BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

advertisement
BAB 3
OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
3.1.
Objek Penelitian
3.1.1. Sejarah Perusahaan
Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan
terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air
Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah
tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan
komersial dimulai pada 1938.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para
karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian
mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN
TABA).
Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang
selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan
Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program
pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan
Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember
2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek
Indonesia dengan kode “PTBA”.
34
Perseroan senantiasa berusaha menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
yang baik, mencakup azas transparency, accountability, responsibility,
independency dan fairness, secara seimbang dengan pembangunan nilai-nilai dan
budaya perusahaan yang tertuang dalam rumusan kode etik serta budaya
perusahaan.
Tujuan Penerapan GCG (Good Coorporate Governance) di Perseroan
adalah:
a. Mengendalikan dan mengarahkan hubungan antara Pemegang Saham, Dewan
Komisaris, Direksi, karyawan, pelanggan, mitra kerja, serta masyarakat dan
lingkungan.
b. Mendorong dan mendukung pengembangan Perseroan.
c. Mengelola sumber daya secara lebih amanah.
d. Mengelola risiko secara lebih baik.
e. Meningkatkan pertanggungjawaban kepada stakeholders.
f. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan Perseroan.
g. Memperbaiki budaya kerja Perseroan.
h. Meningkatkan citra Perseroan (image) menjadi semakin baik.
Pada tahun 2010 Perseroan melaksanakan beberapa upaya perbaikan tata
laksana dan peningkatan kualitas penerapan GCG, diantaranya:
a. Perusahaan dibantu konsultan telah mengembangkan soft structure GCG
yang baru, yaitu: Panduan Kerja Bagi Dewan Komisaris dan Direksi (Board
Manual), GCG Code, Code of Conduct
b. Salah satu Soft Structure GCG adalah Code of Conduct yaitu Suatu Pedoman
Perilaku bagi seluruh Jajaran Perseroan. Code of Conduct ini telah
35
disosialisasikan kepada seluruh Jajaran Perusahaan yang menjelaskan
tentang:
1) Kebijakan tentang Benturan Kepentingan
2) Kebijakan tentang Larangan Pemberian dan Penerimaan Hadiah, Suap
dan sejenisnya.
3) Kebijakan tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
4) Tata Laksana Sistem Pelaporan Pelanggaran.
5) Pelaksanaan lembar kepatuhan terhadap Pedoman perilaku yang harus
ditandatangani oleh setiap pegawai.
3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
PT BUKIT ASAM Tbk (PTBA), berupaya untuk menempatkan diri
sebagai perusahaan stakeholder terkemuka di kawasan Asia Tenggara, dan
berlanjut ke manca Negara dengan penjualan energi kelas dunia yang peduli
lingkungan, mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi
korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi
lingkungan.
3.1.3. Bidang Usaha
Bisnis utama dari PTBA adalah pertambangan batubara, dengan sektor
bisnis
pertambangan
dan
sub
sektor
pertambangan
batubara. Selain
pertambangan batubara, PTBA juga mempunyai usaha mengembangkan dan
memproduksi briket batubara sebagai bahan bakar alternatif bagi industri kecil
maupun menengah.
Unit bisnis yang terdiri dari 2 unit yaitu:
36
1.
Unit Bisnis Pertambangan Batubara
a. UPT (Unit Pertambangan Tanjung Enim), berlokasi di Sumatera Selatan
menerapkan teknologi tambang terbuka (open pit mining). Tambang yang
beroperasi di UPT saat ini meliputi: Tambang Air Laya (TAL), Tambang
Muara Tiga Besar Utara (MTBU), Tambang Muara Tiga Besar Selatan
(MTBS), Klawas Tengah Utara (KTU) dan tambang Banko Barat.
b. Unit Pertambangan Ombilin (UPO) terletak di Sawah Lunto, Sumatera
Barat yang menerapkan teknologi tambang terbuka (open pit mining) dan
tambang dalam (underground). Lokasi tambang terbesar di: Kandi, Sapan
Dalam, Sawah Rasau, Tanah Hitam, Sawah Luhung, Waringin, Sugar,
dan Sigalut. Dengan semakin menipisnya cadangan batubara di Tambang
Terbuka Ombilin sehingga tidak ekonomis lagi untuk di tambang maka
pada tahun 2002 Perseroan menutup kegiatan tambang terbuka,
selanjutnya dikembangkan saat ini adalah tambang dalam, dan untuk
mendukung kegiatan pemasaran batubara, saat ini perseroan mengelola 1
(satu) pelabuhan dan 2 (dua) dermaga khusus batubara yaitu:
1) Pelabuhan Tarahan
2) Dermaga Kertapati
3) Dermaga Teluk Bayur
2. Unit Bisnis Briket
Dengan 3 (tiga) pabrik briket yang berlokasi di: Tanjung Enim – Sumatera
Selatan, Natar – Lampung, dan Gresik – Jawa Timur. Kapasitas pabrikpabrik tersebut mencapai 25.000 ton per tahun.
