Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
Penggunaan Pembelajaran Berbasis Peta Konsep dalam Meningkatkan Proses dan Hasil
Belajar Mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA Unesa pada Materi Pokok Isomer
Ismono
Jurusan kimia FMIPA Unesa
Email. [email protected]
Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa untuk secara aktif
mengikuti proses pembelajaran baik dalam berdiskusi, curah pendapat (brainstroming),
bekerja dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik
secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012: Permendikbud RI No. 103 tahun 2014; NSTA, 2003
dan NRC,1996, 2000; Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson 2010; Johnson, 2010;
Hammann, 2012; dan Tony Wagner, 2008).
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui proses pembelajaran penggunaan peta konsep dan
peningkatan hasil belajar mahasiswa pendidikan kimia’2013 pada materi pokok isomer.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa pendidikan kimia’ 2013 sebanyak 60 mahasiswa
terdiri dari mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan (21 orang) dan Pendidikan Kimia
Reguler (29 orang}. Penelitian dilakukan tiga kali tatapmuka. Hasilnya peta konsep mampu
menumbuhan keterampilan proses dan mahasiswa pendidikan kimia terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran seperti berdiskusi, curah pendapat, bekerja dan belajar secara
kolaboratif, dan berani mengemukakan pendapat melalui presentasi baik tertulis maupun
lisan dan. Selain itu terjadi kenaikan skor rata-rata pada kelas PKU’13 yaitu dari 54,39
menjadi 78,00 dengan gain skor 24,04 dan PKR’13 yaitu dari 42,31 menjadi 78,33 dengan
gains skor 37,69. Kedua kelas tersebut sama mengalami kenaikan gain skor dalam katagori
sedang (Hake, 1998).
Kata kunci: peta konsep, isomer, gain skor
2010; Johnson, 2010; Hammann, 2012;
A. Pendahuluan
dan Tony Wagner, 2008).
Tantangan para Guru atau calon guru IPA
Ilmu
Kimia
(bagian
dari
IPA)
(kimia) di abad 21 yaitu guru atau calon
merupakan ilmu yang berbasis inkiri dan
guru harus (a) mampu melibatkan siswa
mengedepankan logika berpikir tingkat
untuk secara aktif
mengikuti proses
tinggi,
pembelajaran baik
dalam berdiskusi,
abstraksi
kemampuan generalisasi dan
yang
cukup
memahami
dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu
demikian saat ini masih banyak guru atau
meningkatkan hasil belajar peserta didik
calon guru kimia yang relatif masih belum
secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012:
baik dalam memahami konsep – konsep
Permendikbud RI No. 103 tahun 2014;
dan menyampaikan materi kimia, sehingga
NSTA,
2000;
peserta didik banyak mengalami kesulitan
Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson
dalam memahaminya, bahkan ada keliru
dan
NRC,1996,
kimia,
untuk
curah pendapat (brainstroming), bekerja
2003
konsep
tinggi
manum
dalam pemahaman (miskonsepsi) terhadap
B - 74
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
konsep
kimia
(Ruseffendi,
2006).
kimia organik banyak mengalami kesulitan
Pendapat tersebut didukung oleh Gabel,
bahkan
(1999), menyatakan kimia merupakan
menghubungkan keterkaitan konsep dalam
materi ajar yang
konsep-
kimia organik karena peserta didik hanya
konsep abstrak yang disebabkan dari sifat
menghafal bagaimana menulis tatanama
kekomplekskannya. Konsep-konsep dalam
dan hasil reaksi kimia organik.
kaya akan
kimia seperti kimia organik
tidak
mampu
dalam
umumnya
Berdasarkan pendapat di atas, maka
secara
materi kimia merupakan materi yang kaya
logis, di mana konsep-
akan konsep yang abstrak seperti halnya
konsep tersebut tersusun secara hirarkis
materi dalam kimia organik seperti isomer,
yaitu konsep dimulai dari konsep yang
konsep-konsep
paling umum/konsep penting/konsep kunci
sistematis dan
hingga konsep spesifik atau contoh-contoh
konsep tersebut tersusun secara hirarkis
dan antar konsep kadangkala memiliki
dan antar konsep kadangkala memiliki
keterkaitan. Hal ini dapat menyebabkan
keterkaitan,
kesalahpahaman yang luas di kalangan
mempelajarinya diperlukan kemampuan
peserta didik dalam memahami konsep
berpikir tingkat tinggi peserta didik. Pola
dalam kimia organik pada materi isomer).
