan antar konsep kadangkala memiliki keterkaitan. Hal ini dapat menyebabkan keterkaitan, kesalahpahaman yang luas di kalangan mempelajarinya diperlukan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep berpikir tingkat tinggi peserta didik. Pola dalam kimia organik pada materi isomer). pembelajaran pada materi ajar yang kaya tersusun atau sistematis dan terorganisasi Adlaon (2012), terorganisir secara logis, di mana konsep- sehingga untuk materi ajar kimia konsep abstrak banyak diberikan dalam seperti kimia organik pada materi isomer bentuk menghafal konsep, sehingga para relatif sulit, baik untuk mengajarkan ke peserta didik gagal dalam para peserta didik maupun cara peserta konsep dan kerangka kerja proposisional didik mempelajarinya, karena materi yang kuat. Proses pembelajaran pada kimia organik memiliki banyak konsep dasarnya untuk membimbing peserta didik yang bersifat abstrak. Pola pembelajaran dalam pada materi yang berkonsep abstrak konsep, banyak diberikan dalam bentuk menghafal pembelajaran bermakna, dan informasi (konsep), sehingga peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir tingkat menjadi pasif yang berakibat para peserta tinggi peserta didik. didik gagal dalam yang kuat dan membangun konsep kerangka proposisional. Barbara, (2005), memahami mampu Berdasarkan kerja dan hal membangun membangun menumbuhkan di mampu atas, penelitian ini akan mengkaji tentang peserta didik dalam memahami materi reaksi pada B - 75 maka Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 (a) Bagaimana proses pembelajaran belajar untuk membangun pengetahuan selama menggunakan peta konsep, baru yang lebih luas dan lebih kokoh dan ikatannya. (b) Bagaimana peningkatan pertambah an (gain) skor Beberapa mahasiswa pakar peta konsep mendefinisikan bahwa PK merupakan pendidikan kimia 2013 setelah keterkaitan antar konsep-konsep dalam mengikuti pembelajaran dengan bentuk representasi grafis dua dimensi peta konsep yang menunjukkan tentang sebuah domain pengetahuan seseorang B. Teori Peta konsep diciptakan oleh Joseph D. Novak dalam antara lain: (a) Novak dan Gowin, (1984), Novak (2000), program penelitian di Canas, (2003) (dalam Khodadady, dkk, Cornell University pada tahun 1972, peta 2011) konsep telah dirancang dengan tujuan representasi grafis dari suatu pengetahuan, untuk dengan PK memungkinkan peserta didik memantau dan memahami menyatakan PK perubahan dalam pengetahuan anak-anak memahami tentang pemahaman sains. ide/konsep-konsep yang dipresentasikan terlahir dari suatu dan Peta konsep dalam gerakan dengan hubungan merupakan menciptakan antara ide- koneksitas antar inovasi pembelajaran dengan konsepsi konsep dengan menvisualisasikan dalam dasar teoritis peta konsep yaitu bentuk peta. teori (b) Jonassen, Beissner, & belajar bermakna yang dikemukakan oleh Yacci, (1993) menyatakan Ausubel (1962) merupakan representasi spasial konsep dan bermakna bahwa pembelajaran tergantung pada peta konsep hubungan antara konsep dengan maksud mengintegrasikan informasi baru dalam untuk struktur kognitif yang sebelumnya dimiliki pengetahuan yang disimpan dalam pikiran oleh peserta didik. Peta konsep merupakan manusia. (c) Angelo dan Cross (1993) salah satu bentuk pembelajaran yang dapat berpendapat mengkaitkan yang sebagai alat kognitif yang memfasilitasi dipelajari dengan konsep yang dimiliki pola berpikir tingkat tinggi, di mana PK peserta membangun mampu mengembangkan pengetahuan yang baru disebut dengan berpikir tingkat konstruktivisme. konstruktivis melalui menanya, menganalisis, menarik pengetahuan