BAB II DASAR TEORI

advertisement
BAB II DASAR TEORI
Pada bab dua ini akan dibahas dasar teori yang dipergunakan dalam mengerjakan
tugas akhir ini, yang meliputi definisi dan konsep dari saham serta analisis pasar
saham. Dasar teori ini akan memberikan pemahaman yang lebih detil mengenai topiktopik tersebut sehingga akan memudahkan proses analisis penyelesaian masalah pada
bab selanjutnya.
2.1 Saham
2.1.1 Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang umum diperdagangkan di
pasar finansial (financial market). Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas [DAR01].
Saham merepresentasikan klaim terhadap pendapatan dan sebagian hak tertentu dari
suatu perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang dimiliki suatu pihak, maka
semakin besar pula bagian kepemilikannya atas perusahaan tersebut dan berhak atas
sebagian pendapatan yang diperoleh perusahaan tersebut yang biasa disebut dividen.
2.1.2 Jenis-Jenis Saham
Saham dapat dibedakan berdasarkan beberapa sudut pandang. Ditinjau dari segi
kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dapat dibagi dua [BOD03], yaitu :
1. Saham Biasa (common stocks), yang menempatkan pemiliknya paling terakhir
dalam pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Orang yang memiliki saham suatu perusahaan
memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak
suara yang dimilikinya berdasarkan besar kecil saham yang dipunyai. Semakin
banyak presentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang
dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan.
II-1
II-2
2. Saham Preferen (preffered stocks), yang memberikan hak lebih kepada pemiliknya
disbanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat
dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham
biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan
berusaha sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen
agar tidak lengser.
Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dibagi atas :
1. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa(common stocks) dari suatu perusahaan
dengan reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam industri sejenis, yang
membayar dividen secara kontinu dan konsisten.
2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu perusahaan dengan reputasi
pembayaran dividen secara konsisten dan tinggi nilainya kepada pemilik
saham.
3. Growth Stocks, yaitu saham dari suatu perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi. Saham jenis ini biasanya tidak membayar dividen,
tetapi memberikan keuntungan kembali kepada perusahaan demi pertumbuhan
perusahaan. Investor membeli growth stocks karena harganya yang potensial
menaik karena pertumbuhan perusahaannya yang tinggi. Pasar biasanya tidak
menghargai/menghukum growth stocks yang tidak bertumbuh.
4. Speculative Stocks, yaitu saham yang memiliki kemungkinan tinggi dalam
penurunan nilai dan kemungkinan rendah dalam pertumbuhan nilai saham.
5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang menaik secara cepat ketika
pertumbuhan ekonomi sedang kuat, dan jatuh secara cepat juga ketika
pertumbuhan ekonomi melambat.
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Saham
Ada dua macam keuntungan yang bisa diperoleh dengan berinvestasi di saham
[DAR01], yaitu:
1. Capital Gain
II-3
Capital Gain merupakan laba yang didapat dari selisih harga jual atas harga
beli saham. Sebagai contoh, Sebagai contoh, jika saham dibeli dengan harga
Rp. 1000,00 per lembar, dan beberapa bulan kemudian saham tersebut dapat
dijual kembali dengan harga Rp. 1200,00. Ini berarti keuntungan (capital
gain) yang diperoleh sebesar Rp. 200,00 per lembar saham. Selisih harga
tersebut terjadi karena adanya fluktuasi harga akibat aktivitas permintaan dan
penawaran di bursa saham. Investor akan mendapat keuntungan jika dia
menjual sahamnya lebih mahal daripada harga yang dibayar saat membeli
saham tersebut. Keuntungan seperti ini adalah yang paling banyak diandalkan
oleh para investor khususnya investor jangka pendek. Dalam tugas akhir ini
jenis keuntungan yang akan dibahas adalah Capital Gain.
2. Dividen
Dividen merupakan pembagian laba yang diberikan kepada investor bila
perusahaan mengalami laba. Besarnya dividen tergantung jumlah saham yang
dimiliki. Pembagian dividen dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
seluruh pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
Patut diketahui bahwa dalam investasi saham kebijakan pemberian dividen
merupakan wewenang perusahaan. Pada kenyataannya banyak perusahaan
yang tidak menjanjikan dividen terhadap sahamnya. Selain itu perusahaan
yang pada awalnya menjanjikan dividen dapat mengubah kebijakannya
menjadi tidak memberikan dividen.
Sementara kerugian yang mungkin didapat [DAR01] adalah:
1. Capital Loss
Capital Loss merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu kerugian yang
didapat dari selisih antara harga jual dan harga beli saham
2. Tidak mendapatkan dividen
Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor, yang pertama adalah perusahaan
mengalami rugi dan yang kedua apabila perusahaan mengalami laba tapi laba
yang diperoleh digunakan untuk pengembangan usaha lebih lanjut sehingga
kelak dividen yang dibagikan akan lebih besar.
