SKRINING BAKTERI PELARUT FOSFAT

advertisement
SKRINING BAKTERI PELARUT FOSFAT ADAPTIF VINASSE
DARI LAHAN TEBU PABRIK GULA JATIROTO
KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh
Ahmad Bukhari Saragih
NIM 061810401018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
SKRINING BAKTERI PELARUT FOSFAT ADAPTIF VINASSE
DARI LAHAN TEBU PABRIK GULA JATIROTO
KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Biologi (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Sains
Oleh
Ahmad Bukhari Saragih
NIM 061810401018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
i
PERSEMBAHAN
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, skripsi ini
Penulis persembahkan kepada :
1. Ummi Linda Afrida Nasution S.Pd., dan Buya Prof. DR. Abdul Hasan Saragih
M. Pd., yang tercinta;
2. Adik-adik tersayang Siti Hafnisa Saragih, Muhammad Zulham Hidayah
Saragih, dan Muhammad Baihaqi Saragih;
3. Nenek Hj. Nurnani dan Oppu Alm. Kamianna Purba.
ii
MOTO
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Terjemahan Surat Al-Mujaadalah ayat 11)*)
*) Departemen Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Kerajaan Saudi
Arabia.1995. Al-Qur’an dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Madinah
Al-Munawwarah: Komplek Percetakan Alquranul Karim Kepunyaan Raja Fahd.
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
nama : Ahmad Bukhari Saragih
NIM
: 061810401018
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul ”Skrining
Bakteri Pelarut Fosfat Adaptif Vinasse dari Lahan Tebu Pabrik Gula Jatiroto
Kabupaten Lumajang Jawa Timur” adalah benar-benar hasil karya ilmiah sendiri,
kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah
diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Karya ilmiah ini
merupakan bagian dari penelitian proyek Dr. Kahar Muzakhar, S.Si., yang didanai
oleh DIPA Stranas 2010 dan karya ilmiah ini tidak dapat dipublikasikan kecuali atas
seijin pemilik proyek. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 14 Februari 2013
Yang Menyatakan,
Ahmad Bukhari Saragih
NIM 061810401018
iv
SKRIPSI
SKRINING BAKTERI PELARUT FOSFAT ADAPTIF VINASSE
DARI LAHAN TEBU PABRIK GULAJATIROTO
KAPUBATEN LUMAJANG JAWA TIMUR
Oleh
Ahmad Bukhari Saragih
NIM 061810401018
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama
: Dr. Kahar Muzakhar, S.Si.
Dosen Pembimbing Anggota : Drs. Sutoyo, M.Si.
v
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Skrining Bakteri Pelarut Fosfat Adaptif Vinasse dari Lahan Tebu
Pabrik Gula Jatiroto Kabupaten Lumajang Jawa Timur” telah diuji dan disahkan
pada:
hari, tanggal :
tempat
: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Tim Penguji
Ketua,
Sekretaris,
Dr. Kahar Muzakhar, S.Si.
NIP 196805031994011001
Drs. Sutoyo, M.Si.
NIP 196610141992031002
Anggota I,
Anggota II,
Sattya Arimurti, S.P., M.Si.
NIP 19740331999032001
Esti Utarti S.P., M.Si.
NIP 197003031999032001
Mengesahkan
Dekan,
Prof. Drs. Kusno, DEA., Ph.D.
NIP 196101081986021001
vi
RINGKASAN
Skrining Bakteri Pelarut Fosfat Adaptif Vinasse dari Lahan Tebu Pabrik Gula
Jatiroto Kabupaten Lumajang Jawa Timur; Ahmad Bukhari Saragih,
061810401018; 2012: 38 halaman; Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Bakteri pelarut fosfat (BPF) adalah mikroorganisme tanah yang mampu
melarutkan P terikat dalam mineral fosfat sehingga dapat diserap oleh akar tanaman.
Kemampuan tersebut membuat BPF kerap digunakan sebagai pupuk hayati untuk
memenuhi kebutuhan P pertanian secara alami. Aplikasi BPF sebagai pupuk hayati
memerlukan media pembawa dengan kriteria non toksik bagi BPF dan tanaman,
mudah disterilisasi, murah, serta tersedia dalam jumlah melimpah. Vinasse
merupakan limbah hasil pengolahan etanol yang mengandung bahan organik seperti
gula tereduksi dan bahan anorganik bermanfaat seperti P sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk tambahan. Hal ini memungkinkan vinasse untuk
dimanfaatkan sebagai media pembawa BPF yang mampu meningkatkan kesuburan
tanah sehingga penggunaan vinasse tidak hanya sebagai pupuk tambahan tetapi juga
mempunyai nilai tambah sebagai pupuk organik. Pemanfaatan tersebut dapat
diperoleh dengan mengadaptasikan BPF dalam media vinasse sehingga dapat
bersama-sama digunakan sebagai pupuk organik yang diperkaya pupuk hayati.
Berdasarkan hal tersebut, masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah
bagaimana daya adaptasi BPF terhadap vinasse dengan tujuan untuk mendapatkan
isolat BPF terbaik dari lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto yang adaptif terhadap vinasse
dan diharapkan mampu memberikan informasi mengenai daya adaptasi BPF dari
lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto terhadap vinasse. Isolat terbaik hasil penelitian ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka
pengembangan pupuk hayati berbasis vinasse.
vii
Metode yang digunakan dalam penelitan ini terdiri dari (i) skrining isolat BPF
dari lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto Kabupaten Lumajang Jawa Timur, kemudian (ii)
pengamatan perbandingan kurva pertumbuhan isolat BPF dalam media Pikovskaya
dan vinasse murni serta vinasse dengan berbagai pengenceran, yaitu 1:1, 1:2 dan 1:3
(vinasse : akuades), dan diakhiri dengan (iii) identifikasi sampai tingkat genus
berdasarkan Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology.
Dalam penelitian ini, diperoleh sembilan isolat asal lahan tebu Pabrik Gula
Jatiroto Kabupaten Lumajang Jawa Timur yang mampu tumbuh dalam media
Pikovskaya Agar. Lima diantaranya adalah BPF karena mampu menghasilkan zona
bening disekitar koloni dengan indeks berkisar antara 1.1 sampai 2.1, yaitu pvk-5a,
pvk-5b, pvk-6b, pvk-7a, dan pvk-8a. Kelima isolat tersebut memiliki fase logaritmik
pada pertumbuhan setelah 12 sampai dengan 16 jam ditumbuhkan dalam media
Pikovskaya cair dengan nilai tertinggi pada isolat pvk-5a mencapai 1,6 x 109 CFU/ml
pada inkubasi 16 jam.
Kelima isolat tersebut tidak mampu tumbuh dalam media vinasse murni.
Namun demikian, tiga dari lima isolat BPF tersebut merupakan isolat yang berpotensi
adaptif dalam media vinasse, yaitu isolat pvk-5a, pvk-5b dan pvk-7a. Potensi ini
terlihat dari kemampuan ketiga isolat tersebut untuk tumbuh sampai dengan umur 12
jam dalam media vinasse dengan pengenceran 1:2 (vinasse:akuades) dengan nilai
tertinggi pada isolat pvk-5b mencapai 7,0 x 109 CFU/ml pada inkubasi 16 jam.
Hasil identifikasi morfologi makroskopis dan mikroskopis serta uji biokima
menunjukkan bahwa tiga isolat BPF potensial adaptif vinasse tersebut adalah isolat
yang memiliki kemiripan dengan genus Chromobacterium. Diperlukan uji lebih
lanjut untuk mendapatkan formulasi yang terbaik bagi vinasse untuk dapat digunakan
sebagai media pembawa BPF sebagai agen pupuk hayati. Selain itu juga diperlukan
uji lebih lanjut untuk mengidentifikasi BPF potensial adaptif hingga tingkat spesies
berdasarkan 16s rRNA.
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
serta shalawat beriring salam keharibaan baginda Rasulullah SAW, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Skrining Bakteri Pelarut
Fosfat Adaptif Vinasse dari Lahan Tebu Pabrik Gula Jatiroto Kabupaten Lumajang
Jawa Timur”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Jember.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Kahar Muzakhar, S.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Drs.
Sutoyo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah banyak
meluangkan waktu, serta bimbingan dan arahan hingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini;
2. Sattya Arimurti, S.P.,
M.Si., dan Esti Utarti, S.P., M.Si., selaku Dosen
Penguji, yang telah memberikan kritik dan saran bagi penulis sampai
terselesainya skripsi ini;
3. Dra. Hari Sulistyowati M.Si., selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah
membimbing selama penulis menjadi mahasiswa
4. Ummi Linda Afrida Nasution S.Pd., serta Buya Prof. DR. Abdul Hasan
Saragih M.Pd., atas curahan doa, cinta, nasehat, teguran, serta kesabarannya
yang tiada henti dan tidak pernah terganti sampai akhir hayat kelak;
5. Ir. Endang Susetyaningsih dan Sutrisno selaku teknisi dan staf Laboratorium
Mikrobiologi yang telah membantu dan melayani selama penelitian;
6. Adik-adik tersayang Siti Hafnisa Saragih, Muhammad Zulham Hidayah
Saragih, dan Muhammad Baihaqi Saragih yang senantiasa mendukung dan
memberi motivasi;
ix
7. Nenek Hj. Nurnani dan Oppu Alm.Kamianna Purba atas doanya;
8. Rekan-rekan IONS, KAMMI, HMJ Biologi, IKAHIMBI, dan LBB DELTA
yang memberikan pengalaman terbaik selama ini;
9. Ririn, Eko, Ratno, Lia, Friska, Audi, Anja, Anton serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Biologi atas segala kebersamaan, semangat dan
dukungannya selama ini;
10. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan serta menerima
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jember, 14 Februari 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
ii
HALAMAN MOTO .......................................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
vi
RINGKASAN .................................................................................................
vii
PRAKATA ....................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................
2
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
3
2.1 Potensi Bakteri Pelarut Fosfat sebagai Agen Pupuk Hayati
3
2.2 Potensi Vinasse sebagai Media Pembawa Pupuk Hayati ......
5
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................
8
3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................
8
3.2 Rancangan Penelitian ..............................................................
8
3.3 Alat dan Bahan .........................................................................
10
3.3.1 Alat ...................................................................................
10
3.3.2 Bahan ................................................................................
10
3.4 Prosedur Penelitian ...................................................................
11
xi
3.4.1 Pengambilan Sampel Tanah dari Lahan Tebu Pabrik
Gula Jatiroto ......................................................................
