BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan obat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan obat-obat yang berasal dari hasil alam terlihat makin meluas
dewasa ini. Hasil alam yang banyak digunakan dalam pengobatan berasal dari
tanaman. Untuk dapat dipergunakan sebagai obat maka suatu tanaman, kecuali
menuntut
terciptanya
teori-teori
yang
mantap,
mendambakan
pula
pengembangan pengetahuan yang lebih luas dalam penggunaan praktis obat-obat
tersebut. Salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia, tumbuh liar di
hutan-hutan, ada juga yang ditanam orang di halaman dan di kebun-kebun sebagai
tanaman buah-buahan serta banyak digunakan untuk memelihara ulat sutera,
adalah tanaman murbei (Morus alba L.). Tanaman murbei mempunyai nama
daerah yang berbeda-beda misalnya besaran, bebesaran, kitau, mulberry. Secara
tradisional daun murbei berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah (Heyne;
1950; Mardisiswojo dan Radjakmangunsudarso, 1965; Perry, 1980; Dalimartha,
dkk., 2007).
Perkembangan teknologi dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat di
Indonesia dalam pelayanan kesehatan sudah mengenal serta menggunakan konsep
ekstrak. Untuk mendapatkan ekstrak yang dikehendaki yaitu ekstrak tersandar,
baik sebagai bahan baku, bahan antara ataupun bahan produk, merupakan ekstrak
yang
harus dapat dipertanggung jawabkan mutu dan keajegan kandungan
kimianya. Apabila senyawa aktif yang dikandung simplisia telah diketahui, maka
1
akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat untuk
membuat suatu ekstrak. Jika tidak dinyatakan lain digunakan etanol 70 % sebagai
pelarut pada pembuatan ekstrak (Perry, 1980). Iptek kedokteran mulai dapat
membuka diri pada konsep ekstrak terstandar sebagai bentuk obat multikomponen yang dapat dipertanggung jawabkan dari aspek konsep keamanan,
farmakologi dan khasiatnya (Dalimartha dkk., 2007).
Mengingat sampai saat ini masih banyak
masyarakat yang menderita
hipertensi, baik itu dari golongan rendah, menengah maupun tinggi dan juga
untuk mengimbangi penggunaan obat-obat sintetis yang kecuali mahal harganya
juga dapat menimbulkan efek yang tidak dikehendaki si penderita misalnya :
kaptopril mempunyai efek samping pruritis, angioderma, pusing, dispnea,
impotensi, rasa kering di mulut, fatigue, batuk (Dalimartha dkk., 2007) maka
perlu alternatif obat antihipertensi yang lain. Telah diketahui pada penelitian
Aminah (2009) bahwa pemberian dekokta daun murbei intra vena 0,1 mL/kg
berat badan dapat menurunkan tekanan darah arteri anjing pada percobaan akut
serta dapat meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah perifer dengan sangat
bermakna.
Dalam penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa daun murbei
mengandung biflavonoid yang tersusun oleh flavon dengan 3’,4’dihidroksi dan
auron dengan 5,4’ dihidroksi, senyawa kumarin yang struktur parsialnya
mengarah pada eskuletin dan flavonoid rutin. Ketiganya mempunyai aktivitas
menurunkan tekanan darah arteri (Aminah dan Pramono, 2013). Penelitian yang
dilakukan oleh Nie dkk., (2012) terhadap daun murbei (Morus cathayana Hermst.
var. Cathayana) menunjukkan bahwa sebagian besar flavonoid dalam sampel
2
eksperimental adalah rutin. Beberapa flavonoid telah dibuktikan melalui uji in
vivo pada kucing teranestesi mampu menurunkan tekanan darah yaitu apiin dan
apigenin dari seledri, luteolin dari tempuyung, rutin dan kuersetin dari daun ketela
pohon, ketekin dari daun teh, narangin dan naringenin dari kulit buah jeruk.
Faktor yang berpengaruh pada tekanan darah arteri antara lain adalah frekuensi
denyut jantung dan vasodilatasi pembuluh darah perifer (Folkow dan Neil, 1971;
Rushmer, 1976 ; Keele dkk., 1982; Seeley dan Stephens, 2008). Oleh karena itu
daun murbei mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi suatu produk
yang berpotensi di dalam mendukung pelayanan kesehatan.
Untuk dapat diberikan pada penderita, suatu obat harus diberikan dalam
bentuk sediaan. Banyak sediaan obat yang dapat dibuat untuk dapat digunakan
penderita antara lain bentuk sediaan yang digunakan secara per oral. Pada
umumnya penderita hipertensi adalah golongan dewasa yang umumnya tidak
kesulitan dalam mengkonsumsi obat dalam bentuk sediaan per oral. Rute oral
adalah rute yang paling umum untuk penghantaran obat-obatan karena sederhana
untuk diaplikasikan dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien sehingga kualitas
hidup meningkat. Namun, penyerapan melalui obat yang diberikan per oral
dibatasi oleh berbagai hambatan fisiologis dan tetap menjadi tantangan ilmiah.
Sistem penghantaran obat berukuran
nanometrik
memberikan potensi yang
menjanjikan untuk penghantaran obat oral. Banyak teknologi yang telah diajukan
untuk meningkatkan ketersediaan hayati atau penargetan obat setelah pemberian
oral. Untuk tujuan itu, enkapsulasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi
hambatan tersebut (Roger dkk., 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
3
Stojanovic dkk.( 2012)
menunjukkan potensi enkapsulasi polifenol tanaman
untuk meningkatkan fungsionalitas dan stabilitas dalam produk makanan
menggunakan bahan hidrogel. Salah satu senyawa yang
merupakan polimer
mukoadesif dengan sifat dapat meningkatkan permeasi dengan memfasilitasi
pembukaan tight junction adalah kitosan (Dudhani dan Kosaraju, 2010) dan
kitosan ini dapat digunakan untuk pembentukan enkapsulasi.
