“maneki neko” dalam pandangan jepang

advertisement
“MANEKI NEKO” DALAM PANDANGAN JEPANG
NIHON NO SISO KARA MIRU “MANEKI NEKO”
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu
Sastra Jepang
OLEH
M. MUBARAK HASIBUAN
030708001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG
MEDAN
2009
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………..
i
DAFTAR ISI………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………
1
1.1 Latar belakang Masalah……………………………………….
2
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………..
8
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan………………………………….
9
1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori………………………..
10
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………….
16
1.6 Metode Penelitian………………………………………………
16
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUCING DAN MITOLOGI
18
2.1 Kucing di Jepang………………………………………………..
18
2.2 Simbol-Simbol Kucing Dalam Kepercayaan Jepang……………
22
2.3 Mitologi Kucing Di Jepang………………………………………
25
BAB III KARAKTERISTIK DAN MITOS “MANEKI NEKO”
DI JEPANG…………………………………………………………..
30
3.1 Sejarah Maneki Neko……………………………………………..
30
3.2 Karakteristik “Maneki Neko”……………………………………..
32
3.2.1 Bentuk Kaki “Maneki Neko”……………………………
33
3.2.2 Warna “Maneki Neko”………………………………….
34
3.2.3 Ornamen “Maneki Neko”……………………………….
37
3.3 Nilai Mitos “Maneki Neko”………………………………………
38
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
3.3.1 Pembawa Keberuntungan…………………………………
39
3.3.2 Kemakmuran………………………………………………
42
3.3.3 Pelindung………………………………………………….
43
3.3.4 Selamat Datang……………………………………………
44
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………
46
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………..
46
4.2 Saran…………………………………………………………………. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Semua orang pasti tahu dengan hewan yang benama kucing, kucing adalah hewan
lucu yang berkaki empat dan memiliki bulu yang halus, nama latin dari kucing adalah
Felis silvestris-catus. Menurut Sejarah, kucing sudah ada 3500 tahun yang lalu. Pada saat
itu hewan kucing digunakan pada zama mesir kuno untuk mengusir tikus dan hewan
pengerat lainnya. Di zaman itu kucing dipercaya sebagai jelmaan seorang dewi yang
benama bast. Bast merupakan dewi pelindung rumah dan pelindung ladang dari serangan
tikus. Dewi bast juga terkadang terlibat dalam peperangan dan menjelma menjadi singa
betina. Dewi bast adalah anak dari dewa matahari Ra.
Mitos mengenai kucing beragam, ada yang percaya pada mitos itu, ada pula yang
tidak percaya samasekali. Salah satu mitos paling populer yang sampai kini masih banyak
dipercayai adalah kucing hitam sebagai salah satu simbol mistis. Sebuah mitos yang
sudah tumbuh dan berawal dari masa babilonia kuno dimana kucing adalah persembahan
untuk acara ritual. Mitos ini datang karena ada seekor kucing hitam yang tidur ditengahtengah seekor ular dengan pulasnya. Tetapi ular itu tidak mematuk ataupun memakan dan
mencederai kucing tersebut. Padahal, pada saat itu ular adalah perlambang kejahatan
yang dapat memangsa dan membahayakan manusia.
Berbagai mitos tentang kucing hitam bermunculan dimana-mana. Di Inggris dan
Jepang, jika kucing hitam melewati jalan setapak dekat rumah, dipercayai keberuntungan
akan menimpa sipemilik rumah. Sebaliknya bila berada di Amerika Serikat dan sebagian
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
negara Eropa kerugian atau kesialan akan menimpa sipemilik rumah. Di Jerman, jika ada
kucing hitam melompat ke tempat tidur orang yang terbaring sakit, dipercayai kematian
akan datang. Di Cina, jika datang kucing hitam yang didatangi akan terkena penyakit. Di
Italia,
jika
ada
kucing
mengeong,
itu
berarti
alamat
baik
bagi
yang
mendengarnya.(htt/www.wikipedia.about the cat)
Karakter dan sifat kucing yang misterius membuat orang terpesona. Melewati
berbagai zaman dan kebudayaan dimana kucing ditakuti dan dipuja-puja. Di waktu lain
kucing dibinasakan karena dipercaya sebagai pertanda buruk.
Sekalipun sering dituduh sebagai hewan yang berpotensi menyebarkan virus
toksoplasma yang bisa membahayakan bagi janin manusia, keberadaan kucing sebagai
hewan kesayangan tetap tidak bisa dikesampingkan dalam sejarah eksistensi manusia di
muka bumi ini. Dibandingkan anjing yang juga mendapat tempat sebagai hewan
peliharaan favorit bagi manusia, kedekatan kucing dalam sejarah manusia justru telah ada
lebih lama. Di Mesir; negara yang dikenal pertama kali sebagai negara pemuja kucing,
hewan lucu berbulu halus ini mendapat tempat istimewa. Ini dibuktikan dengan adanya
mitos tentang Dewi Bast yang dipuja sebagai dewi pelindung kaum wanita yang
berwujud wanita berkepala kucing. Bast adalah permaisuri Dewa Ptah dan ibu dari Mihos,
dan juga diyakini sebagai mata-mata Dewa Ra, dewa matahari yang sangat diagungkan
rakyat Mesir. Mitos mengenai Dewi Bast ini diperkuat setelah ditemukannya mummi
seekor kucing dalam makam yang dikeramatkan di lembah sungai Nil. Orang Mesir
meyakini bahwa mummi kucing itu adalah simbol perwujudan Dewi Bast di dunia
manusia.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Tak hanya di Mesir, di Jepang maupun negara-negara bagian Eropa, kucing juga
mendapat tempat istimewa sebagai hewan kesayangan selain anjing. Kita sering
mendengar dari cerita-cerita, bahwa para penyihir di Eropa selalu memelihara kucing
hitam. Kucing hitam dianggap pembawa sial karena ia adalah hewan peliharaan para
penyihir di Eropa pada abad pertengahan. Padahal, sesungguhnya keberadaan kucing
hitam itu adalah untuk menjaga majikannya (sang penyihir) dari bala atau hal-hal jahat
yang selalu mengincar. Dengan kata lain, kucing hitam dipelihara para penyihir untuk
menolak musibah. Sebab berdasarkan penelitian sejarah, diketahui bahwa keberadaan
penyihir atau cenayang memang tidak pernah disukai oleh masyarakat pada masa tersebut
karena dianggap berhubungan dengan kekuatan iblis. Itulah sebabnya, pada masa tersebut
penyihir selalu diincar untuk dibunuh. Padahal jika melihat secara logika di masa kini,
penyihir atau cenayang adalah orang-orang yang kebetulan memiliki kemampuan indera
keenam atau kekuatan supernatural, dan tidak selalu bersifat jahat. Itulah sebabnya para
penyihir atau cenayang di jaman dahulu memelihara seekor kucing hitam, untuk menolak
marabahaya yang akan menimpa diri mereka.
Bagi orang Jepang, kucing adalah hewan teramat istimewa. Bahkan, konon orang
Jepang lebih memilih memelihara kucing dibanding memelihara anjing. Para kaisar yang
pernah menduduki tahta pemerintahan, konon selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan
adanya mitos turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan
Dewa Amaterasu, dewa matahari. Sebagai hewan kesayangan Dewa, kucing sering turun
ke dunia manusia untuk mengamati kehidupan para manusia dan melaporkan segala yang
dilihatnya itu kepada para dewa. Jika ia menemukan orang yang berhati mulia namun
sangat miskin, ia akan melaporkannya kepada Dewa Kemakmuran agar orang baik
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
tersebut diberi rahmat berupa rejeki. Dari mitos ini pulalah lahir boneka “ManekiNeko”,
yaitu boneka atau patung kucing yang duduk dan melambaikan satu kaki depannya. Kita
sering melihat patung seperti ini di toko-toko. Patung ini adalah simbol rejeki atau
kemakmuran, karena orang Jepang percaya bahwa kucing itu mendatangkan rejeki.
Mitos ini tidak hanya dipercaya oleh orang Jepang saja, tapi juga oleh orang-orang China
yang dikenal sebagai pedagang ulung.
Itulah sebabnya, bagi orang Jepang, kucing dianggap hewan yang keramat.
Mereka percaya, jika seseorang membunuh kucing dengan sengaja, maka kesialan akan
mengikuti sepanjang sisa hidupnya akibat kutukan dewa. “Sekalipun kamu tidak
menyukai kucing, jangan sengaja membunuhnya atau resiko kutukan akan mengikuti sisa
hidupmu sampai kau mati,” begitulah paham yang dianut oleh orang-orang
Jepang.(htt;//wikipedia About the cat). Sebetulnya, tidak terlalu berbeda dengan mitos
kepercayaan di Indonesia. Orang Indonesia juga meyakini bahwa membunuh kucing
dengan sengaja (misalnya sengaja menabrak kucing dengan mobil), maka akan membawa
kesialan sepanjang umur bagi si pelakunya. Bagi umat muslim, kucing dipercaya sebagai
hewan kesayangan Nabi Muhammad saw. Sedangkan bagi umat non muslim, kucing
diyakini mempunyai kekuatan menangkal roh-roh jahat atau makhluk halus. Konon,
hantu memang tidak menyukai rumah yang penghuninya memelihara kucing.
Karena sengat mengagungkan kucing, katanya orang Jepang tidak akan
memperlakukan jenazah kucing mereka dengan sembarangan. Sampai sekarang tradisi ini
masih tetap berlaku bagi orang Jepang. Jika kucing peliharaan mereka mati, orang Jepang
akan menguburkan jenazah sang kucing di pemakaman khusus hewan seperti layaknya
pemakaman manusia. Mereka memasang dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
supaya arwah sang kucing diterima di Kerajaan Dewa. Diyakini, sebagai imbal-baliknya,
arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan baik yang diterimanya selama berada di
bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan Dewa akan memberkati manusia yang
menjadi majikannya tersebut. Selain itu, banyak peribahasa dan ungkapan-ungkapan
bahasa Jepang yang menggunakan kata “kucing” (neko) di dalamnya. Contohnya,
ungkapan “nekojita” (artinya “lidah kucing”) untuk menjuluki orang yang tidak bisa
makan makanan panas karena lidahnya sensitif. Ungkapan-ungkapan lainnya yaitu
“karite kita neko”(artinya “kucing pinjaman”), “neko kawaigari suru” (artinya “sangat
memanjakan kucing”), “neko ni koban” (artinya “memberi uang emas kepada kucing”)
dan banyak lagi.
Di Jepang film–film terkenal atau film karton dan anime sering melibatkan atau
memakai tokoh utamanya adalah seekor kucing. Seperti Doraemon, hello kitty, pokemon
dan lain–lain. Tokoh kucing tersebut selalu menjadi pahlawan. Sama halnya dengan
Maneki Neko, sangat di kenal dan popular di negeri sakura tersebut.
Maneki Neko adalah pajangan karakter kucing dari Jepang, yang dibuat dari bahan
porselen atau keramik dengan sebelah kaki depan (tangan) yang diangkat seperti
memanggil orang. Maneki artinya memangil, mengundangan, atau mengajak. Sedangkan
neko artinya kucing. Jadi Maneki Neko artinya kucing memanggil.
Maneki Neko dipercaya membawa keberuntungan kepada pemiliknya dan
biasanya dipajang di toko, restoran dan berbagai tempat usaha. Kalau di lihat dengan
keadaan Jepang saat ini, jelas sekali Negara Jepang bisa dikatakan Negara yang
beruntung, dari segi perdagangan, pertokoan, makanan dan dunia usaha yang
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
berkembang pesat dari dulu hingga sekarang. Apakah ada hubungannya dengan Maneki
Neko ?
Karakter Maneki Neko sering di buat denga kaki depannya di angkat. Bisa
dengan kaki kanan atau kaki kirinya. Kadang-kadang ada juga kedua kakinya diangkat.
