BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Typhoid fever adalah suatu

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Typhoid
fever
adalah
suatu
penyakit
infeksi
oleh
bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam
penyakit menular (Cahyono, 2010). Demam typhoid adalah infeksi
sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013).
Typhoid fever ( typhus abdominalis ,enteric fever ) adalah infeksi sistemik
yang disebabkan kuman salmonella enterica, khususnya varian varian
turunanya, yaitu salmonella typhi, Paratyphi A, Paratyphi B, Paratyphi C.
Kuman kuman tersebut menyerang saluran pencernaan, terutama di perut
dan usus halus. Typhoid fever sendiri merupakan penyakit infeksi akut
yang selalu ditemukan di masyarakat (endemik) Indonesia. Penderitanya
juga beragam, mulai dari usia balita, anak- anak, dan dewasa (Suratun dan
Lusianah, 2010).
Berdasarkan pengertian tentang typhoid fever di atas maka penulis
dapat menarik kesimpulan bahwa typhoid fever adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yang bernama salmonella typhi yang menyerang
system pencernaan yang masuk melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi (Cahyono, 2010; Elsiver, 2013; Suratun dan Lusianah,
2010).
9
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella
para typhi A, dan Salmonella para typhi B. Wujudnya berupa basil gram
negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga
macam antigen (antigen O, H, dan VI). Dalam serum penderita terdapat zat
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada
suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 ˚C (option 37˚C)
dan pH pertumbuhan 6-8.
Salmonella typhi merupakan basil gram (-) dan bergerak dengan
rambut getar. Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh manusia dapat
melalui (Arif M, 2003) hal –hal berikut.
1. Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman
salmonella typhi.
2. Transmisi dari tangan ke mulut, di mana tangan yang tidak higenis yang
mempuyai Slmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang
di makan.
3. Transmisi kotoran, di mana kotoran individu yang mempunyai basil
Salmonella typhi kesungai atau sumber air yang digunakan sebagai air
minum yang kemudian langsung di minum tanpa di masak.
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
C. Tanda gejala
Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodroma
( gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas )
1. Perasaan tidak enak badan
2. Nyeri kepala
3. Pusing
4. Diare
5. Anoreksia
6. Batuk
7. Nyeri otot
8. Muncul gejala klinis yang lain
Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen,
biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam
hari. Minggu kedua: demam terus. Minggu ketiga: demam mulai turun
secara berangsur-angsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah
kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar yang
nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu
apatis-samnolen. Gejala lain ”RESEOLA” (bintik-bintik kemerahan
karena emboli hasil dalam kapiler kulit).
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
D. Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologis
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Rongga Mulut
Secara umum berfungsi untuk menganalisis makanan sebelum
menelan, proses penghancuran makanan secara mekanis oleh gigi,
lidah dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva serta
digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak.
a. Mulut
Mulut dibatasi oleh mukosa mulut, pada bagian atap terdapat
palatum dan bagian posterior mulut terdapat uvula yang tergantung
pada palatum.
b. Lidah
Lidah terdiri dari jaringan epitel dan jaringan epitelium lidah
dibasahi oleh sekresi dari kelenjar ludah yang menghasilkan sekresi
berupa air, mukus dan enzim lipase. Enzim ini berfungsi untuk
menguraikan lemah terutama trigleserida sebelum makanan di
telan. Fungsi utama lidah meliputi, proses mekanik dengan cara
menekan, melakukan fungsi dalam proses menelan, analisis
terhadap karakteristik material, suhu dan rasa serta mensekresikan
mukus dan enzim.
c.
Kelenjar saliva
Kira-kira 1500 mL saliva disekresikan per hari, pH saliva pada
saat istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0 tetapi selama sekresi
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
aktif, pH mencapai 8,0. Saliva mengandung 2 enzim yaitu lipase
lingual disekresikan oleh kelenjar pada lidah dan α-amilase yang
disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Kelenjar saliva tebagi atas 3,
yaitu kelenjar parotis yang menghasilkan serosa yang mengandung
ptialin. Kelenjar sublingualis yang menghailkan mukus yang
mengandung musin, yaitu glikoprotein yang membasahi makanan
dan melndungi mukosa mulut dan kelenjar submandibularis yang
menghasilkan gabungan dari kelenjar parotis dan sublingualis.