II-4
3. Delist
Delist adalah penghapusan saham dari pasar saham. Delist dilakukan jika
perusahaan mengalami kebangkrutan.
4. Suspend
Suspend adalah penghentian perdagangan saham oleh otoritas Bursa Efek. Jika
saham di-suspend, maka investor tidak dapat menjual sahamnya sampai
suspend tersebut dicabut.
5. Perusahaan bangkrut atau likuidasi
Secara otomatis perusahaan akan dikeluarkan dari bursa. Klaim terhadap aset
perusahaan hanya dapat dilakukan setelah perusahaan membayar hutang
kepada debitor.
Meskipun memiliki banyak resiko, investasi saham menjanjikan keuntungan yang
lebih besar daripada metode investasi lain seperti obligasi atau deposito. Dalam
sejarah tercatat bahwa dalam jangka waktu panjang rata-rata keuntungan yang
dihasilkan dari saham berkisar antara 10-12 % [INV06].
2.2 Pasar Saham
Pasar atau bursa saham merupakan suatu tempat dilakukannya transaksi pertukaran
atau perdagangan saham baik secara fisik maupun virtual. Pada pasar saham, harga
setiap jenis saham cenderung untuk berubah setiap saat. Perubahan ini disebabkan
karena faktor penawaran (supply) dan permintaan (demand) yang mengikuti teori
kekuatan ekonomi [MUR99].
Pada pasar saham, data pencatatan hasil berbagai transaksi jual beli yang dimasukkan
ke dalam pencatatan pergerakan harga saham terdiri atas empat jenis, yaitu:
a. Open / opening price, adalah harga pembuka atau harga perdagangan awal
dalam suatu periode.
b. Close / closing price, adalah harga penutup atau harga perdagangan terakhir
dalam suatu periode perdagangan. Data harga penutupan sering digunakan
para analis finansial dalam menganalisis pergerakan harga karena dianggap
merupakan harga terpenting dan paling berpengaruh.
II-5
c. High / highest price, adalah harga tertinggi dalam suatu periode perdagangan.
Harga tertinggi menunjukkan bahwa pada saat itu lebih banyak penjual
daripada pembeli atau juga menggambarkan harga tertinggi yang dibayar oleh
pembeli.
d. Low / lowest price, adalah harga terendah dalam suatu periode perdagangan.
Harga terendah menunjukkan pada saat itu lebih banyak penjual atau nilai
yang menunjukkan harga terendah yang diterima oleh penjual.
2.3 Analisis Pasar Saham
Perubahan nilai saham yang cepat memerlukan perhitungan yang cermat dengan
mempertimbangkan berbagai faktor sehingga investor tidak akan memperoleh
kerugian. Untuk itu dikembangkanlah berbagai metode untuk menganalisis perubahan
nilai saham. Analisis yang tepat terhadap saham yang akan dibeli diharapkan dapat
membuat investor terhindar dari kerugian. Analisis yang dilakukan dapat berupa
analisis grafik atau analisis laporan keuangan. Secara umum, ada tiga pendekatan
utama dalam melakukan analisis pasar saham, yakni analisis fundamental, analisis
teknikal, dan analisis teknologikal [GRA03]. Namun, yang akan dibahas hanya
analisis fundamental dan analisis teknikal saja, mengingat kedua pendekatan ini yang
paling sering dipakai dalam melakukan analisis pasar saham.
2.3.1 Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data
fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usahaatau
perusahaan. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa
pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang
berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi,
dan sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data-data tersebut, analisis fundamental
menghasilkan hasil analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah
perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau
overvalued, saham tersebut dianggap dinilai lebih dari yang seharusnya oleh para
pelaku pasar. Dengan kata lain, harganya sudah terlalu mahal sehingga lebih baik
II-6
tidak dibeli atau bisa dijual jika kebetulan memiliki saham tersebut. Jika yang terjadi
sebaliknya, saham itu layak dibeli.
Analisis ini memiliki waktu kepemilikan jangka panjang. Karena selain menggunakan
data historis (berupa laporan keuangan perusahaan), analisis ini juga menggunakan
data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan
ekonomi di masa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat
mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan
kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak variable ditentukan berdasarkan
judgement (perkiraan), misalnya tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
Akibatnya meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental
dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda.
2.3.2 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan harga dan volume
historis untuk menghasilkan grafik yang akan digunakan untuk memprediksi
pergerakan harga saham. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan
teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan
pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu trend
atau pola atas grafik historis, seorang investor saham dapat membuat suatu keputusan
untuk membeli atau menjual saham.
Data masa lalu adalah obyek pembahasan utama dalam analisis teknikal. Analisis ini
menganggap bahwa grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan
konsensus pasar. Jadi grafik ini menggambarkan perilaku saham. Dengan
mempelajari perilaku saham melalui grafik harga historis, diharapkan pengguna
analisis ini (investor) bisa menentukan pergerakan saham di masa mendatang, atau
setidaknya bisa menentukan kapan harus membeli atau menjual sahamnya.
