AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (wight) Walp) DAN PENGARUHNYA TERHADAP STIMULASI PARASIMPATIK PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA HYPOGLYCAEMIC EFFECT OF ETANOLIC EXTRACT OF Syzygium polyanthum wight. Walp LEAVES AND PARASYMPHATIC STIMULATION IN RABBIT AFTER GLOCUSE LOADING Djoko Wahyono1) dan Susanti2) Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fak. Farmasi UGM 2) Laboratorium Farmakologi Fak. Farmasi Univ. Muh. Purwokertro 1) ABSTRAK Uji aktivitas hipoglikemik ekstrak etanolik 30% dan 70% daun salam (Syzygium Polyanthum (wight) Walp) pada kelinci jantan yang dibebani dengan glukosa menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05). Kandungan yang teridentifikasi dengan metoda kromatografi lapis tipis dalam ekstrak tersebut adalah golongan flavonoid. Tanda-tanda stimulasi terhadap saraf parasimpatik tidak terlihat setelah perlakuan dengan estrak etanolik daun Syzygium Polyanthum (wight) Walp tersebut. Kata kunci : Aktivitas hipoglikemik, stimulasi saraf parasimpatik, Syzygium Polyanthum (wight) Walp. ABSTRACT Hypoglycaemic activity of 30% and 70% ethanolic extract of Syzygium polyanthum (wight) Walp leaves has been done by glucose loading methode in rabbit. The result showed that those ethanolic extract decreased significantly the rabbit glucose blood level (p<0,05). Flavanoid groups were detected in these ethanolic extract. The parasymphatic nerves were not influenced by this extract. Key words : Hypoglycaemic activity, Parasymphatic Nerve Stimulation, Syzygium Polyanthum (wight) Walp. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan nabati untuk pengobatan secara tradisi sudah dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Salah satu bahan nabati yang digunakan adalah daun salam (Syzygium polyanthum (wight) Walp), yakni sebagai penurun kholesterol, pengobatan hipertensi, diare, dan terapi biabetes melitus (Dalimartha, 2000). Infus daun salam dengan kadar 35% dilaporkan mempunyai efek penurunan kadar gula darah setelah pembebanan dengan glukosa pada kelinci setara dengan glibenklamid dosis lazim (Ariyanti, 2005) Stimulasi sistem saraf otonom parasimpatis dapat mempengaruhi pelepasan insulin dari kelenjar pankreas, yang akibatnya dapat menurunkan kadar glukosa darah Efek sebaliknya terjadi pada stimulasi saraf simpatik, yakni akan menghambat pelepasan inasulin dari kelenjar pankreas (Mycek, 1995 ; Price and Wilson, 2002). Stimulasi saraf parasimpatik ini pada model percobaan farmakologi dapat diamati pada binatang percobaan, misalny mencit, yakni dengan melihat tanda-tanda aktivitas parasimpatik pada binatang percobaan tersebut, antara lain miosis, salivasi, urinasi, tremor, dan memerahnya telinga (Turner dan Hebborn, 1965; Higley, 2000 ; Vogel, 2002). Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat aktivitas ekstrak etanolik daun salam terhadap penurunan kadar gula darah setelah pembebanan glukosa dan pengaruhnya terhadap perangsangan saraf parasimpatik. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Daun salam (Syzygium polyanthum (wight) Walp), yang diperoleh dari kawasan agrowisata Baturraden, Purwokerto (Sisa bahan disimpan di Lab. Farmakologi Univ.Muh.Purwokerto). CMC, dan glibenklamid mutu farmasetis, etanol, dan kit GOD-PAP untuk tes glukosa darah. Binatang percoabaan : kelinci jantan (bb : 1,5 – 2,5 kg). Alat Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu), dan alat-alat gelas lazim Jalannya Penelitian 1.Pembuatan Ekstrak : Daun salam dicuci dengan air, dikeringkan, kemudian diserbuk dan diayak dengan ayakan A100, kemudian dibuat ekstrak dengan maserasi dengan