dibalik polemik tuntutan kenaikan upah

advertisement
DIBALIK POLEMIK TUNTUTAN KENAIKAN UPAH
Dyah Kusuma Wardhani1, Erik Budianto2, Hajar Winatul Khurnia3,
Fita Winda Utari4
1
Universitas Negeri Malang, [email protected]
2
Universitas Negeri Malang, [email protected]
3
Universitas Negeri Malang, [email protected]
4
Universitas Negeri Malang, [email protected]
ABSTRAK
Demo yang terus dilakukan buruh saat memperingati hari buruh, berulang kali menyuarakan
tuntutan buruh tentang kenaikan upah.Sayangnya pemerintah terpaksa “menutup telinga” dan
mengabaikan tuntutan buruh karena berbagai faktor yang harus dipertimbangkan. Kenaikan upah
biasanya diikuti dengan kenaikan harga barang, sehingga tetap saja naiknya upah belum
menjadikan kehidupan para buruh menjadi layak. Dari sisi pengusaha upah merupakan salah satu
komponen biaya produksi yang apabila dinaikkan maka akan memotong keuntungan, sehingga
untuk mendapatkan keuntungan yang sama, pengusaha akan menaikkan harga produk mereka, atau
mengurangi penggunaan tenaga kerja/buruh (PHK). Dampak yang ditimbulkan dari tuntutan
kenaikan upah ini mulai bercabang-cabang, ada dampak positif dan negative. Disinilah peran
pemerintah di butuhkan. Harus ada kebijakan yang tidak memihak satu pihak saja, dan pemerintah
harus menjadi penengah yang adil.
Kata Kunci: Upah, Buruh, Pengusaha, Kesejahteraan, Adil, Pemerintah
Latar Belakang
Saat ini Indonesia merupakan
negara kepulauan dengan penduduk
terpadat keempat di dunia, penduduk
yang besar ini tidak diimbangi
dengan kesejahteraan masyarakat
yang merata, banyak pengusaha kaya
yang makin memperkaya dirinya dan
masyarakat miskin tidak bisa keluar
dari
belenggu
kemiskinan.
Dibandingkan
dengan
negara
serumpun dan tetangga terdekatnya,
kesejahteraan masyarakat Indonesia
berada di posisi dua terendah,
sedangkan Timor Leste menempati
urutan
terakhir.
Indonesia
penyumbang kemiskinan terbanyak
diantara negara-negara Asia tenggara
lainnya.
Hanya ada sekitar 20%
penduduk Indonesia yang bisa hidup
layak, sementara sisanya masih jauh
dari kata hidup layak. Tingkat
kesejahteraan sendiri biasanya diukur
dengan kenaikan penghasilan riil
perkapita. Penghasilan riil perkapita
adalah sama dengan pendapatan
nasional riil secara keseluruhan yang
dihasilkan selama satu tahun dibagi
dengan seluruh jumlah penduduk.
Tingkat kesejahteraan penduduk
akan tercapai jika pendapatan
nasional riil meningkat lebih cepat
dibandingkan
pertumbuhan
www.irdhresearch.com
penduduk.
Faktor
yang
mempengaruhi tinggi rendahnya
pendapatan
perkapita
suatu
penduduk adalah faktor penduduk
dan faktor tenaga kerja. Jumlah
penduduk tidak diiringi dengan
jumlah ketersediaan lapangan kerja.
Sebagian besar masyarakat
Indonesia bekerja sebagai buruh,
tidak jarang pula para wanita ikut
bekerja menggantikan posisi kepala
keluarga karena berbagai alasan.
Kebutuhan ekonomi yang semakin
meningkat seiring meningkatnya
harga kebutuhan pokok mendorong
mereka untuk ikut membantu
perekonomian keluarga dengan
bekerja. Namun hal itu tidak
diimbangi dengan upah yang layak.
