BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Argumentasi

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Argumentasi diberlakukan Teori piercing the corporate
veil Terhadap Holding Company yang berhubungan
dengan tindakan hukum anak perusahaan.
Holding Company yang dalam hal ini merupakan
suatu induk perusahaan yang tentunya mengawasi,
mengotrol
dan
mengkonsolidasi
anak
perusahaan
mempunyai andil yang sangat besar. Namun sampai
dengan saat ini, pengaturan yang lebih spesifik mengenai
Holding dan anak perusahaan yang dalam hal ini
disimpulkan sebagai perusahaan group belum diatur
secara lebih spesifik. Tindakan hukum anak perusahaan
yang sebenarnya didominasi oleh Holding acapkali
menanggung beban rIsiko sendiri karena Indonesia
menganut Perseroan Tunggal atau yang lebih dikenal
dengan kemandirian badan hukum itu sendiri. Seiring
berjalannya
waktu,
maka
161
timbul
permasalahan-
permasalahan terkait dengan Corporate law itu sendiri
yang notabene dalam hal ini holding company pada
tindakan anak perusahaan yang berhubungan dengan
Holding Company.
Holding
seringkali
yang
merupakan
melakukan
induk
perusahaan
tindakan-tindakan
yang
menguntungkan dirinya sendiri sebagai pemegang saham
pada anak perusahaan. Terlebih lagi pengaturan terkait
dengan holding dan anak perusahaan di Indonesia belum
memberikan kepastian hukum sampai dengan saat ini.
Melihat realitas bisnis yang ada, maka dapat disimpulkan
bahwa hukum berjalan tertatih-tatih dibelakang manusia
itu sendiri.142
Permasalahan-permasalahan yang timbul dari
akibat tidak adanya kepastian hukum membuat Perusahanperusahan
besar
menjadi
sewenang-wenang
dalam
menjalankan kegiatan usahanya sehingga mengabaikan
142
Damang Averroes al-khawarizmi, Urgensi eletktronik dalam UU
Item, http:// www. Negara hukum.com/hukum/urgensi-transaksi-eektronikdalam-uu-ite.html,diunduh pada Tanggal 20 Juli 2016 Pukul 16.00 wib
162
hukum itu sendiri. Hukum yang sebenarnya secara filosofi
mengandung
keadilan,
kemanfaatan
dan
kepastian
kembali dipertanyakan perannya. Untuk menjawab dan
menalaah permasalahan yang timbul, maka dapat melihat
atau
memflashback
kembali
sebuah
teori
modern
corporate law yaitu Piercing the corporate veil.
Sebelum masuk lebih dalam lagi terkait argumentasi
diberlaku kannnya Piercing the corporate veil terhadap
holding dalam tindakan anak hukum perusahaan. Alangkah
baiknya, melihat terlebih dahulu
ada kecendruangan
keuntungan dilakukannya perusahaan induk menjadi group
dalam menjalankan kegiatan usahanya 143 :
1. Memiliki kemandirian rIsiko
2. Memiliki Hak pengawasan yang lebih besar
3. Pengontrolan yang lebih mudah
4. Operasional yang lebih Efisien
5. Kemudahaan sumber modal
6. Keakuratan yang diambil
143
Ratna Yuliani, 2013, Tanggung jawab Induk perusahaan terhadap
Anak Perusahaan dalam Suatu Perusahaan Kelompok,Universitas
muhammadiyah Yogyakarta, Naskah Publikasi
163
Dari beberapa kecendrungan diatas membuat holding
di Indonesia banyak dibentuk, apalagi dalam memenuhi
Good Corporate Governance. Tapi yang terjadi dalam
realitas bisnisnya sering terjadi penyelewengan, dalam hal ini
perusahaan induk sering kali memanfaatkan keadaan
sehingga mengesampingkan hukum yang berlaku.144
Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang
dibentunya Holding Company dalam suatu persuahaan
sehingga terbetuknya perusahaan group anatara lainnya
yaitu145 :
1. Meningkatkan Barier of market entry bagi calon pesaing
baru
2. Menyingkirkan atau mematikan usaha pesaing
3. Membeli product line atau line, untuk melengkapi product
line atau menghilangkan ketergantungan
4. Untuk memperoleh akses pada teknologi baru
144
Ibid
Joseph Kranglinger, 1997, Merger and acquisition, Manageng
transaction,Mc.Graw-hill
145
164
5. Membeli faislitas-fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan
pesaing
6. Memperoleh hak-hak pemasaran dan hak-hak produksi
yang dimilki oleh perusahaan lain
7. Memperoleh pasar yang semula dimilki oleh perusahaan
lain
8. Melakukan diversifikasi usaha
9. Memperoleh kepastian atas pasokan serta kualitas barang
pasokan perusahaan, yang ingin meningkatkan produksi
apabila barang tersebut merupakan komponen utama
produksinya.
10. Memperkuat keahlihan sumber daya manusia
11. Semata-mata melakukan invetasi karena terdapat lebihan
dana besar.
Keseluruhan alasan diatas dapat menggunakan sebuah
pengertian dari M.Manulang bahwasanya Holding company
merupakan suatu perseroan besar yang sering berbentuk
corporation, memiliki sebagian besar saham-saham beberapa
perseroan lainnya dan perseroan yang disebut belakangan
165
masih tetap seperti semula, hanya saja diatur dan dijalankan
sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan Holding company.146
Selanjutnya adapun beberapa alasan atau sebab
diperlukannya Piercing the corporate veil terhadap Holding
company dalam tindakan hukum anak perusahaan yakni
melihat realitas bisnis yang ada sebagai berikut menurut
Sulistiowati 147 :
1. Terjadinya Dominasi tanpa tanggung jawab yang
dilakukan Holding company terhadap anak perusahaan.
