OCD #8 | REGULER 63 | SINGGIH PAMUNGKAS | 13/360447/PEK/18973 Intervensi hubungan interpersonal dan dinamika kelompok merupakan beberapa intervensi tahap awal dalam OD. Intervensi tersebut bertujuan untuk membantu para anggota dalam kelompok untuk mengkaji hubungan mereka dan menemukan cara-cara yang lebih efektif dalam bekerja. Pendekatan interpersonal dan proses kelompok, yang meliputi konsultasi proses, intervensi pihak ketiga, dan team building, merupakan intervensi yang paling bertahan lama. Intervensi program perubahan tersebut membantu untuk mendapatkan kompetensi dalam hubungan interpersonal, bekerja dalam lingkungan konflik interpersonal dan pengembangan grup yang efektif. Proses konsultasi tidak hanya membuat grup lebih efektif namun juga membantu grup untuk mampu belajar mendiagnosa dan mengatasi permasalan sendiri dan kemudian mengembangkan kompetensi grup tersebut. Proses kelompok diantaranya adalah komunikasi, peran fungsional setiap anggota kelompok, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dalam kelompok, norma-norma kelompok dan penggunaan kepemimpinan serta kekuasaan. Intervensi proses dasar meliputi individual dan intervensi kelompok. Intervensi individual dirancang terutama untuk membantu orang menjadi lebih efektif dalam komunikasi mereka. Intervensi kelompok ditujukan pada proses, isi, atau struktur kelompok. Intervensi proses memperhatikan kelompok untuk proses internal sendiri dan membangkitkan minat dalam menganalisisnya. Proses konsultasi membantu anggota kelompok untuk memahami, mendiagnosa, dan mengembangkan perilaku mereka. Dalam proses konsultasi sebuah kelompok menjadi lebih baik dengan mampu untuk menggunakan sumber dayanya untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan interpersonal. Berbeda dengan proses konsultasi, intervensi pihak ketiga berfokus pada permasalahan interpersonal dalam hubungan sosial antara dua atau lebih individu dalam organisasi yang sama dan ditargetkan ke arah penyelesaian konflik langsung antara orangorang tersebut. Pendekatan ini hanya digunakan dalam keadaan khusus dan hanya jika kedua belah pihak bersedia untuk terlibat dalam proses konfrontasi langsung Team building diarahkan meningkatkan efektivitas kelompok dan cara-cara di mana anggota tim bekerja sama serta ditujukan baik untuk membantu tim melakukan tugastugasnya dengan lebih baik dan untuk memuaskan kebutuhan individu. Dalam team building tujuan kelompok serta norma-normanya menjadi lebih jelas sehingga anggota tim menjadi lebih mampu menghadapi kesulitan dan masalah serta untuk memahami peran individu dalam tim tersebut. Team building dapat diterapkan dalam berbagai situasi, dari mulai tim baru, untuk menyelesaikan konflik di antara anggota, untuk merevitalisasi tim yang terlalu puas terhadap tim tersebut. Beberapa kegiatan dalam team building yang harus diperhatikan adalah perilaku individu, perilaku kelompok, integrasi grup dengan konteks organisasi. Dalam penelitian yang menguji dimana para karyawan mendukung perubahan organisasi, Choi (2011) berfokus pada berbagai pembangunan/konstruksi sikap yang mewakili sikap karyawan terhadap perubahan organisasi. Beberapa konstruksi sikap tersebut adalah kesiapan terhadap perubahan, komitment terhadap perubahan, keterbukaan terhadap perubahan, dan sinisme terhadap perubahan organisasi. Choi (2011) membahas bagaimana konstruksi yang didefinisikan dalam literatur perubahan organisasi dan mensintesis anteseden masing-masing konstruksi. Hasil dari penelitian tersebut adalah sikap karyawan terhadap perubahan organisasi yang sebagian besar disebabkan oleh variabel situasional khusus untuk inisiatif perubahan, dan, sebagai hasilnya, dapat berkembang dari waktu ke waktu sebagai mana pengalaman mereka yang terus berubah. Dengan demikian, konstruksi dalam artikel ini dapat lebih baik dikonseptualisasikan sebagai pernyataan, bukan sebagai ciri-ciri kepribadian. Pelajaran utama yang dapat diambli untuk praktisi HR adalah bahwa sikap karyawan terhadap perubahan organisasi dapat dibentuk dengan upaya yang tepat di tingkat organisasi. Selain itu temuan penelitian tersebut secara umum mendukung efficacy partisipasi karyawan atau keterlibatan dalam perubahan pengambilan keputusan, dalam proyek perubahan, atau dalam pelatihan. Praktisi HR harus peduli tentang bagaimana membantu karyawan berpartisipasi dalam pekerjaan mereka dalam masa perubahan dan mampu bijaksana menggunakan pendekatan partisipatif dalam berbagai cara. Dengan pemahaman yang bagus dari konstruksi dan antesedennya, praktisi HR dapat menangkap makna dan informasi yang melekat pada sikap terhadap perubahan organisasi karyawan secara akurat dan mengungkapkan masalah dalam pelaksanaan perubahan. Penelitian yang dilakukan oleh Choi (2011) tersebut selaras dengan beberapa teori yang disampaikan oleh Cumming (2008) mengenai intervensi interpersonal dan kelompok. Dengan memahami berbagai konsep dalam intervensi interpersonal serta kelompok untuk mendapatkan kompetensi individu maupun kelompok sendiri supaya lebih efektif perlu juga memahami bahwa sikap karyawan terhadap perubahan organisasi dapat dibentuk dengan upaya yang tepat. Choi, M. (2011). Employees’ attitudes toward organizational changes: a literature review, Human Resource Management, 50(4): 479-500 Cummings, TG & Anderson, CG. 2008. Organization Development and Change, 9th ed., Thomson: South-Western, Mason, OH.