II-7
Ada tiga premis yang mendasari analisis teknikal [MUR99]:
1. “Market action discounts everything”
Harga
pasar
merupakan
pencerminan
dari
berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut misalnya, permintaan dan penawaran
(supply and demand), faktor politis dan sentimen pasar. Bagaimanapun analisis
teknikal hanya melihat pada pergerakan harga, bukan pada penyebab perubahan
harga
2. “Prices move in trends”
Analisis teknikal digunakan untuk mengidentifikasi pola pergerakan pasar sesuai
dengan pola-pola yang telah dikenali. Untuk suatu pola pergerakan harga, hampir
bisa diprediksi bagaimana pergerakannya sesuai dengan pola yang telah ada.
Selain itu, terdapat pula beberapa pola yang mengalami perulangan dengan basis
tertentu.
3. “History repeats itself”
Pola pergerakan harga instrumen finansial telah diteliti selama jangka waktu yang
panjang hingga puluhan tahun atau lebih dan mengalami perulangan. Hal ini
menghasilkan kesimpulan bahwa psikologis manusia hanya mengalami sedikit
perubahan dari waktu ke waktu.
Analisis teknikal memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan analisis
fundamental yaitu:
1. Analisis teknikal bisa diaplikasikan pada semua jenis surat berharga atau
sekuritas pada market manapun. Selama sekuritas tersebut memiliki data
historis dengan waktu yang beruntun, dan bisa digambarkan grafik dari
runtutan waktu tersebut, maka sekuritas tersebut pasti bisa dianalisis dengan
analaisis teknikal. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh analisis fundamental.
2. Analisis teknikal dapat menentukan waktu beli dan jual saham sedangkan
analisis fundamental tidak dapat menentukannya. Dengan demikian, jika
analisis hanya dilakukan berdasarkan data fundamental saja maka investor
masih harus menentukan waktu jual dan belinya.
II-8
3. Analisis teknikal dapat diterapkan untuk berbagai dimensi waktu, baik
intraharian (menit atau jam), harian, mingguan, maupun untuk jangka waktu
yang lebih panjang.
4. Analisis fundamental hanya akan memperoleh return yang tinggi jika investor
mendapatkan informasi baru yang belum banyak diketahui oleh investor
lainnya dan mengolahnya dengan cepat dan tepat dimana kondisi tersebut
tidak akan terjadi terus menerus. Sementara analisis teknikal hanya perlu
mempelajari adanya suatu perubahan tertentu pada pasar sebelum bergerak
menuju keseimbangan baru.
2.3.3 Dasar-Dasar Analisis Teknikal
Sebuah grafik dapat memberikan berbagai macam informasi kepada para investor dan
trader. Beberapa informasi tersebut antara lain trend, support and resistance, dan
head and shoulder.
1. Support Level and Resistance Level
Pengertian support dan resistance hampir sama dengan pengertian demand dan
supply. Support didefinisikan sebagai tahap dimana minat beli cukup besar untuk
menahan tekanan jual sehingga penurunan harga akan tertahan dan harga akan
kembali naik. Sementara resistance merupakan kebalikan dari support dimana
tekanan jual sangat besar muncul untuk mengalahkan minat beli akibatnya
kenaikan harga akan tertahan dan harga cenderung akan turun.
Ilustrasi support dan resistance dapat digambarkan sebagai berikut. Misalnya,
harga saham Telkom diperdagangkan di harga Rp 100.000 dan kemudian harga
mulai bergerak naik. Jika menurut persepsi pasar harga saham Telkom tidak akan
lebih dari Rp 102.700, ketika saham berada pada harga Rp 102.700 maka saham
Telkom berada dalam batas resistance. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
investor akan menganggap jika harga saham Telkom lebih dari Rp 102.700 maka
harga itu terlalu tinggi sehingga banyak investor cenderung akan menjual pada
harga tersebut. Sebaliknya, jika harga cenderung turun dan menurut persepsi
investor harga Rp 97.900 merupakan harga paling rendah bagi saham itu, maka
II-9
investor cenderung akan membeli saham Telkom jika harga saham tersebut berada
pada harga Rp 97.900, karena harga tersebut menurut para investor sangat murah.
Support digambarkan sebagai lembah (under the market), sedangkan resistance
digambarkan sebagai puncak (over the market). Contoh support and resistance
digambarkan dalam Gambar II-1.
Gambar II-1 Contoh support dan resistance [MUR99]
Support dan resistance dapat berganti peran apabila level support atau resistance
telah mengalami penetrasi dengan volume yang cukup signifikan dan dapat juga
mengalami perubahan karena adanya perubahan ekspektasi investor seiring
dengan berjalannya waktu.
Dalam menggunakan support dan resistance, selain menggunakan indikator harga
sebaiknya juga melihat indikator volume. Karena pada dasarnya penetrasi support
atau resistance yang disertai dengan volume yang besar akan menghasilkan sinyal
yang signifikan bahwa trend harga mengalami perubahan dan investor dapat
memperoleh keuntungan.
