7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Atletik a. Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Atletik
a. Pengertian Atletik
Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang terdiri
dari nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik berasal dari bahasa
Yunani athlon yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau
perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya dinamakan athlete (atlet).
Aip Syarifudin (1992: 2) menyatakan bahwa “atletik adalah salah satu
cabang olahraga yang diperlombakan yang meliputi nomor-nomor jalan,
lari, lompat dan lempar”.
Menurut Sukirno, (2010: 22) menyatakan bahwa “atletik adalah
olahraga yang paling tua dan merupakan induk dari semua cabang olahraga,
oleh sebab itu atletik sering disebut sebagai the mother of sport”.
Eri Priatna, (2008: 8) menyatakan bahwa “Sebagian besar kegiatan
atletik dilakukan di lintasan dan lapangan. orang inggris menyebut atletik
dengan sebutan track and field sport. Track artinya lintasan dan field artinya
lapangan”
Muhajir, (2007: 35) menyatakan bahwa “atletik adalah olahraga
yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kegiatan alami manusia.
Berlari, meloncat dan melempar adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah
panjang kehidupan manusia”.
Memurut Woeryanto, (1976: 9) menyatakan bahwa “atletik
merupakan dasar untuk cabang olahraga lain seperti: Sepakbola, basket,
bulutangkis, hockey dan sebagainya. Cabang-cabang olahraga tersebut
memerlukan kecepatan, daya tahan dan kekuatan, sedangkan dalam atletik
unsure itu sudah dibina secara seksama”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa atletik merupakan
suatu bentuk kegiatan manusia sehari-hari yang diperlombakan dalam
7
8
bentuk jalan, lari, lempar, dan lompat. Oleh sebab itu, atletik merupakan
dasar bagi pembinaan olahraga sehingga atletik sangat penting untuk
diajarkan dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas dan Perguruan Tinggi bidang olahraga.
b. Nomor-Nomor Atletik
Dunia terdapat tujuh nomor atletik yang dilombakan, yakni: jalan
cepat, lari, lempar, lompat, pancalomba, sapta lomba, dasalomba. Nomor
jalan cepat dapat dilakukan oleh semua orang, namun dalam perlombaan
tujuan olahraga ini adalah sampai digaris finish secepat mungkin dengan
cara berjalan. Jarak yang harus ditempuh atlet putra dan putri berbeda. Atlet
putra dan putri tidak pernah bersaing dalam satu perlombaan. Pada nomor
jalan cepat atlet putra menempuh jarak yang lebih panjang dibanding atlet
putrid. Atlet putra menempuh jarak 10 km, 20 km, 30 km, dan 40 km.
Sedangkan atlet putri menempuh jarak 3 km, 5 km, 10 km dan 20 km.
Nomor lari pada pertandingan olahraga dibagi menurut jarak lintasan
yang harus ditempuh. Lari adalah gerakan maju ke depan dari seluruh tubuh
dimana ada saat melayang di udara. Lintasan pertandingan lari terbagi
dalam tiga kelompok, yaitu: lari jarak pendek/sprint (100-400 m), lari jarak
menengah (800-3000 m), dan lari jarak jauh (diatas 3000 m), selain itu ada
juga nomor lari marathon yang menempuh jarak lebih dari 42 kilometer.
Nomor lempar bagi putra terbagi menjadi lempar lembing, lempar
cakram, tolak peluru dan lontar martil. Untuk putri terdiri dari lempar
lembing, lempar cakram dan tolak peluru. Lempar lembing merupakan
gerakan melemparkan lembing dengan ukuran tertentu sesuai dengan aturan
yang ada, dengan tujuan mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Lempar
cakram merupakan suatu bentuk gerakan melempar suatu alat yang
berbentuk bulat dan pipih dengan ukuran tertentu yang terbuat dari kayu
atau bahan lain, yang dilakukan dengan satu tangan untuk mencapai jarak
yang sejauh-jauhnya, sesuai dengan aturan yang berlaku. Tolak peluru
merupakan gerakan menolakan peluru dengan satu tangan untuk mencapai
jarak sejauh-jauhnya. Sedagankan lontar martil merupakan olahraga terakhir
9
dari nomor lempar atletik. Lontar martil hampir sama dengan tolak peluru,
dalam lontar martil, martil berbentuk seperti bola (terbuat dari baja dan
dilengkapi dengan pelontar dari logam).
Nomor lompat terdiri dari lompat tinggi dan lompat jauh. Lompat
jauh merupakan suatu gerakan melompat dengan menggunakan tumpuan
satu kaki yang bertujuan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Bambang
Wijanarko dkk, (2010: 11) menyatakan bahwa “lompat tinggi merupakan
suatu bentuk lompatan yang dilakukan dengan awalan lari, bertumpu
dengan satu kaki untuk berusaha mengangkat badan agar dapat melewati
mistar yang telah dipasang diatas penompang tiang lompat tinggi dengan
setinggi-tingginya”.