11
3.4.2 Isolasi BPF dari Sampel Tanah ........................................
12
3.4.3 Pembuatan Kurva Pertumbuhan ........................................
13
3.4.4 Uji Kemampuan Tumbuh dalam Media Vinasse ..............
13
3.4.5 Identifikasi BPF .................................................................
14
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
19
4.1 Pengambilan Sampel Tanah dan Isolasi BPF pada Media
Selektif........................................................................................
19
4.2 Pola Pertumbuhan Isolat BPF Terpilih pada Media
Pikovskaya Cair dan Vinasse ..................................................
21
4.3 Identifikasi Morfologi Makroskopis, Mikroskopis, dan
Biokimia Isolat BPF Terpilih ..................................................
25
BAB 5. PENUTUP..........................................................................................
28
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
28
5.2 Saran .........................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
29
LAMPIRAN ....................................................................................................
33
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Komposisi kandungan bahan organik dan anorganik vinasse....................
6
3.1 Parameter pengamatan morfologi makroskopis .........................................
14
4.1 Rerata indeks pelarutan P dari isolat BPF pada media Pikovskaya Agar
umur 72 jam ..............................................................................................
20
4.2 Karakteristik isolat BPF terpilih berdasarkan morfologi makroskopis
dan mikroskopis .......................................................................................
26
4.3 Karakteristik biokimia isolat BPF terpilih yang berpotensi adaptif
dalam media vinasse ................................................................................
xiii
27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Skema pelepasan P melalui proses khelasi ...............................................
4
2.2 Skema reaksi pelarutan P oleh enzim pelarut fosfat .................................
4
3.1 Diagram prosedur skrining BPF dan uji adaptasinya pada media vinasse
9
3.2 Skema pengambilan sampel tanah di lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto
Kabupaten Lumajang ...............................................................................
11
4.1 Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni isolat BPF pvk-5a,
pvk-5b, pvk-6b, pvk-7a, dan pvk-8a pada media Pikovskaya Agar
inkubasi 72 jam pada suhu 320 C .............................................................
19
4.2 Pola pertumbuhan isolat BPF terpilih pada media dalam waktu
inkubasi 32 jam (a) media Pikovskayacair (b) media vinasse cair
perbandingan 1:2 (c) media vinasse cair perbandingan 1:3 .....................
xiv
22
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. KOMPOSISI MEDIA ..............................................................................
33
A.1 Komposisi Media Pikovskaya ...........................................................
33
A.2 Komposisi Media Nutrien Agar ........................................................
33
A.3 Komposisi Media O-F Hugh & Leifson’s ........................................
33
A.4 Komposisi Media Gelatin ..................................................................
33
A.5 Komposisi Media Tripton Cair ........................................................
33
A.6 Komposisi Media Nitrat Cair ...........................................................
34
A.7 Komposisi Media Pati Agar ..............................................................
34
A.8 Komposisi Media Glukosa Ekstrak Khamir Agar .........................
34
B. KOMPOSISI LARUTAN PENGECATAN GRAM .............................
35
B.1 Larutan Cat Hucker’s Crystal Violet (Gram A) ............................
35
B.2 Larutan Mordan Lugol’s Iodine (Gram B) .....................................
35
B.3 Larutan Pencuci (Gram C) ...............................................................
35
B4. Larutan Cat Safranin (Gram D) ......................................................
35
C. PENGECATAN GRAM ISOLAT BPF...................................................
36
D. PEWARNAAN ENDOSPORA ISOLAT BPF .......................................
37
E. DATA JUMLAH ISOLAT PADA MEDIA PIKOVSKAYA ...............
38
F. JUMLAH ISOLAT PADA MEDIA VINASSE 1:2 ................................
39
G. KECOCOKAN KARAKTERISTIK ISOLAT BPF POTENSIAL
ADAPTIF VINASSE ................................................................................
xv
40
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri pelarut fosfat (BPF) merupakan salah satu mikroorganisme tanah
yang mampu melarutkan ion P yang terikat dengan kation tanah berupa Al, Fe, Ca
dan Mg lalu mengubahnya menjadi bentuk tersedia untuk diserap tanaman secara
alami (Keneni et al., 2010). Kemampuan tersebut membuat BPF kerap digunakan
sebagai agen pupuk hayati untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P pada
jenis tanah yang banyak mengandung endapan kalsium fosfat atau pada jenis tanah
lainnya karena sifat ion P tersedia yang relatif cepat menjadi bentuk tidak tersedia
(Hanafiah, 2012). Namun aplikasi isolat BPF sebagai pupuk hayati memiliki
efektifitas dan viabilitas yang bervariasi jika dipergunakan pada kondisi lahan yang
berbeda. Oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi BPF untuk memperkaya agen
pupuk hayati.
Produksi BPF sebagai pupuk hayati selain membutuhkan isolat baru juga
membutuhkan media pembawa yang mampu menjaga viabilitas agen hayati yang
terkandung didalamnya agar tersimpan dalam waktu yang lama. Selain itu, media
pembawa juga harus bersifat non-toksik bagi BPF dan tanaman, mudah disterilisasi,
mudah berikatan dengan tanah, murah, serta tersedia dalam jumlah yang melimpah
(Muraleedharam et al., 2010). Berbagai media pembawa telah teruji, diantaranya
adalah tanah gambut, vermikulit hingga kompos (Ginting et al., 2010). Media
pembawa yang dipkergunakan saat ini hanya terbatas pada bahan padat yang
terkadang tidak dapat berdifusi langsung di daerah pemupukan. Oleh karena itu perlu
dicari elternatif media pembawa berupa media cair yang lebih mudah berdifusi di
daerah pemupukan serta bermanfaat bagi tanaman, diantaranya adalah vinasse.
2
Vinasse adalah limbah produksi etanol yang tersedia dalam jumlah melimpah
dan teruji meningkatkan produktifitas tanaman jika digunakan sebagai pupuk
tambahan (Zanuar, 2010). Kondisi tersebut membuat vinasse berpotensi sebagai
media pembawa pupuk hayati karena memenuhi kriteria
murah, tersedia dalam
jumlah melimpah dan terbukti bersifat non-toksik bagi tanaman. Selain itu, komposisi
bahan organik dan anorganik dalam vinasse seperti gula tereduksi, protein serta
ketersediaan P total dapat dimungkinkan untuk memenuhi kebutuhan sumber nutrisi
bagi BPF yang bersifat kemoorganotrof dan kemolitotrof (Hidalgo, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Ketersediaan nutrisi berupa bahan organik dan anorganik dalam vinasse
berpotensi untuk digunakan sebagai media pembawa agen pupuk hayati, terutama
BPF. Namun demikian, tidak semua BPF mampu beradaptasi pada vinasse.
Berdasarkan hal tersebut maka masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah
bagaimanakah daya adaptasi isolat BPF asal lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto terhadap
vinasse? Penelitian ini terbatas pada isolat BPF yang diperoleh dari sampel tanah dari
satu petak lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto yang pernah dialiri vinasse sebagai
tambahan pemupukan. BPF yang diharapkan dari penelitian ini adalah BPF terpilih
yang diketahui daya adaptasinya terhadap media vinasse dengan membandingkan
pola pertumbuhan isolat tersebut pada Media Pikovskaya dan vinasse.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat BPF terbaik dari lahan tebu
Pabrik Gula Jatiroto yang adaptif terhadap vinasse. Penelitian ini juga diharapkan
mampu memberikan pengetahuan dan informasi mengenai daya adaptasi BPF dari
lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto terhadap vinasse. Selain itu, isolat terbaik hasil
penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut
dalam rangka pengembangan pupuk hayati berbasis vinasse.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Bakteri Pelarut Fosfat sebagai Agen Pupuk Hayati
Bakteri pelarut fosfat (BPF) adalah kelompok mikroorganisme tanah yang
mampu melarutkan P terfiksasi tanah dan mengubahnya menjadi bentuk tersedia
untuk diserap tanaman (Keneni et al., 2010). Isolasi bakteri pada penelitian
sebelumnya diketahui bahwa sekitar 105 CFU sampai dengan 107 CFU per gram
tanah adalah bakteri yang mampu melarutkan P dan banyak dijumpai di daerah
perakaran
tanaman.
Karakteristik
BPF
sebagian
besar
bersifat
aerob
khemoorganotrof, bentuk batang lurus atau lengkung dengan ukuran sel berkisar 0.50.1 μm x 1.5-5.0 μm, bersifat gram negatif dan tidak membentuk endospora.
Penelitian Rodriquez et al. (2000) menunjukkan bahwa dari beberapa strain bakteri,
genus Pseudomonas dan Bacillus mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
melarutkan P. Menurut Rao (1994), BPF dapat ditumbuhkan dalam media yang
mengandung Ca3(PO4)2, FePO4, AlPO4, apatit, batuan P, dan komponen P-anorganik
lainnya sebagai sumber P.
Mekanisme BPF dalam melarutkan P tanah terjadi karena adanya sekresi
asam organikberupa asam formiat, asetat, propionat, laktat, glikolat, fumarat,
suksinat, oksalat, tartrat, sitrat, dan ketoglutarat serta kemampuan bakteri tersebut
dalam menghasilkan enzim fosfatase dan fitase (Illmer et al., 1995). Asam-asam
organic tersebut akan membentuk khelat organic dari Al, Fe, dan Ca dengan
reaksinya terhadap AlPO4, FePO4, dan Ca(PO4)2 sehingga ion H2PO4-1 bebas dan
larut serta tersedia untuk tanaman. Mekanisme pengikatan Al, Fe, dan Ca oleh gugus
fungsi dari komponen organik adalah karena adanya satu gugus karboksil dan satu
gugus fenolik, atau dua gugus karboksil yang berdekatan bereaksi dengan ion logam
(Rao, 1994). Skema pelepasan P melalui proses khelasi dapat digambarkan pada
Gambar 2.1.
4
CaX2.3Ca(PO4)2 + as. organik
H2PO4-1 larut + kompleks Ca-khelat
Al.(H2O)3(OH)2H2PO4+as. organik
H2PO4-1 larut + kompleks Al-khelat
Fe.(H2O)3(OH)2H2PO4+ as. Organik
H2PO4 -1 larut + kompleks Fe-khelat
Gambar 2.1 Skema pelepasan P melalui proses khelasi (Sumber : Rao, 1994)
Peningkatan kadar asam organik juga menyebabkan turunnya pH rizosfer
sehingga ion P dapat larut dan tersedia bagi tanaman. Selain fosfatase dan fitase,
BPF juga menghasilkan enzim lain yang mampu menghasilkan P bebas, yaitu
firofosfatase, dan metafosfatase (Mehrvars dan Chaichi., 2008). Skema pelarutan P
oleh beberapa enzim pelarut P digambarkan pada Gambar 2.2.
