BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori keagenan menyebutkan mengapa terjadi manajemen laba. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa dalam teori keagenan hubungan keagenan merupakan sebuah hubungan kontrak antara investor (principal) dengan manajer (agent). Manajemen lebih mengetahui informasi perusahaan dan prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan dengan pemilik perusahaan yang hanya berkewajiban memberikan laporan mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Perbedaan informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba untuk menyesatkan pemilik perusahaan mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Oleh karena itu, hubungan yang baik antara pemegang saham dan manajer adalah khubungan yang mampu menjelaskan spesifikasi yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para pemegang saham, dan spesifikasi tentang pembagian keuntungan antara manajer dan pemegang saham. Namun pada akhirnya, manajer tidak selalu bertindak sejalan dengan kepentingan pemegang saham sehingga menimbulkan masalah agensi yang diakibatkan oleh perbedaan kepentingan kedua belah pihak. 11 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan bahwa semakin besar size perusahaan maka semakin besar pengungkapan yang perlu diungkapkan. Pernyataan tersebut mendasarkan teori keagenan yang menyatakan bahwa pada perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar. Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya mengurangi biaya keagenan tersebut. Alasan lain perusahaan besar bisa menanamkan modal pada berbagai jenis usaha, lebih mudah memasuki pasar modal, memperoleh penilain kredit yang tinggi, dan sebagainya. Kesemuanya itu mempengaruhi keberadaan total asetnya. Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjangnya. Dalam Teori Keagenan dijelaskan bahwa semakin tinggi Leverage perusahaan, semakin baik transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi utang lebih besar dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki Leverage tinggi mempunyai kewajiban yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Chow dan Wong Boren, 1987). Perusahaan dengan jumlah hutang yang tinggi akan menanggung biaya agensi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya transfer kekayaan dari debtholder kepada stockholder. Di sisi lain dengan proporsi Leverage yang lebih tinggi, maka kebutuhan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya oleh kreditur akan lebih tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi 12 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 serta konflik kepentingan yang muncul yaitu dengan melakukan pengungkapan informasi yang lebih banyak, yaitu dengan menyajikan pengungkapan informasi keuangan melalui website perusahaan. Masalah keagenan dapat merugikan pemegang saham karena tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang memadai. Fenomena terjadinya asimetri informasi atau kesenjangan (GAP) antara pihak lain yang mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memonitor semua tindakan manajer, dapat terjadi karena perusahaan merupakan kumpulan dari berbagai pihak dan kepentingan-kepentingan tersebut sangat ditentukan oleh pengelolaan manajemen (Jatiningrum dan Rofiqoh, 2004 dalam Haryono, 2005). Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan melalui mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut (Bathala et al,1994). Berdasarkan munculnya mekanisme tersebut, akan menimbulkan biaya yang disebut biaya keagenan (agency cost). Kepemilikan institusional dapat berperan sebagai agen pengawas yang dapat mengurangi biaya agensi, karena kepemilikan institusional dapat mendorong efektifitas pengawasan terhadap aktivitas manajemen karena besarnya dana yang ditanamkan (Bathala et al, 1994). Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness (1994) mendefinisikan bahwa manajemen laba sebagai suatu tindakan manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan agar terbentuk 13 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sebenarnya tidak dialami oleh perusahaan. 2. Teori Stakeholder Teori stakeholder mempertimbangkan pengaruh harapan berbagai kelompok stakeholders yang berbeda dalam masyarakat terhadap kebijakan pengungkapan yang dimiliki perusahaan. Managerial branch dari teori stakeholder, menganggap bahwa pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan alat manajemen untuk mengelola kebutuhan informasi dari berbagai kelompok stakeholders. Manajer menggunakan informasi untuk mengatur atau mempengaruhi stakeholders yang memiliki pengaruh besar untuk mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Manajer harusnya menyesuaikan kebijakannya tidak hanya untuk shareholder, tetapi juga untuk memuaskan pelanggan, pekerja, dan organisasi masyarakat. Menurut perspektif stakeholder, perusahaan dipahami tidak hanya sebagai hubungan bilateral antara shareholder dan manajer, tetapi sebagai hubungan multilateral di antara stakeholders (Prior et al., 2008). Teori stakeholder dibedakan dalam aspek deskriptif, instrumental, dan normatif. Aspek deskriptif menjelaskan bagaimana upaya organisasi memenuhi kepentingan stakeholders, serta bagaimana dan untuk apa inisiatif dalam standar etis dapat membantu organisasi memenuhi tuntutan dan kepentingan stakeholders. Aspek instrumental memusatkan perhatian pada manfaat bagi organisasi dengan memenuhi kepentingan stakeholders, 14 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 dan implementasi dari inisiatif standar etis yang berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kepentingan dan tuntutan dari stakeholders. Sementara Aspek normatif mengacu pada sudut pandang moral mengapa perusahaan harus memenuhi kepentingan stakeholders. Sehubungan dengan pelaksanaan CSR, kerangka instrumental stakeholders menyatakan bahwa CSR perusahaan merupakan fungsi kinerja ekonomi perusahaan, strategi yang mengarah pada CSR, dan intensitas kekuatan stakeholders (Mahoney et al., 2004 dalam Suharsono dan Rahmasari 2013). 