BAB II DASAR TEORI Pada bab dua ini akan dibahas dasar teori yang dipergunakan dalam mengerjakan tugas akhir ini, yang meliputi definisi dan konsep dari saham serta analisis pasar saham. Dasar teori ini akan memberikan pemahaman yang lebih detil mengenai topiktopik tersebut sehingga akan memudahkan proses analisis penyelesaian masalah pada bab selanjutnya. 2.1 Saham 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang umum diperdagangkan di pasar finansial (financial market). Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas [DAR01]. Saham merepresentasikan klaim terhadap pendapatan dan sebagian hak tertentu dari suatu perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang dimiliki suatu pihak, maka semakin besar pula bagian kepemilikannya atas perusahaan tersebut dan berhak atas sebagian pendapatan yang diperoleh perusahaan tersebut yang biasa disebut dividen. 2.1.2 Jenis-Jenis Saham Saham dapat dibedakan berdasarkan beberapa sudut pandang. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dapat dibagi dua [BOD03], yaitu : 1. Saham Biasa (common stocks), yang menempatkan pemiliknya paling terakhir dalam pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimilikinya berdasarkan besar kecil saham yang dipunyai. Semakin banyak presentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan. II-1 II-2 2. Saham Preferen (preffered stocks), yang memberikan hak lebih kepada pemiliknya disbanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusaha sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser. Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dibagi atas : 1. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa(common stocks) dari suatu perusahaan dengan reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam industri sejenis, yang membayar dividen secara kontinu dan konsisten. 2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu perusahaan dengan reputasi pembayaran dividen secara konsisten dan tinggi nilainya kepada pemilik saham. 3. Growth Stocks, yaitu saham dari suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Saham jenis ini biasanya tidak membayar dividen, tetapi memberikan keuntungan kembali kepada perusahaan demi pertumbuhan perusahaan. Investor membeli growth stocks karena harganya yang potensial menaik karena pertumbuhan perusahaannya yang tinggi. Pasar biasanya tidak menghargai/menghukum growth stocks yang tidak bertumbuh. 4. Speculative Stocks, yaitu saham yang memiliki kemungkinan tinggi dalam penurunan nilai dan kemungkinan rendah dalam pertumbuhan nilai saham. 5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang menaik secara cepat ketika pertumbuhan ekonomi sedang kuat, dan jatuh secara cepat juga ketika pertumbuhan ekonomi melambat. 2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Saham Ada dua macam keuntungan yang bisa diperoleh dengan berinvestasi di saham [DAR01], yaitu: 1. Capital Gain II-3 Capital Gain merupakan laba yang didapat dari selisih harga jual atas harga beli saham. Sebagai contoh, Sebagai contoh, jika saham dibeli dengan harga Rp. 1000,00 per lembar, dan beberapa bulan kemudian saham tersebut dapat dijual kembali dengan harga Rp. 1200,00. Ini berarti keuntungan (capital gain) yang diperoleh sebesar Rp. 200,00 per lembar saham. Selisih harga tersebut terjadi karena adanya fluktuasi harga akibat aktivitas permintaan dan penawaran di bursa saham. Investor akan mendapat keuntungan jika dia menjual sahamnya lebih mahal daripada harga yang dibayar saat membeli saham tersebut. Keuntungan seperti ini adalah yang paling banyak diandalkan oleh para investor khususnya investor jangka pendek. Dalam tugas akhir ini jenis keuntungan yang akan dibahas adalah Capital Gain. 2. Dividen Dividen merupakan pembagian laba yang diberikan kepada investor bila perusahaan mengalami laba. Besarnya dividen tergantung jumlah saham yang dimiliki. Pembagian dividen dilakukan setelah mendapat persetujuan dari seluruh pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Patut diketahui bahwa dalam investasi saham kebijakan pemberian dividen merupakan wewenang perusahaan. Pada kenyataannya banyak perusahaan yang tidak menjanjikan dividen terhadap sahamnya. Selain itu perusahaan yang pada awalnya menjanjikan dividen dapat mengubah kebijakannya menjadi tidak memberikan dividen. Sementara kerugian yang mungkin didapat [DAR01] adalah: 1. Capital Loss Capital Loss merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu kerugian yang didapat dari selisih antara harga jual dan harga beli saham 2. Tidak mendapatkan dividen Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor, yang pertama adalah perusahaan mengalami rugi dan yang kedua apabila perusahaan mengalami laba tapi laba yang diperoleh digunakan untuk pengembangan usaha lebih lanjut sehingga kelak dividen yang dibagikan akan lebih besar. II-4 3. Delist Delist adalah penghapusan saham dari pasar saham. Delist dilakukan jika perusahaan mengalami kebangkrutan. 