Esterofosfat + H2O
ROH + fosfat
fosfatase (tersedia)
Firofosfat + H2O
2 ortofosfat
firofosfatase (tersedia)
Heksafosfatinositol + 6H2O
inositol + 6 fosfat (tersedia)
fitase
Metafosfat
ortofosfat (tersedia)
metafosfatase
Gambar 2.2 Skema reaksi pelarutan P oleh berbagai enzim pelarut fosfat
(Mehrvars et al., 2008)
Pelarutan P juga dapat dilakukan oleh mikroorganisme yang tidak
menghasilkan asam organik, yaitu melalui mekanisme pelepasan proton (ion H+) pada
proses respirasi, asimilasi amonium (NH4+), dan adanya kompetisi antara anion
organik dengan ortofosfat pada permukaan koloid yang dapat menyebabkan
terjadinya motilitas ortofosfat dalam media cair. Menurut Illmer et al. (1995),
Pseudomonas sp. dan Pseudomonas aurantiogesum adalah jenis bakteri yang lebih
efektif melarutkan P dalam bentuk Ca-P seperti apatit dan brushit.
5
Pemanfaatan BPF sebagai pupuk hayati dilakukan dengan cara menambahkan
isolat BPF ke lahan pertanian yang umumnya dilakukan pada rizosfer tanah dengan
menggunakan media pembawa. Hal ini bertujuan untuk membantu mempercepat
proses penyediaan nutrisi utama bagi tanaman khususnya P tersedia tanah sehingga
mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. BPF sebagai pupuk hayati dapat
diaplikasikan bersama dengan pupuk anorganik dan pupuk organik lainnya dengan
tujuan
untuk
mempercepat
penyerapan
dan
menjaga
ketersediaan
nutrisi
(Simanungkalit et al., 2006). Selain itu, beberapa BPF juga dapat berperan sebagai
biokontrol yang dapat meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman
(Arshad dan Frankenberger, 1993).
Aplikasi BPF sebagai pupuk hayati saat ini diantaranya adalah Bacilus
megateriumyang diketahui mampu meningkatkan serapan P tanaman kedelai sekitar
10% jika digunakan bersama dengan pupuk TSP, serta meningkatkan serapan P
antara 18% sampai dengan 30% jika digunakan bersama dengan batuan fosfat
(Gaur, 1980).
2.2 Potensi Vinasse sebagai Media Pembawa Pupuk Hayati
Vinasse adalah limbah cair hasil destilasi etanol pada pabrik alkohol yang
rata-rata diproduksi 10-15 kali lebih banyak daripada etanol itu sendiri
(Cortes dan Perez, 1997). Produksi satu liter etanol akan dihasilkan sekitar 13 liter
limbah vinasse (1:13) (Zanuar, 2010). Sifat fisik vinasse ditentukan oleh bahan baku
produksi etanol yang digunakan. Untuk bahan baku dari tetes tebu (sugar cane juice),
vinasse yang dihasilkan akanberwarna coklat muda dengankan dungan padatan
20.000 - 40.000 mg/L. Sedangkan untuk bahan baku berupa molasse, vinasse yang
dihasilkan akan berwarna hitam kemerahan dengan kandungan padatan 50.000100.000 mg/L. Vinasse mempunyai turbiditas tinggi, pH rendah dan banyak
mengandung bahan-bahan organik serta mineral berupa kalsium, potassium, fosfor
dan nitrogen (Mariano et al, 2009).
6
Variasi kandungan bahan organik vinasse dipengaruhi oleh jenis produksi
alkohol, bahan dasar yang digunakan, kondisi iklim dan tanah serta teknologi yang
digunakan.Gambaran mengenai persentase komposisi bahan organik vinasse dari
hasil penelitian Hidalgo (2009) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi kandungan bahan organik dan anorganik vinasse
Rata-rata
Rentang
Bahan kering (%)
26,90
21,0 - 31,7
Protein kasar (%)
12,10
9,7 - 15,6
Protein Murni (%)
10,3
8,7 - 13,2
Abu (%)
6,60
5,0 - 8,5
Serat Deterjen Netral (%)
3,55
3,1 - 3,9
Serat Deterjen Asam (%)
0,05
0,02 - 0,13
Ph
4,5
4,2 - 5,1
0
Bx*
30,7
24 – 40
Berat Spesifik (%)
1,104
1,084 - 1,135
Gula Tereduksi (mg/ml)
4,43
1,4 - 6,2
Kalsium (%)
0,50
0,39 - 1,00
Fosfor (%)
0,24
0,18 - 0,31
Potassium (%)
1,60
1,28 - 2,17
Natrium (%)
0,08
0,05 - 0,22
Sulfur
1,19
0,84 - 2,13
Besi (ppm)
6,90
2,31 - 11,67
Keterangan : * Derajat Brix, adalah pengukuran yang digunakan untuk mengetahui
rasio kelarutan gula menjadi air dalam suatu cairan. Nilai 30,70Bx larutan
menggambarkan bahwa dalam 100 gram larutan terdapat 30,7 gr sukrosa dan 69,3 gr
air. (Hidalgo, 2009)
Produksi etanol di Indonesia semakin meningkat. Hal ini akan berdampak
pada melimpahnya produksi vinasse. PT PASA Jatiroto Lumajang Jawa Timur
mampu memproduksi etanol hingga 7.500 kiloliter pertahun, atau setara dengan 25
kiloliter per hari (Finance, 2009). Angka tersebut menunjukkan bahwa produksi
vinasse sangat melimpah. Jika limbah sebanyak itu dimanfaatkan dengan baik, maka
akan dapat menghindari kerusakan lingkungan disekitar pabrik penghasil vinasse.
Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa ketersediaan bahan baku bagi pengembangan
pupuk organik berbasis vinasse sangat tinggi dan sangat mudah didapatkan.
7
Pengelolaan vinasse sebagai bahan tambahan pupuk sering dilakuakan karena
dapat memberikan nutrisi tambahan pada tanaman. Ketersediaan bahan organik
dalam vinasse yang melimpah dapat berpotensi sebagai sumber nutrisi bagi
mikroorganisme sehingga memungkinakan vinasse untuk diaplikasikan menjadi
media pembawa bagi agen pupuk hayati. Komponen nutrisi yang berpotensi antara
lain kandungan sukrosa yang terlihat dari nilai derajat brix (0Bx) yang mencapai
rentang 24 sampai dengan 40, gula reduksi dengan nilai mencapai 6,2 mg/l serta
kandungan mineral yang memiliki total mencapai 10% per liter vinasse (Hidalgo,
2009). Selain itu, ketersediaan P pada vinasse bersama dengan mineral lain
memungkinkan adanya ikatan antara ion P dengan ion lain membetuk P terikat yang
tidak dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Namun, kondisi tersebut
memungkinkan BPF untuk membentuk reaksi khelat dengan ion-ion pengikat P
sehingga ion P menjadi bebas dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dimulai Maret 2011 sampai dengan Agustus 2012. Pengambilan
sampel tanah sebagai bahan uji untuk mendapatkan isolat BPF dilakukan di lahan
tebu Pabrik Gula Jatiroto Kabupaten Lumajang Jawa Timur yang pernah teraliri
vinasse. Penelitian dilanjutkan dengan skrining dan uji adaptasi BPF di Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jember.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif melalui eksplorasi BPF dari
lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto dengan hasil akhir berupa isolat BPF yang diketahui
adaptasinya pada media vinasse. Tahap pertama yang dilakukan adalah pengambilan
sampel tanah rizosfer, yang selanjutnya digunakan dalam isolasi bakteri dengan
menggunakan media Pikovskaya hingga diperoleh isolat tunggal yang terkarakterisasi
makroskopis, mikroskopis dan biokimia, serta uji kemampuan tumbuh isolat pada
media vinasse (Suliasih dan Rahmat, 2007). Uji kemampuan tumbuh dilakukan
dengan melakukan perbandingan terhadap pola pertumbuhan pada media Pikovskaya
dan media vinasse. Identifikasi BPF potensial dilakukan berdasarkan Bergey’s
Manual of Systematic Bacteriology 2nd Edition Vol. 2, 3 dan, 4 (Brenner et al.,
2009a; Brenner et al., 2009b; Brenner et al., 2009c; Vos et al., 2009; dan Krieg et
al., 2010). Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
9
Sampling Tanah
pH, Suhu
Isolasi BPF Menggunakan Media Pikovskaya Agar
Isolat Tunggal BPF
Penghitungan Indeks Zonasi BPF pada
Media Pikovskaya Agar
Isolat Non-potensial
Isolat BPF Potensial
Pembuatan
Kurva Pertumbuhan pada Media Pikovskaya Cair
Uji Adaptasi pada Media Vinasse
Isolat Adaptif Terbaik
Identifikasi Makroskopis, Mikroskopis,
dan Biokimia Menggunakan
Bergey’s manual of systematic bacteriology
Gambar 3.1 Diagram prosedur skrining BPF dan uji adaptasinya pada media vinasse
10
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1
Alat
Alat yang digunakan pada pengambilan sampel tanah terdiri dari sekop kecil,
nampan plastik, soil tester, termometer, sprayer, korek api gas, kantong plastik tebal
serta kotak stereoform berisi es batu. Sedangkan alat yang digunakan dalam
penelitian di laboratorium terdiri dari tabung reaksi beserta raknya, pipet volume,
sprayer, erlenmeyer, beaker glass, cawan petri, tabung reaksi, pipet mikro beserta
tipnya, ependoolf, lampu bunsen, jarum ose, spatula, pinset, gelas preparat, gelas
preparat cekung, kertas doorslag, karet gelang, plastik tebal transparan bening,
mikroskop, laminar air flow, inkubator, inkubator bergoyang, lemari pendingin,
vortex, timbangan serta buku panduan identifikasi bakteri Bergey’s Manual of
Systematic Bacteriology 2nd Edition volume 2, 3, dan 4 (Brenner et al., 2009a;
Brenner et al., 2009b; Brenner et al., 2009c; Vos et al., 2009; dan Krieg et al., 2010).