pembelajaran pada materi ajar yang kaya
tersusun
atau
sistematis dan
terorganisasi
Adlaon (2012),
terorganisir
secara
logis, di mana konsep-
sehingga
untuk
materi ajar kimia
konsep abstrak banyak diberikan dalam
seperti kimia organik pada materi isomer
bentuk menghafal konsep, sehingga para
relatif sulit, baik untuk mengajarkan ke
peserta didik gagal dalam
para peserta didik maupun cara peserta
konsep dan kerangka kerja proposisional
didik mempelajarinya,
karena materi
yang kuat. Proses pembelajaran pada
kimia organik memiliki banyak konsep
dasarnya untuk membimbing peserta didik
yang bersifat abstrak. Pola pembelajaran
dalam
pada materi yang berkonsep abstrak
konsep,
banyak diberikan dalam bentuk menghafal
pembelajaran bermakna, dan
informasi (konsep), sehingga peserta didik
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
menjadi pasif yang berakibat para peserta
tinggi peserta didik.
didik gagal dalam
yang
kuat
dan
membangun konsep
kerangka
proposisional. Barbara, (2005),
memahami
mampu
Berdasarkan
kerja
dan
hal
membangun
membangun
menumbuhkan
di
mampu
atas,
penelitian ini akan mengkaji tentang
peserta
didik dalam memahami materi reaksi pada
B - 75
maka
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
(a) Bagaimana
proses
pembelajaran
belajar untuk membangun pengetahuan
selama menggunakan peta konsep,
baru yang lebih luas dan lebih kokoh
dan
ikatannya.
(b) Bagaimana peningkatan pertambah
an
(gain)
skor
Beberapa
mahasiswa
pakar
peta
konsep
mendefinisikan bahwa PK merupakan
pendidikan
kimia
2013
setelah
keterkaitan antar konsep-konsep dalam
mengikuti
pembelajaran
dengan
bentuk representasi grafis dua dimensi
peta konsep
yang menunjukkan tentang sebuah domain
pengetahuan seseorang
B. Teori
Peta konsep diciptakan oleh Joseph D.
Novak
dalam
antara lain: (a)
Novak dan Gowin, (1984), Novak (2000),
program penelitian di
Canas, (2003) (dalam Khodadady, dkk,
Cornell University pada tahun 1972, peta
2011)
konsep telah dirancang dengan tujuan
representasi grafis dari suatu pengetahuan,
untuk
dengan PK memungkinkan peserta didik
memantau
dan
memahami
menyatakan
PK
perubahan dalam pengetahuan anak-anak
memahami
tentang pemahaman sains.
ide/konsep-konsep yang dipresentasikan
terlahir dari
suatu dan
Peta konsep
dalam gerakan
dengan
hubungan
merupakan
menciptakan
antara
ide-
koneksitas
antar
inovasi pembelajaran dengan konsepsi
konsep dengan menvisualisasikan dalam
dasar teoritis peta konsep yaitu
bentuk peta.
teori
(b) Jonassen, Beissner, &
belajar bermakna yang dikemukakan oleh
Yacci, (1993) menyatakan
Ausubel (1962)
merupakan representasi spasial konsep dan
bermakna
bahwa pembelajaran
tergantung
pada
peta konsep
hubungan antara konsep dengan maksud
mengintegrasikan informasi baru dalam
untuk
struktur kognitif yang sebelumnya dimiliki
pengetahuan yang disimpan dalam pikiran
oleh peserta didik. Peta konsep merupakan
manusia. (c) Angelo dan Cross (1993)
salah satu bentuk pembelajaran yang dapat
berpendapat
mengkaitkan
yang
sebagai alat kognitif yang memfasilitasi
dipelajari dengan konsep yang dimiliki
pola berpikir tingkat tinggi, di mana PK
peserta
membangun
mampu
mengembangkan
pengetahuan yang baru disebut dengan
berpikir
tingkat
konstruktivisme.
konstruktivis
melalui menanya, menganalisis, menarik
pengetahuan
kesimpulan, mensintesis mengintegrasikan
pengetahuan/konsep
didik
berpendapat
untuk
Teori
bahwa
sebelumnya digunakan sebagai kerangka
merepresentasikan
informasi,
B - 76
bahwa PK
tinggi
mempermudah
struktur
digambarkan
kemampuan
peserta
didik
komunikasi,
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
dan
meringkas
materi
ajar,
serta
memiliki makna.