Dalam hal ini terjadi pengendalian yang dilakukan
holding terhadap anak perusahaan. Induk perusahaan
sebagai pemegang saham anak perusahaan melakukan
pengendalian anak perusahaan dengan melaksanakan
fungsi hak suara dalam RUPS anak perusahaan, maupun
mengangkat anggota direksi atau dewan komisaris anak
perusahaan. Pelaksanaan hak suara induk perusahaan ini
diarahkan bagi tercapainya fungsi penanaman modal
146
M.Manulang, 1994, Pengantar Ekonomi Perusahaan,Liberty,
Yogayakrta, Hlm.70
147
Sulistiowati, 2015, Dominasi tanpa Tanggung Jawab Induk
Perusahan, Universitas Gadjah Mada, Hlm.8
166
pada anak perusahaan. Sehingga mengakibatkan induk
perusahaan melakukan tindakan oputunistik 148:
a. Tindakan induk perusahaan melakukan eksternalisasi
usaha yang beresiko tinggi kepada anak perusahaan
b. Tindakan induk perusahaan memanfaatkan sebagain
utang anak perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional
anak
perusahaan
yang
lain
tanpa
sepengetahuan kreditur anak perusahaan
c. Tindakan induk perusahaan dapat mengalihkan
sebagian asset dari anak perusahaan yang hampir
bangkrut kepada anak perusahaan yang lain, tanpa
sepengetahuan dari pemegang saham minoritas atau
kreditur anak perusahaan tersebut.
Derajat pengendalian induk terhadap anak perusahaan
dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Pengendalian
sebagai pengaruh induk dalam
penetapan kebijakan strategik anak perusahaan. Induk
perusahaan hanya mempengaruhi kebijakan strategik
148
Ibid
167
anak
perusahaan.
kemandirian
Anak
untuk
perusahaan
menjalankan
memiliki
pengurusan
perseroan sehari-hari
2) Pengendalian
sebagai
dominasi
induk
pada
pengurusan anak perusahaan. Melalui intruksi pada
anak-anak perusahaan bagi terpenuhinya tujuan
perusahaan. Anak perusahaan semakin tidak mandiri
atau bahkan kehilangan kemandiriannya ketika induk
perusahaan mendominasi pengrusan anak perusahaan
karena hanya menjadi instrument atau bayang-bayang
induk perusahan.149
2. Holding berlindung dibalik tirai Limited liability.
Berlakunya limited liability menyebabkan tanggung
jawab induk semakin terbatas pula. Dengan demikian,
tanggung jawab induk semakin terbatas dan mendekati
tidak bertanggung jawab jika induk mengeksetrnalisasi
149
Ibid
168
kegiatan usaha beresiko kepada anak perusahan lapisan
kemepat, kelima dan seterusnya.150
3. Karena
adanya
perbuatan
melawan
hukum
atau
wanprestasi dari holding company. Dalam hal ini
Holding dapat diberlakukan piercing the corporate veil
apabila terbukti telah melakukan perbuatan melawan
hukum atau wanprestasi terhadap perusahaan lainnya
melalui anak perusahan. Unsur kerugian dari suatu
perbuatan melawan hukum atau wanprestasi menjadi
dasar bagi lahirnya tanggung jawab hukum atas pelaku
dalam hal ini holding sebagai pemegang saham. Apabila
pelaku terbukti melakukan perbuatan melawan hukum,
pelaku dapat dibebani suatu tanggung jawab hukum.
Demikian juga, tanggung jawab kontraktual lahir sejak
adanya kewajiban dalam hubungan kontraktual. Namun,
tanggung jawab baru lahir ketika kewajiban kontraktual
tidak
dilaksanakan.
Dengan
demikian,
apabila
wanprestasi terjadi maka holding dapat diberlakukan
150
Ibid
169
Piercing The corporate veil ini, sehingga tanggung jawab
dapat
dibebankan
pada
Holding,
sesuai
dengan
terminologi hukum bahwa beban yang harus dipikul
seseorang karena ia tidak memenuhi kewajibannya, baik
kewajiban yang disepakati dalam kontrak ataupun
kewajiban yang telah ditentukan oleh hukum.151
4. Karena adanya Unsur kerugian terhadap Pihak Ketiga
Yakni 152:
a. Banyak kasus tanggung jawab pada perusahaan
holding menggunakan undercapitalization sebagai
dasar utama untuk mengajukan gugatan piercing the
corporate veil. Namun sebagian yuridis menggunakan
aturan bahwa undercapitalization tidak dapat menjadi
alasan tunggal untuk membenarkan pengabaian badan
hukum
perseroan
sehingga
perlu
pembenaran-
pembenaran indikator lainnya.
151
Sulistiowati, 2013, Tanggung Jawab Hukum pada Perusahaan
Group di Indonesia, Jakarta, Erlangga, Hlm.135
152
Ibid, Hlm.140-141
170
b. Induk perusahaan dapat mengalihkan sebagian asset
dari anak perusahaan yang hampir bangkrut kepada
anak perusahaan yang lain, tanpa sepengetahuan dari
pemegang saham minoritas atau kreditur dari anak
perusahaan yang hampir bangkrut. Apabila anak
perusahaan akhirnya bangkrut, kepemilikan atas
sebagian asset tersebut sudah beralih kepada anak
perusahaan yang lain. Hal ini mengakibatkan
pemegang
saham
minoritas
maupun
kreditur
mengalami kerugian karena mengalami kesulitan
untuk menuntut aset yang dialihkan kepada anak
perusahaan yang lain.
c. Induk perusahaan dapat melakukan pengumpulan aset
modal dan non modal yang diarahkan untuk
mendukung keputusan dan melaksanakan kewajiban
hutang
korporasi.
pemegang
saham
Sebaliknya,
pengendali
secara
teoritis
melaksanakan
pengurangan asset untuk menghindari berbagai
171
tanggung jawab yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Realitas bisnis yang terjadi ini, mengakibatkan
Piercing the corporate veil dapat diberlakukan terhadap
holding company. Seperti yang dikemukakan oleh Munyr
Fuady, bahwa dalam
hal
ini yang bertanggung jawab
bukan hanya badan hukum yang melakukan perbuatan
hukum yang bersangkutan, melainkan pemegang saham
(Perusahaan Holding) juga ikut bertanggung jawab secara
hukum, Apabila terdapat salah satu dari unsur-unsur sebagai
berikut, maka dapatlah diberlakukan Piercing The Corporate
Veil 153:
1. Express Agency menjadi wakil perusahaan induk atau
agen daripada sebuah induk perusahaan.
