analisis narasi film 99 cahaya di langit eropa jurusan komunikasi

advertisement
ANALISIS NARASI FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Skripsi Untuk Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
DisusunOleh:
Atik Sukriati Rahmah
NIM: 1110051000082
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Desember 2014
Atik sukriati Rahmah
`
iii
ABSTRAK
Atik Sukriati Rahmah (1110051000082)
Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa
Keberadaan Islam di belahan dunia lain, terutama di negara-negara sekuler
seperti di benua Eropa, seringkali diwarnai dengan prasangka dan
kesalahpahaman. Dengan segala kompleksitas global yang dihadapi umat muslim
saat ini–mulai dari isu terorisme, konflik politik antarnegara, serta konflik antara
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat–tantangan yang dihadapi umat Muslim saat
ini cukup besar dan yang pasti sangat berbeda dengan masa-masa
sebelumnya.Melalui potret kehidupan masyarakat muslim di Eropa yang menjadi
minoritas, film ini juga memberikan gambaran bagi kaum muslim di Indonesia
bahwa hidup sebagai kelompok minoritas tidaklah mudah. Muslim di Indonesia
sangat dimanjakan dengan fasilitas ibadah yang sangat memadai, lingkungan yang
mendukung kebebasan beragama serta beragam hak istimewa. Bagaimanakah jika
situasi tersebut berbalik, dan Muslim menjadi istilah yang sangat asing bahkan
cenderung diwarnai stigma, seperti yang terjadi di banyak negara lain.
Dari latar belakang di atas, maka munculah beberapa pertanyaan
penelitian. Pertanyaan tersebut adalah Bagaimana alur cerita di awal, tengah, akhir
pada film 99 Cahaya di Langit Eropa? Dan Bagaimana Komunikasi antaragama
dan budaya di masyarakat muslim eropa.
Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis. Paradigma
konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang
meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau
ilmu pengetahuan.Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan
partisipan tentang situasi yang tengah diteliti.Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai
mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik
itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh
peneliti.
Teori yang digunakan adalah analisis narasi (narrative analysis)
modelTvzetan Todorov, memiliki tiga alur waktu cerita, yaitu alur cerita awal,
tengah, dan akhir.Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai
dengan ‘keseimbangan’ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha
‘diseimbangkan’ – pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise
bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan
menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu.Subjek penelitian ini
adalahfilm 99 Cahaya Di Langit Eropa, sedangkan Objek penelitian ini
adalahpotongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film 99 Cahaya Di
Langit Eropa.
Penemuan dari penelitian dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa sangat
jelas digambarkan bagaimana umat Islam di tengah wajah minusnya mesti tampil
sebagai agen yang damai, agen yang penuh senyum, saling membantu untuk
sesama, dan denganyang berbeda keyakinan.Setiap tahun aksi diskriminasi
terhadap umat Islam kian parah. Namun demikian patut disayangkan bahwa
pembela HAM di Eropa selama ini hanya merasa cukup melakukan observasi
pelanggaran hak asasi manusia di luar Eropa, khususnya negara-negara yang
bersebrangan dengan kebijakan barat. Diskriminasi yang diterima kelompok
minoritas ini dalam hal mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan,
perumahan dan perlindungan.
Keyword: Narasi, Masyarakat Muslim, Eropa, Sejarah, Budaya.
`
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam tiada
kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu
memberikan nikmat sehat, iman, islam, rezeki, dan sebagainya. Shalawat serta
salam teriring kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita semua
mendapat syafaat di hari akhir nanti. Amin ya rabbal alamin.
Dengan kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, kekuatan fisik,
dan kekuatan mental untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis
NarasiFilm 99 Cahaya di Langit Eropa.
Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Faklutas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto. M.Ed. Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan
Keuangan, dan Dr. H. Sunandar M.A selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Rachmat Baihaki, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Fita Fathurokhmah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, baik dari segi
`
v
keilmuan maupun tulisan. Semoga ibu selalu diberikan limpahan karunia dan
nikmat serta senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
5. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Bapak Rangga Almahendra dan Ibu Hanum Salsabiel Rais selaku penulis dari
novel 99 Cahaya di Langit Eropa yang telah menyempatkan waktunya
menjadi narasumber dalam penelitian ini
7. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Alwi Jamalulail dan Ibunda Nurhayati
Terimakasih atas pengorbanan materi yang tidak terhitung banyaknya,
dorongan semangat, serta do’a yang terus dipanjatkan demi kelancaran
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Kelas KPI C dan teman-teman jurusan KPI
angkatan 2010, Indah, Anis, Dede, Lia, Ida, Dyah, Heni, Elis, Siska,
terimakasih atas tawa dan tangis yang diberikan selama ini, semoga
kebahagiaan akan turut serta dalam langkah kita kedepan nanti.
9. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan mendoakan .
Atas kekurangan dalam penulisan penelitian ini, penulis mohon dibukakan
pintu maaf yang seluas-luasnya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis. Akhir kata terimakasih penulis ucapkan untuk para Dosen
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan begitu banyak
ilmunya, semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah.
Jakarta, 2 Desember 2014
Atik Sukriati Rahmah
`
vi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
LEMBARAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN .....................................
LEMBARAN PERNYATAAN ...................................................................
ABSTRAK...................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
`
i
ii
iii
iv
v
vii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................
E. Metodologi Penelitian ...........................................................
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................
G. Sistematika Penulisan ...........................................................
1
7
7
7
8
14
16
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
A. Definisi Analisis Naratif........................................................
B. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov ................................
C. Konsep Tentang Film ............................................................
1. Pengertian Film ...............................................................
2. Jenis Film........................................................................
3. Klasifikasi Film...............................................................
D. Pengertian Komunikasi Antarbudaya ....................................
E. Persepsi dan Budaya .............................................................
F. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya ..............................
G. Pelaku kebudayaan................................................................
H. Hubungan Antarbudaya ........................................................
17
18
23
23
25
26
30
32
33
35
35
GAMBARAN UMUM FILM 99 CAHAYA DILANGIT
EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS
A. Film 99 Cahaya Dilangit Eropa .............................................
B. Masyarakat Muslim di Eropa ................................................
C. Sekilas Tentang Tvzetan Todorov .........................................
D. Sinopsis Film 99 Cahaya Dilangit Eropa ...............................
E. Tanggapan Terhadap Fim 99 Cahaya Dilangit Eropa.............
38
47
50
51
51
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Alur Awal, Tengah dan Akhir Cerita pada Film
99 Cahaya Dilangit Eropa ......................................................
B. Analisis Komunikasi Antaragama dan Budaya
masyarakat Muslim Eropa......................................................
vii
54
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
`
viii
81
84
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era informasi seperti saat ini, media massa telah menjadi suatu hal
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial
yang selalu berinteraksi dalam kehidupannya, manusia membutuhkan
informasi untuk menunjang proses interaksi dengan manusia lain. Informasi
yang dibutuhkan oleh manusia tersebut dapat diperoleh dari media massa yang
setiap harinya memproduksi dan menyebarluaskan informasi tersebut melalui
berbagai bentuk media informasi yang tergolong dalam media massa umum
(mainstream). Mulai dari media cetak, media elektronik dan juga media online
(internet) yang akhir-akhir ini menjadi pilihan masyarakat modern karena
kecepatan akses informasi yang dapat diperoleh.
Namun, penyampaian sebuah informasi tidaklah hanya terbatas melalui
media-media mainstream seperti yang telah disebutkan di atas. Film yang
dianggap oleh banyak orang hanya sebagai media hiburan, sebenarnya adalah
salah satu media yang juga digunakan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak luas.
Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memilki
sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Film sebagai alat
komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa
pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu
unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar telah dibikin lenyap.
1
2
Ini berarti bahwa permulaan dari sejarahnya, film dengan lebih mudah dapat
menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur
teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat
kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke19. Film mencapai puncaknya antara Perang Dunia I hingga Perang Dunia II,
namun merosot tajam setelah munculnya medium televisi.1
Perkembangan seni film di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang
sangat pesat dan saat ini perfilman di negeri Indonesia sudah mampu
menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat
dengan budaya bangsa Indonesia.
Dunia perfilman saat ini telah mampu merebut perhatian masyarakat.
Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat
memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih
banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi
para penontonnya.
Film
adalah
media
komunikasi
yang
paling
efektif
untuk
menyampaikan suatu pesan sosial maupun moral kepada khalayak banyak
dengan tujuan memberikan informasi, hiburan,dan ilmu yang tentunya
bermanfaat dan mendidik ketika dilihat dan didengar oleh khalayak banyak.
Film mempunyai seni tersendiri dalam memilih suatu peristiwa untuk
dijadikan sebuah cerita. Film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari
1
h. 12.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya 2006),
3
sebuah kebudayaan. Ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang
kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.2
Film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya tersebut
ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis.
Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan jenis komunikasi
massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Film atau
cinemarthograpie berasal dari dua kata cinema + tho yaitu phytos (cahaya)
dan grapie (tulisan, gambar dan citra). Film atau motion picture ditemukan
dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotograpi dan proyektor.3
Sadar akan kemampuan potensi media film dalam konstruksi pesan,
akhir-akhir ini di Indonesia muncul film yang bernuansa dakwah atau paling
tidak film tersebut bergenre Islami. Pesan dakwah merupakan pesan agama
yang universal. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa dakwah merupakan
proses yang berjalan (makro proses) dan holistic.4
Film 99 Cahaya Di Langit Eropa merupakan sebuah novel yang
diangkat dari perjalanan pengarang setelah ia tinggal di Eropa selama tiga
tahun. Awalnya pengarang hanya menyimpan di dalam hati tentang keindahan
Eropa, namun ia merasa berkewajiban untuk menulisnya dalam sebuah karya
sastra guna orang lainpun mengetahui keindahan sesungguhnya yang berada di
negara Eropa.
2
Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman
H. Usmar Ismail, 1992), h.6.
3
Pranajaya, Film dan masyarakat; Sebuah Pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman
H. Usmar Ismail, 1992),h.19.
4
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perceptions of Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 80-81.
4
Film ini menceritakan betapa pertautan Islam di Eropa sudah
berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Film ini
juga memperkenalkan kita pada tempat-tempat ziarah baru, yang ternyata
merupakan misteri tentang Islam. Dan pada akhirnya Eropa bukanlah Eiffel,
Mozart Collosoum, Tembok Berlin maupun negeri yang kaya dengan nuansa
romansanya melainkan tidak lain Eropa adalah tempat ziarah baru bagi umat
Islam. Yang menarik dari film ini bukanlah konflik dalam rumah tangga atau
kisah romansa maupun cerita poligami, adalah hal yang biasa ditemui dalam
tema-tema penulisan cerita. Melainkan hal-hal yang baru kita temui dalam
sejarah Islam. Negara yang kental dengan budaya barat ternyata tersimpan
sejuta cerita baru tentang Islam.
Keberadaan Islam di belahan dunia lain, terutama di negara-negara
sekuler seperti di benua Eropa, seringkali diwarnai dengan prasangka dan
kesalah pahaman. Dengan segala kompleksitas global yang dihadapi umat
Muslim saat ini–mulai dari isu terorisme, konflik politik antarnegara, serta
konflik antara nilai-nilai yang berlaku di masyarakat–tantangan yang dihadapi
umat Muslim saat ini cukup besar dan yang pasti sangat berbeda dengan masamasa sebelumnya.
Namun, sesungguhnya di balik segala kerumitan tersebut, sejarah
menunjukkan bahwa Islam menawarkan solusi yang cukup sederhana, yaitu
toleransi dan kebaikan. Kira-kira refleksi inilah yang menjadi fondasi bagi
penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum Salsabiela Rais, dalam
menceritakan perjalanannya di Eropa bersama sang suami, Rangga
5
Almahendra. Bagi Hanum, perjalanan yang ia lalui beberapa tahun yang lalu
ini merupakan sebuah petualangan yang mengubah hidupnya.
Aspek universal inilah yang berusaha ditonjolkan oleh orang-orang di
balik produksi film ini. Salah satu kru dari Alim Studio yang terlibat dalam
proses produksi mengatakan bahwa ia setuju jika film ini tidak dikategorikan
sebagai film religi, namun sebagai film sejarah. Ia menyebutkan bahwa hal
utama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah pentingnya hidup
berdampingan dan damai dengan segala perbedaan agama yang ada. Sejak
ratusan tahun yang lalu, lewat situs-situs bersejarah dalam film ini sebagai
saksinya, Islam sudah membuktikan bahwa pendekatan yang toleran dan
damailah yang membawa Islam kepada kejayaan, dan kekerasanlah yang pada
akhirnya meruntuhkan kekuasaan Islam di Eropa. Sebagai agama mayoritas di
Indonesia, aspek-aspek toleransi ini harus dijunjung oleh masyarakat
mengingat Indonesia adalah negara yang sangat plural dan multikultural.
Melalui potret kehidupan masyarakat Muslim di Eropa yang menjadi
minoritas, film ini juga memberikan gambaran bagi kaum Muslim di
Indonesia bahwa hidup sebagai kelompok minoritas tidaklah mudah. Muslim
di Indonesia sangat dimanjakan dengan fasilitas ibadah yang sangat memadai,
lingkungan yang mendukung kebebasan beragama serta beragam hak
istimewa. Bagaimanakah jika situasi tersebut berbalik, dan Muslim menjadi
istilah yang sangat asing bahkan cenderung diwarnai stigma, seperti yang
terjadi di banyak negara lain.
6
Kelebihan film ini terletak pada ceritanya yang memang diangkat dari
novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra berdasarkan
pengalaman mereka ketika belajar di Eropa. Jadi memang tidak mengadangada. Beda dengan kebanyakan film Indonesia. Cara bertuturnya tidak
membosankan, diselingi komedi. Drama produksi Maxima Pictures ini
disutradarai oleh Guntur Soeharjanto menggunakan naskah olahan Alim Sudio
bersama Hanum dan Rangga.
Sebagai tontonan adaptasi bernuansa Islami, film ini berhasil membawa
ruh buku ke dalam filmnya. Sedikit preachy di beberapa bagian, namun
mampu membuai sasaran penonton yang dituju dengan mulus. Visualisasi
yang ditampilkan begitu cantik bersinergi dengan napas cerita yang memang
menyorot tempat-tempat menawan di Wina dan Paris.
Kekurangan film yang paling tampak adalah pada urusan naskah.
