BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan. Laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari neraca perusahaan akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya. Sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan memberikan hasil perkembangan usaha suatu perusahaan. 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangann terhadap pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut S. Sudjaja dan Barlian (2004 : 76) mengemukakan bahwa : “Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi, analisis data keuangan atau aktivitas perusahaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas perubahan tersebut”. Kemudian pengertian laporan keuangan Myers yang dikutip oleh Munawir (2004:5), menyatakan bahwa: “Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan).” 15 16 Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan berbagai informasi mengenai aktivitas perusahaan, keadaan keuangan perusahaan, dan posisi sumber dana yang dimiliki perusahaan pada suatu periode tertentu, yang dapat bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Bagi para penulis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan ekonomi suatu perusahaan. Karena seorang analis tidak mampu melakukan pengamatan secara langsung ke suatu perusahaan, jadi laporan keuangan menjadi bahan sarana informasi bagi analisis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan diharapkan memberikan informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan yang bersifat keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Tujuan laporan keuangan diungkapkan dalam “penyajian laporan keuangan”, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang dikutip oleh (Harianto, 2001 : 45) sebagai berikut : “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Agar pembuat keputusan tidak menderita kerugian atau paling tidak mampu menghindari kerugian yang lebih besar, semua keputusan harus didasarkan pada informasi yang lengkap, nyata, valid dan penting. Informasi yang mempunyai karakteristik seperti itu salah satunya adalah laporan keuangan. Dan laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber dana yang dipercayakan kepadanya. 17 2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan harus disajikan secara periodik untuk pihak –pihak yang berkepentingan, menurut Harianto (2001 : 93), kelompok pengguna dan pemanfaat laporan keuangan adalah : 1. Pemegang Saham Pemegang saham sebuah perusahaan akan sangat berkepentingan untuk memenfaatkan informasi berupa laporan keuangan. Sebagai pemilik perusahaan mereka akan menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. 2. Investor Investor menggunakan laporan keuangan untuk menilai laba yang dihasilkan perusahaan, karena berhubungan erat dengan harga pasar surat berharga (securities). Selain itu, menggunakan laporan neraca untuk menilai kesehatan perusahaan yang mengeluarkan surat berharga tersebut. 3. Analisis Sekuritas Bagi para analis sekuritas dan para manajer investasi suatu perusahaan investasi, laporan keuangan digunakan untuk melakukan analisis teknik dan analisis fundamental. Prioritasnya adalah untuk mendeteksi ketidaktepatan harga surat berharga. 4. Manajer Laporan keuangan untuk manajer merupakan bentuk pertanggung jawaban kepeda pemegang saham. Selain itu, laporan keuangan digunakan sebagai landasan untuk menuntut hak manajemen dan menjabarkan kewajiban yang telah dilakukan oleh manajemen kepada pemegang saham. 5. Karyawan Karyawan menggunakan laporan keuangan untuk melihat rencana pensiun dimasa yang akan datang. 6. Pemasok dan kreditur Laporan keuangan digunakan untuk memberikan informasi tentang likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas yang sangat berperan dalam kredit perbankan. 18 7. Pelanggan Laporan keuangan merupakan media informasi bagi pelanggan yang mampu memberikan informasi tentang jaminan kelangsungan perusahaan dan kualitas produk yang dibelinya. 8. Pemerintah Laporan keuangan digunakan pemerintah, yaitu instansi pajak untuk menentukan tingkat pajak perusahaan. 9. Pengguna lain Pengguna lain seperti perguruan tinggi, lembaga internasional dan lainlain. 