Kaki kanan dan kaki kiri yang salah satunya diangkat ternyata memiliki arti dan makna
simbolik yang berbeda. Maneki Neko yang mengangkat kaki depan yang sebelah kanan
dipercaya mendatangkan uang, menarik keberuntungan dan kemakmuran. Sedangkan
kaki depan sebelah kiri yang diangkat dipercaya mendatangkan pembeli. Kepercayaan
mengenai kaki mana yang diangkat, berbeda-beda tergantung waktu dan tempatnya.
Tidak cukup sampai disitu, ternyata tinggi atau rendahnya kaki yang diangkat dipercaya
memiliki arti tersendiri. Semakin tinggi kaki terangkat, semakin besar juga
keberuntungan atau kemakmuran yang akan datang. Oleh karena itu Maneki Neko cocok
dipajangkan di toko-toko, restoran dan apa saja yang bisa menghasilkan keuntungan.
Selain itu warna dari Maneki Neko juga dipercaya memiliki arti dan manfaat yang
berbeda bagi sipemiliknya. Maneki Neko memiliki beraneka warna seperti merah, putih,
hitam, hijau, emas, merah muda (pink) dan tiga warna yaitu putih, hitam dan oranye
(kucing belang). Dari ketiga karakter warna ini, tiga warna inilah yang paling populer dan
dipercaya dapat membawa keberuntungan. Kalau warna putih mengindikasikan
kemurnian, kesucian dan merupakan warna paling popular kedua dari belang tiga warna.
Hitam dipercaya dapat menjaga kesehatan pemiliknya dan mencegah datangnya setan.
Sedangkan merah juga merupakan warna pelindung. Dipercaya dapat menghalangi
datangnya sakit dan arwah jahat. Begitu juga dengan warna yang lainya memiliki
manfaat yang berbeda–beda bagi sipemilikinya.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Maneki Neko juga biasanya mempunyai beberapa tambahan ornament di lehernya.
Biasanya berupa kalung lengkap dengan lonceng atau bisa juaga kain yang diikatkan di
leher seperti scarf. Maneki Neko kadang-kadang digambarkan sedang memegang koin
yang disebut koban. Koban adalah uang yang dipakai pada zaman Edo. Figur patung ini
dipercaya membawa keberuntungan dan kemakmuran sehingga sering digunakan sebagai
celengan.
Hewan kucing selain lucu dan lincah juga memiliki beberapa mitos, salah satunya
mitos kucing jantan berbelang tiga dipercaya sebagai raja dari segala kucing dan
membawa kekayaan bagi siapa saja yang memeliharanya. Bahkan katanya jika ada seekor
kucing betina yang melahrikan anak kucing berjenis kelamin jantan dan berbelang tiga
maka dia akan memakannya. Dan mitos seperti inilah melatar belakangi lahirnya
kepercayan orang Jepang terhadap kucing yang berbelang tiga. Walaupun tidak
memelihara langsung kucingnya, namun mereka membuatnya dalam bentuk boneka atau
patung Maneki Neko. Dan yang paling populer adalah kucing belang tiga ( putih, hitam
dan oranye ).
Selain itu Meneki Neko dikenal sebagai kucing pembawa keberuntung, ini
merupakan mitos saja, bisa dipercaya atau tidak. Kemudian, menurut orang Jepang
apabila ada kucing tidur diatap rumah, petanda keberuntungan akan datang, atau usaha
akan laris. Menabrak kucing hingga mati tanpa dikuburkan oleh si penabrak, maka akan
terjadi balas dendam yang berupa kecelakaan untuk si penabrak tersebut. Oleh karena
itulah orang Jepang apabila ada kucing yang mati baik tertabrak maupun tidak maka
mereka akan menguburkan kucing tersebut dengan sebaik-baiknya. Bahkan di Jepang
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
sudah ada kuburan khusus untuk binatang, dan apabila kucing yang mati mereka begitu
menghormatinya.
Berdasarkan keterangan dan penjelasan di atas penulis merasa tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai karakteristik dan mito–mitos “maneki neko” yang ada di
Jepang .
1.2. Perumusan Masalah
Mitos, tahayul dan cerita mengenai kucing banyak sekali. Misalnya, Kucing
dipercaya mampu melihat hal-hal gaib. Oleh karena itu sering digunakan sebagai jimat,
pelet, obat perangsang dan dipercaya dapat membawa keberuntungan Kemudian kucing
hitam
dianggap
berhubungan
erat
dengan
sihir-menyihir.
Kucing
membawa
keberuntungan bila berada di belakang panggung. Sebaliknya dapat membawa sial bila
berada di atas panggung dan lain-lain. Karakter dan sifat kucing yang misterius membuat
orang terpesona. Melewati berbagai zaman dan kebudayaan dimana kucing ditakuti dan
dipuja-puja. Di waktu lain kucing dibinasakan karena dipercaya sebagai pertanda buruk.
Namun tidak semuanya kucing di anggab membawa sesuatu yang buruk.
Maneki neko adalah figur kucing "selamat datang" yang dipercaya membawa
keberuntungan dan kesejahteraan. Maneki neko berasal dari Jepang, merupakan patung
kucing yang dipercaya membawa keberuntungan bagi pemiliknya.
Patung ini menggambarkan kucing lokal dari Jepang (Japanese Bobtail) dengan
karakter salah satu kaki depan terangkat, seolah-olah melambai-lambai. Maneki neko
biasanya dipajang di Toko, Restoran dan tempat usaha lain.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Figur kucing ini telah diproduksi menjadi berbagai alat dan bentuk seperti
gantungan kunci, celengan, pengharum ruangan, dan lain-lain. Berbagai bahan juga
dipergunakan, dari yang paling murah seperti plastik, kayu dan kertas hingga yang mahal
seperti jade atau giok. Berbagai bentuk, warna dan ornamen tambahan dipercaya
mempunyai fungsi tertentu.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai mitos–mitos dan karakteristik dari
kucing “Maneki Neko”, maka penulis menetapkan permasalahn–permasalahan yang akan
dikaji dalam skipsi nantinya. Adapun permasalahanya dalam bentuk pertanyaan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik dari “Maneki Neko”.
2. Nilai–nilai mitos apa saja yang terkandung dari “Maneki Neko” tersebut.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Sesuai dengan judul proposal skripsi ini yaitu “ karakteristik dan mitos “Maneki
Neko” di Jepang, maka penulis hanya akan membahas karakteristik “Maneki Neko”
dilihat dari bentuk kakinya, warnanya, dan ornamen yang melengkapinya. Selain itu
penulis juga membahas nilai-nilai mitos yang terkandung dalam kucing ( Maneki Neko ).
Nilai-nilai mitos tersebut seperti, nilai keberuntungan, kemakmuran, pelindung, dan
selamat datang. Karena penulis hanya dapat melihat nilai-nilai itu saja. Nilai mitos
tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri warna dan tempat dimana Maneki Neko itu diletakkan.
Maneki Neko memiliki beberapa warna misalnya putih, hitam, merah, kuning keemasan,
merah muda/pink, hijau dan yang paling populer adalah tiga warna yaitu putih, hitam,
dan oranye (kucing belang). Warna hitam dan merah mengindikasikan sebagai pelindung,
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
kuning
keemasan
pembawa
kemakmuran
dan
tiga
warna
sebagai pembawa
keberuntungan. Sedangkan penempatan Maneki Neko umumnya diletakkan di toko-toko,
rumah dan tempat usaha. Jenis kucing yang dimaksud adalah jenis kucing Japanese
Bobtail, karena jenis ini berasal dari Jepang. Sebelum pembahasan, penulis
memperjelaskan juga tentang sejarah kucing, jenis dan ras kucing dan legenda Maneki
Neko.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Berbagai cerita, legenda dan mitos yang berhubungan dengan ras kucing ini
banyak sekali. Salah satu wujud ras tersebut yang terkenal adalah "Maneki Neko"..
Digambarkan sebagai kucing Japanese bobtail yang sedang duduk dengan salah satu kaki
depan
terangkat.
Pose
kucing
ini
sangat
terkenal,
merupakan
perlambang
"keberuntungan" dan "selamat datang". Patung kucing atau boneka dengan posisi
tersebut, bahkan dengan tangan yang bergerak seolah melambai-lambai banyak
ditemukan di toko-toko.
Maneki Neko merupakan contoh klasik untuk Kith, kith adalah kenala-kenala atau
yang lebih di kenal dengan teman-teman. Maneki Neko biasanya dibuat dalam berbagai
warna, aneka gaya dan ragam hiasan. Maneki Neko juga bisa ditemui sebagai bentuk
berbagai macam barang seperti gantungan kunci, celengan, hingga pengharum ruangan.
Maneki Neko juga bisa dibuat dari bahan-bahan lain seperti plastik atau kain perca. Di
dalam bahasa Inggris umum dikenal sebagai Fortune Cat atau Beckoning Cat
( www.wikipedia.com)
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Maneki Neko dianggap sebagai benda pembawa keberuntungan. Orang Jepang
banyak yang membelinya pada saat tahun baru. Di beberapa daerah di Jepang, Maneki
Neko banyak dijual di kios-kios pasar kaget di sekitar kuil Shinto. Menurut Kiyoshi
Sonobe (1965 ) toko khusus yang menjual Maneki Neko dalam berbagai ukuran sering
dijumpai di kota dengan tradisi dagang yang kuat. Salah satunya adalah kota Takasaki di
prefektur Gunma, terkenal sebagai pusat produksi Maneki Neko yang dibuat bersamasama dengan Daruma. Teknik produksi yang paling banyak dipakai adalah Hariko
( rangka kayu yang ditempel dengan Washi ). Maneki Neko banyak dibuat dari keramik
atau plastik
Dalam dongeng dan metephor hewan dianugrahkan karakter manusia atau
sebaliknya, mereka sering berinteraksi dengan manusia dengan cara yang misterius,
menciptakan kerangka supranatural yang mana menceritakan kisah-kisah mengajarkan
moral atau menunjukkan jalan memberi tuntunan.
Hewan, baik yang nyata maupun hanya tokoh dongeng, juga memiliki peran yang
paling penting dalam dunia supranatural Jepang. Menurut Rooss (2007 : 35) di Jepang
hewan–hewan yang memiliki kemampuan ajaib adalah kodok, kura-kura, kucing, anjing,
monyet, burung, tikus, serigala, celeng, rusa, kuda, berang-berang, musang, laba-laba,
kupu-kupu, kunang-kunang, bahkan cacing tanah.
Bila ada dalam perjalan menabrak kucing hingga mati bermakna akan ada
peristiwa yang menimpa kita dalam belalu lintas. Tetapi bila kucing tersebut dikuburkan
oleh kita maka kita akan selamat. Kucing dipercaya mampu melihat hal-hal gaib. Oleh
karena itu sering digunakan sebagai jimat, pelet, obat perangsang dan dipercaya dapat
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
membawa keberuntungan (htt/www.wikipedia/or.id.) Ini salah satu mtos yang ada
mengenai kucing.
2. Kerangka Teori
Dalam Abdurrahman (1999:30) Wahyu mengatakan bahwa kerangka teori adalah
jalan pikiran menurut kerangka yang logis untuk menangkap, menerangkan dan
menunjukan masalah–masalah yang telah diidentifikasikan. Dengan demikian, penulis
akan
menguraikan
landasan
pikiran
penulis
untuk
menjelaskan
permasalaha-
permasalahan yang telah dirumuskan di atas.
Pembahasan mengenai karakter dan mitos “Maneki Neko” di Jepang tidak
terlepas dari dua hal yaitu pertama: asal mula kucing “maneki neko”(Jenis kucing
Japanese Bobtail). Kedua cerita mitos “maneki neko”. Japanese Bobtail adalah salah
satu ras kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras kucing dengan ekor
pendek (bobtail) ini berasal dari Jepang. Ras kucing ini telah ada selama beberapa abad.