3.3.2
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah disekitar rizosfer
tanaman tebu dari lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto Kabupaten Lumajang Jawa Timur
yang pernah teraliri vinasse, akuades, alkohol 70%, garam fisiologis (0.85% NaCl),
spiritus, Nutrien Agar (NA), media Pikovskaya Agar dan cair, media O-F Hugh &
Leifson’s (Media Oksidasi-Fermentasi), media Gelatin, media Tripton cair, media
Nitrat cair, media Pati Agar, Glukosa Ekstrak Khamir Agar, Vinasse cair, larutan
pelarut pigmen (eter, khloroform, alkohol dan aseton), larutan pengecatan Gram
(Cristal Violet, Iodium, Alkohol Asam dan Safranin), larutan pengecatan endospora
(Hijau Malakit dan Safranin), serta larutan pengecatan flagella (Safranin dan
Mordan). Komposisi media dan kompisisi larutan cat mikroskopis sel disajikan
berturut-turut disajikan pada Lampiran A dan B.
11
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1
Pengambilan Sampel Tanah dari Lahan Tebu Pabrik Gula Jatiroto
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan metode acak di 5
titik dari satu petak lahan seluas 7,2 ha yang telah ditentukan di kawasan lahan tebu
Pabrik Gula Jatiroto yang pernah teraliri vinasse. Skema lokasi pengambilan sampel
tanah ditampilkan pada Gambar 3.2. Hal ini bertujuan agar pengambilan sampel tanah
dapat mewakili seluruh area sampling. Dari 5 titik tersebut diambil masing-masing
sekitar 25 gr pada kedalaman 0 sampai 15 cm dari permukaan tanah dengan
menggunakan skop kecil yang disterilisasi dengan alkohol 70% dan nyala api.
Sampel tanah kemudian disimpan dalam kantung plastik tebal dan
dimasukkan kedalam kotak stereoform berisi es untuk menjaga agar tidak terjadi
perubahan biokimiawi selama perjalanan menuju laboratorium (Husen, 2004). Dua
puluh lima gram dari total sampel tanah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
berisi 225 ml larutan garam fisiologis steril, kemudian dihomogenkan selama 1 jam
pada inkubator bergoyang dengan kecepatan 150 rpm (Suliasih dan Rahmat, 2007).
Sampel dipersiapkan untuk digunakan pada metode selanjutnya.
Gambar 3.2 Skema pengambilan sampel tanah di lahan tebu Pabrik Gula Jatiroto
Kabupaten Lumajang
12
Pada tahapan pengambilan sampel tanah dilakukan pengukuran faktor abiotik
tanah sebagai berikut.
a. Pengukuran pH
Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan soil tester. Langkah
yang dilakukan adalah dengan terlebih dahulu mensterilisasi ujung soil tester
dengan alkohol 70% lalu di lap kemudian ditancapkan pada titik pengambilan
sampel yang telah digali pada kedalaman 0 cm sampai 15 cm. Nilai yang
ditunjukan pada soil tester kemudian dicatat dan dilakukan tiga kali pengulangan
untuk mendapatkan nilai rata-rata.
b. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu tanah dilakukan dengan menggunakan termometer batang
yang telah disterilkan dengan alkohol 70% kemudian ditancapkan pada titik
pengambilan sampel lalu didiamkan selama 5 menit hingga penunjuk raksa stabil.
Nilai yang ditunjukkan kemudian dicatat dan dilakukan tiga kali pengulangan
untuk mendapatkan nilai rata-rata.
Data hasil pengukuran disimpan untuk digunakan sebagai acuan perbandingan
pH dan suhu media, baik media selektif maupun media vinasse untuk BPF.
3.4.2
Isolasi BPF dari Sampel Tanah
Dibuat satu seri pengenceran 10-1 sampai 10-8 dari sampel tanah pada metode
sebelumnya dengan cara, sebanyak 25 gr sampel tanah dimasukkan kedalam 225 ml
larutan garam fisiologis steril lalu dihomogenkan selama 1 jam pada inkubator
goyang dengan kecepatan 150 rpm. Hasil dari pengenceran ini diperoleh seri
pengenceran 10-1. Selanjutnya 1 ml larutan dari pengenceran 10-1 dihomogenkan
dengan 9 ml larutan garam fisiologis dan diperoleh pengenceran 10-2. Pengenceran
dilakukan hingga seri pengenceran 10-8. Hasil pengenceran selanjutnya ditumbuhkan
kedalam media Pikovskaya Agar dengan menggunakan metode sebaran terhadap 100
l dari masing-masing seri pengenceran dan diinkubasi terbalik pada suhu 30o C
13
selama 72 jam. Keberadaan BPF ditunjukkan dengan terbentuknya koloni yang
dikelilingi oleh zona bening (holozone). Pemurnian dilakukan terhadap beberapa
koloni yang berbeda secara makroskopis dan mikroskopis ke media Pikovskaya lain
dengan metode goresan untuk mendapatkan isolat tunggal. Lima isolat tunggal BPF
yang membentuk indeks zona bening paling besar dari hasil pemurnian dibuat stok
pada media Pikovskaya Agar miring dan diinkubasi pada suhu 30o C selama 72 jam
lalu disimpan untuk digunakan sebagai inokulum pada metode selanjutnya
(Suliasih dan Rahmat, 2007).
3.4.3
Pembuatan Kurva Pertumbuhan
Diambil satu ose dari stok BPF dalam media Pikovskaya Agar lalu
diinokulasikan dalam 25 ml media Pikovskaya cair dan diinkubasi pada suhu ruang
diatas inkubator bergoyang dengan kecepatan 150 rpm selama 32 jam. Pengenceran
dilakukan setiap empat jam selama 32 jam mulai dari 10-1 hingga 10-12 secara
bertingkat untuk dihitung kepadatan Collony Form Unit (CFU) per ml dengan metode
Total Plate Count. Sebanyak 5 l dari masing-masing sampel pengenceran
ditumbuhkan dengan metode drop plate pada media Pikovskaya lalu diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 30o C selama 32 jam. Perhitungan kepadatan CFU per ml
berdasarkan standar jumlah koloni antara 5 sampai dengan 50 dan dihitung dengan
rumus sebagai berikut (Fardiaz et al., 1993).
Total koloni per cawan (CFU ml) =
3.4.4
koloni per cawan .
1000 μl
5μl
. faktor
1
pengenceran
Uji Kemampuan Tumbuh dalam Media Vinasse
Kemampuan
tumbuh
isolat
dalam
media
vinasse
diamati
dengan
menggunakan parameter pola pertumbuhan pada media vinasse terhadap isolat yang
telah diinkubasi dalam media Pikovskaya cair pada inkubator bergoyang dengan
kecepatan 150 rpm selama fase logaritmik dari masing-masing isolat. Uji dilakukan
dengan menggunakan suspensi vinasse dan akuades dengan perbandingan 1:0
(vinasse murni), 1:1, 1:2 dan 1:3 untuk mendapatkan formulasi yang terbaik. Hasil
inkubasi pada media Pikovskaya cair kemudian diinokulasikan sebanyak 1 ml
14
kedalam larutan vinasse dan diinkubasi selama 32 jam pada inkubator bergoyang
dengan kecepatan 150 rpm dengan pengenceran mulai dari 10-1 hingga 10-12 secara
bertingkat untuk dihitung kepadatan CFU per ml dengan metode Total Plate Count
setiap empat jam. Sebanyak 5 l dari masing-masing sampel pengenceran
ditumbuhkan dengan metode drop plate pada media Pikovskaya Agar dan diinkubasi
pada suhu 30o C selama 32 jam. Perhitungan kepadatan CFU bakteri dilakukan
menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan pada kurva pertumbuhan dalam
media Pikovskaya cair.
3.4.5
Identifikasi BPF
Identifikasi dilakukan terhadap isolat BPF terpilih adaptif vinasse sampai
tingkat genus dengan merujuk kepada buku Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology 2nd Edition Vol. 2, 3 dan, 4 (Brenner et al., 2009a; Brenner et al.,
2009b; Brenner et al., 2009c; Vos et al., 2009; dan Krieg et al., 2010). Kriteria yang
digunakan sebagai parameter dalam identifikasi meliputi pengamatan makroskopis,
mikroskopis serta uji biokimia.
Pengamatan makroskopis dilakukan dengan cara menumbuhkan isolat BPF
terpilih adaptif vinasse pada media Pikovskaya Agar dan diinkubasi pada suhu 30o C
selama 72 jam. Hasil inkubasi kemudian diamati secara langsung pada bentuk koloni,
diameter koloni, permukaan koloni, elevasi, tepi dan warna koloni berdasarkan
parameter berikut.
Tabel 3.1. Parameter pengamatan morfologi makroskopis
Variabel
Bentuk koloni
Permukaan koloni
Elevasi
Tepi koloni
Struktur dalam
Warna koloni
Pertumbuhan
Garis koloni
Kriteria
Sirkular, irregular, rhizoid, filamentous, curled, myceloid
Mengkilat, tidak mengkilat
Effuse, convex, umbonated, pulvinated, dll
Entire, erose, crenate, undulate, dll
Transparan, opaque, smooth, dll
Berwarna (sebutkan), tidak berwarna
Permukaan, tengah, didasar media
Konsentris, radial, tanpa garis koloni
15
Pengamatan mikroskopis isolat BPF terpilih adaptif vinase dilakukan dengan
melakukan uji pewarnaan Gram, pewarnaan endospora, pengamatan pergerakan sel,
serta pewarnaan flagella berdasarkan Jutono (1987) sebagai berikut.
a.
Pewarnaan Gram.
Pewarnan Gram bertujuan untuk mengetahui bentuk sel dan sifat dinding
sel bakteri. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengambil satu ose
biakan BPF terpilih umur 24 jam dari media Pikovskaya lalu diletakkan di atas
gelas benda yang telah ditetesi dengam akuades steril. Isolat tersebut kemudian
difiksasi diatas lampu Bunsen hingga sel isolat bakteri diperkirakan menempel
dengan sempurna di atas gelas benda. Isolat yang telah menempel pada gelas
benda kemudian ditetesi dengan dengan larutan cat Hucker’s Crystal Violet
(Gram A) sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama 1 menit lalu dicuci dengan
air mengalir dan dikeringaginkan. Selanjutnya isolat tersebut ditetesi dengan
beberapa tetes larutan Mordan Lugol’s Iodine (Gram B) dan didiamkan selama 1
menit, lalu dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Isolat selanjutnya
ditetesi dengan larutan pencuci (Gram C) yang berperan sebagai peluntur, selama
30 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Tahap akhir dari
pengecatan ini adalah dengan memberikan 2-3 tetes larutan cat Safranin
(Gram D) sebagai cat penutup dan didiamkan selama 2 menit, lalu dicuci dengan
air mengalir dan didiamkan hingga benar-benar kering. Hasil yang diperoleh dari
pengecatan ini kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat.
Bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu sedangkan bakteri Gram
negatif akan berwana merah.
b.