2. Terdapat 3 Unsur yang dapat mebuktikannya yaitu :
a. Adanya Pengontrolan perusahaan holding terhadapa
anak perusahaan
153
Munyr Fuady, 2014, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate
Law dan Ekesisten sinya dalam Hukum Indonesia, Bandung, PT.Citra Aditya
Bakti, Hlm.7
172
b. Adanya
terjadi
penipuan,ketidak
adailan
serta
ketidakjujuran akibat dari pengontoraln yang dilakukan
oleh induk perusahaan
c. Terdapatnya kerugian sebagai akibat dari breach of
duty dari perusahaan holding.
Masih dalam hubungan dengan grup perusahaan yang
terdapat didalamnya holding dan anak perusahaan, penerapan
teori
Piercing the Corporate Veil dapat dilakukan misalnya,
dalam kasus-kasus sebagai berikut154:
1. Adanya keadaaan nyata yang menyesatkan
Apabila
menyesatkan
terdapat
yang
keadaaan
tentunya
nyata
dimana
berhubungan
dengan
perusahaan holding terhadap anak, sekalipun anak yang
melakukan
kemungkinan
berdasarkan
154
perbuatan
hukum
holding
PCV.
harus
Dimana
Ibid
173
tersebut,
maka
bertanggung
keadaan
nyata
ada
jawab
yang
menyesatkan adalah suatu ketidaktegasan antara kegiatan
yang dilakukan antara induk dan anak perusahaan
2. Terjadinya ketidakadilan akibat penipuan
Apabila ketidakadilan akibat penipuan yang
dilakukan oleh anak perusahaan sehingga menguntungkan
holding, maka seharusnya holding harus bertanggung jawab
terhadap tindakan tersebut yang tentunya jika katidak adilan
itu membuat tanggung jawab melbihi saham maka dapat
berlaku PCV.
3. Terdapanya perlindungan terhadap pemgang saham minoritas.
Apabila
terbukti
tindakan
yang
merugikan
pemgang saham minoritas dalam hal ini terjadi transfer
keuntungan yang diperoleh anak kepada perusahaan
holding atau kepada pihak lainnya.
3 hal diatas ada beberap lagi fakta lain yang dapat
diperhatikan sehingga diberlakukannya Piercing The corporate
174
veil terhadap holding ata perbuatan yang dilakukan oleh
anaknya, Fakta-faktanya adalah155:
1. Memiliki pegawai yang sama serta direksi maupun
komisaris dalam induk dan anak Perusahaan .
2. Perusahaan holding membayar gaji, upah, kerugian dan
ekspenses lainnya dari anak perusahaan
3. Perusahaan holding memiliki seluruh atau hampir seluruh
saham anak perusahaan
4.
Perusahaan holding membiayai anak perusahaan
5. Anak perusahaan mempunyai bisnis hanya dengan
perusahaan holding
6. Anak perusahaan tidak mempunyai aset lain kecuali aset
yang dialihkan dari perusahaan holding
7. Perusahaan holding menggunakan aset anak perusahaan
seperti asetnya sendiri
8. Pihak eksekutif anak perusahaan lebih memperhatikan
kepentingan perusahaan holding daripada kepentingan
anak perusahaan
155
Ibid,Hlm.14
175
Di negara common law dalam hl ini inggris dan
amerika serikat bagi pengadilan banyak menerapkan teori
PCV ini untuk perusahaan kelompok dalam hal ini induk
perusahaan karena memberlakukan prinsip agency dinatra
perusahaan-perusahaan kelompoknya.
Dengan melihat Kasus Smith,
Stone
&
Knight
v.Birmingham yang diputuskan dalam tahun 1939 di
Inggris, bahwasanya memberikan beberapa karakteristik
yang secara hukum dapat dianggap anak perusahaan
merupakan agen dari perusahaan holding. Adapun Kriteriakriteria tersebut adalah sebagai berikut156:
1. Keuntungan
diberlakukan
sebagai
keuntungan
dari
perusahaan holding
2. Proses pelaksanaan bisnis sepenuhnya dikendalikan oleh
perusahaan holding
3. Perusahaan holding merupakan (head and brain) dari
bisnis anak perusahaan
4. Perusahaan holding yang mengatur the adventure
156
Ibid,hlm.15-16
176
Dalam rangka meningkatkan tegaknya keadilan
dan mencegah ketidakwajaran (in order to promote
justice and to prevent inequity), pada keadaan dan
peristiwa
tertentu,
prinsip
keterpisahan (separate)
perseroan dari pemegang saham, secara kasuistik perlu
disingkirkan dan dihapus dengan cara menembus tembok
atau tabir perseroan atas perisai tanggung jawab terbatas
(limited liability).157
Jadi, Berangkat dari Teori Piercing the corporate
veil dimana tanggung jawab tidak terbatas pada pemegang
saham yang kemudian dianalisis menggunakan metode
penemuan hukum argumentum peranalogiam, maka
Pemegang saham dalam hal ini berwujud holding
company,untuk melihat perlu diterapkannya Piercing ini
melihat realitas bisnis yang terjadi. Dengan demikian
maka untuk holding dapat dimintai pertanggung jawaban
secara pribadi berlakulah Pasal 3 ayat (2) UUPT dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan untuk perlunya
157
Ibid
177
diterapkan teori ini agar bertanggung jawab dalam hal
tindakan hukum anak perusahannya yang kebanyakan
terjadi perkara dengan pihak ketiga. Maka argumentasi
atau alasan diperlukannya Piercing The corporate Veil
terhadap holding company pada tindakan hukum anak
perusahaan yang pertama adalah terjadinya dominasi
induk tanpa tanggung jawab, yang kedua holding
company acapkali berlindung di balik tirai limited liability
selanjutnya,
karena
holding
melawan hukum atau
melakukan
perbuatan
wanprestasi, dan yang terakhir
alasan diterapkannya Piercing The corporate veil karena
adanya unsur kerugian terhadap pihak ketiga. Maka dari
itu Piercing the corporate veil perlu diterapkan kepada
holding company agar dapat ikut bertanggung jawab,
terhadap keterlibatan kegiatan bisnis yang dilakukannya
dalam tindakan hukum anak perusahaannya, yang pada
dasarnya sangat susah untuk membuktikannya. Pada
intinya sebenarnya Piercing the corporate veil bukan
hanya
untuk
holding
178
company,
melainkan
dapat
digunakan pada konsep-konsep lainnya yang tentu
bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan.