Hari pertama di bulan Mei
merupakan hari kebebasan bagi
buruh untuk menyuarakan gaung
suara mereka yang “belum” sempat
didengar. Tuntutan umum kaum
buruh yang berulang kali disuarakan
adalah peningkatan kesejahteraan
melalui kenaikan upah minimum
yang
sesuai
dengan
standart
kebutuhan hidup layak yang sudah
diatur dalam UU No.13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Sayangnya
pemerintah
terpaksa
“menutup
telinga” dan mengabaikan tuntutan
buruh karena berbagai faktor yang
harus dipertimbangkan.
Kenaikan upah biasanya diikuti
dengan kenaikan harga barang,
sehingga tetap saja naiknya upah
belum menjadikan kehidupan para
buruh menjadi layak.
Dari sisi
pengusaha upah merupakan salah
satu komponen biaya produksi yang
apabila dinaikkan maka akan
memotong keuntungan, sehingga
untuk mendapatkan keuntungan yang
sama, pengusaha akan menaikkan
harga
produk
mereka,
atau
mengurangi penggunaan tenaga
kerja/buruh (PHK). Selain dibebani
dengan UMP pengusaha juga
dibebani
dengan
kewajiban
menyediakan fasilitas yang layak
bagi buruh khususnya buruh
perempuan termasuk pengaturan dan
pengamanan ekstra bagi pekerja
perempuan yang shift malam, juga
sejumlah tunjangan-tunjangan lain
diluar upah pokoknya.
Oleh
karena
itu,
kami
mengambil judul artikel “Dibalik
Polemik Tuntutan Kenaikan Upah”
untuk melihat dari dua sudut
pandang yang berbeda untuk bisa
menarik
kesimpulan
dan
memberikan solusi yang tidak
berpihak pada pihak manapun.
Kajian pustaka
Tuntutan kaum buruh adalah
peningkatan upah minimum dengan
pertimbangan standart kebutuhan
hidup layak yang sesuai. Meski
Indonesia dikenal sebagai negara
yang cukup maju dibanding negara
Asia Tenggara lainnya, namun dalam
urusan upah buruh Indonesia masih
terbelakang. Kita tertinggal jauh di
bawah negara kecil seperti Filipina
dan Vietnam. Dapat kita lihat di
setiap tanggal 1 Mei yang merupakan
hari
Buruh
Nasional
selalu
diperingati dengan demo besarbesaran menuntut kenaikan upah.
Apakah gaji buruh saat ini belum
www.irdhresearch.com
cukup? Apa yang terjadi pada
pengusaha yang menggaji buruh
apabila gaji buruh ditingkatkan? Apa
yang dapat dilakukan pemerintah
untuk mengatasi masalah ini?. Mari
kita bahas masalah tuntutan kenaikan
upah buruh ini secara lebih obyektif.
Buruh adalah seorang yang
melakukan suatu pekerjaan untuk
mendapat hasil yang sesuai dengan
jasa atau pekerjaan yang telah ia
lakukan, dan hasil tersebut adalah
berupa upah atau gaji yang akan
digunakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari,
sebagai
seorang manusia modern dewasa ini,
tentunya
tiap
individu
ingin
memperoleh peningkatan untuk
mencapai taraf hidup yang lebih
baik. Oleh karena itu, untuk
memenuhi hal tersebut tidaklah
berlebihan bila buruh menuntut
kenaikan upah/gaji mereka. Sampai
saat ini pengupahan di Indonesia
masih
carut-marut,belum
ada
peraturan yang benar-benar berpihak
pada
buruh
untuk
masalah
pengupahan bahkan pemerintah.
Karena pemerintah jauh lebih
mementingkan kepentingan pasar/
perusahaan yang lebih membawa
nilai lebih bagi mereka. Jelas
memang, bahwa peningkatan upah
buruh memerlukan kajian yang
matang,
tidak
bisa
langsung
diputuskan tanpa melihat efek
samping yang akan ditimbulkan.