Kucing-kucing ini banyak disebutkan dan digambarkan dalam berbagai dokumen kuno
yang berasal dari Jepang. Dengan demikian dalam pembahasan ini penulis memakai
landasan atau konsef beberapa ahli tentang mitos, magi dan takhayul
Jika berbicara tentang mitos, satu hal yang harus ditegaskan yaitu pengertian
mitos itu sendiri. Kata mitos barasal dari bahasa Yunani muthos, yang secara harfiah di
artikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang, dalam pengertian yang lebih
luas bisa berarti suatu pernyatan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama (Dhavamony,
2001:147). Ilmu yang mempelajari mitos disebut Mythology. Kata mythlogy dalam
bahasa Inggris menunjuk pengertian, baik sebagai studi atas mitos atau isi mitos, maupun
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
bagian tertentu dari sebuah mitos. Sedangkan kata mitos berasal dari bahasa inggris
“myth” yang berarti dongeng atau cerita yang dibuat-buat.
Mitos menceritakan bagaimana suatu keadaan menjadi sesuatu yang lain;
bagaimana dunia yang kosong menjadi berpenghuni, bagaimana situasi yang kacau
menjadi teratur dan lain–lain. Zaman mitos adalah kejadian yang menyebapkan manusia
dipengaruhi dan menjadi seperti sekarang ini. Dan zaman yang moderen seperti ini pun
mitos–mitos tetap ada dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Jadi mitos juga
dapat dikatakan bermanfaat bagi manusia. Mitos digunakan untuk mempengaruhi
masyarakat secara langsung dan telah mengubah kondisi manusia hingga seperti sekarang
ini. Dalam Dhavamony (1969:1134-5) Eliade menyatakan, mengetahui mitos berarti
mempelajari rahasia asal muasal segala hal. Oleh karena itu mitos-mitos tentang Maneki
Neko sengat berpengaruh bagi pola hidup dan pola pikir masyarakat Jepang. Baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia bisnis dan perdagangan.
Mitos Maneki Neko merupakan cerita rakyat untuk rakyat, yang diceritakan dari
mulut ke mulut dan itu diyakini dengan sungguh-sungguh. Menurut Bascom (dalam
Danandjaja 1984:50-67) cerita prosa rakyat dapat dibagi tiga golongan, mitos, legenda
dan dongeng. Menurutnya mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggab benar-benar
terjadi dan dianggab suci oleh empunya sendiri. Mitos di tokohi oleh makhluk setengah
dewa atau para dewa. Sedangkan menurut Minsarwati
(2002:22) mitos adalah suatu
fenomena yang sangat dikenal, namun tempatnya sangat sulit dirumuskan dengan tepat,
sehingga dalam membicarakan mengenai mitos, pertama harus diuraikan dulu apa makna
mitos. Mitos (myth) adalah cerita rakyat legendaris atau tradisional, biasanya bertokoh
makhluk yang luar biasa dan mengisahkan peristiwa-peristiwa yang tidak dijelaskan
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
secara Rasional, seperti cerita terjadinya sesuatu kepercayaan atau keyakinan yang tidak
terbukti tetapi diterima mentah-mentah (Sudjima,1984:50). Begitu jugalah dengan
Maneki Neko, yang memiliki berbagai mitos-mitos, dimana mitos-mitos itu berupa ceritacerita yang dapat dipercaya tetapi tidak bisa dapat dibuktikan dengan rasional kita. Oleh
karena itu penulis memakai landasan atau pandangan terhadap teori mitos.
Selain itu penulis juga memakai landasan teori Magi. Bicara tentang magi, banyak
para ahli memberi pandapat. Magi menurut Dhavamony (2001:47) adalah suatu
penomena yang sangat dikenal dan umunya dipahami, namun tampaknya sangat sulit
dirumuskan dengan tepat. Atau lebih jelasnya magi adalah kepercayan dan praktik
menurut mana manusia yakin bahwa secara langsung mereka dapat mempengaruhi
kekuatan alam dan mereka sendiri, entah untuk tujuan baik atau buruk.
Menurut Frazer dalam Dhavamony (1958:56) magi sama sekali tidak berkaitan
dengan agama yang didefinisikannya sebagai sesuatu orientasi ke arah roh, dewa-dewa
atau hal-hal lain yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik ini. Ahli magi
menghubungkan dirinya dengan kekuatan “supranatural” yang melampaui alam dan
manusia. Dengan demikian, magi adalah suatu jenis supernaturalisme. Oleh karena itu
Maneki Neko juga mempunyai kekuatan Magi untuk menari orang untuk bisa
memilikinya dan menyakininya. Seperti ada suatu kekuatan supranatural yang
tersembunyi.
Selain itu, magi bersifat individual, magi biasanya merupakan keadaan di mana
seseorang mempergunakan penyihir untuk memenuhi maksud-maksud pribadi tertentu.
Misalnya kematian seorang musuh, penyembuhaan penyakit, tercapainya kemakmuran
atau kemenangan atas suatu perang (B.Malinowski 1954:88). Magi bertujuan mencapai
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
hubungan dengan daya-daya alam, pada hakikatnya bersifat manipulatif, yakni mau
mengontrol daya-daya alam tersebut untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini Maneki
Neko memiliki magi untuk mendapatkan kemakmuran bagi pemiliknya bukan untuk
menyakiti atau merugikan seseorang.
Selain Mitos dan Magi penulis juga menggunakan landasan Takhayul, yang
hampir sama dengan Mitos dan Magi, tetapi jelas beda. Menurut Mustafa Kamal (2003)
Takhayul berasal dari Tahayalat yang artinya hayalan. Oleh karena itu Takhayul adalah
merupakan cerita hayalan dari manusia. Takhayul itu mitos, sesuatu yang tidak nyata
(khayali) jadi Takhayul itu hanya ada dalam cerita-cerita yang tidak jelas asal usulnya
atau cerita dalam mimpi dan cerita yang tidak masuk akal. Sedangkan menurut
Yusfitriadi, (2007) Takhayul adalah sesuatu yang tidak nyata. Itu hanya ada dalam cerita
saja tidak nyata (khayali). Mengacu pada pendapat di atas cerita Maneki Neko juga bisa
dikatakan cerita berupa hayalan belaka, hayalan-hayalan yang dibuat orang Jepang yang
mengingkan kemakmuran dan keberuntungan. Namun hayalan ini bisa juga jadi
kenyatan dan bisa juga tidak sama sekali. Tetapi orang Jepang tetap menjadikan cerita
tentang Maneki Neko sebagai suatu kepercayaan, karena sudah menjadi kebudayan orang
Jepang yang percaya terhadap cerita yang baik untuk mereka atau sebaliknya.
Takhayul sesungguhnya adalah khayalan belaka. Ia merupakan bayangan yang
dimaginasikan. Takhayul adalah semacam system kepercayaan ada unsur keyakinan
terhadap sesuatu yang ada di luar jangkauan nalar dan logika. Lalu keyakinan ini sangat
boleh
jadi
mentradisi
ketika
ditransformasikan
dari
generasi
ke
generasi
(htt;//kompas.com). Oleh karena itulah cerita tentang Maneki Neko, yang katanya dapat
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
memberikan keberuntungan bagi pemiliknya sudah menjadi suatu kepercayan dan
keyakinan yang kuat di dalam hati orang Jepang.
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan penulisan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik “ Maneki Neko” (Jenis kucing Japanese Bobtail)
2.
Untuk mengetahui nilai-nilai mitos dari “ Maneki Neko” di Jepang
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat nantinya bagi pihak–pihak tertentu
baik penulis maupun pembaca, diantaranya yaitu :
1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca untuk menambah
pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik kucing “ Maneki Neko”
2. Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tentang mitos–mitos kucing
“ Maneki Neko”
1.6. Metode Penelitian
Hassan dan Koentjaraningrat dalam Mulyadi (2004:425) menyatakan bahwa
metode penelitian merupakan cara memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Dalam hal ini objek yang dimaksudkan adalah “ Maneki Neko”
Metode yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini, adalah Metode Library
Research (studi kepustakaan) dan metode deskrpsi. Sementara itu, pengambilan data
dilakukan dengan metode studi kepustakaan tepatnya dengan cara survey book. Survey
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
book adalah pengumpulan data dari bebagai literature buku yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
Secara umum literature yang berhubungan dengan masalah yang dibahas adalah
buku–buku yang berasal dari perpustakan yakni Perpustakaan Umum Sumatra Utara,
Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang dan Perpustakaan Konsulat Jendral Jepang di Medan.
Sumber–sumber tidak hanya berupa buku tetapi terdapat data berupa artikel–artikel yang
diambil dari internet.
Karena literature berupa buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
tidak banyak ditemukan dan literature yang ada juga dianggap kurang akurat (up to date)
maka penulis banyak menggunakan data–data berupa artikel dari internet untuk
menunjang keakuratannya.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KUCING DAN MITOLOGI
2. 1.
Kucing di Jepang
Kucing (Felis Silvestris-Catus) adalah sejenis hewan karnivora, pemakan daging.
Kata “kucing” biasanya merujuk kepada “kucing” yang telah dijinakkan dan dipelihara di
rumah-rumah. Tetapi bisa juga merujuk kapada “kucing Raksasa” seperti singa, harimau,
macan dan sebagainya.
Penelusuran terhadap leluhur kucing telah mengantarkan para peneliti pada
sejenis kucing liar yang kerabat dekatnya masih berkeliaran di gurun terpencil Timur
Tengah saat ini. Adapun perubahan kucing dari hewan pemangsa ganas menjadi binatang
peliharaan lucu, menurut analisa genetis, perubahaan itu diduga terjadi sekitar 10.000
tahun lalu. Pada saat itu manusia mulai bercocok tanam. Maksudnya, kucing pertama
yang bersahabat dengan manusia kemungkinan besar berperan sebagai pemburu tikus
yang sering mengganggu biji-bijian yang disimpan manusia. Itulah awal mula dari
sejarah alam terjadinya hubungan manusia dengan kucing. Stephen O’Brien (1987:43)
mengatakan, kucing mulai disenangi manusia karena kucing membantu manusia dalam
bidang pertanian.
Sampai sekarang para peneliti mengetahui sedikit saja tentang hubungan genetis
antara berbagai jenis kucing, termasuk antara kucing liar dan kucing rumahan. Salah satu
penyebabnya adalah karena kucing rumahan seringkali kawin dengan kucing liar.
Sehingga sulit bagi peneliti untuk membedakan antara kucing campuran rumahan dan liar
dengan kucing yang benar-benar liar.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Perbedaan utama antara kucing rumahan dan kucing liar adalah perilaku mereka.
Kucing rumahan hidup berkelompok dan pada umumnya tidak takut manusia. Karena
analisa perilaku terhadap kelompok-kelompok kucing nyaris mustahil dilakukan, maka
tim peneliti internasional menyelidiki dari sisi genetisnya. Carlos Driscoll dari National
Cancer Institute dan rekan-rekannya menganalisa materi genetis dari hampir 1000 ekor
kucing, termasuk kucing-kucing rumahan dan jenis subspesies kucing-kucing liar, seperti
kucing liar Eropa, kucing liar Timur Dekat, kucing liar Asia Tengah, kucing liar Afrika
Selatan, dan kucing gurun China.
Mereka
menemukan bahwa masing-masing
kelompok mewakili sebuah
subspesies kucing liar yang disebut Felis silvestris. Sedangkan DNA dari kucing rumahan
cocok dengan DNA milik subspesies kucing liar Timur Dekat, Felis silvestris lybica,
yang hidup di gurun-gurun terpencil Israel dan Arab Saudi.
Adapun kucing-kucing itu, baik yang rumahan maupun yang liar berasal dari satu
leluhur yang sama. Leluhur yang menurunkan mereka muncul lebih awal dari dugaan
semula, yakni sekitar 130.000 tahun lalu. Namun, menurut perkiraan, keturunan dari
leluhur kucing tersebut mungkin mengambil dua jalan berbeda saat menyebar dari Timur
Tengah.
