BAB III Metode Penelitian

advertisement
berisi keterangan dari sekuen DNA berupa
karakter angka, karakter huruf kecil dan
karakter huruf besar. Bagian ini dimulai dengan
simbol > dan dipisahkan dengan simbol | dan
berjumlah satu baris. Header file tersebut
digunakan sebagai identitas bagi suatu struktur.
Bagian kedua merupakan bagian isi yang
terdiri dari 70 pasang basa setiap barisnya.
Pasang basa yang dimaksud pada file berformat
ini berupa karakter A,C,G, atau T.
dengan memberikan masukan berupa file DNA
dan pesan
teks. Secara garis besar ada
beberapa langkah yang dilakukan dalam
melakukan tahapan ini yaitu pencarian
fragmen, pembuatan fragmen pesan, dan
penyisipan pesan. Tahapan penyisipan pesan
dapat dilihat pada Gambar 4.
File DNA
Pesan
Linear Congruential Generator (LCG)
Linear Congruential Generator (LCG)
merupakan suatu metode pembangkitan
bilangan acak yang paling banyak digunakan di
dunia, tapi sudah mulai digantikan dengan
metode baru. Kekuatan dari pembangkitan
dengan metode ini adalah kecepatannya dalam
melakukan
pemrosesan
karena
hanya
menggunakan sedikit langkah. Hal inilah yang
membuat metode ini banyak digunakan dalam
aplikasi penyisipan (Lomont 2008).
Pencarian
Fragmen
Konversi
Pesan
Penghitungan Jumlah
Fragmen Terpakai
Pembangkitan
Nilai Acak Awal
Rumus dari metode ini yaitu :
X n1=a X nb mod m
Xn+1 :
angka random
Xn
: angka random sebelumnya
a
: pengali
b
: penambah
m
: modulus
X0
: nilai awal
Pembuatan Marker
Pesan
Pengacakan Posisi
Fragmen
Pemotongan Pesan
Pembuatan Fragmen
Terakhir
METODE PENELITIAN
Metodologi yang digunakan pada penelitian
ini terdiri atas lima tahap. Penelitian diawali
dengan studi pustaka, penentuan topik,
kemudian dilanjutkan dengan perumusan
masalah. Pada tahap perumusan masalah,
penelitian yang akan dilakukan adalah
mengenai steganografi pada file DNA
berformat fasta dengan menggunakan metode
DNA rekombinan. Setelah itu, penelitian
dilanjutkan dengan tahap implementasi dan
analisis hasil.
Tahap Penyisipan Pesan
Dalam tahapan ini pesan (embedded
message) yang berupa teks disisipkan ke dalam
file DNA (cover object). Penyisipan dilakukan
Pembuatan Fragmen
Pesan
Penyisipan Pesan
Stego object
Key
Gambar 4 Tahap Penyisipan Pesan.
1 Pencarian Fragmen
Pada cover-object (file DNA) dilakukan
pencarian fragmen yang diapit oleh enzim
restriksi HaeIII. Fragmen dicari berdasarkan
4
pola E--E. E merepresentasikan struktur enzim
restriksinya. Simbol -- merupakan isi dari
fragmen.
Contoh fragmen :
GGCCAGCGTGCGTGGCGTGGGCC
2 Pengonversian Pesan
Pesan dan sekuen DNA memiliki bentuk
yang berbeda sehingga pesan
tidak bisa
langsung disisipkan ke dalam file DNA. Oleh
karena itu, pesan harus diubah terlebih ke
dalam bentuk DNA dengan aturan konversi
sebagai berikut:
00 : G
01 : A
10 : T
11 : C
Pesan yang berupa teks dipisah menjadi
karakter yang kemudian diubah menjadi bentuk
biner sesuai dengan kententuan ASCII. Kode
biner tersebut yang kemudian diubah menjadi
pasang basa dengan aturan konversi seperti
disebutkan sebelumnya.
3 Penghitungan Jumlah Fragmen Terpakai
Jumlah fragmen terpakai merupakan hal
yang penting karena nilai tersebut akan
digunakan sebagai batas atas rentang untuk
melakukan pengacakan nilai pada proses
selanjutnya. Nilai ini disesuaikan dengan
panjangnya pesan.
Proses penghitungan hanya merupakan
simulasi pemasukan pesan ke dalam fragmen.
Proses tersebut dilakukan hanya untuk
mendapatkan nilai jumlah fragmen tanpa
benar-benar memasukkan pesan. Penghitungan
kapasitas fragmen dapat dilakukan karena
panjang marker
dan panjang pesan per
karakter yang selalu tetap. Panjang marker
selalu bernilai 8 dan panjang pesan per karakter
selalu bernilai 4.
4 Pembangkitan nilai acak awal
Nilai acak awal merupakan nilai yang
penting. Nilai ini digunakan sebagai nilai awal
untuk membangkitkan nilai-nilai selanjutnya
pada proses pengacakan. Nilai ini juga
berfungsi sebagai key pada proses ekstraksi
pesan. Nilai acak awal didapatkan dari
pembangkitan nilai acak oleh fungsi random
pada .Net Framework. Nilai ini dibangkitkan
berdasarkan jumlah fragmen yang didapat pada
tahap ketiga sebagai batas atasnya.
