15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Setiap

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Laporan Keuangan
Setiap
perusahaan
memiliki
laporan
keuangan
yang
bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan. Laporan keuangan
pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mengetahui data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan.
Laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah pengguna laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. laporan keuangan perusahaan
yang bersangkutan, yang terdiri dari neraca perusahaan akan diperoleh gambaran
tentang posisi keuangannya. Sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan
memberikan hasil perkembangan usaha suatu perusahaan.
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses akuntansi
yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan data keuangann terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut S. Sudjaja dan Barlian (2004 : 76) mengemukakan bahwa :
“Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan hasil dari
proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi, analisis
data keuangan atau aktivitas perusahaan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data-data atau aktivitas perubahan tersebut”.
Kemudian pengertian laporan keuangan Myers yang dikutip oleh
Munawir (2004:5), menyatakan bahwa:
“Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan
pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah
neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau
daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan
bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu
daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan).”
15
16
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan
bertujuan untuk memberikan berbagai informasi mengenai aktivitas perusahaan,
keadaan keuangan perusahaan, dan posisi sumber dana yang dimiliki perusahaan
pada suatu periode tertentu, yang dapat bermanfaat bagi para pemakai laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Bagi para penulis, laporan keuangan merupakan media yang paling
penting untuk menilai prestasi dan ekonomi suatu perusahaan. Karena seorang
analis tidak mampu melakukan pengamatan secara langsung ke suatu perusahaan,
jadi laporan keuangan menjadi bahan sarana informasi bagi analisis dalam proses
pengambilan keputusan.
Laporan keuangan diharapkan memberikan informasi kepada pengguna
untuk membuat keputusan yang bersifat keuangan. Tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
pemakai dalam pengambilan keputusan.
Tujuan laporan keuangan diungkapkan dalam “penyajian laporan
keuangan”, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia yang dikutip oleh (Harianto, 2001 : 45) sebagai berikut :
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
Agar pembuat keputusan tidak menderita kerugian atau paling tidak
mampu menghindari kerugian yang lebih besar, semua keputusan harus
didasarkan pada informasi yang lengkap, nyata, valid dan penting. Informasi yang
mempunyai karakteristik seperti itu salah satunya adalah laporan keuangan. Dan
laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber dana yang
dipercayakan kepadanya.
17
2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus disajikan secara periodik untuk pihak –pihak
yang berkepentingan, menurut Harianto (2001 : 93), kelompok pengguna dan
pemanfaat laporan keuangan adalah :
1.
Pemegang Saham
Pemegang saham sebuah perusahaan akan sangat berkepentingan untuk
memenfaatkan informasi berupa laporan keuangan. Sebagai pemilik
perusahaan mereka akan menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang
diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham.
2.
Investor
Investor menggunakan laporan keuangan untuk menilai laba yang
dihasilkan perusahaan, karena berhubungan erat dengan harga pasar surat
berharga (securities). Selain itu, menggunakan laporan neraca untuk
menilai kesehatan perusahaan yang mengeluarkan surat berharga tersebut.
3.
Analisis Sekuritas
Bagi para analis sekuritas dan para manajer investasi suatu perusahaan
investasi, laporan keuangan digunakan untuk melakukan analisis teknik
dan
analisis
fundamental.
Prioritasnya
adalah
untuk
mendeteksi
ketidaktepatan harga surat berharga.
4.
Manajer
Laporan keuangan untuk manajer merupakan bentuk pertanggung jawaban
kepeda pemegang saham. Selain itu, laporan keuangan digunakan sebagai
landasan untuk menuntut hak manajemen dan menjabarkan kewajiban
yang telah dilakukan oleh manajemen kepada pemegang saham.
5.
Karyawan
Karyawan menggunakan laporan keuangan untuk melihat rencana pensiun
dimasa yang akan datang.
6.
Pemasok dan kreditur
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan informasi tentang
likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas yang sangat berperan dalam
kredit perbankan.
18
7.
Pelanggan
Laporan keuangan merupakan media informasi bagi pelanggan yang
mampu memberikan informasi tentang jaminan kelangsungan perusahaan
dan kualitas produk yang dibelinya.
8.
Pemerintah
Laporan keuangan digunakan pemerintah, yaitu instansi pajak untuk
menentukan tingkat pajak perusahaan.
9.
Pengguna lain
Pengguna lain seperti perguruan tinggi, lembaga internasional dan lainlain.
2.1.4 Manfaat Laporan Keuangan
Manfaat laporan keuangan terletak pada interpretasi dari masing-masing
pemakai. Manfaat intern dari hasil interpretasi laporan keuangan dapat berupa
laporan tingkat kinerja keuangan perusahaan, kondisi keuangan perusahaan
dibandingkan dengan pesaing, efektifitas manajemen dalam pengoperasian
perusahaan tersebut. Sedangkan manfaat ekstern dari interpretasi laporan
keuangan perusahaan bagi investor dapat membantu pengambilan keputusan
untuk menanamkan dana atau menarik modal pada perusahaan, bagi kreditur yaitu
untuk mengambil keputusan dalam hal pemberian pinjaman kepada perusahaan.