B. Keadaan Holding Company harus bertanggung Jawab
terhadap Tindakan Hukum Anak Perusahannya.
Jika kita telaah lebih dalam lagi mengenai
pertanggung jawaban ini, Pada dasarnya kalau menurut
Theorie Juridische Realiteeit yang disampaikan Paul
scholten dan Meyers, badan hukum adalah segala yang
diperbuat oleh pengurus dalam fungsinya (in Functie) dan
dapat dipertanggung jawabkan terhadap badan hukum itu
sendiri.158
Dalam melakukan perbuatannya itu tentu ada
kemungkinan untuk melakukan onrechmatighdaad. Untuk
mempertanggung jawabkan onrechma tighdaad dari
badan hukum itu sebenarnya tidak masuk akal, karena
badan hukum itu tidak memerintahkan atau memberi
mandate pada organ itu untuk melakukan perbuatan
158
Chidir Ali, 2005, Badan hukum, Bandung, PT.Alumni, Hlm,219
179
hukum lainnya. Tentang hal itu dasarnya Jurisdiche
Realiteit adalah159 :
1. Segala
perbuatan
wakil
atau
organ
itu
bisa
dipertanggung jawabkan kepada badan hukum. Maka
juga
termasuk
onrechmatighdaad
itu
dapat
dipertanggung jawabkan (ken worden gerekend) pada
badan hukum.
2. Setiap mempertahankankan suatu hak dan setiap
pelaksanaan suatu hak oleh organ atau pengurus
sebagai organ dapat dipertanggung jawabkan pada
badan hukum, atau apa yang diperbuat oleh organ
sebagai bagian organ dapat dipertanggung jawabkan
kepada badan hukum, sebab sampai mengakibatkan
onrechmatighdaad, dimana ternyata berbuat tidak
untuk diri sendiri, tetapi untuk badan hukum itu.
Dengan demikian, bagaimanapun bentuknya apabila
dia merupakan subjek hukum dalam hal ini adalah badan
hukum dapat dimintai pertanggung jawaban, dan turunan
159
Ibid
180
teori badan hukum itu sendiri dapat berupa Teori Piercing
The corporate veil yang merupakan Teori turunan dari teori
subjek hukum digunakan untuk menjawab permasalahan ini.
Pada dasarnya Holding company tidak bertanggung
jawab terhadap tindakan hukum anak perusahaannya. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Corporate law kita
masih menggunakan Perseroan Tunggal atau yang sering kita
kenal kemandirian badan hukum itu sendiri. Tetapi ada
landasan yuridis yang menjadi tanggung jawab holding
company terhadap tindakan anak hukum perusahannya
sebagaimana
yang
dikemukakan
oleh
Mohr
dan
Raajismakers yaitu160 :
1. Holding harus bertanggung jawab terhadap tindakan anak
hukum perusahannya dalam Kontraktual yang bersifat
pelengkap. Tanggung Jawab kontraktual yang bersifat
pelengkap ada jika pada saat transaksi dengan pihak
ketiga misalnya kreditor dibuat kesepakatan-kesepakatan
160
Mansastrawidjaya, 2012, Kompilasi Hukum Bisnis dalam rangka
Purnabakti, Bandung, Keni media, Hlm.332
181
tambahan. Atas permintaan pihak lawan dalam perjanjian
kreditor perusahaan induk atau suatu perusahaan
subsidiary dapat meneyetujui bertindak sebagai penjamin
(borg) atau mengikatkan dirinya untuk bertanggung
jawab. Adapun yang dimaksud dalam hal ini pemberi
jaminan, yang sebenarnya bukan merupakan monopoli
perusahaan kelompok. Kewajiban Holding perusahaan
sebagai penjamin bukan lahir dari hubungan dalam
perusahaan
kelompoknya,
melainkan
karena
diperjanjikan.
Sebagaimana jaminan merupakan hal yang penting
dalam pemberian kredit, baik itu berupa keyakinan pihak
bank
maupun
berupa
jaminan
kebendaaan
atau
perorangan. Dalam hal ini holding dan anak terhubung
dalam jaminan prorangan, dimana Jaminan prorarangan
adalah jaminan yang membutuhkan hubungan langsung
terhadap
perorangan
tertentu,
yang
hanya
dapat
dipertahankan terhadap debitur tertentu serta terhadap
182
kekayaan dibitur umumnya yang dapat dilihat dalam
Pasal 1820 KUHPer.
2. Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur pelengkap secara sukarela. Berdasarkan
Pasal 1644 KUHperadata, janji bahwa suatu perbuatan
telah dilakukan atas tanggungan persekutuan hanyalah
mengikat sekutu yang melakukan perbuatan itu saja dan
tidaklah mengikat sekutu-sekutu lainnya, kecuali sekutu
lainnya telah memberikan manfaat bagi persekutuan.
Dengan demikian meskipun induk perusahaan tidak
memberikan jaminan atau pernyataan persetujuan, tetap
dapat diminta pertanggung jawaban apabila telah
memperoleh keuntungan dari tindakan yang dilakukan
oleh anak perusahaan. Sebagaimana bunyi Pasalnya
yakni Perjanjian yang mengikatkan suatu perbuatan atas
tanggungan perseroan hanya mengikat peserta yang
mengadakan perjanjian demikian, dan tidak mengikat
peserta lain kecuali mereka ini telah memberi kuasa
untuk itu kepada peserta yang membuat perjanjian
183
tersebut atau bila dengan tindakan termaksud ternyata
perseroan memperoleh untung.
3. Permodalan Rendah (Undercapitalization), maksudnya
adalah Permodalan rendah dapat terjadi apabila induk
perusahan lalai melengkapi anak perusahaan dengan alat
modal dalam perimbangan yang wajar dengan luasnya
operasional perusahaan. Berkaitan dengan kecukupan
modal, sangat menarik pendapat yang dikemukakan oleh
Mohr, bahwa induk perusahaan yang tidak mencukupi
modal anak perusahaan dianggap menggeser risiko para
pemegang saham kepada kreditor, sehingga kreditor tidak
mendapat pelunasan, maka induk perusahaan harus dapat
dituntut berdasarkan perbuatan melawan hukum
4. Dalam
hal
atas
dasar
penyalahgunaan
aturan.
Pertanggung jawaban induk perusahaan atas dasar
penyalahgunaan aturan dapat terjadi apabila induk
perusahaan melanggar ketentuan yang sebenarnya tidak
diperkenankan. Misalnya selalu mengintervensi direksi
yang sebenarnya tidak boleh di intervensi.
184
Pada dasarnya di Undang-undang Perseroan
terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 3 ayat (1) dalam hal
ini pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama
perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
perseroan melebihi saham yang dimiliki. Begitu juga
dengan holding sebagai pemegang saham diperusahaan
ini dalam bentuk perusahaan Group. Namun kemudian
Pasal 3 ayat (1) dapat disimpangi pada pasal 3 ayat (2),
Pasal 7 ayat (6) dan ketentuan pasal-pasal lainnya dalam
Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut.
Terkait dalam hal holding dapat bertanggung
jawab
terhadap
tindakan
anak
perusahaan
yaitu
sebagaimana dimuat substansinya :
1.
Pasal 3 Ayat (2) mengatur mengenai batasan
terhadap prinsip limited liability tersebut. Pasal 3
Ayat (2) UU PT menyebutkan bahwa ketentuan
yang diatur pada ayat (1) dinyatakan tidak berlaku
jika :
185
a.
Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum
atau tidak terpenuhi.
b.
Holding yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan
Perseroan untuk kepentingan pribadi.
c.
Holding yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan.
d.
Holding yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak
langsung
menggunakan
secara
kekayaan
melawan
Perseroan
hukum
yang
mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak
cukup untuk melunasi utang perseroan.
2. Selanjutnya ketentuan yang diatur dalam Pasal 7 Ayat
(6) UU PT yang menyatakan bahwa dalam hal jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (5) telah
dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari dua orang,
pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas
segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas
186
permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan
negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut.
3. Holding bertanggung jawab juga terahadap tindakan
anak hukum perusahaan dalam hal 161 :
a.
Tidak menyetor modal dalam hal ini Holding tidak
menyetorkan modal, padahal setiap saham harus
disetor penuh oleh pemegang saham pada saat
pengesahan MenKumHam menurut Pasal 33
UUPT. Apabila hal tersebut merugikan perseroan
terbatas
atau
pihak
ketiga,
maka
doktrin
piercing the corporate veil berlaku.
b.
Campur aduk antara urusan pribadi dengan
urusan
perseroan.
pencampuradukan
Dalam
antara
hal
urusan
terjadi
perseroan
terbatas dengan urusan pribadi, maka tanggung
jawab
pemegang
saham
Contohnya adalah dalam hal :
161
Op.cit, Munyr Fuady, Hlm.20-23
187
dapat
dimintakan.
1)
Dana perusahaan digunakan untuk urusan
pribadi.
2) Asset milik perseroan terbatas diatas namakan
pribadi.
3) Terjadi percampuran harta kekayaan pribadi
pemegang
saham
dan
harta
kekayaan
perseroan terbatas.
4) Pembayaran perseroan terbatas dengan cek
pribadi tanpa justifikasi yang sah.
c.
Jaminan pribadi Holding. Yaitu apabila Holding
memberikan
jaminan
pribadi
bagi perjanjian
bisnis yang dibuat oleh perusahaan, maksudnya
adalah holding menginginkan kegiatan-kegiatan
tertentu yang dilakukan
tersebut
dibebankan
perseroan
terbatas
kepadanya, sehingga
Holding dengan sendirinya turut bertanggung
jawab apabila ada gugatan dari pihak ketiga atas
kerugian yang muncul
dijamin
tersebut.
188
dari
Kapan
kegiatan
yang
dan sejauhmana
tanggung jawab Holding sebagai pemegang saham,
tergantung kepada isi perjanjian jaminan tersebut.
Jadi, untuk melihat dalam hal apa saja holding
bertanggung jawab terhadap tindakan hukum anak
perusahaan adalah dengan melihat hubungan hukumnya.
Karena hubungan hukumnya adalah dalam hal ini
pemegang saham maka melekatlah hak dan kewajiban
pemegang saham dalam Holding company tersebut.