2.1.4 Manfaat Laporan Keuangan Manfaat laporan keuangan terletak pada interpretasi dari masing-masing pemakai. Manfaat intern dari hasil interpretasi laporan keuangan dapat berupa laporan tingkat kinerja keuangan perusahaan, kondisi keuangan perusahaan dibandingkan dengan pesaing, efektifitas manajemen dalam pengoperasian perusahaan tersebut. Sedangkan manfaat ekstern dari interpretasi laporan keuangan perusahaan bagi investor dapat membantu pengambilan keputusan untuk menanamkan dana atau menarik modal pada perusahaan, bagi kreditur yaitu untuk mengambil keputusan dalam hal pemberian pinjaman kepada perusahaan. Secara luas manfaat pokok dari laporan keuangan adalah memberikan informasi-informasi mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan. Tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat diketahui dengan menganalisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan yang dimiliki pihak perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mempergunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Interpretasi menurut Riyanto (2001 : 327) adalah : “Interpretasi atau analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat 19 mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan”. Menurut Prastowo dan Julianty (2002 : 3), menyatakan bahwa : “interpretasi atau analisis laporan finansial suatu perusahaan sangat penting artinya bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka masing-masing adalah berbeda”. Jadi, melalui laporan keuangan dapat dinilai kemampuan perusahaan, kewajiban-kewajiban jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi daripada aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil atau pendapatan yang telah tercapai dan dari saham perusahaan yang bersangkutan. 2.1.5 Analisa Laporan Keuangan Analisa laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari hubungan-hubungan untuk menentukan posisi-posisi keuangan dan hasil operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Menurut Astuti (2004 : 29) bahwa : “analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi” Dari definisi diatas, dijelaskan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan di masa sekarang dan masa yang lalu, dengan tujuan utama untuk membantu mengestimasi yang paling mungkin terjadi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan di masa yang akan mendatang. Menurut Jumingan (2005 : 44) analisis laporan keuangan dapat disajikan dalam dua bentuk, yaitu : 1. Analisis internal, yaitu analisis yang dilakukan oleh pihak-pihak didalam perusahaan seperti pemilik perusahaan atas perintah manajer atau 20 pimpinan perusahaan. Data-data yang diperlukan harus cukup tersedia sehingga analisis dapat dilakukan secara menyeluruh. 2. Analisis eksternal, yaitu analisis yang dilakukan oleh pihak-pihak diluar perusahaan seperti investor dan calon investor, kreditur dan calon kreditur, serta pemerintah dan masyarakat umum. Dalam melakukan analisis ini, data yang tersedia hanya laporan keuangan yang dipublikasikan saja. Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa akan datang. Bagi investor analisis laporan keuangan dapat dijadikan estimasi di masa yang akan datang, yang menjadi perhatian investor adalah tingkat profitabilitas perusahaan yang dapat menjamin tingkat keuntungan yang diperoleh. Sedangkan bagi manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan sebagai titik tolak tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi perusahaan di masa akan mendatang. 2.1.6 Analisis Rasio Keuangan Salah satu analisis keuangan adalah analisis rasio keuangan. Analisis ini digunakan dalam melihat kekuatan dan kelemahan di bidang finansial yang akan membantu dalam menilai manajemen masa lalu dan masa datang. Rasio keuangan menurut Keown (2004 : 7) adalah : “Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi kedalam bentuk perbandingan dalam rangka mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan”. Masih menurut Keown dkk (2005:108) bahwa: “Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan: bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaiman perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup. 21 Kemudian pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2004:297) berupa: “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Dengan menganalisis rasio keuangan, seorang analis keuangan akan dapat menilai manajer keuangan dalam merencanakan dan mengimplementasikan setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Disamping itu, analisis semacam ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti bank, untuk memberikan tambahan dan atau kredit baru dan calon investor untuk memproyeksi prospek perusahaan di masa yang akan datang. 2.1.7 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Kegunaan rasio dalam praktik bisnis pada kenyataanya bersifat subjektif tergantung untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan. Meskipun pelaporan keuangan memiliki tujuan sosial yang luas, tetapi orientasinya terletak pada investor dan kreditor karena dengan memenuhi kebutuhan mereka maka hampir semua kebutuhan dari para pemakai eksternal lainnya akan terpenuhi. Menurut Fraser dan Ormiston (2008:21) ukuran yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu jenis-jenis rasio keuangan : 1. Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kas ketika kebutuhan meningkat atau menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya secara tepat waktu. 2. Rasio Aktivitas Rasio yang mengukur likuiditas aktiva tertentu dan efisiensi dalam mengelola aktiva dan menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh pinjaman. 