PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF

advertisement
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL WARNA MELALUI
PERMAINAN MENCAMPUR WARNA DENGAN MEDIA BAHAN ALAM PADA ANAK
Shofa Afriyani Fajrin (11261608-ST)
Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Abstrak
Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuan tentang apa
yang anak dengar, rasa, raba ataupun ia cium panca indera yang ia miliki.. Mengenal sains
pencampuran warna menurut Howard Gardner (2000: 23) dalam bukunya tentang multiple
intelegensi termasuk kecerdasan visual spasial. Namun sayang dalam pembelajaran kognitif
khususnya pembelajaran sains masih banyak kendala yang terjadi di lapangan, salah satunya adalah
kurangnya kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran terutama dalam mengenalkan
warna pada anak pada anak. Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai
berikut : a) Bagaimanakah tingkat perkembangan kognitif anak Kelompok B TK Plus Latansa Demak
? b) Apakah kegiatan mencampur warna dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B
TK Plus Latansa Demak?. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk
mendeskripsikan kemampuan kognitif anak Kelompok B TK Plus Latansa Demak. 2) Untuk
mengetahui efektivitas kegiatan mencampur warna dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Berdasarkan hasil observasi dan penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau
indikator yang meliputi : Anak mampu bermain warna dengan berbagai media, Anak mampu melukis
dengan jari menggunakan bahan alam, Anak mampu menggambar bebas dengan media bahan alam,
Anak mampu melakukan percobaan mencampur warna, Anak mampu menceritakan hasil percobaan
sederhana. Setelah dilaksanakan penelitian yang berjalan selama dua siklus, terbukti bahwa ternyata
ada perubahan setelah dilakukan tindakan atau setelah diterapkan metode yang sesuai
saatbermainsainsmencampurwarna. Berikut ini adalah pemaparan peningkatan hasil belajar pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat nilai rata-rata anak pada siklus 1 adalah 2,84 dengan persentase
ketuntasan belajar 68,8% sedangkan pada siklus II, nilai rata-rata anak 3,4 dengan persentase
ketuntasan belajar 93,6%. kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kegiatan
mencampur warna dengan bahan alam mampu meningkatkan kemampuan kognitif / sains anak TK
Plus Latansa Jogoloyo Wonosalam Demak.
Kata Kunci : Kemampuan kognitif, mengenal warna, mencampur warna, media bahan alam
PENDAHULUAN
Sudah sejak dilahirkan ke dunia seorang manusia telah membawa kemampuan untuk berpikir.
Pikiran adalah bagian berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran,
pengetahuan dan pengertian. Pikiran anak telah aktif sejak anak tersebut lahir dan akan terus
berproses sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan pemikiran atau kognitif anak tidak dapat
berjalan sendiri tapi membutuhkan pengarahan dan pembelajaran dari orang yang lebih dewasa.
Diantaranya di dapat dari penjelasan guru
Selain belajar dengan guru anak dapat memanfaatkan alat peraga dan media sebagai sumber
belajar. Namun tidak semua PAUD mempunyai media dan alat peraga yang dapat digunakan tiap
kegiatan balajar mengajar hal ini dikarenakan adanya perbadaan tingkat kemampuan keuangan di
masing-masing pendidikan anak usia dini. Di sinilah guru diminta untuk lebih kreatif dan terampil
memanfaatkan berbagai barang dan benda yang ada di sekitar lingkungan menjadi sumber belajar
70
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
yang menarik bagi anak. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator bagi anak atau sebagai
jembatan bagi anak untuk mengeksplorasi dirinya.
Para tokoh konstruktivis seperti Piaget dan Lev Vygotsky menyakini bahwa pembelajaran
terjadi pada anak saat memahami dunia sekeliling mereka. Pembelajaran menjadi proses interaktif
yang melibatkan teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan.
Anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia. Mereka memahami apa yang
terjadi di sekeliling mereka dengan menyintesis pengalaman-pengalaman baru dengan berbagai hal
yang telah mereka pahami. Menurut paham konstruktivisme anak bukanlah individu yang bersifat
pasif yang hanya menerima pengetahuannya dari orang lain.
Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuan tentang
apa yang anak dengar, rasa, raba ataupun ia cium panca indera yang ia miliki.. Mengenal sains
pencampuran warna menurut Howard Gardner (2000: 23) dalam bukunya tentang multiple intelegensi
termasuk kecerdasan visual spasial. Namun sayang dalam pembelajaran kognitif khususnya
pembelajaran sains masih banyak kendala yang terjadi di lapangan, salah satunya adalah kurangnya
kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran terutama dalam mengenalkan warna pada anak
pada anak.