Saliva juga mengandung IgA yang akan menjadi pertahanan
pertama terhadapkuman dan virus.
Fungsi penting saliva antara lain, memudahkan poses menelan,
mempertahankan mulut tetap lembab, bekerja sebagai pelarut
olekul-molekul yang merangsang indra pengecap, membantu
proses bicara dengan memudahkan gerakan bibir dan lidah dan
mempertahankan mulut dan gigi tetap bersih.
d.
Gigi
Fungsi gigi adalah sebagai penghancur makanan secara
mekanik. Jenis gigi di sesuaikan dengan jenis makanan yang harus
dihancurkannya dan prosses penghancurannya. Pada gigi seri,
terdapat di bagian depan rongga mulut berfungsi untuk memotong
makanan yang sedikit lunak dan potongan yang dihasilkan oleh
gigi seri masih dalam bentuk potongan yang kasar, nantinya
potongan tersebut akan dihancurkan sehingga menjadi lebih lunak
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
oleh gigi geraham dengan dibantu oleh saliva sehingga nantinya
dapat memudahkan makanan untuk menuju saluran pencernaan
seterusnya. Gigi taring lebih tajam sehingga difungsikan sebagai
pemotong daging atau makanan lain yang tidak mampu dipotong
oleh gigi seri.
2.
Faring
Faring merupakan jalan untuk masuknya material makanan,
cairan dan udara menuju esofagus. Faring berbentuk seperti corong
dengan bagian atasnya melebar dan bagian bawahnya yang sempit
dilanjutkan sabagai esofagus setinggi vertebrata cervicalis keenam.
Bagian dalam faring terdapat 3 bagian yaitu nasofaring,orofaring
dan
laringfaring.
Nasofaring
adalah
bagian
faring
yang
berhubungan ke hidung. Orofaring terletak di belakang cavum oris
dan terbentang dari palatum sampai ke pinggir atas epiglotis.
Sedangkan laringfaring terletak dibelakang pada bagian posterior
laring dan terbentang dari pinggir atas epiglotis sampai pinggir
bawah cartilago cricoidea.
3.
Laring
Laring adalah organ yang mempunyai sfingter pelindung
pada pintu masuk jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan
suara. Sfingter pada laring mengatur pergerakan udara dan
makanan sehingga tidak akan bercampur dan memasuki tempat
yang salah atau yang bukan merupakan tempatnya. Sfingter
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
tersebut meupakan epiglotis. Epiglotis akan menutup jalan masuk
udara saat makanan ingin masuk ke esofagus.
4.
Esofagus
Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25
cm dan diameter sekitar 2 cm yang berfungsi membawa bolus
makanan dan cairan menuju lambung. Otot esofagus tebal dan
berlemak sehingga moblitas esofagus cukup tinggi. Peristaltik pada
esofagus mendorong makanan dari esofagus memasuki lambung.
Pada bagian bawah esofagus terdapat otot-otot gastroesofagus
(lower esophageal sphincter, LES) secara tonik aktif, tetapi akan
melemas sewaktu menelan. Aktifasi tonik LES antara waktu makan
mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus. Otot polos pada
esofagus lebih menonjol diperbatasan dengan lambung (sfingter
intrinsik). Pada tempat lain, otot rangka melingkari esofagus
(sfrinter ekstrinsik) dan bekerja sebagai keran jepit untuk esofagus.
Sfringte
ekstrinsik
dan
intrinsik
akan
bekerjasama
untuk
memungknkan aliran makanan yang teratur kedalam lambung dan
mencegah refluks isi lambung kembali ke esofagus.
5.
Lambung
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat di
bawah diafragma. Dalam keadaan kosong, lambung berbentuk
tabung J dan bila penuh akan tampak seperti buah alpukat.