Keadaan holding company harus bertanggung
jawab terhadap tindakan hukum anak perusahaan menurut
Peneliti dibagi menjadi dua hal:
1.
Dalam hal keadaan tanggung Jawab Terbatas yaitu
Holding dapat dimintai pertanggung Jawaban secara
terbatas, tentunya sebesar saham yang ditanamkannya
pada perusahaan yaitu dalam hal :
1) Sebagai penjamin orang-perorangan.
2) Penjamin secara sukarela yang mendapatkan
keuntungan.
189
3) Sebagai Pemegang Saham yang tidak ikut serta
atau intervensi didalam melaksanakan kegiatan
usaha badan hukum tersebut
2.
Dan hal keadaaan tanggung jawab tidak terbatas.
Inilah peran dari Piercing the corporate veil untuk
menjadikan holding bertanggung jawab menjadi tidak
terbatas yang tentunya dalam hal yang termuat dalam
Pasal 3 (2) UUPT
Namun, apabila dikaji lebih dalam anak
perusahaan memiliki
pemegang
saham,
hubungan
hubungan
hukum
tersebut
dengan
dapat
dipersamakan antara holding dengan anak perusahaan
melalui Teori Kontrak. Teori kontrak yang dimaksud
adalah Teori yang digunakan dalam mengkaji dan
menganalisis tentang hubungan atau persetujuan yang
dibuat antara subjek hukum yang satu dengan subjek
hukum yang lain.162
162
Salim H.S, 2014, Penerapan Teori Hukum pada Desertasi dan
Tesis, Rajagrafika, Depok, Hlm.241
190
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam teori
kontrak tersebut meliputi 163:
a.
Adanya berupa persertujuan antara holding dengan
anak
b.
Adanya para pihak atau subjek hukum dalam hal ini
holding dan anak serta pihak ketiga
c.
Adanya unsur kewajiban masing-masing subjek
hukum antara holding dan anak
d.
Adanya melakukan sesuatu atau tidak sesuatu.
Dengan demikian, apabila unsur-unsur diatas
terpenuhi maka Holding tanpa diberlakukan piercing the
corporate veil dapat bertanggung jawab secara umum
terhadap tindakan hukum anak perusahaannya. Maka dari
itu peneliti membagi menjadi duya seperti yang dibahas
sbeleumnya.
Selanjutnya, apabila kita telah lebih dalam lagi,
jika terjadi di line pidana ini dapat kita persamakan
dengan sebuah teori Vicarious liability, yang merupakan
163
Ibid
191
sebuah teori pidana korporasi yang memiliki makna
bahwasanya “Liability that a supervisory pasrt(such as an
employer) beras for the action able conduct of a
subordinate or associate (such as an employee ) based on
the relationship beteetween the two parties”
Dimana seorang majikan dinyatakan bertanggung
jawab
secara
pidana
atas
pegawainya
meskipun
pengusaha tidak mengetahui, atau tidak memberikan
kewenangan, atau tidak berpartisipasi dalam tindak pidana
yang
dilakukan
bawahanya.
Dengan
berdasarkan
perluasan Vicarious liability ini dapat sekiranya holding
bertanggung jawab terhadap tindakan anak hukum
perusahaan
apabila
tindakan
tersebut
benar-benar
merupakan keputusan dari RUPS.
Dengan demikian, berangkat dari teori subjek
hukum dimana subjek hukum memiliki hak dan
kewajiban, dan dalam hal ini badan hukum yang berwujud
Perseroan Terbatas memiliki kedudukan sendiri-sendiri
namun secara ekonomi berhubungan antara Holding
192
dengan anak perusahaan, yang dapat kita lihat dalam teori
badan hukum dimana ada harta kekayaan terpisah antara
holding dengan anak maka terbagi dualah keadaaan
Holding bertanggung jawab terhadap tindakan Hukum
anak perusahaan, yaitu :
1.
Tanggung Jawab terbatas, yakni holding bertanggung
jawab sebatas saham yang ditanamkan,dan tak akan
pernah melebihi saham tersebut yang artinya dalam
keadaaan normal.
2. Tanggung Jawab tidak terbatas ,inilah merupakan
wujud dari teori Piercing untuk memintai tanggung
jawab
tidak
terbatas
kepada
holding
karena
merupakan badan hukum yang hartanya terpisah
dengan
anak
perusahaan.
Sehingga
tanggung
jawabnya melebihi saham yang ditanamkan yang
tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan. Salah satunya adalah mengganti rugi
melebihi saham yang ditanamkan sesuai dengan
kerugian yang dialami apabila tindakan hukum anak
193
perusahaan merupakan intervensi Holding terhadap
tindakan hukum anak perusahaan.
C. Bentuk Tanggung Jawab Holding Company Terhadap
tindakan hukum Anak Perusahaan setelah diterapkan
Piercing The corporate veil.
Konsekuensi hukum atas penyingkapan tabir atau
tembok perlindungan itu, yang lazim disebut piercing the
corporate veil atau shefting atau lifting the veil adalah 164:
1. Hilang dan hapus perlindungan tanggung jawab terbatas
Holding Company yang digariskan Pasal 3 ayat (1) UUPT
2. Dengan sendirinya Holding ikut memikul risiko bersamasama
dengan perseroan membayar utang perseroan dari
harta pribadi pemegang saham yang bersangkutan.
