Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopaneaus ( vannamei)) pada Tambak Intensif di Kabupaten Takalar (Studi Kasus Usaha Tambak Udang Kurnia Subur) SKRIPSI ANDI TENRI LAWAPUTRI L 241 07 027 PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN KAMPUS TAMALANREA, MAKASSAR 90245 TELP. (0411) 586 025 587000, 588828 EMAIL : [email protected] ABSTRACT ANDI TENRI LAWAPUTRI. Financial feasibility analysis on the business vannamei shrimp (vannamei Litopaneaus) in intensive pond, in the district Takalar (case studies, business shrimp Kurnia Subur). Guided by Aris Baso and Djumran Yusuf. Research was conducted in August 2011 to September 2011 in the shrimp business Kurnia Subur in the district Takalar. Aiming to analyze the advantages and benefits and feasibility of a business vannamei shrimp (vannamei Litopaneaus) in intensive pond. This type of study is a case study. Collecting samples in this study carried out by census. Samples taken amounted to 26 people. The results revealed vannamei shrimp farming financially viable with the criteria of Net Present Value (NPV) obtained Rp. 1.795.791.822 greater than zero, Net B / C of 1.18% greater than 1 then it is worth to be developed and the internal rate of return (IRR) of 26% (greater than bank interest rates prevailing at the moment) then the business viable was developed. Key Word: Financial feasibility, farming, intensive pond, vannamei shrimp. ABSTRAK ANDI TENRI LAWAPUTRI. Analisis Kelayakan Finansial Usaha udang Vannamei (Litopaneaus vannamei) pada Tambak Intensif di Kabupaten Takalar (Studi Kasus Usaha tambak udang Kurnia Subur). Dibimbing oleh Aris Baso, Djumran Yusuf. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 sampai September 2011 di Usaha tambak udang Kurnia Subur kabupaten Takalar. Bertujuan untuk Menganalisis keuntungan dan manfaat serta kelayakan suatu usaha udang vannamei (Litopaneaus Vannamei) pada tambak Intensif. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Sensus. Sampel yang diambil berjumlah 26 orang. Hasil penelitian Usaha budidaya udang vannamei dinyatakan layak secara finansial dengan criteria Net Present value (NPV) yang diperoleh Rp. 1,795,791,822, lebih besar dari Nol, Net B/C sebesar 1.18 % lebih besar dari 1 maka layak untuk dikembangkan dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 26% (lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini) maka usaha ini layak dikembangkan. Kata Kunci: Kelayakan finansial, Budidaya, Tambak Intensif, Udang vannamei. I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan mempunyai panjang garis pantai 81.000 kilometer yang memiliki potensi- sumber daya lahan pantai pasang surut seluruhnya sekitar 7.000.000 ha. Dengan luas perairan tiga kali lebih luas dibanding daratan, Prospek sektor perikanan Indonesia sangat menjanjikan untuk dikembangkan, hal ini karena banyaknya permintaan komoditi perikanan dari konsumen negara luar, sehingga sangat menguntungkan bagi setiap perusahaan dalam mencari keuntungan dan mengembangkan usahanya (Dahuri, 2002). Pembangunan perikanan diarahkan untuk meningkatkan produksi perikanan guna memenuhi produksi pangan dan kebutuhan industri pangan dan kebutuhan indistri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan petani tambak, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya permintaan pasar, hasil perikanan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun keluar negeri, maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam usaha peningkatan produksi tambak udang, petani tambak diarahkan kepada penerapan sapta usaha pertambakan Usaha Tambak udang Kurnia subur seluas 6ha merupakan satu gagasan dari bapak Vincent Palilling untuk membuka usaha budidaya udang yang pada mulanya membudidayakan jenis udang Sitto untuk keperluan eksport sehingga membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar desa lagaruda kecamatan Sanrobone kabupaten Takalar untuk ikut sama-sama dalam pembudidayaan. Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan pada kegiatan akuakutur di Indonesia di antaranya adalah berasal dari kelas creustacea seperti udang, kepiting, dan rajungan. Jenis komoditas ini banyak dikembangkan karena sangat bernilai ekonomis penting, yang di antaranya memberikan kontribusi terbesar yaitu sekitar 65% terhadap nilai ekspor nilai hasil perikanan. Pada awalnya jenis udang yang di budidayakan adalah udang sitto yang merupakan indegeneus species Indonesia, setelah mewabahnya penyakit terutama WSSV (White Spot syndrome virus) yang menyebabkan udang banyak yang mati serta negaranegara penghasil udang lainnya juga mengekspor sehingga udang yang ditawarkan berlimpah dan harga udang