Secara luas manfaat pokok dari laporan keuangan adalah memberikan
informasi-informasi mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang
mengeluarkan laporan keuangan. Tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat
diketahui dengan menganalisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari
hasil analisis tersebut dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan yang
dimiliki pihak perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan dapat mempergunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Interpretasi menurut Riyanto (2001 : 327) adalah :
“Interpretasi atau analisa terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat
19
mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaan
yang bersangkutan”.
Menurut Prastowo dan Julianty (2002 : 3), menyatakan bahwa :
“interpretasi atau analisis laporan finansial suatu perusahaan sangat
penting artinya bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka
masing-masing adalah berbeda”.
Jadi, melalui laporan keuangan dapat dinilai kemampuan perusahaan,
kewajiban-kewajiban jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi
daripada aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil atau pendapatan yang
telah tercapai dan dari saham perusahaan yang bersangkutan.
2.1.5 Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari
hubungan-hubungan untuk menentukan posisi-posisi keuangan dan hasil
operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan.
Menurut Astuti (2004 : 29) bahwa :
“analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut
penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis
dan investasi”
Dari definisi diatas, dijelaskan bahwa analisis laporan keuangan
merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan di masa sekarang dan
masa yang lalu, dengan tujuan utama untuk membantu mengestimasi yang paling
mungkin terjadi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan di masa yang akan
mendatang.
Menurut Jumingan (2005 : 44) analisis laporan keuangan dapat
disajikan dalam dua bentuk, yaitu :
1.
Analisis internal, yaitu analisis yang dilakukan oleh pihak-pihak didalam
perusahaan seperti pemilik perusahaan atas perintah manajer atau
20
pimpinan perusahaan. Data-data yang diperlukan harus cukup tersedia
sehingga analisis dapat dilakukan secara menyeluruh.
2.
Analisis eksternal, yaitu analisis yang dilakukan oleh pihak-pihak diluar
perusahaan seperti investor dan calon investor, kreditur dan calon kreditur,
serta pemerintah dan masyarakat umum. Dalam melakukan analisis ini,
data yang tersedia hanya laporan keuangan yang dipublikasikan saja.
Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis
akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa
akan datang. Bagi investor analisis laporan keuangan dapat dijadikan estimasi di
masa yang akan datang, yang menjadi perhatian investor adalah tingkat
profitabilitas perusahaan yang dapat menjamin tingkat keuntungan yang
diperoleh. Sedangkan bagi manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai
cara mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan sebagai titik tolak tindakan
perencanaan yang akan mempengaruhi perusahaan di masa akan mendatang.
2.1.6 Analisis Rasio Keuangan
Salah satu analisis keuangan adalah analisis rasio keuangan. Analisis ini
digunakan dalam melihat kekuatan dan kelemahan di bidang finansial yang akan
membantu dalam menilai manajemen masa lalu dan masa datang.
Rasio keuangan menurut Keown (2004 : 7) adalah :
“Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi kedalam
bentuk perbandingan dalam rangka mengindentifikasi kekuatan dan
kelemahan keuangan perusahaan”.
Masih menurut Keown dkk (2005:108) bahwa:
“Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4
pertanyaan: bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah
manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang
dimiliki perusahaan, bagaiman perusahaan didanai, apakah
pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup.
21
Kemudian pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2004:297)
berupa:
“Rasio
keuangan
adalah
angka
yang
diperoleh
dari
hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.
Dengan menganalisis rasio keuangan, seorang analis keuangan akan dapat
menilai manajer keuangan dalam merencanakan dan mengimplementasikan setiap
tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Disamping itu, analisis semacam ini juga dapat dipergunakan
oleh pihak lain seperti bank, untuk memberikan tambahan dan atau kredit baru
dan calon investor untuk memproyeksi prospek perusahaan di masa yang akan
datang.
2.1.7 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Kegunaan rasio dalam praktik bisnis pada kenyataanya bersifat subjektif
tergantung untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis
tersebut diaplikasikan. Meskipun pelaporan keuangan memiliki tujuan sosial yang
luas, tetapi orientasinya terletak pada investor dan kreditor karena dengan
memenuhi kebutuhan mereka maka hampir semua kebutuhan dari para pemakai
eksternal lainnya akan terpenuhi. Menurut Fraser dan Ormiston (2008:21)
ukuran yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu
jenis-jenis rasio keuangan :
1.
Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan kas ketika kebutuhan meningkat atau menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya secara
tepat waktu.
2.
Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur likuiditas aktiva tertentu dan efisiensi dalam
mengelola aktiva dan menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan asset untuk memperoleh pinjaman.
22
3.
Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana pendanaan perusahaan dengan hutang
relative terhadap ekuitas dan kemampuan untuk membayar bunga dan
beban tetap lainnya atau menujukkan kapasitas perusahaan untuk
memenuhi kewajiban baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
4.
Rasio Profitabilitas
Rasio yang mengukur kinerja keseluruhan sebuah perusahaan dan
efisiensinya dalam mengelola aktiva, kewajiban dan ekuitas atau dapat
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik
dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal
sendiri.