22 3. Rasio Solvabilitas Rasio yang mengukur sejauh mana pendanaan perusahaan dengan hutang relative terhadap ekuitas dan kemampuan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya atau menujukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Rasio Profitabilitas Rasio yang mengukur kinerja keseluruhan sebuah perusahaan dan efisiensinya dalam mengelola aktiva, kewajiban dan ekuitas atau dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri. Rasio-rasio keuangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan angka yang diperoleh akan berarti, apabila ada rasio pembanding yang dapat digunakan untuk menganalisa rasio keuangan tersebut, apakah terlalu tinggi atau terlalu rendah, apakah baik atau buruk kinerja suatu perusahaan. Jadi, intinya tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk membentuk suatu pendapat mengenai kondisi suatu perusahaan yang kedudukannya dalam dunia usaha. 2.2 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dananya. Kinerja keuangan tidak hanya dapat diukur dengan menggunakan rasio namun alat ukur lainnya. 2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal sangat penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumberdananya. Kondisi kinerja keuangan dari sebuah perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis pada laporan keungan perusahaan. Dengan diketahuinya kinerja keuangan dapat bermanfaat bagi seorang manajer dalam membuat dan 23 mengambil keputusan keuangan yang lebih tepat untuk meningkatkan kondisi perusahaan. Dan bagi investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut memenuhi harapan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Habib (2008 : 91) kinerja keuangan adalah : “Suatu hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam menggunakan sumber keuangan yang tersedia dan dapat dilihat dari laporan keuangan dan analisis rasio keuangan”. Menurut Siegel dan Ramanauskas-marconi dalam Mulyadi (2004 : 415), mengatakan : “pengertian dari penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan menurut Stoner, Freeman dan Gilbert Junior (2008 : 8) menyebutkan tentang penilaian kinerja yaitu : “Management performance is the measure how efficient and effective a manager is how well her or she determines and achieves appropiate objectiveness “ Artinya kinerja manajemen adalah mengukur seberapa efisien dan efektif seorang manajer dalam menentukan dan mencapai objektifitas yang tepat. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan kinerja keuangan merupakan hasil pencapaian perusahaan atas aktivitas yang dilakukan dan ukuran efektifitas serta efisiensi bagi organisasi, terutama bagaimana manajemen dalam mengelola sumber dana yang ada untuk mencapai tujuan. Dan penilaian kinerja merupakan efektifitas operasional berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan tersebut. 2.2.2 Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, 24 manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur, serta stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan merupakan alat pengendali bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain dan melalui kinerja perusahaan, manajemen dapat memilih strategi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Kinerja keuangan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang mengukur sampai sejauh mana prestasi, peningkatan, posisi atau perfoma dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan. Mulyadi (2001 : 434) menjelaskan tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu : 1. Ukuran Kinerja Tunggal (Single Criterion) Ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerjanya, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut sebagai akibat diabaikannya kriteria yang lain yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau bagiannya. Sebagai contoh manajer produksi diukur kinerjanya dari tercapainya target kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan akan mengabaikan pertimbangan penting lainnya mengenai mutu, biaya, pemeliharaan equipment dan sumber daya manusia. 2. Ukuran Kinerja Beragam (Multiple Criterion) Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kriteria ini merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan kriteria ini adalah agar 25 manajer yang diukur kinerjanya mengerahkan usahanya kepada berbagai kinerja. Contohnya manajer divisi suatu perusahaan diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria antara lain profitabilitas, pangsa pasar, produktifitas, pengembangan karyawan, tanggung jawab masyarakat, keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang. Karena dalam ukuran kriteria beragam tidak ditentukan bobot tiap-tiap kinerja untuk menentukan kinerja keseluruhan manajer yang diukur kinerjanya, maka manajer akan cenderung mengarahkan usahanya, perhatian, dan sumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang menurut persepsinya menjanjikan perbaikan yang terbesar kinerjanya secara keseluruhan. Tanpa ada penentuan bobot resmi tiap aspek kinerja yang dinilai didalam menilai kinerja menyeluruh manajer, akan mendorong manajer yang diukur kinerjanya menggunakan pertimbangan dan persepsinya masing-masing didalam memberikan bobot terhadap beragam kriteria yang digunakan untuk menilai kinerjanya. 