dunia turun, maka diganti dengan udang vannamei tahun 2006 yang berasal dari Hawaii. Kehadiran jenis udang vannamei diharapkan tidaknya hanya menambah pilihan bagi petambak tapi juga menopang kebangkitan usaha pertambakan terutama komoditas udang, Introduksi jenis udang baru yang lebih unggul dan tahan penyakit tampaknya menjadi salah satu kunci perwujudan mimpi di atas, selain memperkaya dan menambah alternafit jenis udang baru yang lebih tahan penyakit, peluang investasi pertambakan udang diyakini bakal kembali prospektif, Apalagi hasil budidaya pada lahan uji coba di sejumlah daerah memang menunjukkan tingginya produktivitas dibanding perolehan hasil, semisal jenis udang windu yang telah di kenal sebelumnya. (Haliman, 2005) Hadirnya jenis udang vannamei yang memiliki sejumlah keunggulan dan prospek keuntungan lebih baik, maka investasi tambak udang vannamei sudah terlihat makin besar pada sejumlah sentra pertambakan di sejumlah daerah. Alasan para petani tambak untuk beralih ke udang vannamei karena udang vannamei termasuk dalam konsumsi rumah tangga memiliki sejumlah keunggulan antara lain lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap lingkungan, dan waktu pemeliharaan yang lebih pendek yakni sekirar 90-100 hari per siklus. Di samping itu, yang lebih penting adalah tingkat Survival rate-nya atau sintosan udang vannamei tergolong tinggi dan hemat pakan,(Haliman, 2005). Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Finansial usaha Udang vannamei (Litopaneaus vannamei) pada tambak Intensif (Studi kasus Usaha tambak udang Kurnia Subur) di Kabipaten Takalar METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini di laksanakan di Usaha tambak udang Kurnia Subur yang terletak di Dusun bonto ramba, desa Lagaruda, Kecamatan sanrobone, Kabupaten takalar. Lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa prospek pengembangan usaha budidaya udang vannamei (Litopaneaus vannamei) sangat baik untuk dikembangkan. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Agustus sampai September 2011. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang lebih terarah dan terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum sehingga mendapatkan gambaran yang luas dan lengkap dari objek yang diteliti (Daniel,2002). C. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel/responden dengan menggunakan metode sensus yaitu metode pengambilan sampel dengan mengambil semua individu yang ada dalam populasi sebagai sampel responden. Adapun jumlah responden yang menjadi sampel sebanyak 26 orang. Populasi dan sampel penelitian ini adalah pemilik dan pekerja tambak. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan keadaan di lokasi penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. 2. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada pihak terkait yang berkaitan dengan penelitian. E. Sumber Data Data yang dikumpulkan pada penelitian penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, dengan jenis data sebagai berikut : 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuisioner dan pengamatan (observasi) langsung di lapangan. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi i instansi terkait dengan masalah dan obyek yang diteliti. F. Analisis data Untuk menganalisis tantang kelayakan usaha (Litopaneaus Litopaneaus vannamei) di gunakan; 1. Net Present Value (NPV); atau Kriteria: NPV > 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan udang vanname 2. Net Benefit cost Ratio (Net B/C): Kriteria: Net B/C > 0, maka usaha layak untuk di lanjutkan Net B/C= 0, maka usaha impas Net B/C < 0, maka usaha tidak layak untuk dikembangkan 3. Internall Rate of Return (IRR) Kriteria: IRR > tingkat suku bungayang berlaku, maka usaha layak untuk di kembangkan IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tidak layak untuk di kembangkan. D. Konsep operasional 1. Udang vannamei merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan berluas sejumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh tubu ditutupi oleh karangka luar yang disebut eksoskeleton. (Ekor) 2. Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap (Ekor) 3. Padat penebarannya mencapai 900.000 benur/hektar, dengan target panen sekitar 1 ton (Ekor) 4. Benur yang ditebar mencapai 10juta dengan siklus panen 3-4 bulan. (Ekor) 5. Tambak Intensif adalah tambak dengan pematang semen (beton) atau Terpal, dengan pompa air, kincir, pakan 100% pelet dan tingkat penebaran di atas 40.000 per hektar. (Ha) 6. Luas wilayah sekitar 4 hektar dengan 9 tambak luas rata-rata tambak yakni 4000 meter dan 8000 meter yang berukuran besar (Meter) 7. Investasi ialah dana yang dikeluarkan untuk membiayai usaha budidaya udang vannamei pada saat sekarang. (Rp/Tahun) 8. Keuntungan adalah hasil yang diperoleh pembudidaya udang vannamei dari penerimaan setelah di kurangi dengan biaya total pengeluaran dalam melakukan usaha budidaya udang vannamei . (Rp/Tahun) 9. Biaya Penyusutan adalah biaya yang dihasilkan dari harga barang yang dibagi dengan umur penggunaan alat produksi dari budidaya udang vannamei (Rp/Tahun) 10. Penerimaan adalah total jumlah produksi udang hasil panen usaha budidaya udang vannamei dikali dengan harga ikan (Rp/Tahun) 11. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usaha budidaya udang vannamei yang nilainya konstan seperti Kolam, mesin, pipa, pemasukan dan pengeluaran air, sekop, center line, pompa dan keranjang (Rp/Tahun) 12. Biaya varibel adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usaha budidaya Udang vannamei yang nilainya berubah ubah tergantung besarnya kuantitas produk yang ingin dihasilkan seperti benur, pakan, kapur (CaCo3), kaporit, kaptan (kapur kasar), upah tenaga kerja (Rp/Tahun) 13. Pakan yang diberikan harus habis dikonsumsi oleh ikan dalam hitungan menit (3-5 menit). Bila lebih lama, akan terjadi overfeed alias kelebihan pakan. Pakan diberikan sebanyak 5 kali sehari. (kg) 14. Pakan pellet yang digunakan ebanyak 3,5 ton/perhari 15. Produktifitas adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan sumber-sumber ekonomi yang digunakan. 16. Survival Rate (SR) ialah Tingkat kelangsungan hidup menunjukkan persentase benur yang hidup, dengan rumus yang jumlah Individu yang ditebar dibagi dengan jumlah individu yang hidup dikali 100% HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Kegiatan Budidaya Udang Vannamei Pembesaran udang vannamei merupakan suatu kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan udang vannamei ukuran konsumsi. Dalam kegiatan, pembesaran ini udang vannamei didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran panen atau sesuai ukuran pasar. Tahapan kegiatan proses produksi udang vannamei adalah sebagai berikut. 1. Persiapan kolam Sebelum kolam digunakan pertama tama kolam dibersihkan dengan cara menyemprot air bertekanan dengan selang guna membersihkan dari lumpur, kemudian ditaburi dengan kapur dan kaptan (sejenis kapur kasar) lalu didiamkan selama 2 hari, setelah itu di aliri dengan air yang telah mengalami proses penyaringan. Dan dipasangi kincir. Kolam yang digunakan dalam budidaya udang vannamei (litopaneaus vannamei) adalah pola intensif yaitu kolam yang dilengkapi terpal menutupi semua bagian, pompa air, kincir, pakan 100% pelet dan tingkat penebaran yang tinggi. Jumlah kolam yang ada 9 petak, masing masing petak berukuran 4000m2 dan 1 kolam terbesar berukuran 8000m2 . total luas kolam secara keseluruhan sebesar 40.000m2 Kedalamam kolam budidaya udang vannamei rata rata 2,5 meter, ketinggian air dari dasar kolam 1,5 - 2 meter, setiap kolam memiliki 1 Center line yang berguna untuk menyedot lumpur, 2 jembatan piling serta 2 anco untuk mengecek kondisi udang, Setiap kolam mempunyai saluran pengisian dan pemasukan yang terpisah untuk keperluan penggantian,penyiapan kolam sebelum penebaran benih, sirkulasi air dan pemanenan. 2. Penebaran benur Penebaran benur adalah menempatkan benur udang dalam wadah budidaya dengan padat penebaran tertentu. Benur berasal dari balai benur yang telah memproduksi benur vannamei dengan ukuran berbeda-beda Berikut uraian kegiatan yang berhubungan dengan penebaran benur. a. Cara memperoleh Benur Benur vannamei berasal dari Makassar atau di datangkan dari Surabaya dan Lampung. Harga Benur vannamei sangat bervariasi, tergantung ukuran benur, wilayah, atau daerah tempat menjualnya. b. Syarat benur Benur Vannamei yang dipilih harus benar-benar baik dan sehat. Benur yang tidak baik gampang sekali terkena penyakit dan pertumbuhannya kurang optimal. Adapun syarat benur yang digunakan adalah: • Sehat • Tidak mengandung Virus c. Penebaran Benur Penebaran benur merupakan salah satu faktor yang menentukan dari kegiatan awal pemeliharaan Udang di kolam. Kesalahan dalam penebaran udang, baik cara maupun waktunya dapat menyebabkan benur stress dan akhirnya mati. Benur vannamei dapat ditebar jika kondisi kolam telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. • Persiapan Lahan Kering • Kolam dalam keadaan steril • Strerilisasi tanpa kepiting, udang liar dan hewan pengganggu lainnya • Kualitas air sudah memenuhi syarat untuk budidaya • Kantong berisi benur diturunkan kedalam kolam dan didiamkan selama 30 menit sampai benur bisa beradaptasi kemudian kantong dilepas secara perlahan d. Padat penebaran benur Padat penebaran benur yaitu banyaknya jumlah udang yang ditebarkan persatuanluas atau volume. Semakin tinggi padat penebaran benur, semakin intensif tingkat pemeliharaannya. Padat tebar benur untuk setiap kolam yaitu 100.000-120.000/m, luas kolam budidaya intensif yaitu rata rata 4000m2 yang berarti padat penebaran benur perkolam 500.000-600.000 ekor/kolam. Kecuali kolam terbesar padat penebarannya mencapai 1 juta benur. 