Rasio-rasio keuangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan angka yang
diperoleh akan berarti, apabila ada rasio pembanding yang dapat digunakan untuk
menganalisa rasio keuangan tersebut, apakah terlalu tinggi atau terlalu rendah,
apakah baik atau buruk kinerja suatu perusahaan. Jadi, intinya tujuan analisis
laporan keuangan adalah untuk membentuk suatu pendapat mengenai kondisi
suatu perusahaan yang kedudukannya dalam dunia usaha.
2.2
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam mengelola sumber dananya. Kinerja keuangan tidak hanya dapat diukur
dengan menggunakan rasio namun alat ukur lainnya.
2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal sangat penting yang harus dicapai
oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumberdananya.
Kondisi kinerja keuangan dari sebuah perusahaan dapat diketahui dengan
melakukan analisis pada laporan keungan perusahaan. Dengan diketahuinya
kinerja keuangan dapat bermanfaat bagi seorang manajer dalam membuat dan
23
mengambil keputusan keuangan yang lebih tepat untuk meningkatkan kondisi
perusahaan. Dan bagi investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut
memenuhi harapan dalam menghasilkan keuntungan.
Menurut Habib (2008 : 91) kinerja keuangan adalah :
“Suatu hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas
yang dilakukan dalam menggunakan sumber keuangan yang tersedia
dan dapat dilihat dari laporan keuangan dan analisis rasio
keuangan”.
Menurut Siegel dan Ramanauskas-marconi dalam Mulyadi (2004 :
415), mengatakan :
“pengertian dari penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya”.
Sedangkan menurut Stoner, Freeman dan Gilbert Junior (2008 : 8)
menyebutkan tentang penilaian kinerja yaitu :
“Management performance is the measure how efficient and effective a
manager is how well her or she determines and achieves appropiate
objectiveness “
Artinya kinerja manajemen adalah mengukur seberapa efisien dan efektif seorang
manajer dalam menentukan dan mencapai objektifitas yang tepat.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan kinerja keuangan merupakan
hasil pencapaian perusahaan atas aktivitas yang dilakukan dan ukuran efektifitas
serta efisiensi bagi organisasi, terutama bagaimana manajemen dalam mengelola
sumber dana yang ada untuk mencapai tujuan. Dan penilaian kinerja merupakan
efektifitas operasional berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan tersebut.
2.2.2 Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran
kinerja
perusahaan
meliputi
proses
perencanaan,
pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas,
24
manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur, serta stakeholder
lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder digunakan sebagai salah
satu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka
terhadap perusahaan.
Pengukuran kinerja
perusahaan
merupakan
alat pengendali
bagi
perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan untuk melakukan perbaikan dan
pengendalian atas kegiatan operasionalnya untuk dapat bersaing dengan
perusahaan lain dan melalui kinerja perusahaan, manajemen dapat memilih
strategi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Kinerja keuangan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan yang mengukur sampai sejauh mana prestasi, peningkatan, posisi atau
perfoma dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan. Mulyadi
(2001 : 434) menjelaskan tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu :
1.
Ukuran Kinerja Tunggal (Single Criterion)
Ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu macam ukuran untuk
menilai kinerja manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur
kinerjanya, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria
tersebut sebagai akibat diabaikannya kriteria yang lain yang kemungkinan
sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau
bagiannya. Sebagai contoh manajer produksi diukur kinerjanya dari
tercapainya target kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktu
tertentu kemungkinan akan mengabaikan pertimbangan penting lainnya
mengenai mutu, biaya, pemeliharaan equipment dan sumber daya
manusia.
2.
Ukuran Kinerja Beragam (Multiple Criterion)
Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai
kinerja manajer. Kriteria ini merupakan cara untuk mengatasi kelemahan
kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer
dicari ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya
dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan kriteria ini adalah agar
25
manajer yang diukur kinerjanya mengerahkan usahanya kepada berbagai
kinerja. Contohnya manajer divisi suatu perusahaan diukur kinerjanya
dengan berbagai kriteria antara lain profitabilitas, pangsa pasar,
produktifitas, pengembangan karyawan, tanggung jawab masyarakat,
keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.
Karena dalam ukuran kriteria beragam tidak ditentukan bobot tiap-tiap
kinerja untuk menentukan kinerja keseluruhan manajer yang diukur
kinerjanya, maka manajer akan cenderung mengarahkan usahanya,
perhatian, dan sumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang menurut
persepsinya menjanjikan perbaikan yang terbesar kinerjanya secara
keseluruhan. Tanpa ada penentuan bobot resmi tiap aspek kinerja yang
dinilai didalam menilai kinerja menyeluruh manajer, akan mendorong
manajer yang diukur kinerjanya menggunakan pertimbangan dan
persepsinya masing-masing didalam memberikan bobot terhadap beragam
kriteria yang digunakan untuk menilai kinerjanya.
3.