kesimpulan, mensintesis mengintegrasikan pengetahuan/konsep didik berpendapat untuk Teori bahwa sebelumnya digunakan sebagai kerangka merepresentasikan informasi, B - 76 bahwa PK tinggi mempermudah struktur digambarkan kemampuan peserta didik komunikasi, Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 dan meringkas materi ajar, serta memiliki makna. Pendapat tersebut pemikiran reflektif mendalam pengamatan didukung oleh Cañas (2003) di mana PK sehingga adalah representasi grafis dari pengetahuan terjadinya bermakna. PK didik pembelajaran memungkinkan peserta untuk pengetahuannya peserta didik. menginternalisasi konsep, tertutup dalam lingkaran atau mengkaitkan kotak, dan dihubungkan oleh garis baik pengetahuan lama yang dimiliki peserta berupa link atau crosslinked berlabel yang didik dengan pengetahuan baru dan akan menunjukkan hubungan antara konsep membantu peserta untuk disebut proposisi. (Cañas, 2003). PK yang merumuskan konsep dapat paling sederhana yaitu dua atau tiga meningkatkan konsep yang dihubungan dengan proposisi, digunakan kemampuan dengan PK terdiri dari konsep- didik yang untuk berpikir tingkat tinggi, misal konsep isomer yang dikaitkan penyelidikan dan memecahkan masalah. dengan proposisi “dapat dibagi menjadi” (d) Fosnot, C. T, (1996), menyatakan peta isomer struktural dan isomer ruang. konsep merupakan sarana yang dapat Kajian lain yang dilakukan melalui digunakan untuk mengidentifikasi cara beberapa kajian dari literatur tentang peta peserta didik berpikir, cara kita melihat konsep antara lain oleh: (1) strategi hubungan antara pengetahuan. Selain itu pemetaan PK dapat membantu guru lebih memahami mempromosikan bagaimana peserta didik dapat menafsirkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan makna dari materi pelajaran. pembelajaran yang bermakna (Julie dan konsep dirancang untuk pembelajaran inkuri, PK disusun dengan mengkaitkan Gary, hubungan antar konsep-konsep dengan dapat garis dan kata penghubung. Novak & berpikir kritis (Able & Freeze, 20 06; Gowin, (1984) berpendapat kombinasi dari Briscoe & LaMaster, 1991; Kinchin, dua kotak 2001), atau lingkaran merupakan konsep dengan garis (2013), (2) strategi peta konsep mengembangkan (3) metode keterampilan peta konsep berlabel dan menjauhkan dari kebiasan dari menghafal merupakan unit dasar yang memiliki (Briscoe & LaMaster, 1991; Heinze - Fry makna hubungan antar konsep dalam PK & Novak , 1990 ; Kinchin , 2001; Novak , disebut proposisi. PK yang paling 1998; Novak & Musonda, 1991), (4) sederhana yaitu bila dua konsep yang strategi peta konsep sebagai alat dihubungkan dengan kata penghubungan komunikasi antara guru dan siswa ( Roth, (proposisi) sehingga kedua konsep tersebut 1994), (5) peta konsep dapat meningkatkan B - 77 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 prestasi belajar siswa ( Hay, 2007; Horton mengorganisir pembelajaran mereka (Julie et al., 1993. ), (6) strategi peta konsep dan dapat 2007; dan Bybee, 1997). memaparkan kesalahpahaman Gary, 2013; (Heinze - Fry & Novak, 1990; Kinchin & Carol T Kostovich, Berdasarkan pendapat beberapa Hay , 2000; Novak & Gowin, 1984 ), (7) ahli di atas peta konsep merupakan salah peta konsep sebagai alat evaluasi (formatif strategi belajar yang mampu meningkatkan dan sumatif), (Kinchin et al. 2005: prestasi Brüssow 2007), dan (8) strategi peta kesalahpahaman, sebagai alat konsep membantu peserta kreatif pengetahuan (Novak, 2004), (9) membangun kemampuan strategi peta konsep dapat membantu (inkuri) dan keterampilan berpikir tingkat peserta