Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 2, April 2017 ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA Sufiana SLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa dan hasil belajar siswa tentang pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam pada siswa tunagrahita ringan kelas IV semester 1 SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015 / 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu: tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain, tes formatif (ulangan harian), observasi dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian menunjukkan, pada Siklus I tuntas belajar 16,67 % rata-rata 48,33. Sedang pada Siklus II ketuntasan belajar klasikal mencapai 100 % dengan rata-rata 66,67. © 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Gelas bilangan, pengurangan; tunagrahita. PENDAHULUAN Keberhasilan suatu program pengajaran matematika salah satunya ditentukan oleh guru. Semua guru dapat belajar lebih banyak lagi tentang strategi-strategi pengajaran. Tidak terdapat sebuah cara yang sama untuk mengajarkan matematika bagi keseluruhan siswa. Seorang guru harus mampu memecahkan masalah dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang ada maupun dengan menggunakan ataupun menciptakan alat bantu peraga yang terdapat di lingkungan kita masingmasing. Pitadjeng (2006:52) mengatakan “bahwa pemilihan media belajar, terutama alat peraga matematika dapat memudahkan anak untuk belajar jika tepat”. Anak tunagrahita ringan karena mengalami keterbatasan intelektual sehingga mengakibatkan daya konsentrasi lemah, kurang bisa berfikir abstrak, mudah bosan dan perhatiannya mudah beralihalih. Dari hasil belajar yang dicapai dalam kompetensi dasar pengurangan bersusun ke bawah dengan teknik satu kali meminjam pada 6 siswa kelas IV anak tuna grahita ringan sebelum pelaksanaan PTK ini hasilnya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 60. Dari 6 siswa nilai tertinggi 50 sebanyak 2 siswa, nilai terendah 30 sebanyak 2 siswa dan nilai rata-rata 40. Menurut peneliti, siswa tunagrahita kelas IV belum memahami dalam mengerjakan penghitungan pengurangan dengan satu kali meminjam secara abstrak. Hal ini yang membuat peneliti memanfaatkan kemampuan siswa secara kongkret lebih dahulu agar kemampuan belajar matematika anak tunagrahita ringan bisa berkembang seoptimal mungkin. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika guru menekankan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media yang menarik. Selain itu dalam pembelajaran matematika anak tunagrahita ringan perlu diikut sertakan dengan kegiatan yang berhubungan dengan benda-benda nyata atau kontekstual yang mudah diterima atau diingat anak dalam belajar. MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA Sufiana 1 Pengajaran matematika dalam materi pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam hanya menuliskan angka atau simbol saja kurang maksimal sehingga hasil belajar matematika masih rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka perlu menggunakan media yang menarik yang sesuai dengan perkembangan anak sebagai peragaan dalam proses belajar mengajar. Media yang menarik tersebut salah satunya adalah media gelas bilangan. Melalui penggunaan media gelas bilangan dalam pembelajaran pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam, diharapkan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang meliputi motivasi siswa, kemampuan guru mengelola pembelajaran dan hasil belajar siswa SLB Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Menurut Moh. Amin (2005:1) mengatakan anak tunagrahita ringan yaitu anak yang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Kalau anak normal umur 10 tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan umurnya, maka anak tuna grahita hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya. Anak tunagrahita mampu didik (debil) menurut Moh. Efendi (2006: 90) adalah anak yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan antara lain: a) Membaca, menulis, mengeja dan berhitung, b. Menyesuaikan diri dan tidak bergantung pada orang lain, c) Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari. Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata anak normal, memiliki IQ 50-70, kemampuan yang dapat dikembangkan yaitu dengan diberi pelajaran berhitung sederhana, membaca dan menulis untuk membantu dalam kehidupan sehari-hari supaya tidak bergantung kepada orang lain. Langkah-langkah pembelajaran pengurangan menurut Oemar Hamalik, (1994: 63-64) adalah sebagai berikut: a) Pengurangan dimulai dengan kelompok bilangan satuan. jika bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari yang mengurangi maka pinjam satu puluhan. b) Pengurangan bilangan puluhan jika bilangan yang dikurangi lebih kecil dari yang mengurangi maka pinjam satu ratusan. Langkah-langkah pembelajaran pengurangan adalah sebagai berikut: a) Penanaman konsep, agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pengurangan dengan teknik meminjam, maka siswa harus memiliki kemampuan prasyarat yaitu pengurangan bilangan belasan dengan bilangan satuan. b) Pemahaman konsep, untuk mengetahui apakah siswa telah memahami topik pengurangan dengan teknik meminjam, kita dapat memberi contoh soal dengan jawaban yang benar dan yang salah. Apabila siswa mampu mengerjakan soal latihan yang telah diberikan, berati siswa telah memahami konsep pengurangan tersebut. c) Pembinaan keterampilan dapat dilakukan dengan memberikan berbagai latihan soal Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250-251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah penguasaan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak dalam pembelajaran. Tinggi rendahnya hasil belajar matematika ditentukan oleh banyak sedikitnya indikator yang dikuasai anak dalam pembelajaran yang berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan melalui tes tertulis yang dinyatakan dalam bentuk angka. Menurut Pitadjeng (2006: 116) bahwa permainan gelas bilangan terdiri dari kartu bilangan, kartu operasi plus (+) dan mein (-), sedotan warna warni dan papan tripleks yang dibagi menjadi dua bagian ruangan. Ruang I merupakan tempat gelas-gelas bilangan yang akan digunakan untuk kegiatan anak memanipulasi benda konkret, sedang ruang II untuk kegiatan anak berfikir abstrak yaitu 2 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 2, April 2017 melakukan penjumlahan atau pengurangan dengan cara bersusun ke bawah. Jadi menurut penulis permainan gelas bilangan artinya cara melakukan pengurangan dengan teknik satu kali meminjam yang menggunakan alat bantu untuk memudahkan dalam pengoperasiannya yaitu ruang I digunakan untuk melekatkan alat bantu gelas dan sedotan warna warni untuk kegiatan memanipulasi benda konkret, sedangkan ruang II digunakan anak untuk berfikir abstrak yaitu menuliskan pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam. Rumusan penelitian ini yaitu apakah penggunaan media gelas bilangan dapat meningkatkan motivasi belajar pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam, dan (2) Apakah penggunaan media gelas bilangan dapat meningkatkan hasil belajar pengurangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kolaboratif atau partisipan yaitu jenis penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengadakan perbaikan dari hasil pembelajaran sebelumnya. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di sini adalah tentang upaya meningkatkan hasil belajar pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam pada anak tunagrahita ringan kelas IV semester 1 SLB Negeri Wiradesa, Kab. Pekalongan tahun 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015. Subjek dalam penelitian ini siswa tunagrahita ringan kelas IV semester 1 SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016, sebanyak 6 siswa terdiri laki-laki 4 siswa dan perempuan 2 siswa. Untuk menguji kebenaran suatu penelitian maka diawali dengan tes tertulis sebelum diberikan media gelas bilangan (pre test) dan tes tertulis setelah diberikan media gelas bilangan (post test). Pada penelitian ini digunakan analisis deskriptif komparatif yaitu suatu metode penelitian yang membandingkan nilai hasil pre test (sebelum menggunakan media gelas bilangan) dengan nilai post test (setelah menggunakan media gelas bilangan) pada siklus I dan siklus II. Kemudian data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu melebihi KKM yang telah ditetapkan 60 oleh peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes, non tes dan dokumentasi. Teknik tes atau testing adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur tes. Penggunaan teknik tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pencapaian ketuntasan belajar siswa pada akhir pembelajaran. Sedangkan teknik non tes digunakan untuk mendapatkan data pelengkap adalah observasi. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan terhadap gejala atau perilaku yang diselidiki. Pengamatan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan yang sedang dilakukan. Observasi dilakukan peneliti selaku penyaji pembelajaran dan oleh obsever. Peneliti mengamati aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran sedangkan observer melakukan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan tes menggunakan alat tes berbentuk butir soal. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran peneliti menggunakan jenis tes tertulis berbentuk isian. Teknik pelaksanaan tes ini adalah dengan membagikan lembar soal tes untuk dikerjakan oleh siswa secara individual. Alat pengumpul data yang melalui teknik non tes menggunakan pedoman dan lembar observasi. Karena itu Peneliti dapat mengetahui aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran sedangkan untuk observer digunakan sebagai pengamatan proses pembelajaran Setelah dilakukan tindakan pada penelitian ini terjadi peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar dengan menetapkan indikator sebagai berikut: a) Jika 60% dari jumlah siswa di kelas telah MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA Sufiana 3 mencapai nilai hasil belajar 60 atau lebih. dan b) Jika sekurang-kurangnya 60% dari jumlah siswa di kelas telah mencapai kriteria cukup termotivasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar siswa Tunagrahita ringan kelas IV semester 1 SLBN Wiradesa pada pra siklus yang masih menggunakan pembelajaran konvensional, hasilnya dari 6 siswa ada 2 siswa yang mendapat nilai 30, yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa dan 2 siswa mendapat nilai 50 dengan nilai rata-ratanya 40. Dari data tersebut menunjukkan bahwa semua nilai siswa tunagrahita ringan kelas IV belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan yaitu 60. Siklus I Hasil pengamatan pada siklus I memperlihatkan ada peningkatan hasil belajar dibanding dengan pra siklus. Tapi tidak sebanding dengan apa yang diharapkan peneliti karena tingkat pencapaian hasil belajar dengan menggunakan media gelas bilangan, hasil yang dicapai belum maksimal yaitu dari 6 siswa ada 1 siswa yang mendapat nilai 70 yang telah memenuhi kkm atau 16,7 % dengan nilai 70, ada 5 siswa lainnya ada 2 siswa yang mendapat nilai 50 dan 3 siswa yang mendapat nilai 40 jadi belum tuntas 83,3% dari seluruh siswa dengan nilai rata-rata 48,33. Nilai tertinggi yang diperoleh 70 dan nilai terendah yang diperoleh siswa 30. Walaupun secara kumulatif hasil belajar peserta didik belum sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian, namun setidaknya media gelas bilangan mempunyai pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa Tunagrahita ringan kelas IV dilihat secara individu. Belum tercapainya tingkat pencapaian hasil belajar siswa sesuai KKM yang ditentukan, dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi dan beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran pada siklus I antara lain kurangnya perhatian siswa saat mendapatkan penjelasan dari guru, keberanian siswa dalam mencoba menggunakan alat peraga masih perlu didorong, serta pendidik perlu menambahkan motivasi kepada peserta didik untuk selalu semangat untuk bisa. Dari hasil pengamatan peserta didik tentang motivasi, perhatian dan keberanian siswa untuk mencoba terhadap hitungan pengurangan bersusun ke bawah dengan satu kali meminjam menggunakan media gelas bilangan masih kurang memuaskan yaitu 5 peserta didik (83,3%) dan 1 peserta didik sudah memenuhi standar minimal (16,7%). Temuan yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian pada siklus I adalah : 1) kurangnya perhatian dari siswa karena masih ada sebagian siswa yang ramai atau kurang memperhatikan penjelasan dari pendidik, 2) kurangnya keberanian dari peserta didik untuk mencoba maju ke depan dalam mempratikkan menghitung pengurangan bersusun ke bawah dengan satu kali meminjam dengan menggunakan media gelas bilangan, dan 3) pendidik dalam memberikan motivasi untuk mengerjakan pengurangan bersusun ke bawah dengan satu kali meminjam dengan menggunakan media gelas bilangan belum sepenuhnya mengena pada peserta didik karena tidak disertai dengan revard atau hadiah, dan 4) Belum memanfaatkan penggunaan alat