etanol 30%, 70%, dan 90%. Uji efek hipoglikemik : tiga macam kadar ekstrak etanolik Syzygium, akuades (kontrol negatif), dan glibenklamid 0,33 g/kg BB kelinci (kontrol positif) diberikan secara oral terhadap kelinci (masing2 3 ekor kelinci) yang sebelumnya dipuasakan selama 24 jam. Pembebanan glukosa (1 g/kg BB) dilakukan 30 menit kemudian. Kadar glukosa darah ditetapkan pada menit-menit ke 90, 120, 150, dan 180 setelah pemberian glukosa dengan metoda glocose tolerance-test menggunakan pereaksi GOD-PAP. Efek hipoglikemik dihitung dengan membandingkan besarnya daerah dibwah kurva (Area Under the Curve = AUC) antara kadar glukosa darah lawan waktu dari ketiga akstrak etanolik dengan glibenklamid dan akuades (sebagai kontrol negatif). 2.Pengukuran stimulasi saraf parasimpatik Timbulnya gejala stimulasi parasimpatik meliputi respon miosis, salivasi, warna merah pada daun telinga, diare, dan tremor dicatat dan dihitung jumlah hasil observasi positif, kemudian dibandingkan terhadap jumlah observasi total dikalikan faktor berat badan. Jml obrvasi positif Brt bdn Efek stimulasi parasimpatik(%) = ---------------------- X ---------- x100% Jml total observasi Brt bdn HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar glukosa darah kelinci setelah pembebanan glukosa yang diikuti dengan perlakuan ekstrak etanolik daun salam terlihat pada tabel I dan gambar 1. Terlihat bahwa kenaikan kadar gula darah mencapai puncak pada menit ke 150 setelah pembebanan dengan glukosa 1g/kgBB. Kadar gula darah normal rata-rata kelinci jika hanya diberi perlakuan dengan akuades adalah berkisar antara 49,05 mg/dL sampai dengan 72,03 mg/dL. Setelah perlakuan dengan Glibenklamid 330 mg/kgBB menunjukkan penurunan kadar gula darah menjadi rata-rata 29,92 mg/dL.sampai 38,39 mg/dL (Tabel I). Sedangakan pemberian ekstrak etanolik daun salam 30% dan 70% menunjukkan penurunan kadar gula darah berturut-turut menjadi 29,81 mg/dL sampai dengan 43,63 mg/dl dan 32,21 mg/dL sampai 43,64 mg/dL. Pemberian ekstrak etanolik 90% daun salam tidak menurunkan kadar gula darah, yakni tetap sekitar pada kadar 38,87 mg/dL sampai 60,45 mg/dL. Daerah dibawah kurva (Area Under the Curve = AUC) antara kadar glukosa darah lawan waktu disajikan pada Tabel II. Harga AUC setelah pemberian akuades (perlakuan kontrol negatif) adalah sebesar 211,23 mg.jam/dl. Pemberian Glibenklamid menyebabkan penurunan besarnya AUC menjadi 127,71 mg.jam/dL.. Pemberian ekstrak etanolik daun salam 30% dan 70% menunjukkan penurunan AUC menjadi berturut-turut sebesar 153,92 mg.jam/dL dan 164,25 mg.jam/dL. Sedangkan setelah pemberian ekstrak alkohol 90% daun salam AUC menjadi 186,42 mg.jam/dL. Dari data AUC dianalisa secara statistik menggunakan analisis varian pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam perlakuan (F tabel< F hitung). Uji statistik dilanjutkan dengan uji pasangan (pair-test) menggunakan metode Least Significant Different (LSD). Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik 30% dan 70% daun salam menimbulkan efek hipoglokemik yang signifikan (p<0,05), jika dibandingkan terhadap kontrol negatif (setelah pemberian akuades). Kedua kadar ekstrak etanolik tersebut memberikan efek hipoglikemik yang sama besarnya (p>0,05) dengan efek yang ditimbulkan oleh glibenklamid (dosis 0,33 mg/kgBB), yakni memberikan penurunan AUC masing-masing : glibenklamid memberikan penurunan sebesar 39,78%, ekstrak etannolik 30% sebesar 27,02 %, dan ekstrak etanolik 70% sebesar 22,23%. Sedangkan ekstrak etanolik 90% tidak memberikan efek hipoglikemik (p>0,05), yakni menurunkan AUC sebesar 11,85% jika dibanding kontrol negatif (pemberian akuades). Identifikasi kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap ekstrak etanolik daun salam. Identifikasi diarahkan kepada kelompok flavonoid. Dengan menggunakan Silisc-gel GF-254 dan pelarut campuran dari butanol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 4 : 1 : 5 dan menggunakan glikosida flavonoid rutin sebagai pembanding (Harborne, 1987). Hasilnya terlihat pada gambar 2. Tabel. 