TERJADINYA PERANG SUDAN Oleh : Davy Nuruzzaman Abstraksi Sudan adalah sebuah negara yang terletak di benua Afrika,negara yang dikenal sebagai ladang minyak ini berbatasan dengan negara Mesir di sebelah utara,negara Chad disebelah barat dan selatan,serta negara Ethiopia disebelah timur.Sudan memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1956,dan sampai dengan sekarang Sudan masih mengalami krisis keamanan yang disebabkan perang saudara.Perang saudara ini terjadi antara sudan utara dan sudan selatan.Basis dari Sudan Utara berada di Khartoum sedangkan Sudan Selatan berada di Darfur.Perang ini terjadi karena adanya konflik kepentingan politik yang menyeret dua kubu yang kuat di Sudan. Keyword : Teori Konflik,Sudan Selatan,Integrasi sebagai penyelesaian konflik PENDAHULUAN Latar Belakang Sudan memperoleh kemerdekaan di tahun 1956,namun setelah merdeka Sudan mengalami berbagai peperangan di negerinya. Perang saudara yang terjadi dari tahun 1955 sampai tahun 1972 dan pada tahun 1983 sampai 2005. Perang saudara ini sebagai suatu bentuk perjuangan atas sumber daya alam dan kekuasaan terhadap otoritas Khartoum (ibu kota Sudan). Pada awalnya perang ini dikarenakan oleh orang-orang di Selatan yang tertarik untuk meningkatkan pengaruh politik mereka di negeri Sudan, namun seiringin dengan semakin menurunnya konflik, keinginan mereka bergeser dari yang semula ingin menamcapkan pengaruh politik di Khartoum menjadi tuntutan untuk memperoleh kemerdekaan. Akhirnya konflikpun pecah disana pada tahun 1983, beberapa kelompok yang terdiri dari negara-negara Afrika mencoba untuk membicarakan perdamaian, namun hal ini selalu gagal. Pembicaraan mengenai proses perdamaian pun berlanjut seiringan dengan berkecamuknya perang disana yang akhirnya menciptakan perjanjian, perjanjian ini memberikan solusi bersama terhadap konflik yang akan diterima oleh berbagai pihak. Pada bulan Mei 2004,perjanjian perdamaian ditandatangani yang menyediakan pembagian kekuasaan bersama antara pihak Utara dan Selatan. Disini Utara didefinisikan sebagai otoritas Khartoum atau pemerintah negara Sudan dan Selatan sebagai pihak pemberontak yang berada di daerah Darfur. Namun pada kenyataanya perjanjian tersebut pun tidak memberikan perdamaian di Sudan karena konflik Darfur telah semakin memuncak dimana konflik ini telah terjadi selama beberapa dekade. Rumusan Masalah 1.) Apakah penyebab perang Sudan? 2.) Apa sajakah langkah-langkah penyelesaian perang Sudan? Tujuan 1.) Untuk mengetahui sebab-sebab perang Sudan. 2.) Untuk mengetahui langkah langkah yang diambil untuk meredam perang Sudan. 3.) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Landasan Teori Menurut Wese Becker, konflik merupakan proses sosial dimana orang atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain yang di sertai dengan ancaman atau kekerasan1.Kemudian ada juga teori Peter Wallenstein yang mendefinisikan konflik sebagai situasi sosial dimana terdapat minimal dua aktor2. Bentuk konflik biasanya teridentifikasikan oleh suatu kondisi oleh sekelompok manusia, yang di dalamnya terdiri dari suku, etnis, budaya, agama, ekonomi, politik, sosial, yang berbeda beda. 1 2 http://iwansmile.wordpress.com/teori-konflik-2/ http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ Mochtar Mos’eod, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin, dan Metodologi Sumber konflik terletak pada hubungan antara negara-negara yang dilandasi adanya sifat egoisme, aspirasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan serta kedudukan negara dalam hubungannya dengan negara lain. Bila suatu negara terlalu berpegang teguh kepada pengakuan universal atas kemerdekaan politiknya dan kebebasan memilih serta bertindak, ia akan menemui dilemma karena ia pun harus menghormati kebebasan dan kemerdekaan yang sama dari setiap negara lain. Akan tetapi sebenarnya tidak ada negara satu pun yang bisa mempercayai negara lain, artinya keselamatan negara tergantung kepada usaha-usaha sendiri, karena itu setiap negara harus bersikap hati-hati dalam memelihara hubungan dengan negara lain. Contoh Kasus Perang Sudan atau Konflik pada dasarnya adalah perang saudara yang terjadi