Panca lomba terdiri dari lompat tinggi (hari ke-1), lompat jauh dan
lari 800 m (hari ke-2). Sapta lomba terdiri dari lempar lembing dan lari 200
m (hari ke-1), lompat tinggi, tolak peluru dan lari 800 m (hari ke-2), dasa
lomba terdiri dari lari 100 m, lompat jauh, tolak peluru, lompat tinggi, dan
lari 400 m (hari ke-1), lari 110 gawang, lempar cakram, lompat tinggi galah,
lempar lembing dan lari 1.500 m (hari k-2).
2. Lompat Jauh
a. Pengertian Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu cabang lompat dalam cabang
olahraga atletik. Aip Syarifuddin (1992: 90) menyatakan bahwa ”Lompat
jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat, melayang dan mendarat
sejauh-jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus
dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya
agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya”.
Sukirno (2010: 49) menyatakan bahwa “Lompat jauh adalah
keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainya dengan satu
kali tolakan ke depan sejauh mungkin. Untuk memperoleh hasil yang
maksimal, pelompat dapat melakukan dengan berbagai gaya, yaitu gaya
jongkok (tuck), gaya berjalan di udara, dan gaya melenting (hang style).”
10
Munasifah (2008: 10) menyatakan bahwa
“Lompat jauh terdiri dari dua kata, yaitu lompat dan jauh. Lompat
berarti bergerak dengan mengangkat kaki ke depan (ke bawah, ke
atas) dan dengan cepat menurunkannya lagi, dan jauh adalah jarak
yang harus ditempuh secara maksimal. Jadi, lompat jauh adalah jenis
olahraga dengan cara melompat ke depan dengan bertolak pada satu
kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya, jarak lompatan
diukur mulai dari titik tumpuan lompatan sampai dengan jejak
pertama di kotak pasir sesudah melompat”.
Menurut Muhajir (2007: 40) “Lompat jauh merupakan salah satu
nomor lompat selain lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat tinggi galah.
Tujuan lompat jauh adalah melompat sejauh-jauhnya dengan memindahkan
seluruh tubuh dari titik-titik tertentu ke titik lainya, dengan cara berlari
secepat-cepatnya kemudian menolak, melayang di udara dan mendarat”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lompat
jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke
depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara
(melayang di udara) yang dilakukan dengan awalan lari secepat mungkin
kemudian menolak padasatu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya.
b. Lompat Jauh Gaya Hang Style
Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga
atletik. Tujuan lompat jauh ialah melakukan lompatan sejauh mungkin
dengan teknik dan prosedur yang telah ditetapkan. Sementara itu, lompat
jauh gaya menggantung merupakan salah satu gaya dalam nomor lompat.
dasarnya teknik yang dimiliki setiap gaya dalam nomor lompat jauh sama
saja. perbedaannya terletak saat sikap di udara, seperti lompat jauh gaya
menggantung. Teknik gerakan ini disebut sebagai gaya menggantung karena
sikap tubuh saat berada di udara seperti menggantung atau melenting
sehingga gaya ini juga dikenal sebagai lompat jauh gaya lenting.
c. Teknik Lompat Jauh Gaya Hang Style
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam
melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan
suatu proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau
11
dengan kata lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara
efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam
latihan atau perlombaan.
Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus
dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri dari beberapa
bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan
harmonis. Munasifah (2008: 12) menyatakan bahwa ”Untuk mendapat
lompatan yang maksimal maka perlu dibutuhkan teknik dasar yang harus
dikuasai dengan baik. Teknik dasar lompat jauh yaitu, awalan, tolakan atau
tumpuan, melayang di udara, dan pendaratan”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat
jauh terdiri empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat.
Keempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus
dilakukan dengan
harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang
optimal. lebih jelasnya keempat teknik lompat jauh dapat diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
1) Awalan
Awalan
adalah
gerakan
permulaan
dalam
usaha
untuk
mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan. Awalan
merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan adalah
untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan
membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan
lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan
kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah agar diperoleh
ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Aip Syarifuddin
(1992: 91) bahwa, "Untuk menjaga kemungkinan pada waktu melakukan
awalan itu tidak cocok, atau ketidaktepatan antara awalan dan tolakan,
biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara
permulaan akan memulai melakukan awalan dengan papan tolakan".
Lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pemberian tanda
untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai berikut:
12
Papan
Tolak
Bak Pasir
Tanda
Kedua
Tanda
Pertama
Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh
(Aip Syarifuddin, 1992: 91)
Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya
sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Menurut Jes
Jerver (2005: 34) menyatakan bahwa “maksud berlari sebelum melompat
ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum
tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take of ”. Jarak awalan tidak perlu
terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi
sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan tersebut antara 30-35
meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Jess Jarver (2009: 25)
menyatakan:
Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan lari
sebelum melompat, yaitu: jarak lari harus cukup panjang, sehingga
memungkunkan peningkatan kecepatan sedemikian rupa sesuai
kebutuhan pada saat take off. Dalam keadaan lari, atlet harus tetap
mampu mengontrol posisi tubuhnya, sehingga dapat melakukan take
off yang efektif. Gerak lari harus dilakukan secara konsisten dan
uniform (seragam), sehingga atlet dapat mencapai titik take off
dengan tepat. Untuk seorang pemula, sebaiknya jarak lari cukup 2025 meter saja, sedang untuk yang sudah berpengalaman maka jarak
lari itu dapat ditingkatkan hingga sejauh 30-35 metertergantung pada
kemampuan yang bersangkutandalam penambahan kecepatan.
Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat
individual tergantung dari masing-masing pelompat. Hal terpenting
dalam
mengambil
jarak
awalan
yaitu
pelompat
dimungkinkan
memperoleh kecepatan yang maksimal. Kecepatan awalan harus sudah
dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat
langkah terakhir sebelum menumpu tersebut dimaksudkan untuk
mengontrol saat menolak dibalok tumpuan.
13
2) Tumpuan
Tumpuan atau tolakan dalah perubahan atau perpindahan gerak
dari gerakan horisontal kegerakan vertikal yang dilakukan secara cepat.
Tumpuan merupakan perubahan gerak datar ke gerak tegak atau ke atas
yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu,
sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan
tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh
terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan dilakukan dengan
menolakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi
papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas yang besar. Jes
Jerver (2005: 26) menyatakan, “maksud dari take off adalah merubah
gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak
lurus,
sambil
mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal
mungkin”. Lompatan dilakukan dengan mencondongkan badan ke depan
membuat sudut lebih kurang 45 dan sambil mempertahankan kecepatan
saat badan dalam posisi horisontal.
Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara
maksimal dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan
melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan
menumpu (melewati balok tumpuan), lompatan dinyatakan gagal atau
diskualifikasi. Sedangkan jika penempatan kaki tumpu berada jauh
sebelum balok tumpuan akan sangat merugikan terhadap pencapaian
jarak lompatan.
Menurut Munasifah (2008: 13) teknik menumpu pada lompat jauh
sebagai berikut:
1) Pada saat menumpu, badan sudah agak condong ke depan.
2) Titik berat badan terletak di depan kaki tumpu. Letak titik barat badan
ditentukan oleh panjangnya langkah yang terakhir sebelum melompat.
Kaki yang digunakan untuk menolak adalah kaki yang terkuat.
3) Usahakan melompat ke depan tinggi atas.
14
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak
sebagai berikut:
Gambar 2. Ilustrasi Tumpuan Lompat Jauh
(Aip Syarifuddin, 1992: 91)
3) Melayang di Udara
Salah satu alasan mengapa disebut gaya hang style adalah karena
anggota tubuh bagian bawah menggantung di bawah badan, kedua lutut
membentuk sudut siku-siku dan kedua lengan berada di atas kepala
sehingga posisi tersebut kelihatannya sedang menggantung, kedua kaki
hampir rapat dibelakang badan. Posisi menggantung tersebut dimulai
setelah pelompat melakukan lepas landas dan berakhir ketika pelompat
mempersiapkan diri untuk melakukan pendaratan (kurang lebih pada saat
posisi tubuh sedang berada ditengah-tengah dari seluruh jarak
lompatannya).
Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan
kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. pada waktu lepas dari papan
tolak, badan pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut
“daya penarik bumi”. Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu
titik yang disebut titik berat badan (T B/center of gravity). Titik berat
badan ini letaknya kira-kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah
pusar agak ke belakang.
Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu
harus melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan
kaki dengan kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan
semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama
dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dengan demikian
15
akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kecepatan
itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan
gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada
saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga
akan membantu pendaratan. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan
melayang di udara lompat jauh sebagai berikut:
Gambar 3. Ilustrasi Melayang di Udara
(Aip Syarifuddin, 1992: 91)
4) Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan
lompat jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat
jauh. Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci
pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan
hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang
efisien. waktu mulai menyentuh pasir, pelompat memegaskan lutut dan
menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas menjadi
agak tegak dan lengan mengayun ke depan.
Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam melakukan pendaratan pada
nomor lompat jauh, Javer, J (2009: 31-32) mengatakan:
a) Posisi landing yang terbaik hendaknmya merupakan lanjutan
dari pola melayang pusat gaya berat tubuh
b) Tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan tungkai
terjulur lurus ke depan.
c) Tangan yang terletak di belakang tubuh sebelum landing, harus
segera dilempar ke muka begitu kaki menyentuh pasir.
d) Gerakan segera dari tangan akan membantu tubuh untuk
bertumpu di atas kaki.
16
e) Posisi landing yang efisien tergantung pada teknik yang
digunakan pada waktu melayang.
Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat
jauh gaya hang style sebagai berikut:
Gambar 4. Ilustrasi Pendaratan Lompat Jauh
(Aip Syarifuddin, 1992: 91)
3. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar dan pembelajaran
Istilah belajar merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi
kita semua, karena istilah ini sering kita dengar dalam kegiatan formal
seperti pendidikan di sekolah. Selain itu istilah belajar juga sering kita
dapati dalam aktivitas sehari-hari yang berkenaan dengan upaya
untuk
mendapatkan informasi, pengetahuan atau keterampilan. Tanpa disadari
dalam kegiatan sehari-hari yang kita lakukan merupakan kegiatan belajar.
Pengertian Belajar dari berbagai literatur memiliki perbedaanperbedaan di dalam rumusan pengertian belajar, namun secara prinsip kita
menemukan kesamaan-kesamaannya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 295), “belajar adalah
kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan
dengan cara mengolah bahan belajar”.