Pewarnaan endospora
Pewarnaan endospora bertujuan untuk mengetahui keberadaan endospora
dari suatu sel bakteri. Endospora bakteri memiliki sifat resistensi yang tinggi
sehingga tidak dapat diwarnai dengan pengecatan biasa. Pengecatan endospora
dilakukan dengan menggunakan cat hijau malakit. Langkah awal yang dilakukan
adalah dengan mengambil satu ose biakan BPF terpilih umur 24 jam dari media
16
Pikovskaya lalu diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi dengan akuades
steril. Isolat tersebut kemudian difiksasi diatas lampu bunsen hingga sel isolat
bakteri diperkirakan menempel dengan sempurna di atas gelas benda.
Selanjutnya hasil fiksasi tersebut ditetesi dengan cat hijau malakit sebanyak
mungkin selama 30 detik lalu dicuci dengan air mengalir selama 30 detik dan
dikeringanginkan. Hasil pengecatan ini kemudian ditetesi dengan safranin selama
30 detik lalu dicuci dengan air mengalir kemudian didiamkan hingga kering.
Hasil yang diperoleh dari pengecatan ini diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran kuat. Spora yang terlepas dari sel akan tampak berwarna hijau, spora
yang masih terdapat di dalam sel akan tampak transparan, sedangkan sel
vegetatif akan berwarna merah.
c.
Pengamatan pergerakan sel
Pengamatan pergerakan sel dilakukan dengan menggunakan metode
hanging drop. Pada metode ini, isolat BPF terpilih diinokulasikan pada akuades
lalu divorteks dan diteteskan pada cekungan gelas benda khusus hangging drop
lalu ditutup dengan gelas penutup. Hasil tersebut kemudian diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran sedang. Bakteri yang memiliki motilitas akan
terlihat bergerak didalam preparat, baik secara soliter ataupun berkelompok.
d.
Pewarnaan flagella
Pewarnaan flagella bertujuan untuk mengetahui keberadaan flagella dari
sel bakteri yang diketahui memiliki pergerakan atau motilitas. Flagella pada
dasarnya adalah filamen-filamen protein halus yang sulit diamati secara umum
dan tidak dapat diwarnai dengan pengecatan biasa. Prinsip dasar agar flagella
dapat diamati adalah dengan memperbesar diameternya menggunakan mordan
dan cat akan terikat dengan kuat. Tahap awal yang dibutuhkan adalah dengan
menginkubasi suspensi isolat BPF terpilih dalam 200-300 ml akuades steril pada
suhu 37o C selama 10 jam. Setelah didinginkan, diambil 1 ose suspensi dan
diletakkan pada bagian tepi permukaan gelas benda yang telah dipanasi pada
baigan ujungnya kemudian gelas benda dimiringkan sehingga cairan mengalir ke
17
daerah yang telah dipanasi. Suspensi tersebut kemudian dikeringanginkan dengan
cepat lalu difiksasi diatas lampu bunsen. Hasil fiksasi kemudian ditetesi dengan
safranin berlebih dan didiamkan selama 3,5 menit. Kemudian buang safranin lalu
ditambahkan dengan larutan mordan berlebih dan didiamkan selama 7 menit.
Hasil tersebut kemudian dicuci dengan air mengalir dan didiamkan hingga benarbenar kering. Hasil yang diperoleh dari pengecatan ini kemudian diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat. Flagella akan tampak berwarna
lebih muda dibandingkan dengan warna sel vegetatifnya.
Uji biokimia yang digunakan sebagai parameter identifikasi adalah uji
katalase, pigmentasi, oksidasi fermentasi, hidrolisis gelatin, produksi indol, reduksi
nitrat dan hidrolisis pati merujuk pada Jutono (1987) sebagai berikut.
a.
Uji Katalase
Uji katalase dilakukan dengan menggunakan larutan H2O2 3%. Tahap
awal yang dilakukan adalah dengan menginokulasikan isolat BPF terpilih pada
media miring selama 48 jam dengan suhu 37
O
C. Setelah masa inkubasi
kemudian ditambahkan 200 - 300 ml larutan H2O2 pada permukaan medium. Jika
terjadi reduksi H2O2 akan terlihat adanya gelembung-gelembung udara di
sekeliling pertumbuhan isolat bakteri. Jika dalam uji tersebut tidak dihasilkan
gelembung, maka uji dinyatakan negatif.
b.
Uji Pigmentasi.
Penampakan pigmentasi pada isolat bakteri pada dasarnya akan teramati
jika isolat tersebut tumbuh dalam kondisi aerob, yaitu pada isolat yang tumbuh
dipermukaan media, sehingga dapat diamati secara makroskopis. Namun
demikian, pengamatan lebih lanjut terhadap pigmentasi dapat diamati dengan
cara menginokulasikan isolat bakteri berumur 1 minggu terhadap beberapa
pelarut pigmen, diantaranya adalah
alkohol, eter, khloroform dan, aseton.
Keberadaan pigmen dari isolat tersebut dapat terlihat dari warna, sifat difusi
dalam media serta daya kelarutan pigmen pada berbagai macam zat pelarut
tersebut.
18
c.
Uji Oksidasi Fermentasi
Uji oksidasi fermentasi dilakukan dengan menginokulasikan isolat BPF
dalam media oksidasi fermentasi selama 48 jam dan diamati adanya perubahan
warna menjadi kebiruan.
d.
Hidrolisis Gelatin
Uji hidrolisis gelatin dilakukan dengan menginokulasikan isolat BPF pada
media gelatin dan diinkubasi 48 jam lalu disimpan dalam lemari pendingin
minimal delapan jam. Jika media tidak memadat setelah disimpan dalam lemari
pendingin maka isolat tersebut mampu merombak gelatin.
e.
Produksi Indol
Isolat BPF diinokulasikan pada media Tripton cair dan diinkubasi pada
selama 48 jam. Hasil inkubasi kemudian ditetesi dengan ether lalu dihomogenkan
dengan sentrifuse lalu secara perlahan ditetesi dengan reagen Ehrlich. Reaksi
positif terjadi jika terbentuk lapisan warna merah ungu dibawah lapisan eter.
f.
Reduksi Nitrat
Isolat BPF diinokulasikan pada media nutrien cair dan ditambahkan
dengan KNO3 0,1% lalu diinkubasi selama 48 jam. Hasil inkubasi kemudian
ditetesi dengan larutan asam sulfanilik dan reagen 1-napthylamine masing
masing sebanyak 1ml. Terbentuknya warna merah muda menandai adanya reaksi
positif pembentukan nitrit dari nitrat yang tersedia pada media.
g.
Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati dilakukan dengan menginokulasikan isolat BPF pada
media pati agar dalam petridis lalu diinkubasi selama 48 jam. Hasil inkubasi
kemudian ditetesi dengan larutan iodin untuk memperlihatkan terbentuknya zona
bening disekitar koloni.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Skrining BPF Secara Semikuantitatif
Sebanyak sembilan isolat bakteri diisolasi dari tanah lahan tebu Pabrik Gula
Jatiroto yang dialiri vinasse dengan suhu 27o C hingga 28o C dengan pH tanah
berkisar antara 4 sampai dengan 6 pada kondisi tidak hujan di pagi hari dalam masa
tanam. Dari sembilan isolat bakteri hanya terdapat lima isolat yang memiliki aktifitas
pelarutan fosfat yang ditandai dengan kemampuan tumbuh pada media Pikovskaya
Agar dan menghasilkan zona bening disekitar koloni, yaitu pvk-5a, pvk-5b, pvk-6b,
pvk-7a, dan pvk-8a (Gambar 4.1).
Terbentuknya zona bening disekitar koloni menunjukkan bahwa isolat
tersebut mampu menghasilkan asam organik ekstraseluler yang mampu berikatan
dengan ion Ca- yang terikat dalam bentuk Ca3(PO4)2 pada media Pikovskaya agar dan
membebaskan ion H2PO4 sehingga membentuk area yang berwarna lebih jernih
daripada area yang masih memiliki P terikat. Menurut Widawati et al. (2006), asam
organik tersebut dapat berupa asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat,
glikooksalat, malat, fumarat, tartarat ataupun asam alpha-ketobutirat. Menurut Chen
et al. (2005), isolat yang mampu membentuk zona ini adalah BPF.
5a
6b
8a
7a
5b
Gambar 4.1 Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni isolat BPF pvk-5a, pvk-5b,
pvk-6b, pvk-7a dan pvk-8a pada media Pikovskaya Agar inkubasi 72
jam pada suhu 320 C
20
Pengamatan terhadap terbentuknya zona bening disekitar koloni isolat BPF
menunjukkan adanya indeks yang bervariasi (Tabel 4.1). Isolat pvk-5a adalah isolat
dengan indeks pelarutan terbesar, sedangkan isolat pvk-6b memiliki indeks pelarutan
terkecil. Variasi indeks tersebut dapat disebabkan karena perbedaan kemampuan
isolat BPF dalam mensekresikan asam organik ekstraselulernya sehingga zona bening
yang terbentuk berbeda. Selain itu, ukuran koloni tidak berpengaruh terhadap
terbentuknya zona bening disekitar koloni tersebut. Hal ini ditunjukkan dari
penelitian bahwa ukuran diameter suatu koloni yang besar tidak selalu menghasilkan
zona bening yang besar pula. Uji pelarutan P melalui pengamatan zona bening
disekitar koloni dalam media Pikovskaya agar tersebut bersifat semi kuantitatif
karena hasil indeks zona bening yang diperoleh belum dapat menunjukkan kadar P
terlarut yang berhasil diikat oleh BPF secara akurat.
Tabel 4.1 Rerata indeks pelarutan P dari isolat BPF pada media Pikovskaya
agar umur 72 jam.
Nama Isolat
pvk-5a
pvk-5b
pvk-6b
pvk-7a
pvk-8a
Rerata Diameter Koloni (mm)
3,75
3,78
2,08
3
2,74
Rerata Indeks Zona Pelarutan P (mm)
2,01
1,52
1,01
1,65
1,58
Berdasarkan penelitian Rodriguez dan Fraga (1999), bakteri yang mampu
melarutkan fosfat diantaranya terdiri dari genus Pseudomonas, Bacillus, Rhizobium,
Burkholderia,
Achromobacter,
Agrobacterium,
Microccocus,
Aereobacter,
Flavobacterium dan Erwinia. Escherichia, Serratia, dan Chromobacterium. Bakteri
genus tersebut sudah umum digunakan sebagai agen pupuk hayati untuk
membebaskan P terikat yang terdapat dalam tanah.