3. Ukuran Kinerja Gabungan (Composite Criterion) Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rataratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer. Karena disadari bahwa beberapa tujuan lebih penting bagi perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan memberikan bobot angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing. Contohnya diumpamakan seorang manajer divisi diukur kinerjanya dari dua unsur yaitu profitabilitas dan pangsa pasar. Bobot kinerja profitabilitas ditetapkan sebesar 4 dan untuk pangsa pasar ditetapkan 6. Misalkan ukuran kinerja profitabilitas dan pangsa pasar menggunakan nilai yang berkisar 0 s/d 10. Manajer divisi A yang memperoleh nilai 8 untuk profitabilitas dan 6 untuk pangsa pasar, akan memperoleh ukuran kriteria gabungan sebesar 20 26 2.3 Economic Value Added (EVA) Pendekatan Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G. Bennet Stewart, III, Managing Pertner dari Stren Stewart & Co dalam bukunya “The Quest For Value” (Harper Business, 1991). Menurut majalah Economics (2 Agustus 1997) dalam Tunggal (2001) lebih dari 300 perusahaan di dunia telah mengadopsi sistem berbasis Economic Value Added (EVA) untuk penilaian kinerja keuangannya. Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Stern & Stewart melakukan beberapa penyesuaian terhadap laba operasi setelah pajak yang disusun menurut Standar Akuntansi Keuangan (Utama & Arfiani, 2005 : 8). Penyesuaian ini dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan distorsi yang ditimbulkan. Penyesuaian disini adalah dengan menambahkan cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen ke modal serta menambahkan beban periodik dari cadangan-cadangan tersebut ke laba operasi setelah pajak. EVA merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan melebihi tingkat biaya modal. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya. Adanya EVA menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai ekonomis yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dengan EVA, maka pemilik perusahaan akan memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan membuang fasilitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan dan membantu manajemen dalam hal menentukan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja. 27 Suatu sistem pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan aktivitas yang value added dengan aktivitas yang non value added. Pembagian ini diperlukan sehingga manajemen perusahaan dapat fokus untuk mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas yang non. Dengan memberitahukan secara awal, tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai bukan laba. Sehingga para manajer lebih terfokus kepada penciptaan nilai perusahaan bukan laba yang sebesar-besarnya. 2.3.1 Definisi Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Tunggal (2008:6) menyimpulkan pengertian Economic Value Added sebagai berikut: 1. EVA merupakan tujuan korporat untuk meningkatkan nilai (value) dari modal (capital) yang investor telah tanamkan dalam operasi usaha, 2. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating After Tax) dikurangi dengan biaya modal (Cost of Capital), 3. Apabila perusahaan memiliki nilai EVA positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen telah menciptakan nilai (Creating Value). Sedangkan menurut Gitman (2006 : 513), definisi EVA adalah : “EVA is a popular measure used by firm to determine whether an investment contributes positively to the owners wealth” Artinya, bahwa EVA adalah metode penilaian yang popular digunakan oleh perusahaan dalam menentukan apakah investasi yang dilakukan memberikan kontribusi yang positif terhadap pemilik perusahaan. 28 Menurut Horne dan Wachowicz (2005 : 388): “EVA is measure of businnes perfomance. It is a type of economic profit, wich is equal a company’s after tax net operating minus a dollar cost of capital charge”. Artinya, bahwa EVA adalah ukuran kinerja bisnis. Hal ini adalah jenis keuntungan ekonomi, dimana sama dengan pendapatan operasional bersih perusahaan setelah pajak dikurangi ongkos biaya capital. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, EVA merupakan suatu ukuran untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, menilai apakah investasi yang dilakukan perusahaan berpengaruh positif kepada investor dengan melihat apakah keuntungan operasi dapat menutupi biaya modal. 