4. Suspend Suspend adalah penghentian perdagangan saham oleh otoritas Bursa Efek. Jika saham di-suspend, maka investor tidak dapat menjual sahamnya sampai suspend tersebut dicabut. 5. Perusahaan bangkrut atau likuidasi Secara otomatis perusahaan akan dikeluarkan dari bursa. Klaim terhadap aset perusahaan hanya dapat dilakukan setelah perusahaan membayar hutang kepada debitor. Meskipun memiliki banyak resiko, investasi saham menjanjikan keuntungan yang lebih besar daripada metode investasi lain seperti obligasi atau deposito. Dalam sejarah tercatat bahwa dalam jangka waktu panjang rata-rata keuntungan yang dihasilkan dari saham berkisar antara 10-12 % [INV06]. 2.2 Pasar Saham Pasar atau bursa saham merupakan suatu tempat dilakukannya transaksi pertukaran atau perdagangan saham baik secara fisik maupun virtual. Pada pasar saham, harga setiap jenis saham cenderung untuk berubah setiap saat. Perubahan ini disebabkan karena faktor penawaran (supply) dan permintaan (demand) yang mengikuti teori kekuatan ekonomi [MUR99]. Pada pasar saham, data pencatatan hasil berbagai transaksi jual beli yang dimasukkan ke dalam pencatatan pergerakan harga saham terdiri atas empat jenis, yaitu: a. Open / opening price, adalah harga pembuka atau harga perdagangan awal dalam suatu periode. b. Close / closing price, adalah harga penutup atau harga perdagangan terakhir dalam suatu periode perdagangan. Data harga penutupan sering digunakan para analis finansial dalam menganalisis pergerakan harga karena dianggap merupakan harga terpenting dan paling berpengaruh. II-5 c. High / highest price, adalah harga tertinggi dalam suatu periode perdagangan. Harga tertinggi menunjukkan bahwa pada saat itu lebih banyak penjual daripada pembeli atau juga menggambarkan harga tertinggi yang dibayar oleh pembeli. d. Low / lowest price, adalah harga terendah dalam suatu periode perdagangan. Harga terendah menunjukkan pada saat itu lebih banyak penjual atau nilai yang menunjukkan harga terendah yang diterima oleh penjual. 2.3 Analisis Pasar Saham Perubahan nilai saham yang cepat memerlukan perhitungan yang cermat dengan mempertimbangkan berbagai faktor sehingga investor tidak akan memperoleh kerugian. Untuk itu dikembangkanlah berbagai metode untuk menganalisis perubahan nilai saham. Analisis yang tepat terhadap saham yang akan dibeli diharapkan dapat membuat investor terhindar dari kerugian. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis grafik atau analisis laporan keuangan. Secara umum, ada tiga pendekatan utama dalam melakukan analisis pasar saham, yakni analisis fundamental, analisis teknikal, dan analisis teknologikal [GRA03]. Namun, yang akan dibahas hanya analisis fundamental dan analisis teknikal saja, mengingat kedua pendekatan ini yang paling sering dipakai dalam melakukan analisis pasar saham. 2.3.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usahaatau perusahaan. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi, dan sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data-data tersebut, analisis fundamental menghasilkan hasil analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau overvalued, saham tersebut dianggap dinilai lebih dari yang seharusnya oleh para pelaku pasar. Dengan kata lain, harganya sudah terlalu mahal sehingga lebih baik II-6 tidak dibeli atau bisa dijual jika kebetulan memiliki saham tersebut. Jika yang terjadi sebaliknya, saham itu layak dibeli. Analisis ini memiliki waktu kepemilikan jangka panjang. Karena selain menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan), analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi di masa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak variable ditentukan berdasarkan judgement (perkiraan), misalnya tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Akibatnya meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda. 2.3.