3. Pengelolaan air Pengelolaan air,baik kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting diperhatikan, udang akan hidup sehat dan tumbuh maksimal apabila kualitas airnya sesuai dengan kriteria untuk pertumbuhan udang yang dipelihara. Jadi pengelolaan air ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi udang agar tetap bisa hidup dan tumbuh maksimal. Prinsip dalam pengelolaan air adalah sirkulasi dan penambahan air yang talah disaring disebabkan karena tingginya tingkat penguapan dan resapan air, system penyaringan air dimulai dari air laut yang dipompa kemudian masuk resepoan diendapkan untuk sterilisasi dalam kolam penampungan yang disebut Tandom, lalu dialiri ke tiap kolam budidaya. 4. Pemberian Pakan Menurut Djarijah (2001), pemberian makanan cukup untuk mensuplai kebutuhan energy dalam mempertahankan kelangsungan hidup benur. Pakan merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya udang vannamei. Kebutuhan pakan mutlak mengandalkan pakan buatan pabrik (pelet), pakan buatan pabrik lebih terjamin kualitasnya serta kandungan nutrisinya lengkap. Pemberian pakan diberikan semenjak ditebar dan adapun dosis yang diberikan yaitu: • Umur 1-15 hari =3x1 • Umur 15-30 hari =4x1 • Umur 30-panen =5x1 5.Penyakit Penyakit yang terkadang menyerang udang vannamei di Usaha tambak udang kurnia subur yaitu White Spot (bintik putih) dan beraputih dimana WS belum ada obatnya jika udang terindeksi penyakit tersebut maka dalam waktu yang sangat singkat, seperti pada musim lalu yakni masa tabur awal bulan ditahun 2011 seluruh benur yang ditebar Mati tanpa tersisa karena jika terindeksi penyakit ini maka akan menyebar/menular ke udang lainnya yang akan mengalami kematian berbeda dengan penyakit Beraputih dimana kotoran udang berwarna putih, jika terindeksi segera dilakukan suntik vitamin C. 6. Pemanenan Panen merupakan tahap akhir dari kegiatan budidaya udang vannamei. Waktu yang di butuhkan oleh pembudidaya untuk sekali panen adalah 3-4 bulan. Hal yang dilakukan dalam masa panen yakni memasangan jaring di saluran air lalu siapkan keranjang untuk menadah udang kemudian pintu air dibuka agar udang yang didalam kolam dapat keluar melalui saluran dan tertampung dalam keranjang jika sudah dilakukan sampai udang disemua kolam sudah habis maka semua udang yang bersada dalam dikeranjang kemudian dibawa ke tempat penimbangan. Jika tiba waktunya masa pemanenan setidaknya ada 30 orang yang bersal dari Surabaya dating ke lokasi tambak untuk sama sama para pekerja tambak untuk menimbangnya kemudian Udang vannamei yang telah dipanen langsung dibawa dengan mobil keluar area usaha tambak untuk kemudian dikirim ke Surabaya dan dijual ke perusahaan ataupun cold storage B. Analisis usaha budidaya udang vannamei (litopaneaus vannamei) Usaha perikanan yang dilakukan oleh seorang pengusaha atau pembudidaya harus menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu,perlu dilakukan analisis usaha. Analisis usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu jenis usaha. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengembalian investasi, tingkat keuntungan, maupun titik impas suatu usaha. 1. Investasi usaha Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha menurut soekartawi (2003), investasi merupakan konversi uang pada saat sekarang mempunyai hitungan untuk memperoleh arus dana atau penghematan arus dana di masa yang akan dating. Dapat juga berarti sebagai suatu tindakan melepas dana yang akan dating, investasi dapat juga diartikan sebagai pembentukan modal. Adapun jenis dan nilai investasi yang digunakan oleh usaha budidaya udang vannamei dapat dilihat pada tabel berikut: Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat total investasi usaha budidaya udang vannamei sebesar Rp.6.830.328.300, dengan nilai investasi tertinggi adalah lahan yang seluas 6 ha sebesar Rp.5.400.000.000, investasi Kincir, dengan investasi sebesar Rp.1.000.000.000, kemudian kolam nilai investasi sebesar Rp. 225,000,000, kemudian Center line nilai investasi sebesar Rp. 72.000.000, Tabel 4. Nilai Investasi Usaha Tambak udang Kurnia subur No Jenis Investasi 1 2 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah Lahan 6ha Kolam 9 Terpal 9 Center Line 9 Kincir 200 Anco 9 Keranjang 1000 Timbangan 100 Jaring pukat 35 Tabung oksigen 9 Bambu 90 