Satu kelompok melalui Mesir, sedangkan kelompok lain berjalan dari
Mesopotamia ke India, lalu ke China dan kemudian sampai ke Jepang. Mengenai kapan
kucing rumahan muncul dari perjalanan tersebut belum ada yang bisa mengetahuinya
dengan pasti. Untuk memecahkan teka-teki tersebut, para ilmuwan meneliti catatan
sejarah dan hasil temuan arkeologi. Sebagai contoh, lukisan di makam-makam Mesir
menunjukkan bahwa sekitar 3.600 tahun lalu kucing rumahan telah hidup di Mesir.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Sementara itu tempat pemakaman yang berisi seekor kucing dan manusia berusia sekitar
9.500 tahun lalu baru-baru ini ditemukan di Cyprus.
Ras-ras kucing ada banyak, seperti ras Persia, Siamese, Norwegian Forest Cat,
Abyssinian, Angora, Sphynx, Birma dan masih banyak lagi. Karakter dan jenis ras-ras
kucing ini pun jelas berbeda. Nama ras-ras kucing ini dibuat sesuai dengan nama Negara
kucing itu berada.
Di Jepang ras kucing yang terkenal adalah jenis ras Japanese Bobtail. Japanese
Bobtail adalah salah satu ras kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras
kucing dengan ekor pendek (bobtail) ini berasal dari Jepang. Ras kucing ini telah ada
selama beberapa abad. Kucing-kucing ini banyak disebutkan dan digambarkan dalam
berbagai dokumen kuno yang berasal dari Jepang.
Berbagai cerita, legenda dan mitos berhubungan dengan ras ini banyak sekali.
Salah satu wujud ras ini yang terkenal adalah “Maneki Neko”. Digambarkan sebagai
kucing Japanese Bobtail yang sedang duduk dengan salah satu kaki depan terangkat. Pose
ini sangat terkenal, karena merupakan lambang “keberuntungan” dan “selamat dating”.
Patung kucing atau boneka dengan posisi tersebut, bahkan dengan tangan yang bergerak
seolah melambaika-lambai banyak ditemukan ditoko-toko mengisyaratkan untuk
memanggil para pelanggan.
Asal kucing bobtail ini pertama kali dibawa ke Jepang berasal dari Asia tenggara,
sekitar 1000 tahun yang lalu. Kucing-kucing ini digunakan oleh para petani dan pembuat
sutera dari Jepang untuk menjaga pertanian mereka dari serangan hama tikus dan hewan
pengerat lainnya.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Ketertarikan orang terhadap kucing ini sebagai satu ras tersendiri dimulai setelah
parang dunia II. Orang-orang Amerika yang tinggal di Jepang banyak memelihara kucing
bobtail ini sebagai hewan kesayangan dirumah mereka. Sepasang kucing Japanese bobtail
yang tercatat dalam program pengembangbiakkan pada tahun 1968 adalah kucing jantan
warna putih bernama Rchard dan betina tiga warna bernama Madame Butterfly. Pada
tahuh 1971, Japanese Bobtail mendapat status provisi dari Cat Fanciers Association
(CFA), setelah itu pada tahun 1976 bisa dikompetisikan dalam suatu cat show. Ras ini
juga mempunyai versi bulu panjang (longhair). Versi longhair Japanese Bobtail baru
mendapatkan persetujuan untuk kompetisi dari CFA pada tahun 1993.(htt//wikipedia
About The Cat)
Karakteristik jenis ras Japanese bobtail sangat unik. Kucing ini berukuran
medium dan badan berotot. Ciri khas ras ini adalah ekornya yang pendek seperti ekor
kelinci dan sudut-sudut wajah kaku serta tulang pipi menonjol. Telinga lebar, mata
berbentuk oval dan hidung lurus. Ekor kucing Japanese Bobtail bisa melingkar atau
bengkok. Ekornya bisa fleksibel tapi ada juga yang kaku. Faktor genetik yang
mempengaruhi ekor Japanese bobtail berbeda dengan yang mempengaruhi ekor pada
kucing manx. Para ahli menyatakan bobtail bersifat gen resesif. Artinya, bobtail hanya
bisa dihasilkan dari perkawinan dua kucing bobtail.
Temperamen Japanese bobtail termasuk kucing yang aktif dan cerdas. Kucing ini
sangat suka berada disekitar pemiliknya dan mudah beradaptasi dengan anak-anak atau
hewan lain.
Ras ini juga mempunyai versi bulu panjang (sei longhair). Baik bulu pendek atau
panjang, kucing ini mempunyai tekstur yang halus dan tidak memerlukan penyisiran
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
setiap hari. Kucing ini juga mempunyai warna dan pola warna yang bermacam-macam.
Yang sering ditemui adalah tiga warna (tri-color). Warna ini dipercaya merupakan warna
keberuntungan dan mengimfirasikan lahirnya boneka “maneki neko”. Sebab boneka ini
disimbolkan sebagai boneka pembawa keberuntungan.
2. 2. Simbol-Simbol Kucing Dalam Kepercayaan Jepang
Selama ini kucing masih menjadi hewan yang misterius. Mitos yang beredar luas
dimasyarakat menempatkan kucing adalah hewan yang keramat dan harus diperlakukan
istimewa. Begitu juga bagi masyarakat Jepang, kucing selalu dijadikan sebagai hewan
teristimewa dalam kehidupan mereka. Katanya dahulu orang Jepang lebih suka
memelihara kucing dari pada anjing. Para kaisar yang pernah menduduki kerajaan negeri
tirai bambu itu pun, katanya selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan adanya mitos
turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa
Amaterasu, yaitu dewa matahari. Masyarakat Jepang mempercayai, kucing jelmaan dewa
sering turun ke dunia manusia untuk mengamati kehidupaan para manusia dan
melaporkan segala yang dilihatnya itu kepada para dewa. Jika ia menemukan orang yang
berhati mulia namun sangat miskin, ia akan melaporkan kepada dewa kemakmuran agar
orang baik tersebut diberi rahmat berupa rejeki. Oleh karena itu orang Jepang
berkeyakinan kucing sebagai simbol perantara antara manusia dengan para dewa.
Kemisterian kucing masih terlihat dengan selalu menghiasi film atau cerita horor.
Kalau di Jepang banyak film-film yang menceritakan tokoh utama kucing sebagai hewan
pemberani, ajaib, dan selalu membantu orang. Seperti Doraemon, kokochan, koro-koro,
pokemon dan lain sebagainya.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Dibeberapa primbon atau buku pusaka diungkapkan beberapa mister tetang
kucing, terutama yang berhubungan dengan kesejahteran bagi yang memeliharanya.
Walaupun ini tidak layak dianggap sebagai keyakinan, tetapi kebanyakan orang telah
mempraktekkan dan merasakan hal yang baik dengan memeliharanya.
Berikut ini adalah tanda-tanda kucing yang baik dan yang tidak baik bagi yang
memeliharanya;
1. Berbulu putih dan pada bagian dada sampai punggung ada warna hitam namanya
Sanggabuana, ini tidak baik, yang memelihara selalu menderita sakit.
2. Berbulu hitam mulus dan panjang ekornya, namanya; Putraka Jantaka, berwatak
selalu menumpahkan darah si pemelihara, sering memperoleh kematian dan kesusaha
yang bermacam-macam.
3. Berbulu kembang asem, panjang ekornya (bundle), namanya; Bramapati, ini tidak
baik, yang memelihara sering kehilangan dan boros.
4. Kucing yang berbulu apa saja, tetapi jika bagian kepala, dada, dan punggungnya
terdapat usar-usar, namanya; Candramawat, ini amat baik, yang memeliharanya akan
memperoleh keuntungan serta kemulian. Kucing jenis seperti inilah yang diyakin orang
Jepang sebagai simbol kemakmuran dan keuntung. Sekarang yang dikenal dengan nama
“maneki neko” baik dibuat dalam bentuk boneka, celengan, atau ornamen lainnya.
5. Kucing yang bisu, berwarna apa saja, namanya; Wisnutaga, ini baik, yang
memeliharanya akan tercapai apa yang diinginka dan mendapat keselamatan.
6. Kucing yang ke empat kakinya berwarna hitam, namanya; Witanaba, ini baik, yang
memeliharnya akan memperoleh keselamatan.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
7. Kucing yang telapak dapat sampai ke kepala, namanya; Kusumawaibawa, ini baik,
yang memeliharanya akan banyak memperoleh rejeki.
8. Kucing yang berwarna hitam, lambung kiri tembong putih, namanya; Wulantumanggal,
ini baik, yang memeliharanya akan mendapat apa yang diinginkan dan memperoleh
keselamatan.
9. Putih warnanya, kepala sampai dada hitam, namanya; Janggamenku, ini baik, bagi si
pemeliharanya
akan
memperoleh
banyak
keuntungan
dan
memperoleh
keselamatan.(htt://en wikipedia.org/wiki/kucing)
Sifat dan gelagat kucing memiliki arti tersendiri bagi pemeliharanya,contohnya
seperti di bawah ini:
a. Jika kucing memandang tidak berkedip pada tuanya, pertanda akan memperoleh
rejeki
b. Jika duduk tidak bergerak di depan tuanya, pertanda akan memperoleh anugerah
c. Jika kucing tidur di atas ikat kepala, topi, atau baju tuannya, pertanda akan
memperoleh uang yang halal
d. Jika kucing betah di sudut rumah, (selalu diam di sudut rumah) pertanda akan
memperoleh uang yang banyak
e. Jika kucing bergulung-gulung di depan tuannya pertanda tidak baik (mendapat
fitnah)
f. Jika kucing menunjukan kukunya kepada tuannya, pertanda tuannya di incar
penjahat
Orang Jepang sangat mengagungkan kucing. Orang Jepang tidak akan
memperlakukan jenazah kucing mereka dengan sembarangan. Sampai sekarang tradisi ini
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
masih tetap berlaku bagi orang Jepang. Mereka akan menguburkan jenazah kucing itu di
pemakaman khusus hewan seperti layaknya pemakaman manusia. Mereka memasang
dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan supaya arwah sang kucing diterima di
kerajaan Dewa. Diyakini imbal-imbalnya, arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan
baik yang diterimanya selama berada di bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan
Dewa akan memberkati manusia yang menjadi majikannya tersebut.
Dahulu awal kucing di sayang dan di puji manusia karena kucing membantu para
petani mengusir tikus agar tidak memakan dan merusak tanaman. Inilah yang membuat
orang Jepang begitu terkesan terhadap kucing karena dapat membantu mereka dalam
bidang pertanian. Sehingga kucing dijadikan sebagai simbol penolong bagi mereka dan
sebagai simbol kemakmuran apabila tanaman padi mereka berhasil karena dijaga oleh
kucing dari tikus dan hewan pengerat lainya.
Selain itu, di Jepang banyak pribahasa dan ungkapan bahasa Jepang yang
menggunakan kata “kucing” (Neko) di dalamnya. Misalnya, ungkapan “nekojita” artinya
“lidah kucing” untuk menjuluki orang yang tidak bisa makan makanan panas karena
lidahnya sensitif. Kemudian “karate kita neko” artinya “kucing pinjaman”, “neko
kawaigari suru” artinya “sangat memanjakan kucing”, “neko ni koban” artinya
“memberi uang emas kepada kucing” dan masih banyak lagi.
2. 3. Mitologi Kucing Di Jepang
Mitologi asal katanya adalah mitos. Kata mitos berasal dari kata Yunani yaitu
muthos yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan
seseorang, suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama (Dhavamony
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
2001:147). Sedangkan ilmu yang mempelajari mitos disebut mythology. Kata mythology
dalam bahasa Inggris menunjukkan pengertian, baik sebagai studi atas mitos atau isi
mitos, maupun bagian tertentu dari sebuah mitos. Kata mitos kalau dilihat dari bahasa
Inggris myth yang artinya adalah dongeng atau cerita yang dibuat-buat.