Sebagai bagian pertama dari dwilogi yang direncanakan, ceritanya kurang
mengikat emosi. Namun tetap saja, ada hal menarik yang akan di dapat ketika
keluar dari bioskop. Selain ingin berjalan-jalan ke luar negeri, muncul
keinginan untuk mengenal Islam lebih dekat.
Peneliti tertarik meneliti Film 99 Cahaya Di Langit Eropa karena film
tersebut sarat dengan informasi tentang sejarah Islam di Eropa. Film ini
menjadi bestseller dan mendapatkan pujian dari beberapa tokoh.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti
alur cerita dan karakter tokoh yang terdapat dalam film. Penelitian ini berjudul
“Analisis Narasi Film 99 Cahaya Di Langit Eropa”.
7
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasan dalam
skripsi ini, maka permasalahan hanya dibatasi pada narasi dan penokohan
pada film ’99 Cahaya Di Langit Eropa'
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini:
a. Bagaimana alur cerita di awal, tengah, akhir pada film 99 Cahaya Di
Langit Eropa?
b. Bagaimana komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat
muslim Eropa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pada alur cerita awal, tengah, akhir cerita
film 99 Cahaya di Langit Eropa.
b. Untuk mengetahui komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat
muslim Eropa
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek yaitu
manfaat akademis dan manfaat praktis.
8
a. Manfaat akademis:
Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi
ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis
narasi dalam sebuah film, khususnya bagi mahasiswa Fakultas
Dakwah Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan
terhadap analisis narasi pesan yang terkandung dalam sebuah film
kepada pembaca mengenai kehidupan antar agama dan budaya
Indonesia dan Eropa, antara Barat dan Timur (Islam) dan juga dapat
memberikan wawasan kepada pembaca mengenai potret kehidupan
masyarakat muslim di Eropa.
b. Manfaat Praktis:
Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan
mengenai narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di
bidang penyiaran. Penulis berharap dapat menambah ilmu tentang
cara penarasian film bagi para mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lain yang mempunyai
minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya.
3. Metodologi Penelitian
a. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka
apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat
9
normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan
tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis
yang panjang.5
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma
yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan
pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau
ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin
pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Dalam
konteks konstruktivisme, peneliti memilki tujuan utama, yakni
berusaha memaknai (menafsirkan) makna-makna yang dimiliki orang
lain tentang dunia ini.6
b. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis
deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh
peneliti.7 Pendekatan penelitian ini yang menghasilkan temuan-temuan
data tanpa menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain
pengukuran. Peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang
bagaimana adegan-adegan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa .
5
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), h.9.
6
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010),h. 11-12.
7
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h.3.
10
c. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis
narasi (narrative analysis) yaitu studi tentang struktur pesan atau telah
mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic).8 Metode analisis narasi
berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada pertanyaan
“Apa” (what), analisis narasi lebih melihat “Bagaimana” (how) dari
suatu pesan atau teks komunikasi. Dengan metode ini, tidak hanya
diketahui pesan apa saja yang terkandung dalam film 99 Cahaya di
Langit Eropa, tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur
sedemikian rupa dalam bentuk cerita. Melalui analisis narasi tidak
hanya mengetahui isi teks. Tetapi bagaimana juga pesan itu
disampaikan lewat cerita. Macam apa yang disampaikan. Analisis narsi
lebih melihat bagaimana isi pesan yang akan di teliti.
Mengolah narasi atau cerita yaitu dengan cara di mana makna
dan kegemaran dapat terbina dan tersusun baik dari dalam dan luar
media. Dua poin kajian sistematik dari narasi di media modern, adalah
sebagai Pertama, teori narasi menganjurkan bahwa cerita/kisah dalam
media apapun dan budaya manapun saling berbagi keunggulan
tertentu.
Kedua,
tetapi
media
tertentu/khusus
mampu
untuk
“menceritakan” kisah dengan cara yang berbeda. Hal ini sangat
berharga bahwa manusia hampir tidak pernah menemukan pemisahan
8
Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotic, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001). h. 18.
11
suatu cerita dari harapan tersebut.9
Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai
dengan ‘keseimbangan’ di mana beberapa potensi pertentangan
berusaha ‘diseimbangkan’ – pada suatu waktu. Teorinya mungkin
terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan
dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam
sebuah cara-cara tertentu.10
d. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah film 99 Cahaya Di Langit Eropa,
sedangkan Objek penelitian ini adalah potongan adegan visual ataupun
narasi dialog dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa yang berkaitan
dengan komunikasi antarbudaya yang ingin disampaikan di dalam film
“99 Cahaya Di Langit Eropa
e. Teknik Pengumpulan Data
1) Catatan Arsip (Archival Record)
Data yang diperoleh dari rekaman video film “99 Cahaya
Dilangit Eropa” Rekaman berasal dari DVD ini kemudian dibagi
per scene dan dipilih adegan-adegan yang sesuai rumusan masalah,
yang digunakan untuk penelitian. Dokumen atau literatur-literatur
yang mendukung data primer seperti buku-buku, yang sesuai
dengan penelitian, artikel koran, kamus, Internet, dan lain
sebagainya, yang membahas tentang film secara umum dan khusus
9
Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York:
Routledge), h.32.
10
Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York:
Routledge), h.36.
12
film ini, atau tentang narasi itu sendiri.
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan,
membaca dan mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku,
majalah atau jurnal) yang terdapat diperpustakaan terkait dengan
analisis narasi. Internet atau instansi lain yang sesuai dengan materi
penelitian untuk dijadikan bahan argumentasi dalam penelitian ini.
3) Observasi
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan Observasi tidak berstruktur. Observasi tidak berstruktur
adalah observasi ini dilakukan tanpa guide observasi. Dalam hal ini
peneliti melakukan pengamatan dan mengembangkan daya
pengamatan. Observasi adalah sebagai kegiatan mengamati secara
langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat
kegiatan yang dilakukan objek tersebut11. Secara langsung peneliti
akan menonton dan mengamati dialog-dialog peradegan dalm film
99 Cahaya di Langit Eropa. Kemudian mencatat, memilih serta
menganalisis sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
4) Wawancara
a)
Wawancara Mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data
atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan
informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.
Wawancara ini dilakukan dengan berulang-ulang secara
11
Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu teknik penelitian bidang
kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 106
13
intensif.
b)
Wawancara Terstruktur adalah suatu cara mengumpulkan data
atau informasi dengan menggunakan pedoman wawancara,
yang merupakan bentuk spesifik yang berisi intruksi yang
mengarahkan
peneliti
dalam
melakukan
wawancara.
Wawancara jenis ini juga dikenal dengan wawancara
sistematis atau wawancara terpimpin.
Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah jenis
wawancara mendalam, peneliti langsung mewawancarai
narasumber, yaitu penulis novel sekaligus naskah yaitu
Rangga Almahendra.
5) Teknik Analisis Data
Dalam penelitian analisis narasi, data-data yang sudah
terkumpul akan disesuaikan dengan metode yang digunakan
Vladimir Propp dan Tzevetan Todorov yaitu meneliti dari alur
cerita dan karakter tokohnya. Data tersebut merupakan data yang
terdapat dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa. Narasi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Jadi, narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang
sasaran utamanya tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.12 Alasan
peneliti menggunakan analisis narasi karena penelitian ini tidak
12
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), cet. Ke 16, h.136
14
hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter
pelaku dan alur ceritanya.
6) Pedoman Penulisan skripsi
Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku
Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) di Jakarta tahun 2007.
D. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memiliki
beberapa persamaan dengan penelitian ini. Adapun beberapa judul penelitian
yang peneliti dapatkan adalah sebagai berikut:
Pertama “Analisis Isi Peran Dakwah Pada Novel 99 Cahaya Di Langit
Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais” oleh Renita Azhari tahun 2013, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Jakarta.Skripsi tersebut memiliki
persamaan dengan penelitian ini dalam objek pembahasannya, yaitu film ini
sendiri. Namun, karya Renita ini memiliki perbedaan dalam hal penggunaan
metode analisis. Bila Renita menggunakan analisis semiotik, maka penelitian
ini dengan analisis narasi.13
Dwita Apriliani, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
13
Renita Azhari, “Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Novel 99 Cahaya Dilangit Eropa
Karya Hanum Salsabiela Rais”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, 2011).
15
Menemukan adanya teori yang sama terhadap “Analisis Naratif Larangan
Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku Udah Putusin Aja, Karya Felix
Yanwar Siauw”. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori
yang sama. Sebaliknya perbedaan dari penelitian ini adalah pada objek
penelitiannya. Dwita Apriliani membahas buku “Udah, Putusin Aja Karya
Felix Yanwar Siauw”. Sedangkan, penulis membahas film “99 Cahaya Di
Langit Eropa” dalam aspek KAB.14
Hilman Fauzi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dengan judul “ Analisis
Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle Dawns New Hope”.
Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis
naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul
objek. Penelitian ini membahas tentang seperti apa karakter para tokoh dalam
film tersebut, bagaimana cerita di awal, tengah, dan akhir film, dan seperti apa
sifat-sifat yang berlawanan pada film tersebut.15
Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi di atas dan sama
meneliti tentang film, akan tetapi skripsi ini memiliki perbedaan dari skripsi di
atas yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus bagaimana Perspektif
Komunikasi antaragama dan budaya yang ditampilkan dalam film “99 Cahaya
Di Langit Eropa” Selain itu, penelitian ini menggunakan analisis narasi
menurut Tvzetan Todorov yang terdiri atas alur cerita awal, tengah, dan akhir.
14
Dwita Apriliani, “Analisis Naratif Larangan Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku
Udah Putusin Aja, Karya Felix Yanwar Siauw” ( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
15
Hilman Fauzi, “Analisis Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle
Dawns New Hope”. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
16
Selain itu, pada Bab Tiga teori Vladimir Propp digunakan sepintas untuk
identifikasi delapan karakter tokoh. Penelitian ini ingin mengkaji kehidupan
dalam film tersebut yang dinarasikan dalam film “99 Cahaya Di Langit Eropa
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang dibagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri atas beberapa sub bab,
yaitu sebagai berikut:
Pendahuluan yang merupakan bab 1 menguraikan latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
Selanjutnya kerangka pemikiran yang ditempatkan pada bab 2
membahas tentang Definisi Analisis Narasi, teori mengenai analisis narasi
menurut Tvzetan Todorov, pengertian film, jenis dan klasifikasi film,
pengertian
komunikasi
antarbudaya
dan
bentuk-bentuk
komunikasi
antarbudaya.
Pada bab berikutnya (bab 3), memaparkan secara umum gambaran
tentang film 99 Cahaya di Langit Eropa, Masyarakat muslim di eropa,
synopsis film 99 Cahaya di Langit Eropa, sekilas tentang Tvzetan Todorov.
Serta tanggapan mengenai film tersebut.
Bab 4 Sebagai temuan analisis narasi terhadap data dari film 99
Cahaya di Langit Eropa tentang penarasian.
Akhirnya penutup (bab5) memaparkan tentang kesimpulan, saransaran serta bagian terakhir memuat tentang daftar pustaka dan lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi Analisis Naratif
Narasi berrasal dari kata Latin narre,yang artinya “membuat tahu.”
Dengan begitu, narasi berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu
atau peristiwa.1 Teori naratif merupakan teori yang membahas tentang
perangkat dan konvensi dari sebuah cerita. Cerita yang dimaksud bisa
dikategorikan fiksi atau fakta yang sudah disusun secara berurutan. Hal ini
memungkinkan khalayak untuk terlibat dalam cerita tersebut.
Pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu pembuatan atau
tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu, menggambarkan suatu
objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis
dalam suatu rangkaian waktu. Berdasarkan uraian tersebut, narasi dapat
dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindaktanduk moral yang dijalani dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang
terjadi dalam suatu keadaan waktu.
Definisi menarik tentang narasi di ungkapkan oleh Bragnigan, yakni
narasi adalah cara untuk mengelola data spasial dan temporal menjadi
penyebab dan memunculkan efek keterkaitannya sebuah peristiwa, dari awal,
tengah, dan akhir cerita yang akan menimbulkan sifat dari cerita itu.2
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis naratif adalah
1
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.1.
2
Braston dan Stafford, The Media Student’s Book (London: Routledge, 2003), h. 33.
17
18
analisis yang digunakan untuk memberi tahu atau mengelola struktur sebuah
cerita, baik cerita fiksi maupun fakta yang di dalamnya terdapat alur, tokoh,
karakter, sudut penggambaran, dan lainnya secara berurutan.
Menurut Branston and Stafford, narasi terdiri atas empat macam: a)
narasi menurut Todorov, memiliki alur awal, tengah, dan akhir, b) sedangkan
menurut Propp, suatu cerita pasti memiliki karakter tokoh, c) sementara
menurut Levis-Strauss, suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan, d)
terakhir narasi Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan
mitos.3 Namun, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut Todorov,
karena film ini masuk kategori drama, ini akan digunakan di Bab empat nanti.
B. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov
Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan
‘keseimbangan”
di
mana
beberapa
potensi
pertentangan
berusaha
“diseimbangkan”- pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise
bahwa cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Namun,
keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara.4
Narasi berisi penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana
materi dari suatu cerita dipilih dan di susun untuk mencapai efek tertentu
kepada khalayak.5Narasi adalah proses dan efek dari merepresentasikan waktu
dalam teks.6 Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan
3
GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s, h. 56-57.
Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, 2003,h. 36.
5
GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s, h.38.
6
Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta:Jalasutra,
2009), h. 174.
4
19
pada kesinambungan peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat.
Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan
perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri
narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu mulai dan kapan
berakhir.7 Menurut Todorov, pada bagian awal ada interaksi situasi dasar dan
kemudian di tengah menimbulkan konflik dan pada akhirnya biasanya akan
berakhir bahagia. Tentu saja itu melalui intervensi dari produk yang akan
dijual.Tidak perlu dipersoalkan, bahwa akhir narasi masih menimbulkan
persoalan baru lagi. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan
dramatis dalam rentang laju narasi. Secara skematis alur dapat digambarkan
sebagi berikut.
Diagram 2.1
Diagram Alur Film8
Awal
tengah
akhir
Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam
sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu.
Misalnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yang disebut
“penyelesaian” itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suatu kejadian atau
peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu
7
8
145.
GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 36.
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.