21
4.2 Pola Pertumbuhan Isolat BPF Terpilih pada Media Pikovskaya Cair dan
Vinasse Cair
Kemampuan adaptasi BPF pada penelitian ini terlebih dahulu diamati
berdasarkan pola pertumbuhan masing-masing isolat pada media Pikovskaya,
kemudian diuji pada media vinasse. Uji pertumbuhan pada media Pikovskaya
bertujuan untuk mengamati isolat yang memiliki daya adaptasi terbaik pada media
Pikovskaya. Fase logaritmik yang teramati dari setiap isolat selanjutnya akan
digunakan sebagai patokan waktu awal untuk inkubasi pada media vinasse. Hasil
pengamatan pada media vinasse memperlihatkan bahwa semua isolat BPF tidak
tumbuh pada media vinasse murni. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal,
diantaranya adalah oBx, pH, kandungan bahan organik sebagai sumber nutrisi serta
nilai osmolaritas dan viskositas pada vinasse.
Berdasarkan penelitian Hidalgo (2009), nilai derajat brix (oBx) pada vinasse
yang memiliki nilai rentang antara 24 sampai 40 adalah nilai yang cukup tinggi.
Kondisi ini disebabkan adanya padatan berupa sukrosa yang tidak sepenuhnya larut
dalam vinasse. Selain itu, kondisi bahan kering dengan nilai 21% sampai dengan
31,7% dan serat dengan nilai mencapai 15,1% yang tersisa dalam vinasse akan
berpengaruh terhadap osmolaritas dan viskositas vinasse. Oleh sebab itu diperlukan
adanya pengenceran untuk mengurangi nilai derajat brix, osmolaritas dan viskositas
pada vinasse sehingga dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan tambahan pemupukan
maupun sumber nutrisi bagi organisme hidup lainnya. Berdasarkan hal tersebut,
penelitian dilanjutkan dengan uji isolat BPF pada media vinasse dengan pengenceran
1:1, 1:2 dan, 1:3 (vinasse : akuades). Pengenceran ini dilakukan untuk mengurangi
nilai oBx, osmolaritas dan viskositas vinasse yang diindikasikan sebagai faktor
pembatas adaptasi BPF dalam media tersebut. Hasil pengamatan dari kurva
pertumbuhan yang terbentuk oleh isolat BPF pada media Pikovskaya dan vinasse
ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.2.
14
12
10
8
6
4
2
0
pvk-5a
pvk-5b
pvk-6b
pvk-7a
0
4
8
12 16 20 24 28 32
pvk-8a
Waktu Inkubasi (Jam)
(a)
12
10
8
pvk-5a
6
pvk-5b
4
pvk-6b
2
pvk-7a
0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu inkubasi (jam)
(b)
pvk-8a
Log jumlah sel (CFU/ml)
Log jumlah sel (CFU/ml)
Log Jumlah Sel (CFU/ml)
22
8
6
pvk-5a
4
pvk-5b
2
pvk-6b
0
pvk-7a
0 4 8 12 16 20 24 28 32
pvk-8a
Waktu inkubasi (jam)
(c)
Gambar 4.2 Pola pertumbuhan isolat BPF terpilih pada media dalam waktu inkubasi
32 jam (a) media Pikovskaya cair (b) media vinasse cair perbandingan
1:2 (c) media vinasse cair perbandingan 1:3
Grafik pertumbuhan isolat BPF terpilih pada media Pikovskaya menunjukkan
rata-rata fase logaritmik pada media pikovskaya terdapat pada umur biakan 12 sampai
dengan 16 jam, tetapi dengan jumlah sel yang berbeda (Gambar 4.2). Pada akhir
pengamatan sebagian isolat mengalami penurunan populasi sel sedangkan yang
lainnya menunjukkan kecenderungan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
beberapa isolat masih memungkinkan untuk mengalami fase pertumbuhan lebih
lanjut dalam waktu yang lebih lama dari waktu inkubasi 32 jam dan belum memasuki
fase kematian.
Kurva pertumbuhan isolat BPF sampai dengan inkubasi 32 jam pada
penelitian ini menunjukkan dua tipe pola pertumbuhan yang berbeda, yaitu
pertumbuhan diauxic dan normal. Pertumbuhan diauxic terjadi pada isolat pvk-5a,
pvk-5b, dan pvk-8a. Pertumbuhan diauxic adalah pertumbuhan isolat yang
mengalami dua fase logaritmik dengan kecepatan pertumbuhan yang berbeda.
23
Menurut Baker et al. (2011), pertumbuhan diauxic disebabkan karena pemanfaatan
ketersediaan nutrisi sebagai sumber karbon yang berbeda dalam media sehingga
mengakibatkan berubahnya kecepatan pertumbuhan isolat tersebut. Pertumbuhan
diauxic pada penelitian ini terjadi karena isolat BPF menggunakan sumber karbon
berupa glukosa dan serat yang terdapat dalam vinasse. Kecepatan pertumbuhan
pertama terjadi karena BPF memanfaatkan glukosa sebagai sumber karbon yang lebih
sederhana sehingga BPF segera memasuki fase logaritmiknya. Setelah glukosa habis
selanjutnya BPF kembali memasuki fase adaptasi untuk memecah serat yang terdapat
dalam vinasse menjadi karbon sederhana dan selanjutnya akan memasuki fase
logaritmik kedua. Isolat yang memiliki jumlah populasi tertinggi adalah isolat pvk-5a
pada umur inkubasi 16 jam pada akhir fase logaritmiknya yang pertama dengan
jumlah 1,6 x 109 CFU/ml. Berdasarkan aspek kemampuan adaptasi dalam arti
bertahan hidup dalam jumlah populasi seperti awal masa pertumbuhan dalam jangka
waktu yang lama, maka isolat pvk-5b adalah isolat yang tumbuh relatif paling baik
pada media Pikovskaya. Selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh isolat pvk-5a,
dan ketiga isolat lainnya yaitu pvk-6b, pvk-7a, dan pvk-8a.
Inokulasi isolat terpilih pada vinasse 1:1 ternyata tetap tidak menghasilkan
pertumbuhan yang dapat ditampilkan dalam bentuk kurva pertumbuhan karena BPF
tidak tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa vinasse murni dan vinasse
denganpengenceran 1:1 tidak sesuai untuk pertumbuhan kelima isolat BPF. Diduga
bahwa isolat BPF yang diinokulasikan kedalam media vinasse tidak mampu
memanfaatkan sumber nutrisi yang terdapat pada media vinasse dengan kondisi
dengan kepekatan tersebut sehingga menyebabkan kematian pada BPF sebelum
mampu merombak nutrisi yang terdapat dalam media vinasse.
Pola pertumbuhan isolat BPF dalam media vinasse dengan pengenceran 1:2
mengalami fluktuasi. Isolat pvk-5a, pvk-6b dan pvk-8a cendurung mengalami
penurunan sampai jumlah populasi nol selama waktu inkubasi delapan jam pertama.
Namun isolat pvk-5a terdeteksi tumbuh kembali setelah waktu inkubasi 20 jam
hingga mencapai jumlah populasi awal kemudian menuju fase kematian mulai umur
24
inkubasi jam ke 28 hingga jam ke 32. Isolat pvk-5b dan pvk-7a memiliki kurva yang
berbeda dengan ketiga isolat BPF lainnya yaitu mengalami percepatan pertumbuhan
setelah waktu inkubasi empat jam hingga mencapai fase eksponensial. Kedua isolat
tersebut mengalami pertumbuhan diauxic. Laju pertumbuhan yang sangat cepat pada
isolat pvk-5b pada akhirnya akan mengakibatkan laju kematian yang cenderung lebih
cepat. Hal disebabkan karena sumber nutrisi yang dimanfaatkan lebih cepat habis.
Sedangkan isolat pvk-7a mengalami pertumbuhan diauxic yang perlahan sehingga
fase kematian terjadi lebih lambat daripada isolat pvk-5b. Hal ini menunjukkan
bahwa pvk-7a memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengolah sumber nutrisi
yang terdapat dalam media vinasse, namun tetap dapat beradaptasi dengan cukup baik
sehingga tidak mudah mengalami fase kematian karena kekurangan sumber nutrisi.
Pola pertumbuhan yang terbentuk pada media vinasse dengan pengenceran 1:2
memperlihatkan bahwa isolat pvk-6b dan, pvk-8a tidak adaptif. Namun, isolat pvk5a, pvk-5b dan pvk-7a adalah isolat yang berpotensi adaptif terhadap vinasse.
Inokulasi BPF pada media vinasse 1:3 juga memperlihatkan adanya
pertumbuhan, namun membentuk kurva yang berbeda dengan vinasse pada
pengenceran sebelumnya. Pola pertumbuhan isolat BPF pada media vinasse
pengenceran 1:3 menunjukkan kemampuan adaptasi yang tidak lebih baik dari uji
sebelumnya. Hal ini terlihat dari
hanya tiga isolat dari lima isolat yang
diinokulasikan yang mampu tumbuh sampai umur empat jam dengan jumlah sel
tertinggi 1,9x102 CFU/ml pada isolat pvk-5a. Namun, ketiga isolat tersebut pada
akhirnya mengalami fase kematian pada waktu inkubasi delapan jam dan mencapai
jumlah sel terendah.
Kurva pertumbuhan pada media pikovskaya dan media vinasse merupakan
representasi dari kemampuan adaptasi BPF terhadap media tersebut. Hasil inokulasi
BPF pada media vinasse menunjukkan bahwa pertumbuhan BPF kurang baik dalam
media vinasse pada empat macam pengencerani, yaitu vinasse murni, pengenceran
1:1 dan, 1:3. Ketidakmampuan tumbuh BPF terhadap media vinasse dengan
pengenceran tersebut mengindikasikan bahwa BPF tidak adaptif. Berbeda dengan
25
pengenceran 1:2, terdapat tiga isolat yang berpotensi adaptif pada vinasse 1:2 yaitu
pvk-5a, pvk-5b, dan pvk-7a yang terlihat dari adanya pertumbuhan pada formulasi
tersebut sampai dengan periode waktu yang lebih lama (antara 20 sampai dengan 28
jam) dibandingkan dengan isolat lainnya, akan tetapi masih lebih pendek daripada
inkubasi dalam media Pikovskaya (lebih dari 32 jam). Dengan demikian, formulasi
vinasse 1:2 adalah formulasi yang cukup baik bagi pertumbuhan BPF pada penelitian
ini yang selanjutnya diperlukan uji lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan BPF kurang adaptif.
