BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lambung Lambung merupakan suatu tabung elastis, yang lebar dan lunak. Lambung dapat memperbesar sampai 30 cm panjangnya dengan volume 3-4 liter. Dinding terdiri dari 3 lapisan otot yang dari dalam diselubungi oleh selaput-perut. Otot-otot ini berfungsi menggerakkan peristaltik yang meremas makanan menjadi bubur. Lambung dibagi dalam tiga bagian, yakni bagian atas (fundus), bagian tengah (corpus), dan bagian bawah (antrum) yang meliputi pelepasan lambung (pylorus). Selain otot penutup pylorus, dibagian atas lambung juga terdapat otot melingkar lain, yakni sfingter kerongkong-lambung (katup gastro-oesophagus). Sfingter tersebut bekerja sebagai katup dan berfungsi menyalurkan makanan kehanya satu jurusan, yaitu kearah usus. Fungsi lambung adalah sebagai penampung makanan dan ditempat inilah makanan diaduk secara intensif dengan getah lambung dan terjadi absorpsi dari bahan makanan tertentu (Tjay, 2002). Proses pencernaan dimulai dalam mulut, tempat di mana makanan dihaluskan sambil diaduk dengan ludah. Kelenjar liur mengsekresi enzim amilase (ptyalin) yang berfungsi “melumas” makanan sehingga lebih mudah ditelan. Dalam kerongkongan (oesophagus), yang panjangnya 25 cm, makanan kemudian didorong dengan gerakan peristaltic melalui katup gastro-oesophagus pada ujung oesophagus kearah lambung. Gerakan berombak ini yang terdiri dari gerakan kontraksi dan relaksasi, ditimbulkan oleh otot-otot pada dinding oesophagus (Tjay, 2002) . Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen dan mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian utama yaitu fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil dari antrum. Fungsi lambung adalah : 1. Mencerna makanan secara mekanikal. 2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastrik juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah. 3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirubah menjadi polipeptida 4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat. 5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL. 6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus (Sain, 2009). 2.1.1 Penyakit Lambung Penyakit lambung, sering disebut juga sakit maag adalah yang diakibatkan oleh kelebihan asam lambung, sehingga dinding lambung lama-lama tidak kuat menahan asam lambung tersebut sehingga timbul rasa sakit yang sangat mengganggu bagi penderita. Gejala khas sakit pada lambung adalah rasa panas di dada, rasa tidak nyaman waktu menelan, dan rasa sakit waktu menelan. Gejala tambahan meliputi serangan asma, suara serak, mual dan muntah, nyeri pada dada dan sering sendawa (Anonim 2011). 2.1.2 Penyebab Penyakit Lambung Bila mukosa lambung sering kali atau dalam waktu cukup lama bersentuhan dengan aliran balik getah duodenum yang bersifat alkalis, Peradangan sangat mungkin terjadi dan akhirnya malah berubah menjadi tukak lambung. Gastritis dapat pula disebabkan oleh turunnya daya tangkis mukosa, yang dalam keadaan sehat sangat tahan terhadap sifat agresif HCl-pepsin. Keutuhan dan daya regenerasi sel-sel mukosa dapat diperlemah tidak saja oleh sekresi HCl berlebihan, melainkan oleh obat-obat OAINS, kortikosteroid dan alkohol dalam kadar tinggi dapat merusak barrier mucus dan mengakibatkan pendarahan (Tjay, 2002). 2.1.3 Gambaran klinis Gejala umumnya tidak ada atau kurang nyata, kadang kala dapat berupa gangguan pada pencernaan (indigesti, dispepsia), nyeri lambung dan muntah-muntah akibat erosi kecil di selaput lendir. Adakalanya terjadi pendarahan. 2.1.4 Penyembuhan Penyakit Lambung Berdasarkan penyebab penyakit lambung, penyembuhannya dilakukan dengan menetralkan asam lambung, mengurangi produksi asam lambung, mengobati infeksi pada selaput lendir lambung, dan mengurangi rasa sakit akibat iritasi selaput lendir atau kekejangan otot dinding lambung. Obatnya adalah Antasid, Anti-Histamin, Anti- Kolinergik, Demulcent (dapat mengurangi iritasi lokal pada tukak lambung, dan secara fisik melindungi sel-sel di bawahnya terhadap kontak dengan iritan dari luar) (Anonim, 2010). 