20
merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan
dari kisah berikutnya.9 Sebab itu, narasi harus diberi batasan yang lebih jelas,
yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang penting dalam
sebuah struktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu ini dibagi menjadi
tiga waktu, yaitu bagian awal atau pendahuluan, bagian tengah atau
perkembangan, dan bagian akhir atau bagian peleraian. Berikut rincian dari
ketiga bagian tadi sebagai berikut:
1. Alur Cerita Awal
Suatu perbuatan atau tindakan tidak akan muncul begitu saja dari
kehampaan. Perbuatan itu lahir dari suatu situasi. Situasi itu harus
mengandung
sistem-sistem
yang
mudah
meledak
atau
mampu
meledakkan. Setiap saat situasi dapat menghasilkan suatu perubahan yang
dapat membawa akibat atau perkembangan lebih lanjut di masa depan.
Ada situasi yang sederhana, tetapi ada juga situasi yang kompleks.
Kesederhanaan atau kekompleksannya tergantung dari matra yang
berbeda. Kompleks tidaknya situasi dapat diukur dari kaitan-kaitan antara
satu faktor dengan faktor yang lain, dapat diukur dari jumlah faktornya,
dan dapat pula diukur dari akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
rangkaian-rangkaian kejadian selanjutnya.10
Jadi bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus
memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan
9
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146.
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 150-151.
10
21
selanjutnya.11 Bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera
pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis
harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian
pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring
minat dan perhatian pembaca atau penonton.
2. Alur Cerita Tengah
Bagian perkembangan adalah bagian batang tubuh yang utama dari
seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari
tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup
adegan-adegan
yang
berusaha
meningkatkan
ketegangan,
atau
menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.12
Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum
atau situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.13
Konkritisasi diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan
semua sistem narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi
antara tokoh-tokoh dan tindakan mereka yang menimbulkan benturan
kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan
secara jelas.
3. Alur Cerita Akhir
Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang menjadi
pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan, bahwa
11
Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h.56.
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153.
13
Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 56.
12
22
akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatankekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula
membersit keluar dan menemukan pemecahannya.14
Bila seorang pembuat film ingin membuat sebuah cerita, ia
menganggap bagian akhir cerita sebagai titik di mana perbuatan dan
tindak-tanduk dalam seluruh narasi itu memperoleh maknanya yang bulat
dan penuh.15 Bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang
untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus merupakan titik
di mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata
lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya
merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari
persoalan yang sama.
Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga
peleraian atau denouement. 16 Dalam bagian ini konflik akhirnya dapat
diatasi dan diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa
bagian peleraian benar-benar memecahkan masalah yang dihadapi. Pada
bagian ini dalam pengertian alur, dalam peleraian tetap dicapai akhir dari
rangkaian tindakan. Bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari
persoalan berikutnya dan itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya.
Secara sederhana, skema pembagian tiga waktu alur cerita dalam
narasi dapat digambarkan sebagai berikut:
14
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 154.
Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 56.
16
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 155.
15
23
Skema 2.1
Skema pembagian tiga waktu dalam narasi
Ekuilibrium
Ekuilibrium17
Kekacauan
C. Konsen Tentang Film
1. Film
Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan
mengandung
suatu nilai
baik positif ataupun
negatif,
sehingga
mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang
terkandung dalam film tersebut itu kurang disadari oleh para penonton
pada umumnya.
Makna yang terkandung dalam suatu film, kita dapat melihat dari
sistem-sistem pembentuk film itu sendiri. Seperti apa yang digambarkan
oleh Thompson dan Bordwell18 sebagai berikut:
Bagan 2.1
Sistem-sistem dalam film
Film form
Interacts with
Formal system
Non-narrative
Categorial
Rhetorical
Abstract
Associational
Narrative
Stylistic system
Patterned and significant use of techniques:
Mise en scene
Cinematography
Editing
Sound
Sumber: (Thompson and Bordwell, 2006:118).
17
Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta:Jalasutra,
2009), h. 184.
18
Bordwell, David and Thompson Kristin.Film Art an Introduction, Fourth Edition
(Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006), h. 118.
24
Bagan 2.1 di atas merupakan unsur-unsur pembentuk film yang
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sistem
formal dan sistem gaya (stylistic). Sistem formal mencakup film dalam
sistem naratif (cerita) dan non naratif (non cerita). Film naratif merupakan
kategori film yang memiliki rangkaian suatu sebab-akibat yang terjadi
dalam sewaktu-waktu. Kemudian, film non naratif, sebaliknya merupakan
kategori film yang tidak memiliki susunan cerita tertentu, seperti film
dokumentasi, film experimental, dan sebagainya. Namun, peneliti tidak
menggunakan unsur sistem non-naratif ini, karena film yang diteliti ini
adalah masuk kategori naratif. Suatu film, baik formal atau gaya biasanya
memiliki cerita dramatik, yaitu memiliki problem-problem yang kuat dan
menarik.19
Sistem gaya (stylistic) atau bisa disebut dengan unsur sinematis
terdiri atas empat macam sistem sinematis pembangun film, yakni mise
enscene, cinematography, editing, dan sound. Mise en scene merupakan
segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya
dalam sebuah produksi film. Mise en scene terdiri atas empat aspek utama
yaitu: Setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan
(lighting), dan pelakonan (acting).20
Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja
film berkaitan dengan kamera dan stok roll film mereka. Dalam hal ini
bisa dikatakan para pekerja film menggambar apa yang terjadi di luar
19
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2005), h. 48-49.
20
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 121.
25
kamera menjadi sebuah satuan cerita secara utuh melalui alat kamera.
Cinematography terdiri atas aspek pengambilan gambar (shot), framing
setiap adegan, dan durasi (duration) adegan.21
Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil,
dipilih, diolah, dan dirangkai sehingga menjadi suatu film yang utuh.22
Dalam tahap editing, shot merupakan materi utama dalam proses editing.
Berdasarkan aspeknya, editing dibagi menjadi dua jenis yaitu: dialog,
musik, efek suara.
Sound merupakan aspek sinematis yang tidak kalah pentingnya
dengan aspek lain. Melalui sound adegan yang terekam dalam kamera
akan terasa lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu:
dialog, musik, dan efek suara.23
Namun, peneliti tidak menggunakan sistem gaya (stylistic) dalam
penelitian ini sebagai alat analisis. Selain itu, dalam sistem gaya (stylistic)
peneliti merasa adanya keterbatasan untuk menganalisis sistem gaya ini.
Tidak hanya itu, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih kepada
analisis narasi film 99 Cahaya Di Langit Eropa dalam perspektif
komunikasi antaragama dan budaya.
2. Jenis dan Klasifikasi Film
a.
Jenis-jenis film
Secara umum pembagian jenis film didasarkan atas cara
bertuturnya, yakni naratif (cerita) seperti film fiksi dan non-naratif
21
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 168.
Pratista, Himawan, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123.
23
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 272.
22
26
(non-cerita) seperti film documenter dan film eksperimental. Berikut
penjelasan jenis-jenis film:
1) Film
Dokumenter,
adalah
film
dengan
penyajian
fakta
berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi
yang nyata. Film documenter dapat digunakan untuk berbagai
macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi,
pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lainlain.
2) Film Fiksi, adalah film yang menggunakan cerita rekaan di luar
kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegan
yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait
hukum kausalitas. Cerita fiksi sering kali di angkat dari kejadian
nyata dengan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa
aslinya (fiksi-dokumenter)
3) Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak
berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti naratif) dan
semua
adegannya
menentang
logika
sebab
akibat
(anti-
rasionalitas).24
b. Klasifikasi film
Menurut Himawan pratista dalam buku Memahami Film,
metode
yang
paling
mudah
dan
sering
digunakan
untuk
mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari
sekelompok film yang memilki karakter atau pola yang sama sebagai
24
h. 4-8.
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. Ke-1,
27
berikut:
1) Drama
Drama ini merupakan tema yang mengetengahkan aspekaspek human interest, sehingga
yang dituju adalah perasaan
penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa
tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan
dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di
sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga.
2) Action
Pada istilah ini action seringkali berkaitan dengan adegan
berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini
bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau
“perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran protagonis dengan
antagonis.
3) Komedi
Komedi ini merupakan tema yang sebaiknya bisa
dibedakan dengan lawakan.Sebab, jika dalam lawakan biasanya
yang berperan adalah para pelawak.Dalam komedi itu tidak
dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa
saja.Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang
membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahakbahak.Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini
merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian
tertentu yang sedang terjadi.
28
4) Horor
Jika sebuah film menawarkan suasana yang menakutkan,
menyeramkan, dan
membuat penontonnya merinding, itulah
yang disebut dengan film horor. Suasana horor dalam film itu
bisa dibuat dengan cara animasi, special effect, atau bisa
langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.
5) Tragedi
Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib
manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat
dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa
disebut dengan tragedi.
6) Drama Action
Tema ini merupakan gabungan dari dua tema, yaitu:
drama dan action. Pada tema drama action ini biasanya
menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan berupa
“petengkaran fisik.” Untuk menandainya, dapat dilihat dengan
cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai dengan
suasana drama,
lalu setelah itu alur
meluncur dengan
menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaranpertengkaran.
7) Komedi tragis
Suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu,
kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana
29
yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa dengan
emosinya dalam suasana tragis. Akan tetapi terbungkus dalam
suasana komedi.
8) Komedi horor
Komedi horor sama dengan seperti komedi tragis.
Suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema
komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini menampilkan
film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi
komedi.
9) Parodi
Tema parodi ini merupakan duplikasi dari tema film
tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi
ditayangkan, para penonton akan melihat satu adegan film
tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat
demikian tidak sekedar karena film yang ditayangkan itu lucu,
tetapi karena adegan yang ditonton pernah mucul di film-film
sebelumnya. Tentunya para penikmat film parodi akan paham
kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang
adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema
parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian
dikomedikan.
99 Cahaya di Langit Eropa menceritakan pengalaman
nyata sepasang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Eropa.
30
Bagaimana mereka beradaptasi, bertemu dengan berbagai sahabat
hingga akhirnya menuntun mereka kepada rahasia besar Islam di
benua Eropa.
Sebuah film yang diangkat dari novel laris karya Hanum
Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, film ini mengambil
lokasi di 4 negara yaitu di Vienna (Austria), Paris (Perancis),
Cordoba (Spanyol) dan Istanbul (Turki).
D. Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi
langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi manusia atau kelompok
sosial.25
Komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan
komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki
latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, interaksi dan komunikasi
yang sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan santun
tertentu, serta peramalan tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap
lawan bicara.26 Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara
orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki
kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda. Komunikasi
antarbudaya biasanya juga mencakup komunikasi antaragama.
25
Joseph A Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Tangerang: Karisma Publishing Group
2011), h. 531.
26
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 479-480.
31
1. Pentingnya Komunikasi Antarbudaya
Kebudayaan adalah cara pandang seseorang mengenai nilai-nilai
yang ada pada suatu golongan sehingga akan diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya.27 Saat ini komunikasi antarbudaya semakin penting
dan semakin vital daripada di masa-masa sebelumnya. Menurut Joseph
Devito, beberapa faktor yang menyebabkan komunikasi antarbudaya ini
penting adalah:28
a. Mobilitas
Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sekarang sedang
mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lain dan
dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan. Saat ini orang sering
kali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan
orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang
ekonomis. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi hubungan
antarbudaya.
b. Saling Kebergantungan Ekonomi
Saat ini, kebanyakan negara bergantung pada negara lain secara
ekonomi.
Hubungan ekonomi suatu negara
bergantung pada
kemampuan suatu bangsa untuk berkomunikasi secara efektif dengan
kultur-kultur yang berbeda itu. Hal yang sama juga terjadi pada
bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia.
c. Teknologi Komunikasi
Adanya kemajuan teknologi komunikasi telah membawa kultur
27
28
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:UI, ), h. 9.
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 530.
32
luar yang adakalanya asing masuk ke kebudayaan kita. Film-film
impor yang ditayangnya di televisi telah membuat kita mengenal adat
kebiasaan dan riwayat bangsa-bangsa lain. Kita juga setiap hari
membaca
di
media-media
berita
tentang
ketegangan
rasial,
pertentangan agama, diskriminasi seks, dan secara umum, masalahmasalah yang disebabkan kegagalan komunikasi antarbudaya.
d. Pola Imigrasi
Di hampir setiap kota besar di seluruh dunia kita menjumpai
orang-orang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah
dengan
orang-orang
yang
sangat
berbeda
dari
kebudayaan
kita.Pengalaman sehari-hari itulah yang membuat kita telah menjadi
semakin terlibat dalam komunikasi antarbudaya.
e. Kesejahteraan Politik
Kesejahteraan politik suatu bangsa sekarang ini sangat
bergantung pada kesejahteraan politik kultur atau negara lain.
Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya saat ini terasa lebih
penting daripada sebelumnya.29
E. Persepsi dan Budaya
Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah
satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara
keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi,
tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai
29
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Tanggerang: KARISMA Publishing
Group, 2011) h. 530-532.
33
faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi orang terhadap realitas.
Dengan demikian, persepsi itu terikat budaya (culture-bound).30
F. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya
Istilah komunikasi antarbudaya secara luas untuk mencakup semua
bentuk komunikasi di antara orang-orang yang berasal dari kelompok yang
berbeda selain juga secara lebih sempit yang mencakup bidang komunikasi
antara kultur
yang
berbeda.
Model komunikasi antarbudaya dapat
digambarkan dengan gambar berikut:
Skema 2.2
Model Komunikasi Antarbudaya dan Agama31
Pesan
S/P
Keterangan:
S/P
S: Sumber
P: Penerima
Dari gambar model gambar di atas, komunikasi antarbudaya mencakup semua
bentuk berikut:
1. Komunikasi antarwarganegara, misalnya, komunikasi antara orang Cina
dan Portugis, atau antara orang Prancis dengan orang Norwegia.
2. Komunikasi antarras yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi
antarras), misalnya, komunikasi antara orang kulit hitam dan orang kulit
30
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda, 2008), h.
213214.
31
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 536.
34
putih.
3. Komunikasi
antarkelompok
etnis
yang
berbeda
(kadang-kadang
dinamakan komunikasi antaretnis), misalnya, komunikasi antara orang AS
keturunan Italia dan orang AS keturunan Jerman.
4. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda, misalnya, antara orang
Katolik Roma dan Episkopal, atau antara orang Islam dan orang Yahudi.
5. Komunikasi antarbangsa yang berbeda (kadang-kadang dinamakan
komunikasi internasional), misalnya, komunikasi antara AS dan Meksiko,
atau antara Prancis dan Italia.
6. Komunikasi antarsubkultur berbeda, misalnya, komunikasi antara dokter
dan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu.