Dalam kesimpulan yang dikemukakan oleh Abdillah yang dikutip
Aunurrahman (2009: 35) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu usaha
sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,
afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu”.
17
Pendapat
Burton
yang
dikutip
Aunurrahman
(2009:
35)
menyatakan bahwa:
Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang baru pada dirinya yang
didapat melalui perilakunya dalam berinteraksi dengan lingkungan maupun
dengan individu lain dan proses ini
menghasilkan perubahan diri pada
orang tersebut.
Proses
belajar
erat
kaitannya
dengan
pembelajaran
dan
pembelajaran sendiri biasanya berkaitan dengan guru maupun sekolah.
Berikut pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli:
Menurut Wina Sanjaya (2011: 6), “pembelajaran merupakan
sebuah sistem yang terdiri atas siswa, guru, serta orang-orang yang
mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran”.
Menurut Aunurrahman (2009: 34), “Pembelajaran berupaya
mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang
terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi
siswa yang memiliki pengetahuan”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 297), “Pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar”.
18
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis yang bertujuan untuk
mendidik siswa yang dilakukan oleh guru, murid serta pihak yang
mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat
dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Proses belajar dapat diketahui melalui
perilaku siswa yang mempelajari bahan belajar yang diberikan oleh guru.
Perilaku belajar tersebut merupakan respons siswa terhadap tindakan
pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan
desain instruksional guru, karena di dalam desain instruksional, guru
membuat tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar.
Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga
ranah atau kawasan yaitu ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah
psikomotor. Menurut Bloom, dkk yang dikutip Dimyati dan Mudjiono
(2013: 27) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu:
1) Pengetahuan, Mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang
telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan
tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian,
pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna
hal-hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini
misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola , misalnya
tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh
kemampuan menilai hasil karangan.
19
Menurut Krathwohl & Bloom dkk yang dikutip
Dimyati dan
Mudjiono (2013: 29) ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku yaitu :
1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan
kesediaan memperhatikan hal tersebut.
2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup penerimaan
terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan
sikap.
4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati
nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Menurut Simpson yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2013: 30)
ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik yaitu :
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan
(mendiskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari adanya
perbedaan antara sesuatu tersebut. Sebagai contoh pemilahan
warna, pemilahan angka (6 dan 9), pemilahan huruf (b dan d).
2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam
suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian
gerakan. Kemampuan ini mencakup aktivitas jasmani dan rohani
(mental), misalnya posisi start pada lomba lari.
3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan
sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerakan
tari, membuat lingkaran di atas pola.
4) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lempar peluru, lompat
tinggi dan sebagainya dengan tepat.
5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan
gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara
lancar, efisien dan tepat. Misalnya bongkar pasang peralatan secara
tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan
mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya kemampuan atau
keterampilan bertanding dengan lawan tanding.
7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerakgerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan
membuat kreasi-kreasi gerakan senam sendiri, gerakan-gerakan
tarian kreasi baru.
20
c. Ciri-ciri Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran identik dengan guru, siswa dan sekolah.
Dalam sekolah terjadi proses belajar dan pembelajaran yang memang sudah
terstruktur dan terencana secara sistematis.
Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono yang dikutip Hamdani
(2011: 47) adalah sebagai berikut :
1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar.
3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik
perhatian dan menantang siswa.
4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik.
5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik
secara fisik maupun psikologi.
7) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.
8) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.
Pembelajaran memiliki tujuan yaitu untuk membantu siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman. Pengalaman ini dapat berupa perubahan
kuantitas maupun kualitas tingkah laku siswa. Tingkah laku ini meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Dalam
proses
pembelajaran,
guru
dituntut
untuk
mampu
mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk
mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut
tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam
periode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Meskipun
demikian, indikator terjadinya perubahan ke arah perkembangan pada
peserta didik dapat dicermati melalui instrument-instrumen pembelajaran
yang dapat digunakan guru. Belajar suatu ketrampilan adalah sangat
21
kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk
mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses
pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan
prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran menurut Davies yang
dikutip Aunurrahman (2009: 113) yaitu :
1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya
sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar
tersebut untuknya.
2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan
untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan
belajar.
3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera
diberikan penghargaan (reinforcement).
4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah
pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari
sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan
mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjukan kepada hal-hal penting yang harus
dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang
sebaiknya dilalukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam
proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip
belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya
tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar,
maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
e. Komponen Pembelajaran
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki
peran dalam berlangsungnya suatu proses dalam mencapai suatu tujuan.
22
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Komponen-komponen
dalam
proses
pembelajaran
menurut
Sugandi yang dikutip Hamdani (2011: 48) adalah sebagai berikut :
1) Tujuan, secara eksplisit, diupayakan
melalui kegiatan
pembelajaran instructional effect, biasanya berupa pengetahuan dan
keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam
tujuan pembelajaran.
2) Subjek belajar, dalam sistem pembelajaran merupakan komponen
utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.
3) Materi pembelajaran, merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan
bentuk kegiatan pembelajaran.
4) Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses
pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
5) Media pembelajaran, adalah alat atau wahana yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan pesan
pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi meningkatkan
peranan strategi pembelajaran.
6) Penunjang, dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar,
sumber belajar, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya.
Penunjang berfungsi memperlancar dan mempermudah terjadinya
proses pembelajaran.
Proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan
efektif berkat adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara
berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut.
Hal ini karena semua komponen dalam sistem pengajaran saling
berhubungan dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pengajaran.
f. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Belajar, pembelajaran serta hasil belajar merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa terpisahkan. Jika belajar dikatakan kegiatan siswa, maka
mengajar dikatakan kegiatan guru. Dalam proses usaha mencari dan
mendapatkan pengalaman baru, sebenarnya manusia telah melakukan
kegiatan belajar. Dengan adanya pengalaman baru yang diperoleh dari hasil
usaha tersebut, maka dalam diri manusia ada pengalaman yang bertambah
23
dan berkembang. Sehingga dari proses tersebut, adanya perubahan tingkah
laku dalam diri manusia. Perubahan itu terwujud dengan adanya
pemahaman, kemampuan, dan kebiasaan dan ketrampilan yang bertambah.
Perubahan tersebut yang dinamakan dengan hasil belajar.
Pendapat Abdurrahman yang dikutip Asep Jihad & Abdul Haris
(2013: 14) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak melalui kegiatan belajar”. Menurut Nana Sudjana (2000: 3),
“hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3), “hasil
belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku, sikap dan kemampuan yang terjadi setelah
seseorang melakukan kegiatan belajar mengajar yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
2) Tujuan Dan Fungsi Hasil Belajar
Hasil belajar didapat melalui sebuah penilaian terhadap suatu
pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Tujuan dan fungsi dari hasil
belajar adalah untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yang nantinya dapat
digunakan untuk perbaikan dalam proses pembelajaran. Tujuan dan fungsi
dari hasil belajar menurut Hamdani (2011: 302) adalah sebagai berikut :
1. Tujuan penilaian hasil belajar
(1) Tujuan umum
(a) Menilai pencapaian kompetensi siswa.
(b) Memperbaiki proses pembelajaran.
(c) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
(2) Tujuan khusus
(a) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa.
(b) Mendiagnosis kesulitan belajar.
(c) Memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar
mengajar
(d) Menentukan kenaikan kelas
24
(e) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan
memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha
perbaikan.
2. Fungsi penilaian hasil belajar
(1) Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
(2) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
(3) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
(4) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
3) Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku
manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang
efektif.
Para
pakar
dibidang
pendidikan dan psikologi
mencoba
mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan
diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para
pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif
untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto
(2003) yaitu “faktor internal terdiri dari kecerdasan atau intelegensi,
perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan serta
faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat”.
4. Media dalam Pembelajaran
a. Pentingnya Pemanfaatan Media
Media berasal dari bahasa latin medius yang berarti “tengah”,
“perantara” atau “pengantar”. Benny A. Pribadi (2009: 46) mengatakan
bahwa, “Media adalah sarana pembelajaran yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi aktivitas belajar”. Media dalam pembelajaran adalah sebuah
perantara yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengoptimalkan pesan
yang disampaikan guru, sehingga siswa dapat memahami materi yang
diajarkan.
Pemanfaatan
media
adalah
penggunaan
media
untuk
menggambarkan pembelajaran yang akan dilaksanakan secara sistematik
dari sumber-sumber yang ditujukan bagi siswa, proses penggunaan media
adalah merupakan proses menentukan keputusan berdasarkan pada desain
25
instruksional secara khusus. Selanjutnya Azhar Arsyad (2009: 25-27)
mengemukakan:
Beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran, yaitu:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemamouan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang
dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,
serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat dan lingkungannya.
Pentingnya media pembelajaran guna meningkatkan mutu
pembelajaran telah disadari oleh guru, tetapi masih banyak guru yang belum
memanfaatkannya dengan maksimal. Semakin berkambangnya tekhnologi
akan mempermudah penggunaan media dalam pembelajaran. Banyak sekali
media yang dapat dipakai dalam pembelajaran, pemanfaatannya tergantung
dari materi dan kompetensi yang akan dicapai. penggunaan media yang
menarik dan tepat dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap
pembelajaran sehingga siswa lebih aktif sesuai dengan pandangan
konstruktivistik.
b. Macam-Macam Media Pembelajaran
Wina
Sanjaya
(2010:
211-212)
mengklasifikasikan
media
pembelajaran dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi dalam:
a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti rekaman suara.
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara, seperti foto.
c. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat,
seperti rekaman video.
26
Rudy Brets, dalam Wina Sanjaya (2010: 212) mengklasifikasikan
media menjadi tujuh kelompok, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Media audiovisual gerak, seperti film suara, pita video, film tv.
Media audiovisual diam, seperti film rangkai suara.
Media visual bergerak, seperti film bisu.
Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, slide bisu.
Media audio, seperti telephone, radio.
Media cetak, seperti buku, modul, bahan ajar mandiri.