Istilah mitologi telah dipakai sejak abad 15, yang artinya ilmu yang menjelaskan
tentang mitos. Di masa sekarang, mitologi menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997)
adalah ilmu tentang sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai
kehidupan dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Menurut pakarnya, mitos tidak
boleh disamakan dengan fable, legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau kisah fiksi.
Mitos dan agama juga berbeda, namun menutupi beberapa aspek.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia,
bentuk khas binatang, bentuk topografi, perualangan para dewa, kisah percintaan mereka
dan sebagainya. Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami
perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan
oleh proses adaptasi karena perubahan jaman.
Seperti cerita prosa rakyat di dunia, cerita prosa di Jepang juga mengadung tipe
cerita (tale type) dan motif cerita (tale motif) yang universal (Danandjaja, 1997:70).
Begitu jugalah dengan Negara Jepang, mereka memiliki banyak cerita mitos, baik itu
mengenai penciptaan dunia ini, para dewa-dewa, binatang, makhluk ajai, dan lain
sebagainya.
Menurut Danandjaja, (1997:70) istilah bahasa Jepang untuk mite (mitos) adalah
shinwa yang berarti “kisah mengenai para dewa”. Mite Jepang merupakan gabungan
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
tema-tema pribumi dan yang berasal dari daratan Asia Timur, dan dipengaruhi oleh
ajaran Budhisme dan Taoisme.
Pada umumnya bahan untuk menyusun mitologi Jepang bersumber pada dua
sumber tertulis, yaitu Kojiki (berasal dari 712 M dan merupakan catatan mengenai hal-hal
kunol), dan Nihon Shoki (720 M; merupakan chronicle Jepang dan juga dikenal dengan
nama Nihongi)
Foklor sekarang disebut mitologi Jepang, hampir seluruhnya berdasarkan cerita
yang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki dan Fudoki dari berbagai propinsi di Jepang.
Dalam kata lain, mitologi Jepang sebagian besar berkisar pada berbagai kami penghuni
Takammonohara (Takamahara, atau Takamagahara), dan hanya sedikit sumber literature
tertulis yang dapat dijadikan rujukan.(Crownia 2003:1)
Di zaman kuno Jepang, setiap daerah diperkirakan memiliki sejenis kepercayaan
dalam berbagai bentuk folklor. Bersamaan dengan meluasnya kekuasaan kekaisaran
Yamato, berbagai macam kepercayaan diadaptasi menjadi Kumitsugami atau “dewa yang
dipuja” yang bentuknya menjadi hampir seragam, dan semuanya dikumpulkan ke dalam
“mitologi Takamanohara”. Sementara itu, wilayah dan penduduk yang sampai di abad
berikutnya tidak dikuasai kekaisaran Yamato atau pemerintahan pusat Jepang yang lain.
Seperti suku Ainu dan orang kepulauan Ryukyu masing-masing juga memiliki mitologi
sendiri.
Mitologi Jepang membedakan dua kategori dewa; pertama para dewa yang
berasal dari langit (amatsu-kami) dan kedua para dewa pribumi atau lokal (kunitsu-kami).
Beberapa mite mengisahkan para dewa dari langit yang turun ke bumi Jepang untuk
menjajah atau mengusai para dewa pribumi. Bukan hanya untuk menguasai para dewa,
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
terkadang para dewa turun ke bumi untuk melihat tingkah laku menusia dan membantu
manusia. Para dewa bisanya turun dalam bentuk binatang seperti kucing dan lain
sebagainya. Para dewa yang turun dalam bentuk seokor kucing, mereka melihat sifat dan
tingkah laku manusia. Karena kucing hewan peliharaan, maka barangsiapa yang
menyayai kucing dan memeliharan dengan baik, maka kucing tarsebut akan melaporkan
perbuatan baik tersebut kepada dewa tertinggi (Amaterasu ) dewa matahari. Sebagai
imbalannya, orang tersebut akan mendapatkan kebahagian dan keberuntungan.
Menurut Fabelwesen (1996), makhluk dalam legenda dan mitos banyak sekali, makhluk
dalam legenda merupakan makhluk mitologi dan hidup dalam cerita rakyat yang sering
dikenal sebagai “makhluk ajaib” dalam buku-buku sejarah. Beberapa makhluk, seperti
naga dan Griffin, memiliki asal muasal dalam mitologi tradisional mereka, dan dipercaya
merupakan makhluk yang benar-benar ada. Beberapa diantaranya berdasarkan kenyataan
yang mungkin faktanya diputarbalikan oleh kisah para pengembara, seperti “sayuran
beranak dari Tartaria”. Ada juga kisah Unicorn, mungkin muncul dari cerita tentang
badak yang diputarbalikkan kenyataanya.
Sebaliknya, beberapa makhluk yang keberadaanya hanya dituturkan dari mulut ke
mulut, kini dicari-cari dan ditentukan sebagai makhluk yang benar-benar ada seperti;
cumi-cumi raksasa. Di Afrika, pengduduk Kongo bercerita kepada para pelancong atau
turis asal Eropa tentang keberadaan binatang yang wujudnya seperti perpaduan antara
zebra dan jerapah. Ketika para turis menganggap behwa itu hanya cerita rakyat, namun
pada tahun 1901, seorang peneliti yang bernama Sir Harry Johnston menemukan sebuah
kulit binatang sebagai bukti keberadaan makhluk tersebut, yang kini disebut Okapi.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Di Jepang, mitologi tentang binatang banyak sekali seperti, ajing, rubah, burung, kucing
dan lain-lain. Berikut ini penulis akan menceritakan mitologi tentang kucing yang
bernama Nekomata di Jepang.
Nekomata adalah sebuah makhluk dari cerita mitologi Jepang, dipercaya sebagai
sebuah metamorfosis dari kucing peliharan. Ia berasal dari hutan kematian di utara
Hokkaido dan konon pertama kali ditemukan di hutan iblis Hokkaido, ia berasal dari
hutan kematian (berbeda dengan hutan iblis) di utara Hokkaido. Bentuknya berupa
monster kucing hitam raksasa, yang terkadang ditampilkan dengan dua sayap malaikat
berwarna hitam yang besar. Dia adalah peliharan dewa kematian. Nekomata hidup dari
memakan mayat dan jiwa-jiwa orang mati.
Legenda mengatakan, awalnya Nekomata hanyalah seekor kucing peliharaan yang
sering disiksa pemiliknya. Setelah si kucing mencapai umur sepuluh tahun, secara
perlahan buntutnya akan terbelah menjadi dua bagian, bersamaan dengan meningkatnya
kekuatan nujum (shamanism) dan sihir (necromancy) si kucing. Beberapa orang yang
mempercayai ini biasanya memotong ekor kucing mereka karena takut berubah menjadi
monster.
Nekomata memiliki berbagai macam ilmu sihir dan nujum, tetapi yang paling
umum digunakan ialah membangkitkan orang mati dengan kehendaknya. Nekomata
dikatakan dapat menciptakan dan mengontrol kematian dengan menggerakan buntutnya
atau dengan gerakan kaki depanya. Nekomata memakan orang yang dibencinya, apabila
pemiliknya lebih kejam, maka si kucing akan menjadi lebih sadis. Nekomata tidak akan
pernah melupakan siksaan oleh seseorang dan akan manyimpan dendam selamanya pada
orang tersebut. Bila orang itu sudah mati, maka kerabatnya akan didatangi oleh Nekomata
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
dan dihantui terus menerus. Cara menenangkannya ialah memberikan penghormatan,
permohonan maaf dan makanan.
Beberapa cerita rakyat Jepang juga mengatakan bahwa Nekomata dapat merubah
bentuk tubuhnya menjadi manusia, bagaimanapun, tidak seperti kebanyakan Nekomusune,
Nekomata betina cenderung terlihat sebagai wanita tua, memiliki kepribadian buruk, dan
selalu menebarkan aroma menyeramkan disekitarnya, yang jika dihirup dalam jangka
waktu tertentu akan menyebabkan panyakit dan wabah.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
KARAKTERISTIK DAN MITOS “MANEKI NEKO” DI JEPANG
3. 1. Sejarah Maneki Neko
Banyak legenda Jepang yang menceritakan asal mula sejarah munculnya Maneki
Neko.Ada tujuh legenda yang dikenal, namun ada tiga yang paling terkenal, yaitu
Legenda Kuil Goutokuji, Pramuria Usugumo dari Yoshiwara dan Legenda Wanita Tua
dari Imado. Berikut ceritanya:
a. Legenda Kuil Goutokuji
Pada awal zaman Edo (abad ke-17) ada sebuah kuil yang terdapat di Setagaya,
bagian barat Tokyo. Pendeta kuil tersebut memelihara seekor kucing bernama Tama.
Pendeta tersebut sering berbicara dan kadang-kadang sedikit mengeluh kepada Tama
mengenai kondisi kuilnya yang miskin. “Tama, meskipun miskin aku memeliharamu di
kuil ini, bisakah kamu melakukan sesuatu untuk kuin ini?”, harap sang pendeta pada
Tama.
Suatu ketika, seorang pengusaha dari daerah Hikone (bagian barat Tokyo),
bernama Naotaka Li pulang berburu. Ia berteduh menghindari hujan di bawah pohon
besar yang terdapat di depan gerbang kuil tersebut. Kemudian seekor kucing memberi
isyarat mengundang Naotaka untuk berteduh di gerbang kuil. Tidak berapa lama setelah
Naotaka berteduh di gerbang kuil, pohon besar tersebut disambar petir. Akhirnya nyawa
Naotaka terselamatkan berkat Tama.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Setelah kejadian tersebut Naotaka Li dan keluarganya menjadikan kuil tersebut
menjadi kuil keluarga dan merubah namanya menjadi Goutokuji. Kuil tersebut menjadi
makmur setelah didukung oleh keluarga Li. Setelah Tama mati, Tama dikuburkan di
pekuburan kucing di kuil tersebut dan diciptakan patung kucing (Maneki Neko) untuk
mengingatkan orang kepada Tama.
b. Legenda Usugumo dari Yoshiwara
Pada zaman Edo banyak terdapat kota-kota kecil yang penuh berbagai macam
hiburan gaya Jepang yang disebut Yuukaku. Salah satu yang terkenal adalah Yoshiwara
yang terdapat dibagian timur Tokyo. Ada dua macam wanita yang bekerja di Yoshiwara.
Yang terlatih secara professional dalam hal musik dan menari disebut Geisha, yang
lainnya adalah pramuria yang disebut Yuujo. Geisha kelas atas yang terlatih dalam
berbagai kesenian disebut Tayuu.
Pada pertengahan zaman Edo (abad ke-18) ada seorang Tayuu yang bernama
Usugumo. Ia terkenal juga sebagai penyayang kucing. Kucingnya selalu berada
disampingnya kemanapun ia pergi. Suatu malam, ketika Usugumo hendak memasuki
toilet, kucingnya menarik-narik bajunya dengan kasar. Meskipun diusir dengan susah
payah, kucinya tidak mau berhenti mengganggunya. Karena ketakutan, usugumo
meminta bantuan pemilik rumah. Kemudian pemik tersebut dating dan menebas leher
kucing tersebut dengan samurai, karena ditakutkan kucing tersebut adalah kucing setan.
Kepala kucing tersebut terbang ke langit-langit toilet, kemudian menggigit dan
membunuh seekor ular besar yang sedang mengincar Usugumo. Akhirnya Usugumo
sangat menyesal karena telah salah membunuh kucingnya. Untuk mengingatkanya atas
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
jasa-jasa kucingnya, salah seorang tamu menghadiahinya patung kucing yang terbuat dari
kayu yang harum. Patung kucing inilah yang kemudian berkembang menjadi Maneki
Neko.
c. Legenda Tua Wanita Imado
Pada akhir zaman Edo (abad ke-19) ada seorang wanita tua yang hidup di Imado,
Tokyo bagian timur. Karena keadaannya yang sangat miskin, ia tidak mampu lagi
merawat kucingnya. Ia berkata pada kucingnya “Maaf aku terpaksa menelantarkanmu
karena kemiskinan ini”. Malamnya kucing tersebut hadir dalam mimpinya dan berkata
“buatlah patung diriku dari tanah liat, patung tersebut akan membawa keberuntungan”.
