BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan telaah berupa penelitian terhadap konsep makna dalam Positivisme Logis Ayer didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Filsafat Ayer dapat dibagi menjadi empat tahapan, yakni Positivisme Logis, Fenomenalisme, epistemologi, dan konstruksionisme. Filsafatnya juga memiliki keterkaitan dengan banyak aliran dan pemikiran filsuf sebelumnya, di antaranya Empirikme Berkeley, Empirikme Hume, Moore dengan common sense-nya, Atomisme Logis Russell, Atomisme Logis Wittgenstein, dan Positivisme Logis Carnap. Khusus sebagai seorang penganut Positivisme Logis, boleh dikatakan Posivisme Logis Ayer adalah garis lurus dan pengembangan dari Positivisme Logis Lingkungan Wina. 2. Ayer adalah seorang penganut Positivisme Logis. Dia membagi proposisiproposisi menjadi dua bagian, yakni proposisi empirik dan proposisi analitis. Ayer melihat prinsip verifikasi adalah sebuah kriteria makna yang dapat menentukan mana proposisi yang bermakna dan yang tidak. Dia juga membagi prinsip verifikasinya dalam pengertian ketat (strong) dan longgar (weak). Verifikasi yang ketat masih dapat dijadikan fokus pertanyaan apakah termasuk verifikasi yang layak dipakai atau tidak? Sementara verifikasi yang longgar mendapat tuntutan untuk menjadi lebih diperlonggar lagi. Pembagian ini dilakukannya sebagai sebuah usaha untuk mendefiniskan kembali 167 168 verifikasi dalam pengertian yang lebih luas, karena sebelumnya Lingkungan Wina telah gagal melakukannya. 3. Konsep makna dalam Positivisme Logis Ayer memiliki implikasi terhadap filsafat dan ilmu. Implikasi terhadap filsafat dapat dilihat pada penolakannya terhadap pernyataan-pernyataan metafisik. Implikasi ini juga kemudian berlanjut pada implikasi turunan terhadap penolakan ungkapan-ungkapan etis dan teologi yang tidak dapat diverifikasi. Implikasinya terhadap ilmu dapat dilihat dari implikasinya dalam unifikasi ilmu dan terhadap metode ilmiah. Pengaruh terhadap metode ilmiah misalnya bahwa verifikasi dalam metode ilmiah tidak seharusnya hanya berupa verifikasi empirik secara langsung tapi juga verifikasi empirik tidak langsung atau hanya secara prinsip saja. 4. Kelemahan konsep makna dalam Positivisme Logis Ayer di antaranya berakar dari adanya paksaan untuk memberlakukan parameter fisika (fisikalisme) terhadap bidang ilmu lainnya, terutama filsafat. Padahal tidak semestinya seperti itu filsafat, misalnya, tentu memiliki parameternya sendiri. Namun demikian fisikalisme ini juga yang dipandang sebagai awal tumbuhnya kesadaran baru tentang pentingnya metodologi sebagai asumsi awal yang melatarbelakangi pelbagai kegiatan ilmiah. B. Saran Ada beberapa saran yang dapat diusulkan setelah uraian panjang tentang Positivisme Logis Ayer, yakni: 169 1. Usaha menghadapkan konsep makna dalam Positivisme Logis Ayer dengan persoalan-persoalan metafisika, etika dan teologi adalah sebuah usaha yang tidak pada tempatnya, karena penolakan Ayer terhadap ketiganya bukan pada kebenarannya, tapi pada ketidakbermaknaannya. 2. Banyak metode yang dipakai dan dikembangkan dalam bidang tertentu yang sangat terpaku pada verifikasi secara empirik langsung, seperti kedokteran, maka hal ini harus diubah harus ada usaha untuk verifikasi secara longgar.