Sekop 50 Pipa pemasukan dan 12 2 pengeluaran air 13 Genset 2 14 Blower 9 15 Rumah jaga 5 16 Ember 1000 Total Investasi Sumber: Data primer yang telah diolah, 2011 Total Harga (Rp) Rp.900.000.000 5,400,000,000 Rp. 20.000.000 180,000,000 Rp.5.000.000 45,000,000 Rp. 8.000.000 72,000,000 Rp. 5.000.000 1,000,000,000 Rp.33.000 297,000 Rp.15.000 15,000,000 Rp.58.500 5,850,000 Rp.66.500 2,327,500 Rp.940.000 8,460,000 Rp.4.320 388,800 Rp.41.600 2,080,000 Harga Satuan Rp.3.500.000 7,000,000 Rp.25.000.000 Rp.2.800.000 Rp.945.000 Rp.12.000 50,000,000 25,200,000 4,725,000 12,000,000 6.830.328.300 kemudian Genset nilai investasi sebesar Rp. 50.000.000, terpal nilai investasi sebesar Rp.45.000.000, blower sebesar Rp. 25.000.000, keranjang Rp. 15.000.000, ember Rp. 12.000.000, tabung oksigen sebesar Rp. 8.460.000, pipa pemasukan dan pengeluaran air sebesar Rp. 7.000.000, Timbangan sebesar Rp. 5.850.000, Rumah jaga sebesar Rp.4.725.000, sekop sebesar Rp.2.080.000, bambu sebesar Rp. 388.000, dan anco sebesar Rp. 297.000,. 2. Biaya usaha Biaya adalah salah satu faktor penentu kelancaran menjalankan suatu usaha. Hal ini disebabkan oleh besarnya tingkat produktivitas hasil panen tergantung pada berapa besar biaya yang dikeluarkan selama proses panen berjalan dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha bididaya akan menentukan besarnya harga pokok hasil panen. Ada dua jenis biaya yang digunakan dalam menjalankan suatu usaha yaitu biaya tetap (biaya penyusutan investasi) dan biaya variabel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Biaya tetap dan biaya variabel No Tahun Biaya Tetap (Rp) 1 2009 299,436,050 2 2010 299,436,050 3 4 5 2011 299,436,050 2012 299,436,050 2013 299,436,050 Total 1,497,180,250.00 Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2011 Biaya Variabel (Rp) 2,660,750,000 2,621,200,000 2,701,350,000 3,297,500,000 3,879,650,000 15,160,450,000 a. Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi dan tetap dikeluarkan walaupun suatu usaha tidak berproduksi lagi dalam hal ini biaya penyusutan alat. Penyusutan alat dapat terjadi karena pengaruh umur pemakaian. Pada biaya penyusutan ini dapat dihitung dengan cara membagi harga alat sebagai investasi dengan umur ekonomis/umur produktif alat tersebut. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa total rata-rata biaya tetap pertahun pada usaha budidaya udang vannamei di Kurnia subur yaitu sebesar Rp.1.497.180.250,. dimana biaya penyusutan di atas terdiri dari biaya penyusutan alat yaitu kolam, terpal, center line, anco, keranjang, timbangan, jarring pukat, tabung oksigen, bamboo, sekop, pipa pemasukan dan pengeluaran air, Genset, blower, rumah jaga dan Pajak bumi dan bangunan b. Biaya variable (variable cost) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya udang vannamei yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah produksi usaha budidaya udang vannamei, atau biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Komponen biaya variabel yang harus dikeluarkan pembudidaya udang vannamei di usaha tambak udang Kurnia subur adalah pembelian benur, pakan (pellet), kapur (CaCo3), kaptan (semacam kapur kasar),listrik, pemeliharaan terpal, upah tenaga kerja harian. Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat total rata-rata variabel adalah sebesar Rp14,063,450,000. Biaya variabel yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya berbeda-beda, hal ini dikarenakan pada musim tebar 1 pembudidaya lebih banyak benur yang berhasil dibesarkan dibandingkan pada musim tebar 2 karena pengaruh cuaca dan kondisi kolam yang tidak dapat terkontrol dengan baik. Untuk lebih jelasnya komponen biaya variabel pada usaha budidaya udang vannamei ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. benur/bibit Benur vannamei berasal dari Makassar atau biasa didatangkan dari Surabaya dan Lampung, benur ditebarsetelah sterilisasi kolam yakni kolam disemprot air memakai selang agar lumutnya hilang kemudian dijemur selama 1 hari kemudian diberi kapur dan kaptan (semacam kapur kasar) lalu diairi dan dipasangi kincir dan kaporit selama 3 hari. Adapun cara penebaran benur yakni benur didalam kantong plastic dicelupkan kedalam air lalu didiamkan selama 30 menit gunanya untuk proses adaptasi benur kemusian dilepaskan. Pembudidaya memerlukan benur sebanyak 14.000.000 benur pada tahun pertama dengan harga persatu benur Rp.20. pada tahun kedua sebanyak 14.000.000 benur dengan harga persatu benur Rp.20. pada tahun ketiga terjadi peningkatan yakni 20.000.000 benur karena disebabkan lahan yang sangat baik sehingga pembudidaya berani menebar benur dengan padat penebaran 1250 ekor per 1000m2 dengan harga persatu benur Rp.25,. pada tahun keempat terjadi penurunan penebaran benur disebabkan karena banyaknya pertimbangan, salah satunya yakni lahan yang kurang kondusif maka hanya ditebar 12.000.000 benur dengan harga persatu Rp.30. dan pada tahun kelima sebanyak 10.000.000 benur dengan harga persatu Rp.35. 