Banyak yang beranggapan bahwa
kenaikan
upah
buruh
akan
berpengaruh pada kenaikan harga
bahan pokok atau ada juga yang
beranggapan bahwa kenaikan upah
buruh
tidak
sesuai
dengan
keterampilan kerja mereka yang
masih unskill. Anggapan ini tidak
sepenuhnya salah. Seiring dengan
kenaikan
upah,
harga-harga
kebutuhan pokok pun akan ikut
melonjak. Banyak buruh yang hanya
lulusan SMA atau SMK bahkan SMP
atau SD yang bekerja. Namun
apakah kemampuan kita yang
“sedikit” diuji dalam memenuhi
kebutuhan pokok pantas disetarakan
dengan perjuangan hidup buruh
sehari-harinya?
Apakah
ketidakterampilan
buruh
yang
disebabkan karena tidak semua orang
bisa merasakan bangku perguruan
tinggi membuat mereka tidak pantas
untuk memperoleh hidup yang
layak?.
Rata-rata buruh bekerja 8 jam
sehari, dengan menekuni pekerjaan
yang sama tiap harinya, ada juga
yang terus bekerja sebagai buruh
hingga bertahun-tahun. Dengan gaji
yang terbilang hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja
mereka tetap menjalani profesinya
karena memang tidak ada pilihan
lain, ketersediaan lapangan kerja
yang minim tidak diimbangi dengan
meluapnya angka pencari kerja.
Membuat mereka bertahan dengan
pekerjaan mereka. Sampai saat ini
pun apabila kita mendengar kata
“buruh” maka yang muncul di benak
kita adalah seseorang yang hidupnya
pas-pasan, dimana barang berharga
yang dimiliki hanyalah sepeda
motor. Meninjau itu semua, maka
sangatlah tidak bijak apabila kita
merasa keberatan jika seseorang
www.irdhresearch.com
yang kita bayangkan tersebut akan
mendapatkan kehidupan yang layak.
Sebagai sesama umat manusia kita
memiliki hak yang sama untuk
merasakan hidup yang lebih layak
tanpa
memandang
tingkat
pendidikan, suku, ras, dan agama.
Saat ini upah buruh akan naik
setiap tahun secara otomatis, dengan
formula upah minimum tahun ini
ditambah persentase inflasi dan
angka pertumbuhan ekonomi. Ini
merupakan inti dari paket kebijakan
ekonomi
tahap
empat,
yang
diumumkan Menteri Koordinator
Perekonomian Darmin Nasution di
Istana Negara. Upah buruh akan naik
setiap tahun, berdasarkan nilai inflasi
dan pertumbuhan ekonomi. Maka,
upah tahun depan adalah upah
minimum
sekarang
ditambah
persentase kenaikan inflasi, ditambah
pertumbuhan ekonomi. Jadi misalnya
inflasi tahun ini lima persen,
pertumbuhan ekonomi lima persen,
maka tahun depan upahnya adalah
upah minimum tahun ini ditambah
10 persen. Formula ini berlaku di
seluruh Indonesia, kecuali di delapan
provinsi yaitu Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Papua Barat,
Gorontalo, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku
Utara. Hal ini dikarenakan upah
minimum di delapan provinsi itu
dianggap belum layak. Tapi kalau
serta merta dinaikan ke tingkat layak,
terlalu berat (buat pengusaha). Jadi
diberikan masa transisi empat tahun.
Selain nilai inflasi dan pertumbuhan
ekonomi, Standar Kebutuhan Hidup
Layak (KHL) adalah dasar dalam
penetapan
Upah
Minimum.
Komponen Kebutuhan Hidup Layak
(KHL)
merupakan
komponenkomponen pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari yang dibutuhkan
oleh seorang pekerja lajang selama
satu bulan. Sebelum menetapkan
Upah Minimum Propinsi, Dewan
Pengupahan yang terdiri dari
perwakilan
serikat
pekerja,
pengusaha, pemerintah, dan pihak
netral
dari
akademisi
akan
melakukan survey Kebutuhan Hidup
Layak (KHL).