Ukuran Kinerja Gabungan (Composite Criterion)
Ukuran
kinerja
yang
menggunakan
berbagai
macam
ukuran,
memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rataratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer. Karena disadari
bahwa beberapa tujuan lebih penting bagi perusahaan secara keseluruhan
dibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan memberikan
bobot angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan
ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam
kriteria kinerja masing-masing. Contohnya diumpamakan seorang manajer
divisi diukur kinerjanya dari dua unsur yaitu profitabilitas dan pangsa
pasar. Bobot kinerja profitabilitas ditetapkan sebesar 4 dan untuk pangsa
pasar ditetapkan 6. Misalkan ukuran kinerja profitabilitas dan pangsa pasar
menggunakan nilai yang berkisar 0 s/d 10. Manajer divisi A yang
memperoleh nilai 8 untuk profitabilitas dan 6 untuk pangsa pasar, akan
memperoleh ukuran kriteria gabungan sebesar 20
26
2.3
Economic Value Added (EVA)
Pendekatan Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan
oleh G. Bennet Stewart, III, Managing Pertner dari Stren Stewart & Co
dalam bukunya “The Quest For Value” (Harper Business, 1991). Menurut
majalah Economics (2 Agustus 1997) dalam Tunggal (2001) lebih dari 300
perusahaan di dunia telah mengadopsi sistem berbasis Economic Value Added
(EVA) untuk penilaian kinerja keuangannya. Economic Value Added (EVA) adalah
suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika
perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya
modal (cost of capital).
Stern & Stewart melakukan beberapa penyesuaian terhadap laba operasi
setelah pajak yang disusun menurut Standar Akuntansi Keuangan (Utama &
Arfiani, 2005 : 8). Penyesuaian ini dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan
distorsi yang ditimbulkan. Penyesuaian disini adalah dengan menambahkan
cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen ke modal serta menambahkan beban
periodik dari cadangan-cadangan tersebut ke laba operasi setelah pajak.
EVA merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA yang
positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal
karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan melebihi tingkat
biaya modal. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan
menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya.
Adanya EVA menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai
ekonomis yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dengan EVA, maka pemilik
perusahaan akan memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan
membuang fasilitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu
perusahaan dan membantu manajemen dalam hal menentukan tujuan internal
perusahaan untuk implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja.
27
Suatu sistem pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat
membedakan aktivitas yang value added dengan aktivitas yang non value added.
Pembagian ini diperlukan sehingga manajemen perusahaan dapat fokus untuk
mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas yang non. Dengan
memberitahukan secara awal, tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai
bukan laba. Sehingga para manajer lebih terfokus kepada penciptaan nilai
perusahaan bukan laba yang sebesar-besarnya.
2.3.1 Definisi Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).
Tunggal (2008:6) menyimpulkan pengertian Economic Value Added
sebagai berikut:
1.
EVA merupakan tujuan korporat untuk meningkatkan nilai (value)
dari modal (capital) yang investor telah tanamkan dalam operasi
usaha,
2.
EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net
Operating After Tax) dikurangi dengan biaya modal (Cost of Capital),
3.
Apabila perusahaan memiliki nilai EVA positif, maka dapat
dikatakan bahwa manajemen telah menciptakan nilai (Creating
Value).
Sedangkan menurut Gitman (2006 : 513), definisi EVA adalah :
“EVA is a popular measure used by firm to determine whether an
investment contributes positively to the owners wealth”
Artinya, bahwa EVA adalah metode penilaian yang popular digunakan oleh
perusahaan dalam menentukan apakah investasi yang dilakukan memberikan
kontribusi yang positif terhadap pemilik perusahaan.
28
Menurut Horne dan Wachowicz (2005 : 388):
“EVA is measure of businnes perfomance. It is a type of economic
profit, wich is equal a company’s after tax net operating minus a dollar
cost of capital charge”.
Artinya, bahwa EVA adalah ukuran kinerja bisnis. Hal ini adalah jenis
keuntungan ekonomi, dimana sama dengan pendapatan operasional bersih
perusahaan setelah pajak dikurangi ongkos biaya capital.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, EVA merupakan
suatu ukuran untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, menilai apakah investasi
yang dilakukan perusahaan berpengaruh positif kepada investor dengan melihat
apakah keuntungan operasi dapat menutupi biaya modal.
2.3.2 Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Dalam menghitung EVA diperlukan tiga indikator utama yaitu pendapatan
operasi bersih setelah pajak (NOPAT), biaya modal yang diinvestasikan (invested
capital), biaya rata-rata tertimbang (WACC). Pendapatan hasil bersih setelah
pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) pada perusahaan, sedangkan
biaya modal diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan untuk penciptaan
nilai (value) tersebut. Stewart merumuskan EVA sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x INVESTED CAPITAL)
Dimana:
NOPAT
= Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit after Tax)
WACC
= Biaya ekuitas rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost
of Capital)
Invested Capital
= Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas
operasional dan nonoperasional perusahaan.
Berdasarkan perumusan tersebut, maka untuk meningkatkan nilai
Economic Value Added (EVA) dilakukan dengan mengambil langkah-langkah
berikut :
29
1.