Untuk itu perlu diciptakan media pembelajaran inovatif, menarik, ramah lingkungan dan
murah. Pencampuran warna adalah salah satu pembelaajran kognitif tentang sains. Melalui kegiatan
ini anak dapat belajar dan bereksplorasi serta menemukan pengetahuan mereka tentang warna primer
dan warna lain hasil dari pencampuran warna tersebut.
Kegiatan ini dipandang perlu untuk menjawab kesulitan guru tentang kegiatan yang tepat,
menarik dan murah yang dapat digunakan untuk pembelajaran kognitif khususnya pengenalan sains di
Taman Kanak-kanak. Data dilapangan menunjukkan bahwa dari 25 murid TK B Plus Latansa hanya 5
anak yang baru benar-benar mengerti mengenai pengenalan sains pencampuran warna, atau hanya
sekitar 20%.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan
judul : “ Peningkatan Kemampuan Kognitif Mengenal Warna Melalui Permainan Mencampur Warna
Dengan Media bahan Alam Pada Anak Kelompok B TK Plus Latansa Semester Satu Tahun Pelajaran
2013/2014 ”
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Kognitif
Kognitif itu tidak lain dari jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi.
Dalam alam kejiwaan, yang terpenting adalah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tangapantanggapan. Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan adalah
tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi sperti perasaan, kemauan, keinginan dan berpikir,
semua terjadi karenanya bekerjanya tanggapan-tanggapan (John Locke, 1990:90).
71
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Pengertian kognitif mulai banyak dikemukakan atau dibicarakan ketika Jean Piaget mulai
menulis jurnal, di mana dalam jurnal tersebut dia berpendapat bahwa perkembangan kognitif bukan
hanya hasil kematangan organisme dan pengaruh lingkungan saja melainkan interaksi
keduanya.Menurut Cattel dan Horn (Prabu, 1999: 21) kognitif disamakan dengan intelegensia dan
menyimpulkan bahwa hubungan intelegensia itu meliputi kemampuan umum yang memegang tugastugas kognitif dan sejumlah kemampuan khusus seperti memecahkan persoalan, mempertimbangkan
persoalan.Intelegensia merupakan urutan fungsi-fungsi yang berkembang dengan dinamis, dimana
fungsi yang lebih maju dan komplek dalam hierarki tergantung pada kematangan fungsi yang lebih
sederhana, hal ini dikemukakan oleh Bayley(1997: 32).Aktivitas dalam pengembangan kognitif selalu
berhubungan dengan pengetahuan yang luas, daya nalar, kemampuan berbahasa dan daya ingat.
Dengan demikian, pengembangan kognitif bukan hanya kumpulan angka tetapi juga
menyangkut cara kerja, cara
berfikir dan cara memecahkan masalah. Kognitif dapat dikatakan
sebagai hal yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan.
Definisi Sains (Ilmu Pengetahuan)
Ilmu pengetahuan adalah suatu subjek bahasan yang berhubungan dengan bidang studi tentang
kenyataan atau fakta dan teori-teori yang mampu menjelaskan tentang fenomena alam.
Ada pembagian beberapa cabang dalam ilmu pengetahuan, yaitu Biologi, fisika, kimia, dan
ilmu bumi. Selanjutnya masing-masing cabanng akan terbagi menjadi bagian yang lebih spesifik
zoologi dan Botani, yang menyatakan “ranting” dari cabang biologi.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, yang menjadi pertanyaan adalah “Bagaimanakah cara
seorang Ilmuwan mencari tahu tentang dunia?”.Tentu saja jawabannya adalah dengan mengunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh ilmuwan dengan cara
mempelajari dan melakukan eksperimen atau percobaan melalui observasi (pengamatan), penelitian
(penyelidikan) dan eksperimen (percobaan). Observasi dan eksperimen perlu dilakukan secara terus
menerus sampai menemukan fakta atau kenyataan. Melakukan eksperimen dan meningkatkan
pertanyaan-pertanyaan adalah elemen yang merangsang ilmuwan untuk selalu dan tim melakukan,
karena penemuan selalu berada di tiap sudut disekeliling kita.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu
bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dengan model siklus, yang memiliki
tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi (Iskandar,
2009: 61)
Latar Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelompok B TK Plus Latansa Demak. Penelitian dilaksanakan pada
semester 1 tahun ajaran 2013-2014. Adapun subjek penelitiannya adalah murid TK Plus Latansa
72
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Demak yang berjumlah 30 anak. TK Plus Latansa terletak di territorial Desa Jogoloyo Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Demak. Tepatnya di Jl. Tembus Perum Wonosalam Asri.
Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan model penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka penulis
mengumpulkan data dengan, metode dokumentasi, dan observasi agar diperoleh data yang tepat,
relevan dan akurat. Metode dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang penilaian
perkembangan anak, daftar nama dan jumlah siswa yang akan digunakan untuk menentukan populasi
dan sample dalam penelitian.
1. Metode Observasi
2. Metode Dokumentasi
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui dua tahap, yaitu membandingkan hasil pembelajaran dari siklus
satu dan siklus dua, kemudian disimpulkan. Penyimpulan data adalah proses pengambilan intisari dan
sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat padat, tetapi
mengandung pengertian yang luas. Analisis data dilakukan untuk melihat ketuntasan belajar anak dan
peningkatan hasil belajar. Analisis ini dihitung menggunakan statistik sederhana, yaitu sebagai
berikut:
1. Penilaian rata-rata
2. Penilaian untuk ketuntasan belajar
Indikator Keberhasilan
Menurut Mulyasa (2002 : 99) keberhasilan kelas untuk aspek kemampuan bercerita dapat
dilihat hasil dari tes, jika hasil belajar anak mencapai 65% secara individu dan 85% secara klasikal.
Untuk penilaian bercerita dengan benar menurut kurikulum 2004, seorang anak dikatakan tuntas bila
telah mencapai 60% (Priatiningsih, 2004 :14) dengan ketentuan klasikal 75% (Mulyasa, 2002 :102).
Berikut aspek-aspek yang digunakan sebagai indikator keberhasilan, yaitu terdiri dari 5 aspek:
1. Anak mampu bermain warna dengan berbagai media
2. Anak mampu melukis dengan jari menggunakan bahan alam
3. Anak mampu menggambar bebas dengan media bahan alam
4. Anak mampu melakukan percobaan mencampur warna
5. Anak mampu menceritakan hasil percobaan sederhana
73
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Instrumen Penelitian
Berikut alat dan bahan yang akan digunakan peneliti untuk membuat warna dari bahan alam,
yaitu:
1. Kunyit
2. Daun Suji
3. Daun pacar
4. Bunga sepatu
5. Bunga daun waru
6. Air
7. Blender
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas peneliti mempersiapkan:
1) Alat peraga,:
- Alat peraga langsung yaitu, pewarna alam
2) Menyusun teknik pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.
3) Menyiapkan lembar-lembar observasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Adanya langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan alat peraga langsung pewarna alam dan gelas aqua kosong.
2) Guru mengatur posisi berdiri anak. Pertama-tama posisi yang digunakan adalah posisi
melingkar.
3) Guru mulai memperagakan kepada anak cara mencampur warna antara hijau dan merah
4) Agar membimbing dan memberi kesempatan kepada anak untuk mencampur warna terlebih
dahulu. Guru memberi contoh bagaimana mencampur yang benar dengan komposisi yang pas.
5) Guru memberikan motivasi kepada anak yang belum mampu ketrampilan mencampur warna
c. Observasi
Selama Siklus I berlangsung, peneliti melakukan pengamatan dibantu oleh guru pendamping
sekaligus kolabulator. Pada kondisi awal sebelumnya, diketahui masih banyak anak yang dalam
mencampur warna masih belum trampil dalam arti mereka masih mencampurkan warna dengan
warna yang serumpun. Mereka hanya mengandalkan intuisinya saja.
74
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Tabel 1. Penilaian aktifitas anak pada siklus 1
Aspek penilaian
Hasil Pengamatan
SA
4
Aktifitas anak
A
15
CA
4
KA
2
Nilai ratarata
(%)
2,84
76%
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa aktifitas anak kelompok B TK Plus Latansa Jogoloyo
Demak sebanyak 4 anak sangat aktif, 15 anak aktif, 4 anak cukup aktif, 2 anak kurang aktif,
sehingga nilai rata-ratanya 2,84 dan persentasenya sebesar 76% dari hasil ketuntasan. Lebih
jelasnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 1. Grafik Penilaian Aktifitas Anak Siklus I
Penilaian aktifitas anak siklus 1
20
15
10
5
0
Kurang aktifCukup aktif
Aktif
Sangat aktif
Aktifitas proses belajar mengajarnya mengacu pada lembar observasi yang dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung menghasilkan siklus I. Hasil pencapaian prestasi pada siklus
1 dirangkum dalam tabel di bawah ini:
Table 2. Hasil Pencapaian Prestasi pada Siklus 1
No
Aspek yang dinilai
1.