Berbagai macam media yang telah dijabarkan diatas tidak semua
bisa digunakan dalam setiap proses pembelajaran. Pemilihan media
tergantung dari kompetensi yang akan dicapai, materi yang diajarkan,
karakteristik siswa serta penyediaan media pembelajaran disekolah. Dengan
pemilahan
media
pembelajaran
yang
tepat
diharapkan
mampu
mengoptimalkan kemampuan peserta didik baik dalam prosesnya maupun
hasil akhirnya.
5. Alat Bantu Pembelajaran
a. Pengertian
Alat bantu pembelajaran mempunyai arti yang sama dengan media
pembelajaran. Badru Zaman, (2008: 44) menyatakan bahwa “Media
pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan
pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar”.
Menurut Srijono Brotosuryo, Sunardi, dan M. Furqon (1994: 294)
menyatakan bahwa “alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang
digunakan oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan
mengajar”
H.J. Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan (1998: 37)
berpendapat bahwa “alat bantu pembelajaran adalah semua alat yang
digunakan dalam proses belajar
mengajar
dengan maksud untuk
menyatakan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun
sumber lain) kepada penerima (siswa)”.
27
Agus Kristiyanto (2010: 128) menyatakan bahwa “alat bantu
pembelajaran merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini sering disebut alat
peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan sesuatu
sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran”.
Menurut Wikipedia.org “alat adalah benda yang digunakan untuk
mempermudah
pekerjaan
kita
sehari-hari,
sedangkan
alat
bantu
pembelajaran merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
penyampaian materi pembelajaran”.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa alat bantu
pembelajaran merupakan sekumpulan alat-alat yang digunakan seorang guru
untuk mempermudah siswa dalam proses pembelajaran.
b. Fungsi dan Manfaat Alat Bantu Pembelajaran
Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Badru Zaman (2008:44),
diantaranya sebagai berikut:
1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi
tambahan tetapi memiliki fungsi sendiri sebagai sarana bantu untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pembelajaran.hal ini mengandung pengertian bahwa media
pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam
rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
3. Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan
tujuan dan isi pembelajaran. Hal ini mengundang makna bahwa
penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat
kepada tujuan atau kemampuan yang akan dikuasai peserta didik.
Peran dan fungsi media atau alat bantu pembelajaran Penjasorkes di
Sekolah Menengah Atas adalah: (1) meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang mampu bersaing dan kerjasama di era globalisasi, (2)
meningkatkan ketrampilan dan kualitas fisik untukmendukung aktifitas
sehari-hari, (3) meningkatkan kemandirian dalam mengikuti intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler dan belajar di rumah.
28
Alat bantu atau media pembelajaran merupakan salah satu jendela
bagi guru bagaimana caranya agar peserta didik mampu melaksanakan
pembelajaran dengan baik, tidak mudah jenuh, ceria dan mampu mencerna
atau paham setiap pengajaran yang diberikan oleh guru, khususnya media
pembelajaran olahraga (lompat jauh gaya hang style). Guru harus pandaipandai membuat alat bantu pembelajaran yang murah, meriah, menarik
simple tapi mampu mencapai pembelajran yang optimal.
c. Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran
Pembelajaran penjasorkes di SMA hendaknya menyediakan berbagai
fasilitas untuk menunjang berbagai program aktivitas yang akan diajarkan
guru. Tersedianya fasilitas pembelajaran yang memadai akan dapat
mengoptimalkan kemampuan guru dalam menunjang proses pembelajaran
yang efektif dan efisien dalam pembelajaran. Apalagi pembelajaran
penjasorkes sangat membutuhkan dukungan fasilitas yang memadai guna
menghasilkan proses pembelajaran yang optimal. Fasilitas pembelajaran
harus dirancang untuk keseluruhan aktivitas yang mendukung potensi anak
yang didasarkan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Sebagian besar sekolah tidak memiliki fasilitas pembelajaran
Penjasorkes yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya. Padahal sarana,
prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam kegiatan pembelajaran
Penjasorkes. Minimnya fasilitas pembelajaran tersebut, menuntut guru
Penjasorkes lebih kreatif untuk menciptakan peralatan dan perlengkapan
lapangan sebagai alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa
dan sekolahnya. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang
baru, atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara
yang lebih menarik, sehingga anak merasa senang mengikuti pelajaran.
Adanya alat bantu pembelajaran penjasorkes, tidak akan mengurangi
keaktifan siswa dalam melakukan pembelajaran, penggunaan alat bantu
pembelajaran
lompat
jauh
gaya
hang
style
dimaksudkan
untuk
memaksimalkan penggunaan sarana yang bisa dijumpai di lingkungan
29
sekitar dan juga dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga hasil belajar
siswa akan lebih maksimal. Alat bantu pembelajaran digunakan untuk
melatih peserta didik agar dapat melakukan teknik lompat jauh, yakni
awalan, tolakan, saat melayang di udara dan pendaratan dengan baik dan
benar dengan berbagai variasi bentuk alat-alat bantu pembelajaran.