2.2 Tinjauan Umum tentang Gastritis Maag atau radang lambung atau tukak lambung atau gastritis adalah gejala penyakit yang menyerang Lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan Lambung yang menyebabkan sakit dan perih pada Perut (Ilyas, Sadeli). Maag sendiri merupakan kosa kata Belanda yang berarti lambung, yang kemudian di Indonesiakan menjadi maag yaitu sakit pada lambung. Umumnya penyakit ini sering terjadi pada orang bergolongan darah O. Penyakit ini berupa peradangan selaput lendir (mukosa) lambung (gastritis) atau luka mukosa lambung (gastric ulcer) yang dikenal dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum). Lambung dalam keadaan sakit terdapat borok-borok pada mukosa lambung. Borok terjadi akibat tidak seimbangnya sekresi asam lambung-pepsin dan mukus yaitu produk kelenjar pada mukosa lambung yang berfungsi sebagai benteng bagi lapisan mukosa lambung. Karena lambung terletak di rongga perut bagian atas agak ke kiri, maka penderita biasanya mengeluh sakit di bagian itu (Anonim, 2010). Gastritis terjadi karena berbagai sebab, penyebab paling umum akibat peningkatan produksi asam lambung atau menurunya daya tahan dinding lambung terhadap pengaruh luar. Gastritis akut yang tidak diobati akan berkembang menjadi kronis. Gastritis kronis yang disertai borok atau luka pada dinding lambung disebut tukak lambung. Secara garis besar beberapa faktor pemicu timbulnya penyakit ini dikelompokkan dalam empat golongan, antara lain faktor makanan, obat-obatan dan zat kimia, faktor psikologi, serta infeksi bakteri (Uripi, 2004). Tujuan utama dalam pengobatan gastritis adalah menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus lambung dan komplikasi. Berdasarkan patofisiologisnya terapi farmakologi gastritis ditujukan untuk menekan faktor agresif dan memperkuat faktor defensif. Sampai saat ini pengobatan ditujukan untuk mengurangi asam lambung yakni dengan cara menetralkan asam lambung dan mengurangi sekresi asam lambung. Selain itu pengobatan gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensive mukosa lambung dengan obat-obat sitoproteksi (Dipiro, 2008) Telah banyak obat yang beredar yang bertujuan mengobati penyakit gastritis. Di samping itu kepada penderita tetap dianjurkan mengatur pola makannya dan menghindari faktor - faktor yang dapat memperparah penyakitnya. Penggunaan obat penghambat H2 (Ranitidin) bertujuan untuk mengurangi sekresi asam, antasid digunakan untuk menetralkan asam yang tersekresi dan sukralfat untuk melapisi daerah inflamasi atau ulserasi sehingga dapat mempercepat penyembuhan (Herman, 2004). Penyakit ulkus peptikus (tukak) merupakan pembentukan ulkus pada saluran pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan pepsin. Tukak berbeda dari erosi mukosa superfisial dalam yang membuat luka lebih dalam pada mukosa muskularis. Tiga bentuk umum dari tukak adalah ulcer yang disebabkan oleh H. Pylori , obat anti inflamasi non steroid, dan kerusakan mokosa yang berhubungan dengan stress (ulcer stress) (Sukandar, Yulina Elin). Bakteri patogen pada saluran cerna merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi pada saluran cerna manusia. Jenis bakteri yang paling sering menyebabkan penyakit infeksi pada saluran cerna adalah bakteri-bakteri famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat hidup dalam usus besar manusia dan hewan, dalam tanah, dan dalam air. Karena dalam usus besar manusia, bakteri-bakteri ini sering disebut bakteri enterik (Radji, 2010). 2.3 Obat Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua mahluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit luka, atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (syamsuni, 2006). Obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat bersifat sebagai obat jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Akan tetapi apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya apabila dosis yang diberikan lebih kecil maka tidak akan memperoleh efek penyembuhan (Anonim, 2011). 