2. Trend
II-10
Trend merupakan salah satu dasar analisis teknikal yang paling sering digunakan.
Para analis selalu menyebutkan bahwa harga bergerak dalam suatu trend, dimana
trend harga dapat naik, turun, atau mendatar. Seorang investor mencoba untuk
memahami trend harga suatu komoditi dalam keadaan naik atau turun untuk
memperoleh keuntungan dengan mengikuti trend tersebut hingga trend berbalik
arah.
Trend dapat dibagi berdasarkan periode waktu, yaitu jangka pendek(0-3 bulan),
menengah(3-6 bulan), dan panjang(6 bulan-1 tahun). Trend naik digambarkan
dengan menghubungkan dua atau lebih titik terendah untuk menentukan harga
support, sedangkan trend turun digambarkan dengan menghubungkan dua atau
lebih titik tertinggi untuk menentukan harga resistance. Penggambaran trend ini
diinterpretasikan dalam garis trend(trendline). Trendline dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu up-trend, down-trend, dan sideways/flat.
Up-trend adalah pergerakan menaik harga saham dalam range waktu tertentu,
yang disebut juga dengan bullish. Garis up-trend memiliki kemiringan positif dan
menghubungkan dua atau lebih titik terendah pada grafik. Untuk mencapai
kemiringan yang positif, titik terendah yang kedua harus lebih tinggi dari titik
terendah pertama. Garis up-trend ini berlaku sebagai support level dan
mengindikasikan permintaan meningkat meskipun harga meningkat. Harga dan
permintaan yang meningkat menunjukkan determinasi yang kuat pada pembeli.
Up-trend akan tetap berlangsung selama harga berada di atas garis up-trend. Jika
harga berada dibawah garis up-trend berarti permintaan telah berkurang dan akan
terjadi perubahan trend.
II-11
Gambar II-2 Contoh Up-trend [STO08]
Kedua garis pada Gambar II-2 merupakan garis up-trend. Garis up-trend diatas
menunjukkan pergerakan harga yang sedang menaik dalam range waktu tertentu,
meskipun harga berfluktuasi naik dan turun.
Down-trend adalah pergerakan menurun harga saham dalam range waktu tertentu,
yang disebut juga dengan bearish. Garis down-trend memiliki kemiringan yang
negatif, yang dibentuk dengan menghubungkan dua atau lebih titik tertinggi pada
grafik. Untuk mencapai kemiringan yang negatif, titik tertinggi yang kedua harus
lebih rendah dari titik tertinggi pertama. Garis down-trend ini berlaku sebagai
resistance level dan mengindikasikan penawaran meningkat meskipun harga
menurun. Harga yang turun dan penawaran yang meningkat menunjukkan
determinasi yang kuat pada penjual. Down-trend akan tetap berlangsung selama
harga berada di bawah garis down-trend. Jika harga berada di bawah garis downtrend berarti penawaran telah berkurang dan akan terjadi perubahan trend.
II-12
Gambar II-3 Contoh Down-trend [MAR08]
Garis pada Gambar II-3 mengindikasikan terjadinya down-trend. Garis downtrend diatas menunjukkan pergerakan harga yang sedang menurun dalam range
waktu tertentu secara umum, meskipun harga berfluktuasi naik dan turun.
Sideways atau flat adalah pergerakan harga yang berfluktuasi naik turun dalam
kisaran yang sempit sehingga selisih harga high dan low relatif kecil. Dengan
begitu, tidak terdapat kecenderungan pergerakan yang menaik (up-trend) ataupun
pergerakan yang menurun(down-trend). Faktor yang menyebabkannya adalah
adanya kondisi dimana kekuatan supply dan demand berada dalam taraf seimbang.
Sideways dapat dimasukkan ke dalam kategori trend, namun lebih umum dikenal
sebagai kondisi trendless atau nontrending market.
Gambar II-4 Contoh Sideways atau flat [MAR08]
II-13
Pada Gambar II-4 di atas, harga bergerak antara garis atas dan garis bawah.
Pergeseran harga terjadi dengan selisih yang relatif sempit. Garis atas merupakan
resistance level dan garis bawah merupakan support level.
2.3.4 Jenis Tampilan Grafik Perubahan Harga Saham
Terdapat beberapa metode yang umum digunakan untuk menggambarkan atau
memaparkan data perubahan harga saham secara historis. Penggambaran data tersebut
ditampilkan dalam bentuk grafik untuk mempermudah analisis data finansial dan
untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya dalam aktivitas perdagangan saham,
yaitu untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang komunikatif dan praktis.
Berdasarkan periode, pergerakan harga dapat ditampilkan secara harian, mingguan,
maupun bulanan. Tampilan yang banyak digunakan, terutama untuk keperluan
technical analysis adalah periode harian, sedangkan periode mingguan dan bulanan
digunakan untuk melihat perubahan harga dalam jangka waktu panjang. Jenis
tampilan grafik pun ada beberapa macam, diantaranya adalah line chart (garis), bar
chart (batangan), dan candlestick chart.