Peraturan mengenai KHL, diatur
dalam UU No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Pembahasan lebih
dalam mengenai ketentuan KHL, diatur
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. 17 tahun 2005 tentang Komponen
dan Pentahapan Pencapaian Kebutuhan
Hidup Layak. Namun, Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun
2005 direvisi oleh Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 tentang
Perubahan Penghitungan KHL. Jumlah
jenis kebutuhan yang semula 46 jenis
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. 17 tahun 2005 menjadi 60 jenis
KHL dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. 13 tahun 2012. Penambahan
baru sebagai berikut :










Ikat pinggang
Kaos kaki
Deodorant 100 ml/g
Seterika 250 watt
Rice cooker ukuran 1/2 liter
Celana pendek
Pisau dapur
Semir dan sikat sepatu
Rak piring portable plastic
Sabun cuci piring (colek) 500 gr
per bulan
www.irdhresearch.com




Gayung plastik ukuran sedang
Sisir
Ballpoint/pensil
Cermin 30 x 50 cm
Selain penambahan 14 jenis
baru KHL tersebut, juga terdapat
penyesuaian/ penambahan Jenis
kualitas dan kuantitas KHL serta
perubahan jenis kebutuhan. Standar
KHL terdiri dari beberapa komponen
yaitu :
 Makanan & Minuman (11 items)
 Sandang (13 items)
 Perumahan (26 items)
 Pendidikan (2 item)
 Kesehatan (5 items)
 Transportasi (1 item)
 Rekreasi dan Tabungan (2 item)
Dari data diatas kita dapat
menarik sebuah kesimpulan, bahwa
untuk memperoleh kehidupan yang
dapat dikatakan layak kita perlu
memiliki setidaknya kebutuhan yang
ada pada data diatas. Buruh yang
merasa tidak ada solusi lain selain
mengandalkan gaji pun akan terus
menuntut kenaikan gaji agar
kebutuhan mereka dapat terpenuhi.
Di sisi lain, pengusaha perlu
memikirkan tuntutan buruh ini
dengan hati-hati. Ada banyak
perusahaan yang memiliki karyawan
yang tidak sedikit, bahkan mungkin
ada yang mencapai ribuan. Misalnya
sebuah perusahaan memiliki 500
karyawan, pada tahun ini gaji buruh
di perusahaan tersebut 1.500.000,
jika buruh menginginkan kenaikan
upah misalnya sebesar 300.000 maka
biaya gaji yang harus dikeluarkan
perusahaan
bertambah
sebesar
150.000.000 tiap bulannya. Hal ini
membuat
perusahaan
harus
memikirkan
bagaimana
cara
menutup tambahan biaya tersebut
agar profit atau laba yang dihasilkan
perusahaan tetap seperti sebelumnya.
Gaji merupakan bagian dari
biaya produksi, jika biaya produksi
naik, maka perusahaan harus
menaikkan harga hasil produksi agar
tambahan biaya produksi itu dapat
tertutupi. Selain menaikkan harga,
solusi lain yang dimiliki perusahaan
adalah dengan mengurangi tenaga
kerja, jika seperti ini, buruhlah yang
akan kembali merasakan ketidak
adilan. Sebagai mana yg kita ketahui
bahwa banyak perusahaan yg
didirikan
di
Indonesia,
baik
perusahaan
asing
maupun
perusahaan dalam negeri. Dengan
adanya perusahaan tersebut, secara
otomatis akan menyerap banyak
tenaga kerja untuk membantu proses
produksi ataupun distribusi yang
akan mengurangi jumlah penggguran
di Indonesia. Tentu saja keberadaan
perusahaan-perusahaan tersebut akan
menimbulkan dampak positif, baik di
lingkungan
internal
maupun
eksternal perusahaan. Turunnnya
para buruh ke jalanan untuk
menuntut dinaikkannnya gaji mereka
(peningkatan UMR) ini akan sangat
perlu
dipertimbangkan
oleh
perusahaan.Para buruh seharusnya
tahu apabila mereka menuntut untuk
dinaikkan
gajinya
(peingkatan
UMR), perusahaan memiliki banyak
pertimbangan. Perusahaan dalam
mendirikan suatu usaha, pastinya
memiliki tujuan tertentu. Selain
www.irdhresearch.com
untuk memperkaya diri/ mencari
profit, mereka juga perlu biaya untuk
memperbaiki
mesin-mesin
perusahaan
atau
bahkan
pembaharuan mesin, jika memang itu
diperlukan. Kemudian untuk biaya
perawatan
mesin,
pastinya
perusahaan juga memiliki keinginan
atau tujuan lain yaitu mendirikan
suatu cabang/anak perusahaan untuk
melebarkan sayap. Dimana untuk
mendirikan
cabang
tentunya
memerlukan dana yg tidak sedikit.