Pendapat
tersebut
pemikiran reflektif mendalam pengamatan
didukung oleh Cañas (2003) di mana PK
sehingga
adalah representasi grafis dari pengetahuan
terjadinya
bermakna. PK
didik
pembelajaran
memungkinkan peserta
untuk
pengetahuannya
peserta didik.
menginternalisasi
konsep, tertutup dalam lingkaran atau
mengkaitkan
kotak, dan dihubungkan oleh garis baik
pengetahuan lama yang dimiliki peserta
berupa link atau crosslinked berlabel yang
didik dengan pengetahuan baru dan akan
menunjukkan hubungan antara konsep
membantu
peserta
untuk
disebut proposisi. (Cañas, 2003). PK yang
merumuskan
konsep
dapat
paling sederhana yaitu dua atau tiga
meningkatkan
konsep yang dihubungan dengan proposisi,
digunakan
kemampuan
dengan
PK terdiri dari konsep-
didik
yang
untuk
berpikir
tingkat
tinggi,
misal
konsep isomer yang dikaitkan
penyelidikan dan memecahkan masalah.
dengan proposisi “dapat dibagi menjadi”
(d) Fosnot, C. T, (1996), menyatakan peta
isomer struktural dan isomer ruang.
konsep merupakan sarana yang dapat
Kajian lain yang dilakukan melalui
digunakan untuk mengidentifikasi cara
beberapa kajian dari literatur tentang peta
peserta didik berpikir, cara kita melihat
konsep antara lain oleh: (1) strategi
hubungan antara pengetahuan. Selain itu
pemetaan
PK dapat membantu guru lebih memahami
mempromosikan
bagaimana peserta didik dapat menafsirkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan
makna dari materi pelajaran.
pembelajaran yang bermakna (Julie dan
konsep
dirancang
untuk
pembelajaran
inkuri,
PK disusun dengan mengkaitkan
Gary,
hubungan antar konsep-konsep dengan
dapat
garis dan kata penghubung. Novak &
berpikir kritis (Able & Freeze, 20 06;
Gowin, (1984) berpendapat kombinasi dari
Briscoe & LaMaster, 1991; Kinchin,
dua kotak
2001),
atau lingkaran merupakan
konsep dengan
garis
(2013), (2) strategi peta konsep
mengembangkan
(3)
metode
keterampilan
peta
konsep
berlabel dan
menjauhkan dari kebiasan dari menghafal
merupakan unit dasar yang memiliki
(Briscoe & LaMaster, 1991; Heinze - Fry
makna hubungan antar konsep dalam PK
& Novak , 1990 ; Kinchin , 2001; Novak ,
disebut proposisi.
PK yang paling
1998; Novak & Musonda, 1991), (4)
sederhana yaitu bila
dua konsep yang
strategi
peta
konsep
sebagai
alat
dihubungkan dengan kata penghubungan
komunikasi antara guru dan siswa ( Roth,
(proposisi) sehingga kedua konsep tersebut
1994), (5) peta konsep dapat meningkatkan
B - 77
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
prestasi belajar siswa ( Hay, 2007; Horton
mengorganisir pembelajaran mereka (Julie
et al., 1993. ), (6) strategi peta konsep
dan
dapat
2007; dan Bybee, 1997).
memaparkan
kesalahpahaman
Gary, 2013;
(Heinze - Fry & Novak, 1990; Kinchin &
Carol T Kostovich,
Berdasarkan
pendapat
beberapa
Hay , 2000; Novak & Gowin, 1984 ), (7)
ahli di atas peta konsep merupakan salah
peta konsep sebagai alat evaluasi (formatif
strategi belajar yang mampu meningkatkan
dan sumatif), (Kinchin et al. 2005:
prestasi
Brüssow 2007), dan (8) strategi peta
kesalahpahaman, sebagai alat
konsep
membantu
peserta
kreatif pengetahuan (Novak, 2004), (9)
membangun
kemampuan
strategi peta konsep dapat membantu
(inkuri) dan keterampilan berpikir tingkat
peserta
tinggi,
untuk
memfasilitasi
didik
dalam
produksi
membangun
belajar,
memaparkan
evaluasi,
didik
dalam
penyelidikan
berpikir kritis, sebagai alat
kemampuan penyelidikan (inkuri) dan
komunikasi antara guru dan siswa, dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta
sebagai sarana pembelajaran bermakna.