Flavonoid merupakan konstituen utama dalam daun murbei (Morus alba
L, .) dan memiliki berbagai aktivitas farmakologis (Wang dkk., 2008). Senyawa
flavonoid
yang terdapat dalam daun murbei antara lain rutin dan kuersetin
mempunyai kelarutan dalam air
sangat rendah
kira-kira
0,12 dan < 0.01
gram/liter pada 20o C (Chebil dkk., 2007), sehingga absorpsi dari kedua senyawa
tersebut kurang baik. Kuersetin mengalami degradasi dalam cairan usus dan
absorpsinya terbatas pada pemberian oral (Zhang. dkk., 2008). Oleh karena itu
enkapsulasi merupakan cara yang dapat diharapkan dalam melindungi flavonoid
tersebut pada sediaannya. Untuk dapat berefek obat-obat yang digunakan melalui
rute per oral harus dapat terlepas dari zat pembawanya dan dapat diabsorpsi dalam
saluran pencernaan (Ansel dkk., 2005; Ritschel dan Kearns, 2004). Oleh karena
itu perlu adanya studi absorpsi terhadap zat aktif pada ekstrak daun murbei,
dengan demikian penurunan tekanan darah yang terjadi didukung dengan data
adanya
kemampuan zat aktif dapat menembus membran pada saluran
pencernaan. Selanjutnya juga diperlukan data pola penurunan tekanan darah
arteri sebagai fungsi waktu setelah pemberian obat, dalam hal ini adalah ekstrak
daun murbei terenkapsulasi.
4
Publikasi mengenai manfaat ekstrak daun murbei yang dienkapsulasi
sampai sekarang belum ditemukan, dengan demikian daun murbei menarik untuk
diteliti dengan menentukan pembuatan ekstrak untuk mendapatkan ekstrak
terstandar dalam hal ini kadar zat aktif, kemudian dilakukan enkapsulasi terhadap
ekstrak tersebut, serta dilakukan studi absorpsi in vitro dan in vivo menggunakan
ekstrak terenkapsulasi.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diajukan perumusan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Berapa banyak kandungan senyawa rutin dan kuersetin dalam ekstrak
daun murbei?
2. Bagaimana pembuatan ekstrak daun murbei terenkapsulasi?
3. Bagaimana
absorpsi in vitro dan in vivo
ekstrak daun
murbei
terenkapsulasi?
4. Apakah
ekstrak daun murbei
terenkapsulasi menunjukkan efek
penurunan tekanan darah?
5. Bagaimana korelasi antara kadar obat yang diabsorpsi dengan penurunan
tekanan darah?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan terhadap daun murbei bahwa dalam daun
5
murbei diketahui antara lain mengandung biflavonoid, senyawa kumarin yang
struktur parsialnya mengarah pada eskuletin, flavonoid rutin. Kecuali itu
penelitian tentang penentuan pembuatan ekstrak daun murbei, pembuatan ekstrak
daun murbei terenkapsulasi, kajian absorpsi in vitro dan in vivo ekstrak daun
murbei terenkapsulasi sebagai penurun tekanan darah, korelasi kadar obat yang
diabsorpsi dengan penurunan tekanan darah belum pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang pernah dilakukan meliputi pengaruh dekokta daun murbei
terhadap tekanan darah arteri, frekuensi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh
darah perifer merupakan penunjang dalam
penelitian ini. Oleh karena itu,
sepengetahuan penulis belum ada penelitian tentang pembuatan ekstrak daun
murbei terenkapsulasi, uji absorpsi in vitro dan in vivo serta korelasi antara
penurunan tekanan darah dengan kadar obat yang diabsorpsi. Hal ini dibuktikan
dengan penelusuran pustaka dengan browsing Google Scholar dan Pubmed.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna :
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang obat-obatan dengan
informasi ilmiah yang bersifat dasar dan terapan khususnya informasi
penurunan tekanan darah ekstrak daun murbei dalam bentuk enkapsulasi.
2. Untuk pengembangan penelitian sumber daya alam yaitu tanaman
khususnya yang berkhasiat sebagai penurun tekanan darah.
3. Sebagai dasar pengembangan penelitian penurunan tekanan darah dengan
6
bahan tanaman murbei.
4. Sebagai dasar ilmiah penggunaan ekstrak daun murbei terenkapsulasi
sebagai penurun tekanan darah.
E.Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengkaji manfaat ekstrak daun
murbei sebagai penurun tekanan darah dengan mengkaji pembuatan ekstrak daun
murbei terenkapsulasi dan kemungkinan pegembangan daun murbei (Morus alba
L.) untuk diformulasikan dalam suatu sediaan obat.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Menentukan kandungan rutin dan kuersetin dalam ekstrak daun murbei.
2. Menentukan pembuatan ekstrak daun murbei terenkapsulasi
3. Menentukan
absorpsi in vitro dan in vivo
ekstrak daun
murbei
terenkapsulasi.
4. Menentukan pengaruh ekstrak daun murbei terenkapsulasi terhadap
tekanan darah
5. Menentukan korelasi antara kadar obat yang diabsorpsi dengan penurunan
tekanan darah.
7
Download