Bermain warna dengan berbagai
media
2.
Melukis dengan jari
menggunakan bahan alam
3.
Menggambar
bebas
media bahan alam
4.
Percobaan mencampur warna
5.
dengan
Hasil pengamatan
Nilai ratarata
%
2,88
68%
A
8
B
9
C
5
D
3
6
10
5
4
2,72
64%
8
11
4
2
3
76%
7
9
5
4
2,76
64%
Menceritakan hasil percobaan
6
12
4
3
2,84
72%
sederhana
Dari data di atas disimpulkan bahwa anak nilai bermain warna dengan berbagai media
mencapai nilai rata-rata 2,88 dan prosentase ketuntasan belajar 68%, nilai aspek melukis dengan
jari menggunakan bahan alam mencapai nilai rata-rata 2,72% dan prosentase ketuntasan belajar
64%, nilai aspek menggambar bebas dengan media bahan alam mencapai nilai rata-rata 3 dan
prosentase ketuntasan belajar 76%, nilai aspek percobaan mencampur warna mencapai nilai rata75
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
rata 2,76 dan prosentase ketuntasan belajar 64%, nilai aspek menceritakan hasil percobaan
sederhana 2,84 dan prosentase ketuntasan belajar 72%. Dari hasil tersebut belum memenuhi nilai
tuntas belajar yaitu nilai rata-rata <4 (kategori baik) dan prosentase ketuntasan hasil belajar < 80%
dari siswa yang hadir menguasai aspek penilaian secara berurutan.
Gambar 2. Grafik Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
14
12
10
8
6
4
2
0
BSB
BSH
MB
anak mampu anak mampu
bermain
melukis
warna dengan dengan jari
media
dengan
menggunakan
bahan alam
anak mampu anak mampu anak mampu
menggambar melakukan menceritakan
bebas dengan percobaan
hasil
media bahan dengan bahan percobaan
alam
alam
sederhana
BB
Keterangan :
BSB
 Berkembang Sangat Baik : Anak mampu mencapai indikator dengan baik atau
bahkan lebih (tuntas)
BSH
 Berkembang Sesuai Harapan : Anak kurang mencapai indikator (kurang tuntas)
MB
 Mulai Berkembang : Anak mulai mencapai indikator
BB
Belum Berkembang : Anak belum mencapai indikator (belum tuntas)
Dari grafik di atas bias dilihat bahwa masing-masing aspek penilaian masing-masing anak
lebih banyak masuk dalam kategori cukup dalam skor nilai rata-rata 3. Hasil belajar pada siklus ini
belum mencapai ketuntasan secara individual dan secara klasikal.
Dalam penilain inipeneliti juga menggunakan metode wawancara untuk mengetahui respon
siswa. Wawancara dilakukan secara acak dengan perwakilan 3 anak dari jumlah 25 siswa. Dari
wawancara tersebut disimpulkan bahwa, anak sangat menikmati kegiatan tersebut tetapi masih
belum bias menguasai, anak cenderung suka dengan hal yang baru.
d. Refleksi dan Anasalisis
Dengan melihat kondisi tersebut dimana tingkat kemampuan kognitif melalui mencampur
warna dengan media bahan alam belum memenuhi indikator keberhasilan maka peneliti
memutuskan untuk melanjutkan penelitian dengan bercerita melalui media seni peran pada siklus
II. Berikut data rekapitulasi ketuntasan siswa pada siklus 1.
76
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Table 3. Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Pada Siklus 1
No
1
2
Uraian
Indikator Keberhasilan
Hasil Siklus 1
Nilai rata-rata siswa
4
2,84
Prosentase ketuntasan
90%
68,8%
belajar
Dari table di atas dapat dijelaskan bahwa rendahnya prosentase ketuntasan belajar dari nilai ratarata pada seluruh aspek penilaian kemampuan kognitif pada siklus 1 yaitu 68,8% sehingga sangat
jauh dari ketuntasan nilai yang diharapkan.
Beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran ini adalah:
1. Sebagian besar anak belum fokus terhadap pembelajaran yang cenderung baru bagi mereka.
2. Masih banyak anak yang belum faham bagaimana cara membuat warna dari bahan alam.
3. Masih banyak anak yang belum mampu untuk membuat warna baru dengan bahan alam
tersebut.