peraga gelas bilangan seoptimal mungkin. Dari semua temuan itu akan diperbaiki pada pembelajaran siklus II. Siklus II Siklus II merupakan pelaksanaan tindakan perbaikan metode pembelajaran atas dasar perbaikan dari hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II memperlihatkan ada peningkatan hasil belajar yang signifikan dalam pencapaian hasil belajar hitungan pengurangan bersusun ke bawah dengan satu kali meminjam dengan menggunakan media gelas bilangan, yaitu semua siswa yang berjumlah 6 atau (100%) siswa telah memenuhi KKM. Nilai tertinggi yang diperoleh 80 ada 1 siswa, nilai terendah yang diperoleh 60 ada 3 siswa, sedangkan siswa yang mendapat nilai 70 ada 1 siswa. Nilai rata-rata klasikal 66,67. Jadi ada peningkatan pada ketuntasan klasikal 66,66 %. 4 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 2, April 2017 Tingkat pencapaian hasil belajar hitungan pengurangan bersusun ke bawah dengan satu kali meminjam dengan menggunakan media gelas bilangan selama dalam perbaikan pada siklus II ini sudah menunjukkan hasil yang meningkat. Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I dan siklus II, diketahui bahwa proses pembelajaran matematika materi pengurangan dengan teknik satu kali meminjam dengan menggunakan media gelas bilangan dapat meningkatkan pembelajaran pada siswa tunagrahita ringan kelas IV semester 1. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3: Hasil ulangan Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II NO Rentang Nilai Kriteria Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Siswa Siswa 86-100 Sangat baik 1. 71-85 Tinggi 1 16,67 2. 60-70 Cukup 1 33,33 5 83,33 3. 0-59 Kurang 4 66,67 4. 6 100 6 100 Jumlah Dilihat dari tabel tersebut bahwa pencapaian hasil belajar hitungan bilangan pengurangan bersusun ke bawah dengan satu kali meminjam dengan menggunakan media gelas bilangan pada siswa anak tunagrahita ringan kelas IV semester 1 SLB Negeri Wiradesa menunjukkan peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata pada pra siklus 40, siklus I 48,33, dan siklus II 66,67 maka ada peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 8,33 poin dari dari siklus I ke siklus II meningkat 18,33 poin. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada pada pra siklus 0, siklus I ada 1 siswa, dan siklus II semuanya mencapai KKM, jadi ada peningkatan pada siklus I ada 1 siswa sedangkan pada siklus II ada 5 siswa. Bila dihitung dengan prosentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada pra siklus 0%, siklus I 16,67% dan siklus II 100% jadi ada peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 16,67% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 83,33%. Peningkatan hasil belajar per siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Per Siswa Siklus I dan II Nilai Per Siklus Peningkatan N KK Nama Siswa o M Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II 1 F.L.I. 60 2 M.S.A. 60 3 M.F.B. 60 I.A. 60 4 R.F.M. 60 5 P.R.A. 60 6 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah Rata-rata Pencapaian KKM Pencapaian KKM (%) 30 50 50 40 40 30 50 50 70 40 40 40 60 70 80 60 70 60 20 0 20 0 0 10 10 20 10 20 30 20 50 30 240 40 0 0% 70 40 290 48,33 1 16,67% 80 60 400 66,67 6 100% 20 0 50 8,33 1 16,67% 30 10 110 18,33 5 83,33% MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA Sufiana 5 80 60 Pra Siklus 40 Siklus I Siklus II 20 0 F.L.I. M.S.A. M.F.B. I.A. R.F.M. P.R.A. Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Per Siswa Peningkatan hasil belajar siswa tunagrahita ringan kelas IV semester I SLB Negeri Wiradesa terjadi karena dalam perbaikan pembelajaran secara konsekuen, peneliti melaksanakan aktivitasaktivitas perbaikan yang telah dipilih dengan tepat. Aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran ini mencakup (1) Pemberian motivasi yang komprehensif, (2) Pelibatan siswa dalam demontrasi, (3) Pengaktifan siswa dalam latihan-latihan mengerjakan soal, dan (4) Pemanfaatan alat peraga yang memadai yaitu penggunaan media gelas bilangan dalam mengatasi kesulitan dalam belajar matematika materi pengurangan dengan satu kali meminjam. Keberhasilan peningkatan rerata anak tunagrahita ringan kelas IV pada siklus II disebabkan karena 1) Pemberian apresiasi yang menarik. Guru berusaha memancing respon siswa untuk menjawab, dengan memberikan hadiah permen jika mampu menjawab. 