Setelah jadi, membuat patung tersebut, akhirnya patung itu dibeli orang, semakin banyak
ia membut patung itu, semakin banyak orang yang membelinya. Dan akhirnya patung
kucing (Maneki Neko) tersebut membebaskannya dari kemiskinan hidup.
Versi cerita sejarah awal munculnya Maneki Neko ada bermacam-macam. Namun
intinya tetap sama. Ketiga cerita adalah yang paling terkenal di kalangan masyarakat
Jepang.
3. 2. Karakteristik “Maneki Neko”
Maneki Neko memiliki beberapa karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini
dapat dilihat dari bentuk kaki, warna dan ornamen yang melengkapi Maneki Neko. Setiap
perbedaan ini memiliki nilai-nilai tersendiri. Karakter-karakter seperti inilah yang
membuat Maneki Neko lebih berarti dan memiliki makna simbolis dalam pandangan
masyarakat Jepang. Berikut penjelasanya:
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
3.2.1. Bentuk Kaki “Maneki Neko”
Orang Jepang mempercayai bentuk kaki Maneki Neko memiliki makna tersendiri.
Biasanya kaki yang diangkat adalah kaki depan. Kaki belakang baik kanan dan kiri tidak
pernah diangkat sama sekali. Kaki depan yang diangkat bisa kaki kanan juga bisa kaki
kiri. Kepercayaan mengenai kaki mana yang terangkat berbeda-beda tergantung waktu
dan tempat dimana Maneki Neko ini diletakkan. Namun ada juga Maneki Neko yang
sama sekali tidak mengangkat kedua kaki depanya.
Kepercayaan yang paling umum biasanya bila kaki kiri yang diangkat berfungsi
untuk menarik pelanggan. Karakter Maneki Neko seperti ini cocok sekali dipajangkan
atau diletakkan di bar atau tempat minum sake. Di Jepang banyak terdapat tempat-tempat
untuk minum baik itu sake atau yang lainnya. Mereka pergi ke tempat ini untuk
menghilangkan rasa jenuh dan bosan mereka dari perkerjaan. Apalagi orang Jepang
sangat gemar dan suka sekali minum sake, karena sake adalah minum tradisional orang
Jepang. Oleh karena itu, pemilik bar atau tempat minum selalu meletakkan Maneki Neko
agar banyak para tamu atau pelanggan yang datang dan minum di tempat itu. Sedangkan
kaki kanan yang diangkat diyakini bertujuan untuk menarik kemakmuran dan
keberuntungan. Biasanya diletakkan di toko-toko, seperti toko elektroni, toko mainan dan
lain-lain. Kadang-kadang ada juga yang kedua kakinya terangkat, sambil memegang
sesuatu, seperti uang logam, kendi,dan maina pemukul seperti palu.
Orang Jepang mempercayai, semakin tinggi kaki terangkat semakin besar juga
keberuntungan atau kemakmuran yang akan datang kepada pemiliknya. Baik itu kaki kiri
atau pun kaki kanan. Beberapa bentuk Maneki Neko dilengkapi dengan baterai atau sel
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
tenaga surya agar dapat menggerakan kakinya ke depan dan ke belakang, seolah
melambai-lambai secara terus menerus seperti memanggil orang. Namun tidak semua
kaki Maneki Neko dapat digerak-gerakkan tergantung pembuatanya.
3.2.2 Warna “Maneki Neko”
Ras kucing di seluruh dunia ini amat banyak. Setiap ras memiliki ciri khusus,
tetapi karena sering terjadinya kawin silang antar ras, banyak kucing yang hanya
dikelompokkan dalam jenis bulu panjang dan bulu pendek, tergantung jenis rambut
penutup tubuhnya.
Kucing memiliki banyak warna dan macam pola. Ciri fisik ini tidak bergantung
pada rasnya. Kucing rumahan dikelompokkan ke dalam jenis berikut berdasarkan
penampakan fisiknya :
a. Bulu pendek
b. Bulu panjang
c. Orientak (bukan ras khusus, semua kucing yang bertubuh langsing, mata
berbentuk almond, daun telinga lebar, dan rambut tubuh halus yang pendek).
Gen yang mengatur warna dan pola pada bulu kucing menentukan penampilan
fisik dari kucing yang membedakan mereka ke dalam :
1. Telon atau Calico : warna putih dengan sedikit bercak warna hitam atau oranye (atau
biru atau krem). Orang Jepang sering menyebut pola ini sebagai mi-ke. Karena gen warna
bulu bertaut dengan kelamin, kucing Calico yang beraneka warna ini umumnya betina.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
2. Tortoiseshell : warna hitam dengan warna oranye dan putih tersebar di seluruh
tubuhnya. Kucing yang memiliki warna hitam, oranye terang, dan oranye gelap disebut
sebagai Calimanco atau Clouded Tiger.
3. Tabby : tubuhnya bergaris dengan bermacam pola. Pola klasik pada kucing ini
berbentuk bulatan-bulatan atau lingkaran. Ada juga Tabby yang jenis mackerel,
mempunyai tiga garis yang tampak di samping tubuhnya, membuat kucing ini seperti
ikan mackerel.
4. Maltese : ini nama lama dari kucing biru (abu-abu)
5. Bicolor (dua warna) : kucing ini disebut juga Tuxedo Cat atau Jellicle Cat karena
memiliki bulu berwarna hitam dengan sedikit warna putih pada bagian kaki, perut, dada,
dan mungkin pula di bagian wajah.
Inilah warna dari gen kucing kalau dilihat dari segifisiknya. Walaupun masih
banyak lagi, akan tetapi jenis warna ini adalah warna yang terkenal dan terpaporid dalam
kalangan masyarakat dunia.
Pada umumnya warna kucing juga mempengaruhi sifat kucing tersebut. Misalnya,
warna bulunya coklat dan lavender, sifatnya setia, ramah dan pintar. Orang menyebutnya
Mank sebagian ada menyebutnya Rumpy, ekor jenis kucing ini pendek. Ada juga
warnanya polos bisa putih, hitam, biru, merah dan krem, yang dwiwarna, hitam pekat dan
belang. Sifat kucing ini kalem, lembut, hangat dan pintar. Namanya British Shorthair,
berasal dari Inggris (www. Wikipedia.or.id)
Di Jepang jenis kucing yang terkenal adalah Japanese Bobtail. Japanese Bobtail
juga memiliki beranekaraga warna. Jenis kucing ini dipercaya menginfirasikan
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
pembuatan boneka atau patung Maneki Neko. Oleh karena itu Maneki Neko juga
memiliki beraneka raga pola warna.
Meskipun warna aslinya adalah putih, Maneki Neko dibuat deangan warna dan
atribut yang berbeda. Setiap warna dipercaya mempunyai manfaat yang berbeda. Berikut
ini macam-macam warna Maneki Neko serta manfaatnya;
a. Tiga warna (Tricolor/Calico/Tortie dan White) : warna dasar putih dengan pola warna
hitam dan oranye yang acak. Pola warna ini merupakan warna yang paling dikenal dan
dipercaya dapat membawa keberuntungan. Kepercayaan ini berhubungan dengan
jarangnya pola warna ini muncul pada kucing Japanese Bobtail. Di Jepang warna ini
disebut Mi-ke yang berarti tiga warna.
b. Putih: Maneki Neko yang berwarna putih mengindikasikan kemurnian, kesucian dan
merupakan warna paling populer. Bukan hanya di Jepang, di negara lain di luar Jepang
pun berkeyakinan bahwa warna putih melambangkan kesucian dan kemurnian.
c. Hitam: Maneki Neko hitam dipercaya dapat menjaga kesehatan pemiliknya dan
mencegah datangnya setan.
d. Merah: Maneki Neko yang berwarna merah juga merupakan warna pelindung. Orang
Jepang percaya warna ini dapat menghalangi datangnya sakit dan terlindung dari arwah
jahat.
e. Emas: warna ini berhubugan dengan kemakmura.
f. Merah muda/Pink: meskipun bukan warna aslinya, Maneki Neko warna ini cukup
opular karena berhubungan dengan rasa cinta dan kasih saying.
g. Hijau: Maneki Neko warna hijau dipercaya dapat meningkatkan pencapaian akademik,
sekolah dan karir.(www.Maneki Neko.or.id)
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan demekian dapat disimpulkan bahwa, pembuatan Maneki Neko yang
beraneka warna, setiap warna memiliki arti dan makna tersendiri. Oleh karena itu bagi
pembelinya, mereka membeli sesuia dengan harapan mereka, yang mereka harap dari
Maneki Neko.
3.2.3 Ornamen “Maneki Neko”
Maneki Neko dianggap sebagai benda pembawa keberuntungan. Orang Jepang
banyak yang membelinya di tahun baru agar tahun tersebut menjadi tahun keberuntungan.
Di beberapa daerah di Jepang, Maneki Neko banyak dijual bersama kumade dikios-kios
pasar kaget di sekitar kuil Shinto. Toko khusus yang menjual Maneki Neko dalam
berbagai ukuran sering dijumpai di kota dengan tradisi dagang yang kuat.
Pinggiran kota Takasaki di prefektur Gunma terkenal sebagai pusat produksi
Maneki Neko yang dibuat bersama-sama dengan Daruma. Teknik produksi yang paling
banyak dipakai adalah Hariko (rangka kayu yang ditempel dengan Washi).
Pada umumnya Maneki Neko terbuat dari bahan porcelain, kramik, dan plastik.
Ukuran pembuatan Maneki Neko bermacam-macam (3-10 inci) ada yang kecil,
berukuran sedang, bulat dan lain-lain. Posisi Maneki Neko selalu dibuat seperti kucing
sedang duduk, tetapi ada juga yang berdiri. Selain itu Maneki Neko juga ada yang dibuat
dengan karakter enam ekor anak. Seperti induk kucing dengan enam ekor anaknya. Ada
juga yang dibuat dengan dua ekor anak dan tiga ekor kucing bersaudara. Akhir-akhir ini
ada juga dibuat dalam bentuk oval, dibuat sebagai mainan kalung yang bergabarkan
Maneki Neko sebagai simbol keberuntungan.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Maneki Neko biasanya mempunyai beberapa tambahan ornament di lehernya.
Bisa berupa kalung lengkap dengan lonceng kecil atau juga kain yang diikatkan di leher
(scarf). Ornamen yang paling populer adalah kalung berwarna merah yang terbuat dari
hichirimen (bunga merah) lengkap dengan lonceng kecil. Ada juga kain yang berwarna
biru. Selain itu ada juga Maneki Neko yang dibuat sedang memakai kimono, seperti
layaknya orang Jepang. Dekorasi ini adalah tiruan dari apa yang biasanya dipakai oleh
kucing-kucing yang dipelihara oleh keluarga bangsawan pada zaman Edo.
Kain yang diikatkan di leher berhubungan dengan fungsinya sebagai pelindung.
Dekorasi yang mirip juga terdapat pada patung Bodhistwa Jizo, pelindung yang sering
ditemukan di gerbang kuil atau tempat pemakaman.
Maneki Neko kadang-kadang digambarkan sedang memegang koin yang disebut
Koban. Koban adalah uang yang dipakai pada zaman Edo. Koban ini biasanya di tulis
dengan huruf kanji チ 万 両 (10 juta, uang lama). Figur ini dipercaya membawa
keberuntungan dan kemakmuran, sehingga sering digunakan sebagai celengan (coin
bank).