didalam negara Sudan.Konflik ini mengerucut pada dua kekuatan yang ada di Sudan,yaitu kelompok Khartoum di Sudan Utara dan kelompok Darfur di Sudan Selatan. Awalnya konflik di Darfur sudang merupakan konflik etnis dengan lingkup internal saja. Konflik tersebut bermula dari ketidakadilan perlakuan pemerintahan Sudan terhadap penduduk Selatan. Seperti yang diketahui wilayah Utara Sudan adalah mayoritas berpenduduk Islam sedangkan wilayah Selatan mayoritas berpenduduk Kristen. Konflik tersebut semakin panas dengan dipicu pula oleh perbedaan ras, di mana wilayah Utara adalah ras Arab dan wilayah selatan adalah ras Afrika (Negro). Namun konflik Sudan tersebut saat ini sudah berubah arah dari dasar latar belakang munculnya konfik tersebut. Itu dikarenakan adanya intervensi asing yang ikut berkecimpung di dalam konflik tersebut. Seperti yang diketahui di wilayah Sudan Selatan terdapat sumber daya alam berupa minyak, gas, dan uranium. Inilah yang membuat pihak asing, khususnya Negaranegara Barat (AS dan Inggris) dan China ikut campur tangan dalam konflik Sudan tersebut. Pihak asing tersebutlah yang membuat konflik etnis tersebut tak kunjung usai. Di sini, terjadi keadaan di mana etnis dijadikan sebuah instrument untuk mencapai kepentingan asing. Boleh dikatakan konflik Sudan adalah konflik etnis yang dipolitisi atau konflik etnis yang diboncengi kepentingan asing. Analisis Kasus dan Teori 1.) Faktor Konflik Internal sebagai Penyebab Perang Sudan Dalam permasalahan internasional konflik dikategorikan dalam konflik antar negara dan konflik intra negara (didalam negara). Michael E. Brown mendefinisikan konflik integral sebagai sengketa politik dengan kekerasan yang berpotensi menimbulkan kekerasan yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam negara daripada faktor eksternal yang terjadi didalam batas-batas satu negara3. Ada beberapa tipe dari konflik internal yang antara lain perjuangan dengan menggunakan kekerasan yang dilakukan oleh penduduk sipil atau pemimpin militer yang memperjuangkan kedaulatan negara dan ideologi mereka yang diyakininya, ada juga konflik etnis yang menimbulkan kekerasan.Pada umumnya konflik internal aktor utamanya adalah pemerintah dan kelompok pemberontak. Konflik Darfur yang terjadi di wilayah Sudan selatan ini merupakan contoh dari konflik internal. Konflik ini lebih disebabkan adanya faktor-faktor dalam negara seperti tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi masyarakat akibat kelangkaan untuk mendapatkan sumber alam yang menyebabkan konflik dalam skala dan kecil terjadi antara etnis Arab dan etnis Afrika antar tahun 1970-an hingga 1990-an di Darfur. Namun, pada awal Februari 2003 kelompok pemberontak yang melakukan penyerangan terhadap pusat pemerintahan dan militer yang ada di Darfur untuk menuntut pembagian nilai yang tidak merata kepada pemerintah Sudan atas praktek yang tidak adil,terutama dalam hal ekonomi dan politik yang dialami oleh rakyat Darfur. Hal ini menyebabkan lumpuhnya pemerintahan yang ada di Darfur, sehingga pemerintah menempatkan militer untuk melawan kaum pemberontak yang kemudian menyebabkan banyaknya korban sipil yang tewas. Hal ini terjadi karena adanya kelompok militan yang disinyalir pro-pemerintahan melakukan kekerasan disertai dengan aksi terror dengan membakar desa-desa, 3 http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ Michael E. Brown, “Ethnic and Internal Conflict: Causes and Implication” memperkosa wanita, dan membunuh banyak rakyat Darfur yang membuat konflik Darfur semakin tidak terkendali. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa konflik yang terjadi pada tahun 1970-an hingga 1990-an di Darfur dapat dikategorikan konflik horizontal antara kelompok etnis di Darfur, maka konflik yang bereskalasi kekerasan sejak tahun 2003 tersebut merupakan konflik vertikal yang menghadapkan kelompok pemberontakan dengan pemerintah Sudan. Adapun faktor perebutan sumber daya alam serta diskriminasi ekonomi di wilayah Darfur merupakan faktor ekonomi yang menimbulkan konflik. Selain itu, konflik antar etnik yang disertai militerisasi oleh pemerintah membuktikan adanya hubungan yang bermasalah dan keamanan internal serta pemberontakan yang terjadi karena pembagian kekuasaan yang tidak berimbang menandakan adanya sistem politik yang tidak baik. 2.) Strategi Penyelesaian Konflik a.) Kompetisi Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. b.) Akomodasi Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian. c.) Sharing Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan. d.) Kolaborasi Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak. e.) Penghindaran Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain. 3.) Berakhirnya Perang Sudan Perundingan Damai Nairobi 2005 mengantarkan gencatan senjata untuk mengakhiri perang sipil antara Sudan Utara dan Sudan Selatan yang telah berlangsung 22 tahun dan menelan korban 1,5 juta jiwa. Pemerintah Sudan dan para pemberontak yang bercokol di wilayah Selatan sepakat berdamai. Perjanjian damai antara kedua belah pihak itu secara formal ditandatangani oleh Wakil Presiden Sudan Ali Usman Taba dan pemimpin pemberontak John Garang di Nairobi,Kenya. Salah satu butir kesepakatan itu menyatakan, hukum Islam tak berlaku lagi di wilayah Selatan Sudan, yang sebagian besar penduduknya menganut Kristen dan animisme. Dengan kesepakatan ini bisa dipastikan konflik yang berlangsung sejak 1983 di wilayah bagian Selatan Sudan akibat penerapan hukum Islam di negara tersebut berakhir. Ditandanganinya kesepakatan ini membuat warga bersukacita. Luapan kegembiraan juga terlihat di semua penjuru wilayah Sudan. Setelah ditandatangani kesepakatan tersebut, masyarakat yang ada di Sudan Selatan (Darfur) secara tegas dan percaya diri meminta kepada pemerintahan Sudan yang berpusat di Khartoum untuk sesegera mungkin mengadakan referendum untuk menentukan nasib dari Sudan Selatan itu sendiri. Kemudian atas desakan dunia Internasional dan untuk menghindari korban perang yang semakin banyak, pemerintahan Sudan yang berpusat di Khartoum mengabulkan permintaan masyarakat Sudan Selatan yang sudah mendambakan adanya referendum untuk menentukan nasib apakah Sudan Selatan tetap menjadi bagian dari pemerintah Sudan atau memutuskan untuk berdiri sendiri sebagai negara yang berdaulat. Selanjutnya, otonomi selatan dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan bagian Selatan dibentuk. Sudan Selatan menjadi sebuah negara merdeka pada 9 Juli 2011 tengah malam (00:00) waktu setempat setelah referendum yang diselenggarakan pada Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Sudan daan menjadi negara yang berdaulat. Sudan Selatan menjadi negara anggota PBB. Negara ini juga merupakan anggota Uni Afrika. Sudan Selatan juga telah mendaftarkan diri untuk bergabung dengan Persemakmuran, Komunitas Afrika Timur, Dana Moneter Internasional, dan Bank Dunia. Negara ini juga dinyatakan dapat mendaftarkan diri untuk keanggotaan Liga Arab. Kesimpulan,Penutup dan Saran Banyak pemberitaan yang menampilkan konflik Darfur yang berkecamuk di Sudan adalah sebagai konflik internal antara etnis Afrika dengan etnis Arab yang diduga disponsori oleh Pemerintahan Sudan dengan para pemberontak. Namun hal itu dikira salah, karena konflik Sudan lebih tepatnya dijelaskan sebagai konflik yang berasal dari tidak meratanya sumber daya alam yang menyebabkan etnis Afrika yang terpinggirkan. Dengan semakin berkecamuknya konflik Darfur yang mendapatkan sorotan luas dari media dan banyaknya tekanan dari masyarakat internasional untuk segera menyelesaiakan konflik ini. Dalam membicarakan konflik Darfur harus dipahami bahwa upaya perundingan selalu diambil oleh pemerintah Sudan sejak masuknya peranan internasional. Didalam upaya penyelesaian konflik yang dikemukakan oleh Peter Wallenstein dimana terdapat 7 mekanisme untuk menyelesaikan konflik, yaitu : 1. Pihak-pihak yang bertikai melakukan modifikasi tujuan dan menggeser prioritasnya masing-masing. 