Perusahaan
harus
membangun
gedung, membeli mesin-mesin (jika
diperlukan),
peralatan
kantor,
peralatan administrasi dan lain
sebagainya. Namun di satu sisi,
dengan
perusahaan
mendirikan
cabang baru, maka akan menciptakan
suatu lapangan pekerjaan baru pula.
Tenaga kerja akan banyak terserap
dan
mengurangi
tingkat
pengangguran. Selain mengurangi
tingkat
pengangguran,
dengan
adanya perusahaan di daerah
tersebut, akan menambah pula
endapatan/pemasukan di daerah
setempat yang akan berpengaruh
pula pada pendapatan nasional di
Indonesia.
Tidak
selamanya
penuntutan kenaikan upah buruh bisa
menguntungkan atau merugikan
semua pihak. Semua memiliki
dampak negatif dan positif masingmasing.
Begitu
pula
dengan
peningkatan kesejahteraan
para
buruh, dimana tidak melulu harus
dengan menaikkan upah/gaji mereka.
Ada solusi lain untuk hal
tersebut,
diantaranya
adalah
pemerintah
bisa
memberikan
penyuluhan/pelatihan berwiraswasta.
Pemerintah
harus
mau
menganggarkan sedikit APBD demi
kemaslahatan bersama, sehingga
baik pihak buruh dan perusahaan
tidak ada yang merasa dirugikan.
Pemerintah harus tau bahwa Kita
ketahui
dengan
diberikannya
berbagai ilmu bermanfaat utamanya
untuk berwiraswasta akan mendidik
atau melatih para birih agar dapat
meningkatkan
daya
kreatifitas
mereka. Para buruh tidak akan lagi
menggantungkan pendapatannya dari
gaji perusahaan saja. Mereka akan
jauh lebih berpikir akan menciptakan
suatu usaha/inovasi baru untuk
berwiraswasta. Dengan demikian,
tanpa kita sadari dengan adanya
inovasi baru dari para buruh, akan
pula memiliki dampak positif yang
lain.
Para buruh akan berpikir untuk
mencari pendapatan sampingan
dengan membuka usaha baru,
dimana ini adalah salah satu dari
manfaat
diadakannya
penyuluhan/pelatihan tersebut. Selain
dapat menambah pendapatan pokok,
mereka juga bisa menciptakan
lapangan pekerjaan baru, dengan ini
terjadinya penyerapan tenaga kerja
baru. Pengangguran sekali lagi telah
teratasi. Tanpa disadari, dengan
terjadinya hal ini maka para buruh
akan terkesan lebih maju dan lebih
ternilai di mata masyarakat karena
mereka lebih mampu menciptakan
suatu lapangan pekerjaan baru yg
tidak lagi bergantung pada upah
mereka di perusahaan. Dengan kata
lain, kesejahteraan para buruh tidak
www.irdhresearch.com
harus dengan meningkatkan upah
mereka, tapi membuat mereka lebih
kreatif
dan
inovatif
untuk
menciptakan peluang, bukan malah
menunggu suatu peluang baru
mereka mau bergerak.