2.3.4.1 Bar Chart
Grafik batangan (bar chart) adalah tampilan yang umum digunakan. Pada jenis grafik
ini, setiap periode tertentu digambarkan dengan suatu garis vertikal yang menandakan
tingkat harga terendah (lowest price) dan tertinggi (highest price) disertai dua tanda
(hash mark), yaitu pada sebelah kiri untuk menandakan harga buka (opening price)
dan pada sebelah kanan untuk menandakan harga penutupan (closing price) pada
periode tersebut. Gambar II-5 menunjukkan pergerakan harga saham yang
direpresentasikan dalam bentuk bar chart.
II-14
Gambar II-5 Bentuk Bar Chart [MAR08]
2.3.4.2 Line Chart
Grafik garis (line chart) adalah tampilan dimana hanya satu jenis harga pada suatu
periode tertentu saja yang ditampilkan, yaitu harga penutupan (closing price). Hal ini
disebabkan karena closing price dianggap merupakan harga yang paling berpengaruh
oleh beberapa ahli ekonomi dan perdagangan. Gambar II-6 menunjukkan pergerakan
harga saham yang digambarkan dengan line chart.
II-15
Gambar II-6 Bentuk Line Chart [MAR08]
2.3.4.3 Candlestick Chart
Candlestick chart atau dikenal juga dengan Japanese candlestick chart adalah
tampilan yang mirip dengan bar chart, yaitu menampilkan highest price, lowest price,
opening price, dan closing price pada setiap batang candlestick untuk setiap satuan
periode. Namun, tampilannya memiliki perbedaan dari bar chart. Tanda garis
menandakan highest price serta lowest price. Sedangkan, bagian yang lebih lebar atau
disebut body menandakan rentang opening price serta closing price. Jika opening
price lebih kecil dari closing price, maka body berwarna putih yang menunjukkan
nilai positif. Sebaliknya, jika opening price lebih besar dari closing price, maka body
berwarna hitam yang menunjukkan nilai negatif. Gambar II-7 menunjukkan bentuk
candlestick chart, sementara Gambar II-8 menunjukkan pergerakan harga saham yang
digambarkan dengan candlestick chart.
II-16
Gambar II-7 Bentuk candlestick chart [MAR08]
Gambar II-8 Contoh tampilan candlestick chart [MAR08]
2.4 Indikator Teknikal
Indikator teknikal adalah rangkaian titik-titik data hasil penerapan suatu
formula/rumus terhadap data-data harga saham [STO07]. Data-data harga dapat
berupa kombinasi dari open, close, high, atau low pada periode waktu tertentu.
Sebagai contoh rata-rata dari 3 close (41+43+43 ) / 3 = 42.33 adalah sebuah titik data.
Akan tetapi sebuah titik data kurang memberikan informasi sehingga tidak dapat
dijadikan indikator. Rangkaian titik-titik data pada periode waktu tertentu diperlukan
untuk dapat dijadikan referensi yang valid dalam analisis. Dengan adanya periode
waktu, perbandingan dapat dilakukan antara situasi saat ini dengan situasi di masa
lalu. Untuk tujuan analisis, biasanya indikator teknikal digambarkan dalam grafik
II-17
berdekatan dengan grafik harga saham. Setelah digambarkan dalam grafik, indikator
dapat dibandingkan dengan grafik harga yang bersesuaian.
Indikator teknikal memberikan perspektif yang unik terhadap kekuatan dan arah dari
pergerakan harga saham. Secara garis besar ada tiga fungsi indikator teknikal
[STO07]:
1. To alert, indikator teknikal dapat memberikan peringatan untuk mengamati
pergerakan harga dengan lebih cermat untuk mengidentifikasi perubahan harga
saham baik saat melemah maupun menguat.
2. To confirm, indikator teknikal dapat digunakan untuk mengkonfirmasi sinyal yang
dihasilkan oleh metode analisis teknikal yang lain.
3. To predict, indikator teknikal dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan
harga saham di masa yang akan datang.
Indikator teknikal melakukan penyaringan terhadap pergerakan harga dengan
menggunakan formula. Dengan kata lain indikator teknikal bukanlah refleksi
langsung dari pergerakan harga. Analisis terhadap indikator teknikal harus dibarengi
dengan studi pergerakan harga. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan
dalam pembacaan sinyal. Contohnya jika indikator teknikal memberikan sinyal beli,
sedangkan pola grafik harga menunjukkan downtrend, maka mungkin saja sinyal
tersebut adalah sinyal yang salah.