Lambung terbagi atas fundus, korpus dan pilorus. Kapasitas normal
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
lambung adalah 1-2 L. Pada saat lambung kosong atau berileksasi,
mukosa masuk ke lipatan yang dinamakan rugae. Rugae yang
merupakan dinding lambung yang berlipat-lipat dan lipatan
tersebut akan menghilang ketika lambung berkontraksi. Sfingter
pada kedua ujung lambung mengatur pengeluarn dan pemasukan
lambung. Sfingter kardia, mengalirkan makanan masuk ke lambung
dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali.
Sedangkan sfingter pilorus akan berelaksasi saat makanan masuk
ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi, sfingter ini akan
mencegah aliran balik isi usus halus ke lambung.
Fisiologi lambung terdiri dari dua fungsi yaitu, fungsi
motorik sebagai proses pergerakan dan fungsi pencernaan yang
dilakukan untuk mensintesis zat makanan, dimana kedua fungsi ini
akan bekerja bersamaam, berikut adalah fisiologi lambung :
a. Fungsi motorik :
1) Reservoir, yaitu menyimpan makanan sampai makanan
tersebut sedkit demi sedikit dicernkan dan bergerak pada
saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa
menambah tekanan dan relaksasi reseptif otot polos.
2) Mencampur, yaitu memecahkan makanan menjadi partikelpartikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung
melauli kontraksi otot yang mengeliligi lambung.
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
3) Pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan sfingter
pilorus
yang
dipengaruhi
oleh
viskositas,
volume,
keasaman, aktivitas osmotik, keadaan fisik, emosi, aktivitas
dan obat-obatan.
b. Fungsi pencernaan :
1) Pencernaan protein, yang dilakukan oleh pepsin dan
sekresi HCl dimulai pada saat tersebut. Pencernaan
kabohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam
lambung sangat kecil.
2) Sistesis dan pelepasan gastrin, hal ini dipengaruhi oleh
protein yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi
antrum dan rangsangan vagus.
3) Sekresi faktor intrinsik, yang memungkinkan terjadinya
absorpsi vitamin B2 dari usus halus bagian distal.
4) Sekresi mukus, sekresi ini membentuk selubung yang
melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas
sehigga makanan lebih mudah diangkut.
Sekesi caian lambung memiliki 3 fase yang bekerja selama berjam-jam.
Berikut adalah fase-fase tersebut :
1)
Fase sefalik, berfungsi untuk mempersiapkan lambung dari
kedatangan makanan dengan memberikan reaksi terhadap
stimulus lapar, rasa makanan atau stimulus bau dari indra
penghidu. Reaksi lambung pada fase ini dengan meningkatkan
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
volume lambungdari stimulasi mukus, enzim dan prooduksi
asam, serta pelepasan gastrin oleh sel-sel G dalam durasi yang
relatif singkat.
2)
Fase gaster, berfungsi untuk memulai pengeluaran sekresi
dari kimus dan terjadinya permulaan digesti protein oleh pepsin.
Reaksi tersebut terjadi dalam durasi yang agak lama mencapai
3-4 jam. Saat reaksi ini selain terjadi peningkatan produksi asam
dan pepsinogen juga terjadi penigkatan motiltas dan proses
penghancuran material.
3)
Fase intestinal, berfungsi untuk mengontrol pengeluaran
kimus ke duodenum dengan durasi yang lama dan menghasilkan
reaksi berupa umpan balik dalam menghambat produksi asam
lambung dan pepsinogen serta pengurangan motilitas lambung.
6. Usus Halus
Bagian awal dar usus halus adalah duodenum atau lebih sering
disebut duodenal cup atau bulb. Pada bagian ligamentum Treitz,
duodenum berubah menjadi jejunum. duodenum mempunyai
panjang sekitar 25 cm dan berhubungan dengan lambung, jejunum
mempunyai panjang sekitar 2,5 m, dimana proses digesti kmmia dan
absorpsi nutrisi terjadi dalam jejunum sedangkan ileum mempunyai
panjang sekitar 3,5 m. Disepanjang usus halus terdapat kelenjar usus
tubular. Diduodenum terdapat kelenjar duodenum asinotubular kecil
yang membentuk kumparan. Disepanjang membran mukosa usus
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
halus yang diliputi oleh vili. Terdapat 20 sampai 40 vili per
milimeter persegi glukosa. Ujung bebes sel-sel evitel virus dibagi
menjadi mikrovili yang halus dan diseilmuti glikokaliks yang
membentuk brush border. Mukus usus terdiri dari berbagai macam
enzim,seperti disakaridase, peptidase dan enzim lain yang terlibat
dalam penguraian asam nukleat.