didik, (8) Martin (2005: 114) menyatakan
peta konsep merupakan alat penting untuk
C. Metode penelitian
perencanaan dan pengajaran, peta konsep
dapat
membantu
konstruksi
siswa
konsep,
Penelitian ini merupakan penelitian
meningkatkan
sambil
deskriptif
membantu
yang
mendeskripsikan
pelaksanaan proses
pembelajaran dan
untuk menghindari kesalahan konsep, (9)
kenaikan gain skor setelah mengikuti
Novak, (1995) dan
Joanne, (2013),
pembelajaran dengan peta konsep. Subyek
menyatakan peta konsep dapat digunakan
penelitian yaitu mahasiswa pendidikan
untuk: (a) alat instruksional pembelajaran,
kimia 2013 sebanyak 60 orang dengan
(b) alat untuk mengelola pengajaran, (d)
rincian Pendidikan Kimia Unggulan (21
alat untuk keterampilan komunikasi di
orang) dan Pendidikan Kimia Reguler (29
mana
menggambarkan
orang yang mengambil matakuliah kimia
keterhubungan antar konsep dan alur
organik 1 dengan materi ajar isomer.
berpikir siswa, (e) alat untuk evaluasi, (d)
Pembelajaran dilakukan selama 3 minggu
peta konsep sebagai alat dapat digunakan
(3 kali tatapmuka) dengan belajar dan
untuk membantu guru dalam perencanaan
bekerja
pengajaran,
prosedur sebagai berikut: (a) mulanya
peta
konsep
membantu
penulis
dalam
secara
kolaboratif.
perencanaan materi pada buku pelajaran,
mahasiswa
diberikan
dan
mengetahui
tingkat
membantu peserta didik dalam
B - 78
Dengan
pretes
pemahaman
untuk
awal
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
tentang
isomer,
pembelajaran
dan
(b)
dilakukan
pelatihan
mengindentifikasi,
tentang
mengelompokan,
analisis konsep dan penyusunan peta
mengevaluasi
konsep,
hirarkhi
dan (3)
diberikan pos
menganalisis,
tes.
mensisntesis
dan
konsep-konsep
dalam
bahan
secara
bacaan,
dan
Instrumen penelitian meliputi perangkat
menumbuhkan budaya
pembelajaran, tes obyektif, tes penyusunan
seperti
peta konsep, lembar pengamatan, dan
(brainstrorming),
angket. Instrumen evaluasi peta konsep,
(collaborative),
yaitu
temannya, menyampaikan pendapat dan
Tabel 1. Penskoran peta konsep adopsi dan
diadaptasikan dari oleh Novak dan Gowin (2002)
No Komponen
Skor
1
Konsep valid
1
2
Proposisi valid (link)
1
3
Hirarki valid
5
4
Cross link valid
10
5
Contoh valid
1
skor = (skor perolehan/skor∑komponen) x 100
mengkomunikasikan hasil atau ide-ide
diskusi,
sikap ilmiah
curah
pendapat
bekerjasama
menghargai
pendapat
karyanya di depan kelas. Dengan demikian
selama
proses
peta
konsep
mampu
menumbuhkan keterampilan proses dan
budaya
sikap
ilmiah
yang
positip
mahasiswa pendidikan kimia, seperti yang
Untuk mengetahui kenaikan gain skor
diharapkan pada guru atau calon guru di
digunakan rumus (Hake, 1998).
abad 21. Tumbuhnya keterampilan proses
dan budaya sikap ilmiah disebabkan
karakteristik
dari
pembelajaran
peta
konsep yang menuntut mahasiswa untuk
di mana :
(g) = peningkatan skor hasil belajar
(Sf) = rata-rata skor tes akhir setelah perlakukan
(Si) = rata-rata skor tes kemampuan awal
menggunakan semua kemampuan kognitif
dan saling berdiskusi, curah pendapat, dan
belajar
Tabel 2. Interprestasi Nilai dari gain skor
Skor (g)
Intreprestasi Nilai
(g) ≥ 0,7
Tinggi
0,7 < (g) ≥ 0,3
Sedang
(g) < 0,3
Rendah
(Adopsi dan adaptasi dari Hake, 1998)
dan
mengindentifikasi,
bekerjasama
dalam
menganalisis,
mengelompokan, mengevaluasi konsepkonsep, menyusun peta konsepm serta
mengkomunikasikan hasilnya di depan
D. Hasil dan Pembahasan
kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan selama
Tes hasil belajar diperoleh data sebagai
proses pembelajaran dengan menggunakan
peta
konsep
mampu
berikut.