2. Pihak-pihak yang bertikai pada tujuannya masing-masing namun menemukan satu titik dimana tercapainya kompromi terhadap situasi isu. 3. Taktik Horse Trading, yaitu suatu kondisi dimana satu pihak memperoleh semua tuntutannya terhadap isu sementara pihak yang lain mendapatkannya pada isu yang lain. 4. Kedua pihak sepakat untuk melakukan kontrol atau penguasaan secara bersama-sama atas wilayah atau sumber daya yang disengketakan. Pembagian kekuasaan (Power Sharing) dan pembagian kekayaan (Wealth Sharing) merupakan contoh dari mekanisme ini. 5. Menyerahkan kontrol pada pihak lain. Dalam hal ini pihak yang bertikai pada dasarnya meneirma dan setuju untuk menyelesaikan konflik yang ada melalui pihak ketiga sebagai mediator. 6. Menyerahkan penyelesaian konflik kepada suatu institusi atau mekanisme tertentu yang disepakati kedua pihak yang bertikai. 7. Membiarkan permasalahan berbeda dalam status quo dengan harapakan akan adanya perubahan situasi atau kepemimpinan.4 Dan hal yang perlu dilakukan oleh sebuah negara yang sedang bertikai dengan negara lain ataupun adanya konflik dalam negeri adalah harus mengedepankan adanya integrasi yang menyangkut seluruh aspek aspek vital dalam sebuah negara. Integrasi sangatlah penting karena Integrasi memiliki peran sebagai peredam dan pemersatu bila sebuah negara sedang bertikai. Selain itu disebutkan pula kondisi-kondisi yang mendorong terjadinya integrasi tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu untuk mencapai integrasi, yaitu : 1. Asimiasi sosial : misalnya berupa toleransi budaya timbal balik, identitas bersama atas tujuan-tujuan kebijakan luar negeri, dan kedekatan hubungan antar pemerintah dan antar bangsa pada umumnya. 2. Kesamaan nilai : terutama diantara kaum elite, seperti kapitalisme, sosialisme, atau pasar bebas. 3. Keuntungan bersama : beberapa negara tertentu mengharapkan keuntungan si suatu sektor, sementara negara lain mencari keuntungan di sektor lain. 4. Kedekatan hubungan di masa lampau ; sejarah tingkat kedekatan hubungan secara damai suatu negara dengan negara lain akan mendorong terjadinya integrasi. 5. Pentingnya dari integrasi itu sendiri ; manfaat dari kedekatan hubungan yang akan terjadi menumbuhkan dorongan akan integrasi. 4 http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ Peter Wallenstein, Op. Cit., 54-57 6. Biaya relatif rendah ; karena selalu ada perhitungan untung rugi, maka harus ada jaminan bahwa keuntungan integrasi lebih banyak dari biayanya, baik ekonomi, sosial maupun nasionalistik (kepentingan negara atau pemerintah). 7. Pengaruh-pengaruh eksternal yang mendorong terjadinya integrasi, misalnya ancaman komunisme, dan berakhirnya perang dingin.5 Perang yang terjadi di Sudan memang telah merenggut banyak kerugian,dari kerugian materi hingga nyawa yang melayang akibat terjadinya perang.Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Sudan dan Sudan Selatan atas desakan dunia Internasional.Bahkan PBB melalui Dewan Keamanan PBB juga telah mengirim pasukan perdamaian,Selain itu peran Uni Afrika dan negara-negara yang mempunyai kepentingan dengan sudan juga telah bergerak untuk menciptakan suasana Sudan yang aman dan damai.Pembelajaran mengenai teori-teori konflik seakan sangat nyata bila melihat realita yang terjadi di Sudan,beberapa langkah langkah penyelesaian sesuai dengan studi-studi konflik terdahulu yang digunakan untuk menciptakan kedamaian.Hingga pada akhrinya disepakatinya perjanjian gencatan senjata yang kemudian adanya kemunculan referendum bagi Sudan Selatan telah banyak membawa perubahan,setidaknya perang dan kekerasan telah hilang. 5 http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional Daftar Pustaka http://iwansmile.wordpress.com/teori-konflik-2/ http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ Mochtar Mos’eod, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin, dan Metodologi http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ Peter Wallenstein, Op. Cit., 54-57 http://felixsharieff.wordpress.com/tag/manajemen-dan-resolusi-konflik-internasional/ Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional http://andriows.wordpress.com/2011/07/12/sejarah-konflik-sudan-permulaan-perangsipil/ https://id.wikipedia.org/wiki/Sudan_Selatan http://news.liputan6.com/read/93395/rakyat-sudan-merayakan-berakhirnya-perangsaudara http://trionoakhmadmunib.blogspot.com/2010/04/konflik-etnis-sudan-konflik-yang.html http://www.suaramedia.com/berita-dunia/afrika/17744-kesepakatan-qatar-awal-dariakhir-perang-sudan.html