6. Macam-Macam Alat Bantu Pembelajaran Lompat jauh
Dalam
pembelajaran
lompat
jauh
terdapat
peralatan
dan
perlengkapan standart yang digunakan antara lain, lapangan lompat jauh
berupa bak pasir, papan/balok tumpuan dan mistar, namun dalam
pengajaran lompat jauh di SMA yang sudah berfokus pada teknik lompat
jauh terutama pada gaya hang style, maka dapat digunakan beberapa alat
bantu pembelajaran yang dapat dibuat oleh guru secara sederhana dari
bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Beberapa macam alat
bantu pembelajaran lompat jauh gaya hang style antar lain:
a. Kardus
Kardus dapat digunakan untuk pembelajaran melompat, kardus
bisa dibuat menjadi berwarna-warni agar kelihatan lebih menarik.
Penggunaan alat bantu kardus dapat divariasikan dengan alat bantu lain,
misalnya cone/simpai
b. Cone
Cone dapat digunakan untuk pembelajaran berlari, pembelajaran
dengan menggunakan cone dapat divariasikan seperti lari zig-zag/maju
mundur, penggunaan alat bantu ini dapat divariasikan dengan alat bantu
lainnya.
c. Simpai
Simpai bisa digunakan untuk pembelajaran melangkah, lari dan
lompat. Penggunaanya dapat dikombinasikan dengan alat bantu lainya
seperti kardus, cone dan bisa ditata menjadi beragam formasi
30
d. Bola plastik, tali raffia dan lembing
Tiga komponen ini bisa kombinasikan menjadi alat bantu
pembelajaran bola gantung, pembelajaran ini melatih gerakan sikap
badan pada saat di udara atau gerakan hang style
e. Bilah
Bilah bisa digunakan untuk pembelajaran melangkah, melompat,
dan sebagai tumpuan saat melakukan tolakan. Alat bantu ini juga bisa
dkombinasikan dengan alat bantu lainya
f. Bola kasti
Bola Kasti ini dapat digunakan untuk menambah variasi alat
bantu pembelajaran agar pembelajaran lompat jauh gaya hang style lebih
menarik dan bisa membuat peserta didik lebih aktif
7. Pembelajaran Lompat Jauh Dengan Penggunaan Alat Bantu
Alat bantu pembelajaran adalah alat atau benda yang dapat dijadikan
sebagai suatu media pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang efektif dan efisien. Untuk itu dalam pembelajaran lompat jauh di SMA
hendaknya menggunakan alat bantu pembelajaran untuk mengenalkan dan
melatih kemampuan teknik lompat jauh gaya hang style terutama gerakan
hang style (melenting) pada saat melayang di udara. Hal ini merupakan
tugas guru Penjasorkes untuk menyikapi secara kreatif dan inovatif dalam
menciptakan alat bantu pembelajaran yang mudah digunakan, murah,
menarik dan dapat memfasilitasi peserta didik untuk lebih aktif bergerak.
Dalam pembelajaran lompat jauh gaya hang style, ada beberapa alat
bantu pembelajaran yang dapat digunakanantara lain: kardus, bilah, cone,
bola plastik, tali, lembing, simpai, dan sebagainya. Penyajian pembelajaran
lompat jauh gaya hang style untuk siswa di SMA melalui alat bantu
pembelajaran sebaiknya dibuat semenarik mungkin.
Berikut ini adalah pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan
alat bantu pembelajaran, antara lain:
31
a. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu 1
Peserta didik melompati kardus dengan menggunakan satu kaki
secara bergantian kanan dan kiri dan kedua tangan diayunkan keatas
depan secara bersamaan, dilanjutkan melompati kardus dengan
menggunakan kedua kaki secara bersamaan dan dikombinasikan
melompati kardus dari samping kiri kekanan secara bergantian.
Bak pasir
Gambar 5. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu Kardus
Keterangan gambar :
= Kardus
= Siswa
b. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu 2
Guru dengan dibantu peserta didik menyusun beberapa cone
secara lurus dengan jarak satu meter, peserta didik berlari lurus
melangkahi cone dan diakhiri dengan melenting dan mendarat dengan
memegang bola.
Bak pasir
Gambar 6. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu Cone, Bilah
dan Bola
32
Keterangan gambar :
= Cone
= Siswa
= Bola
= Bilah
c. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu 3
Peserta didik dibuat dua kelompok masing-masing kelompok
memilih dua orang untuk bertanding estafet kardus dan simpai, cara
melakukannya yaitu satu siswa melempar simpai kedepan dilanjutkan
melompati kardus dan masuk kedalam simpai untuk siswa selanjutnya
melompati kardus dan masuk kedalam simpai, siswa yang kedua
mengambil kardus yang telah dilompatinya untuk ditaruh didepan
selanjutnya siswa melepaskan simpai melewati kepala dan di lemparkan
kedepan lagi seperti awal melakukan begitu seterusnya sampai garis
finish yang ditandai dengan cone.
Bak pasir
Gambar 7. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu Cone, Simpai
dan Kardus
Keterangan gambar :
= Kardus
= Siswa
= Simpai
= Cone
33
d. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu 4
Pembelajaran ini, peserta didik melompat di atas serangkaian
rintangan kardus yang sudah disusun oleh guru dan diakhiri dengan
menyudul bola yang telah digantung dengan memperlihatkan gaya hang
style (melenting) pada saat menyundul bola gantung, pembelajaran ini di
kombinasikan dengan awalan yakni lari, lompat menggunakan satu kaki,
lari lurus, melompati dari samping dan lain sebagainya.