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan harga dan volume historis untuk menghasilkan grafik yang akan digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu trend atau pola atas grafik historis, seorang investor saham dapat membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham. Data masa lalu adalah obyek pembahasan utama dalam analisis teknikal. Analisis ini menganggap bahwa grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan konsensus pasar. Jadi grafik ini menggambarkan perilaku saham. Dengan mempelajari perilaku saham melalui grafik harga historis, diharapkan pengguna analisis ini (investor) bisa menentukan pergerakan saham di masa mendatang, atau setidaknya bisa menentukan kapan harus membeli atau menjual sahamnya. II-7 Ada tiga premis yang mendasari analisis teknikal [MUR99]: 1. “Market action discounts everything” Harga pasar merupakan pencerminan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut misalnya, permintaan dan penawaran (supply and demand), faktor politis dan sentimen pasar. Bagaimanapun analisis teknikal hanya melihat pada pergerakan harga, bukan pada penyebab perubahan harga 2. “Prices move in trends” Analisis teknikal digunakan untuk mengidentifikasi pola pergerakan pasar sesuai dengan pola-pola yang telah dikenali. Untuk suatu pola pergerakan harga, hampir bisa diprediksi bagaimana pergerakannya sesuai dengan pola yang telah ada. Selain itu, terdapat pula beberapa pola yang mengalami perulangan dengan basis tertentu. 3. “History repeats itself” Pola pergerakan harga instrumen finansial telah diteliti selama jangka waktu yang panjang hingga puluhan tahun atau lebih dan mengalami perulangan. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa psikologis manusia hanya mengalami sedikit perubahan dari waktu ke waktu. Analisis teknikal memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan analisis fundamental yaitu: 1. Analisis teknikal bisa diaplikasikan pada semua jenis surat berharga atau sekuritas pada market manapun. Selama sekuritas tersebut memiliki data historis dengan waktu yang beruntun, dan bisa digambarkan grafik dari runtutan waktu tersebut, maka sekuritas tersebut pasti bisa dianalisis dengan analaisis teknikal. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh analisis fundamental. 2. Analisis teknikal dapat menentukan waktu beli dan jual saham sedangkan analisis fundamental tidak dapat menentukannya. Dengan demikian, jika analisis hanya dilakukan berdasarkan data fundamental saja maka investor masih harus menentukan waktu jual dan belinya. II-8 3. Analisis teknikal dapat diterapkan untuk berbagai dimensi waktu, baik intraharian (menit atau jam), harian, mingguan, maupun untuk jangka waktu yang lebih panjang. 4. Analisis fundamental hanya akan memperoleh return yang tinggi jika investor mendapatkan informasi baru yang belum banyak diketahui oleh investor lainnya dan mengolahnya dengan cepat dan tepat dimana kondisi tersebut tidak akan terjadi terus menerus. Sementara analisis teknikal hanya perlu mempelajari adanya suatu perubahan tertentu pada pasar sebelum bergerak menuju keseimbangan baru. 2.3.3 Dasar-Dasar Analisis Teknikal Sebuah grafik dapat memberikan berbagai macam informasi kepada para investor dan trader. Beberapa informasi tersebut antara lain trend, support and resistance, dan head and shoulder. 1. Support Level and Resistance Level Pengertian support dan resistance hampir sama dengan pengertian demand dan supply. Support didefinisikan sebagai tahap dimana minat beli cukup besar untuk menahan tekanan jual sehingga penurunan harga akan tertahan dan harga akan kembali naik. Sementara resistance merupakan kebalikan dari support dimana tekanan jual sangat besar muncul untuk mengalahkan minat beli akibatnya kenaikan harga akan tertahan dan harga cenderung akan turun. Ilustrasi support dan resistance dapat digambarkan sebagai berikut. Misalnya, harga saham Telkom diperdagangkan di harga Rp 100.000 dan kemudian harga mulai bergerak naik. Jika menurut persepsi pasar harga saham Telkom tidak akan lebih dari Rp 102.700, ketika saham berada pada harga Rp 102.700 maka saham Telkom berada dalam batas resistance. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas investor akan menganggap jika harga saham Telkom lebih dari Rp 102.700 maka harga itu terlalu tinggi sehingga banyak investor cenderung akan menjual pada harga tersebut. Sebaliknya, jika harga cenderung turun dan menurut persepsi investor harga Rp 97.900 merupakan harga paling rendah bagi saham itu, maka II-9 investor cenderung akan membeli saham Telkom jika harga saham tersebut berada pada harga Rp 97.900, karena harga tersebut menurut para investor sangat murah. Support digambarkan sebagai lembah (under the market), sedangkan resistance digambarkan sebagai puncak (over the market). Contoh support and resistance digambarkan dalam Gambar II-1. Gambar II-1 Contoh support dan resistance [MUR99] Support dan resistance dapat berganti peran apabila level support atau resistance telah mengalami penetrasi dengan volume yang cukup signifikan dan dapat juga mengalami perubahan karena adanya perubahan ekspektasi investor seiring dengan berjalannya waktu. Dalam menggunakan support dan resistance, selain menggunakan indikator harga sebaiknya juga melihat indikator volume. Karena pada dasarnya penetrasi support atau resistance yang disertai dengan volume yang besar akan menghasilkan sinyal yang signifikan bahwa trend harga mengalami perubahan dan investor dapat memperoleh keuntungan. 