2.3.2 Perhitungan Economic Value Added (EVA) Dalam menghitung EVA diperlukan tiga indikator utama yaitu pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT), biaya modal yang diinvestasikan (invested capital), biaya rata-rata tertimbang (WACC). Pendapatan hasil bersih setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) pada perusahaan, sedangkan biaya modal diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan untuk penciptaan nilai (value) tersebut. Stewart merumuskan EVA sebagai berikut: EVA = NOPAT – (WACC x INVESTED CAPITAL) Dimana: NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit after Tax) WACC = Biaya ekuitas rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) Invested Capital = Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan nonoperasional perusahaan. Berdasarkan perumusan tersebut, maka untuk meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) dilakukan dengan mengambil langkah-langkah berikut : 29 1. Meningkatkan return dari capital yang telah di miliki, jika RONA meningkat, sementara WACC dan Invested capital konstan maka EVA meningkat. 2. Pengurangan cost of capital (WACC), dengan cara mengoptimalkan penggunaan hutang dan penggunaan modal saham (equity). 3. Mencari dan mempertahankan pertumbuhan yang menguntungkan, jika investasi yang dilakukan menghasilkan return yang lebih besar dibandingkan WACC. 4. Melepas bisnis yang memusnahkan nilai. 5. Memperpanjang periode competitive advantage, yang menghasilkan nilai RONA lebih besar dari WACC. 2.3.2.1 Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Dilandaskan konsep bahwa dalam pengukuran laba diperlukan prinsip keadilan untuk mempertimbangkan harapan setiap penyedia dana, yang dinyatakan denga ukuran Weight Average Cost Of Capital (WACC) dari struktur modal yang ada (Riyanto : 2001). Perhitungan EVA melibatkan Net Operating Profit After Tax (NOPAT), keuntungan bersih perusahaan setelah pajak yang menggambarkan hasil penciptaan nilai dalam perusahaan dan biaya modal yang dianggap sebagai kompensasi atas penciptaan nilai. Demikian dengan biaya bunga yang timbul akibat kebijakan keuangan perusahaan harus ditambahkan dalam laba perusahaan, selain pajak yang ditanggguhkan. Menurut Young dan O’byrne (2001 : 39), NOPAT adalah : “Laba operasi perusahaan setelah dan mengukur laba diperoleh perusahan dari operasi berjalan”. Dengan demikian NOPAT adalah jumlah laba yang tersedia untuk memberikan return tunai kepada semua penyumbang dana untuk modal perusahaan. NOPAT dapat dirumuskan sebagai berikut : NOPAT = EBIT (1 - Tax) 30 2.3.2.2 Invested Capital Invested capital adalah hasil reoganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan nonoperasional perusahaan. Menurut Riyanto ( 2001 : 15 ), invested capital dapat dihitung dengan rumus : Invested capital = Jumlah utang dan ekuitas – Utang jangka pendek 2.3.2.3 Biaya Modal (Cost Of Capital) Biaya modal adalah konsep yang sangat penting dalam keuangan perusahaan karena konsep ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya biaya secara riil yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana. Biaya modal suatu perusahaan merupakan tingkat keuntungan yang dicapai agar dapat memuaskan keinginan para investor. Biaya modal sangat penting karena penghubung antara keputusankeputusan finansial manajer perusahaan dan nilai perusahaan, serta merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan apakah perbandingan antara equity dan debt sudah optimal atau belum. Hutang atau debt adalah pinjaman yang diperoleh perusahaan dari pihak ketiga baik berupa barang maupun untuk kemudian dibayar pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Perhitungan biaya cost of debt menurut Keown dkk (2005 : 418) adalah pinjaman atau biaya bunga setelah dikurangi pajak. Rumusnya sebagai berikut : Kd = Kb(1-Tax) Dimana : Kd = Cost Of Debt Kb = Biaya Bunga (Interest Expense) Tax = Pajak Dan nilai untuk biaya bunga (kb), yaitu : (Brigham, 2001 : 408) = % 31 Ekuitas bagi perusahaan seperti yang dicatat dalam neraca terdiri dari dua sumber yaitu modal dari pemegang saham (stakeholder equity) dan laba ditahan (retained earning). Dan cost of equity itu sendiri adalah tingkat pengembalian yang diperlukan pemegang saham atas saham biasa perusahaan. Nilai cost equity didapat dari : (Handoko, 2008) = Dimana : Ke = Cost Of Equity PER = Price Earning Ratio % Dan nilai PER dihitung : Fisher dan Jordan dalam (Jogiyanto,2002) = 2.3.2.4 Weight Average Cost Of Capital (WACC) Weight Average Cost Of Capital (WACC) adalah metode biaya rata-rata tertimbang dari struktur permodal perusahaan. Dari laporan neraca dapat diketahui financial leverage yaitu sumber dan permodalan perusahaan yang diperoleh dari dua macam sumber yaitu hutang (debt) dan modal (equity). Nilai WACC dapat diperoleh dengan rumus : (Pradhono dan Christiawan, 2004). WACC = (Wd x Kd) + (We x Ke) Dimana : Wd = Bobot utang jangka panjang dalam struktur modal Kd = Biaya hutang setelah pajak We = Bobot ekuitas dalam struktur modal Ke = Biaya modal ekuitas 2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA) 2.3.3.1 Kelebihan Economic Value Added (EVA) EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA 32 berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Salah satu kelebihan EVA sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah dapat dgunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Adapun kelebihan EVA menurut David & O’Byrne (2001), yaitu : 1. EVA mengukur seluruh biaya modal. 