Oleh karena daya toleransi dari kelima isolat BPF dalam penelitian ini tidak
diketahui memiliki karakteristik seperti pada genus bakteri tertentu, maka perlu
dilakukan identifikasi lebih lanjut terutama untuk isolat yang berpotensi adaptif pada
media dengan pengenceran 1:2 (vinasse : akuades), walaupun kurva yang terbentuk
tidak sebaik yang terbentuk pada media Pikovskaya.
4.4 Identifikasi Morfologi Makroskopis, Mikroskopis, dan Biokimia Isolat BPF
Terpilih
Identifikasi isolat BPF pada penelitian ini dilakukan berdasarkan morfologi
makroskopis, mikroskopis dan uji biokimia merujuk pada Bergey’s (Brenner et al.,
2009a; Brenner et al., 2009b; Brenner et al., 2009c; Vos et al., 2009; dan Krieg et
al., 2010) dan Jutono (1987). Hasil identifikasi morfologi makroskopis dan
mikroskopis menunjukkan bahwa lima isolat BPF memiliki perbedaan bentuk
makroskopis dan mikroskopis sehingga dapat digolongkan sebagai isolat berbeda.
Selanjutnya identifikasi biokimia dilakukan terhadap isolat BPF terpilih yang
berpotensi adaptif pada media vinasse 1:2. Karakteristik morfologi makroskopis dan
mikroskopis kelima isolat BPF ditampilkan dalam Tabel 4.2.
26
Tabel 4.2 Karakteristik isolat BPF terpilih berdasarkan morfologi makroskopis dan
mikroskopis
No
2
Karakteristik
isolat bakteri
Bentuk Koloni
Biakan cawan
Biakan miring
Biakan tegak
Permukaan
3
4
5
6
Elevasi
Tepi Koloni
Bagian Dalam
Warna Koloni
1
pvk-5a
pvk-5b
irregular
echinulated
beaded
tidak mengkilap
Curled
Echinulated
Beaded
tidak
mengkilap
RCBE
Crenate
Opaque
putih susu
Isolat
pvk-6b
Irregular
Echinulated
echinulated
tidak mengkilap
RCBE
RCBE
undulate
crenate
opaque
opaque
putih
putih
kekuningan
kekuningan
7
Pertumbuhan
permukaan
Permukaan
permukaan
8
Garis Koloni
konsentris
Konsentris
konsentris
9
Bentuk Sel
Kokus
Kokus
kokus
10
Sifat Gram
Negatif
Negatif
negatif
11
Endospora
12
Motilitas
13
Flagella
Keterangan :
RCBE = Raised with Concave Beveled Edge
(+) : ada
(-) : tidak ada
pvk-7a
pvk-8a
irregular
echinulated
beaded
tidak
mengkilap
umbonated
undulate
opaque
putih susu
Curled
echinulated
beaded
tidak mengkilap
permukaan
konsentris
kokus
negatif
-
umbonated
undulate
opaque
putih
kekuningan
permukaan
konsentris
kokus
negatif
-
Data hasil pengamatan morfologi makroskopis memperlihatkan bahwa koloni
BPF yang berhasil diisolasi memiliki perbedaan pada bentuk koloni pada semua
bentuk media baik cawan, miring maupun tegak. Selain itu juga terdapat beberapa
perbedaan pada elevasi dan tepi koloni, namum memiliki kesamaan pada warna
koloni yang kekuningan dengan bagian dalam opaque dan tumbuh dipermukaan
media dengan garis konsentris. Berbeda halnya dengan pengamatan mikroskopis
yang secara umum memperlihatkan ciri yang sama pada bentuk sel kokus, sifat gram
negatif, tanpa endospora, serta non-motil tanpa flagella. Kesamaan beberapa ciri
morfologi makrsoskopis dan mikroskopis tersebut mengindikasikan bahwa kelima
isolat BPF tersebut terdapat dalam golongan genus yang sama, oleh sebab itu perlu
dilakukan pendekatan uji biokimia sebagai identifikasi mendekati genus. Identifikasi
mendekati genus terbatas pada isolat BPF yang berpotensi adaptif pada media vinasse
dengan pengenceran 1 : 2, yaitu pvk-5a, pvk-5b dan pvk-7a sebagai isolat BPF
27
terpilih potensial adaptif vinasse. Karakteristik biokimia ketiga isolat BPF terpilih
ditampilkan dalam Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Karakteristik biokimia isolat BPF terpilih yang berpotensi adaptif dalam
media vinasse
No
Karakteristik biokimia
Isolat
isolat bakteri
pvk-5a
pvk-5b
1
Katalase
+
+
2
Pigmentasi
3
Oks/ fer
4
Nitrat
5
Indol
6
Reduksi gelatin
7
Hidrolisis pati
Keterangan :
(+) : positif / ada reaksi (-) : negatif / tidak ada reaksi
pvk-7a
+
-
Hasil pengamatan makroskopis, mikroskopis dan uji biokimia merujuk pada
Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology 2nd Edition Vol. 2, 3 dan, 4 (Brenner et
al., 2009a, Brenner et al., 2009b, Brenner et al., 2009c, Vos et al., 2009 dan, Krieg et
al., 2010) memperlihatkan bahwa isolat pvk-5a, pvk-5b dan, pvk-7a yang merupakan
isolat BPF potensial adaptif terbaik yang memiliki kemiripan dengan genus
Chromobacterium dengan ciri bentuk sel kokus, gram negatif, non-motil, tanpa
endospora, indol negatif dan memiliki kemampuan katalase positif, kecuali untuk
kemampuan reduksi nitrat. Kesamaan isolat BPF terpilih dengan beberapa BPF pada
penelitian sebelumnya berdasarkan Bergey’s (Brenner et al., 2009a; Brenner et al.,
2009b; Brenner et al., 2009c; Vos et al., 2009; dan Krieg et al., 2010) ditampilkan
dalam tabel pada Lampiran F.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebanyak lima isolat BPF berhasil diisolasi dari lahan tebu Pabrik Gula
Jatiroto kabupaten Lumajang Jawa Timur dengan kode isolatpvk-5a, pvk-5b, pvk-6b,
pvk-7a dan pvk-8a. Kelima isolat BPF tersebut memiliki indeks kelarutan P berkisar
antara 1,1 sampai dengan 2,1 dalam media pikovskaya agar namun tidak mampu
tumbuh pada media vinasse murni. Tiga dari lima isolat BPF mampu berpotensi
adaptif dalam media vinasse dengan pengenceran 1:2 (vinasse : akuades), yaitu isolat
pvk-5a, pvk-5b dan pvk-7a. Hasil identifikasi morfologi makroskopis, mikroskopis
dan biokimia diketahui tiga isolat BPF terpilih yang berpotensi adaptif tersebut
memiliki kemiripan dengan kelompok genus Chromobacterium.
5.2 Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa vinasse berpotensi untuk digunakan
sebagai media pembawa agen pupuk hayati berupa BPF jika dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan menggunakan formulasi yang terbaik. Selain itu, untuk
melengkapi karakteristik kelima isolat BPF yang berhasil diisolasi dari lahan tebu
Pabrik Gula Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan analisis 16s rRNA atau analisis lain untuk dapat
mengetahui identifikasi isolat BPF tersebut sampai tingkat spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arshad, M. & Frankenberger, W.T. 1993. “Microbial Production of Plant Growth
Regulators.” Dalam Mettind, F.B (Ed.). Soil Microbial Ecology. New
York: Marcel Dekker, Inc.
Baker, S., Griffths, C., Nicklin, J. 2004. Microbiology. Fourth Edition. Nwe York:
Garland Science. Taylor & Francis Group.
Brenner, D.J., Krieg, N. R., & Staley, J. T. 2009a. Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology. Second Edition. Volume Two The Proteobacteria Part A.
Introductory Essays. New York: Springer Science+Business Media.
Brenner, D.J., Krieg, N. R., & Staley, J. T. 2009b. Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology. Second Edition. Volume Two The Proteobacteria Part B.
The Gammaproteobacteria. New York: Springer Science+Business Media.
Brenner, D.J., Krieg, N. R., & Staley, J. T. 2009c. Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology. Second Edition. Volume Two. The Proteobacteria Part C.
The Alpha-, Beta-, Delta-, and Epsilonproteobacteria. New York: Springer
Science+Business Media.
Fardiaz. S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ginting, R. C. B., Saraswati R., dan Husein E. 2006. “Mikroorganisme Pelarut
Fosfat”. Dalam Simanungkalit, Suriadikarta, Saraswati, Setyorini, dan
Hartatik (Ed.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Hanafiah, K. A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Jutono. 1987. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Krieg, N. R., Staley, J. T., Brown, D. R., Hedlund, B. P., Paster, B. J., Ludwig,
W., Ward, N. L, & Whitman, W. B. 2010. Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology. Second Edition. Volume Four. The Bacteroidetes,
Spirochaetes, Tenericutes(mollicutes), Acidobacteria, Fibrobacteres,
Fusobacteria,
Dictyoglomi,
Gemmatimonadetes,
Lentisphaerae,
30
Verrucomicrobia, Chlamydiae, and Planctomycetes. New York: Springer
Science+Business Media.
Muraleedharam, H., Seshadri, S., & Perumal, K. 2010. Biofertilizer
Phosphobacteria. Chennai: Shri AMM Murugappa Chettiar Research
Center.
Rao, N. S. 1994. Biofertilizeres inAgriculture and Forestry. 3rd Edition. New
Delhi: Oxford and IBH Publishing Co. Pvt. LTD.,PP: 129-135.
Simanungkalit, R. D. M., Husein E., dan Saraswati. 2006. “Baku Mutu Pupuk
Hayato dan Sistem Pengawasannya”. Dalam Simanungkalit, Suriadikarta,
Saraswati, Setyorini, dan Hartatik (Ed.). Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian.
Vos, P. V., Garrity, G. M., Jones, D., Krieg, N. R., Ludwig, W., Rainey, F. A.,
Schleifer, K. H., & Withman, W. B. 2009. Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology. Second Edition. Volume Three. The Firmicutes. New York:
Springer Science+Business Media.
Tidak diterbitkan
Gaur, A. C. 1981. Phospho-microorganism and varians transformation InCompost
Technology. Project Field Document FAO (13):106-111.
Husen, E. 2004. Prosedur Pengambilan Contoh Tanah untuk Analisis Mikroba
Leaflet Balai Penelitian Tanah. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Terbitan Berkala
Chen. Y.P., Rekha. P.B., Arun. A.B., Shen. F.T., Lai. W.A., & Young. C.C. 2005.
Phosphate solubilizing bacteria from subtropical soil andtheir tricalcium
phosphate solubilizing abilities. Applied Soil Ecology 34(2006):33-41
Cortez & Perez. 1997. Experiences on Vinasse Disposal Part III: Combustion
of Vinasse -# 6 Fuel Oil Emultion. International Journal1 4(1):1.