2. Trend II-10 Trend merupakan salah satu dasar analisis teknikal yang paling sering digunakan. Para analis selalu menyebutkan bahwa harga bergerak dalam suatu trend, dimana trend harga dapat naik, turun, atau mendatar. Seorang investor mencoba untuk memahami trend harga suatu komoditi dalam keadaan naik atau turun untuk memperoleh keuntungan dengan mengikuti trend tersebut hingga trend berbalik arah. Trend dapat dibagi berdasarkan periode waktu, yaitu jangka pendek(0-3 bulan), menengah(3-6 bulan), dan panjang(6 bulan-1 tahun). Trend naik digambarkan dengan menghubungkan dua atau lebih titik terendah untuk menentukan harga support, sedangkan trend turun digambarkan dengan menghubungkan dua atau lebih titik tertinggi untuk menentukan harga resistance. Penggambaran trend ini diinterpretasikan dalam garis trend(trendline). Trendline dapat dibagi menjadi tiga, yaitu up-trend, down-trend, dan sideways/flat. Up-trend adalah pergerakan menaik harga saham dalam range waktu tertentu, yang disebut juga dengan bullish. Garis up-trend memiliki kemiringan positif dan menghubungkan dua atau lebih titik terendah pada grafik. Untuk mencapai kemiringan yang positif, titik terendah yang kedua harus lebih tinggi dari titik terendah pertama. Garis up-trend ini berlaku sebagai support level dan mengindikasikan permintaan meningkat meskipun harga meningkat. Harga dan permintaan yang meningkat menunjukkan determinasi yang kuat pada pembeli. Up-trend akan tetap berlangsung selama harga berada di atas garis up-trend. Jika harga berada dibawah garis up-trend berarti permintaan telah berkurang dan akan terjadi perubahan trend. II-11 Gambar II-2 Contoh Up-trend [STO08] Kedua garis pada Gambar II-2 merupakan garis up-trend. Garis up-trend diatas menunjukkan pergerakan harga yang sedang menaik dalam range waktu tertentu, meskipun harga berfluktuasi naik dan turun. Down-trend adalah pergerakan menurun harga saham dalam range waktu tertentu, yang disebut juga dengan bearish. Garis down-trend memiliki kemiringan yang negatif, yang dibentuk dengan menghubungkan dua atau lebih titik tertinggi pada grafik. Untuk mencapai kemiringan yang negatif, titik tertinggi yang kedua harus lebih rendah dari titik tertinggi pertama. Garis down-trend ini berlaku sebagai resistance level dan mengindikasikan penawaran meningkat meskipun harga menurun. Harga yang turun dan penawaran yang meningkat menunjukkan determinasi yang kuat pada penjual. Down-trend akan tetap berlangsung selama harga berada di bawah garis down-trend. Jika harga berada di bawah garis downtrend berarti penawaran telah berkurang dan akan terjadi perubahan trend. II-12 Gambar II-3 Contoh Down-trend [MAR08] Garis pada Gambar II-3 mengindikasikan terjadinya down-trend. Garis downtrend diatas menunjukkan pergerakan harga yang sedang menurun dalam range waktu tertentu secara umum, meskipun harga berfluktuasi naik dan turun. Sideways atau flat adalah pergerakan harga yang berfluktuasi naik turun dalam kisaran yang sempit sehingga selisih harga high dan low relatif kecil. Dengan begitu, tidak terdapat kecenderungan pergerakan yang menaik (up-trend) ataupun pergerakan yang menurun(down-trend). Faktor yang menyebabkannya adalah adanya kondisi dimana kekuatan supply dan demand berada dalam taraf seimbang. Sideways dapat dimasukkan ke dalam kategori trend, namun lebih umum dikenal sebagai kondisi trendless atau nontrending market. Gambar II-4 Contoh Sideways atau flat [MAR08] II-13 Pada Gambar II-4 di atas, harga bergerak antara garis atas dan garis bawah. Pergeseran harga terjadi dengan selisih yang relatif sempit. Garis atas merupakan resistance level dan garis bawah merupakan support level. 