Meningkatkan return dari capital yang telah di miliki, jika RONA
meningkat, sementara WACC dan Invested capital konstan maka EVA
meningkat.
2.
Pengurangan cost of capital (WACC), dengan cara mengoptimalkan
penggunaan hutang dan penggunaan modal saham (equity).
3.
Mencari dan mempertahankan pertumbuhan yang menguntungkan, jika
investasi yang dilakukan menghasilkan return yang lebih besar
dibandingkan WACC.
4.
Melepas bisnis yang memusnahkan nilai.
5.
Memperpanjang periode competitive advantage, yang menghasilkan nilai
RONA lebih besar dari WACC.
2.3.2.1 Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan metode Economic
Value Added (EVA). Dilandaskan konsep bahwa dalam pengukuran laba
diperlukan prinsip keadilan untuk mempertimbangkan harapan setiap penyedia
dana, yang dinyatakan denga ukuran Weight Average Cost Of Capital (WACC)
dari struktur modal yang ada (Riyanto : 2001). Perhitungan EVA melibatkan Net
Operating Profit After Tax (NOPAT), keuntungan bersih perusahaan setelah pajak
yang menggambarkan hasil penciptaan nilai dalam perusahaan dan biaya modal
yang dianggap sebagai kompensasi atas penciptaan nilai. Demikian dengan biaya
bunga yang timbul akibat kebijakan keuangan perusahaan harus ditambahkan
dalam laba perusahaan, selain pajak yang ditanggguhkan.
Menurut Young dan O’byrne (2001 : 39), NOPAT adalah :
“Laba operasi perusahaan setelah dan mengukur laba diperoleh
perusahan dari operasi berjalan”.
Dengan demikian NOPAT adalah jumlah laba yang tersedia untuk
memberikan return tunai kepada semua penyumbang dana untuk modal
perusahaan. NOPAT dapat dirumuskan sebagai berikut :
NOPAT = EBIT (1 - Tax)
30
2.3.2.2 Invested Capital
Invested capital adalah hasil reoganisasi neraca untuk melihat besarnya
capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan nonoperasional
perusahaan. Menurut Riyanto ( 2001 : 15 ), invested capital dapat dihitung
dengan rumus :
Invested capital = Jumlah utang dan ekuitas – Utang jangka pendek
2.3.2.3 Biaya Modal (Cost Of Capital)
Biaya modal adalah konsep yang sangat penting dalam keuangan
perusahaan karena konsep ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya biaya
secara riil yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh sumber
dana. Biaya modal suatu perusahaan merupakan tingkat keuntungan yang dicapai
agar dapat memuaskan keinginan para investor.
Biaya modal sangat penting karena penghubung antara keputusankeputusan finansial manajer perusahaan dan nilai perusahaan, serta merupakan
alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan apakah perbandingan antara
equity dan debt sudah optimal atau belum.
Hutang atau debt adalah pinjaman yang diperoleh perusahaan dari pihak
ketiga baik berupa barang maupun untuk kemudian dibayar pada waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Perhitungan biaya cost of debt menurut Keown dkk
(2005 : 418) adalah pinjaman atau biaya bunga setelah dikurangi pajak.
Rumusnya sebagai berikut :
Kd = Kb(1-Tax)
Dimana :
Kd = Cost Of Debt
Kb = Biaya Bunga (Interest Expense)
Tax = Pajak
Dan nilai untuk biaya bunga (kb), yaitu : (Brigham, 2001 : 408)
=
%
31
Ekuitas bagi perusahaan seperti yang dicatat dalam neraca terdiri dari dua
sumber yaitu modal dari pemegang saham (stakeholder equity) dan laba ditahan
(retained earning). Dan cost of equity itu sendiri adalah tingkat pengembalian
yang diperlukan pemegang saham atas saham biasa perusahaan. Nilai cost equity
didapat dari : (Handoko, 2008)
=
Dimana :
Ke
= Cost Of Equity
PER
= Price Earning Ratio
%
Dan nilai PER dihitung : Fisher dan Jordan dalam (Jogiyanto,2002)
=
2.3.2.4 Weight Average Cost Of Capital (WACC)
Weight Average Cost Of Capital (WACC) adalah metode biaya rata-rata
tertimbang dari struktur permodal perusahaan. Dari laporan neraca dapat diketahui
financial leverage yaitu sumber dan permodalan perusahaan yang diperoleh dari
dua macam sumber yaitu hutang (debt) dan modal (equity). Nilai WACC dapat
diperoleh dengan rumus : (Pradhono dan Christiawan, 2004).
WACC = (Wd x Kd) + (We x Ke)
Dimana :
Wd = Bobot utang jangka panjang dalam struktur modal
Kd = Biaya hutang setelah pajak
We = Bobot ekuitas dalam struktur modal
Ke = Biaya modal ekuitas
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
2.3.3.1 Kelebihan Economic Value Added (EVA)
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatan atau aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA
memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA
32
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Salah satu
kelebihan EVA sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah dapat dgunakan
sebagai penciptaan nilai (value creation).