menumbuhkan
keterampilan proses ilmiah seperti meneliti
bahan
bacaan
dengan
cara
B - 79
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
Tabel 3. Hasil pre dan pos tes isomer
keterkaitan antar konsep dalam suatu
bahan bacaan, (4) peta konsep dapat
menumbuhkan sikap menghargai pendapat
orang lain, belajar dan kerja kolaboratif,
berani
Berdasarkan tabek 3 di atas mahasiswa
mengemukakan
pendapat
mengkomunikasikan hasilnya di depan
PKU’13 memiliki rata-rata skor 54,29,
kelas.
sedangkan PKR’13 memiliki skor 41,93.
E. Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan pelatihan penyusunan
1.
peta konsep terjadi kenaikan skor rata-rata
pada
atau
Kesimpulan
a. Peta
konsep
dalam
proses
kelas PKU’13 yaitu dari 54,39
pembelajaran mampu menumbuhkan
menjadi 78,00 dengan gains skor 24,04
keterampilan proses ilmiah dan sikap
dan PKB’13 yaitu dari 42,31 menjadi
mahasiswa pendidikan kimia terlibat
78,33 dengan gains skor 37,69. Kedua
secara
kelas tersebut sama mengalami kenaikan
pembelajaran seperti berdiskusi, curah
gains skor dalam katagori sedang (Hake
pendapat, bekerja dan belajar secara
1998).
kolaboratif,
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
pembelajaran
peta
konsep
aktif
mengemukakan
mampu
dalam
dan
proses
berani
pendapat
melalui
presentasi baik tertulis maupun lisan.
menaikan pertambahan (gain) skor pada
b. Peta konsep mampu menaikan gain
kedua kelas PKU dan PKR mahasiswa
skor mahasiswa kelas PKU’13 dan
pendidikan kimia walaupun pada katagori
PKR’13
sedang.
tersebut mengalami kenaikan gain
Berdasarkan hasil angket diperoleh data
bahwa:
peta
konsep
kedua
kelas
skor dalam katagori sedang
membantu
2.
Saran
mahasiswa dalam memahami konsep, (2)
a.
Mahasiswa pendidikan kimia 2013
diawal
(1)
walaupun
pembelajaran
mahasiswa
perlu dilatihkan untuk menganalisis
mengalami kesulitan dalam menganalisis,
konsep dan menyusun peta konsep
mensintesis, mengevaluasi konsep-konsep
b.
Perlu adanya tambahan waktu agar
dan menyusun peta konsep, (3) mahasiswa
para mahasiswa memiliki kemampuan
merasa senang dengan pembelajaran peta
menganalisis konsep dan menyusun
konsep, karena mereka merasa tertantang
peta konsep.
untuk
mengkaji
konsep-konsep
dan
B - 80
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
thousand-student survey of mechanics
test data for introductory physics
courses." Am. J. Phys. 66(1):64-74;
http://www.physics.indiana.edu/~sdi
Mintzes, J. J., Wandersee, J. H., & Novak,
J. D., 1997, Meaningful learning in
science: The human constructivist
perspective. In G.D. Phye (Ed.),
Handbook of academic learning:
Construction of Knowledge. San
Diego: Academic Press. pp. 405-447.
http://dx.doi.org/10.1016/B978012554255-5/50014-4
Novak, J.D., & Gowin, D.B., 1984,
Learning how to learn. Cambridge,
England: Cambridge University Press.
Novak, J.D., 1990, Concept mapping: A
useful tool for science education.
Journal of Research in Science
Teaching, 27, 937-949.
Novak, J. D., 1990, Concept maps and vee
diagrams: Two metacognitive tools
for
science
and
mathematics
education, Instructional Science, 19,
29-52.
Novak, J. D. , 1991, Clarify with concept
maps. Journal of The science teacher.
45- 49.
Novak,
J.