Bak pasir
Gambar 8. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu Kardus dan
Bola Gantung
Keterangan gambar :
= Kardus
= Siswa
= Bola
e. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu 5
Susun dua bilah sejajar dengan jarak satu meter dan susun simpai
diakhir bilah tersebut, pembelajaran ini peserta didik melakukan gerakan
memegang bola dan dilanjutkan melenting melewati bilah yang telah
disusun disertai menempelkan bola ketanah begitu seterusnya sampai
terakhir melenting dengan masuk kedalam simpai. Pembelajaran ini
sangat bagus untuk melatih gerakan hang style (melenting) pada saat
melayang di udara.
34
Bak pasir
Gambar 9. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu Bola, Bilah
dan Simpai
Keterangan gambar :
= Bilah
= Siswa
= Simpai
= Bola
f. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu 6
Pembelajaran ini peserta didik sebelumnya dibagi menjadi dua
kelompok masing-masing kelompok tiga peserta didik kemudian
kelompok tersebut mengambil bola kasti dengan cara melompat
menggunakan satu kaki begitu seterusnya sampai bola yang ada didalam
simpai habis, pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan kaki
dalam melakukan tolakan pada lompat jauh.
Bak pasir
Gambar 10. Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Bantu Bola kasti,
bilah dan simpai
35
Keterangan gambar :
= Bilah
= Siswa
= Simpai
= Bola kasti
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beragam kegiatan
yang
dilakukan
pembelajaran
dengan
yang
dapat
memaksimalkan
diberikan
penggunaan
kepada
peserta
alat
bantu
didik
dalam
pembelajaran lompat jauh gaya hang style (melenting).
Dengan
menggunakan alat bantu pembelajaran peserta didik akan merasa lebih
senang dan bersemangat dalam melakukan lompat
jauh. Dengan
mempertimbangkan karakter dan perkembangan peserta didik guru harus
dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran dan memodifikasi
media pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa
menggunakan alat bantu pembelajaran agar peserta didik lebih memiliki
kemampuan tinggi terutama pada olahraga atletik nomor lompat jauh gaya
hang style.
36
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yakni menggunakan kegiatan
siswa sendiri secara efektif di dalam pembelajaran. Siswa diarahkan untuk
melakukan latihan yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang
dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan
berpikirnya dengan melakukan latihan yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
Kurangnya kreatifitas guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa. Kurang kreatifnya guru Pendidikan jasmani di sekolah dalam
membuat dan mengembangkan media pembelajaran sederhana, guru kurang
akan model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang
monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah dan metode tugas,
karena mereka hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut dapat
selesai tepat waktunya, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu
bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya.
Permasalahan umum dalam pembelajaran
Penjasorkes adalah
kurangnya model atau strategi pembelajaran sehingga mempengaruhi peran
aktif siswa dalam kegiatan belajar. Selama ini metode yang digunakan guru
belum sesuai dengan karakteristik pembelajaran Penjasorkes bagi siswa.
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
37
1.
Kondisi
Awal
Guru
kurang
menguasai
metode
pembelajaran
yang
baru
Siswa kurang tertarik dan cepat
bosan dengan pembelajaran
penjasorkes
2. Tingkat kesegaran jasmani
masih rendah
3. Dan hasil belajar lompat jauh
gaya hang style masih rendah
Siklus I : Peneliti dan kolaborator
Tindakan
Kondisi
Akhir
Menerapkankan alat
bantu pembelajaran
pada siswa
Dengan
menggunakan
alat
bantu pembelajaran
dapat meningkatkan
hasil belajar lompat
jauh gaya hang style
dan partisipasi siswa
meningkat
menyusun bentuk pengajaran yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan dan
hasil belajar
lompat jauh gaya hang style dengan
menggunakan
alat
bantu
pembelajaran
Siklus II : Upaya perbaikan dari
siklus I sehingga meningkatkan
kemampuan dan hasil belajar lompat
jauh gaya hang style dengan
menggunakan
alat
bantu
pembelajaran
Berdasarkan kerangka konseptual yang digambarkan tersebut bahwa,
pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan alat bantu pembelajaran
merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan gerak siswa. Melalui alat bantu pembelajaran siswa menjadi
lebih senang dan aspek-aspek yang terdapat pada diri siswa
dapat
dikembangkan. Pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan alat bantu
aspek yang dikembangkan yaitu: untuk mengembangkan kebugaran jasmani,
untuk mengembangkan kerjasama, untuk mengembangkan skill dan untuk
mengembangkan sikap kompetisi. Hal ini artinya, pembelajaran yang
dikonsep dengan alat bantu tidak hanya mengembangkan aspek peningkatan
hasil belajar lompat jauh saja, tetapi aspek lainnya juga dikembangkan. Oleh
karenanya, alat bantu pembelajaran yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran lompat jauh harus bertujuan untuk mengembangkan skill.
Download