I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reptil adalah hewan

advertisement
 I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reptil adalah hewan vertebrata yang terdiri dari ular, kadal cacing, kadal,
buaya, Caiman, buaya, kura-kura, penyu dan tuatara. Ada sekitar 7900 spesies
reptil hidup sampai saat ini yang mendiami berbagai tipe habitat beriklim sedang
dan tropis termasuk padang pasir, hutan, lahan basah air tawar, hutan bakau dan
laut terbuka (Klappenbach, 2013).
Dulu reptil dianggap menakutkan, harus dihindari bahkan dimusnahkan.
Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar reptil dikira sebagai hewan liar
yang berbahaya dan berbisa. Namun, sekarang ini pandangan itu telah berubah
dan banyak orang yang senang memelihara hewan melata ini karena keunikan
atau variasi warna dari reptil. Variasi dan keunikan-keunikan tersebut yang
menarik
perhatian
para
pecinta
satwa
untuk
menangkarkan
dan
mengembangbiakkan reptil.
Menurut Mardiastuti dan Soehartono (2002), perdagangan reptil
internasional sebagai binatang peliharaan telah dimulai tahun 1980. Pada tahun
1999, sebanyak 161 spesies reptil hidup tercatat diperjualbelikan. Contoh jenis
ular yang dipelihara adalah sanca batik (Broghammerus reticulatus) dan boa (Boa
constrictor). Bulan September 2010 dan April 2011, telah dilakukan penelitian
terhadap para pedagang reptil di Provinsi Maluku, Papua Barat dan Papua.
Beberapa spesies yang banyak diperdagangkan, diantaranya: ular piton hijau
(Morelia viridis), ular piton boelen (Morelia boeleni), kadal leher berumbai
1 2
(Clamydosaurus kingii), kadal lidah biru (Tiliqua Scincoides), dan beberapa
spesies dari biawak (Varanus spp.) (Lyons dan Natusch, 2011).
Powell (2005) menyatakan bahwa jenis ular sangat baik dijadikan binatang
peliharaan karena eksotik, indah dan unik, selain itu jenis iguana (Iguana iguana)
dan biawak air (Varanus salvator) cukup menarik untuk dipelihara. Permintaan
akan jenis reptil dari Indonesia bagian timur di pasar internasional cukup tinggi,
karena keindahan tubuh dan status keendemikannya (Mardiastuti, 2009).
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa jenis-jenis reptil yang
tercatat sebagai binatang peliharaan antara lain jenis kura-kura darat dan air, jenis
ular seperti Morelia viridis dan jenis phyton lainnya (Mardiastuti dan Soehartono
2003). Perdagangan ekspor binatang peliharaan mencapai puncaknya pada tahun
1990-an, dimana untuk jenis-jenis reptil yang menjadi komoditi dalam bisnis
binatang peliharaan antara lain Varanus salvator, Varanus salvadori dan beberapa
jenis sanca (Python spp.) dan boa (Boa constrictor). Di pasar internasional jenis
buaya, penyu, ular, kadal dan kura-kura mempunyai permintaan yang tinggi untuk
dijadikan hewan peliharaan, dengan kura-kura sebagai hewan yang paling banyak
diminati (Mardiastuti 2009).
Indonesia memiliki keanekaragaman reptil yang melimpah, berdasarkan
koleksi herpetofauna dari berbagai daerah di Indonesia yang tersimpan di
Museum Zoologi Bogor dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki sekitar 1.500
jenis reptil (Tjakrawidjaja, 2010). Negara-negara lain juga memiliki jenis-jenis
reptil yang sangat beragam, sehingga reptil juga menjadi komoditas impor. Reptil
impor atau reptil eksotik banyak diminati karena memiliki variasi warna yang
3
sangat beragam. Namun jika keberadaannya berlebihan dan tidak sengaja lepas ke
alam liar bisa berpotensi menjadi spesies invasif dan mengancam spesies lokal.
Contohnya adalah
spesies invasif oleh kura-kura brazil (Trachemys
scripta elegans) yang terjadi di Cina. Kura-kura brazil adalah kura-kura
semiakuatik dari family Emydidae. Kura-kura ini asli dari Amerika Serikat bagian
selatan. Kura-kura ini menjadi hewan peliharaan paling populer di Amerika
Serikat dan di seluruh dunia. Di Cina kura-kura brazil terdaftar sebagai spesies
eksotik karena membawa bakteri patogen Salmonella (Shen dkk., 2011).
Di Yogyakarta, beberapa pedagang pasar hewan maupun pemilik petshop
telah menawarkan reptil impor kepada kolektor reptil. Begitu pula dengan para
kolektor reptil yang membeli reptil impor melalui pedagang pasar hewan dalam
kota maupun luar kota. Sehingga reptil impor kini sudah banyak yang beredar di
Yogyakarta. Laporan kerja praktik oleh Putranto (2012)
dengan judul pola
distribusi kepemilikan reptil impor di yogyakarta, pada bulan Juli-Agustus 2012,
didapatkan data reptil eksotik sebanyak 72 spesies dipelihara penghobi reptil di
Yogyakarta. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis
reptil eksotik apa saja yang ada di Yogyakarta baik yang dipelihara maupun yang
sudah terlepas atau di lepas di alam. Bagaimana pula potensi dampaknya bagi
spesies reptil lokal yang ada di Yogyakarta.
4
B. Keaslian Penelitian
Penelitian yang sejenis sebelumnya pernah dilakukan di Jakarta dengan
judul penelitian “Perdagangan Reptilia Sebagai Binatang Peliharaan Di DKI
Jakarta” oleh Daniel (2011) dan “Perdagangan Reptil Indonesia Di Pasar
Internasional” oleh Mardiastuti dan Soehartono (2003). Penelitian yang saya
lakukan lebih khusus ke reptil impor yang ada di Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah jenis reptil impor yang dipelihara di Yogyakarta?
2. Apakah reptil impor tersebut terlepas atau dilepas dan ditemukan di alam?
3. Bagaimana potensi dampak terhadap reptil lokal di Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Mengindentifikasi jenis reptil impor yang dipelihara di Yogyakarta
2. Mengindentifikasi jenis reptil impor yang terlepas atau dilepas dan ditemukan
di alam
3. Mengetahui potensi dampak terhadap reptil lokal di Yogyakarta.
5
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan informasi tentang peta reptil impor atau
eksotik dan potensi dampaknya bagi ekosistem dan spesies lokal. Dengan data
tersebut diharapkan diambil kegiatan untuk meminimalkan dampak negatif dari
reptil Impor terhadap reptil lokal. Selain itu hasil penelitian ini bisa menjadi bahan
acuan pemerintah setempat untuk mengontrol keberadaan perdagangan reptil
Impor dan pemanfaatannya sebagai binatang peliharaan terutama di Yogyakarta.
Download