Dengan demikian ornamen yang terdapat pada Maneki Neko mencontoh bentuk
asli dari kucing yang dipelihara oleh para bangsawa di zama Edo, seperti lonceng kecil
atau kain yang diikat di leher (scarf) dan juga uang loga (koban) yang digunakan pada
zaman Edo. Selain itu sebagai palaris untuk penjualan Maneki Neko, ada juga yang di
buat dalam bentuk induk kucing dengan enam ekor anaknya, tiga ekor kucing bersaudara,
mainan kalung dan Maneki Neko yang sedang memakai kimono.
3.3. Nilai Mitos “Maneki Neko”
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Orang Jepang meyakini Maneki Neko memiliki nilai mitos pembawa
keberuntungan, kemakmuran, pelindung, dan selamat datang. Nilai mitos ini dapat dilihat
dari ciri-ciri warna dan tempat dimana Maneki Neko itu diletakkan. Warna dan tempat
diletaknya Maneki Neko tersebut menjadi pedoman untuk mengaetahui nilai mitos yang
terkandung didalam Maneki Neko. Berikut penjelasanya:
3.3.1 Pembawa Keberuntungan
Nilai-nilai mitos Maneki Neko dipercaya terus dalam masyarakat Jepang. Tetapi
sulit untuk diungkapkan kebenarannya secara rasional. Karena ini menyangkut nilai
tradisi dalam kehidupan masyarakat Jepang yang mudah yakin terhadap hal-hal gaib.
Nilai-nilai yang terdapat dalam Maneki Neko bisa juga dikatakan tahayul, suatu hal yang
belum dapat diungkapkan kebenaranya.
Di Jepang ada yang dikenal dengan “Hatsuri” atau penjualan diawal tahun.
Seperti biasa setiap awal tahun masyarakat Jepang pergi ke tempat-tempat ibadah untuk
meminta berkah dan peruntungan. Di kota sendai ada yang dikenal dengan sendai shiro
yaitu tokoh karismatik yang diangkat secara akalamasi oleh masyarakat sendai sebagai
“fuku no kami sama” atau dewa keberuntungan (kekayaan). Menurut orang sendai,
sendai shiro ini hidup pada zaman Meiji dan sering berkeliaran di daerah perdagangan di
pusat sendai (Basho no Tsuji). Orang-orang mengatakan dia agak punya kalainan mental,
tetapi ramah dan sering membuat orang terhibur. Jadi ketika masuk ke toko-toko para
pedagan di sendai tak lama kemudian toko-toko yang disinggahinya mendapat
keuntungan yang berlipat-lipat. Dia hanya senyum-senyum dan sedikit bicara. Orangorang menganggap dia membawa berkah, sehingga sendai shiro sering diundang ke sana
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
kemari sebagai pelaris. Legenda ini membuat masyarakat sendai menganggapnya “dewa”
dan menjadikanya symbol keberuntungaan. Efeknya foto, patung maupun hiasan-hiasan
lain sendai shiro banyak dipasang di toko, dan warung-warung di sendai. Selain sendai
shiro yang dianggap sebagai dewa keberutungan ada juga tujuh dewa pembawa
keberuntungan (shichi fukujin) yang terkenal di Jepang. Tujuh dewa ini diadopsi dari tiga
aliran, Budha, Tao, dan Shinto, serta diambil dari tiga Negara berbeda, India, China dan
Jepang. Bishamonten (dewa penyelamat dari setan dan pelindung kekayaan) diambil dari
ajaran Budha di India. Hoteison diambil dari ajaran Budha di China untuk kekayaan.
Daikokuten diambil dari India untuk kekayaan dan kemajuan dagang. Fukurokuju
(kekayaan, kebahagiaan, panjang umur) diambil dari ajaran Tao di China. Ebisu adalah
dewa asli Jepang utuk pertanian, perikanan dan perdagangan. Jurojin (panjang umur)
diambil dari ajaran Tao. Terakhir Benzaiten (untuk bakat seni, ilmu, dan kecantikan, satusatunya wanita) diambil dari India.
Untuk derajad hewan kucing (neko), sejenis musang (tanuki) dan rubah (kitsune)
adalah hewan-hewan yang dianggap membawa keberuntungan juga. Musang (tanuki)
dijadikan lambing kesuburan dengan menggambarkan buah kemaluanya yang menjuntai
besar dan sufat mudah berhadaptasinya. Mirip dengan cerita di Indonesia bahwa musang
itu suka teh atau kopi, maka di Jepang musang juga suka sake, patungnya digambarkan
sedang menenteng botol sake, sama seperti yang terdapat pada Maneki Neko.
Di Jepang hewan yang paling populer sebagai hewan pembawa keberutungan
adalah “Maneki Neko”. Keutamanya karena karakternya yang lucu dan familier dengan
manusia. Tangan kucing itu awalnya adalah kucing yang membasuh mukanya. Orang
Jepang mempercayai bila kucing membasuh mukanya maka tanda hari akan hujan, ini
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
berarti akan dating keberkahan. Tapi lambat laun, tangan kucing yang menggaruk-garuk
seperti membasuh mukanya berubah menjadi sebagai tanda kucing dengan tangan
melambai-lambai, menarik pangunjung datang. Oleh karena itu dibuatlah Maneki Neko
dengan karakter tangan yang bergerak melambai-lambai, untuk menarik palanggan agar
masuk ke toko atau kios-kios.
Maneki Neko yang mengandung nilai mitos keberuntungan, ciri-cirinya adalah
warnanya tiga warna (kucing belang), warna dasar putih dengan pola warna hitam dan
oranye yang acak. Pola ini sangat terkenal. Di Indonesia warna kucing seperti ini di kenal
denga nama candramawat, juga sebagai simbol keberuntungan. Kemudian tangan Maneki
Neko ini dapat bergerak melambai-lambai, tangannya agak tinggi diangkat, dan
dipajangkan ditoko-toko. Maksudnya agar para pembeli sudi mampir untuk membeli dan
keuntungan barang-barang yang habis terjual. Dengan demikian nilai keberuntungan
yang di yakini orang Jepang terhadap Maneki Neko harus dilihat dari karakter fisik
Maneki Neko dan tempat di mana Maneki Neki itu diletakan. Karena karakter Maneki
Neko yang seperti ini jarang di letakkan didalam rumah atau di kantor-kantor.
Berikut ini beberapa mitos kucing pembawa keberuntungan:
a. Kucing membawa keberuntungan bila berada di belakang panggung, sebaliknya dapat
membawa sial bila berada di atas panggung
b. Disarankan memelihara kucing berbulu hitam yang di keningnya terdapat beberapa
lembar bulu putih, bermakna akan membawa pengaruh baik dalam mencari nafkah
c. Suatu ketika kucing peliharan anda beranak kucing belang tiga, bermakna pemilik
rumah akan dapat rejeki dalam waktu dekat dan lain-lain
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
3.3.2 Kemakmuran
Nilai mitos Maneki Neko yang mengandung kemakmuran mampunyai cirri-ciri
warnya kuning keemasan. Maneki Nekonya biasa dibuat sedang memegang koin atau
koban (uanga emas kuno). Orang Jepang selalu meletakkan Maneki Neko yang seperti ini
di dalam toko, perusahaan, dan di rumah. Karena berhubungan dengan kemakmuran
biasanya Maneki Neko itu dibuat dalam bentuk celengan. Sebagai tempat untuk
menabung uang.
Orang Jepang yang membeli Maneki Neko yang berwarna emas ini berharap
kemakmuran akan datang dalam rumah mereka. Begitu juga dalam perusahan dan bisnis
mereka, selalu mengharap akan selalu makmur dan sejahtera.
Zaman dahulu hingga sekarang, negara Jepang terkenal dengan pengahasil beras
yang terbaik di dunia. Masyarakat Jepang dahulu menafkahi hidup mereka dengan
menanam padi. Ketika padi mulai menguning ini suatu tanda pertanian mereka akan
makmur dan panen akan berhasil. Sejak saat itu hingga sekarang orang Jepang menyakini
warna kuning adalah suatu simbol kemakmuran. Selain itu, bagi orang yang mempunyai
banyak emas di rumahnya atau menyinpan emas, ini menunjukka keluarga itu, keluarga
yang makmur. Oleh karena itulah Maneki Neko yang warna kuning keemasan
mempunyai nilai mitos kemakmuran.
Mitos kemakmuran hampir sama dengan mitos keberuntungan, berikuti ini contoh
mitos kemakmuran di Jepang:
a. Suatu ketika
ating kucing tak bertuan dan betah tinggal di rumah tersebut, maknanya
pemilik rumah tersebut akan mengalami nasib mujur
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
b. Ketika kucing peliharan melahirkan anak kucing belang empat, makanya pemilik
rumah akan selamat sejahtera.
c. Kalau kucing peliharaan beranak tujuh bermakna bahwa pemiliknya akan kaya.
d. Ketika kucing peliharaan melahirkan anak kucing belang tiga, maknanya pemilik
rumah aka dapat rejeki dalam waktu dekat.
e. Barang siapa yang memelihara kucing belang putih dan bercorak kuning, maka
kehidupan pemilik rumah akan makmur dan sejahtera.
Mitos-mitos seperti tidak hanya ada di Jepang, namun di Indonesia juga ada tidak
jauh beda makna dan maksudnya.
3.3.3 Pelindung
Maneki Neko yang mengandung nilai mitos pelindung ada dua yaitu warna hitam
dan warna merah. Warna hitam dipercaya dapat menjaga kesehatan pemiliknya dan
mencegah datangnya setan. Mengenai kucing hitam, dahulu para penyihir di Eropa selalu
memelihara kucing hitam. Orang-orang menganggap kucing hitam itu pembawa sial
karena kucing hitam adalah peliharaan para penyihir. Padahal, keberadaan kucing hitam
di tengah-tengah para penyihir adalah untuk menjaga para penyihir dari bala atau hal-hal
jahat yang selalu mengincar. Dengan kata lain, kucing hitam dipelihara para penyihir
untuk menolak musibah.
Mitos kucing hitam kebanyakan bersifat negatif, berikut mitosnya :
a. Berpapasan dengan kucing hitam (tanpa bulu putih sama sekali) ketika sedang berjalan,
akan mendapat sial
b. Kucing hitam dianggap berhubungan erat dengan sihir-menyihir
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
c. Jika ada kucing melompat ke tempat tidur orang terbaring sakit, dipercaya kematian
akan
amper dan lain-lain
Namun di Jepang Maneki Neko berwarna hitam dijadikan
amper pelindung bagi
pemiliknya, sama seperti para penyihir abad pertengahan di Eropa, menjadikan kucing
hitam sebagai pelindung. Orang Jepang meyakini Maneki Neko hitam dapat melindungi
dari setan dan mencegah dari penyakit.
Selain itu Maneki Neko berwarna merah juga diyakini sebagai pelindung dari
arwah jahat dan melindungi dari bahaya penyakit. Baik yang hitam maupun yang merah
amper tidak ada bedanya keduanya biasa dijadikan sebagai jimat bagi pemiliknya.
Warna merah biasanya sering dihadiyahkan kepada yang sakit. Maneki Neko berwarna
seperti ini biasa disimpan didalam rumah agar orang seisi rumah tersebut akan terlindungi
dari berbagai penyakit dan gangguan arwah-arwah jahat.