Indikator teknikal secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu
indikator leading dan lagging. Indikator leading didesain untuk menunjukkan
pergerakan harga. Indikator tipe ini lebih efektif digunakan pada kondisi trend pasar
yang lemah atau dikenal dengan istilah sideways/trading phase. Kebanyakan
direpresentasikan dalam bentuk momentum harga pada periode tertentu mulai dari
waktu lampau sampai hari ini. Contohnya indikator yang menggunakan periode 20
hari akan menggunakan data-data 20 hari ke belakang dan mengabaikan data-data
sebelumnya. Beberapa indikator leading yang populer adalah Commodity Channel
Index (CCI), Relative Strendgth Index (RSI), Stochastic Oscillator, dan Williams %R.
II-18
Sebagian besar indikator leading dibuat dalam bentuk momentum oscillator. Secara
garis besar, momentum mengukur tingkat perubahan harga suatu saham. Bila harga
suatu saham meningkat maka momentum harga akan meningkat dan sebaliknya bila
harga suatu saham menurun maka momentum harga akan menurun. Semakin cepat
perubahan harga suatu saham semakin besar pula perubahan pada momentum. Saat
perubahan harga melambat maka momentum akan berbalik dari posisi sebelumnya.
Akan tetapi berbaliknya momentum ini tidak selalu pertanda munculnya sinyal
perdagangan (sinyal bullish/bearish).
Sementara indikator lagging didesain untuk mengikuti aksi pasar atau lebih dikenal
dengan indikator yang mengikuti trend. Indikator tipe ini lebih efektif digunakan pada
kondisi trend pasar yang kuat baik uptrend maupun downtrend. Para investor
menggunakan indikator ini untuk mendeteksi munculnya trend dan melakukan
perdagangan selama trend tersebut masih berlangsung. Indikator lagging tidak efektif
jika digunakan pada kondisi sideways karena akan memberikan banyak sinyal palsu.
Beberapa indikator lagging yang populer adalah Moving Average (exponential,
simple, weighted, variable) dan Moving Average Convergence Divergence (MACD).
2.4.1 Oscillator
Oscillator adalah indikator teknikal yang berfluktuasi naik dan turun melewati suatu
garis tengah atau diantara posisi-posisi tertentu seiring dengan perubahan nilainya
dalam jangka waktu tertentu. Oscillator adalah tipe indikator leading dan paling
efektif digunakan pada kondisi pasar normal (tidak dalam trend) yang dikenal dengan
istilah sideway atau trading phase. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
pergerakan harga saham dipengaruhi oleh sentimen pasar. Harga saham berfluktuasi
di antara periode optimis dan pesimis. Oscillator dapat memberikan petunjuk kapan
sentimen-sentimen tersebut mencapai titik ekstrim.
Pergerakan grafik oscillator mengikuti/menyerupai pergerakan harga saham. Jika
harga saham sedang naik kemungkinan besar oscillator juga akan bergerak naik,
II-19
sebaliknya oscillator akan bergerak turun jika harga sedang mengalami penurunan.
Pergerakan tersebut lebih banyak di antara batas-batas yang telah ditentukan
sedangkan pergerakan yang terus berlanjut mengikuti trend sangat jarang terjadi.
Ada banyak tipe oscillator dan beberapa indikator teknikal dapat dikategorikan ke
dalam lebih dari satu kategori oscillator. Secara garis besar oscillator dapat dibedakan
menjadi dua tipe [STO07]:
1. Centered Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun melewati
suatu garis tengah. Oscillator jenis ini efektif digunakan untuk mengidentifikasi
kuat dan lemah atau arah dari momentum dibalik pergerakan harga suatu saham.
Momentum akan bernilai positif bila oscillator bergerak di atas nilai tengah
(bullish) dan akan bernilai negative bila oscillator bergerak di bawah nilai tengah
(bearsih). Contoh indikator teknikal bertipe centered oscillator adalah Rate Of
Change (ROC) dan MACD. MACD memiliki keunikan karena memiliki elemen
lagging dan juga elemen leading sehingga dapat dimasukkan ke dalam kategori
ini.
2. Banded Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun di antara
posisi-posisi tertentu yang menandakan kondisi ekstrim harga suatu saham. Posisi
ekstrim bawah menunjukkan kondisi oversold sedangkan posisi ekstrim atas
menunjukkan kondisi overbought. Pasar disebut dalam kondisi overbought ketika
nilai oscillator berada di sekitar posisi ekstrim atas. Kondisi ini diakibatkan oleh
permintaan melebihi penawaran (bull market) sehingga harga suatu saham
meningkat sampai titik tertinggi. Kondisi ini merupakan pertanda bahwa saham
tersebut dihargai terlalu tinggi dan akan mengalami penurunan. Pasar disebut
dalam kondisi oversold ketika nilai oscillator berada di sekitar posisi ekstrim
bawah. Kondisi ini diakibatkan oleh penawaran melebihi permintaan (bear
market) sehingga harga suatu saham menurun sampai titik terendah. Kondisi ini
merupakan pertanda bahwa saham tersebut dihargai terlalu rendah dan akan
mengalami peningkatan. Sebagian besar banded oscillator berfluktuasi di antara
batas-batas/skala yang telah ditentukan (biasanya 0-100). Beberapa banded
oscillator yang populer digunakan adalah RSI dan Stochastic Oscillator.