Beberapa kelebihan dalam proses pembelajaran ini, antara lain:
1. Siswa mampu mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru kepada anak tentang pengenalan
warna dengan media bahan alam
2. Proses belajar menjadi lebih hidup karena ada hal baru yang belum pernah mereka dapatkan
3. Asyiknya bereksperimen membuat campuran warna dengan bahan alam yang mereka anggap
mudah untuk mendapatkannya.
Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I.
Diketahui kendala yang masih terjadi pada siklus I adalah anak-anak masih dibantu guru dalam
kegiatan sains mencampur warna melalui media bahan alam. Dengan demikian, pada siklus II guru
diharapkan memperbaiki kualitas dan kuantitas pembelajaran dalam memotivasi anak.
b. Kegiatan dan pelaksanaan
Pada pelaksanaan tindakan siklus II tidak jauh beda dengan pelaksanaan tindakan siklus 1.
Pembelajaran dalam siklus menggunakan metode eksperimen bermain mencampur warna dengan
media bahan alam tetapi dalam kegiatan ini lebih dikembangkan dan disempurnakan diharapkan
supaya lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1).
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2013
di kelompok B TK Plus Latansa dengan jumlah 25 anak yang mengikuti pembelajaran. Dalam
penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sedangkan kolaborator bertindak sebagai observer.
Adapun pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang termuat dalam rencana kegiatan
harian.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dimulai dengan kegiatan awal, yaitu:
mengucapkan salam, berdoa, guru mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa dengan meminta
77
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
siswa tenang dan duduk rapi. Kemudian anak diajak untuk menggerakkan badan supaya badan
lebih sehat dan mengoptimalkan otak kanan supaya anak siap dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
Pada kegiatan inti guru memberi kesempatan kepada anak untuk maju dan menyebutkan
beberapa bahan alam agar anak lebih kenal dengan lingkungan sekitar. Kemudian anak diajak
untuk mempraktekkan bagaimana cara membuat dan mencampur warna dengan baik.
Anak-anak kelompok B TK Plus Latansa Jogoloyo Wonosalam Demak begitu berantusias
dengan kegiatan tersebut. Karena fisik anak terlibat langsung dalam permainan sains tersebut.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai melaksanakan
bimbingan dengan mengajak anak-anak untuk memperhatikan penjelasan dari guru kemudian
mengajak anak-anak bermain mencampur warna dengan media bahan alam.
Penilaian hasil observasi ini adalah hasil pencapaian dari proses pembelajaran dengan
menggunakan permainan mencampur warna dengan media bahan alam siklus ii. Penilaian ini
diambil dari nilai aktivitas siswa, dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 4. Penilaian aktifitas anak pada siklus II
Aspek penilaian
Hasil Pengamatan
Nilai
rata-rata
(%)
SA
A
CA
KA
Aktifitas anak
7
15
3
0
3,16
88%
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa aktifitas anak kelompok B TK Plus Latansa Jogoloyo
Demak sebanyak 7 anak sangat aktif, 15 anak aktif, 3 anak cukup aktif, sehingga nilai rata-ratanya
3,16 dan persentasenya sebesar 88% dari hasil ketuntasan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik
dibawah ini.
Gambar 3. Grafik Penilaian Aktifitas Anak Siklus II
Penilaian aktifitas anak siklus II
20
15
10
5
0
Kurang
aktif
Cukup aktif
Aktif
Sangat aktif
Hasil peningkatan kemampuan kognitif anak pada siklus II dapat dilihat pada table di bawah
ini:
78
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Tabel 5. Hasil Pencapaian Prestasi pada Siklus II
No
Aspek yang dinilai
1.
Bermain warna dengan berbagai
media
2.
Melukis dengan jari
menggunakan bahan alam
3.
Menggambar
bebas
media bahan alam
4.
Percobaan mencampur warna
dengan
Hasil
Nilai ratapengamatan
rata
A
B C D
14 10 1 0
3,52
96%
12
11
2
0
3,4
92%
11
13
0
1
3,36
96%
13
10
1
1
3,4
92%
%
5.
Menceritakan hasil percobaan
12 12 1 0
3,44
96%
sederhana
Dari data di atas disimpulkan bahwa anak nilai bermain warna dengan berbagai media
mencapai nilai rata-rata 3,52 dan prosentase ketuntasan belajar 96%, nilai aspek melukis dengan
jari menggunakan bahan alam mencapai nilai rata-rata 3,4 dan prosentase ketuntasan belajar 92%,
nilai aspek menggambar bebas dengan media bahan alam mencapai nilai rata-rata 3,36 dan
prosentase ketuntasan belajar 96%, nilai aspek percobaan mencampur warna mencapai nilai ratarata 3,4 dan prosentase ketuntasan belajar 92%, nilai aspek menceritakan hasil percobaan
sederhana 3,44 dan prosentase ketuntasan belajar 96%.