2.3.4 Jenis Tampilan Grafik Perubahan Harga Saham Terdapat beberapa metode yang umum digunakan untuk menggambarkan atau memaparkan data perubahan harga saham secara historis. Penggambaran data tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik untuk mempermudah analisis data finansial dan untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya dalam aktivitas perdagangan saham, yaitu untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang komunikatif dan praktis. Berdasarkan periode, pergerakan harga dapat ditampilkan secara harian, mingguan, maupun bulanan. Tampilan yang banyak digunakan, terutama untuk keperluan technical analysis adalah periode harian, sedangkan periode mingguan dan bulanan digunakan untuk melihat perubahan harga dalam jangka waktu panjang. Jenis tampilan grafik pun ada beberapa macam, diantaranya adalah line chart (garis), bar chart (batangan), dan candlestick chart. 2.3.4.1 Bar Chart Grafik batangan (bar chart) adalah tampilan yang umum digunakan. Pada jenis grafik ini, setiap periode tertentu digambarkan dengan suatu garis vertikal yang menandakan tingkat harga terendah (lowest price) dan tertinggi (highest price) disertai dua tanda (hash mark), yaitu pada sebelah kiri untuk menandakan harga buka (opening price) dan pada sebelah kanan untuk menandakan harga penutupan (closing price) pada periode tersebut. Gambar II-5 menunjukkan pergerakan harga saham yang direpresentasikan dalam bentuk bar chart. II-14 Gambar II-5 Bentuk Bar Chart [MAR08] 2.3.4.2 Line Chart Grafik garis (line chart) adalah tampilan dimana hanya satu jenis harga pada suatu periode tertentu saja yang ditampilkan, yaitu harga penutupan (closing price). Hal ini disebabkan karena closing price dianggap merupakan harga yang paling berpengaruh oleh beberapa ahli ekonomi dan perdagangan. Gambar II-6 menunjukkan pergerakan harga saham yang digambarkan dengan line chart. II-15 Gambar II-6 Bentuk Line Chart [MAR08] 2.3.4.3 Candlestick Chart Candlestick chart atau dikenal juga dengan Japanese candlestick chart adalah tampilan yang mirip dengan bar chart, yaitu menampilkan highest price, lowest price, opening price, dan closing price pada setiap batang candlestick untuk setiap satuan periode. Namun, tampilannya memiliki perbedaan dari bar chart. Tanda garis menandakan highest price serta lowest price. Sedangkan, bagian yang lebih lebar atau disebut body menandakan rentang opening price serta closing price. Jika opening price lebih kecil dari closing price, maka body berwarna putih yang menunjukkan nilai positif. Sebaliknya, jika opening price lebih besar dari closing price, maka body berwarna hitam yang menunjukkan nilai negatif. Gambar II-7 menunjukkan bentuk candlestick chart, sementara Gambar II-8 menunjukkan pergerakan harga saham yang digambarkan dengan candlestick chart. II-16 Gambar II-7 Bentuk candlestick chart [MAR08] Gambar II-8 Contoh tampilan candlestick chart [MAR08] 2.4 Indikator Teknikal Indikator teknikal adalah rangkaian titik-titik data hasil penerapan suatu formula/rumus terhadap data-data harga saham [STO07]. Data-data harga dapat berupa kombinasi dari open, close, high, atau low pada periode waktu tertentu. Sebagai contoh rata-rata dari 3 close (41+43+43 ) / 3 = 42.33 adalah sebuah titik data. Akan tetapi sebuah titik data kurang memberikan informasi sehingga tidak dapat dijadikan indikator. Rangkaian titik-titik data pada periode waktu tertentu diperlukan untuk dapat dijadikan referensi yang valid dalam analisis. Dengan adanya periode waktu, perbandingan dapat dilakukan antara situasi saat ini dengan situasi di masa lalu. Untuk tujuan analisis, biasanya indikator teknikal digambarkan dalam grafik II-17 berdekatan dengan grafik harga saham. Setelah digambarkan dalam grafik, indikator dapat dibandingkan dengan grafik harga yang bersesuaian. Indikator teknikal memberikan perspektif yang unik terhadap kekuatan dan arah dari pergerakan harga saham. Secara garis besar ada tiga fungsi indikator teknikal [STO07]: 1. To alert, indikator teknikal dapat memberikan peringatan untuk mengamati pergerakan harga dengan lebih cermat untuk mengidentifikasi perubahan harga saham baik saat melemah maupun menguat. 2. To confirm, indikator teknikal dapat digunakan untuk mengkonfirmasi sinyal yang dihasilkan oleh metode analisis teknikal yang lain. 3. To predict, indikator teknikal dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa yang akan datang. Indikator teknikal melakukan penyaringan terhadap pergerakan harga dengan menggunakan formula. Dengan kata lain indikator teknikal bukanlah refleksi langsung dari pergerakan harga. Analisis terhadap indikator teknikal harus dibarengi dengan studi pergerakan harga. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam pembacaan sinyal. Contohnya jika indikator teknikal memberikan sinyal beli, sedangkan pola grafik harga menunjukkan downtrend, maka mungkin saja sinyal tersebut adalah sinyal yang salah. Indikator teknikal secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu indikator leading dan lagging. Indikator leading didesain untuk menunjukkan pergerakan harga. Indikator tipe ini lebih efektif digunakan pada kondisi trend pasar yang lemah atau dikenal dengan istilah sideways/trading phase. Kebanyakan direpresentasikan dalam bentuk momentum harga pada periode tertentu mulai dari waktu lampau sampai hari ini. Contohnya indikator yang menggunakan periode 20 hari akan menggunakan data-data 20 hari ke belakang dan mengabaikan data-data sebelumnya. Beberapa indikator leading yang populer adalah Commodity Channel Index (CCI), Relative Strendgth Index (RSI), Stochastic Oscillator, dan Williams %R. II-18 Sebagian besar indikator leading dibuat dalam bentuk momentum oscillator. Secara garis besar, momentum mengukur tingkat perubahan harga suatu saham. Bila harga suatu saham meningkat maka momentum harga akan meningkat dan sebaliknya bila harga suatu saham menurun maka momentum harga akan menurun. Semakin cepat perubahan harga suatu saham semakin besar pula perubahan pada momentum. Saat perubahan harga melambat maka momentum akan berbalik dari posisi sebelumnya. Akan tetapi berbaliknya momentum ini tidak selalu pertanda munculnya sinyal perdagangan (sinyal bullish/bearish). Sementara indikator lagging didesain untuk mengikuti aksi pasar atau lebih dikenal dengan indikator yang mengikuti trend. Indikator tipe ini lebih efektif digunakan pada kondisi trend pasar yang kuat baik uptrend maupun downtrend. Para investor menggunakan indikator ini untuk mendeteksi munculnya trend dan melakukan perdagangan selama trend tersebut masih berlangsung. Indikator lagging tidak efektif jika digunakan pada kondisi sideways karena akan memberikan banyak sinyal palsu. Beberapa indikator lagging yang populer adalah Moving Average (exponential, simple, weighted, variable) dan Moving Average Convergence Divergence (MACD). 2.4.1 Oscillator Oscillator adalah indikator teknikal yang berfluktuasi naik dan turun melewati suatu garis tengah atau diantara posisi-posisi tertentu seiring dengan perubahan nilainya dalam jangka waktu tertentu. Oscillator adalah tipe indikator leading dan paling efektif digunakan pada kondisi pasar normal (tidak dalam trend) yang dikenal dengan istilah sideway atau trading phase. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pergerakan harga saham dipengaruhi oleh sentimen pasar. Harga saham berfluktuasi di antara periode optimis dan pesimis. Oscillator dapat memberikan petunjuk kapan sentimen-sentimen tersebut mencapai titik ekstrim. Pergerakan grafik oscillator mengikuti/menyerupai pergerakan harga saham. Jika harga saham sedang naik kemungkinan besar oscillator juga akan bergerak naik, II-19 sebaliknya oscillator akan bergerak turun jika harga sedang mengalami penurunan. Pergerakan tersebut lebih banyak di antara batas-batas yang telah ditentukan sedangkan pergerakan yang terus berlanjut mengikuti trend sangat jarang terjadi. Ada banyak tipe oscillator dan beberapa indikator teknikal dapat dikategorikan ke dalam lebih dari satu kategori oscillator. Secara garis besar oscillator dapat dibedakan menjadi dua tipe [STO07]: 1. Centered Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun melewati suatu garis tengah. Oscillator jenis ini efektif digunakan untuk mengidentifikasi kuat dan lemah atau arah dari momentum dibalik pergerakan harga suatu saham. Momentum akan bernilai positif bila oscillator bergerak di atas nilai tengah (bullish) dan akan bernilai negative bila oscillator bergerak di bawah nilai tengah (bearsih). Contoh indikator teknikal bertipe centered oscillator adalah Rate Of Change (ROC) dan MACD. MACD memiliki keunikan karena memiliki elemen lagging dan juga elemen leading sehingga dapat dimasukkan ke dalam kategori ini. 2. Banded Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun di antara posisi-posisi tertentu yang menandakan kondisi ekstrim harga suatu saham. Posisi ekstrim bawah menunjukkan kondisi oversold sedangkan posisi ekstrim atas menunjukkan kondisi overbought. Pasar disebut dalam kondisi overbought ketika nilai oscillator berada di sekitar posisi ekstrim atas. Kondisi ini diakibatkan oleh permintaan melebihi penawaran (bull market) sehingga harga suatu saham meningkat sampai titik tertinggi. Kondisi ini merupakan pertanda bahwa saham tersebut dihargai terlalu tinggi