II-20
Centered oscillator paling baik digunakan untuk menganalisis pergerakan momentum
harga sedangkan banded oscillator paling baik digunakan untuk mengidentifikasi
kondisi overbought dan oversold.
Oscillator dapat memberikan sinyal jual dan beli dalam beberapa cara. Sinyal tersebut
dapat muncul ketika trend baru terbentuk atau setelah trend terbentuk. Selain sinyal
jual dan beli, oscillator juga dapat memberikan sinyal bahwa terjadi suatu kekeliruan
dalam trend yang sedang berlangsung atau bahwa trend yang sedang berlangsung
akan
mengalami perubahan. Sinyal-sinyal yang diberikan oscillator dapat
dikelompokkan menjadi [STO07]:
1. Divergence positif dan negative. Divergence adalah konsep inti dari sinyal pada
oscillator dan juga pada indikator lainnya. Divergence memberikan peringatan
bahwa trend yang sedang berlangsung akan mengalami perubahan juga
memberikan sinyal jual dan beli. Divergence positif terjadi bila nilai indikator
mengalami peningkatan sementara harga saham yang bersesuaian mengalami
penurunan. Contoh divergence positif dapat dilihat pada Gambar II-9. Pada
periode Oktober 1999 harga saham perusahaan Merrill Lynch & Co., Inc. (MER)
di bursa efek New York (NYSE) mengalami penurunan sementara nilai MACD
mengalami peningkatan. Kondisi ini memberikan peringatan bahwa ada
kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami penurunan.
Gambar II-9 Divergence Positif [STO07]
II-21
Divergence negatif terjadi bila nilai indikator mengalami penurunan sementara
harga saham yang bersesuaian mengalami peningkatan. Contoh divergence negatif
dapat dilihat pada Gambar II-10. Pada periode Desember 1999 sampai Maret 2000
saham perusahaan International Business Machine mengalami peningkatan
sementara nilai ROC mengalami penurunan. Kondisi ini memberikan peringatan
bahwa harga saham tersebut mungkin akan mengalami penurunan.
Gambar II-10 Divergence Negatif [STO07]
2. Overbought dan oversold. Banded oscillator didesain untuk mengidentifikasi
overbought dan oversold. Langkah pertama untuk menggunakan indikator ini
adalah menentukan posisi-posisi ekstrim atas dan bawah. Pada RSI posisi ekstrim
bawah biasanya pada level 30 dan posisi ekstrim atas pada level 70. Pada
Stochastic Oscillator posisi ekstrim bawah biasanya pada level 20 dan posisi
ekstrim atas pada level 80. Nilai di bawah 30 pada RSI atau di bawah 20 pada
Stochastic Oscillator menunjukkan kondisi oversold. Nilai di atas 70 pada RSI
atau di atas 80 pada Stochastic Oscillator menunjukkan kondisi overbought. Cara
termudah untuk mengidentifikasi sinyal pembelian adalah ketika pada kondisi
oversold, nilai oscillator kemudian bergerak naik dan memotong garis ekstrim
oversold. Cara termudah untuk mengidentifikasi sinyal penjualan adalah ketika
pada kondisi overbought nilai oscillator kemudian bergerak turun dan memotong
garis ekstrim overbought. Untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik maka proses
identifikasi sebaiknya dibarengi dengan identifikasi sinyal-sinyal lain seperti
II-22
divergence. Contoh kondisi ekstrim yang dibarengi oleh divergence dapat dilihat
pada Gambar II-11. Pada Nomor (2) oscillator menunjukkan kondisi oversold dan
divergence positif yang berarti memberikan sinyal beli.
Gambar II-11 Overbought dan Oversold [STO07]
Karena oscillator jenis ini berfluktuasi di antara posisi-posisi ekstrim tersebut,
penggunannya akan sulit pada kondisi pasar yang mengalami trend. Pada kondisi
pasar yang mengalami trend kuat, indikator jenis ini mungkin akan memberikan
banyak sinyal palsu. Nilai yang dihasilkan mungkin akan terus-menerus berada
pada posisi ekstrim dalam beberapa periode. Pada kondisi uptrend, nilai yang
dihasilkan akan mencapai posisi overbought secara terus-menerus dalam beberapa
periode dan divergence negatif mungkin muncul. Namun sinyal penjualan ini
harus dipertimbangkan dengan memperhatikan kondisi global pasar yang sedang
mengalami uptrend. Pada kondisi downtrend, nilai yang dihasilkan akan mencapai
posisi oversold secara terus-menerus dalam beberapa periode dan divergence
positif mungkin muncul. Namun sinyal pembelian ini harus dipertimbangkan
dengan memperhatikan kondisi global pasar yang sedang mengalami downtrend.