D.
(1993).
Human
constructivism: A unification of
psychological and epistemological
phenomena in meaning making,
International Journal of Personal
Construct Psychology, 6, 167-193
Novak, J. D., 1998, Learning, creating,
and using knowledge: Concept maps
as facilitative tools in schools and
corporations. Mahweh, NJ: Lawrence
Erlbaum Association
Novak, J. D. & Gowin, B. (1999).
Aprender a aprender. Lisboa: Plátano
Edições Técnicas
Novak, J. D. (2002). Meaningful learning:
The essential factor for conceptual
change in limited or appropriate
propositional
hierarchies
(liphs)
leading to empowerment of learners.
Science Education, 86(4), 548-571.
Daftar Pustaka
Abrami, P.C., Chambers, B., Poulsen, C.,
DeSimone, C., d’Apollonia, S., &
Howden, J.,
1995.
Classroom
connections - Understanding and using
cooperative learning,
Toronto:
Harcourt Brace.
Abrams, R. 'Meaningful Learning: A
Collaborative Literature Review of
Concept Mapping' [online] (cited
25/05/2007)
Available
from
http://www2.ucsc.edu/mlrg/clrconcept
mapping.html.
Adlaon
B.S. Ritchie Bagcat, 2012,
Assessing Effectiveness of concept
map as Instructional Tool in High
School Biology, Thesis, La Salle
University (tidak dipublikasikan)
Ahuja Amit. (2007),
in the area of
Cognitive Psychology on the topic
entitled. Effectiveness of concept
mapping in learning of science,
(Desertasi yang tidak dipublikasikan)
pu.ac.in/use/amitahuja.htm.
Anderson, R. 1985. Cognitive psychology
and its implications. Second edition.
New York: W. H. Freeman.
Anderson Lorin, 1999, et al, Bloom's
'Taxonomy of Educational. Objectives'
discriminates between levels of
cognition. Thinking Strategies for the
Inquiry
Classroom
.
http://www.curriculumpress.edu.au/sa
mple/pages/9781742003139.pdf,
akses September 2014.
Ausubel, David. 1963. The psychology of
meaningful verbal learning. New
York: Grune & Stratton.
Ausubel, D P. (1966). Meaningful
Reception Learning and Acquisition of
Concepts in Analysis of Con-cept
Learning. New York: Academic Press.
Ausubel, D. P. (1968). Educational
psychology: A cognitive view. New
York: Holt, Rinehart and Winston.
Bruner, J., 1966, Toward a theory of
instruction, New York: Horton.
Hake, R.R. 1998. "Interactive-engagement
vs traditional methods: A sixB - 81
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
Okebukola, P. A & Ogunniyi, M. B
(1984). Cooperative and competitive
and
individualistic
laboratory
interaction patterns: Effects on
achievement and acquisition of
practical skills.Journal of Research in
Science Teaching, 22 (9), 198 – 206.
Okebukola, P. A., & Jegede, O. J. (1988).
Cognitive preference and learning
mode as determinants of meaningful
learning through concept mapping.
Science Education, 72(4), 489-500.
Okebukola, P. A. (1990). Attaining
meaningful learning of concepts in
genetics and ecology: An examination
of the potency of the concept-mapping
technique. Journal of Research in
Science Teaching, 27(5), 493-504
Ruiz-primo, M.A., Shavelson,R.J.,(1996).
Problems and issues in use of concept
maps in science assessment. Journal
of research in science teaching, 33,
569-600.
Rye, J. A., & Rubba, P. A., 2002, Scoring
concept maps: An expert map-based
scheme weighted for relationships.
School Science & Mathematics,
102(1), 33-45.
Safdar, M. (2010). A comparative study of
Ausubelian and Traditional ethods of
teaching physics at secondary school
level in Pakistan. Unpublished Ph.D
thesis. Islamabad. National University
of Modern Languages, Islamabad, 6670.
Safdar Muhammad, Azhar Hussain, Iqbal
Shah, Qudsia Rifat, 2012 Concept
Maps: An Instructional Tool to
Facilitate
Meaningful Learning
European Journal of Educational Vol.
1, No. 1, 55-64 Vol. 3, No. 3, July
2008, xx-xx ISSN 2165-8714,
Copyright
©
2012
EUJER.
http://www.akademikplus.com/eujer/
index.html.
B - 82
Download