Adapun kelebihan EVA menurut David & O’Byrne (2001), yaitu :
1.
EVA mengukur seluruh biaya modal.
2.
Salah satu kebaikan EVA adalah targetnya dapat dialihkan kepada divisi
dan departemen.
3.
EVA menghubungkan dengan bonus manajemen menambah perasaan
terdesak yang dibutuhkan manajer untuk menngimplementasikan proyek
secepat mungkin sehingga perusahaan dapat merealisasikan nilai seperti
yang dijanjikan proyek-proyek tersebut.
4.
Keunggulan dari pendekatan ini yaitu mesin pelaporan keuangan yang
dibutuhkan sudah tepat pada tempatnya.
5.
EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan
struktur modal.
Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Kelebihan EVA
menurut Govindarajan, penerjemah Kurniawan,
(2002). Sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi :
1.
Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk
perbandingan investasi yang sama.
2.
Dengan meningkatnya EVA maka investasi akan menghasilkan laba diatas
biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk
berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
3.
Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis
asset yang berbeda pula.
4.
EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan
nilai pasar perusahaan.
33
2.3.3.2 Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Disamping kelebihan yang dimiliki, EVA juga ternyata mempunyai
kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Abdullah (2003:143):
1.
Secara konseptual, EVA memang lebih unggul dari pada pengukur
tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan
dengan mudah.
2.
EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk
mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis
tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan.
3.
EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu.
4.
Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat
dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal).
2.3.4 Beberapa Distorsi dalam Laporan Keuangan terhadap Economic
Value Added (EVA)
Laporan keuangan disusun mengikuti kaidah-kaidah standar akuntansi
dalam penyusunan laporan, sedangkan penilaian kondisi keuangan perusahaan
adalah dengan mengevaluasi data akuntansi laporan keuangan. Maka hasil
evaluasi tersebut akan memuat beberapa masalah yang krusial sebagai berikut:
1.
Mengenai Laba
Laba dapat dalam bentuk laba ekonomis dan laba bisnis, sedangkan EVA
dalam penilaiannya menggunakan laba ekonomis, hal ini adalah perbedaan
yang
cukup
penting,
baik
dalam
pengertian
maupun
dalam
perhitungannya. Menurut Wiratomo dapat disimpulkan bahwa laba
ekonomi adalah total pendapatan (TR) dikurangi dengan total pengeluaran
(TC) baik yang eksplisit maupun implisit. Sedangkan laba bisnis adalah
total pendapatan (TR) dikurangi dengan total pengeluaran (TC) yang
eksplisit saja. Pengeluaran eksplisit adalah pengeluaran tunai yang benarbenar terjadi (out of pocket expenditures) saat perusahaan melakukan
pembelian sumber bukan tunai yang dapat berupa pengorbanan waktu,
kerja atau usaha.
34
2.
Biaya Penelitian dan Pengembangan
Didalam pencatatan laporan keuangan biaya penelitian dan pengembangan
dibebankan pada periode tersebut, yang seolah-olah kontribusi dari
penelitian dan pengembangan habis seluruhnya dalam periode terjadinya
penelitian dan pengembangan tersebut, padahal kenyataannya tidak
demikian, penelitian dan pengembangan akan meningkatkan nilai
perusahaan dan kontribusinya selama hasil penelitian dan pengembangan
masih digunakan.
3.
Penangguhan Pajak
Penangguhan pajak dalam catatan akuntansi merupakan pajak yang
sebenarnya dibayar, hal ini menurut konsep EVA harus diperbaiki karena
pajak yang ditangguhkan berupa cash flow dan belum dibayarkan pada
saat itu. Dengan menambahkan kembali peningkatan pajak tertunda ke
pendapatan, NOPAT hanya dikurangi pajak yang sebenarnya dibayar
tanpa
memperhitungkan
penangguhan
pajak
akuntansi,
cara
ini
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pendapatan yang diperoleh
perusahaan.
4.
Penggunaan Metode Persediaan
Untuk menghemat beban pajak perusahaan biasanya menggunakan metode
LIFO ketika harga naik, hal ini yang mengakibatkan mengakumulasinya
biaya dari periode sebelumnya, dan menjadikan harga persediaan
kadaluarsa, harga persediaan bisa dibawah nilai sebenarnya, kemudian
ketika memberi nilai metode FIFO yang digunakan agar barang sesuai
dengan harga baru, penyesuaian metode LIFO ke FIFO dalam EVA
disebut
LIFO
reserve.
Penambahan
LIFO
reserve
pada
modal
mengkonversikan penilaian LIFO ke FIFO dengan pendekatan nilai
sekarang, penambahan LIFO ke NOPAT menjadikan laba perusahaan
lebih mendekati nilai sebenarnya.
5.
Akuntansi Amortisasi Goodwill
Goodwill merupakan asset tak berwujud, bagi perusahaan goodwill akan
diamortisasikan terhadap laba akuntansi selama periode tertentu, hal ini
35
jelas mengurangi besarnya laba akuntansi yang dilaporkan sehingga
mempengaruhi penilaian. Goodwill tersebut merupakan beban (expense)
yang bersifat bukan tunai (non-cash) dan tidaak dapat mengganggu pajak
(non-tax deducitable) sehingga dia harus ditambahkan kembali kedalam
laba yang dilaporkan.