tinggi, untuk memfasilitasi didik dalam produksi membangun belajar, memaparkan evaluasi, didik dalam penyelidikan berpikir kritis, sebagai alat kemampuan penyelidikan (inkuri) dan komunikasi antara guru dan siswa, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta sebagai sarana pembelajaran bermakna. didik, (8) Martin (2005: 114) menyatakan peta konsep merupakan alat penting untuk C. Metode penelitian perencanaan dan pengajaran, peta konsep dapat membantu konstruksi siswa konsep, Penelitian ini merupakan penelitian meningkatkan sambil deskriptif membantu yang mendeskripsikan pelaksanaan proses pembelajaran dan untuk menghindari kesalahan konsep, (9) kenaikan gain skor setelah mengikuti Novak, (1995) dan Joanne, (2013), pembelajaran dengan peta konsep. Subyek menyatakan peta konsep dapat digunakan penelitian yaitu mahasiswa pendidikan untuk: (a) alat instruksional pembelajaran, kimia 2013 sebanyak 60 orang dengan (b) alat untuk mengelola pengajaran, (d) rincian Pendidikan Kimia Unggulan (21 alat untuk keterampilan komunikasi di orang) dan Pendidikan Kimia Reguler (29 mana menggambarkan orang yang mengambil matakuliah kimia keterhubungan antar konsep dan alur organik 1 dengan materi ajar isomer. berpikir siswa, (e) alat untuk evaluasi, (d) Pembelajaran dilakukan selama 3 minggu peta konsep sebagai alat dapat digunakan (3 kali tatapmuka) dengan belajar dan untuk membantu guru dalam perencanaan bekerja pengajaran, prosedur sebagai berikut: (a) mulanya peta konsep membantu penulis dalam secara kolaboratif. perencanaan materi pada buku pelajaran, mahasiswa diberikan dan mengetahui tingkat membantu peserta didik dalam B - 78 Dengan pretes pemahaman untuk awal Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 tentang isomer, pembelajaran dan (b) dilakukan pelatihan mengindentifikasi, tentang mengelompokan, analisis konsep dan penyusunan peta mengevaluasi konsep, hirarkhi dan (3) diberikan pos menganalisis, tes. mensisntesis dan konsep-konsep dalam bahan secara bacaan, dan Instrumen penelitian meliputi perangkat menumbuhkan budaya pembelajaran, tes obyektif, tes penyusunan seperti peta konsep, lembar pengamatan, dan (brainstrorming), angket. Instrumen evaluasi peta konsep, (collaborative), yaitu temannya, menyampaikan pendapat dan Tabel 1. Penskoran peta konsep adopsi dan diadaptasikan dari oleh Novak dan Gowin (2002) No Komponen Skor 1 Konsep valid 1 2 Proposisi valid (link) 1 3 Hirarki valid 5 4 Cross link valid 10 5 Contoh valid 1 skor = (skor perolehan/skor∑komponen) x 100 mengkomunikasikan hasil atau ide-ide diskusi, sikap ilmiah curah pendapat bekerjasama menghargai pendapat karyanya di depan kelas. Dengan demikian selama proses peta konsep mampu menumbuhkan keterampilan proses dan budaya sikap ilmiah yang positip mahasiswa pendidikan kimia, seperti yang Untuk mengetahui kenaikan gain skor diharapkan pada guru atau calon guru di digunakan rumus (Hake, 1998). abad 21. Tumbuhnya keterampilan proses dan budaya sikap ilmiah disebabkan karakteristik dari pembelajaran peta konsep yang menuntut mahasiswa untuk di mana : (g) = peningkatan skor hasil belajar (Sf) = rata-rata skor tes akhir setelah perlakukan (Si) = rata-rata skor tes kemampuan awal menggunakan semua kemampuan kognitif dan saling berdiskusi, curah pendapat, dan belajar Tabel 2. Interprestasi Nilai dari gain skor Skor (g) Intreprestasi Nilai (g) ≥ 0,7 Tinggi 0,7 < (g) ≥ 0,3 Sedang (g) < 0,3 Rendah (Adopsi dan adaptasi dari Hake, 1998) dan mengindentifikasi, bekerjasama dalam menganalisis, mengelompokan, mengevaluasi