2. Salah satu kebaikan EVA adalah targetnya dapat dialihkan kepada divisi dan departemen. 3. EVA menghubungkan dengan bonus manajemen menambah perasaan terdesak yang dibutuhkan manajer untuk menngimplementasikan proyek secepat mungkin sehingga perusahaan dapat merealisasikan nilai seperti yang dijanjikan proyek-proyek tersebut. 4. Keunggulan dari pendekatan ini yaitu mesin pelaporan keuangan yang dibutuhkan sudah tepat pada tempatnya. 5. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal. Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Kelebihan EVA menurut Govindarajan, penerjemah Kurniawan, (2002). Sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi : 1. Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan investasi yang sama. 2. Dengan meningkatnya EVA maka investasi akan menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut. 3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang berbeda pula. 4. EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan. 33 2.3.3.2 Kelemahan Economic Value Added (EVA) Disamping kelebihan yang dimiliki, EVA juga ternyata mempunyai kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Abdullah (2003:143): 1. Secara konseptual, EVA memang lebih unggul dari pada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. 2. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan. 3. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu. 4. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal). 2.3.4 Beberapa Distorsi dalam Laporan Keuangan terhadap Economic Value Added (EVA) Laporan keuangan disusun mengikuti kaidah-kaidah standar akuntansi dalam penyusunan laporan, sedangkan penilaian kondisi keuangan perusahaan adalah dengan mengevaluasi data akuntansi laporan keuangan. Maka hasil evaluasi tersebut akan memuat beberapa masalah yang krusial sebagai berikut: 1. Mengenai Laba Laba dapat dalam bentuk laba ekonomis dan laba bisnis, sedangkan EVA dalam penilaiannya menggunakan laba ekonomis, hal ini adalah perbedaan yang cukup penting, baik dalam pengertian maupun dalam perhitungannya. Menurut Wiratomo dapat disimpulkan bahwa laba ekonomi adalah total pendapatan (TR) dikurangi dengan total pengeluaran (TC) baik yang eksplisit maupun implisit. Sedangkan laba bisnis adalah total pendapatan (TR) dikurangi dengan total pengeluaran (TC) yang eksplisit saja. Pengeluaran eksplisit adalah pengeluaran tunai yang benarbenar terjadi (out of pocket expenditures) saat perusahaan melakukan pembelian sumber bukan tunai yang dapat berupa pengorbanan waktu, kerja atau usaha. 34 2. Biaya Penelitian dan Pengembangan Didalam pencatatan laporan keuangan biaya penelitian dan pengembangan dibebankan pada periode tersebut, yang seolah-olah kontribusi dari penelitian dan pengembangan habis seluruhnya dalam periode terjadinya penelitian dan pengembangan tersebut, padahal kenyataannya tidak demikian, penelitian dan pengembangan akan meningkatkan nilai perusahaan dan kontribusinya selama hasil penelitian dan pengembangan masih digunakan. 3. Penangguhan Pajak Penangguhan pajak dalam catatan akuntansi merupakan pajak yang sebenarnya dibayar, hal ini menurut konsep EVA harus diperbaiki karena pajak yang ditangguhkan berupa cash flow dan belum dibayarkan pada saat itu. Dengan menambahkan kembali peningkatan pajak tertunda ke pendapatan, NOPAT hanya dikurangi pajak yang sebenarnya dibayar tanpa memperhitungkan penangguhan pajak akuntansi, cara ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pendapatan yang diperoleh perusahaan. 4. Penggunaan Metode Persediaan Untuk menghemat beban pajak perusahaan biasanya menggunakan metode LIFO ketika harga naik, hal ini yang mengakibatkan mengakumulasinya biaya dari periode sebelumnya, dan menjadikan harga persediaan kadaluarsa, harga persediaan bisa dibawah nilai sebenarnya, kemudian ketika memberi nilai metode FIFO yang digunakan agar barang sesuai dengan harga baru, penyesuaian metode LIFO ke FIFO dalam EVA disebut LIFO reserve. Penambahan LIFO reserve pada modal mengkonversikan penilaian LIFO ke FIFO dengan pendekatan nilai sekarang, penambahan LIFO ke NOPAT menjadikan laba perusahaan lebih mendekati nilai sebenarnya. 