5 Pembuatan Marker Pesan
Marker pesan merupakan sebuah sekuen
DNA yang terdiri atas 8 pasang basa. Adanya
marker pada sebuah fragmen merupakan tanda
bahwa pada fragmen tersebut terdapat pesan.
Marker terdiri atas dua jenis yaitu pada bagian
awal fragmen yang disebut sebagai header dan
pada akhir fragmen yang disebut sebagai
footer. Header dan Footer memiliki susunan
sekuen DNA yang sama. Penambahan marker
pada
tiap
fragmen
pesan
membuat
kemungkinan tingkat keunikan fragmen
menjadi lebih tinggi. Marker pesan tersebut
dibangkitkan
secara
acak.
Pengacakan
menggunakan metode linear congruential
generator (LCG). Metode ini digunakan karena
kecepatannya dalam pemrosesan.
Nilai a dan nilai b merupakan nilai
konstanta yang sama dengan nilai konstanta
yang dipakai oleh .Net Framework dalam
melakukan fungsi pengacakan. Nilai a yaitu
214013 dan nilai b yaitu 2531011.
Pola yang akan terbentuk pada fragmen
dengan menambahkan marker yaitu EH--FE.
E merepresentasikan enzim restriksinya.
Simbol -- merepresentasikan pesannya, H
merupakan header pesannya, dan F sebagai
footer pesannya.
6 Pengacakan Posisi Fragmen
Pada tahap ini, fragmen yang telah
didapatkan pada proses pencarian fragmen,
diacak posisinya. Pengacakan dilakukan
dengan menggunakan metode yang sama
dengan pembuatan marker pesan. Tujuannya
adalah agar tingkat keamanan pesan menjadi
lebih baik.
7 Pemotongan Pesan
Ukuran panjang fragmen yang didapatkan
tidak selalu sama dengan panjang pesan. Hal
ini mengharuskan pesan dipotong terlebih
dahulu sesuai panjang tiap fragmen.
Pemotongan pesan dilakukan berurutan mulai
dari awal pesan hingga seluruh pesan.
8 Pembuatan Fragmen Terakhir
Fragmen terakhir merupakan fragmen yang
berubah panjangnya ketika digantikan dengan
pesan. Hal ini terjadi dikarenakan panjang
5
pesan tidak selalu sama dengan panjang
fragmen.
Penambahan sekuen DNA setelah pesan,
dilakukan agar panjang fragmen menjadi sama
dengan panjang pesan. Sekuen DNA yang
ditambahkan yaitu sekuen yang dapat
diabaikan pada saat ektraksi pesan dan dapat
dianggap sebagai bukan pesan. Sekuen yang
ditambahkan adalah sekuen GGGG
yang
kemudian dilanjutkan dengan sekuen asli.
Sekuen GGGG memiliki arti nilai null pada
karakter ASCII. Sekuen GGGG digunakan
karena dapat berfungsi sebagai pembatas
bahwa pesan teks telah berakhir.
9 Pembuatan Fragmen Pesan
Setelah seluruh pesan telah siap,
dibentuklah fragmen yang sesuai panjangnya
dengan struktur EH--FE. E merupakan enzim,
H merupakan header, F merupakan footer, dan
simbol -- merupakan pesan. Fragmen dibentuk
hingga seluruh pesan masuk ke dalam fragmen.
10 Penyisipan Fragmen Pesan
Fragmen pada cover-object yang telah
terpilih diganti dengan fragmen pesan.
Penggantian dilakukan dengan cara mencari
fragmen asli yang kemudian digatikan dengan
fragmen pesan.
Dengan melakukan seluruh tahap tersebut,
maka akan menghasilkan file DNA yang telah
tersisipi pesan (stego-object) dan key untuk
ekstraksi pesan. Key merupakan nilai awal
yang dibangkitkan pada tahap 4. Key ini akan
digunakan untuk membangkitkan kembali
header pesan dan urutan asli fragmen. Contoh
langkah penyisipan dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Tahap Ekstraksi Pesan
Dalam tahapan ini, pesan diambil dari
stego-object. Untuk dapat mengekstraksi pesan
dibutuhkan stego-key yang didapat dari
penyisipan pesan sebelumnya. Langkah yang
dilakukan dalam pengekstaksian pesan dapat
dilihat pada Gambar 5.
1 Pembangkitan Marker
Marker pesan dibangkitkan berdasarkan
nilai key yang didapat. Pembangkitan
dilakukan dengan metode yang sama pada saat
penyisipan.
2 Pencarian Fragmen
Fragmen dicari berdasarkan pola EH--FE.
E merupakan enzim, H merupakan header, F
merupakan footer dan -- merupakan isi
fragmen.
File DNA
Key
Pembangkitan Marker
Pencarian Fragmen
Bangkitkan Urutan
Fragmen
Penyatuan Pesan
Konversi Sekuen DNA
File DNA
Pesan
Gambar 5 Tahap Ekstraksi Pesan.