2) Melibatkan siswa dalam demontrasi. Guru mengajak siswa untuk ikut langsung mempraktikan dengan menggunakan media gelas bilangan dan sedotan dalam pembelajaran matematika yaitu pengurangan dengan satu kali meminjam. Ternyata dengan ikut langsung dalam praktekan satu persatu, kesulitan anak dapat teratasi dan anak antusias untuk mencoba. 3) Pengaktifan siswa dalam latihan. Guru menuliskan sejumlah latihan soal, tiap-tiap siswa untuk mengerjakannya dan yang mampu mengerjakannya diberi permen sebagai tanda hadiah. Ternyata siswa antusias dan semangat dalam mengerjakan soal latihan. dan 4) Pemanfaatan alat peraga. Alat peraga yang dibutuhkan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika tentang pengurangan dengan satu kali meminjam menggunakan media gelas bilangan dan sedotan. Sehingga siswa dapat dengan mudah mengapresiasikannya dalam mengerjakan soal-soal latihan. Pembahasan Keberhasilan peningkatan rata-rata kelas tersebut tidak terlepas dari usaha peneliti dalam kegiatan pembelajaran secara konsekuen, penulis melaksanakan aktivitas-aktivitas perbaikan yang telah dipilih dengan tepat. Aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran ini mencakup (1) Pemberian motivasi yang komprehensif, (2) Pelibatan siswa dalam demonstrasi, (3) Pengaktifan siswa dalam latihan-latihan mengerjakan soal, dan (4) Pemanfaatan alat peraga yang memadai yaitu penggunaan media gelas bilangan dalam mengatasi kesulitan dalam belajar matematika materi pengurangan dengan satu kali meminjam. Pada siklus I, peserta didik yang mencapai KKM hanya 1 anak (16,67%). Oleh karena itu hasil belajar belum berhasil yaitu minimal 80% peserta didik telah memenuhi KKM yaitu 60. Hal ini dikarenakan masih adanya kekurangan atau kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran pada siklus I antara lain : 1) kondisi kelas masih ramai belum mampu dikendalikan, 2) siswa belum termotivasi untuk mengerjakan soal latihan apa diharapkan, 3) belum adanya kerja kelompok, masih semaunya sendiri. Sebagaimana dalam siklus I masih mengalami kekurangan, kelemahan, serta 6 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 2, April 2017 hambatan yang dihadapi siswa maka perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Dengan hasil belajar dalam siklus I masih kurang maksimal dan perlu perbaikan pada siklus II. Dari hasil pengamatan peserta didik tentang motivasi, perhatian dan keberanian siswa untuk mencoba terhadap hitungan pengurangan bersusun ke bawah dengan satu kali meminjam menggunakan media gelas bilangan pada siklus I masih kurang memuaskan yaitu 5 peserta didik (83,3%) dan 1 peserta didik sudah memenuhi standar minimal (16,7%). Sedangkan pada siklus II dari hasil pengamatan motivasi siswa sudah berjalan bagus, semua siswa menunjukkan motivasi yang sangat baik, ditandai dengan antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran dan hasil belajar yang positif. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II didasarkan hasil refleksi atas kelemahan yang timbul selama proses pembelajaran pada siklus I. Upaya yang dilakukan peneliti dalam merefleksi pembelajaran pada siklus II antara lain : 1) mengadakan pengawasan secara optimal yaitu tanggap dan selalu mengontrol kegiatan setiap siswa supaya tidak ramai, 2) siswa disuruh satu persatu untuk mempratikkan cara menghitung pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam dengan menggunakan media gelas bilangan sehingga siswa mulai termotivasi untuk mencoba mengerjakan soal latihan yang diberikan peneliti, 3) siswa didorong untuk saling bekerja kelompok dalam menyelesaikan soal, dan 4) pemberian hadiah kepada peserta didik yang mau mencoba mengerjakan soal latihan dapat meningkatkan motivasi peserta didik. SIMPULAN Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa melalui penggunaan media gelas bilangan dapat meningkatkan motivasi siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang pengurangan bersusun dengan teknik satu kali meminjam pada siswa kelas IV semester I anak tunagrahita ringan di SLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250-251. Mohamad Efendi. 2006. Pengantar Psikologi Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara Moh. Amin. 1995. Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung : Depdikbud. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30. Pitajeng, 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA Sufiana 7