3. Corporate Social Responsibility (CSR) Lako 2009, dalam Supatmi dan Widi 2007 mendefinisikan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai komitmen berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomik, legal, etis dan sukarela terhadap dampak-dampak dari tindakan ekonominya terhadap komunitas masyarakat dan lingkungan serta proaktif melakukan upayaupaya berkelanjutan untuk mencegah potensi-potensi dampak negatif atau risiko aktivitas ekonomi korporasi terhadap masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan yang menjadi stakeholder-nya. Sebagai suatu usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok maupun individu di dalam lingkungan perusahaan tersebut yang termasuk di dalamnya yaitu pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Pengungkapan CSR dalam laporan tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan umumnya bersifat 15 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 sukarela, belum diaudit, dan tidak dipengaruhi peraturan tertentu. Dalam laporan tahunan tersebut CSR biasanya masuk dalam bagian sustainability reporting. Sustainability reporting adalah pelaporan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan, sosial, kinerja organisasi dan pengaruh produknya di masyarakat. Pelaporan CSR merupakan pengungkapan sukarela sebagaimana dinyatakan dalam SAK No 1 (2007) paragraf ke sembilan bahwa perusahaan dapat menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang menjadi peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Selanjutnya pengukuran CSR pada penelitian ini dengan pendekatan CSDI. Pengukuran CSDI mengacu pada penelitian Haniffa dkk 2005, dalam Sayekti dan Wondabio 2007, yang menggunakan content analysis dalam mengukur variety dari CSDI. Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. 4. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya suatu perusahaan. Jadi ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya 16 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 perusahaan yang yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Dalam ukuran perusahaan menurut Diamond dan Verrecchia (1991) dalam Murni (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dengan total resiko yang ditanggung oleh investor lebih besar, akan mendapatkan keuntungan per saham yang terbesar (dalam hal ini peningkatan nilai saham) sebagai hasil dari peningkatan ungkapan. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan natural logharitma dari total assets (Ln). 5. Financial Leverage Financial leverage dalam penelitian ini dihitung menggunakan debt to asset ratio (DAR), ratio ini merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Penggunaan financial leverage yang semakin besar akan membawa dampak positif bila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dibandingkan beban yang harus dikeluarkan untuk 17 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 memperoleh dana tersebut, sedangkan dampak negatif dari penggunaan financial leverage yang semakin besar akan menyebabkan hutang yang ditanggung oleh perusahaan semakin besar, yaitu beban tetap tetap atau beban bunganya. Apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menjalankan kegiatan usahanya. 6. Manajemen Laba Menurut Schipper 1989, dalam Saiful 2004 mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Sedangkan Setiawati dan Saputro (2004) menyatakan bahwa manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (atau perusahaannya sendiri). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Copeland 1968, dalam Utami 2005 mendefinisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will” ini berarti manajemen laba mencakup usaha meminimumkan laba, manajemen termasuk untuk perataan memaksimumkan laba sesuai atau keinginan manajemen. Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan atau judgmentnya dalam pelaporan keuangan dan di dalam perancangan transaksi yang terstruktur untuk mengubah laporan keuangan 18 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 yang menyesatkan stakeholder tentang dasar kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil sesuai kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Menurut Beneish (2001) dalam Meutia (2004), mengungkapkan bahwa setidaknya terdapat tiga cara dalam mendeteksi adanya praktek manajemen laba, yaitu: pendekatan yang mengkaji akrual agregat dan menggunakan model regresi untuk menghitung akrual yang diharapkan dan tidak diharapkan, pendekatan yang menekankan pada akrual spesifik seperti cadangan hutang ragu–ragu, atau akrual pada sektor yang spesifik seperti tuntutan kerugian pada industri asuransi, pendekatan yang mengkaji ketidak sinambungan dalam pendistribusian pendapatan. 