3 Pembangkitan Urutan Fragmen
Fragmen yang didapat dari proses pencarian
merupakan fragmen dalam urutan acak. Oleh
karena itu, proses pembangkitan urutan
fragmen
harus
dilakukan.
Dengan
menggunakan key yang didapat dari tahap
sebelumnya, maka fragmen dapat dibentuk
kembali dengan metode pembangkitan
bilangan acak yang sama pada proses
penyisipan.
4 Penyatuan Pesan
Seluruh fragmen yang telah terurut tersebut
kemudian disatukan. Agar pesan pada fragmen
tersebut dapat diperoleh, marker dan enzim
yang melekatnya harus dibuang terlebih dahulu
dibuang, sehingga menghasilkan pesan yang
berbentuk sekuen DNA.
6
5 Pengkonversian Sekuen DNA menjadi Pesan
Pesan yang telah disatukan pada tahap
sebelumnya masih belum berupa pesan yang
sesungguhnya. Pesan masih berupa struktur
DNA. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengonversian pesan. Aturan konversi pada
tahap ekstraksi merupakan kebalikan dari
konversi pada tahap penyisipan. Contoh
langkah pengektraksian dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Setelah tahap penyisipan dan ektraksi pesan
dilakukan, maka selanjutnya adalah analisis
terhadap hasil yang diperoleh. Analisis
dilakukan dengan dua pandangan, yaitu dengan
file DNA sebagai cover-object dan DNA
manusia yang sesungguhnya yang menjadi
cover-object. Analisis yang dilakukan yaitu
analisis imperceptible, analisis fidelity, analisis
recovery, dan analisis keamanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Imperceptible
Proses penyisipan pesan pada penelitian ini
menghasilkan sebuah file DNA berformat fasta.
File tersebut berisi sekuen DNA yang secara
umum sulit untuk diketahui asli atau tidaknya.
Analisis tahap ini dilakukan untuk menguji
tingkat kecurigaan seseorang berdasarkan
indera penglihatan manusia.
Analisis imperceptible dilakukan dengan
menyebarkan kuisioner yang bertujuan untuk
mencari tahu apakah seseorang dapat
mengetahui keberadaan pesan di dalam suatu
file DNA. Kuisioner diberikan kepada 30
responden dari bidang ilmu yang berbeda.
Sepuluh responden berasal dari Departemen
Ilmu Komputer, sepuluh responden berasal dari
Departemen Biologi dan sepuluh responden
berasal dari Departemen Biokimia. Perbedaan
latar belakang bidang ilmu pada responden
membuat mereka melihat sekuen DNA dengan
cara pandang yang berbeda. Hal tersebut
dilakukan agar pengecekan keberadaan pesan
dilakukan oleh orang yang kurang lebih
mengerti tentang sekuen DNA atau tentang
steganografi.
Kuisioner berisi dua sekuen DNA dan dua
pertanyaan. Salah satu sekuen tersebut telah
disisipkan pesan. Sekuen pertama terdiri atas
1067 pasang basa dan sekuen kedua terdiri atas
1330 pasang basa. Kedua sekuen dipilih karena
memiliki panjang yang wajar untuk dilihat
secara visual manusia. Pertanyaan yang
diberikan berjumlah dua soal pilihan ganda.
Pertanyaan pertama terkait dengan keberadaan
pesan dalam ke dua sekuen DNA. Jika
responden mengetahui adanya pesan maka
responden memilih sekuen yang telah berubah,
tidak sesuai, atau terlihat aneh secara visual
manusia. Di lain pihak, pada pertanyaan kedua,
responden yang dirasa mengetahui bahwa ada
yang aneh pada salah satu atau kedua sekuen
DNA tersebut, untuk menyertakan alasan
mengapa mereka menganggapnya aneh.
Contoh kuisioner dapat dilihat pada Lampiran
3.
Kuisioner dinilai berdasarkan dua kriteria
utama, yaitu benar dalam menjawab dan salah
dalam menjawab. Responden yang menjawab
secara salah ataupun tidak tahu dan menjawab
secara benar dengan alasan yang tidak tepat
diartikan bahwa responden tersebut tidak
mengetahui keberadaan pesan. Responden jenis
ini dikategorikan menjawab salah. Di lain
pihak, responden yang menjawab secara benar
dengan alasan yang tepat diartikan responden
mengetahui bahwa ada yang janggal pada
sekuen DNA tersebut. Responden jenis ini
dikategorikan menjawab benar. Hasil kuisioner
untuk analisis imperceptible dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Kuisioner untuk Analisis Sifat
Imperceptible
Bidang Ilmu
Pilihan Jawaban
Salah
Benar
Ilmu
Komputer
9 orang
1 orang
Biokimia
9 orang
1 orang
Biologi
9 orang
1 orang
Total
27 orang
3 orang
Berdasarkan pada Tabel 1, dapat dilihat
bahwa bahwa 9 responden dari masing-masing
bidang ilmu tidak mengetahui secara pasti atau
tidak mengetahui adanya pesan dalam sekuen
DNA. Hanya 3 orang dari keseluruhan jumlah
responden
yang
berpendapat
mereka
mengetahui adanya perbedaan dan memberikan
7
Download