2. Pakan Biaya pakan yang dikeluarkan untuk usaha budidaya udang vannamei di usaha tambak udang Kurnia subur bermacam macam tergantung banyaknya. Selama masa pemeliharaan yang harus diperhatikan yaitu pemberian pakan. Menurut Djarijah (2001), pemberian makanan cukup untuk mensuplai kebutuhan energy dalam mempertahankan kelangsungan hidup benur atau udang. Pakan yang digunakan adalah 100% pellet. Food Convertion ratio (FCR) yakni 1,5 kg yang berarti untuk menaikkan bobot udang 1,5 dibutuhkan pakan sebanyak 1,5 kg. adapun jumlah pakan yang digunakan pada tahun pertama sebanyak 200 ton, tahun kedua sebanyak 200 ton, tahun ketiga sebanyak 250 ton, tahun keempat sebanyak 150 ton dan terakhir tahun kelima sebanyak 135 ton. Banyaknya pakan yang digunakan tergantung pada berapa jumlah tebar benur, semakin banyak benur yang ditebar maka semakin banyak pula pakan yang diperlukan. 3.Kapur Fungsi dari kapur untuk menetralisir derajat keasaman tanah dasar kolam dan pH air, pH tanah dan air. 4.listrik Listrik mempunyai peran yang sangat penting dalam proses budidaya udang vannamei karena tanpa listri maka kinci, center line serta blower tidak dapat berfungsi. 5.Upah tenaga kerja Tenaga kerja yang direkrut oleh pembudidaya ikan nila adalah sebanyak 25 orang dan mempunyai peranan penting dalam keberhasilan proses budidaya udang vannamei. 3.Biaya total (total cost) Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), untuk lebih jelas besarnya biaya total yang dikeluarkan dalam usaha budidaya udang vannamei pda usaha tambak udang kurnia subur dapat dilihat ditabel berikut: Tabel 6. jenis dan nilai biaya total rata-rata pertahun usaha budidaya udang vannamei No Jenis Biaya Biaya tetap Biaya 2 variabel Total Biaya 1 Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Nilai rata-rata (Rp) Tahun 3 (Rp) 299,436,050 299,436,050 299,436,050 299,436,050 299,436,050 2,540,375,000 2,730,450,000 3,510,675,000 2,660,750,000 2,621,200,000 2,839,811,050 3,029,886,050 3,810,111,050 2,960,186,050 2,920,636,050 Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp) Sumber: Data primer yang telah diolah, 2011 Berdasarkan tabel 6. di atas dijelaskan bahwa biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap ( Fixed cost) dan biaya variabel ( variabel cost) yaitu pada tahun pertama total biaya adalah Rp. 2,960,286,050 pada tahun kedua total biaya Rp. 2,920,636,050 pada tahun ketiga total biaya adalah Rp. 3,000,786,050 pada tahun keempat total biaya adalah Rp.3,596,936,050 dan pada taun kelima total biaya adalah Rp. 4,179,086,050 4.Penerimaan Usaha Penerimaan adalah jumlah hasil panen dikali dengan harga udang yang berlaku pada saat itu. Musim panen ada 2 musim yaitu musim tebar 1 (Bulan Januari- bulan april) dan musim tebar 2 ( bulan Juli- bulan Oktober ). Adapun harga dan jumlah produksi/kg rata-rata pertahun usaha budidaya udang vannamei dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Nilai priduksi dan harga rata-rata tiap tahun usaha budidaya udang vannamei No Tahun Produksi (kg) Harga satuan (Rp) 1 2009 240000 33500 2 2010 200000 35000 3 2011 106250 35000 4 2012 204000 35000 5 2013 224000 40000 Sumber: Data primer yang telah diolah, 2011 Berdasarkan tabel 7. di atas dapat diketahui produksi rata rata udang vannamei pertahun dengan harga rata-rata pertahun meningkat. Pada tahun 2009 total produksi sebesar 240.000kg dengan harga satuan Rp.335000,. tahun 2010 total produksi sebesar 200,000 kg dengan harga satuan Rp.35.000,. tahun 2011 total produksi sebesar 106,250 kg dengan harga satuan Rp.35.000,. tahun 2012 total produksi sebesar 204,000 kg dengan harga satuan Rp.35.000,. tahun 2013 total produksi sebesar 224,000 kg dengan harga satuan Rp.40.000,. Adapun rata-rata penerimaan pertahun dari usaha budidaya udang vannamei d usaha tambak udang kurnia subur dapat dilihat pada table berikut: Tabel 8. Nilai rata rata penerimaan pertahun budidaya udang vannamei di usaha tambak udang kurnia subur No Tahun Total/Tahun (Rp) Persentase(%) 1 2009 8,040,000,000 23.06 2 2010 7,000,000,000 20.08 3 2011 3,718,750,000 10.67 4 2012 7,140,000,000 20.48 5 2013 8,960,000,000 25.70 Total 34,858,750,000 100 Sumber : data primer yang telah diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 8. di atas dapat diketahui bahwa total rata-rata penerimaan pada usaha tambak udang Kurnia subur selama 5 tahun adalah sebasar Rp.34.858750.000., dengan