Berikut ini beberapa mitos kucing pembawa perlindungan:
a. Kucing dipercaya mampu melihat hal-hal gaib. Oleh karena itu sering digunakan
sebagai jimat,
ellet, obat perangsang dan dipercaya dapat membawa keberuntungan
b. Banyak bagian tubuh kucing digunakan untuk penyembuhan. Salah satu yang banyak
digunakan adalah ekornya
c. Kucing dipercaya dapat meramal dan mempengaruhi cuaca. Bahkan kalau melempar
kucing ke gelagak kapal laut dipercaya dapat mendatangkan badai di laut
d. Disarankan untuk menyimpan atau mengantungi bulu kucing yang sudah dikeringkan,
bermakna untuk ajimat dalam berjudi dan lain-lain
3.3.4 Selamat Datang
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Mitos mengenai nilai selamat datang ini tidak banyak, tetapi hampir semua
Maneki Neko menujukan nilai selamt datang bagi yang melihatnya. Karena dari namanya
saja sudah menunjukka memanggil untuk datang. Maneki (招き) dalam bahasa Jepang
artinya memanggil, mengundang, atau mengajak. Sedangkan Neko ( 猫) artinnya kucing.
Jadi Maneki Neko aritnya kucing memanggil untuk datang. Bagi pemiliknya mereka
sangat senang apabila ada yang datang dan mengucapkan selamat datang.
Ciri-ciri Maneki Neko yang seperti ini adalah dari segi warna biasanya warna
belang tiga warna yang terkenal itu. Ada juga yang berwarna kuning keemasan. Ciri yang
paling menonjol dari Maneki Neko seperti ini adalah tangan selalu dibuat bergerak-gerak
seperti sedang memanggil. Maneki Neko tersebut dilengkapi dengan baterai atau sel
tenaga surya agar dapat menggerakkan kaki depangnya. Oleh sebab itu Maneki Neko ini
cocok diletakkan di restoran-restoran, toko, hotel dan lain sebagainya.
Dari beberapa nilai mitos-mitos di atas, kebenaranya belum bisa diuji dengan akal
dan pikiran serta belum tentu ada benarnya. Ini semua adalah mitos, dan tahayul bisa
benar atau tidak, tergantung siapa yang mempercayainya. Bagi orang Jepang ini sudah
menjadi suatu keyakinan atau budaya yang tidak mungkin bisa untuk ditinggalkan dalam
masyarakat Jepang.
BAB IV
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambila adalah:
1. Dari dahulu masyarakat Jepang sudah menghormati dan menghargai kucing
sebagai hewan kesayangan Dewa Amaterasu (Dewa Matahari). Kucing menjadi
simbol kemakmuran dan keberuntungan dalam masyarakat Jepang.
2. Dalam pandang masyarakat Jepang Maneki Neko diyakini sebagai simbol
keberuntungan. Mitos keberuntungan yang terdapat dalam Maneki Neko sudah
diyakini dari dahulu melalui cerita atau legenda di zaman Edo, dimana keyakinan
kebenaran itu sudah tertanam dalam dihati masyarakat Jepang.
3. Setiap Maneki Neko yang dibuat memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan ini
bisa dilihat dari segi warna, bentuk, dan penempatan dimana seharusnya Maneki
Neko ini di letakkan. Kemudian agar Maneki Neko ini lebih mirip dari bentuk asli
kucing yang dipelihara di zaman Edo, maka Maneki Neko ini dilengkapi dengan
aksesori-aksesoris.
4. Maneki Neko dibuat dalam banyak bentuk, bisa dalam bentuk kucing, celengan,
mainan kalung dan sebagainya. Ini tergantung pembuatnya dan tergantung
permintaan pasar.
5. Nilai-nilai Mitos yang terdapat dalam Maneki Neko berbeda-beda. Tergantung
dari warnanya dan bentuknya. Tetapi yang lebih umum dan lebih dikenal sebagai
pembawa keberuntungan, Maneki Neko berwarna belang tiga warna putih, hitam
dan oranye (kucing belang).
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah:
1. Keakuratan data dalam pembahasan “Maneki Neko” dalam pandangan Jepang ini
sangat perlu sehingga penulis merekomendasikan agar penelitian yang akan
dilakukan berikutnya pada masalah yang terkait dengan ini agar lebih aktif dalam
pengumpulan data baik berupa buku maupun data dari internet sehingga
menunjang kelengkapan data, paling tidak mewakili data yang dibutuhkan.
2. Kebenaran atau tidak benarnya mitos dalam penulisan ini tergantung keyakinan
masing-masing. Penulis tidak memaksa untuk meyakininya 100%, penulis
menyarankan agar lebih dalam untuk mencari kebenaranya.
3. Sebelum melakukan penelitian pengumpulan data sebaiknya dilakukan beberapa
bulan sebbelum menentukan bahasan (judul) sehingga dapat ditentukan poin-poin
yang akan dibahas dan batasan-batasanya.
Daftar Pustaka
Abdurrahnab, Dudung.1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
B.Malinoswki. 1967. Sex, Culture and Myth. London:hlm 305
____________1954. Magic, Science and Religion. New York.hlm 85
____________ 1954. Magic, Science and Religion. New York.hlm 88
Crownia, Elsya. 2003. Mitologi Jepang. (htt//en.Wikipedia.org/wiki/Mitologi)
Danandjaja, Jammes. 1984. Folklere Indonesia;Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.
Jakarta: Grafik Pers.
__________1997. Folklor Jepang Dilihat Dari Kacamata Indonesia.Jakarta: Garafik Pres.
Dhavamony, Mariasusai. 2007. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius
Eliade, Mircea. 1969. “Myth” sebuah artikel dalam Encylopedia Britannica.xv.
Hlm.1134-5.
Fabelwesen, Kinderbuch dkk. 1996. Makhluk Dalam Legenda. Jakarta: Kencana Press.
Frazer, James. 1963. The Golden Bough ( A Studi in Magic and Religion ). London:
Abridged Edition.
Kiyoshi Sonobe dkk. 1965. Japanese Toys Playing With History. Tokyo:
Bijutsu Shuppan-shi.
Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi II. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Matsubara, Saburo, dkk. 1987. Sejarah Kebudayaan Jepang: Sebuah Perspektif
( terj. Oleh Siti Dahsiar Anwar). Kementrian Luar Negeri.
Minsarwati, Wisnu. 2002. Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Mulyadi. 2004. ‘Prosedor dalam Penelitian Bahasa’ dalam studi Kultura. USU Press.
Nio Joe Lan. 1878. Djepang Sepanjang Masa. Jakarta :PT.Kinta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Pustaka Pelajar.
Ross. Catries. 2007. Mistik Jepang. Yogyakarta. Pinus Book Publisher.
Sayidiman, Suryohadiprojo. 1982. Manusia dan Masyarakat Jepang Dalam Perjuangan
Hidup. Jakarta : Pustaka Bradja Guna.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Yawato, Aoi. 1953. Nihon no Ayumi to Sekai ( Perjalanan Jepang dan Dunia ). Tokyo :
Chukyosuihan Kapushiki Kaisha.
Htt://Wikipedia About The Cat.
Htt://Wikipedia.Maneki Neko.
Htt://Wikipedia.org/Wiki/kucing
www. Wikipedia.or.id
ABSTRAK
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
“MANEKI NEKO” DALAM PANDANGAN JEPANG
Bagi orang Jepang kucing adalah hewan teramat istimewa. Bahkan katanya orang
Jepang lebih suka memelihara kucing dari pada anjing. Kebiasaan memelihara kucing
sudah ada sejak zaman dahulu. Awalnya sejak kucing membantu mengusir tikus dari
pertania mereka.
Para kaisar yang pernah menduduki tahta pemerintahan Jepang katanya dahulu
juga suka memelihara kucing. Ini sebabkan karena adanya mitos turun-temurun yang
mengatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu, dewa matahari.
Sebagai hewan kesayangan dewa, barangsiapa yang memelihara kucing dengan baik,
maka akan mendapat balasan yang baik pula dari dewa. Sebaliknya, barangsiapa yang
menyakiti atau berlaku buruk terhadap kucing, maka akan mendapat kesialan dan
keburukan.
Itulah sebabnya, masyarakat Jepang suka memelihara kucing. Selain karena
hewan ini lucu, kucing juga dijadikan sebagai hewan pembawa keberuntungan. Karena
sangat mengagungkan kucing, katanya orang Jepang tidak akan memperlakukan jenazah
kucing sembarangan. Tradisi ini tetap berlaku sampai sekarang. Apabila ada kucing
peliharaan mereka mati, orang Jepang akan menguburkan jenazah kucing di pemakaman
khusus hewan seperti layaknya manusia. Mereka memasang dupa di kuburan kucingnya
dan mendoakan supaya arwah sang kucing diterima dikerajaan dewa.
Mitos yang mengatakan kucing sebagai hewan keberuntungan ada banyak. Salah
satunya mengatakan, barang siapa yang memelihara dan merawat kucing dengan baik,
maka akan mendapat balasan rahmat berupa rejeki dari dewa kemakmuran. Dan orang
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Jepang mempercayai ini. Dari mitos inilah lahir boneka “Maneki Neko”, yaitu boneka
atau patung kucing yang duduk dan melambaikan satu kaki depanya. Kita sering melihat
patung seperti ini di toko-toko. Patung ini adalah simbol rejeki atau kemakmuran.
Ada beberapa legenda atau cerita awal munculnya kucing “Maneki Neko”.
Seperti Legenda Kuil Goutokuji, Legenda Usugumo dari Yoshiwara, dan Legenda Tua
Wanita Imado. Inti dari legenda ini menceritakan seekor kucing yang menolong
seseorang sehingga dapat terhidar dari marabahaya. Kucing tersebut memberi isyarat
dengan tangannya untuk menyelamatkan seseorang dari bahaya. Dari cerita inilah lahir
boneka “Maneki Neko”.
Maneki Neko bagi masyarakat Jepang diyakini sebagai simbol keberuntungan.
Bagi yang membelinya, menghapkan keberuntung akan datang kedalam kehidupannya.
Selain itu, Maneki Neko dibuat dengan karakter yang berbeda-beda. Dari segi warna,
bentuk kaki, dan ornamen, menjadikan Maneki Neko lebih diminati oleh orang Jepang.
Setiap warna Maneki Neko memiliki nilai mitos tersendiri. Misalnya, hitam sebagai
warna pelindung dari arwah jahat, dan penyakit. Kuning keemasan sebagai simbol
kemakmuran, dan Maneki Neko warna belang (putih, hitam, oranye) sebagai simbol
keberuntungan.
Oleh karena itu, masyarakat Jepang menjadikan Maneki Neko sebagai suatu
simbol keberuntungan, kemakmuran, pelindung dan sebagainya. Namun ini semua adalah
mitos. Mitos yang sudah ada dari dahulu hingga sekarang. Mitos yang diceritaka dari
mulut kemulut dan masyarakat Jepang mempercayainya. Tidak semua orang Jepang bisa
memelihara kucing, karena alasan yang berbeda-beda, maka dibuatlah boneka atau
patung kucing “Maneki Neko” sebagai simbol keberuntungan.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN
Maneki Neko Warna Hitam
Keterangan : Maneki Neko hitam ini diyakini sebagai pelindung dari setan dan mencegah
datangnya setan.
( Sumber gambar: htt://www.Maneki Neko.or.jp/org.bri.html )
Maneki Neko Memegang Palu
Keterangan: Maneki Neko dengan ornament sedang memegang palu
( sumber: htt://www.Maneki Neko.or.jp/org.bri.html )
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Maneki Neko Memakai Kimono
Keterangan: Maneki Neko ini dibuat untuk menarik pelanggan, dengan keunikan
memakai kimono baju khas Jepang.
( sumber: htt://www.Maneki Neko.or.jp/org.bri.html )
Maneki Neko dengan enam ekor anak
Keterangan : karakter ini di yakini sebagai pembawa keberuntungan.
( sumber: htt://www.Maneki Neko.or.jp/org.bri.html
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Maneki Neko sedang Mengangkat tangan kanan dan kiri
Keterangan: sebagai pelaris, dilihat dari tangan mana yang di angkat.
( sumber: htt://www.Maneki Neko.or.jp/org.bri.html
Maneki Neko Tiga bersaudara
Keterangan : melambangkan kekempakan antara sesama manusia
( sumber: htt://www.Maneki Neko.or.jp/org.bri.html
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009.
USU Repository © 2009
Download