konsepkonsep, menyusun peta konsepm serta mengkomunikasikan hasilnya di depan D. Hasil dan Pembahasan kelas. Berdasarkan hasil pengamatan selama Tes hasil belajar diperoleh data sebagai proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mampu berikut. menumbuhkan keterampilan proses ilmiah seperti meneliti bahan bacaan dengan cara B - 79 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 Tabel 3. Hasil pre dan pos tes isomer keterkaitan antar konsep dalam suatu bahan bacaan, (4) peta konsep dapat menumbuhkan sikap menghargai pendapat orang lain, belajar dan kerja kolaboratif, berani Berdasarkan tabek 3 di atas mahasiswa mengemukakan pendapat mengkomunikasikan hasilnya di depan PKU’13 memiliki rata-rata skor 54,29, kelas. sedangkan PKR’13 memiliki skor 41,93. E. Kesimpulan dan Saran Setelah dilakukan pelatihan penyusunan 1. peta konsep terjadi kenaikan skor rata-rata pada atau Kesimpulan a. Peta konsep dalam proses kelas PKU’13 yaitu dari 54,39 pembelajaran mampu menumbuhkan menjadi 78,00 dengan gains skor 24,04 keterampilan proses ilmiah dan sikap dan PKB’13 yaitu dari 42,31 menjadi mahasiswa pendidikan kimia terlibat 78,33 dengan gains skor 37,69. Kedua secara kelas tersebut sama mengalami kenaikan pembelajaran seperti berdiskusi, curah gains skor dalam katagori sedang (Hake pendapat, bekerja dan belajar secara 1998). kolaboratif, Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pembelajaran peta konsep aktif mengemukakan mampu dalam dan proses berani pendapat melalui presentasi baik tertulis maupun lisan. menaikan pertambahan (gain) skor pada b. Peta konsep mampu menaikan gain kedua kelas PKU dan PKR mahasiswa skor mahasiswa kelas PKU’13 dan pendidikan kimia walaupun pada katagori PKR’13 sedang. tersebut mengalami kenaikan gain Berdasarkan hasil angket diperoleh data bahwa: peta konsep kedua kelas skor dalam katagori sedang membantu 2. Saran mahasiswa dalam memahami konsep, (2) a. Mahasiswa pendidikan kimia 2013 diawal (1) walaupun pembelajaran mahasiswa perlu dilatihkan untuk menganalisis mengalami kesulitan dalam menganalisis, konsep dan menyusun peta konsep mensintesis, mengevaluasi konsep-konsep b. Perlu adanya tambahan waktu agar dan menyusun peta konsep, (3) mahasiswa para mahasiswa memiliki kemampuan merasa senang dengan pembelajaran peta menganalisis konsep dan menyusun konsep, karena mereka merasa tertantang peta konsep. untuk mengkaji konsep-konsep dan B - 80 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses." Am. J. Phys. 66(1):64-74; http://www.physics.indiana.edu/~sdi Mintzes, J. J., Wandersee, J. H., & Novak, J. D., 1997, Meaningful learning in science: The human constructivist perspective. In G.D. Phye (Ed.), Handbook of academic learning: Construction of Knowledge. San Diego: Academic Press. pp. 405-447. http://dx.doi.org/10.1016/B978012554255-5/50014-4 Novak, J.D., & Gowin, D.B., 1984, Learning how to learn. Cambridge, England: Cambridge University Press. Novak, J.D., 1990, Concept mapping: A useful tool for science education. Journal of Research in Science Teaching, 27, 937-949. Novak, J. D., 1990, Concept maps and vee diagrams: Two metacognitive tools for science and mathematics education, Instructional Science, 19, 29-52. Novak, J. D. , 1991, Clarify with concept maps. Journal of The science teacher. 