5. Akuntansi Amortisasi Goodwill Goodwill merupakan asset tak berwujud, bagi perusahaan goodwill akan diamortisasikan terhadap laba akuntansi selama periode tertentu, hal ini 35 jelas mengurangi besarnya laba akuntansi yang dilaporkan sehingga mempengaruhi penilaian. Goodwill tersebut merupakan beban (expense) yang bersifat bukan tunai (non-cash) dan tidaak dapat mengganggu pajak (non-tax deducitable) sehingga dia harus ditambahkan kembali kedalam laba yang dilaporkan. 6. Succesful Effort to Full Cost Perusahaan-perusahaan penghasil sumber alam yang akan menganut akuntansi succesfull-effort menyatakan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari pada yang sebenarnya. Seharusnya tingkat pengembalian dinyatakan kembali dengan akuntansi full-cost. Namun, bukan hanya perusahaan yang melakukan investasi yang beresiko dan kemudian melakukan write-off harus menerapkan akuntansi full-cost. Dalam buku Wiratomo mengenai teori laba, laba yang akan diperoleh cukup besar karena mengandung resiko cukup besar pula (risk bearing theory of profit). Para investor menggunakan laba yang diharapkan dari aktivitas perusahaan, oleh karena itu NOPAT harus dinormalisasikan agar tidak dimasukan keuntungan dari kerugian yang tidak rutin. Agar konsisten, kumulatif kerugian tersebut dikurangi pajak dan ditambahkan ke modal. Jika hanya modal yang sukses saja yang diperhitungkan maka tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh bisnis yang beresiko akan dicatat lebih tinggi dari pada sebenarnya. 7. Keuntungan/ Penghasilan yang Ditangguhkan Keuntungan yang ditangguhkan mengaburkan waktu yang sebenarnya dari penerimaan tunai yang akan diperoleh perusahaan. Keuntungan yang ditangguhkan harus dihitung sebagai equity equivalents sebagai penambahan pada capital, dengan demikian seluruh keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode berjalan akan terlihat jumlah sebenarnya. 8. Other Equity Equivalents Cadangan berjaga-jaga mengaburkan timing sebenarnya dari penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Cadangan untuk kredit macet, persediaan 36 yang kadaluarsa, jaminan harus dihitung sebagai equity equivalents, jika merupakan kejadian rutin dalam bisnis. Dengan demikian hal-hal tersebut, distorsi akuntansi dapat dikurangi sehingga NOPAT dihitung berdasarkan aliran tunai yang sebenarnya. 2.4 Market Value Added (MVA) Setiap perusahaan baik perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi maupun jasa maka sasaran utama atau tujuan dari setiap perusahaan tersebut adalah memaksimalkan kekayaan atau keuntungan pemegang saham. Maka para analis keuangan memaksimalkan kekayaan tersebut dengan melihat ukuran kinerja dengan menggunakan pendekatan MVA (Market Value Added) dan EVA (Economic Value Added). Kemakmuran pemegang saham dapat di maksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). perbedaan ini disebut sebagai Market Value Added (MVA). (Husnan dan Pudjiastuti: 2004: 65). 2.4.1 Definisi Market Value Added (MVA) Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manjerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA memaksimalkan selisih antara market value of equity dan jumlah yang ditanamkan investor kedalam perusahaan. Definisis EVA menurut Brigham (2005:50) berupa: “MVA dapat didefinisikan sebagai total modal yang diberikan, termasuk hutang dan ekuitas“. Menurut Rahayu, (2007: 13): “Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil sekarang atau sama dengan selisih antara nilai buku dengan nilai pasar perusahaan”. 37 Sedangkan menurut Tunggal (2008:12) menyatakan: “MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang diciptakan atau dihilangkan perusahaan. MVA juga menunjukan berapa besar kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan perusahaan bagi pemegang saham, apabila perusahaan menjual sahamnya pada saat itu”. Menurut Brigham (2005 : 50), MVA dapat didefinisikan sebagai total modal yang diberikan, termasuk hutang dan ekuitas. Tetapi definisi ini lebih berfokus pada modal ekuitas yang lebih mudah digunakan dan umumnya konsisten dengan definisi yang lebih luas. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan MVA adalah perbedaan antara nilai perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Dan MVA menyatakan berapa besar kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. 