dan akan mengalami penurunan. Pasar disebut dalam kondisi oversold ketika nilai oscillator berada di sekitar posisi ekstrim bawah. Kondisi ini diakibatkan oleh penawaran melebihi permintaan (bear market) sehingga harga suatu saham menurun sampai titik terendah. Kondisi ini merupakan pertanda bahwa saham tersebut dihargai terlalu rendah dan akan mengalami peningkatan. Sebagian besar banded oscillator berfluktuasi di antara batas-batas/skala yang telah ditentukan (biasanya 0-100). Beberapa banded oscillator yang populer digunakan adalah RSI dan Stochastic Oscillator. II-20 Centered oscillator paling baik digunakan untuk menganalisis pergerakan momentum harga sedangkan banded oscillator paling baik digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought dan oversold. Oscillator dapat memberikan sinyal jual dan beli dalam beberapa cara. Sinyal tersebut dapat muncul ketika trend baru terbentuk atau setelah trend terbentuk. Selain sinyal jual dan beli, oscillator juga dapat memberikan sinyal bahwa terjadi suatu kekeliruan dalam trend yang sedang berlangsung atau bahwa trend yang sedang berlangsung akan mengalami perubahan. Sinyal-sinyal yang diberikan oscillator dapat dikelompokkan menjadi [STO07]: 1. Divergence positif dan negative. Divergence adalah konsep inti dari sinyal pada oscillator dan juga pada indikator lainnya. Divergence memberikan peringatan bahwa trend yang sedang berlangsung akan mengalami perubahan juga memberikan sinyal jual dan beli. Divergence positif terjadi bila nilai indikator mengalami peningkatan sementara harga saham yang bersesuaian mengalami penurunan. Contoh divergence positif dapat dilihat pada Gambar II-9. Pada periode Oktober 1999 harga saham perusahaan Merrill Lynch & Co., Inc. (MER) di bursa efek New York (NYSE) mengalami penurunan sementara nilai MACD mengalami peningkatan. Kondisi ini memberikan peringatan bahwa ada kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami penurunan. Gambar II-9 Divergence Positif [STO07] II-21 Divergence negatif terjadi bila nilai indikator mengalami penurunan sementara harga saham yang bersesuaian mengalami peningkatan. Contoh divergence negatif dapat dilihat pada Gambar II-10. Pada periode Desember 1999 sampai Maret 2000 saham perusahaan International Business Machine mengalami peningkatan sementara nilai ROC mengalami penurunan. Kondisi ini memberikan peringatan bahwa harga saham tersebut mungkin akan mengalami penurunan. Gambar II-10 Divergence Negatif [STO07] 2. Overbought dan oversold. Banded oscillator didesain untuk mengidentifikasi overbought dan oversold. Langkah pertama untuk menggunakan indikator ini adalah menentukan posisi-posisi ekstrim atas dan bawah. Pada RSI posisi ekstrim bawah biasanya pada level 30 dan posisi ekstrim atas pada level 70. Pada Stochastic Oscillator posisi ekstrim bawah biasanya pada level 20 dan posisi ekstrim atas pada level 80. Nilai di bawah 30 pada RSI atau di bawah 20 pada Stochastic Oscillator menunjukkan kondisi oversold. Nilai di atas 70 pada RSI atau di atas 80 pada Stochastic Oscillator menunjukkan kondisi overbought. Cara termudah untuk mengidentifikasi sinyal pembelian adalah ketika pada kondisi oversold, nilai oscillator kemudian bergerak naik dan memotong garis ekstrim oversold. Cara termudah untuk mengidentifikasi sinyal penjualan adalah ketika pada kondisi overbought nilai oscillator kemudian bergerak turun dan memotong garis ekstrim overbought. Untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik maka proses identifikasi sebaiknya dibarengi dengan identifikasi sinyal-sinyal lain seperti II-22 divergence. Contoh kondisi ekstrim yang dibarengi oleh divergence dapat dilihat pada Gambar II-11. Pada Nomor (2) oscillator menunjukkan kondisi oversold dan divergence positif yang berarti memberikan sinyal beli. Gambar II-11 Overbought dan Oversold [STO07] Karena oscillator jenis ini berfluktuasi di antara posisi-posisi ekstrim tersebut, penggunannya akan sulit pada kondisi pasar yang mengalami trend. Pada kondisi pasar yang mengalami trend kuat, indikator jenis ini mungkin akan memberikan banyak sinyal palsu. Nilai yang dihasilkan mungkin akan terus-menerus berada pada posisi ekstrim dalam beberapa periode. Pada kondisi uptrend, nilai yang dihasilkan akan mencapai posisi overbought secara terus-menerus dalam beberapa periode dan divergence negatif mungkin muncul. Namun sinyal penjualan ini harus dipertimbangkan dengan memperhatikan kondisi global pasar yang sedang mengalami uptrend. Pada kondisi downtrend, nilai yang dihasilkan akan mencapai posisi