Menurut teori tradisional, terdapat dua macam
pertanggung jawaban yang dibedakan yaitu pertanggung
jawaban berdasarkan kesalahan dan pertanggung jawaban
164
Anonim, Tinjauan yuridis atas korelasi pengaturan pasal 36
Undang-undang 40 Tahun 2007 Croos Holding, http://lib.ui.ac.id/file
?file=digital/128871-T%2026643-Tinjauan%20yuridis-Literatur.pdf, diunduh
pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 18.00 wib
194
mutlak. Pertanggung jawaban induk perusahaan terhadap
kerugian anak perusahaan tergantung pada teori tradisional
ini. Induk perusahaan baru dapat ikut melakukan tanggung
jawab diatas apabila dominasi induk perusahaan terhadap
anak perusahaan, adanya perbuatan melawan hukum atau
wanprestasi, dan adanya unsur kerugian pihak lain.165
Bentuk tanggung jawab dari sebuah holding company
terhadap
tindakan
hukum
anak
perusahaan
setelah
diterapkannya Piercing the corporate veil , pada dasarnya
melihat hubungan hukum antara holding company dengan
anak perusahaan, adalah sebagai pemegang saham di
perseroan anak, dengan menggunakan metode penemuan
hukum argumentum penganalogiam (analogi) maka bentuk
tanggung jawabnya holding terhadap anak perusahaan dapat
dipersamakan dengan pemegang saham pada umumnya.
165
Iwan, 2014, Pertanggung jawaban perusahaan induk dalam
perusahaan group selaku pemegang saham terhadap anak perusahaan yang
mengalamai kerugian menurut UU PT, Universitas sebelas maret, Penelitian
Ilmiah
195
Holding company tidak bertanggung jawab secara
pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama anak perusahaan
serta tidak bertanggung jawab atas kerugian anak perusahaan
melebihi saham yang dimilikinya tersebut. Ketentuan tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama anak perusahaan dapat disimpangi apabila
memenuhi keteria yang terdapat dalam pasal 3 ayat (2) UUPT
yaitu pertama, persyaratan anak perusahaan sebagai badan
hukum belum atau tidak terpenuhi maka holding harus
bertanggung jawab, yang kedua apabila holding yang
bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung beritikad
buruk memanfaatkan anak perusahaan untuk kepentingan
pribadi maka juga harus dimintai pertanggungjawaban
terhadap holding tersebut, ketiga apabila holding yang
bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh anak maka beban tanggung jawab juga
dikenakan kepada Holding tersebut dan yang terakhir adalah
apabila holding yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak langsung secara melawan hukum menggunakan
196
kekayaan anak perusahaan yang mengakibatkan kekayaan
anak perusahaan menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang
anak perusahaan maka holding juga harus bertanggung jawab.
Dengan demikian dari ketentuan kriteria diatas terlihat bahwa
tanggung jawab holding sebesar setoran atas seluruh saham
yang dimilikinya kemungkinan akan hapus apabila terbukti
antara lain memenuhi unsur-unsur atau ketentuan-ketentuan
yang diatas.
Jadi, terkait dengan bentuk tanggung jawab holding
company terhadap tindakan anak hukum perusahaan adalah,
setelah melihat dari sisi hubungan hukumnya. Dari penelitian
yang penulis dapat, bentuk tanggung jawab dari holding
company itu bermuara kesegi perdata yang memberikan ganti
rugi baik secara penuh ataupun tidak. Holding dapat
bertanggung jawab jika dapat dibuktikan oleh pihak yang
dirugikan dengan Menghubungkan teori Fault on liability
dimana beban pembuktian terletak pada pihak ketiga yang
mengajukan gugatan agar Holding bertanggung jawab secara
pribadi dengan dasar piercing the corporate veil yang harus
197
dapat
mebuktikan
kesalahannya.
Dapat
disimpulkan
bahwasanya segala yang terkait dengan pertanggung jawaban
perdata dalam holding company terhadap trindakan hukum
anak perusahannya bermuara kepada tanggung jawab ganti
rugi setelah diterapkannya piercing the corporate veil
terhadap holding company tersebut.
Ganti rugi yang dibebankan kepada holding company
Paska diterapkannya Piercing the corporate veil terhadap
tindakan hukum anak perusahaan, ditentukan dari segi prinsip
tanggung jawab hukum berdasarkan kesalahan. Ganti rugi
yang merupakan ganti rugi Holding terhadap tindakan hukum
anak perusahaan, apabila telah terpenuhi oleh satu prinsip
tanggung jawab di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya
ganti ruginya merupakan ganti rugi yang terdapat dalam pasal
1246 KUHPerdata yakni biaya, rugi dan bunga yang oleh
siberpiutang boleh dituntut akan penggantiannya, terdirilah
pada umumnya atas rugi yang telah dideritanya dan untung
yang sedianya harus dapat dinikmatinya. Purwahid Patrik
198
lebih memperinci lagi unsur-unsur kerugian. Menurut Patrik,
kerugian terdiri dari dua unsur 166 :
1.
Kerugian yang nyata diderita (damnum emergens)
meliputi biaya dan rugi
2.
Keutungan yang tidak peroleh (lucrum cessans) meliputi
bunga.
Kerugian nyata dan keuntungan yang tidak diperoleh
dimaksudkan sebagai hukuman bagi si pelaku, dalam hal ini
adalah holding yang melakukan realitas bisnis terhadap
tindakan anak hukum perusahaan dituntut untuk ganti rugi,
penghukuman ini layak diterapkan terhadap kasus-kasus
kesengajaan yang berat.
Menurut kuhperdata ketentuan tentang ganti rugi
karena akibat dari holding company harus memenuhi
persyaratan persyaratan sebagai berikut 167:
166
Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang
Lahir Dari Perjanjian dan Dari Undang-Undang), Mandar Maju, Bandung,
1994, hlm.14.
167
Salim& Erlies Septiana Nurbani, Buku kedua penerapan teori
hukum pada penelitian disertasi dan tesis, Jakarta, Rajagrafindo, Hlm.239
199
1. Dilihat dari segi komponen kerugian yaitu biaya, rugi, dan
bunga
2. Yang kedua dari starting point dari ganti rugi
3. Kemudian bukan karena alasan Force mayor
4. Kemudian saat terjadinya kerugian, bahwasannya suatu
ganti rugi hanya dapat diberikan terhadap kerugian yang
telah benar-benar dideritanya, kedua
kerugian karena
kehilangan keuntungan atau pendapatan yang sedia yang
dapat dinikmati.