Ada 3 jenis kontraksi otot polos pada usus halus antara lain :
a.
Peristaltik, yaitu gerakan yang akan mendorong isi usus
(kimus) ke arah usus besar.
b.
Kontraksi segmentalis, merupakan kontrasi mirip-cincin
yang muncul dalam interval yang relatif teratur di sepanjang
usus lalu menghilang dan digantikan oleh serangkaian
kontrakisi cincin lain di segmen-segmen diantara kontraksi
sebelumnya. Kontrasi ini mendorong kimus maju mundur
dan
meningkatkan
pemajanannya
dengan
pemukaan
mukosa.
c.
Kontrasi tonik, merupakan kontraksi yang relatif lama
untuk mengisolasi satu segmen usus dngan segmen lain.
7. Usus Besar (Kolon)
Kolon memiliki diameter yang lebih besar dari usus halus.
Kolon terdiri atas sekum-sekum yang membentuk kantung-kantung
sebagai dinding kolon (haustra). Pada pertengahannya terdapat seratserat lapisan otot eksterrnalnya tekumpul menjadi 3 pita longitudinal
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
yang disebut taenia koli. Bagian ileum yang mengandung katup
ileosekum sedikit menonjol ke arah sekum, sehingga peningkatan
tekanan kolon akan menutupnya sedangkan peningkatan tekanan
ileum akan menyebabkan katup tersebut terbuka. Katup ini akan
secara efektif mencegah refluks isi kolon ke dalam ileum. Dalam
keadaan normal katup in akan tertutup. Namun, setiap gelombang
peristaltik, katup akan terbuka sehingga memungkinkan kimus dari
ileum memasuki sekum. Pada kolon terjadi penyerapan air, natrium
dan mineral lainnya. Kontraksi kerja massa pada kolon akan
mendorong isi kolon dari satu bagian kolon ke bagian lain. Kontraksi
ini juga akan mendorong isi kolon menuju ke rektum. Dari rektum
gerakan zat sisa akan terdorong keluar menuju anus dengan
perenggangan rektum dan kemudian mencetus refleks defekasi.
E. Patofisiologi
Kuman salmonella typhi yang masuk kesaluran gastro intestinal
akan ditelan oleh sel-sel fagosoit ketika masuk melewati mukosa dan
oleh makrofag yang ada di dalam lamina propina. Sebagian dari
salmonella typhi ada yang masuk ke usus halus mengadakan invanigasi
ke jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid
mesentrika. Kemudian Salmonella typhi masuk melalui folikel limfatik
dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia
pertama-tama menyerang system retikulo endothelial (RES) yaitu: hati,
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di
dalam tubuh antara lain system saraf pusat, ginjal dan jaringan limfa.
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal,tetapi kadang
begian lain usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada
mulanya, plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan
tampak seperti infitrat atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir
minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih
besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plak peyer yang
ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam
sampai menimbulkan perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang
menembus serosa. Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik
tanpa meninggalkan jaringan parut di fibrosis.
Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi padsa minggu pertama
dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu tubuh
akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari.
Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermitet (suhu
yang tinggi, naik-turun, dan turunnya dapat mancapai normal), di
samping peningkatan suhu tubuh ,juga akan terjadi obstipasi sebagi
akibat motilitas penurunan suhu tubuh,
namun hal ini tidak selalu
terjadi dan dapt pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase
awal intestinal, kemudian masuk kesirkulasi sistemik dengan tanda
peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dengan tanda tanda infeksi
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan
hepatomegali.
Pada minggu selanjutnya di mana infeksi Intestinal terjadi dengan
tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tingi, tetapi nilainya lebih rendah
dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus (demam kontinu),
lidah kotor, tetapi lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan
digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien
akan merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus,
perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat,
peristaltik usus menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan
kesadaran (Arif Muttaqin, 2003).