Contoh kasusnya dapat dilihat pada Gambar II-11. Pada nomer (2) oscillator
memberikan sinyal beli namun secara keseluruhan pasar sedang mengalami
downtrend. Pada kondisi ini keputusan berinvestasi bergantung pada karakteristik
II-23
investor. Bagi investor yang lebih senang cari aman tentu akan memilih untuk
menahan investasinya dan mengabaikan sinyal pembelian. Sedangkan para
investor yang agresif akan segera melakukan pembelian begitu melihat sinyal
seperti ini.
3. Perpotongan garis tengah. Sinyal ini kebanyakan digunakan oleh centered
oscillator. Sinyal beli diberikan ketika nilai oscillator bergerak naik memotong
garis tengah. Sinyal jual diberikan ketika nilai oscillator bergerak turun
memotong garis tengah. Pergerakan oscillator di atas garis tengah menunjukkan
perubahan momentum dari negatif ke positif dan pasar dapat dikatakan dalam
kondisi bullish. Pergerakan oscillator di bawah garis tengah menunjukkan
perubahan momentum dari positif ke negatif dan pasar dapat dikatakan dalam
kondisi bearish. Pembacaan sinyal seperti ini mendapat kritikan karena dianggap
terlalu lama sehingga dapat mengurangi kesempatan mendapat profit. Akan tetapi
sebagian orang berpendapat cara ini dapat mengurangi resiko kesalahan
pembacaan sinyal jual dan beli.
Penggunaan oscillator harus dibarengi dengan dasar-dasar analisis trend untuk
menghindari kesalahan pembacaan sinyal. Hal ini menjadi salah satu kekurangan
dalam metode analisis menggunakan oscillator. Walaupun demikian, pada umumnya
pasar lebih sering berada pada kondisi normal (sideways) daripada kondisi trend
[ALC05]. Oleh karena itu metode oscillator dapat memberikan banyak keuntungan
dan masih banyak digunakan sampai saat ini.
2.5 Ultimate Oscillator
Secara umum, oscillator bekerja dengan cara membandingkan harga sebuah saham
dengan harga saham tersebut pada n-periode yang lalu. Larry William melihat bahwa
nilai oscillator jenis ini akan sangat bervariasi, tergantung dari lamanya periode yang
digunakan untuk melakukan perhitungan.
Atas dasar inilah Larry William mengembangkan Ultimate Oscillator yang
menggunakan gabungan tiga oscillator, yang masing-masing memiliki periode yang
II-24
berbeda. Ultimate oscillator termasuk salah satu indikator teknikal bertipe banded
oscillator. Indikator ini pertama kali dikemukakan oleh Larry William pada tahun
1985 dalam sebuah artikel pada majalah Technical Analysis of Stocks and
Commodities.
Karena termasuk sebagai banded oscillator, Ultimate Oscillator memiliki nilai yang
berfluktuasi di antara 0-100. Nilai di atas 70 menunjukkan sedang terjadi oversold,
sementara nilai di bawah 30 menandakan terjadinya overbought. Ketiga periode yang
dijadikan sebagai bahan perhitungan merepresentasikan pemikiran Larry William
tentang periode jangka pendek, periode jangka menengah, dan periode jangka
panjang. Ketiga periode ini secara default adalah 7, 14, dan 28 periode. Perlu
diperhatikan bahwa ketiga periode yang ada ini saling overlap, artinya bahwa untuk
menghitung nilai oscillator pada periode 28 akan dibutuhkan hasil oscillator pada
periode 7 dan 14. Hal ini juga menunjukkan bahwa aksi yang terjadi pada periode
terpendek akan sangat mempengaruhi aksi pada periode yang lebih panjang.
Contoh tampilan Ultimate Oscillator dapat dilihat pada Gambar II-12.
Gambar II-12 Contoh Ultimate Oscillator [CHA08]
II-25
Cara untuk menghitung nilai Ultimate Oscillator dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hitung nilai True Low (TL) hari ini, TL = harga yang lebih rendah antara
harga terendah hari ini dengan harga pada penutupan kemarin.
2. Hitung nilai Buying Pressure (BP) hari ini, BP = harga penutupan hari ini
dikurangi TL.
3. Hitung nilai True Range (TR), TR adalah nilai tertinggi antara:
a. Harga tertinggi hari ini dikurangi harga terendah hari ini, atau
b. Harga tertinggi hari ini dikurangi harga penutupan kemarin, atau
c. Harga penutupan kemarin dikurangi harga terendah hari ini.
4. Hitung nilai BPSum1, BPSum2, dan BPSum3 dengan cara menghitung total
nilai BP untuk masing-masing periode.
5. Hitung nilai TRSum1, TRSum2, dan TRSum3 dengan cara menjumlahkan
semua nilai TR untuk masing-masing periode.
6. Hitung
nilai
Raw
Ultimate
Oscillator
(RawUO),
RawUO
4*(BPSum1/TRSum1) + 2*(BPSum2/TRSum2) + (BPSum3/TRSum3)
7. Terakhir, hitung nilai Ultimate Oscillator (UO), UO = (RawUO/4+2+1)*100
=
Download