1. Purata kadar glukosa darah (mg/dL) dengan dan tanpa perlakuan ekstrak etanolik daun Salam (Polyanthum (wight.) Walp), setelah pembebanan dengan glukosa 1 g/kgBB pada kelinci jantan (N=3) Waktu Purata kadar glukosa darah (X ± SD)(mg/dL) pada kelinci jantan (N=3) (menit ke) Kelompok Kelompok Kelompok III Kelompok IV Kelompok I II V 0 49,05±27,25 38,39±21,61 41,49±24,17 46,64±27,20 46,49±25,76 90 60,81±33,33 29,92±16,59 43,63±26,05 42,14±24,66 42,58±27,11 120 63,44±36,46 31,01±13,46 34,00±21,47 32,21±21,17 60,45±36,11 150 72,03±45,35 35,10±19,63 30,83±21,37 34,05±18,90 60,45±36,11 180 59,17±33,38 34,90±18,84 29,81±13,39 33,53±18,43 38,87±21,33 Keterangan : Kelompok I : glukosa dan akuades Kelompok II : glukosa dan glibenklamid 0,33 mg/kg BB Kelompok III: glukosa dan ekstrak etanolik 30% daun salam Kelompok IV: glukosa dan ekstrak etanolik 70% daun salam Kelompok V : glukosa dan ekstrak etanolik 90% daun salam Purata Kadar Glukosa Darah (mg/dL) 80 70 60 Kelompok I 50 Kelompok II 40 Kelompok III 30 Kelompok IV 20 Kelompok V 10 0 0 90 120 150 180 Waktu (menit) Gambar 1. Kurva kadar gula darah dengan dan tanpa perlakuan ekstrak etanolik daun salam setelah pembebanan dengan glukosa 1 g/kg BB pada kelinci jantan (N=3). Keterangan : Kelompok I : glukosa dan akuades Kelompok II : glukosa dan glibenklamid 0,33 mg/kg BB Kelompok III : glukosa dan ekstrak etanolik 30% daun salam Kelompok IV : glukosa dan ekstrak etanolik 70% daun salam Kelompok V : glukosa dan ekstrak etanolik 90% daun salam Tabel 2. Daerah dibawah kurva (AUC) kadar glukosa darah kelinci lawan waktu dengan dan tanpa perlakuan ekstrak etanolik daun salam (Polyanthum (wight) Walp) dari menit ke-0 sampai dengan menit ke 180 (N=3). AUC kadar glukosa darah lawan waktu (mg.jam/dL) (N=3) Kelinci Kelompok Kelompok Kelompok III Kelompok IV Kelompok I II V 1 224,67 144,05 170,44 173,49 183,99 2 241,82 98,77 135,98 150,71 189,95 3 167,08 140,35 155,37 168,50 185,32 X ± SE 211,23±22,61 (100,00%) 127,71±15,52 (60,22%) 153,92±9,97 (72,98%) 164,25±6,91 (77,77%) 186,42±4,41 (88,15%) Penurunan AUC 0 (39,78%) (27,02%) (22,23%) (11,85%) Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V : glukosa dan akuades : glukosa dan glibenklamid 0,33 mg/kg BB : glukosa dan ekstrak etanolik 30% daun salam : glukosa dan ekstrak etanolik 70% daun salam : glukosa dan ekstrak etanolik 90% daun salam Dari pengamatan dengan sinar UV pada gelombang 254 nm terlihat bahwa bercak ekstrak etanolik daun salam menunjukkan harga Rf yang sebanding dengan rutin sebagai standard. Hal ini memberikan indikasi bahwa didalam ekstrak etanolik daun tersebut mengandung senyawa flavonoid. Hasil pengamatan stimulasi saraf parasimpatik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik daun salam tidak memberikan pengaruh terhadap saraf parasimpatik). Hal ini dibuktikan dengan tidak munculnya tandatanda tremor, merahnya daun telinga, uriner, dan salivasi pada kelinci setelah pemberian ekstrak etanolik 30%,70%, dan 90% daun dalam (jumlah observasi stimulasi positif = 0). Dari kenyataan ini terlihat bahwa mekanisme aksi ekstrak etanolik daun salam tidak melalui perangsangan parasimpatik, yang dapat memacu sekresi insulin dari sel-sel β pankreas. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sukati Kadis dan Elly Wahyudin (2006) terhadap infus klika pule (Alstonia scholaris L) menunjukkan hasil yang sejenis dengan penelitian ini, yakni bahwa infus klika pule tidak memberikan stimulasi terhadap saraf parasimpatik. Berbeda dengan daun sambiloto (Andrgraphis paniculata Nees), herba ini menunjukkan efek parasimpatomimetik, yang diperkirakan efek stimulasi terhadap saraf parasimpatik inilah yang dapat meberikan stimulasi sekresi insulin dari sel-sel β pankreas , sehingga dapat menurunkan kadar gula darah setelah pemberiam herba sambiloto (Kus Haryono dan Elly Wahyudin, 2006). Oleh karenanya perlu penelitian lebih lanjut terhadap kemungkinan mekanisme efek hipoglikemik ekstrak etanolik daun salam ini. Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan R 90 70 30 Gambar 2. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak etanolik daun Salam (Polyanthum (wight.) Walp) menggunakan fase gerak campuran butanol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 4 : 1 : 5, pada sinar UV 254 nm Keterangan: R : pembanding glikosida flavonoid rutin 90 : ekstrak etanolik 90% daun salam 70 : ekstrak etanolik 70% daun salam 30 : ekstrak etanolik 30% daun salam KESIMPULAN Ekstrak etanolik 30% dan 70% daun salam (Polyanthum (wight) Walp) terlihat memberikan efek hipoglikemik pada kelinci setelah mendapat pembebanan glukosa. Sedangkan ekstrak etanolik 90% daun tersebut tidak memberikan efek. Pengaruh terhadap stimulasi saraf parasimpatik tidak nampak setelah perlakuan ekstrak etanolik tersebut. Hasil kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa kandungan terbesar yang terdeteksi adalah golongan flavonoid. UCAPAN TERIMAKASIH Terimaksih disampaikan kepada saudara Laeli Fitriyati yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Terimaksih juga disampaikan kepada Universitas Muhammadiyah Purwokerto atas dukungan sebagian dana penelitian ini. Kepada Prof. Suwidjijo Pramono, diucapkan terimaksih atas saran dan koreksinya. DAFTAR PUSTAKA Aryanti, 2005, Uji Antidiabetika Infusa Daun Salam Syzygium Polyanthum (wight) Walp pada kelinci jantan yang dibebani glukosa serta kromatografi lapis Tipisnya, Skripsi, Purwokerto, Fakultas Farmasi UMP, 37-42 Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Ed.II, Jakarta, Trubus Agriwidya, 162-163 Harborne, 1987, Metoda Fitokimia Penuntun Cara Modern menganalisis Tumbuhan, Edisi III (Terjemahan) Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro, ITB, Bandung, 74. Higley, L.G. 2000, Understanding Pharmacology, a Physiologi Approach, Appleton & Lange., Stamfort – Connecticut Kus Haryono dan Elly Wahyodin, 2006, Mekanisme hipoglikemik herba Sambiloto (Andrographis paniculada Nees) pada hewan uji, Majalah Obat Ttradisonal, Vol. 11, No. 37, 36 – 38. Mycek, M.J., 1995, Lippincott’s Illustrated Review : Pharmacology, Terjemahan , Azwar Agoes, Widya Medica, Jakarta, 35-80 Price, S.A., and Wilson, L.M., 2002, Pathophysiology : Clinical Concept of Disease Processes, Terjemahan, Brahm U. Pendit, EGC, Jakrta, 622-634 Sukati Kadis dan Elly Wahyudin, 2006, Korelasi efek hipoglikemik dan tanda-tanda Parasimpatomimetik Infus Klika Pule (Alstonia scholaris L.) pada mencit jantan, Majalah Obat Tradisional, Vol. 11, N0. 37, 26 – 28 Turner, R. A. and Hebborn P., 1965, Screening Methods in Pharmacology, Academic Press, New York, 135 – 138. Vogel H. G., 2002, Drug Discovery and Evaluation, Pharmacological Assays, 2nd Ed., Springer-Verlag, Berlin, 948 – 986. Alamat korespondensi Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM, Sekip Utara Yogyakarta E-mail : [email protected]