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
F. Pathways
Lolos dari
asam lambung
Kuman salmonella typhi
masuk gastrointestinal
Malaise, perasaan tidak enak,
nyeri abdomen
bakteri masuk usus halus
Inflamasi
Perdarahan
Pembuluh limfe
Perdarahan(bakterimia primer)
Inflamasi pada hati dan limfa
(Bakterimia Sekunder)
Komplikasi intestinal:
usus(bag, distal, ileum), peitonitis
Msuk retikulo endothelial
(RES) terutama hati dan limfa
Empedu
Rongga usus pada kel.
Limfoid halus
Hepatomegali
Pembesaran limfa
Nyeri tekan →Nyeri akut
Splenomegali
Masuk ke aliran darah
Endotoksin
Terjadi keruasakan sel
Merangsang melepas zat
epikogen oleh leukosit
Lase plak peyer
Penurunanmobilitas
usus
Erosi
Memepengaruhi pusat
thermoregulator
Penurunan peristaltic usus
Hipertermi
Konstipasi
Resiko kekurangan
Volume cairan
Perdarahan massif
Nyeri
peningkatan asam lambung
Anoreksia mual muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Komplikasi perforsi
dan perdarahan usus
(Nanda, 2015)
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
G. Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan penunjang pada pasien dengan typhoid adalah pemerikasaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Didalam beberpa literatur dinyatakan bahwa typoid terdapat
leukopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidak sering di jumpai.
Pada kebanyakan kasus typhoid fever,
jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa typhoid fever.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada typhoid fever sering kali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid fever.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan typhoid fever, tetapi
bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi
typhoid fever. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung
beberapa faktor :
a. Tekhnik Pemeriksaan Laboratorium
hasil
pemeriksan
satu
laboratorium
berbeda
dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabjkan oleh perbedaan
tekhnik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
darah yang baik adalah pada saat demam yang tinggi yaitu pada
saat bakterimia berlangsung.
b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit
Biakan darah pada Salmonella typhi terutama positif pada
minggu
pertama
dan
berkurang
pada
minggu-minggu
berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap typhoid fever di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakterimia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat
anti mikroba pertumbuan kuman dalam media biakan terhambat
dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti
bodi (agglutinin). Agglutinin yang spesifik terhadap salmonella
typhi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah di vaksinasikan. Antigen yang di gunakan
pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan
dan di olah di laboratorium tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya agglutinin dalam serum klien yang di sangka
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
menderita typhoid. Akibat infeksi salmonella typhi, klien membuat
anti bodi atau agglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang di buat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman)
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal
dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat dari rangsanaganantigen Vi (berasal
dari simpai kuman).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit typhoid sampai saat ini di bagi menjadi tiga
bagian (Bambang Setiyohadi, Aru W, Idris Alwi, 2006), yaitu:
1. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat
seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan besar akan
membantu mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu
sekali di jaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang
di pakai. Posisi pasien harus di awasi untuk mencegah terjadinya
dekubitus dan pnemoni ortostarti serta hygiene perorangan tetap, perlu
diperhatikan dan di jaga.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang paling penting dalam proses penyembuhan
penyakit dengan typhoid fever, karena makanan yang kurang akan
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
menurunkan keadaan uamum dan gizi penderita akan semakin turun
dan proses penyembuhan akan menjadi lama.dimana lampau penderita
demam typhoid diberi bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi
bubur kasar dan akhirnaya di beri nasi, yang perubahan diet tersebut
disesuaikan dengan tingkaat kesembuhan pasien. Pemberian bubur
saring tersebut di tunjukan untuk menghindari komplikasi perdarahan
saluran cerna atau peforasi usus. Hal ini disebabka ada pendapat bahwa
usus harus di istirahatkan. beberapa penelitian menunjukan bahwa
pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan
dengan aman pada penderita typhoid fever.