oversold secara terus-menerus dalam beberapa periode dan divergence positif mungkin muncul. Namun sinyal pembelian ini harus dipertimbangkan dengan memperhatikan kondisi global pasar yang sedang mengalami downtrend. Contoh kasusnya dapat dilihat pada Gambar II-11. Pada nomer (2) oscillator memberikan sinyal beli namun secara keseluruhan pasar sedang mengalami downtrend. Pada kondisi ini keputusan berinvestasi bergantung pada karakteristik II-23 investor. Bagi investor yang lebih senang cari aman tentu akan memilih untuk menahan investasinya dan mengabaikan sinyal pembelian. Sedangkan para investor yang agresif akan segera melakukan pembelian begitu melihat sinyal seperti ini. 3. Perpotongan garis tengah. Sinyal ini kebanyakan digunakan oleh centered oscillator. Sinyal beli diberikan ketika nilai oscillator bergerak naik memotong garis tengah. Sinyal jual diberikan ketika nilai oscillator bergerak turun memotong garis tengah. Pergerakan oscillator di atas garis tengah menunjukkan perubahan momentum dari negatif ke positif dan pasar dapat dikatakan dalam kondisi bullish. Pergerakan oscillator di bawah garis tengah menunjukkan perubahan momentum dari positif ke negatif dan pasar dapat dikatakan dalam kondisi bearish. Pembacaan sinyal seperti ini mendapat kritikan karena dianggap terlalu lama sehingga dapat mengurangi kesempatan mendapat profit. Akan tetapi sebagian orang berpendapat cara ini dapat mengurangi resiko kesalahan pembacaan sinyal jual dan beli. Penggunaan oscillator harus dibarengi dengan dasar-dasar analisis trend untuk menghindari kesalahan pembacaan sinyal. Hal ini menjadi salah satu kekurangan dalam metode analisis menggunakan oscillator. Walaupun demikian, pada umumnya pasar lebih sering berada pada kondisi normal (sideways) daripada kondisi trend [ALC05]. Oleh karena itu metode oscillator dapat memberikan banyak keuntungan dan masih banyak digunakan sampai saat ini. 2.5 Ultimate Oscillator Secara umum, oscillator bekerja dengan cara membandingkan harga sebuah saham dengan harga saham tersebut pada n-periode yang lalu. Larry William melihat bahwa nilai oscillator jenis ini akan sangat bervariasi, tergantung dari lamanya periode yang digunakan untuk melakukan perhitungan. Atas dasar inilah Larry William mengembangkan Ultimate Oscillator yang menggunakan gabungan tiga oscillator, yang masing-masing memiliki periode yang II-24 berbeda. Ultimate oscillator termasuk salah satu indikator teknikal bertipe banded oscillator. Indikator ini pertama kali dikemukakan oleh Larry William pada tahun 1985 dalam sebuah artikel pada majalah Technical Analysis of Stocks and Commodities. Karena termasuk sebagai banded oscillator, Ultimate Oscillator memiliki nilai yang berfluktuasi di antara 0-100. Nilai di atas 70 menunjukkan sedang terjadi oversold, sementara nilai di bawah 30 menandakan terjadinya overbought. Ketiga periode yang dijadikan sebagai bahan perhitungan merepresentasikan pemikiran Larry William tentang periode jangka pendek, periode jangka menengah, dan periode jangka panjang. Ketiga periode ini secara default adalah 7, 14, dan 28 periode. Perlu diperhatikan bahwa ketiga periode yang ada ini saling overlap, artinya bahwa untuk menghitung nilai oscillator pada periode 28 akan dibutuhkan hasil oscillator pada periode 7 dan 14. Hal ini juga menunjukkan bahwa aksi yang terjadi pada periode terpendek akan sangat mempengaruhi aksi pada periode yang lebih panjang. Contoh tampilan Ultimate Oscillator dapat dilihat pada Gambar II-12. Gambar II-12 Contoh Ultimate Oscillator [CHA08] II-25 Cara untuk menghitung nilai Ultimate Oscillator dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hitung nilai True Low (TL) hari ini, TL = harga yang lebih rendah antara harga terendah hari ini dengan harga pada penutupan kemarin. 2. Hitung nilai Buying Pressure (BP) hari ini, BP = harga penutupan hari ini dikurangi TL. 3. Hitung nilai True Range (TR), TR adalah nilai tertinggi antara: a. Harga tertinggi hari ini dikurangi harga terendah hari ini, atau b. Harga tertinggi hari ini dikurangi harga penutupan kemarin, atau c. Harga penutupan kemarin dikurangi harga terendah hari ini. 4. Hitung nilai BPSum1, BPSum2, dan BPSum3 dengan cara menghitung total nilai BP untuk masing-masing periode. 5. Hitung nilai TRSum1, TRSum2, dan TRSum3 dengan cara menjumlahkan semua nilai TR untuk masing-masing periode. 6. Hitung nilai Raw Ultimate Oscillator (RawUO), RawUO 4*(BPSum1/TRSum1) + 2*(BPSum2/TRSum2) + (BPSum3/TRSum3) 7. Terakhir, hitung nilai Ultimate Oscillator (UO), UO = (RawUO/4+2+1)*100 =