7. Komunikasi antara suatu subkultur dengankultur yang dominan, misalnya,
komunikasi antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum
manula dan kaum muda.
8. Komunikasi antarjenis kelamin berbeda, misalnya, komunikasi antara pria
dan wanita.
Dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya dan agama karena
sesuai dengan objek penelitian penulis. Devito juga mengatakan bahwa
setidaknya ada lima bentuk dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya
dan agama yang dapat terjadi dalam hubungan antarbudaya dan agama.32
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti hanya menggunakan lima bentuk
yaitu:
32
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 538.
35
1. Komunikasi antarkelompok etnis yang berbeda.
2. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda.
3. Komunikasi antarsubkultur yang berbeda.
4. Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan.
5. Komunikasi antarjenis kelamin yang berbeda.
G. Pelaku Kebudayaan
Di dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa terjadiinteraksi antara
orang-orang yang berbeda kebudayaan dan berbeda agama. Orang-orang yang
berinteraksi tersebut disebut juga sebagai pelaku kebudayaan. Terjadi
hubungan komunikasi antara para tokoh yang memiliki agama dan latar
belakang budaya yang berbeda. Agama-agama yang saling berinteraksi itu
adalah Islam, Kristen Katolik, dan Hindu. Sedangkan kebudayaan yang saling
berinteraksi dalam film ini adalah budaya timur (Indonesia) dan barat (Eropa).
Kedua budaya ini yang paling sering muncul dalam film ini. Peneliti akan
menjelaskan unsur agama dan budaya tersebut sebagai berikut:
H. Hubungan Antaragama
1. Islam
Secara bahasa, Islam berarti damai dan tunduk.33 Yang dimaksud
damai adalah kedamaian dengan alam sekitar sebagai makhluk Allah dan
yang dimaksud dengan tunduk adalah tunduk hanya kepada Allah
33
157.
Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1986), h. 152-
36
SWT.Al-qur’an adalah kitab suci agama Islam. Secara garis besar isi
seluruh Al-qur’an dapat dibagi dalam dua tugas pokok, yakni:
a. Bagaimana berdamai dengan sesama manusia dan alam sekitar.
b. Bagaimana beriman (tunduk) yang benar kepada Allah.
Setiap pemeluk agama Islam wajib mengetahui dan mempercayai
enam perkara, yaitu:
a. Percaya kepada Allah, Tuhan yang menciptakan.
b. Percaya kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi yang diutus Allah.
c. Percaya kepada para Malaikat Allah.
d. Percaya adanya (kiamat) Hari Akhirat.
e. Percaya adanya Kitab-kitab suci Allah.
f. Percaya kepada Takdir baik dan buruk Allah.
2. Kristen Katolik
Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada
ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa
Almasih.Agama ini meyakini Yesus Kristus sebagai anak Tuhan.Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Agama Kristen
dalam garis besar dibagi menjadi dua, yaitu: Kristen Katolik dan Kristen
Protestan. Karena dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropapelaku
kebudayaannya beragama Kristen Katolik, maka penulis akan merinci
beberapa ajaran pokok Kristen Katolik, yaitu:34
a. Menganggap bahwa Paus dan pendeta berhak menerima penebusan
34
Bs. Mariatmaja SJ, Teologi Katolik, Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teologikatolik .
diakses pada tanggal 16 Mei 2014 pukul 23:59 WIB
37
dosa dengan pembayaran yang disukainya.
b. Melarang pendeta-pendetanya menikah.
c. Mengorganisir gereja Katolik dan semua penganutnya tunduk kepada
seorang Paus di Roma.
Terdapat perbedaan antara orang biasa dan pendeta-pendeta dalam
perjamuan suci.
3. Hindu
Dalam agama Hindu terdapat lima keyakinan dan kepercayaan
yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan
dasar umat Hindu. Kelima keyakinan itu adalah:35
a. Widhi Tattwa yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala
]aspeknya.
b. Atma Tattwa yaitu percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
c. Karmaphala Tattwa yaitu percaya dengan adanya hukum sebab akibat
dalam setiap perbuatan.
d. Punarbhava Tattwa yaitu percaya dengan adanya proses kelahiran kembali
(reinkarnasi).
e. Moksa Tattwa yaitu percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan
tujuan akhir manusia
35
I Gusti Putu Phalgunadi, “Evolusi Agama Hindu dan Budayanya,”
Http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-dan-budayanya.html. diakses pada
tanggal 16 Mei 2014 pukul 23:52 WIB.
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
A. Film 99 Cahaya di Langit Eropa
Berawal dari Vienna (Austria), Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga
(Abimana Aryasatya) memulai kisahnya. Rangga yang saat itu menempuh
kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya bekerja di bidang
jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka sangat sulit
hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga
kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di
kampusnya. Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan
karena kurang fasih berbahasa Jerman.
Hanum menemukan harapannya setelah melihat sebuah poster kursus
berbahasa Jerman gratis. Saat mengikuti kursus tersebut, Hanum bertemu
dengan Fatma (Raline Shah), seorang muslimah Turki yang berkerudung.
Mereka pun akhirnya bersahabat. Fatma mengajak Hanum ke sekolah
anaknya, Ayse (Geccha Tavvara). Di sana Hanum bertemu dengan Ayse. Ayse
sempat bertanya kepada Fatma “Tante Hanum muslim ya? Tapi kok Tante
Hanum tidak berkerudung seperti kita?” pertanyaan seorang bocah seperti
Ayse cukup menusuk apalagi untuk Hanum.Namun, Fatma dengan cerdasnya
berkilah “Tante Hanum sakit kepala, jadi dia tidak berkerudung?” Lalu
Hanum menjawab “Iya, tante sakit kepala”.Ayse pun berceloteh lagi “Kalau
sakit kepala hilang, janjinya ya Tante Hanum pake kerudung?” Adegan ini
sangat menarik bagi Saya. Secara tidak langsung, film ini memberikan pesan
38
39
kepada penontonnya tentang urgensi berkerudung (hijab). Adegan ini tidak
menggurui karena diucapkan secara spontan oleh bocah kecil.
Sebenarnya, Ayse sering di-bully teman-temannya terutama Leon di
sekolah. Kerudung adalah penyebab utamanya. Karena terlalu sering di-bully,
Guru Ayse sempat membujuk Ayse untuk membuka kerudungnya.Namun,
Ayse tetap tidak mau membuka kerudungnya.Hanum, Fatma, dan Ayse makan
di sebuah cafe. Ada kejadian menarik di sini.Hanum bercerita tentang
masalahnya yang berat selama di Vienna. Ayse bercelutuk dengan polosnya.
Celutukan Ayse sederhana tapi maknanya sangat dalam.“hai masalah besar,
aku punya Allah yanga lebih besar (Asye)”
Tatkala di cafe tersebut, Fatma bercerita tentang asal mula cappuccino.
Ternyata Cappucino tersebut berasal dari negara Turki. Tak lama setelah
menceritakan cappuccino, Hanum menguping di balik pintu tempat duduknya.
Saat itu, dua pria bule berceloteh saat makan roti Croissant. Si bule bercerita
kepada temannya bahwa roti Croissant bentuknya seperti bendera Turki.
Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan Muslim
Turki. Karena masyarakat Eropa masih dendam dengan masyarakat Turki,
maka masyarakat Eropa membuat roti Croissant berbentuk bulan sabit untuk
dimakan bukan untuk dihormati.
Hanum langsung naik pitam mendengar percakapan bule tersebut. Dia
melarang Fatma dan Ayse memakan roti Croissant. Namun, Fatma malah
memanggil pelayan untuk membayar kedua bule dan menulis sepucuk surat
untuk kedua bule tersebut. Menariknya adalah di akhir tulisannya Fatma
40
menulis sesuatu yang membuat Hanum terkesan.“Saya agen muslim dan
sebagai muslim ingin membawa kedamaian (Fatma)”.
Melalui cerita Hanum, penonton diajak melihat keindahan benua
Eropa. Hanum diajak Fatma dan Ayse ke situs dan sejarah Islam di Vienna.
Sungai Danube merupakan objek pertama yang mereka kunjungi. Sungai
tersebut sangat bersih dan asri.Di sudut sungai tersebut, Kita dapat melihat
Bukit Kahlenberg. Bukit Kahlenberg merupakan tempat pasukan Turki yang
dipimpin Kara Mustafa Pasha sehingga pasukan Turki terusir dari tentara
Jerman dan Polandia. Ayse sangat senang di Bukit tersebut. Dia meminjam
kamera Hanum untuk mengabadikan pemandangan indah di sana. Museum
Wien Stadt merupakan objek berikutnya. Museum tersebut memiliki benda
bersejarah negara Austria. Dalam museum tersebut, Fatma sempat menangis
karena melihat foto Kara Mustafa Pasha yang masih memiliki hubungan darah
dengannya. Kara Mustafa dianggap sebagai panglima perang yang menyerang
Austria yang mengakibatkan kerugian dan kematian. Sebelum meninggalkan
museum tersebut, Fatma sempat berkata kepada Hanum "ayo kita pergi, kita
tinggalkan kara Mustafa di sini agar menyesali kesalahannya". Selain objek
wisata di Vienna, Fatma juga mengajak Hanum mengunjungi rumahnya. Di
rumah Fatma, Hanum bertemu dengan sahabat Fatma yaitu Latife (Dian
Pelangi) dan Ezra (Hanum Salsabiela Rais). Hanum diajak untuk menjalankan
misi agen muslim bersama Fatma, Latife, dan Ezra. Hanum diajak menjadi
pengajar untuk anak-anak kecil yang muallaf. Fatma mengajak Hanum karena
Hanum sangat fasih berbahasa Inggris.
41
Bukit Kahlenberg
Sungai Danube
Kara Mustafa Pasha
Pada adegan Rangga, penonton ditunjukkan tentang lika-liku
kehidupan kampus dengan mahasiswa muslim minoritas. Rangga memiliki
teman bernama Stefan (Nino Fernandez), seorang penganut atheis yang
memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering bertanya kepada
Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa. Stefen pernah bertanya kepada
Rangga “kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “memang tujuan
42
puasa itu apa?”, “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?” Semua
pertanyaan Stefen tersebut dapat dijawab Rangga dengan baik. Rangga
menjawab dengan menganalogikan premi asuransi. Setiap nasabah asuransi
harus membayar kewajiban berupa premi asuransi setiap waktunya. Demikian
juga, dengan seorang muslim harus membayar kewajibannya dengan tunduk
kepada Allah (berupa puasa dan sholat).
Rangga juga mempunyai seorang teman muslim asal Pakistan yang
bernama Khan (Alex Abbad). Bersama Khan, Rangga merasa tidak sendiri
sebagai seorang Muslim. Khan pernah memberi bekal makanan yang halal
kepada Rangga. Rangga sangat senang menerimanya. Namun, kehidupan
kampus Rangga dan Khan sangat sulit. Kampus Rangga dan Khan tidak
memiliki sebuah musholla yang layak. Mereka pun harus sholat di ruangan
ibadah yang bercampur dengan agama lain (Konghucu, Buddha, Kristen).
Khan bahkan ragu dengan sholatnya apakah diterima Allah atau tidak? Hal
yang paling bergejolak pada Rangga dan Khan adalah saat akan mengikuti
jadwal ujian yang bentrok dengan sholat Jumat. Tak terima dengan keputusan
profesor yang membuat jadwal bentrok dengan sholat jumat, Rangga
mengajak Khan menemui profesor tersebut. Sayangnya Khan berkata “Maaf
kawan, untuk agama, saya tidak ada toleransi. Untuk masalah ini, kamu
sendirian”.
Rangga
pun
menemui
Profesor
yang
mempromosikan
beasiswanya. Rangga tidak berhasil mendapatkan dispensasi dari Profesor
tersebut. Apalagi profesornya sempat bercelutuk untuk tidak meluluskannya
terhadap mata kuliah tersebut. Rangga pun pasrah saat profesor berkata "Mr.
43
Almahendra, saya pernah mendengar kalimat bismillahirrahmanirrahim yang
artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. So,
what's the big deal?" Dengan berat
hati, Rangga
meninggalkan ruangan profesor. Hati Rangga masih bergejolak sampai ujian
dilaksanakan. Khan memutuskan tidak mengikuti ujian dan langsung sholat
jum’at ke Masjid. Awalnya Rangga juga memutuskan hal yang sama dengan
Khan. Namun, setiba di masjid, Rangga kembali ke kampus dan mengikuti
ujian.
Selain Stefen dan Khan, Rangga mempunyai seorang teman
perempuan yang bernama Maarja (Marissa Nasution). Sebenarnya Maarja
sangat tertarik dengan Rangga. Dia tidak memperdulikan bahwa Rangga
sudah mempunyai istri.Namun, Maarja selalu menggoda Rangga.
Perpustakaan kampus Rangga
Saat di rumah, Hanum mempersiapkan makan malam untuk Rangga.
Hanum membuat ikan asin.Karena bau ikan asin yang menyengat, tetangga
rumah Hanum sampai menggedor pintu rumah Hanum. Hanum dilarang
memasak makanan yang dapat mengganggu penciuman tetangga lain. Hanum
kesal dengan tingkah laku tetangganya. Setelah adegan tersebut, Rangga pun
datang. Rangga berusaha merayu Hanum yang sedang kesal dengan
44
tetangganya. Saat makan, Hanum dan Rangga menceritakan kisahnya masingmasing. Hanum bercerita tentang kerudung yang dipakai Fatma dan
Ayse.Rangga pun berkata “Tapi, kamu cantik loh pakai kerudung”.
Pernyataan Rangga mengandung pesan dari film ini yaitu urgensi
berkerudung.
Saat di rumah, Hanum menunjukkan kelembutannya sebagai seorang
muslim. Hanum membalas tetangga yang mengomeli makanan ikan asinnya
dengan membuat mie goreng ikan asin. Mie goreng ikan asin tersebut sangat
dinikmati oleh tetangganya. Sehingga, tetangganya ketagihan dan ingin
dibuatkan ikan asin lagi oleh Hanum.
Mie goreng ikan asin
Suatu kali, Rangga harus menghadiri seminar yang diadakan di Paris.
Hanum pun diajak Rangga ke Paris. Hanum sangat senang. Saat di Paris,
Hanum bertemu dengan teman Fatma yang bernama Marion Latimer (Dewi
Sandra). Marion adalah seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di Paris.