rincian pada tahun pertama rata-rata penerimaan adalah sebesar Rp. Rp. 8,040,000,000 pertahun dengan persentase 23.06%, pada tahun kedua rata-rata penerimaan adalah sebesar Rp.7.000.00.000 pertahun dengan persentase 20.08%, pada tahun ketiga rata- rata penerimaan adalah sebesar Rp. 3,718,750,000 pertahun dengan persentase 10.67%, pada tahun keempat rata-rata penerimaan adalah sebesar Rp. 7,140,000,000 pertahun dengan persentase 20.48%, pada tahun kelima rata-rata penerimaan adalah sebesar Rp. 8,960,000,000 pertahun dengan persentase sebesar 25.70%, Nilai rata-rata penerimaan pada usaha budidaya udang vannamei pada tambak usaha Kurnia subur berubah tiap tahunnya hal ini disebabkan oleh padat penebaran, keadaan kolam yang tidak menentu dan harga udang tiap tahun meningkat, serta adanya penyakit White spot (bintik putih) yang menyebabkan gagal panen pada musim tebar pertama tahun 2011. 5. Keuntungan Usaha Keuntungan usaha merupakan hasil penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Adapun keuntungan yang diperoleh pembudidaya udang vannamei pada usaha tambak udang Kurnia subur, pertahun dapat dilihat pada table berikut Tabel 9. Total keuntungan pertahun budidaya udang vannamei di usaha tambak udang Kurnia subur No Tahun TR TC TR-TC 1 2009 8,040,000,000 2,960,186,050 5,079,813,950 2 2010 7,000,000,000 2,920,636,050 4,079,363,950 3 2011 3,718,750,000 3,000,786,050 717,963,950 4 2012 7,140,000,000 3,596,936,050 3,543,063,950 5 2013 8,960,000,000 4,179,086,050 4,780,913,950 Total 18,201,119,750 Sumber: Data primer yang telah diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa total keuntungan usaha budidaya udang vannamei selama 5 tahun adalah sebesar Rp. 18.201.119.750 jumlah keuntungan pada tahun pertama adalah sebesar Rp. 5,079,813,950 pada tahun kedua adalah sebesar Rp. 4,079,363,950 Pada tahun ketiga adalah sebesar Rp. 717,963,950 pada tahun keempat adalah sebesar Rp. 3,543,063,950 dan pada tahun kelima adalah sebesar Rp. 4,780,913,950 Keuntungan pembudidaya udang vannamei berubah-ubah tiap tahunnya, hal ini dikarenakan padat penebaran yang tidak menentu, adanya gagal panen dan kondisi lahan/kolam. C. Analisis Kelayakan Finansial Studi kelayakan pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan layak atau tidak layaknya suatu gagasan usaha, dengan kata lain studi kelayakan harus dapat memutuskan apakah suatu gagasan perlu diteruskan atau tidak. Kemudian untuk menilai investasi layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan, maka dapat digunakan aliran kas (Cash Flow) usaha selama periode tertentu yang dapat dihitung berdasarkan penerimaan dan biaya suatu usaha. Aliran kas dari usaha budidaya udang vannamei pada tambak intensif di usaha tambak udang Kurnia Subur. Dapat dilihat pada lampiran Untuk mengetahui tingkat keuntungan dan kelayakan usaha yang dijalankan, maka dilakukan pendekatan analisis sebagai berikut: 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah dihitung berdasarkan selisih antara nilai sekarang penerimaan yang akan diterima dari hasil penjualan produksi dikurangi dengan nilai sekarang atas biaya yang akan dikeluarkan selama umur proyek (Pasaribu, dkk 2005) Nilai bersih sekarang atau Net present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV yaitu menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibanding dengan cost (biaya). Berikut ini tabel tentang nilai NPV pada unit usaha budidaya udang vannamei: Tabel 10. Nilai Net Present Value (NPV) budidaya udang vannamei di Usaha tambak udang Kurnia Subur DF Tahun Benefit Cost Net benefit PV net Benefit (18%) 0 0 9,790,514,350 (9,790,514,350) 1 (9,790,514,350) 1 8,040,000,000 2,960,186,050 5,079,813,950 0.847 4,302,602,416 2 7,000,000,000 2,920,636,050 4,079,363,950 0.718 2,928,983,316 3 3,718,750,000 3,000,786,050 717,963,950 0.609 437,240,046 4 7,140,000,000 3,596,936,050 3,543,063,950 0.516 1,828,220,998 5 8,960,000,000 4,179,086,050 4,780,913,950 0.437 2,089,259,396 NPV 1,795,791,822 Sumber: Data primer yang telah diolah, 2011 Berdasarkan tabel 10. di atas dapat diketahui bahwa usaha budidaya udang vannamei di kurnia subur didapatkan NPV sebesar Rp. 1.795.791.822 hal ini berarti usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif dan NPV negative yang menunjukkan gambaran beberapa kali lipat benefit yang diperoleh dengan cist yang dikeluarkan. Perhitungan Net B/C diperoleh dengan membagi hasil diskon total produksi dengan total biaya yang telah didiskon atau membagi NPV yang mempunyai nilai yang lebih besar dari nol dengan NPV yang kurang dari nol. Berikut tabel nilai Net B/C pada usaha budidaya udang vannamei: Tabel 11. Nilai Net Benefit Cost ratio (B/C) pada usaha tambak udang Kurnia Subur No Uraian Nilai 1 Σ NPV (+) 11,586,306,172 2 Σ NPV (-) (9,790,514,350) Net B/C (1.18) Sumber: Data primer yang sudah diolah, 2011 Berdasarkan tabel 11. di atas hasil perhitungan finansial unit usaha budidaya budidaya udang vannamei sebesar 1.18 Data tersebut menunjukkan pula bahwa hasil Net B/C lebih besar dari 1 (satu), maka usaha budidaya udang vannamei layak untuk dikembangkan. 