7. Cost of Equity Perusahan Cost of equity capital merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan oleh penyedia dana, baik investor maupun kreditur. Cost of equity capital berkaitan dengan resiko investasi atas saham perusahaan. Dalam Utami (2005) dijelaskan bahwa cost of equity capital adalah besarnya rate yang digunakan investor untuk mendiskontokan dividen yang diharapkan diterima dimasa yang akan datang. Menurut Botosan (1997:341), biaya ekuitas dipengaruhi oleh tingkat disclosure, dan risiko (BETA). Pengungkapan lebih meningkatkan likuiditas saham pasar sehingga mengurangi biaya modal ekuitas baik melalui pengurangan biaya transakasi atau meningkatnya permintaan sekuritas perusahaan. Risiko (BETA) yang ada pada perusahaan rendah 19 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 maka tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga rendah, sehingga Cost of Equity perusahaan juga rendah. Menurut Amurwani 2006, dalam Ariyani dan Nugrahanti 2013 cost of equity merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba yang ditahan untuk investasi. Cost of equity dapat mengalami peningkatan secara internal dengan menahan laba atau secara eksternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Selain itu, definisi menurut Mardiyah (2002) cost of equity merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai sumber pembiayaan. Dalam penelitian ini hanya menggunakan pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model). Alasannya adalah pembahasan mengenai pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas juga tidak terlepas dari faktor risiko di dalamnya dan penggunaan pendekatan ini tidak dibatasi oleh pertumbuhan dividen yang konstan, sehingga dapat diterapkan pada lingkungan yang lebih luas. B. Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tahun dan Metodologi penelitian Mitta Aryani dan Uji asumsi klasik, Yeterina widi regresi bergana Nugrahanti (2013) Variabel Variabel Independen: Corporate Social Responsibility Variabel Deoenden: Cost of Equity Perusahaan Rianto Setiawan Uji chow dan uji Variabel dan Gusti ayu Hauswan Independen: putu wulan Corporate social rahmasari (2013) responsibility Hasil Pengungkapan Corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap cost of equity perusahaan Pengungkapan Corporate social responsibility, berpengaruh negatif 20 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 Variabel Dependen: Cost of capital dengan kepemilikan institusional sebagai variabel pemoderasi Danang Haryuduno (2010) Uji asumsi klasik, dan uji regresi berganda Regina Reizky Uji asumsi klasik Ifonie (2012) dan Uji linier berganda Arvina Arief dan Uji asumsi Moh. Didik klasik,uji Ardiyanto (2014) normalitas,uji heteroskadatisitas, uji autokorelasi terhadap COC sedangkan kepemilikan institusional pemoderasi dan pengaruh pengungkapan CSR berpengaruh terhadap Cost of Capital Variabel Manajemen laba, Independen: tingkat CSR Manajemen Laba berpengaruh positif Variabel Dependen: terhadap nilai Tingkat CSR dan perusahaan nilai perusahaan Variabel Asimetri informasi dan Independen: manajemen laba Pengaruh asimetri berpengaruh positif informasi dan terhadap Cost of manajemen laba Capital Variabel Dependen: Cost of Capital Variabel Pengaruh Independen: pengungkapan CSR Pengaruh berpengaruh negatif pengungkapan CSR terhadap praktik Variabel Dependen: manajemen laba Manajemen laba C. Kerangka Pemikiran Hubungan yang logis antar variabel dalam penelitian akan diuraikan dan digambarkan dalam sub – bab kerangka pemikiran sebagai berikut: Corporate Social Responsibility (X1) Ukuran Perusahaan (X2) Financial Leverage (X3) H3 (+) Cost of Equity Perusahaan (Y) Manajemen Laba (X4) 21 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Dari gambar diatas menggambarkan hubungan antar Variabel dalam penelitian yang dilakukan, Variabel independen dalam hipotesis 1,2,3 dan 4 adalah Corporate Sosial Responsibility, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage dan Manajemen Laba yang mengarah pada Variabel Cost of Equity perusahaan sebagai Variabel dependen. D. Hipotesis Perumusan hipotesis dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori yang digunakan dan penelitian – penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Pembahasan terperinci terkait rumusan hipotesis disajikan sebagai berikut: 1. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Cost of Equity Perusahaan Menurut Restuningdiah (2010), pengungkapan CSR merupakan konsep akuntansi yang memperhatikan transparasi pengungkapan sosial atas kegiatan sosial perusahaan, sehingga informasi yang diungkapkan perusahaan tidak hanya informasi keuangan perusahaan, namun juga informasi CSR yang termasuk pengungkapan sukarela mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan. Dalam teori stakeholder mempertimbangkan pengaruh harapan berbagai kelompok stakeholders yang berbeda dalam masyarakat terhadap kebijakan pengungkapan yang dimiliki perusahaan. Managerial branch 22 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 dari teori stakeholder, menganggap bahwa pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan alat manajemen untuk mengelola kebutuhan informasi dari berbagai kelompok stakeholders. Manajer menggunakan informasi untuk mengatur atau mempengaruhi stakeholders yang memiliki pengaruh besar untuk mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Manajer harusnya menyesuaikan kebijakannya tidak hanya untuk shareholder, tetapi juga untuk memuaskan pelanggan, pekerja, dan organisasi masyarakat. Penelitian Frankel et al. (1995) menunjukan bukti adanya pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya Equitas. Semakin tinggi tingkat disclosure suatu perusahaan, maka akan mempertinggi nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan permintaan sekuritas dan peningkatan harga saham yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada pengurangan biaya modal (Juniarti dan Yunita, 2003). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dhaliwal, Zhen Li, dan Tzang (2011) kegiatan CSR berpengaruh negatif terhadap cost of equity perusahaan, karena perusahaan yang bertanggung jawab sosial dapat menikmati penjualan dan kinerja keuangan yang lebih baik karena preferensi konsumen dan investor oleh perusahaan tersebut. Sehingga hipotesis pada penelitian ini adalah: H1 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh negatif terhadap Cost of Equity Perusahaan. 23 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Cost of Equity Perusahaan Menurut Ferry dan Jones dalam Jaelani (2001: 79) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Alasan lainnya adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive disadvantage yang lebih rendah pula. Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan bahwa semakin besar size perusahaan maka semakin besar pengungkapan yang perlu diungkapkan. Pernyataan tersebut mendasarkan teori keagenan yang menyatakan bahwa pada perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar. Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya mengurangi biaya keagenan tersebut. Alasan lain perusahaan besar bisa menanamkan modal pada berbagai jenis usaha, lebih mudah memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi, dan sebagainya. Kesemuanya itu mempengaruh keberadaan total asetnya. Berkaitan dengan ukuran perusahaan Diamond dan Verrecchia 1991, dalam Murni 2003. menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dengan total resiko yang ditanggung oleh investor lebih besar, akan mendapatkan keuntungan per saham yang terbesar (dalam hal ini 24 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 peningkatan nilai saham) sebagai hasil dari peningkatan ungkapan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi tingkat pengungkapan, semakin tinggi tingkat pengungkapan semakin rendah asimetri informasi, semakin rendah asimetri informasi Cost of Equity Capital akan semakin rendah. Maka dapat dirimuskan di dalam hipotesis sebagai berikut: H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Cost of Equity Perusahaan. 3. Pengaruh Financial Leverage terhadap Cost of Equity Perusahaan Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total aset. Semakin besar rasio Leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahan. Menurut Pratiwi (2009) perusahaan yang memiliki tingkat Leverage yang tinggi sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat Leverage yang rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dalam Teori Keagenan dijelaskan bahwa semakin tinggi Leverage perusahaan, semakin baik transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi utang lebih besar dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki Leverage tinggi mempunyai kewajiban yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Chow, 1987). 25 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 Hasil penelitian Arti (2009) menunjukkan bahwa Financial Leverage berpengaruh Positif terhadap Cost of Equity perusahaan. Penggunaan financial leverage yang semakin besar akan membawa dampak positif bila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dibandingkan beban yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut, sedangkan dampak negatif dari penggunaan financial leverage yang semakin besar akan menyebabkan hutang yang ditanggung oleh perusahaan semakin besar, yaitu beban tetap tetap atau beban bunganya. Apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menjalankan kegiatan usahanya. Maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah: H3 : Financial Leverage berpengaruh positif terhadap Cost of equity Perusahaan. 4. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Cost of Equity Perusahaan Kemampuan manajemen laba untuk meningkatkan atau mengurangi laba bersih yang dilaporkan sesuka hati. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan informasi yang diterima oleh manajemen dan pemilik perusahaan. Dalam teori keagenan yang dijelaskan oleh Anthony dan Govindarajan (1995), hubungan principal (pemilik perusahaan) dengan agent (manajer) adalah principal memperkerjakan agent agar melakukan tugas untuk kepentingan principal. Dalam teori ini principal dan agent memiliki tujuan yang berbeda sehingga terjadi konflik kepentingan. 26 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017 Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa dalam teori keagenan hubungan keagenan merupakan sebuah hubungan kontrak antara investor (principal) dengan manajer (agent). Manajemen Laba akan meningkatkan risiko jika tindakan tersebut ternyata untuk menutupi kinerja manajer yang buruk. Sedangkan Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness (1994) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu tindakan manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan agar terbentuk informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sebenarnya tidak dialami oleh perusahaan. Manajemen laba dalam penelitian ini dideteksi menggunakan model modified Jones (1991) dengan proksi akrual diskresioner (discretionary current accrual). Model modified Jones (1991) digunakan dalam penelitian ini karena dianggap model paling baik dalam mendeteksi manajemen laba. Manajemen Laba menyebabkan banyak informasi yang harus diungkap oleh perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempraktikkan Manajemen Laba memiliki tingkat pengungkapan yang tinggi, semakin tinggi tingkat pengungkapan semakin rendah asimetri informasi, semakin rendah asimetri informasi Cost of Equity perusahaan akan semakin rendah. Maka dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut: H4 : Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap Cost of Equity perusahaan. 27 Pengaruh Pengungkapan Corporate…, Triyana Maryatun, Fakultas Ekonomi UMP, 2017