Bersama Marion, Hanum diajak mengelilingi kota Paris. Hanum diajak ke
Menara Eiffel yang merupakan icon kota Paris. Marion juga mengajak Hanum
ke Museum Louvre. Dalam Museum tersebut terdapat beragam foto dan
45
lukisan diantaranya adalah lukisan Monalisa dan lukisan Bunda Maria
berkerudung. Hal yang menarik pada lukisan Bunda Maria adalah terdapat
kaligrafi yang dilihat bertuliskan La ilaha illallah. Objek yang dikunjungi
Hanum dan Marion berikutnya adalah Monumen Arc de Triomphe. Monumen
Arc de Triomphe memiliki patung napolleon Bonaparte. Monumen Arc de
Triomphe memiliki garis lurus imajiner (Axe Historique) yang tepat membelah
kota Paris. Jika garis tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis
tersebut tepat mengarah ke Ka’bah, Mekkah.
Menara Eiffel
Museum Louvre
46
Monumen Arc de Triomphe
Foto bunda Maria
Rangga adzan di Menara Eiffel
Usai acara seminar Rangga di Paris, Hanum berjalan-jalan dengan
Rangga ke Menara Eiffel. Di atas Menara Eiffel, Rangga mengumandangkan
adzan. Bergetar hati saya saat Rangga mengumandangkan adzan. Usai jalanjalan, Hanum pun pamit kepada Marion. Sebelum balik ke Austria, Marion
menitip barang kepada Hanum. Barang tersebut merupakan titipan Fatma.
Setiba di Vienna, Hanum mencari Fatma dan Ayse. Namun, Hanum
tidak menemukan mereka. Hanum dan Rangga juga membuka titipan dari
47
Marion. Mereka kaget dengan titipan Marion karena titipan tersebut
merupakan obat kanker. Dalam titipan tersebut, Marion juga menyisipkan
sebuah surat yang berisi bahwa obat tersebut untuk Ayse. Hanum pun kaget
karena Ayse menderita kanker.Adegan ini sempat membuat mata Saya
berkaca-kaca. Saya kasihan dengan Ayse yang masih kecil tapi mengidap
kanker.
Lanjutan dari film sebelumnya 99 Cahaya di Langit Eropa selain
mengungkap rahasia sejarah perkembangan islam di belahan Eropa lainnya,
khususnya Cordoba, Istanbul, dan Turki, pada bagian film ini menjawab
beberapa hal yang sebelumnya sering bersiteru, pertemuan kembali dengan
Fatma Pasha di turki yang sebelumnya menghilang tanpa berita serta berakhir
manisnya perjalanan pendidikan rangga di eropa.1
B. Masyarakat muslim di Eropa
Perkembangan agama Islam tidak terbatas hanya di Asia saja, tetapi
merata ke seluruh dunia termasuk ke benua Eropa dan Amerika. sudah tentu
perkembangan Islam di benua Eropa dan Amerika tidak seperti di Asia dan
Afrika, karena sulitnya berdakwah terhadap masyarakat Eropa yang umumnya
beragama Kristen dan penganut paham sekularisme begitupun di benua
Amerika. Namun berkat keteguhan dan kesungguhan para Mubalig Islam
dalam berdakwah, agama Islam di Benua Eropa dan Amerika semakin
bertambah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.2
1
2
genrambai.blogspot.com/2013/12/review-film-99-cahaya-di-langit-eropa.html
Ryan Mayer, Islam di Spanyol (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI 2011), h.216.
48
Hidup dengan masyarakat muslim dan budaya islam nampaknya bukan
sesuatu yang aneh lagi bagi seorang muslim. Tapi apa yang terjadi apabila
seorang muslim harus tinggal di sebuah negeri yang sangat sedikit jumlah
penganut muslimnya dan dengan budaya yang banyak sekali perbedaanya?
Inilah yang banyak dialami oleh saudara-saudari kita yang sedang menuntut
ilmu, bekerja maupun membentuk keluarga di Eropa.
Mungkin tidak salah kalau banyak mahasiswa Indonesia, setelah
belajar ke luar negeri kemudian merasa nasionalismenya menjadi naik. Betapa
tidak, sebagai muslim di Indonesia, kita serasa dimanjakan dengan segala
kondisi yang ada. Satu hal yang sangat fundamental ada di negara kita adalah
diakuinya eksistensi Tuhan sebagai bagian dari kehidupan bernegara kita yang
disebut dalam Pancasila.
Apabila anda tinggal di Eropa, jangan berharap sebuah negara
menjamin kehidupan beragama kita. Hampir seluruh negara di Eropa tidak ada
yang secara eksplisit mengatur kehidupan beragama dalam aturan negaranya.
Sebagai konsekuensinya, kehidupan beragama adalah masalah domestik atau
pribadi tiap manusia yang tinggal di sana. Meskipun ada diskusi terbuka
tentang agama di televisi, radio, koran dan sebagainya, akan tetapi agama
tetap diletakkan sebagai kehidupan pribadi. Bahkan bertanya mengenai agama
apa yang dianut merupakan hal yang tabu. Kalaupun ada masalah agama yang
kemudian diangkat jadi masalah umum, maka itu bukan dengan alasan agama,
akan tetapi karena menyangkut hak individu yang harus dilindungi.
49
Sebagai konsekuensi lebih lanjut ketika negara tidak mengatur
kehidupan beragama, maka kehidupan sosial dan professional juga dipisahkan
dengan kehidupan beragama. Sebagai contoh bagi para pelajar muslim,
masalah utama dalam kehidupan sehari-hari adalah kewajiban menjalankan
sholat 5 waktu. Seringkali kuliah dilaksanakan tanpa pertimbangan waktu
untuk sholat. Bagi pelajar muslim laki-laki masalah menjadi semakin komplek
apabila jadwal kuliah berbarengan dengan jadwal sholat jumat. Kadang harus
membolos kuliah agar jangan sampai meninggalkan sholat jumat.
Iklim, musim dan cuaca menjadi masalah penting bagi muslim
Indonesia di Eropa. Sebagai orang yang berasal dari daerah beriklim tropis
dengan hanya memiliki dua musim: musim hujan dan musim kemarau,
muslim Indonesia harus menghadapi hidup dengan kondisi iklim yang sangat
berbeda dengan kondisi di Indonesia. Di kawasan Eropa dengan kondisi
wilayah "Temperate" dimana terdapat 4 musim yaitu musim semi, panas,
gugur dan dingin. Di Eropa, jadwal sholat magrib dapat dilakukan pada pukul
4 sore pada musim dingin, hingga pukul 10.00 malam pada musim panas.
Tentu saja ini juga akan berpengaruh pada saat ibadah puasa ramadhan
menjelang. Apabila waktu ramadhan pada saat musim dingin, akan terasa
lebih ringan karena puasa dimulai pada sekitar pukul 6 pagi hingga pukul 4
sore (kurang lebih hanya 8 jam). Akan tetapi pada saat musim panas, kita
harus puasa hingga 16 jam (mulai pukul 4 pagi hingga pukul 10 sore).3
Begitupun dalam hal pemilihan makanan, daging babi adalah daging
yang paling popular bagi masyarakat Eropa. Selain babi, daging sapi,
3
erlina-erlins.blogspot.com/2010/11/kehidupan-umat-muslim-di-negara-eropa.html
diakses pada tanggal 2 september 2014 pukul 11:30 WIB.
50
kambing, ayam juga mendukung pemenuhan kebutuhan protein. Sedangkan
ikan relatif jarang dan mahal bagi masyarakat Eropa. Di lain pihak, makanan
halal dan baik bagi tubuh adalah pilihan utama seorang muslim, baik halal
jenisnya maupun cara mendapatkannya. Untuk cara mendapatkannya, rata-rata
para pelajar muslim mendapatkan beasiswa dari sponsor atau pun ada
sebagian yang biaya sendiri. Jadi dalam hal ini tingkat kehalalan cara
mendapatkan uang boleh dikata 100% halal.
C. Sekilas tentang Tvzetan Todorov
Tzvetan Todorov, lahir 1 Maret 1939 di Sofia Bulgaria. Ia seorang
filsuf dan kritikus budaya. Dia tinggal di Perancis sejak 1963 dan sekarang
tinggal di sana bersama istrinya Nancy Huston dan dua anak mereka. Ia
menulis buku dan esai tentang teori sastra, berpikir sejarah dan budaya teori.4
Dua karya utama Todorov pada semiotika adalah Teori Simbol dan
Interpretasi. Teorinya mendefinisikan hubungan antara sejarah, wacana dan
ucapan, dan mengusulkan definisi simbolisme bahasa didasarkan pada
pembedaan ia membuat antara bahasa dan wacana. Todorov juga
mendefinisikan perbedaan antara tanda dan simbol, yang didasarkan pada
makna langsung teks dan konten langsung, masing-masing.
4
Tzvetan Todorov, Tata Sastra. Jakarta(Jakarta: IKAPI, 1985).
51
Gambar 2.15
Tvzetan Todorov
D. Sinopsis Film 99 Cahaya di Langit Eropa
99 Cahaya di Langit Eropa menceritakan pengalaman nyata sepasang
mahasiswa Indonesia yang kuliah di Eropa. Bagaimana mereka beradaptasi,
bertemu dengan berbagai sahabat hingga akhirnya menuntun mereka kepada
rahasia besar Islam di benua Eropa.
Sebuah film yang diangkat dari novel laris karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Almahendra, film ini mengambil lokasi di 4 negara yaitu di
Vienna (Austria), Paris (Perancis), Cordoba (Spanyol) dan Istanbul (Turki).
E. Tanggapan Terhadap Film ’99 Cahaya di Langit Eropa’
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- '99 Cahaya di Langit Eropa'
merupakan sebuah film yang diangkat dari sebuah novel karya Hanum
Salsabila Rais dengan judul yang sama. Film yang sarat syiar islam ini tak
hanya mengadopsi cerita yang ada di dalam novel tersebut, bahkan ada cerita
yang tak tertulis dihadirkan ke dalam film.
"Kita adopsi 120% dari novelnya," cerita Guntur Sorharjanto kepada
5
Tzvetan Todorov, Http://en.wikipedia.org/wiki/File:Tzvetan_TodorovStrasbourg_2011_%283%29.jpg, diakses 16 Mei 2014.
52
wartawan seusai screaning di Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jumat (29/11)
di Jakarta.
Mengapa 120%, menurutnya ada banyak adegan yang tak tertulis di
novel yang turut di masukan ke dalam cerita film. Ia mencotohkan salah
satunya adalah adegan dimana Rangga (Abimana Aryasatya) mengajarkan
puasa kepada Stefan (Nino Fernandes). Dalam menggarap cerita-cerita yang
tak tertulis di novel, Guntur menggali langsung kepada penulisnya guna
mengerti lebih jauh mengenai si penulis dan orang-orang yang ada di dalam
novel.
Film ini menuturkan kisah nyata yang dialami penulis selama
perjalanannya di Eropa. '99 Cahaya di Langit Eropa akan tayang di Bioskop
pada 5 Desember mendatang. Beberapa artis kenamaan turut ambil di film ini
seperti Acha Septriansyah, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Nino Fernadez,
Alex Abad, Mariss Nasution dan Dewi Sandra.6
1. Bapak Presiden Indonesia
“ Ini sebuah seni yang luar biasa, bukan hanya ceritanya yang
segar, film ini juga penuh pembelajaran dan juga diekpresikan oleh para
artis kita dengan tampilan yang luar biasa serta digarap secara apik oleh
sang sutradara,"
"Betapa banyak nilai yang ditampilkan dalam tayangan film ini
seperti, perdamaian, persaudaraan,toleransi dan banyak falsafah serta nilai
spiritual,”
6
www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/11/30/mx1b34-film-99cahaya-di-langit-eropa-sarat-syiar-islam diakses pada tanggal 1 juli 2014 pukul 13:53 WIB.
53
2. Bapak Jusuf Kalla
"Filmnya bagus dan wajib ditonton oleh masyarakat kita yang
majemuk.Film ini membuka wawasan tentang Islam, toleransi dan
perdamaian.”
3. Mr. Olof Skoog, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia
Bapak Dubes dan Para Pemain 99 Cahaya (sumber: klik di sini)
“…Film ini
telah berhasil
menceritakan
warisan
Islam
di
Eropa yang belum banyak kita ketahui. Film ini mengingatkan kita,
sebagai orang Eropa, bahwa Islam tidak hanya merupakan cara hidup
tetapi
juga merupakan
bagian
penting yang
tidak
terpisahkan
dari sejarah peradaban Eropa…”
“…Film ini juga mengingatkan kami bahwa semboyan Uni Eropa “
Kesatuan dalam Keberagaman (Unity and Diversity) ” dan semboyan
Indonesia “ Bhinneka Tunggal Ika ” jangan hanya sebatas pegangan hidup,
namun yang lebih penting dari itu adalah untuk menerapkannya dalam
kehidupan kita sehari-hari…”. 7
7
sofia-zhanzabila.blogspot.com/2013/12/kesan-sehabis-menonton-film-99-cahaya.html
diakses pada tanggal 1 juli 2014 pukul 13:53 WIB.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini peneliti menguraikan Alur cerita film 99 Cahaya di Langit
Eropa Menurut Tvzetan Todorov. Analisis film ini terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu alur awal, tengah, dan akhir, yang di hubungkan dengan komunikasi
Antaragama dan Budaya masyarakat muslim Eropa. Film ini termasuk film
Drama, Drama merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human
interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi
setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut.
A. Analisis Alur awal cerita pada Film 99 Cahaya di Langit Eropa
Bagian pendahuluan adalah bagian awal dari sebuah cerita atau film
yang menjadi asal mulanya dari kejadian-kejadian selanjutnya. Bagian
pendahuluan dalam cerita harus berisi cerita yang menarik agar penonton lebih
tertarik untuk melanjutkan menonton adegan-adegan selanjutnya. Berikut
adalah penjelasan dari bagian pendahuluan (alur awal) dari film 99 Cahaya di
Langit Eropa:
Berawal dari Vienna (Austria), Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga
(Abimana Aryasatya) memulai kisahnya. Rangga yang saat itu menempuh
kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya bekerja di bidang
jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka sangat sulit
hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga
kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di
54
55
kampusnya. Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan
karena kurang fasih berbahasa Jerman.