Dari data di atas disimpulkan juga bahwa anak yang mencapai ketuntasan atau indikator
pada siklus II mencapai nilai total prosentase 468% dengan rata-rata ketuntasan mencapai 93.6%.
Untuk mempermudah pemahaman peneliti membuat grafik di bawah ini :
Gambar 4. Grafik Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar pada Siklus II
16
14
12
10
8
6
4
2
0
BSB
BSH
MB
anak mampu anak mampu
bermain
melukis
warna dengan dengan jari
media
dengan
menggunakan
bahan alam
anak mampu anak mampu anak mampu
menggambar melakukan menceritakan
bebas dengan percobaan
hasil
media bahan dengan bahan percobaan
alam
alam
sederhana
Keterangan :
79
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
BB
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
 Berkembang Sangat Baik : Anak mampu mencapai indikator dengan baik atau bahkan
BSB
lebih (tuntas)
BSH
 Berkembang Sesuai Harapan : Anak kurang mencapai indikator (kurang tuntas)
MB
 Mulai Berkembang : Anak mulai mencapai indikator
BB
 Belum Berkembang : Anak belum mencapai indikator (belum tuntas)
d. Refleksi dan Analisis
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pada siklus II mendapatkan hasil bahwa dari 25 anak
yang telah mengikuti pembelajaran sudah 93,6% mampu mencampur warna dengan media bahan
alam tanpa bantuan guru dengan baik. Berikut dapat dilihat hasil rekapitulasi ketuntasan siswa
siklus II:
Table 6. Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Pada Siklus II
No
1
Uraian
Nilai rata-rata siswa
Indikator
Keberhasilan
4
Hasil Siklus 1
3,4
2
Prosentase ketuntasan
90%
93,6%
belajar
Dengan melihat tabel di atas dapat kita lihat bahwa kemampuan anak mencampur warna
dengan bahan alam tanpa bantuan guru dapat dilihat mencapai prosentase 93,6% sehingga sudah
memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian ini maka dengan melihat hal tersebut kami
bersama kolaborator memutuskan berhenti diskusi II ini.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Melalui kegiatan sains permainan mencampur warna melalui media bahan alam dapat
meningkatkkan perkembangan kognitif di bidang sains pada anak kelompok B TK Plus Latansa
Jogoloyo Wonosalam Demak.
2. Pada pembelajaran Siklus I terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak melalui permainan
mencampur warna. Pada siklus I dengan rata-rata nilai prosentase ketuntasan mencapai 68,8%,
pada siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai prosentase ketuntasan mencapai
93,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Hartono, 2002, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Ali Nugraha, 2004, Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta:
Rineka Cipta
80
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Moh. Uzer Usman. 2000, Paud Melejitkan Potensi Anak Dengan Pendidikan Sejak Dini
Elizabeth .B Hurlock. 2000, Perkembangan Anak Jilid 2, Jakarta: Erlangga
Moh. Uzer Usman. 2000, Paud Melejitkan Potensi Anak Dengan Pendidikan Sejak Dini
Moeslichatoen, 2003, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka Cipta
Utami S. Munandar.2009, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka Cipta
Sudono. 1996, Penelitian Bidang Sosial, Bandung: Tarsito
Soemarti Patmonodewo. 2000, Pendidikan Anak Prasekolah, Cetakan Kedua, Jakarta: PT Rineka
Cipta
Robert Duran dan Barlow.2003, 120 Permainan Kreatif Untuk Menggali Kecerdasan Anak 0-6
Tahun, Yogyakarta: Wahana Totalita Publisher
Rochiati. 2005. Metode Penelitian Kelas. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto, 2008, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan Teori Dan Praktek Dalam PTK, PTK Dan PTBK. Semarang.
Surya Offset
Sutrisno Hadi, 2007, Metode Research I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada
Winata Putra, 2008, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka
Winarno Surahmad E. 2006, Games Therapy Untuk Kecerdasan Bayi Dan Balita, Jakarta: Wahyu
Media
Zuriah, N. 2005, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori Aplikasi, Jakarta: Bumi
Aksara
81
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Download