5. Kerugian yang dapat diduga, bahwasannya kerugian yang
timbul tersebut haruslah diharapkan akan terjadi atau patut
diduga akan terjadi dugaan, dimana sudah ada pada saat
dilakukannya perbuatan melawan hukum tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwasannya khusus ganti rugi
karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh holding
company harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
ditentukan oleh diatas agar holding company memberikan ganti
rugi terhadap tindakan anak hukum perusahaannya. Jika telah
melihat dari segi persyaratan-persyaratan tersebut maka dapatlah
200
dilakukan pembayaran ganti rugi setelah memenuhi syarat-syarat
sedemikian rupa.168
Dengan demikian, bentuk tanggung jawab holding
company dalam tindakan hukum anak perusahaan setelah
diterapkannya Piercing the corporate veil adalah berbentuk ganti
rugi setelah melebihi saham yang disetorkan oleh holding pada
anak perusahaan.169 Tentunya berdasarkan atau dilihat dari
kesalahan. Dan dilihat dari segi perdata menyarankan ada saratsarat yang memenuhi unsur komponen kerugian starting point
dari ganti rugi, bukan karena alasan Forje Mayour, Saat terjadi
kerugian-kerugian dapat diduga,
maka ganti rugi dapat di
eksekusi dalam memenuhi kewajiban terhadap tindakan hukum
perusahaan.170
Setelah dilakukannya penerapan piercing the corporate
veil yang kemudian diarahkan kepada jenis tanggung jawab
perdata dan ditentukan dengan Fault on Liability, maka bentuk
168
Dalam buku Munir fuady, Perbuatan Melawan Hukum pendekatan
Kontemporer, Bandung Citra Aditya Bakti, Hlm.140
169
Ibid, Hlm.135
170
Ibid
201
tanggung jawab dari holding terhadap tindakan hukum anak
perusahannya adalah dapat berupa ganti rugi melebihi saham
yang ditanamkan.
Jadi, dalam hal ini menggunakan penghukuman ganti rugi
setelah diterapkannya Piercing the corporat veil. Terkait dengan
contoh kasus mengenai perusahaan holding terhadap tindakan
hukum anak perusahaan salah satunya disebabkan karena
melakukan perbuatan melawan hukum. Tanggung jawab hukum
pada perusahaan group dalam hal ini holding company di
Indonesia dapat melihat putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 89/ PK/PDT/2010. Majelis hakim pengadilan
negeri Jakarta Selatan menyatakan bahwa PT. Effem Food Inc.
dan PT effem Indonesia telah terbukti sah melakukan perbuatan
melawan hukum. PN Jakarta Selatan menghukum PT.effem food
inc dan PT.effem Indonesia untuk membayar ganti rugi kepada
PT.Smak Snak secara tanggung renteng. putusan Ma ini
menunjukkan bahwa majelis hakim telah membebankan tanggung
jawab renteng kepada PT.Effem Food dan PT.Effem Indonesia
202
atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tergugat I
dan tergugat II terhadap PT.Smak Snak sebagai penggugat.
Adapun bukti unsur-unsur dari PT.Efmem Food,inc dan
PT.Efem Indonesia adalah sebagai berikut
1.
171
:
PT.Effem Food.Inc memiliki saham 90% terhadap PT.Effem
Indonesia. Dalam hal ini Effem Food sebagai induk
perusahaan dan Effem Indonesia sebagai anak perusahaan.
2.
Induk perusahaan terbukti telah menunjuk anak untuk
memasarkan produk di Indoneisa tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu kepada persetujuan PT.Smak snak
3.
Induk secara sepihak mempersempit wilayah distribusi
produk
4.
Pendapatan penjualan dikurangi secara sepihak terhadap
PT.Smak snak
5.
PT.Smak snak sebagai distributor tunggal diminta untuk
menjadi distributor dibawah sistem multidistributor
6.
Untuk
mematikan
PT.Smak
snak,
induk
perusahaan
menghentikan secara sepihak pengadaaan produk dan
171
Op.cit,Sulistiowati
203
beberapa pelanggan skala besar yang memberikan kontribusi
pendapatan yang signifikan terhadap pendapatan penggugat
sehingga menimbulkan kerugian.
Dasar pertimbangan putusan majelis hakim diatas
menunjukan induk dan anak terbukti melakukan perbuatan
melawan hukum yang melakukan itikad tidak baik, pelanggaran
hak-hak penggugat dan bertentangan dengan kewajiban hukum
tergugat, sehingga menyebabkan kerugian PT.Smak snak.
Dapat peneliti simpulkan bentuk tanggung jawabnya holding dari
table sebagai berikut:
No
Subjek dan
Jenis
Prinsipnya
objek
1.
2.
Holding
dan Anak
Vs Subjek
hukum
lainnya.
Dalam hal
perbuatan
melawan
hukum
Holding
Dasar
Bentuk
Hukum
Perdata
- Liability
based on
fault
Pasal.1365
dan 1367
KUHPerdata
Ganti
rugi
Perdata
- Liablity
1346
Ganti
204
dan Anak
Vs Subjek
hukum
lainnya.
Dalam hal
Wanpretasi
Melihat
based on
fault
table
diatas
KUHPerdata
memberikan
patokan
rugi
untuk
menentukan bentuk tanggung jawab holding terhadap tindakan
hukum anak perusahaannya. Dapat berangkat dari dua hal diatas
yaitu perbuatan melawan hukum dan wanprestasi. Jika didalam
perdata Holding dapat ditembus dengan Piercing the corporate veil
sedangkan dalam Pidana dapat ditembus dengan Vicarious
Liability.
205
Download