6.
Succesful Effort to Full Cost
Perusahaan-perusahaan penghasil sumber alam yang akan menganut
akuntansi succesfull-effort menyatakan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi dari pada yang sebenarnya. Seharusnya tingkat pengembalian
dinyatakan kembali dengan akuntansi full-cost. Namun, bukan hanya
perusahaan yang melakukan investasi yang beresiko dan kemudian
melakukan write-off harus menerapkan akuntansi full-cost. Dalam buku
Wiratomo mengenai teori laba, laba yang akan diperoleh cukup besar
karena mengandung resiko cukup besar pula (risk bearing theory of
profit). Para investor menggunakan laba yang diharapkan dari aktivitas
perusahaan, oleh karena itu NOPAT harus dinormalisasikan agar tidak
dimasukan keuntungan dari kerugian yang tidak rutin. Agar konsisten,
kumulatif kerugian tersebut dikurangi pajak dan ditambahkan ke modal.
Jika hanya modal yang sukses saja yang diperhitungkan maka tingkat
pengembalian yang dihasilkan oleh bisnis yang beresiko akan dicatat lebih
tinggi dari pada sebenarnya.
7.
Keuntungan/ Penghasilan yang Ditangguhkan
Keuntungan yang ditangguhkan mengaburkan waktu yang sebenarnya dari
penerimaan tunai yang akan diperoleh perusahaan. Keuntungan yang
ditangguhkan
harus
dihitung
sebagai
equity
equivalents
sebagai
penambahan pada capital, dengan demikian seluruh keuntungan yang
diperoleh perusahaan pada periode berjalan akan terlihat jumlah
sebenarnya.
8.
Other Equity Equivalents
Cadangan berjaga-jaga mengaburkan timing sebenarnya dari penerimaan
tunai dan pengeluaran tunai. Cadangan untuk kredit macet, persediaan
36
yang kadaluarsa, jaminan harus dihitung sebagai equity equivalents, jika
merupakan kejadian rutin dalam bisnis. Dengan demikian hal-hal tersebut,
distorsi akuntansi dapat dikurangi sehingga NOPAT dihitung berdasarkan
aliran tunai yang sebenarnya.
2.4
Market Value Added (MVA)
Setiap perusahaan baik perusahaan tersebut bergerak dalam bidang
produksi maupun jasa maka sasaran utama atau tujuan dari setiap perusahaan
tersebut adalah memaksimalkan kekayaan atau keuntungan pemegang saham.
Maka para analis keuangan memaksimalkan kekayaan tersebut dengan melihat
ukuran kinerja dengan menggunakan pendekatan MVA (Market Value Added)
dan EVA (Economic Value Added). Kemakmuran pemegang saham dapat di
maksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas
dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para
pemegang saham (pemilik perusahaan). perbedaan ini disebut sebagai Market
Value Added (MVA). (Husnan dan Pudjiastuti: 2004: 65).
2.4.1 Definisi Market Value Added (MVA)
Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh
kinerja
manjerial
sejak
perusahaan
berdiri
hingga
sekarang.
MVA
memaksimalkan selisih antara market value of equity dan jumlah yang ditanamkan
investor kedalam perusahaan. Definisis EVA menurut Brigham (2005:50)
berupa:
“MVA dapat didefinisikan sebagai total modal yang diberikan,
termasuk hutang dan ekuitas“.
Menurut Rahayu, (2007: 13):
“Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai
modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari
investasi modal, pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil
sekarang atau sama dengan selisih antara nilai buku dengan nilai
pasar perusahaan”.
37
Sedangkan menurut Tunggal (2008:12) menyatakan:
“MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang diciptakan
atau dihilangkan perusahaan. MVA juga menunjukan berapa besar
kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan perusahaan bagi
pemegang saham, apabila perusahaan menjual sahamnya pada saat
itu”.
Menurut Brigham (2005 : 50), MVA dapat didefinisikan sebagai total
modal yang diberikan, termasuk hutang dan ekuitas. Tetapi definisi ini lebih
berfokus pada modal ekuitas yang lebih mudah
digunakan dan umumnya
konsisten dengan definisi yang lebih luas.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan MVA adalah
perbedaan antara nilai perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal
keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Dan MVA menyatakan
berapa besar kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan oleh perusahaan.
2.4.2 Perhitungan Market Value Added (MVA)
Untuk menghitung MVA, pertama menjumlahkan semua modal yang
ditanamkan dalam perusahaan, yaitu yang diinvestasikan oleh pemegang saham,
pinjaman bank dan pinjaman dari penjualan obligasi, serta laba ditahan.
Kemudian dianalisis bagaimana pasar mengevaluasi perusahaan dengan cara
memeriksa nilai pasar yang beredar dan menambahkan hutang-hutang perusahaan.