Pada adegan Rangga, penonton ditunjukkan tentang lika-liku
kehidupan kampus dengan mahasiswa muslim minoritas. Rangga memiliki
teman bernama Stefan (Nino Fernandez), seorang penganut atheis yang
memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering bertanya kepada
Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa. Stefen pernah bertanya kepada
Rangga “kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “memang tujuan
puasa itu apa?”, “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?” Semua
pertanyaan Stefen tersebut dapat dijawab Rangga dengan baik. Rangga
menjawab dengan menganalogikan premi asuransi. Setiap nasabah asuransi
harus membayar kewajiban berupa premi asuransi setiap waktunya. Demikian
juga, dengan seorang muslim harus membayar kewajibannya dengan tunduk
kepada Allah (berupa puasa dan sholat).
Rangga juga mempunyai seorang teman muslim asal Pakistan yang
bernama Khan (Alex Abbad). Bersama Khan, Rangga merasa tidak sendiri
sebagai seorang Muslim. Khan pernah memberi bekal makanan yang halal
kepada Rangga. Rangga sangat senang menerimanya. Namun, kehidupan
kampus Rangga dan Khan sangat sulit. Kampus Rangga dan Khan tidak
memiliki sebuah musholla yang layak. Mereka pun harus sholat di ruang
ibadah yang bercampur dengan agama lain (Konghucu, Buddha, Kristen).
56
Tempat beribadah Rangga dan Khan di kampus
Sesuatu yang lumrah setiap manusia untuk saling menghargai antar
umat beragama antara satu dengan yang lainnya dan itulah yang di tunjukan
kaum Muslim tatkala menjadi mayoritas dalam suatu negara, dan sikap
bertoleransi antar umat beragama yang di tunjukan kaum Muslim terhadap
pihak minoritas maka menjadi suatu yang lumrah jikala Muslim merupakan
minoritas dalam suatu negara adanya toleransi.
Ditempat berbeda Hanum yang sedang menikmati sudut-sudut ke
indahan kota Vienna Austria melihat seorang wanita berkerudung di sebuah
toko yang sedang melamar pekerjaan, dengan wajah sedih dan kecewa wanita
itu keluar dr toko. Wanita itu tidak di trima kerja karna tidak fasih berbahasa
jerman dan memakai kerudung. “sulit tinggal disini kalau tidak fasih
berbahasa jerman, tak mudah hidup di eropa dari budaya dan tradisi yang
berbeda. Jauh dari kelurga dan sahabat untuk berbagi cerita”. Hal ini
dikatakan oleh Rangga Almahendra selaku penulis novel kepada peneliti
ketika wawancara via telfon.
“Sebenarnya bukan hanya kesulitan karna memakai hijab, tapi
memang selama ini klo di Eropa prinsip yang di pakai adalah
profesionalisme. jadi mereka itu lebih melihat pada karya atau prestasi
bukan di lihat dari mana atau karna memakai hijab atau tidak. Tapi
57
memang ada pandangan di Eropa ini kalau perempuan berhijab itu
identik dengan klo bahasa jawanya itu “asah-asah lalu momong
bocah” hanya menjadi konco wingking dibelakang saja, jadi memang
dunia muslimah itu di anggap sebagai dunia yang dekat dengan konco
wingking itu teman yang di belakang tidak pernah yang di depan untuk
berkarya atau berprestasi. Itu yang membuat beberapa dari mereka
yang sulit mencari pekerjaan”. 1
Tiga bulan berlalu, semua yang terasa indah menjadi hambar dan
membosankan bagi Hanum. Akhirnya Hanum menemukan harapan setelah
melihat sebuah poster kursus berbahasa jerman gratis. Saat mengikuti kursus
tersebut, Hanum bertemu dengan Fatma (Raline Shah), seorang muslimah
turki yang berkerudung. Mereka pun akhirnya bersahabat. Fatma mengajak
Hanum ke sekolah anaknya, Ayse (Geccha Tavvara). Disana Hanum bertemu
dengan ayse. Ayse sempat bertanya kepada Fatma “Tante Hanum muslim ya?
Tapi ko tante Hanum tidak berkerudung seperti kita?” menurut saya
pertanyaan seorang bocah seperti Ayse cukup menusuk apalagi untuk Hanum.
Namun, Fatma dengan cerdasnya berkilah “Tante Hanum sakit kepala, jadi
dia tidak berkerudung”. Lalu Hanum menjawab “ iya, tante sakit kepala”.
Ayse pun berceloteh lagi “ kalau sakit kepala hilang, janji ya tante Hanum
pake kerudung?”. Adegan ini sangat menarik bagi saya. Secara tidak
langsung, film ini memberikan pesan kepada penontonnya tentang urgensi
berkerudung (hijab). Menurut saya adegan ini tidak menggurui karena
diucapkan secara spontan oleh bocah kecil.
1
Wawancara via telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di Langit
Eropa, Jakarta 25 oktober 2014
58
Pertemuan pertama ayse dan Hanum di sekolah
Di sekolah, ayse sering di bully teman-temannya terutama leon di
sekolah. Kerudung adalah penyebab utamanya. Karena terlalu sering di bully,
guru ayse sempat membujuk ayse untuk membuka kerudungnya. Namun,
ayse tetap tidak mau membuka kerudungnya. Kemudian Fatma menemui
gurunya ayse, untuk menjelaskan keputusan ayse memakai kerudung, agar dia
tidak dipaksa lagi untuk melepas kerudungnya.
Fatma
: “Ayse memakai kerudung karena kemauannya sendiri,
bukan saya yang memaksanya”.
Bu Edelman : “yaa nyonya pasha, saya mengerti… tapi sebagai
ibunya, anda harus menjelaskan kepadanya bukan
keharusan memakai kerudung di sekolah, setiap hari
ayse selalu di olok-olok anak-anak lainnya.. bagaimana
anda bisa membiarkannya? Saya mohon nyonya pasha,
tolong bicarakan dengan ayse… tolong!
Fatma
: “ ayse senang dengan pilihannya, apakah itu salah?”
Bu Edelman : “tidak, itu tidak salah… tapi anda harus mengerti dia
akan selalu di olok-olok”.
Fatma
: ( tanpa berucap apa-apa sambil tersenyum Fatma lalu
pamit meninggalkan ruangan bu Edelman).
Hijab adalah identitas seorang Muslim, karna menutup aurat adalah
perintah langsung dari Allah kepada umatnya untuk menutup aurat.
59
Keesokan harinya Hanum, Fatma dan ayse memulai perjalanannya
menelusuri jejak-jejak peradaban sejarah di Vienna. Di awali dari sungai
Danube yang terbesar di eropa. Sungai tersebut sangat bersih dan asri. Di
sudut sungai tersebut, kita dapat melihat bukit Kahlenberg. Bukit kahlenberg
merupakan tempat pasukan turki yang dipimpin kara Mustafa pasha sehingga
pasukan turki terusir dari tentara jerman dan polandia. Ayse sangat senang di
bukit tersebut. Dia meminjam kamera Hanum untuk mengabadikan
pemandangan indah di sana.
Lalu Fatma mengajak Hanum kesebuah cafe, Fatma bercerita tentang
asal mula cappuccino, ternyata cappuccino tersebut berasal dari negara turki.
Tak lama setelah menceritakan cappuccino Hanum meguping di balik pintu
tempat duduk saat itu, dua pria bule berceloteh saat makan roti croissant, si
bule bercerita kepada temannya bahwa roti croissant bentuknya seperti
bendera turki. Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan
pasukan muslim turki. Karena masyarakat Eropa masih dendam dengan
masyarakat turki, maka masyarakat Eropa membuat roti croissant berbentuk
bulan sabit untuk dimakan bukan untuk dihormati. Hanum langsung naik
pitam mendengar percakapan bule tersebut.
Fatma
Hanum
Fatma
Hanum
Fatma
Hanum
:
:
:
:
“makan lagi ayse rotinya”
“jangan ayse…”
“kenapa?”
“kata bule itu kita makan diri kita sendiri kalo kita
makan roti ini.”
: “sudah Hanum biarkan saja, kita punya cara sendiri
untuk membalasnya..” (Fatma langsung memanggil
pelayan dan menuliskan pesan untuk orang bule
tersebut).
: “kamu pengecut Fatma, kenapa kamu tadi tidak
60
Fatma
Hanum
:
:
Fatma
:
Hanum
:
Fatma
:
Hanum
Fatma
:
:
membela diri? Pas agamamu bahkan negara kamu aja
dihina oleh mereka”.
“Hanum…”
“kamu bayarin lagi semuanya, kita harus bisa melawan
Fatma jangan mau di injek-injek begitu, kita ini harus
tunjukin klo kita ini kuat..”
“bahwa kita teroris?? Aku juga dulu seperti kamu,
hanya butuh penyesuaian saja, lama-lama juga kamu
akan merasa hangat dan berfikir jernih dalam
menghadapi situasi seperti tadi”.
“aku bukan malaikat Fatma… aku hanya manusia
biasa..”
“dengan jilbabku ini, aku wajib menjadi agen Islam
yang baik, menjadi berkah, ikhlas dan membawa
kedamaian bagi siapa pun termasuk mereka yang tidak
beragama Islam.
“dan membiarkan kita selalu mengalah?”
“kadang itu yang membuat kita menang, lebih baik
perang di ranah karya, bukan pedang. kita hadapi
dengan hati yah.
Muslim di Eropa di pandang sebelah mata oleh orang-orang di Eropa
karena mereka beranggapan bahwa muslim adalah teroris, oleh karna itu ada
ketakutan tersendiri bagi orang-orang Eropa terhadap orang muslim. Hal ini
dijelaskan oleh Rangga Almahendra kepada penulis ketika meneliti
wawancara.
“Kehidupan muslim di eropa sendiri saat ini yang sedang marak yaitu
Islamo fobia, Islamo fobia itu adalah ketakutan terhadap agama Islam.
Ini ada banyak sebab salah satunya mungkin warisan dulu selama
ribuan tahun perang salib, terus kemudian sekarang di media-media
radikalisme ada di mana-mana sehingga sebagian masyarakat Eropa
memang agak “Takut” terhadap Islam/ muslim. Dan sayangnya itu
terjadi bukan hanya di Eropa tapi di seluruh dunia juga sama. mediamedia Indonesia pun sekarang sangat genjar sekali memberitakan
berita-berita yang menyudutkan umat Islam. Jadi saya rasa memang
kita sebagai umat muslim perlu berbicara lebih dengan karya bukan
dengan pedang. menunjukan pada dunia bahwa Islam itu Rahmatan
61
lilalamin”.2
Kemudian Fatma mengajak Hanum mengunjungi kediamannya, di
rumah Fatma Hanum bertemu dengan sahabat Fatma yaitu Latife (Dian
pelangi) dan Ezra (Hanum Salsabila Rais). Hanum di ajak untuk menjalankan
misi agen muslim bersama Fatma, Latife dan Ezra. Hanum diajak menjadi
pengajar untuk anak-anak kecil muallaf. Fatma mengajak Hanum karena
Hanum sangat fasih berbahasa Inggris. Tanpa fikir panjang Hanum pun
langsung nemerima ajakan Fatma untuk menjadi agen muslim sejati. Di
situlah Hanum mulai untuk menjadi agen muslim yang baik yang bisa
memberi manfaat bagi orang-orang disekitarnya. Bahwa seorang muslim itu
bukan hanya dia harus mempunyai iman tapi yang lebih penting amalan. Hal
ini dikatakan pula oleh Rangga Almahendra kepada peneliti ketika
wawancara via telfon.
“menjadi agen muslim yang baik be a good agen of muslim yang
intinya bahwa agen muslim yang baik itu adalah orang muslim yang
selalu memberi manfaat untuk sekitarnya memberi berkah untuk
sekitarnya, dan juga bisa menjadi jembatan atas segala perbedaan.
Agen muslim yang senantiasa menunjukan karya dan prestasi
dimanapun dia berada. Bahwa seorang muslim itu bukan hanya dia
harus mempunyai iman tapi yang lebih penting amalan, bahwa Islam
itu bukan tentang jalan yang di pilih tapi juga tentang jejak yang harus
di tinggalkan di lingkungannya.3
Sebagai agama yang Rahmatan lil alamin, Islam hadir di dunia ini
untuk menciptakan dan melestarikan kehidupan yang damai, nyaman dan
demokratis dan toleran, serta menjunjung tinggi moralitas dan peradaban.
2
Wawancara via Telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di Langit
Eropa, Jakarta 25 oktober 2014
3
Wawancara via Telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di Langit
Eropa, Jakarta. 25 oktober 2014
62
Islam menyebar keadamaian dan keamanan bukan hanya untuk pemeluknya,
tapi bagi siapa saja di jagad raya ini. Inilah proklamasi awal yang disampaikan
sejak lahirnya risalah mulia Islam. “ Tidaklah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi semesta alam”. Qs Al-Anbiya/ 21:7.
Rutinitas agen muslim di kediaman Fatma
Saat di rumah, Hanum mempersiapkan makan malam untuk Rangga.
Hanum membuat ikan asin. Karena bau ikan asin yang menyengat, tetangga
rumah Hanum sampai menggedor pintu rumah Hanum. Hanum dilarang
memasak makanan yang dapat mengganggu penciuman tetangga lain. Hanum
kesal dengan tingkah laku tetangganya. Setelah adegan tersebut, Rangga pun
datang. Rangga berusaha merayu Hanum yang sedang kesal dengan
tetangganya. Saat makan, Hanum dan Rangga menceritakan kisahnya masingmasing. Hanum bercerita tentang kerudung yang dipakai Fatma dan Ayse.
Rangga pun berkata “Tapi, kamu cantik loh pakai kerudung”. Pernyataan
Rangga mengandung pesan dari film ini yaitu urgensi berkerudung.
Setelah peneliti menganalisis narasi alur awal dari film 99 Cahaya di
63
Langit Eropa, maka di dalam alur awal ini terjadi komunikasi antaragama dan
budaya dari para tokohnya berdasarkan konsep pelaku komunikasi antaragama
dan budaya Joseph D. Vito. Film ini termasuk film Drama, Drama merupakan
tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju
adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa
tokoh dalam adegan tersebut.
B. Analisis Komunikasi Antaragama dan Budaya Masyarakat Muslim
Eropa
1.
Komunikasi antara Kelompok Etnis yang Berbeda
Komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda sering juga
disebut sebagai komunikasi antaretnis. Komunikasi antaretnis adalah
komunikasi yang terjadi antara orang dari negara yang sama tetapi dari
keturunan yang berbeda. Misalnya komunikasi antara warga Amerika
keturunan Italia dengan warga Amerika keturunan Jerman.
Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa terdapat hubungan antara
warga Indonesia yang berasal dari suku dan daerah yang berbeda. Dari
hasil analisis narasi berdasarkan model analisis narasi Tvzetan Todorov,
maka model komunikasi antara kelompok etnis berbeda yang terjadi di
alur awal film ini adalah dengan adanya komunikasi intensif antara tokoh
Rangga, Khan dan Stefan, di mana ketiga tokoh ini adalah orang dengan
latar belakang daerah dan budaya yang berbeda. Rangga berasal dari
Indonesia, Khan berasal dari Pakistan dan Stefan berasal dari jerman.
Selain menceritakan komunikasi yang terjalin antara Rangga, Khan dan
64
Stefan, di alur awal ini juga terjadi komunikasi antara Hanum dan Fatma.
2. Komunikasi antara Kelompok Agama yang Berbeda
Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda sudah lazim
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja hubungan
komunikasi antara orang Islam dan agama yang lain yang belajar di satu
kampus yang sama dimana kampus Rangga dan khan tidak memiliki
sebuah musolla yang layak mereka pun harus solat di ruangan ibadah yang
bercampur dengan agama lain (khonghucu, budha, Kristen). Di alur awal
film 99 Cahaya di Langit Eropa, komunikasi antara kelompok agama
yang berbeda digambarkan dari komunikasi yang terjalin antara Rangga
dengan Stefan. Rangga adalah penganut agama Islam dan Stefan penganut
Atheis yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering
bertanya kepada Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa.
3. Komunikasi antara Subkultur yang Berbeda
Komunikasi antara subkultur yang berbeda adalah komunikasi
yang biasa terjadi antara orang yang berbeda profesi atau antara orang
dengan kemampuan fisik yang berbeda. Misalnya komunikasi antara orang
yang berprofesi sebagai dokter dengan pengacara atau antara tunarungu
dengan tunanetra. Komunikasi antara subkultur yang berbeda di alur awal
film 99 Cahaya di Langit Eropa digambarkan dengan adanya komunikasi
antara Hanum dan Fatma yang memiliki profesi berbeda. Hanum adalah
seorang jurnalis asal Indonesia dan Fatma adalah ibu rumah tangga. Juga
komunikasi antara Hanum dengan Latife yang merupakan perempuan
keturuanan Turki yang sukses dengan usaha tokonya di Austria dan Ezra
adalah saingan Latife dalam dunia usaha tetapi mereka memiliki hubungan
65
yang sangat dekat.
4. Komunikasi antara Suatu Subkultur dengan Kultur yang Dominan
Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan
misalnya adalah komunikasi yang terjadi antara kaum manula dengan
kaum muda. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur awal terjadi
komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan
digambarkan dengan adanya komunikasi antara Fatma dan Ayse anaknya,
komunikasi antara Hanum dengan Ayse, dan komunikasi antara Ayse
dengan gurunya.
5. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda
Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda adalah komunikasi
yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Dalam film 99 Cahaya di
Langit Eropa, di alur awal terjadi komunikasi antara jenis kelamin yang
berbeda digambarkan dengan adanya komunikasi antara Rangga dengan
Hanum, komunikasi antara Rangga dengan Marja, komunikasi antara
Stefan dengan Marja, komunikasi antara Rangga dengan Fatma, dan lainlain.
C. Analisis Alur Tengah Cerita pada Film 99 Cahaya di Langit Eropa
Bagian tengah cerita merupakan rangkaian dari tahapan-tahapan yang
membentuk seluruh proses narasi. Pada bagian ini mulai muncul adeganadegan yang menegangkan dan konfik, yang merupakan pengembangan dari
situasi awal di bagian pendahuluan. Berikut ini penjelasan bagian
perkembangan dari analisis narasi film 99 Cahaya di Langit Eropa.
66
Keesokan harinya, Rangga sedang berdiri di lorong kampus depan
papan pengumuman ujian yang sedang bingung memikirkan jadwal ujian yang
bentrok dengan shalat jum’at, lalu kemudian Stefan menghampiri Rangga dan
menanyakan tentang kesiapannya untuk ujian, Rangga pun menjawabnya
bahwa dia sudah siap untuk ujian tapi yang sedang di fikirkan Rangga tentang
waktu yang bentrok dengan solat jum’at. Lalu Stefan bertanya ke Rangga
“Apa Tuhan kamu itu cuma ada di hari jum’at?” . coba kamu bicarakan lagi
dengan Prof Reinhard siapa tau saja beliau bisa membantumu.
Sore itu pun Rangga langsung pulang bersama khan, di perjalanan
mereka pun masih membahas tentang jadwal ujian yang bentrok dengan
jadwal sholat jum’at. Rangga berdiskusi dengan Khan tentang keinginannya
menemui Profesor Reinhard agar dikasih kelonggaran waktu untuk dia bisa
melaksankan solat jum’at.
Saat perjalanan pulang dari kampus
Khan
Rangga
: “kamu sudah lihat pengumuman ujiannya? Gila, tuh
dosen! Apa yang dia pikirkan? Kalo saya dikasih
banyak Pr, dikasih banyak kerjaan tidak masalah tapi
kalo dy minta saya mengorbankan ibadah saya demi
ujian itu keterlaluan”.
: “tapi Stefan menganjurkan kita untuk ngomong kepada
67
prof reinhard mungkin nanti ada jalan keluar”
: “kita…?!
: “yaa”
: “oh, tidak Rangga! Untuk masalah agama saya tidak
bertoleransi, masalah ini kamu sendirian”
Seketika Rangga pun termenung dan bingung memikirkan ucapan
khan, yang tidak mau meminta toleransi untuk jadwal ujiannya. Bagi
khan ibadah adalah kewajiban yang tidak bisa diganti dengan apapun.
Dan keesokan harinya Rangga menemui profesornya.
Khan
Rangga
Khan
Prof
Rangga
Prof
Rangga
Prof
Rangga
Prof
Rangga
Prof
Rangga
Prof
Ranga
Prof
Rangga
Prof
Prof
Rangga
Prof
: “hai Rangga, senang melihatmu.. silahkan duduk, saya
sudah membaca risetmu dan saya menyukainya”.
: “terimakasih”
: “saya rasa kita dapat mengadakan presentasi di paris
bulan depan”
: “saya senang sekali mendengarnya prof. terimakasih”.
: “bagus… jadi setiap jum’at kita sudah bisa mulai
mempersiapkan presentasinya, temui saya di ruang
rapat”
: “sebenarnya, saya juga ingin bicara masalah hari
Jum’at”
: “tentang apa?”
: “tentang ujian di hari jum’at”
: “maksudmu, kau tidak bisa menemuiku di hari jum’at?
: “ bukan tentang pertemuan itu… tapi, tentang
kewajiban saya sebagai orang muslim”.
: “saya tidak bisa mengganti tanggal ujian hanya untuk
kamu dan khan. Apa kata orang lain?
: “kami akan tetap mengikuti ujian, tetapi setelah solat
jum’at”
: “tuan
Mahendra,
apakah
anda
mengerti
konsekuensinya, apabila anda tidak mengikuti ujian”
: “saya mengerti prof…”
: “anda tidak akan lulus tahun ini, anda akan mengulang
lagi tahun depan. Ingat, saya yang mempromosikan mu
untuk beasiswa ini. Bisakah anda menjaga reputasi saya
di kampus ini ?”
: “saya mendengar ada satu kalimat dalam Islam
Bismillahirrahmanirrahim” apa itu benar? Yang berarti
“Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang”.
: “benar”
: “jadi apa masalahnya? Tuhan anda akan mengerti ada
hal penting dalam hidup yang harus anda lakukan dan
anda akan melewatkan sholat jum’at. Tuhan anda maha
penyayang. Apa masalahnya?”
68
Rangga
Prof
: “ini tidak semudah itu pak, ini tentang keyakinan saya”
: “agama seharusnya membuat hal menjadi lebih mudah,
bukan sebaliknya. Saya rasa anda setuju tuan
mahendra’.
Dengan berat hati, Rangga meninggalkan ruangan profesor. Hati
Rangga masih bergejolak sampai ujian dilaksanakan. Khan memutuskan tidak
mengikuti ujian dan langsung sholat Jum’at ke masjid. Awalnya Rangga juga
memutuskan hal yang sama dengan Khan. Namun, setiba di masjid, Rangga
kembali ke kampus dan mengikuti ujian.
Diluar ruangan Marja sudah menunggu Rangga untuk menanyakan
tentang proposal yang akan di ajukan kepada Profesor Reinhard. Pada saat itu
Rangga sudah bersiap-siap untuk shalat. Dengan sengaja marja menyentuh
tangan Rangga yang sudah mengambil wudhu. Rangga balik lagi untuk
ngambil wudhu dan marja heran kenapa Rangga harus bolak-balik kamar
mandi
Kamar mandi ruang Rangga ngambil air wudhu
Marja
Rangga
Marja
: “hai Rangga… kamu kemana aja? Aku udah cari kamu
kemana-mana, ternyata kamu di sini, aku butuh bantuan
kamu Rangga..”
: “aku shalat dulu yah”
: “sebentar saja Rangga, soalnya Profesor Reinhard
69
Khan
Marja
sudah memberiku batas waktu untuk menyelesaikan
proposal tesisku”
: “biarkan Rangga menyelesaikan tugasnya sebagai
seorang muslim”
: “oke, aku minta maaf.. aku tunggu di sini!!”
Marja pergi meninggalkan Rangga dan menceritakan hal tersebut
kepada Stefan, dan mulailah perbincangan mengenai Rangga dan
agamanya yang rumit..
Marja
: “Bagaimana mungkin cuma di sentuh seperti itu aja ko
jadi masalah?
Stefan
: “kau tidak mengerti itu?”
Marja
: “tidak”
Stefan
: “aku juga tidak mengerti, itu tidak masuk logikaku”
Marja
: “itu sama sekali tidak msuk akal, apakah tanganku
kotor? Atau apa?”
Stefan
: “mungkin kau memang gadis “kotor” (sambil
menggoda)
Marja
: “HAHAHA! Lucu sekali! (dengan nada sinis lalu pergi
meninggalkan Stefan)
Lalu Stefan bertemu Rangga dan membahas hal yang terjadi dengan
Marja tadi.
Rangga
Stefan
Rangga
Stefan
Rangga
Stefan
Rangga
Stefan
Rangga
Stefan
Rangga
Stefan
: “Jika ada yang ingin kau bicarakan, katakana saja..”
: “menurut aku Rangga, Agamamu itu tidak adil,
terutama terhadap perempuan”
: “oohh.. marja maksudmu? Itu bukan agamaku, itu
akunya yang agak kaku untuk masalah itu..
: “bukan hanya itu, kenapa di Agamamu di anjurkan
wanita memakai hijab?
: “hijab, tujuannya untuk melindungi mereka..”
: “dari apa?”
: “orang-orang tidak akan melihat mereka dari fisik
nantinya, lebih kepada pemikirannya”
: “ada satu lagi, kenapa laki-laki di Agamamu di
bolehkan berpoligami?
: “setauku poligami itu memang boleh “ kalo mampu”
tapi aku tidak mampu. Dan tidak semua orang mampu
melakukan itu”.
: “jangan bilang karna cinta, karena aku yakin semua
laki-laki yang mempunyai banyak istri bisa mencintai
semua perempuan-perempuannya”
: “tidak.. cinta itu tanggung jawab. Seperti kamu kuliah
di dua tempat kamu harus menyelesaikannya”
: “satu saja udah pusing”
70
Rangga
Stefan
Rangga
: “nah.. sekarang kamu mengerti”
: “mungkin karena itu aku belum menikah..”
: “oh itu beda lagi… karna kamu tidak mau bertanggung
jawab.
Esokan harinya di rumah, Hanum menunjukan kelembutannya sebagai
seorang muslim. Hanum ingin menjadi agen muslim yang baik bagi orangorang di sekelilingnya terutama pada tetangga sebelah rumahnya. Hanum
membalas tetangga yang mengomeli makanan ikan asinnya dengan membuat
mie goreng dan ikan asin. Mie goreng ikan asin tersebut sangat dinikmati oleh
tetangganya. Sehingga tetangganya ketagihan dan ingin di buatkan ikan asin
lagi.
Keakraban Hanum dan tetangganya alex setelah memberikan hidangan makanan
Hanum
Alex
Hanum
Alex
Hanum
: hai Alex, aku dan suamiku membuatkan sesuatu
untukmu…”
: “benarkah?”
: “ yaa.. ambillah ini untuk makan siang, ini adalah
makanan Indonesia “ mie goreng”, aku harap kau suka.
: “ terimakasih”
: “ sama-sama”
Mengamalkan perintah-perintah yang disyariatkan agama Islam
sebagai agen muslim yang baik dan menjunjung tinggi syariat Islam baik pada
saat mayoritas bahkan minoritas sekalipun.
71
Suatu saat, Rangga harus menghadiri seminar yang diadakan di paris.
Hanum pun diajak Rangga ke paris. Hanum sangat senang. Saat di paris,
Hanum bertemu dengan teman Fatma yang bernama Marion ( Dewi Sandra).
Marion adalah seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di paris. Bersama
marion, Hanum di ajak mengelilingi kota Paris. Hanum di ajak ke menara
Eiffel yang merupakan icon kota paris. Marion juga menggajak Hanum ke
Museum Louvre. Dalam museum tersebut terdapat beragam foto dan lukisan
di antaranya adalah lukisan Monalisa dan lukisan Bunda Maria berkerudung.
Hal yang menarik pada lukisan Bunda Maria adalah terdapat kaligrafi yang
dilihat bertuliskan la ilaha illallah. Objek yang dikunjungi Hanum dan Marion
berikutnya adalah Monumen Arc de Triomphe. Monumen Arc de Triomphe
memiliki patung Napoleon Bonaparte. Monumen Arc de Triomphe memiliki
garis lurus imajiner (Axe Historique) yang tepat membelah kota paris. Jika
garis tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis tersebut tepat
mengarah ke Ka’bah Mekkah.
Garis lurus melewati Arch de Triumphe, kalau terus ke Timur akan menuju Ka’bah.
Usai acara seminar Rangga di Paris, Hanum berjalan-jalan dengan
Rangga ke Menara Eiffel. Di atas menara Eiffel. Rangga mengumandangkan
72
adzan. Bergetar hati saat Rangga mengumandangkan adzan. Usai jaln-jalan,
Hanum pun pamit kepada Marion. Sebelum balik ke Austria, Marion menitip
barang kepada Hanum. Barang tersebut merupakan titipan Fatma.
Setelah peneliti menganalisis narasi alur tengah film 99 Cahaya di
Langit Eropa, maka di dalam alur tengah ini terjadi komunikasi antaragama
dan budaya dari para tokohnya berdasarkan konsep pelaku komunikasi
antaragama dan budaya Joseph D. Vito.