3. Pemberian antibiotik
a. Klorampenikol
Di Indonesia Klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama
untuk pengobatan demam typhoid. Dosis yang di berikan 4 x 500 mg
perhari dapat diberikan peroral atau intravena, diberikan sampai 7 hari
bebas demam.
b. Tiampenikol
Dosis dan efektifitas tiampenikol pada typhoid fever hampir sama
dengan Klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia
aplastik lebih rendah dari kloram penikol. Dosis 4 x 500 mg di berikan
sampai hari ke 5 dan ke 6 bebas demam.
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
c. Kotrimoksazol
Dosis untuk orang dewasa 2 x 2 tablet dan di berikan selam 2 minggu.
d. Ampisilin dan amoksisilin
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah di
bandingkan dengan Klorampenikol, dosis diberikan 50-150 mg/kgBB
dan digunakan selama 2 minggu.
e. Seflosporin generasi ke tiga
hingga saat ini golongan seflosporin generasi ke tiga yang terbukti
efekti untuk demam typhoid adalah sefalosforin, dosis yang dianjurkan
adalah 3-4 gram dalam dektrose 100cc diberikan selama ½ jam perinfus
sekali sehari selam 3 hingga 5 hari.
I. Koplikasi
Menurut (Arif Masjoer, 2003), komplikasi demam typhoid dapat di bagi
dalam 2 bagian yaitu :
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik
b. Komplikasi ekstraintestinal
1) Komlikasi kardiovaskular : Kegagalan sirkulasi perifer
( renjatan, sepsis ), miokarditis, thrombosis, dan trombofebitis.
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, atau
koagulasi
intravaskulardiseminata
dan
sindrom
uremia
hemolitik.
3) Komplikasi paru : Pnemonia, empemia, dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih : pielonefritis dan
perinefritis.
5) Komplikasi
ginjal
:
glomerulonefritis,
pielonefritis,
dan
perinefritis.
6) Komplikasi tulang : osteomielitis, periostisis, spondilitis, dan
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikatrik : delirium, meningismus, meningitis,
poluneuritis perifer, sindrom gullain barre, psikosis dan sindrom
katatona.
J. Pengkajian
a.
Riwayat keperawatan.
b.
Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis,
penurunan kesadaran.
c.
Pada pengkajian anak dengan typhoid seperti ditemukan timbulnya
demam yang khas yang berlangsung selama kurang lebih 3 minggu
dan menurun pada pagi hari serta meningkat pada sore dan malam
hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor
ujung
dan
tepinya
kemerahan,
adanya
meteorismus,
terjadi
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi dan bahkan bisa terjadi
gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen, adanya
bradikardia, kemungkinan terjadi komplikasi seperti pendarahan pada
usus halus, adanya perforasi usus, peritonitis, peradangan pada
meningen, bronkhopneumonia, dan lain-lain. Pada pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif,
pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urin, feses, dan uji
serologis widal menunjukkan kenaikan pada titer antibodi O lebih
besar atau sama dengan 1/200 dan H 1/200.
K. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).
2) Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dari intake yang tidak adekuat..
4) Resiko Kekurangan volume cairan berhubungan intake yang tidak
adekuat.
5) Konstipasi
berhubungan
dengan
penurunan
mortilitas
traktus
gastrointestinal (penurunan motilitas usus).