2.3.1 Peran Obat Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut (Sanjoyo, UGM): 1) Penetapan diagnosa 2) Untuk pencegahan penyakit 3) Menyembuhkan penyakit 4) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan 5) Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu 6) Peningkatan kesehatan 7) Mengurangi rasa sakit 2.3.2 Prinsip Pemberian Obat Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat secara umum adalah sebagai berikut (Anonim, 2010): 1. Tepat Penderita Dalam memberikan obat, harus memastikan dan memeriksa identitas pasien pada setiap kali pemberian obat. Apakah obat yang diberikan sesuai dengan penderitanya. 2. Tepat Obat Sebelum memberikan obat pada pasien, perlu membaca kembali label obat serta interaksi obat dan memastikan kembali bahwa pasien menerima obat yang telah diresepkan sesuai dengan penyakit yang derita. Dalam memberikan obat pada pasien, sebaiknya mengecek obat pada saat menerima resep, agar tidak terjadi kesalahan saat memberikan obat. 3. Tepat Dosis Memastikan dan memeriksa dosis tertentu yang telah diresepkan dokter untuk pasien dengan penyakit tertentu agar tidak terjadi over dosis atau under dosis yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. 4. Tepat Waktu Memberikan obat yang telah diresepkan pada waktu-waktu tertentu serta memperhatikan kapan obat tersebut diberikan, sebelum makan atau sesudah makan. Misal: obat x diberikan dengan dosis harian 2 x sehari sebelum makan 5. Waspada Waspada terhadap efek samping yang ditimbulkan obat. 1.4 Terapi Obat 2.4.1 Metronidazole 1. Indikasi Pengobatan infeksi karena bakteri anaerob. Amubiasis, giardiais. 2. Dosis dan Cara Pemakaian Dewasa 500 mg tiap jam. Anak 7,5 mg/kg BB tiap 8 jam. 3. Kontra Indikasi Hipersensitif. Hamil trimester ke-1. 4. Efek Samping Mual, muntah, gangguan daya pengecap, lidah berbulu, ruam kulit. 5. Peringatan dan Perhatian Gangguan hati, laktasi. 2.4.2 Omeprazole 1. Indikasi Terapi jangka pendek usus 12 jari dan tukak lambung. Refluks esofagitis erosif atau ulseratif. Terapi jangka panjang untuk sindroma Zollinger-Ellison. 2. Dosis dan Cara Pemakaian Dewasa 20-40 mg 1 kali/hari. Lama terapi: tukak 12 jari 2-4 minggu; tukak lambung 4-8 minggu. Kasus berat: 40 mg 1 kali/hari selama 4 minggu (tukak usus 12 jari) atau 8 minggu (tukak lambung). Zollinger-Ellison awal 20-160 mg 1 kali/hari , dibagi dalam 2 dosis untuk dosis > 80 mg/hari. 3. Efek Samping Pengunaan dosis besar dan lama dapat menstimulasi pertumbuhan sel ECL (enterochromalfin-likecells). Pertumbuhan berlebihan dari dalam sel GI (pada penggunaan jangka lama). 4. Peringatan dan Perhatian Penggunaan jangka lama. Hamil dan laktasi 2.4.3 Ranitidin 1. Indikasi Ranitidi digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan deudenum akut, refluk esofagitis, keadaan hipersekresi asam lambung patologis seperti pada sindroma ZollingerEllison. Hipersekresi pasca bedah. 2. Dosis dan Cara Pemakaian Terapi oral Dewasa : Tukak lambung, deudenum dan refluk esofagitis, sehari 2 kali 1 tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur malam, selama 4-8 minggu. Untuk hipersekresi patologis, sehari 2-3 kali 1 tablet. Bila keadaan paah dosis dapat ditingkatkn sampai 6 tablet sehari dalam dosis terbagi. Dosis pemeliharaan sehari 1 tablet pada malam hari. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan kleren kretinin kurang dari 50 mg/menit, dosis sehari 1 tablet. Terapi parenteral Diberikan i.m. atau i.v. atau infus secara perlahan atau intermiten untuk penderita rawat inap dengan kondisi hipersekretori patologi atau tukak usus duabelas jari yang tidak sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan. Dosis dewasa : Injeksi i.m. atau i.v. intermiten: 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan, obat dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400 mg sehari. Jika ranitidine diberikan secara infus, 150mg ranitidine diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama lebih dari 24 jam, pada penderita dengan sindrom Zollinger-Ellison atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu dilalui dengan kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4 jam penderita masig sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10 mEq/jam,dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali sekresi asam lambung. Pada penderita gagal ginjal dengan kliren kreatinin kurang dari 50 menit, dosis i.m. atau i.v yang dianjurkan adalah 50 mg setiap 18-24 jam. Jika diperlukan, ubah dengan hatihati interval dosis dari setiap 24 jam menjadi setiap 12 jam. 3. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap ranitidin 4. Efek Samping a. Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual dan pruritus. b. Konstipasi, pusing,sakit perut. c. Konfusion, hiperprolaktinemia, gangguan fungsi seksual, hepatitis (jarang). d. Rasa sakit di daerah peyuntikan pada pemberian secara i.m. e. Rasa terbakar pada pemberian secara i.v. 5. Peringatan dan Perhatian a. Keamana pemakaian pada wanita hamil dan menyusui balum dapat dipastikan. b. Pemberian harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal. c. Pemberian ranitidin pada penderita keganasan lambung dapat menutupi gejala-gejala penyakit ini. d. Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat dipastikan (estabilised). e. Pengobatan penunjang akan mencegah kambuhnya tukak (ulkus). f. Hindari penggunaan pada penderita yang memiliki riwayat porfiria akut. 2.5 Respon Imun terhadap Infeksi Bakteri Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor (Putri, 2010). Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama (Munasir, 2001). Rangsang merupakan usaha tubuh untuk melokalisir kerusakan yang ditimbulkan melalui cara menetralkan dan menyingkirkan agen-agen penyebab, menghancurkan jaringan nektorik dan mempersiapkan lingkungan untuk perbaikan dan kesembuhan. Sedangkan infeksi adalah kejadian masuknya organisme ke dalam tubuh haspes dan hidup di dalam jaringan. Dengan terjadinya infeksi akan terbentuk radang sebagai respons tubuh. Dengan demikian infeksi merupakan salah satu sebab terjadimya radang (Putri, 2010). Guna menjaga integritas dan identitas individu diperlukan suatu sistem pertahanan tubuh yang kuat. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya meliputi pertahanan fisik dan kimiawi, simbiosis dengan bakteri flora normal, innate immunity serta imunitas spesifik yang didapat, terdiri dari imunitas humoral serta imunitas selular (cell mediated immunity). Respons imun terhadap bakteri meliputi bakteri ekstraseluler dan intraselular. Pada infeksi bakteri yang berat dapat terjadi kelelahan respons imun (exchaustion), dalam keadaan ini pemberian terapi penunjang imunoglobulin intravena dapat dipertimbangkan (Munasir, 2001). 2.6 Tinjauan Tentang Puskesmas Menurut Departemen Kesehatan, (1991) Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya, sebagaimana diuraikan sebagai berikut : 1. Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. (Depkes, 1991) 2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan : Kuratif (pengobatan), Preventif (upaya pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan), Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) 3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (Terpadu) Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu kecamatan terdiri dari balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak, usaha hygiene sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan lain sebagainya. (Depkes, 1991). 2.6.1 Rekam medik Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik definisi rekam medik menurut surat keputusan direktur pelayanan medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat di rumah sakit. Baik rawat inap maupun rawat tinggal (Siregar, 2003). Rekam medik memiliki berbagai manfaat sebagai berikut : a. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita; b. Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan pasien; b. Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab kesakitan pasien dan penanganan atau pengobatan selama di rumah sakit; d. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada pasien; e. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab; f. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan; g. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan data dalam rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan biaya pengobatan pasien (Siregar, 2003). Suatu rekam medik yang lengkap, jika mencakup data identitas dan sosiologis; sejarah famili pribadi; sejarah kesakitan yang sekarang; pemeriksaan fisik; pemeriksaan khusus seperti konsultasi, data laboratorium klinik, pemeriksaan sinar- X, dan pemeriksaan lain; diagnosa sementara, diagnosa kerja; penanganan medik atau bedah; patologi mikroskopik dan nyata (gross); kondisi pada waktu pembebasan, tidak lanjut; dan temuan otopsi (Siregar, 2003). Ketentuan umum suatu rekam medik adalah : a. Berkas rekam medik adalah milik rumah sakit dan direktur rumah sakit bertanggung jawab atas hilang, rusak atau pemalsuan rekam medik, serta penggunaan oleh badan atau organisasi yang tidak berhak; b. Isi rekam medik adalah milik penderiita yang wajib dijaga kerahasiaannya; c. Untuk melindungi kerahasiaan tersebut, hanya petugas rekam medik yang diijinkan masuk ruangan penyimpanan berkas rekam medik; d. Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medik untuk badan atau lembaga atau perorangan, kecuali yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Selama pasien dirawat, rekam medik menjadi tanggung jawab perawat ruangan jaga dan dijaga kerahasiaannya (Siregar, 2003). 2.7 Profil Puskesmas Puskesmas Dulalowo sebagai salah satu Puskesmas di Kota Gorontalo, melaksanakan upaya-upaya dan usaha-usaha pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Kota Tengah sesuai standar mutu pelayanan nasional. Puskesmas Dulalowo bertekad menyukseskan program Indonesia sehat 2010. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan antara lain tercakup pada pelayanan pemeriksaan, konsultasi dan pengobatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, pelayanan KIA-KB, pengamatan dan penanggulangan KLB, pemberantasan penyakit menular, aplikasi laboratorium dan kesehatan, pengembangan serta penerapan Sistem Informasi Kesehatan melalui banking data dan informatisasi isu kesehatan terbaru kepada masyarakat. 2.7.1 Visi dan Misi Puskesmas Dulalowo 1. Visi Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan kesehatan bermutu dan peningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka Puskesmas Dulalowo memiliki visi : “Mewujudkan Tatanan Kehidupan Masyarakat Kecamatan Kota Tengah Sehat Menuju Sehat 2010” Dengan indikator : a. Hidup dalam lingkungan dan perilaku yang bersih dan sehat b. Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu serta adil dan merata. c. Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 2. Misi Sementara dalam mencapai visi yang ada, Puskesmas Dulalowo memiliki misi yaitu : a. Menggerakkan pembangunan berwawasan lingkungan b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat c. Memelihara dan meningkatkan mutu, kemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat serta lingkungan. 2.8 Penelitian lain Gambaran terapi kombinasi ranitidin dengan sukralfat dan ranitidin dengan antasida dalam pengobatan gastritis di SMF penyakit dalam rumah sakit umum daerah (RSUD) ahmad mochtar bukittinggi. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa 100% dari pasien yang menggunakan terapi kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat keluhannya hilang dan 80% pada pasien yang menggunakan Ranitidin dengan Antasida (Wardaniati, 2011).