3.Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah untuk mengetahui sebagai alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga keuangan yang menbiayai proyek. Pada dasarnya IRR adalah memperlihatkan bahwa Present Value (PV) benefit akan sama dengan present value (PV) cost dengan kata lain bahwa IRR tersebut menunjukkan NPV = 0 dengan kata lain untuk mencari IRR kita harus menaikkan Discount factor (DF) adalah merupakan opportunity cost of capital (Pasaribu dkk, 2005). Berikut tabel IRR pada usaha budidaya udang vannamei di usaha tambak udang Kurnia subur. Untuk menganalisis IRR lebih dahulu ditentukan nilai NPV positif yang mendekati nol dan nilai NPV negative yang mendekati nol. Tabel 12. Nilai Internal Rate of return (IRR) budidaya udang vannamei pada usaha tambak udang kurnia subur Tahun Benefit Cost Net Benefit DF (26%) PV Net Benefit DF (27%) PV Net Benefit 0 0 9,790,514,350 (9,790,514,350) 1 (9,790,514,350) 1 (9,790,514,350) 1 8,040,000,000 2,960,186,050 5,079,813,950 0.794 4,033,372,276 0.787 3,997,813,579 2 7,000,000,000 2,920,636,050 4,079,363,950 0.63 2,569,999,289 0.62 2,529,205,649 3 3,718,750,000 3,000,786,050 717,963,950 0.5 358,981,975 0.488 350,366,408 4 7,140,000,000 3,596,936,050 3,543,063,950 0.397 1,406,596,388 0.384 1,360,536,557 5 8,960,000,000 4,179,086,050 4,780,913,950 0.315 1,505,987,894 0.303 1,448,616,927 NPV 84,423,472 (103,975,231) Sumber: Data primer yang telah diolah, 2011 Berdasarkan hasil analisis, diperoleh NPV’ Rp. 84.423.472 pada tingkat bunga 26% dan nilai NPV” Rp.-103.975.231 Pada tingkat bunga 27% i IRR= 26%+ NPV I" I " 84.423.472 (27-26)% 84.423.472 - (-103.975.231) IRR = 26% + 0.4481 (1%) IRR =26,4481 % Hasil analisis dari kedua nilai NPV dan tingkat bunga ini diperoleh nilai IRR sebesar 26 Nilai yang diperoleh ini lebih besar dari nilai tingkat suku bunga bank yang berlaku yaitu 18% dari bunga bank. Dengan demikian pada criteria penilaian bahwa suatu usaha menguntungkan apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, maka usaha budidaya udang vannameei ini layak untuk dikembangkan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian pada usaha budidaya udang vannamei pada usaha tambak udang Kurnia subur maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Total Rata-rata keuntungan usaha budidaya sebesar Rp.3,640,223,950 udang vannamei pada tahun pertama adalah sebesar Rp.5,079,813,950 Jumlah keuntungan pada tahun kedua sebesar Rp.4,079,363,950 pada tahun ketiga adalah sebesar Rp. 717,963,950 pada tahun keempat adalah sebesar Rp.3,543,063,950 Dan pada tahun kelima adalah sebesar Rp.4,780,913,950 2. Usaha budidaya udang vannamei dinyatakan layak secara finansial dengan criteria Net Present value (NPV) yang diperoleh Rp. 1,795,791,822, lebih besar dari Nol, Net B/C sebesar 1.18 % lebih besar dari 1 maka layak untuk dikembangkan dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 26% (lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini) maka usaha ini layak dikembangkan B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disarankan bahwa: • .Agar para petambak harus lebih memperhatikan dan mengantisipasi serangan penyakit yang biasa menyerang pada udang vannamei DAFTAR PUSTAKA Dahuri, R 2002. www.google.com Usaha pertambakan udang vannamei prospektif BPEN. Jakarta Demersal, 2005. Pusat informasi dan pelayanan masyarakat. Sekretariat jendral departemen kelautan dan perikanan. Haliman, RW dan D Adijaya, 2003. Udang vannamei “seri agribisnis pembudidaya dan prospek pasar udang putih dan tahan penyakit penebar swadaya. Jakarta http://www.dprdsulsel.go.id/anggota.php. http://en.wikipedia.org/wiki/Hurricane_Alex_2004 Karaessang, 2003 Analisis kelayakan usaha budidaya udang windu di kab.Pinrang. Nurdin, N. 2006 www.google.com. Tiap tahun, produksi rumput laut 97 ton areal tambak naik 100% kembangkan budidaya udang vannamei, Samarinda. Nurdjana, M 2006 www.google.com. DKP revitalisasi 140rb Ha tambak udang tradisional, Jakarta Pasaribum A, Amiluddin, dan D.Yusuf. 2005. Perencanaan dan evaluai proyek perikanan Lephas. Unhas Prasetyo, 2005 Metode penelitian kualitatif Singarimbun, M dan S,effendi 1995 Metode penelitian survey LP3ES Jakarta Soetarno, 2001, budidaya udang : Aneka ilmu. Semarang.