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
L . Intervensi Keperawatan
NO
1
2
Diagnosa
keperawatan
Hipertermi
berhubungan
dengan
proses
penyakit
Nyeri akut
berhubunga
n dengan
agen injury
biologis
Tujuan/KriteriaHasil/Indikator(NOC)
Intervensi (NIC)
NIC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam masalah Fever treatment
 Monitor suhu
hipertermi teratasi dengan kriteria
tubuh
hasil :
 Monitor warna
Risk control
dan suhu kulit
Indikator
Awal Tujuan
 Monitor
2
5
 Suhu tubuh
tekanan darah
dalam rentang
,nadi dan RR
normal

Monitor
 Nadi dan RR
3
5
penurunan
dalam rentang
tingkat
normal
3
5
kesadaran
 TTV normal

Monitor intake
Keterangan :
dan output
1. Ekstrem

Berikan anti
2. Berat
piretik
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
diharapakan masalah nyeri pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
Pain Level, Pain control, Comfort
level
Indikator
Awal Tujuan
2
5
 Melaporkan
adanya nyeri
2
5
 Frekuensi nyeri
2
5
 Pernyataan
nyeri
2
5
 Ekspresi nyeri
pada wajah
 Perubahan
2
5
tanda tanda
vital
Keterangan :
1.Ekstrem
2.Berat
3.Sedang
NIC
Pain
Management
 Kaji nyeri
secara
komprehensif
 Observasi
reaksi non
verbal dan
ketidaknyama
nan
 Monitor vital
sign
 Gunakan
tekhnik
komunikasi
terpeutik
untuk
mengetahui
penggalaman
nyeri
 Kaji tipe dan
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
4.Ringan
5.Tidak ada
3
Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
diharapakan masalah
ketidakseimbangan nutrisi pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
Nutrition Status: food and Fluid
intake
Indikator
Awal Tujuan
2
5
 Peningkatan
berat badan
2
5
 Berat badan
ideal sesuai
dengan tinggi
badan
2
5
 Tidak ada
tanda tanda
malnutrisi
sumber nyeri
un tuk
menentukan
intervensi
 Ajarkan
tentang
tekhnik
nonfarmakolo
gi, nafas
dalam,
relaksasi,
distraksi, dan
kompres
hangat
 Tingkatkan
istsrahat
 Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
 Kolaborasika
n dengan
dokter jika
ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil
NIC
Nutrition
Management
 Kaji adanya
alergi
makanan
 Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
yangdi
butuhkan
pasien
 Anjurkan
untuk
meningkatka
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
 Menunjukan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari menelan
Keterangan :
1.Ekstrem
2.Berat
3.Sedang
4.Ringan
5.Tidak ada
4
Resiko
kekuranaga
n volume
cairan
berhubunga
n dengan
intake yang
tidak
adekuat
2
5

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
diharapakan masalah kekurangan
volume cairan pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
Nutritional Status: food and Fluid
intake
Indikator
Awal Tujuan
2
5
 Mempertahank
an urin output
sesuai dengan
bb,usia,bj urine
normal,ht
normal
2
5
 TTV normal
2
5
 Tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi
Keterangan :
1.Ekstrem
2.Berat
3.Sedang
n intake fe
 Anjurkan
pasien untuk
meningkatka
n protein dan
vitamin c
Ajarkan
pasien
bagaimana
membuatt
catatan
makanan
harian
 Monitor
jumlah kalori
dan nutrisi
 Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
NOC
Fluid
management
 pertahankan
intake outpit
yang akurat
 Monitor
status hidrasi
 Monitor
masukan
makann/caira
n dan hitung
intke kalori
harian
 Kolaborasi
pemberian
cairan
 Monitor
status nutrisi
 Dorong
masukan oral
 Kolaborasi
dengan
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
5
Konstipasi
berhubunga
n dengan
penurunan
mortilitas
traktus
gastrointesti
nal
(penurunan
mortilitas
usus)
4.Ringan
5.Tidak ada
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
diharapakan masalah konstipasi pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
Bowel elimination
Indikator
Awal Tujuan
2
5
 Mempertahank
an bentuk feses
lunak setiap 13 hari
2
5
 Bebas dari
ketidaknyaman
an dan
konstipasi
2
5
 Mengindikasi
indicator untuk
mencegah
konstipasi
Keterangan :
1.Ekstrem
2.Berat
3.Sedang
4.Ringan
5.Tidak ada
dokter
NIC
Constipation/I
mpaction
Mnagement
 Monitor
tanda dan
gejala
konstipasi
 Monitor
bising usus
 Monitor
feses:frekuen
si,
konsistensi
dan volume
cairan
 Konsultasi
dengan
dokter
tentang
penurunan
dan
peningkatan
bising usus
 Jelaskan
etiologi dan
rasionalisasik
an tindakan
terhadap
pasien
 Kolaborasi
pemberian
laksatif
 Memantau
bising usus
 Ajarkan
pasien dan
keluarga
untuk diet
tinggi serat
Asuhan Keperawatan Pada..., ROHMAT HIDAYAT Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download