45- 49. Novak, J. D. (1993). Human constructivism: A unification of psychological and epistemological phenomena in meaning making, International Journal of Personal Construct Psychology, 6, 167-193 Novak, J. D., 1998, Learning, creating, and using knowledge: Concept maps as facilitative tools in schools and corporations. Mahweh, NJ: Lawrence Erlbaum Association Novak, J. D. & Gowin, B. (1999). Aprender a aprender. Lisboa: Plátano Edições Técnicas Novak, J. D. (2002). Meaningful learning: The essential factor for conceptual change in limited or appropriate propositional hierarchies (liphs) leading to empowerment of learners. Science Education, 86(4), 548-571. Daftar Pustaka Abrami, P.C., Chambers, B., Poulsen, C., DeSimone, C., d’Apollonia, S., & Howden, J., 1995. Classroom connections - Understanding and using cooperative learning, Toronto: Harcourt Brace. Abrams, R. 'Meaningful Learning: A Collaborative Literature Review of Concept Mapping' [online] (cited 25/05/2007) Available from http://www2.ucsc.edu/mlrg/clrconcept mapping.html. Adlaon B.S. Ritchie Bagcat, 2012, Assessing Effectiveness of concept map as Instructional Tool in High School Biology, Thesis, La Salle University (tidak dipublikasikan) Ahuja Amit. (2007), in the area of Cognitive Psychology on the topic entitled. Effectiveness of concept mapping in learning of science, (Desertasi yang tidak dipublikasikan) pu.ac.in/use/amitahuja.htm. Anderson, R. 1985. Cognitive psychology and its implications. Second edition. New York: W. H. Freeman. Anderson Lorin, 1999, et al, Bloom's 'Taxonomy of Educational. Objectives' discriminates between levels of cognition. Thinking Strategies for the Inquiry Classroom . http://www.curriculumpress.edu.au/sa mple/pages/9781742003139.pdf, akses September 2014. Ausubel, David. 1963. The psychology of meaningful verbal learning. New York: Grune & Stratton. Ausubel, D P. (1966). Meaningful Reception Learning and Acquisition of Concepts in Analysis of Con-cept Learning. New York: Academic Press. Ausubel, D. P. (1968). Educational psychology: A cognitive view. New York: Holt, Rinehart and Winston. Bruner, J., 1966, Toward a theory of instruction, New York: Horton. Hake, R.R. 1998. "Interactive-engagement vs traditional methods: A sixB - 81 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 Okebukola, P. A & Ogunniyi, M. B (1984). Cooperative and competitive and individualistic laboratory interaction patterns: Effects on achievement and acquisition of practical skills.Journal of Research in Science Teaching, 22 (9), 198 – 206. Okebukola, P. A., & Jegede, O. J. (1988). Cognitive preference and learning mode as determinants of meaningful learning through concept mapping. Science Education, 72(4), 489-500. Okebukola, P. A. (1990). Attaining meaningful learning of concepts in genetics and ecology: An examination of the potency of the concept-mapping technique. Journal of Research in Science Teaching, 27(5), 493-504 Ruiz-primo, M.A., Shavelson,R.J.,(1996). Problems and issues in use of concept maps in science assessment. Journal of research in science teaching, 33, 569-600. Rye, J. A., & Rubba, P. A., 2002, Scoring concept maps: An expert map-based scheme weighted for relationships. School Science & Mathematics, 102(1), 33-45. Safdar, M. (2010). A comparative study of Ausubelian and Traditional ethods of teaching physics at secondary school level in Pakistan. Unpublished Ph.D thesis. Islamabad. National University of Modern Languages, Islamabad, 6670. Safdar Muhammad, Azhar Hussain, Iqbal Shah, Qudsia Rifat, 2012 Concept Maps: An Instructional Tool to Facilitate Meaningful Learning European Journal of Educational Vol. 1, No. 1, 55-64 Vol. 3, No. 3, July 2008, xx-xx ISSN 2165-8714, Copyright © 2012 EUJER. http://www.akademikplus.com/eujer/ index.html. B - 82