37
3.1.4. Struktur Organisasi
Perseroan menerapkan struktur organisasi yang dinamis, efisien dan
efektif sesuai dengan perkembangan industri serta dalam rangka mencapai
pertumbuhan
kinerja
yang
optimal.
Struktur
organisasi
yang
mampu
mengakomodir tuntutan pengembangan usaha harus disertai kemampuan untuk
mengarahkan semua sistem yang terlibat di dalamnya agar bekerja lebih efisien,
efektif dan produktif.
Struktur organisasi kami diformulasikan berdasarkan spesialisasi dan
fungsi masing-masing anggota di dalam unit kerja perusahaan. Struktur ini
mampu mengantisipasi kebutuhan organisasi yang lebih baik dan kinerja yang
lebih efisien dalam mencapai target dan tujuan perusahaan.
Organ Perusahaan terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Dewan Komisaris dan Direksi yang masing-masing mempunyai peran penting
dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Organ Perseroan ini menjalankan
fungsinya berdasarkan prinsip bahwa masing-masing organ berdiri secara
independen dan menjalankan tugas, fungsi dan tanggung-jawabnya semata-mata
untuk kepentingan Perseroan.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan instansi tertinggi
dalam Perseroan, wadah para pemegang saham untuk bertindak secara setara
dalam mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam
dalam Perseroan, namun tidak dapat mengintervensi keputusan operasional yang
menjadi wewenang Dewan Komisaris dan Direksi.
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum atau khusus, serta memberi nasihat kepada Direksi.
Sedangkan Direksi merupakan Organ Perseroan yang berwenang dan
38
bertanggung-jawab penuh atas kepengurusan Perseroan sehari-hari dan bertindak
semata-mata untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.
Susunan Dewan Komisaris Perusahaan adalah sebagai berikut :
Komisaris Utama
: Patrialis Akbar
Komisaris
: Robert Heri
Komisaris
: Thamrin Sihite
Komisaris
: Imam Apriyanto Putro
Komisaris Independen
: Suranto Soemarsono
Komisaris Independen
: Abdul Latief Baky
Susunan Dewan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut :
Direktur Utama
: Milawarma
Direktur Keuangan
: Achmad Sudarto
Direktur Pengembangan Usaha
: Anung Dri Prasetya
Direktur Operasi/Produksi
: Heri Supriyanto
Direktur SDM & Umum
: Maizal Gazali
Direktur Niaga
: M. Jamil
39
Bagan struktur organisasi perusahaan :
Sumber (www.ptba.co.id)
Gambar 3.1. Struktur Perusahaan PTBA
40
3.2.
Desain Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah
kualitatif, dimana penulis mengetahui secara jelas apa yang akan ia teliti. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan harga
saham PTBA, dan memberikan sinyal buy, hold, sell. Sehingga dengan penelitian
ini, dapat memberikan kesimpulan akan perkembangan harga saham terutama
batubara yang ada di Indonesia untuk kita pelajari dalam berinvestasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan penelitian ini akan
memberikan kesimpulan yang jelas terhadap PTBA, dan mengetahui kinerja dari
perusahaan PTBA ini.
3.2.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder yang diperoleh
dari chart nexus untuk mengambil harga saham PTBA periode Januari 2011Januari 2013.
3.2.3. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Transaksi beli dilakukan jika ditemukannya indikasi bullish dalam
indikator MA, RSI, atau BB. Apabila setelah membeli saham, ditemukan
lagi indikasi bullish maka saham tersebut dapat dibeli lagi apabila
memungkinkan.
41
2. Transaksi jual dilakukan apabila ditemukan indikasi bearish dalam
indikator MA, RSI dan BB.
Langkah yang digunakan adalah dengan menganalisis saham PTBA
dengan grafik yang telah tersedia, dengan indikator-indikator yang dipakai untuk
analisis saham PTBA.
3.2.4. Operasionalisasi Variabel
Variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut :
Indikator
Variable
Definisi
(symbol)
Price
Merupakan harga saham PTBA pada hari N di Rp
perdagangan di bursa
Lot
Merupakan jumlah yang dibeli (1 lot = 500 lembar)
Lembar
Fee buy
Merupakan biaya untuk setiap transaksi beli sebesar Rp
0,15% dari nilai beli
Fee sell
Merupakan biaya untuk setiap transaksi jual sebesar Rp
0,25% dari nilai jual
Gain
Keuntungan dari transaksi buy dan sell
Rp
Tabel 3.1. Tabel Operasionalisasi Variabel
42
Download