2.4.2 Perhitungan Market Value Added (MVA) Untuk menghitung MVA, pertama menjumlahkan semua modal yang ditanamkan dalam perusahaan, yaitu yang diinvestasikan oleh pemegang saham, pinjaman bank dan pinjaman dari penjualan obligasi, serta laba ditahan. Kemudian dianalisis bagaimana pasar mengevaluasi perusahaan dengan cara memeriksa nilai pasar yang beredar dan menambahkan hutang-hutang perusahaan. Jika nilai perusahaan lebih besar daripada modal maka perusahaan memiliki nilai MVA positif, artinya para manajer telah melakukan tugas utama mereka yaitu menciptakan kekayaan, jika MVA negatif berarti manajer memusnahkan nilai. Untuk menghitung MVA digunakan rumus : (Brigham, 2006: 68) MVA = Market Value of Equity – Total Ekuitas Saham Market value of equity atau nilai pasar ekuitas adalah pendekatan dari nilai pasar, total hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Karena harga pasar ekuitas ini tidak tersedia secara lengkap dalam laporan keuangan perusahaan, maka dapat dihitung dengan: Market Value of Equity = saham yang beredar x harga saham 38 Jumlah saham yang dimaksud adalah jumlah saham yang disetor dan ditempatkan (outstanding share) dan harga perlembar saham adalah harga penutupan (closing price) dibursa. Namun untuk mendapatkan nilai MVA yang akurat maka masing-masing komponennya disesuaikan terlebih dahulu, berikut komponen-komponen yang berkaitan didalamnya. Market Value merupakan pendekatan fair market value akan seluruh kapitalisasi debt dan equity perusahaan. Menurut Yook (2001) dalam Suratman (2006) MVA dihitung melalui komponen-komponen berikut: 1. Actual market value dari common equity (harga saham penutupan x jumlah saham yang beredar untuk kuartal terakhir yang terdekat dengan tanggal saham penutupan). 2. Ditambah book value (sesuai dengan tanggal laporan fiskal yang terdekat dengan hasil penutupan saham) dari preffered stock, minority interest, long term non interest bearing liabilities (kecuali deffered income tax reserve), all-interest bearing liabilities and capitalized lease, the present value of non capitalized lease. 3. Dikurangi dengan book value dari marketable securities dan construction in progress (item ini dihapuskan dalam capital maka tidak akan memiliki efek terhadap MVA). Sedangkan komponen lain adalah invested capital. Invested capital merupakan perkiraan economic book value dari seluruh cash capital yang diinvstasikan dalam aktivitas bisnis yang bersifat going concern. Capital secara essential merupakan net assets perusahaan hanya saja membutuhkan tiga penyesuaian, yaitu: 1. Marketable securities dan construction in progress dihapuskan. 2. Penambahan preffered stock dan minority interest. 3. Present value dan non capitalized leases ditambahkan pada net property plant dan equipment, sejumlah equity equivalent reserve ditambahkan pada assets. 39 Adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut untuk menghilangkan distorsi yang diakibatkan oleh sistem pencatatan akuntansi konvensional sehingga menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. 2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Market Value Added (MVA) 2.4.3.1 Kelebihan Market Value Added (MVA) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (ekuitas atau hutang) dan modal keseluruahan yang diinvestasikan perusahaan Young & O’Byrne (2001 : 26). Adapun kelebihan MVA menurut Baridwan dan Legowo (2002: 139), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak menajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja. Selanjutnya menurut Napitupuluh (2008:31) kelebihan MVA yaitu : 1. Penerapan MVA dalam perusahaan dapat menggambarkan prospek yang menguntungkan atas investasi yang dilakukan saat ini dimasa yang akan datang. 2. Nilai MVA dapat menjadi metode perhitungan dalam menganalisa kekayaan dimasa yang akan mendatang. 2.4.3.2 Kekurangan Market Value Added (MVA) Selain kelebihan MVA juga memiliki kelemahan. Menurut Napitupuluh (2008:31) kelemahan MVA yaitu : 1. Metode MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam Perusahaan. 2. Metode MVA hanya dapat diamati pada tingkat atas sehingga tidak dapat diterapkan pada divisi operasi. 3. MVA mengabaikan distribusi kekayaan kepada shareholder dan juga mengabaikan konstribusi mereka. 40 2.5 Perbedaan Economic Value Added (EVA) antara Market Value Added (MVA) Menurut Sartono (2001 : 105), ada hubungan antara EVA dan MVA namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu perusahaan memiliki EVA yang negatif, maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif atau sebaliknya jika EVA positif maka MVA perusahaan belum tentu positif. Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih banyak ditentukan oleh kinerja masa depan bukan kinerja masa lalu. Sehingga perusahaan dengan EVA negatif dapat memiliki EVA positif jika investor, memiliki harapan akan perubahan yang lebih baik pada perusahaan dimasa depan. Dalam penelitian yang dilakukan Setiawan (dalam Nasser 2003:30) EVA secara umum lebih bermanfaat dibandingkan MVA untuk mengevaluasi untuk kinerja manajerial sebagai bagian dari incentif compensation program dengan alasan : 1. EVA menunjukkan nilai tambah atau value added yang terjadi pada tahun tertentu. Sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan selama hidupnya. 2. EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara individual, MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.