31
Gaur, A. C., & Kundu, B. S. 1980. Establisment of Nitrogen Fixing and
Phosphate Solubilizing Bacteria in Rhizosphere and their effect on yield
and nutrient uptake of wheat crop. Plant Soil 57 (21) : 223 -230.
Illmer, P. & Schinner, F. 1995. Solubilization of inorganic calciumphosphate
solubilization mechanisms. Soil Biol. Biochem., 27: 257-63.
Keneni, A., Assefa, F., and Prabu, P. C., 2010. Isolation of Phosphate Solubilizing
Bacteria from the Rhizosphere of Faba Bean of Ethiopia and Their
Abilities on Solubilizing Insoluble Phosphates. J. Agr. Sci. Tech., 12: 7989.
Mariano, Cliveralo, Angelis & Bonotto. 2009. The Use of Vinasse as an
Amandment To ex-situ Bioremediation of Soil and Groundwater
Contaminated with Diesel Oil. An International Journal. 4(52): 1-5.
Mehrvars, S. & Chaichi, M. R. 2008. Efect of Phosphate Solubilizing
Microorganisms and Phosphorus Chemical Fertilizer on Forage and Grain
Quality of Barely (Hordeum vulgare L.). American-Eurasian J. Agric. &
Environ. Sci., 3 (6) : 855-856.
Rodríguez, H., & Fraga, R. 1999. Phosphate solubilizing bacteria and their role in
plant growth promotion. Biotechnol Adv 17: 319-339.
Suliasih dan Rahmat. 2007. Aktivitas Fosfatase dan Pelarutan Kalsium Fosfat oleh
beberapa Bakteri Pelarut Fosfat. Biodiversitas, 8 (1): 23-26
Widawati, S., dan Suliasih. 2006. Populasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) di
Cikaniki, Gunung Botol, dan Ciptarasa, serta Kemampuannya Melarutkan
P Terikat di Media Pikovskaya Padat. Biodiversitas. 7 (2): 10-14
Media Elektronik
Finance. 2009. Info Market untuk Bioethanol 95%. http://finance.groups.yahoo
.com/group/apbi/messages439. [8 Desember 2010].
Hidalgo, K. 2009. Vinasse in Feed: Good for Animal and Environment. Cuba:
Institut of Animal Science, San
Jose De Las Lajas.
http:allaboutfeed.net.20090707-8_fet_vinasse.pdf. [30 Agustus 2010].
Patentstorm. 2010. Composition For Qualitative Screening Of Phosphate
Solubilizing Microorganisms And A Qualitative Method For Screening
Microorganisms.
http://www.patentstorm.us/patents/6638730/fulltext.
html. [5 November 2010].
32
Zanuar. 2010. Pengolahan Limbah Gula sebagai Pupuk Organik
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15122.0 [8 Desember 2010].
LAMPIRAN
A. KOMPOSISI MEDIA
A.1 Komposisi Media Pikovskaya
Komposisi
Glukosa
Ca3 (PO4)2
(NH4)2 SO4
NaCl
MgSO4.7H.sub.2 O
KCl
yeast extract, 0.5
MnSO4.H.sub.2 O
FeSO4.7H.sub.2 O
(Paternstorm 2010)
Jumlah (gr/l)
10
5
0,5
0,2
0,1
0,2
0,5
0,02
0,02
A. 2 Komposisi Media Nutrien Agar (NA)
Komposisi
Ekstrak Daging
Pepton
NaCl
Agar
Jumlah (gr/l)
10
10
5
15
A. 3 Komposisi Media O-F Hugh & Leifson’s
Komposisi
BPW
Agar
BTB
Jumlah (gr/50 ml)
50 ml
Agar 0,75
BTB 0,25 ml
A. 4 Komposisi Media Gelatin
Komposisi
Ekstrak Daging
Pepton
Gelatin
Jumlah (gr/l)
3
5
12 s.d 15 %
A.5 Komposisi Media Tripton Cair
Komposisi
Tripton
Ekstrak Daging
Jumlah (gr/l)
10
3
34
A.6 Komposisi Media Nitrat Cair
Komposisi
Ekstrak Daging
Pepton
KNO3
Jumlah (gr/l)
3
5
1
A.7 Komposisi Media Pati Agar
Komposisi
Ekstrak Daging
Pati Terlarut (Soluble Starch)
Agar
Jumlah (gr/l)
1
2
1,5 s.d 2 %
A.8 Komposisi Media Glukosa Ekstrak Khamir Agar
Komposisi
Ekstrak Khamir
Pepton
Glukosa
Agar
Jumlah (gr/l)
5
5
10
20
35
B. KOMPOSISI LARUTAN PENGECATAN GRAM
B.1 Larutan Cat Hucker’s Crystal Violet (Gram A)
Bahan
Kristal Violet
Etil Alkohol 95
Ammonium Oksalat
Akuades
Jumlah
2 gr
20 ml
0,8 gr
80 ml
B2. Larutan Mordan Lugol’s Iodine (Gram B)
Bahan
Yodium
Kalium Yodida
Akuades
Jumlah
1 gr
2 gr
300 ml
B.3 Larutan Pencuci (Gram C)
Bahan
Aseton
Etil Alkohol 95 %
Jumlah
50 ml
50 ml
B4. Larutan Cat Safranin (Gram D)
Bahan
Safranin
Etil Alkohol 95 %
Akuades
Jumlah
0,25 gr
10 ml
90 ml
36
C. PENGECATAN GRAM ISOLAT BPF
a
c
b
d
e
Keterangan. Pewarnaan gram isolat BF perbesaran 100 kali (a) pvk-5a; (b) pvk5b; (c) pvk-6b; (d) pvk-7a; (e)pvk-8a
37
D. PEWARNAAN ENDOSPORA ISOLAT BPF
a
b
d
c
e
Keterangan. Pewarnaan endospora isolat BF perbesaran 100 kali (a) pvk-5a; (b)
pvk-5b; (c) pvk-6b; (d) pvk-7a; (e)pvk-8a
E. DATA JUMLAH ISOLAT PADA MEDIA PIKOVSKAYA
Waktu
Inkubasi
(Jam)
0
4
8
12
16
20
24
28
32
Isolat pvk-5a
Jumlah sel
Log
(CFU/ml)
jumlah sel
6
1,2 x10
6,09
5,8 x106
6,76
4,2 x107
7,62
8,4 x1011
11,92
1,6 x1013
13,30
1,4 x109
9,15
9
1,0 x10
9,02
1,4 x1010
10,14
1,6 x109
9,19
Isolat pvk-5b
Jumlah sel
Log
(CFU/ml)
jumlah sel
7
6,2 x10
7,79
9,2 x106
6,96
2,8 x108
8,45
9,4 x108
8,97
5,8 x109
9,76
1,6 x109
9,21
9
1,8 x10
9,26
3,4 x109
9,53
4,6 x109
9,66
Isolat pvk-6b
Jumlah sel
Log
(CFU/ml)
Jumlah sel
7
1,4 x10
7,15
4,6 x106
6,66
5,8 x108
8,76
3,2 x108
8,50
4,0 x108
8,60
5,6 x108
8,75
8
6,6 x10
8,82
1,5 x108
8,16
4,4 x106
6,64
Isolat pvk-7a
Jumlah sel
Log
(CFU/ml)
jumlah sel
7
1,2 x10
7,10
1,0 x107
7,00
4,4 x107
7,64
1,6 x108
8,32
2,6 x108
8,41
2,4 x108
8,38
8
3,2 x10
8,51
1,3 x108
8,12
3,6 x106
6,56
Isolat pvk-8a
Jumlah sel
Log
(CFU/ml)
jumlah sel
5
8,4 x10
5,92
6,0 x107
7,00
6,4 x107
7,81
3,2 x108
8,50
1,5 x108
8,18
9,8 x106
6,23
5
6,6 x10
5,82
6,2 x107
7,79
5,4 x106
6,81
38
F. DATA JUMLAH ISOLAT PADA MEDIA VINASSE 1:2
Waktu
Inkubasi
(Jam)
0
4
8
12
16
20
24
28
32
Isolat pvk-5a
Jumlah sel
Log
(CFU/ml)
jumlah sel
7
3,0 x10
7,48
8,4 x105
5,92
4
7,6 x10
4,88
3,2 x107
7,51
-
Isolat pvk-5b
Jumlah sel
Log
(CFU/ml)
jumlah sel
7
1,6 x10
7,21
6,2 x104
4,79
6,6 x105
5,82
2,0 x106
6,30
7,0 x109
9,85
-
Isolat pvk-6b
Jumlah sel Log jumlah
(CFU/ml)
sel
6
2,4 x10
6,55
7,6 x107
7,88
-
Isolat pvk-7a
Jumlah sel
Jumlah sel
(CFU/ml)
(CFU/ml)
6
3,2 x10
6,51
5,6 x104
4,75
4,0 x107
7,62
2,2 x109
9,34
3,0 x108
8,48
7,2 x107
7,85
-
Isolat pvk-8a
Jumlah sel
Log jumlah
(CFU/ml)
sel
6
1,2 x10
6,89
1,0 x104
4,30
-
Keterangan : (-) Tidak tumbuh
39
Pvk-8a
kokus streptokokus nd = Not Described
-
-
Oksidase
+
-
Indole
nd
-
Nitrat
Chromobacterium kokus streptokokus Pvk-5a
kokus streptokokus Pvk-5b
kokus streptokokus -
nd
nd
nd
putih
nd
kuning
cerah
putih
putih
putih
susu
putih
katalase
+
+
+
+
+
nd
fermentasi
+/+
+/+
+
-
+
-
+
+
nd
+
+
+
+
+/+/+/+
+
nd
nd
nd
nd
nd
nd
+
+/+
-
aerob aerob aerob -
+
+
+
+
-
-
nd
-
aerob -
+
-
-
-
Respirasi
Flagella
nd
+
+
-
Sifat gram
Motilitas
streptobasil
monobasil
streptobasil
streptobasil
streptobasil
monobasil
nd
+
karotenoid
flexirubin
violet
-
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
aerob
aerob
aerob
aerob
aerob
aerob
(-)
(-)
(-)
-
(-)
Pigmen
Endospora
basil
basil
basil
basil
basil
basil
Warna koloni
Formasi sel
Pseudomonas
Bacillus
Escherichia
Serratia
Achromobacter
Flavobacterium
Bentuk sel
F. KECOCOKAN KARAKTERISTIK ISOLAT BPF POTENSIAL ADAPTIF VINASSE
40
Download