Jika nilai perusahaan lebih besar daripada modal maka perusahaan memiliki nilai
MVA positif, artinya para manajer telah melakukan tugas utama mereka yaitu
menciptakan kekayaan, jika MVA negatif berarti manajer memusnahkan nilai.
Untuk menghitung MVA digunakan rumus : (Brigham, 2006: 68)
MVA = Market Value of Equity – Total Ekuitas Saham
Market value of equity atau nilai pasar ekuitas adalah pendekatan dari nilai
pasar, total hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Karena harga pasar
ekuitas ini tidak tersedia secara lengkap dalam laporan keuangan perusahaan,
maka dapat dihitung dengan:
Market Value of Equity = saham yang beredar x harga saham
38
Jumlah saham yang dimaksud adalah jumlah saham yang disetor dan
ditempatkan (outstanding share) dan harga perlembar saham adalah harga
penutupan (closing price) dibursa. Namun untuk mendapatkan nilai MVA yang
akurat maka masing-masing komponennya disesuaikan terlebih dahulu, berikut
komponen-komponen yang berkaitan didalamnya. Market Value merupakan
pendekatan fair market value akan seluruh kapitalisasi debt dan equity
perusahaan.
Menurut Yook (2001) dalam Suratman (2006) MVA dihitung melalui
komponen-komponen berikut:
1.
Actual market value dari common equity (harga saham penutupan x jumlah
saham yang beredar untuk kuartal terakhir yang terdekat dengan tanggal
saham penutupan).
2.
Ditambah book value (sesuai dengan tanggal laporan fiskal yang terdekat
dengan hasil penutupan saham) dari preffered stock, minority interest, long
term non interest bearing liabilities (kecuali deffered income tax reserve),
all-interest bearing liabilities and capitalized lease, the present value of
non capitalized lease.
3.
Dikurangi dengan book value dari marketable securities dan construction
in progress (item ini dihapuskan dalam capital maka tidak akan memiliki
efek terhadap MVA).
Sedangkan komponen lain adalah invested capital. Invested capital
merupakan perkiraan economic book value dari seluruh cash capital yang
diinvstasikan dalam aktivitas bisnis yang bersifat going concern. Capital secara
essential merupakan net assets perusahaan hanya saja membutuhkan tiga
penyesuaian, yaitu:
1.
Marketable securities dan construction in progress dihapuskan.
2.
Penambahan preffered stock dan minority interest.
3.
Present value dan non capitalized leases ditambahkan pada net property
plant dan equipment, sejumlah equity equivalent reserve ditambahkan
pada assets.
39
Adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut untuk menghilangkan distorsi
yang diakibatkan oleh sistem pencatatan akuntansi konvensional sehingga
menghasilkan perhitungan yang lebih akurat.
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Market Value Added (MVA)
2.4.3.1 Kelebihan Market Value Added (MVA)
MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (ekuitas atau hutang)
dan modal keseluruahan yang diinvestasikan perusahaan Young & O’Byrne
(2001 : 26). Adapun kelebihan MVA menurut Baridwan dan Legowo (2002:
139), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak
membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak menajemen dan penyedia dana
akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahannya
adalah MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public
saja.
Selanjutnya menurut Napitupuluh (2008:31) kelebihan MVA yaitu :
1.
Penerapan MVA dalam perusahaan dapat menggambarkan prospek yang
menguntungkan atas investasi yang dilakukan saat ini dimasa yang akan
datang.
2.
Nilai MVA dapat menjadi metode perhitungan dalam menganalisa
kekayaan dimasa yang akan mendatang.
2.4.3.2 Kekurangan Market Value Added (MVA)
Selain kelebihan MVA juga memiliki kelemahan. Menurut Napitupuluh
(2008:31) kelemahan MVA yaitu :
1.
Metode MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan
dalam Perusahaan.
2.
Metode MVA hanya dapat diamati pada tingkat atas sehingga tidak dapat
diterapkan pada divisi operasi.
3.
MVA mengabaikan distribusi kekayaan kepada shareholder dan juga
mengabaikan konstribusi mereka.
40
2.5
Perbedaan Economic Value Added (EVA) antara Market Value Added
(MVA)
Menurut Sartono (2001 : 105), ada hubungan antara EVA dan MVA
namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu perusahaan memiliki EVA yang
negatif, maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif atau sebaliknya jika EVA
positif maka MVA perusahaan belum tentu positif. Harga saham sebagai salah
satu komponen MVA akan lebih banyak ditentukan oleh kinerja masa depan
bukan kinerja masa lalu. Sehingga perusahaan dengan EVA negatif dapat
memiliki EVA positif jika investor, memiliki harapan akan perubahan yang lebih
baik pada perusahaan dimasa depan.
Dalam penelitian yang dilakukan Setiawan (dalam Nasser 2003:30) EVA
secara umum lebih bermanfaat dibandingkan MVA untuk mengevaluasi untuk
kinerja manajerial sebagai bagian dari incentif compensation program dengan
alasan :
1.
EVA menunjukkan nilai tambah atau value added yang terjadi pada tahun
tertentu. Sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan selama
hidupnya.
2.
EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar
secara individual, MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara
keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.
Download