Studi Kasus
Kenaikan
Upah
Bikin
27
Perusahaan Sepatu PHK 110 Ribu
Karyawan
Liputan6.com, Jakarta Perlambatan
ekonomi
dunia
berdampak besar terhadap bisnis
industri sepatu atau alas kaki di
Indonesia.
Akibatnya
banyak
perusahaan
alas
kaki
telah
melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) terhadap ratusan ribu
karyawan di seluruh Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan
Indonesia
(Aprisindo),
Eddy
Widjanarko
mengungkapkan,
sebanyak 110 ribu orang karyawan di
PHK selama periode yang telah
berjalan tahun ini. "Tercatat 27
perusahaan alas kaki mengeluarkan
110 ribu orang karyawan. Itu terjadi
di daerah Tangerang, Bekasi,
Bandung, dan Surabaya," ucap dia
saat
berbincang
dengan
Liputan6.com, Jakarta, Minggu
(3/5/2015).
Eddy membeberkan alasannya,
karena pengusaha alas kaki tertekan
dengan upah minimum regional
(UMR) yang terus mengalami
kenaikan setiap tahun secara
signifikan. Beban itu, kata dia, terus
menghantam perusahaan di saat
ekonomi dunia tengah lesu. Ekspor
alas kaki terus merosot, termasuk
penjualan di dalam negeri sehingga
pendapatan pengusaha menyusut.
"Penyebabnya
kenaikan
UMR,
ekonomi Eropa lesu. Belum lagi
penjualan di dalam negeri sedang
sepi, dan akhirnya stok jutaan pasang
sepatu enggak terjual. Lihat saja
seminggu lagi pasti diobral," keluh
Eddy. Dia meramalkan, kondisi
pelemahan ekonomi dunia masih
akan berlangsung hingga beberapa
tahun ke depan. Bahkan Eddy
memprediksi potensi krisis dapat
terjadi pada 3-4 tahun mendatang.
"Karena tidak ada uang beredar, di
mana
pengucuran
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) hanya bersifat seremonial
saja, akhirnya tidak ada yang beli
produk kami di mal atau pusat
perbelanjaan lain. Lama-lama pada
tutup semua," tutur Eddy.
Analisis pembahasan
Berdasarkan kasus di atas
kita dapat melihat bagaimana sebuah
pabrik sepatu banyak melakukan
PHK terhadap karyawannya, selain
karena
adanya
perlambatan
perekonomian dunia saat itu juga
dapat dilihat bahwa kenaikan UMR
terhadap
buruh
juga
terlalu
signifikan. Memang benar apabila
masyarakat mendapat gaji yang besar
maka akan menaikan pendapatan
nasional,
tapi
harus
tetap
diperhatikan bahwa di sisi lain para
pengusaha/
penyedia
lapangan
pekerjaan juga akan goncang karena
gaji yang harus di bayar pada setiap
www.irdhresearch.com
buruh meningkat sedangkan produksi
tetap, hal ini dapat menyebabkan
perusahaan rugi yang nantinya dapat
menyebabkan bangkrut dan banyak
tenaga kerja yang akan menganggur.
Dengan begitu para buruh pasti akan
rugi
karena
tidak
mendapat
pekerjaan,disisi lain perusahaan juga
akan rugi karena tidak dapat
melakukan
produksi
untuk
memenuhi permintan pasar, dan
masih banyak dampak yang akan
terjadi bagi laju perekonomian. Oleh
karena
itu
dibutuhkan
peran
pemerintah untuk mengatur secara
bijak seberapa UMR yang tepat bagi
masing-masing
daerah
yang
mempunyai taraf hidup yang
berbeda-beda.
Sehingga
perekonomian dapat berjalan dengan
baik dan seimbang.
REFERENSI
Rahardjo,
M
Dawam.
1987.
Perekonomian Indonesia –
Pertumbuhan dan Krisis.
Jakarta: LP3ES
www.kemenperin.go.id/ diakses tgl
20 Oktober 2016
www.m.detik.com/ diakses tgl 20
Oktober 2016
www.irdhresearch.com
Download