D. Analisis Komunikasi AntarAgama dan Budaya Masyarakat Muslim
Eropa
1. Komunikasi antara Kelompok Etnis yang Berbeda
Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa terdapat hubungan antara
warga Indonesia dengan warga negara lain. Dari hasil analisis narasi
berdasarkan model analisis narasi Tvzetan Todorov, maka model
komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda yang terdapat di alur di
alur tengah ini, hubungan antaretnis yang terjadi masih seputar komunikasi
yang terjadi antara khan dan stefan yang menjalin hubungan pertemanan,
tapi disisi lain pertemanan mereka selalu saja dibumbumi pertikaian soal
agama, dimana Stefan selalu saja memancing kemarahan khan dengan
mengatakan bahwa Islam adalah agama yang menyiksa umatnya dengan
puasa sebulan penuh, solat 5 waktu. Selain itu juga adanya komunikasi
yang terjadi antara Hanum dengan Marion seorang muallaf yang
nmerupakan ahli sejarah di paris. Serta komunikasi antara Hanum dan
tetangganya Alex.
73
2. Komunikasi antara Kelompok Agama yang Berbeda
Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda, di alur tengah
digambarkan dengan adanya komunikasi antara Rangga dan khan. Dimana
Rangga dan Khan dihadapkan pada masalah ujian yang bentrok dengan
solat jum’at. Juga komunikasi antara Rangga dan Profesor Reinhard.
Rangga tidak berhasil mendapatkan dispensasi dari profesor untuk
melaksanakan solat jum’at dengan alasan dia tidak akan meluluskan mata
kuliahnya tahun ini. Dan akhirnya dengan berat hati Rangga mengikuti
ujian hari itu. Komunikasi antara Rangga dengan teman-temannya di
kampus.
3. Komunikasi antara Subkultur yang Berbeda
Di alur tengah film 99 Cahaya di Langit Eropa, terdapat
komunikasi antara subkultur yang berbeda, yaitu komunikasi yang terjadi
antara Rangga sebagai mahaiswa dengan dengan Profesornya Reinhard
dosennya di kampus.
4. Komunikasi antara Suatu Subkultur dengan Kultur yang Dominan
Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan
misalnya adalah komunikasi yang terjadi antara kaum manula dengan
kaum muda. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur tengah terjadi
komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan
digambarkan dengan adanya Hanum alex tetangganya, dan komunikasi
ayse dengan Hanum dan Fatma.
74
5. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda
Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda adalah komunikasi
yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Dalam film 99 Cahaya di
Langit Eropa di alur tengah terjadi komunikasi antara jenis kelamin yang
berbeda digambarkan dengan adanya komunikasi antara Rangga dan
Hanum, komunikasi antara Rangga dengan marja, komunikasi antara
Hanum dengan tetangganya, komunikasi antara marja dengan Rangga,
khan, dan Stefan.
E. Analisis Alur Akhir Cerita Film 99 Cahaya di Langit Eropa
Bagian penutup sering juga disebut alur akhir atau alur peleraian. Pada
bagian ini konflik-konflik yang muncul di bagian perkembangan atau di alur
tengah dapat diselesaikan dan menemukan jalan keluarnya. Berikut penjelasan
dari analisis narasi film 99 Cahaya di Langit Eropa pada bagian penutup (alur
akhir):
Dua tahun pasangan Rangga dan Hanum di Wina. Rangga bersiap
menyelesaikan program doktornya. Hanum kini bekerja sebagai reporter untuk
mengisi hari-hari di Wina selama Rangga (Abimana Aryasatya) sibuk
menyelesaikan kuliah. Sementara itu Maarja (Marissa Nasution), gadis
berkebangsaan Jerman, antusias mendekati suami Hanum itu demi
mendapatkan sedikit perhatian. Konflik rumah tangga Rangga dan Hanum
mulai ditampilkan, Hanum mulai merasa cemburu dengan Maarja (Marissa
Nasition) teman satu kuliah sang suami yang semakin lama terlihat begitu
dekat. Pada saaat hari ulang tahun Hanum, dimana Hanum ingin memberikan
kejutan dengan membawa kue ulang tahun ke kampus Rangga. Tanpa disadari
75
Hanum melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain di perpustakaan.
Dengan prasaan sedih bercampur kecewa Hanum langsung pergi dan
menjatuhkan kuenya di depan ruang perpus. Hanum menangis sendirian di
rumah sambil menunggu Rangga pulang.
Marja memeluk Rangga di perpustakaan
Rangga
Hanum
Rangga
Hanum
Rangga
Hanum
Rangga
Hanum
Rangga
Hanum
Rangga
Hanum
Rangga
: “ sayaaang..”
: “sayangnya buat perempuan laen aja, enak yah di cium
wanita cantik”
: “ aku jelasin dulu”
: “ mau jelasin apa?”
: “ Marja itu sudah biasa seperti itu..”
: ooh, jadi kamu biasa di peluk seperti itu, nyelonong ke
pipi kamu?”
: “ itu sudah budayanya, nyium pipi kiri dan kanan. Dia
juga begitu dengan Profesor Reinhard, Stefan, mungkin
dengan satpam juga melakukan itu..”
: “apaan sii, ga lucu..!!”
: “aku ga bermaksud ngelucu loh, aku serius”
: “aku tuh tau yah perempuan kalo suka sama cowo kaya
gimana dari cara dy mandang kamu aja udah beda.
Masa kamu ga merasa itu sih?”
: “tapi aku udah berusaha nolak tadi…”
: “kamu tuh inget ga sii hari ulang tahun aku? Boro-boro
ngasih kado, kamu gak ada waktu buat aku gak apaapa, kamu sibuk aku ga apa-apa. Asal satu, kamu
hargailah perasaan aku janganlah macem-macem..”
: “ aku tidak pernah macem-macem dan aku tidak pernah
lupa ulang tahun kamu. (Rangga pergi dan menaruh
kado yang sudah disiapkan di samping Hanum)”
76
Melihat kado pemberian Rangga, Hanum terharu dan merasa bersalah
telah maki-maki Rangga. Hanum keluar dan mencari Rangga untuk meminta
maaf dan berterimakasih atas kado yang di berikan.
Kemesraan Hanum dan Rangga setelah bertengkar
Begitu juga ketika Hanum mengizinkan suaminya ikut kegiatan dansa
bersama Marjaa atas undangan profesor yang membimbing Rangga. Saya
tertengun sikap moderat, toleransi yang tinggi dari Hanum. Padahal kultur
asli Hanum adalah orang Yogya, etika Jawa-nya kental, lingkungan santri
kental. Pendidikan, pengetahuan dan pengalaman hidup yang merubahnya
menjadi agen muslim yang baik yang didapatnya dari Fatma. Adegan ini
diakhiri dengan menyentuh ketika Rangga mengajak Hanum berdansa di
lapangan terbuka. Rangga memberikan kado lainnya perjalanan ke Cordoba
yang pernah diminta Hanum.
Khan (Alex Abbad) menerima telepon dari ibunya di Pakistan dan
menyampaikan bahwa sang ayah menjadi korban serpihan bom. Tidak ingin
mengganggu sang anak yang sedang menimba ilmu di negeri seberang, sang
ayah memintanya untuk segera menyelesaikan studi-nya dan segera kembali
ke Pakistan untuk membangun negaranya menjadi lebih baik lagi. Menjelang
77
ujian, Khan meminta tolong kepada Rangga agar dia diizinkan untuk ujian
terlebih dahulu, dan Rangga menyetujuinya. Stefan yang mengetahui hal
tersebut menjadi marah karena merasa Rangga-lah yang jauh lebih siap.
Untuk kesekian kalinya, pertengkaran kembali muncul dipersahabatan
mereka. Hingga suatu hari, Stefen ditimpa musibah dan untuk kesekian
kalinya juga persahabatan meraka kembali diuji.
Khan
Rangga
Stefan
Rangga
Stefan
: “ terimakasih Rangga, setelah semuanya selesai saya
akan langsung balik lagi ke sini.. “
: “ itu harus..”
: “solidaritas kalian itu udah keterlaluan Rangga, kamu
ini udah di intimidasi oleh khan. Bagaimana mungkin
di maju duluan”.
: “kalo kamu mau maju duluan, silahkan..! tapi biarkan
khan maju pertama”.
: “ini bukan masalah siapa yang duluan, masalah disini
kalian manusia beragama yang sangat menyebalkan”.
Perselisihan antara Khan, Stefan dan Rangga
Sepulangnya dari kampus Stefan mengalami kecelakaan dan saat itu
Khan lah yang menolong Stefan. Disitulah Rangga menceritakan bahwa
selama ini yang menemani dan menjaga dia di rumah sakit adalah Khan,
Khan harus segera menyelesaikan ujiannya karna ayahnya sedang di rawat
akibat terkena bom di negaranya. Mulai saat itu Stefan menjadi baik dan
meminta maaf kepada Khan atas sikap nya selama ini.
78
Cordoba bukan negara Islam seluruhnya, namun toleransi antar agama
menjadi suatu landasan kuat hingga menjadi kota yang sangat dikagumi
sekaligu membuat iri kota- kota lai. di Cordoba terdapat Mezquita, yaitu
masjid besar yang menjadi Kathedral setelah jatuh ke tangan Raja Ferdinand
dan ratu Isabela. Sementara itu Granada adalah kota terkahir dimana Islam
takluk di daratan Eropa. di Granada terdapat benteng megah yang
menjelaskan betapa megahnya Islam di masa keemasan. Selanjutnya mereka
berkesempatan menjelajahi Istanbul. Istanbul/ kontatinopel adalah saksi
sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan. Pada masa itu, luas
wilayah Islam lebih luas dari kerajaan Romawi. Namun, di Turki tidak
ditinggalkan istana yang megah, bukan karena tidak mampu melainkan
karena Sultan mereka mencontohkan kesederhanaan. Sesuatu hal yang mulai
dilupakan pemimpin-pemimpin saat ini. di Turki juga terdapat Hagia Sophia,
bekas gereja besar dan sempat dijadikan masjid. Namun kini telah dijadikan
museum oleh pemerintah Turki.
Kebersamaan Rangga dan sahabatnya saat wisuda Rangga
Hanum dan suaminya tak menyangka Eropa sesungguhnya juga
menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Perjalanannya menjelajah Eropa
adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan
oleh Islam, mengantarkannya pada titik awal pencarian makna dan hidup,
79
Makin mendekatkan pada sumber kebenaran abadi yang Maha sempurna.
Saat pertama kali Hanum mulai memakai hijab
Setelah peneliti menganalisis narasi alur akhir film 99 Cahaya di
Langit Eropa, maka di dalam alur akhir ini terjadi komunikasi antaragama
dan budaya dari para tokohnya berdasarkan konsep pelaku komunikasi
antaragama dan budaya Joseph D. Vito.
F. Analisis Komunikasi Antar Agama dan Budaya Masyarakat Muslim
Eropa
1. Komunikasi antara Kelompok Etnis yang Berbeda
Komunikasi antaretnis yang terjadi pada alur akhir masih seputar
komunikasi yang terjadi antara khan dan Stefan konflik yang melatar
belakangi agama dan budaya di antara mereka selalu saja membuat meraka
berantem, tapi setelah kejadian Stefan ketabrak mobil dan khan yang
menolong sejak itu mereka mulai akur dan berteman baik. Juga
komunikasi yang terjadi antara Rangga dengan marjan serta komunikasi
antara Rangga dan Hanum dengan orang-orang yang mereka temui selama
di Eropa.
2. Komunikasi antara Kelompok Agama yang Berbeda
Pada alur akhir ini, komunikasi antara kelompok agama yang
berbeda masih digambarkan dengan hubungan komunikasi antara Rangga,
80
Khan dan Stefan. Stefan yang selalu memandang bahwa agama Islam itu
agama yang ribet dan merepotkan. Tapi Rangga selalu memberi jawaban
yang rasional dari setiap pertanyaan-pertanyaan Stefan tentang Islam.
3. Komunikasi antara Subkultur yang Berbeda
Komunikasi antara subkultur yang berbeda di alur akhir film 99
Cahaya di Langit Eropa digambarkan dengan adanya komunikasi antara
Hanum dan Rangga yang memiliki profesi berbeda, yang berusaha untuk
saling mengisi dan setia
4. Komunikasi antara Suatu Subkultur dengan Kultur yang Dominan
Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan
misalnya adalah komunikasi yang terjadi antara kaum manula dengan
kaum muda. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa di alur akhir terjadi
komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan
digambarkan dengan adanya komunikasi antara Hanum dan leon, leon
yang sengaja menitipkan surat untuk ayse kepada Hanum, yang berisi
permohonan maaf karna selalu mengejek Ayse.
5. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda
Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda adalah komunikasi
yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Dalam film 99 Cahaya di
Langit Eropa di alur akhir, komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda
digambarkan dengan adanya komunikasi antara Hanum dengan Rangga,
komunikasi antara Rangga dengan Marja, komunikasi antara Marja dengan
Khan dan Stefan, komunikasi antara Hanum dengan Khan dan Stefan, dan
lain-lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa sangat jelas digambarkan
bagaimana umat Islam di tengah wajah minusnya mesti tampil sebagai agen
yang damai, agen yang penuh senyum, saling membantu untuk sesama, dan
yang berbeda keyakinan. Digambarkan bagaimana sosok Fatma Pasha seorang
imigran Turki yang membalas ejekan dari warga Austria (non muslim) dengan
cara yang sangat elegan. Lebih dari itu, film 99 Cahaya Di Langit Eropa juga
menguak Sejarah Peradaban Islam yang sangat berperan di Eropa, Eropa,
tidak hanya kecantikan natural melainkan menyimpan kedalaman Sejarah dan
keunggulan Peradababan. Meskipun terdiri dari berbagai Negara, Ras, dan
Bahasa namun Eropa seakan menjadi sebuah identitas tersendiri bagi siapapun
yang mengenalnya. Segala yang berbau Eropa pasti mengundang decak dan
sambutan waah. Namun, Lagi-lagi Eropa bukan hanya sekedar menara Eiffel,
Eropa bukan hanya sekedar Colloseum atau bahkan juga bukan hanya sekedar
stadion-stadion raksasa milik Liga-Liga Eropa penguasa jagad sepakbola
dunia. Ya, Eropa menyimpan peradaban Islam yang begitu Agung.
Dari hasil penelitian dan penelusuran peneliti dalam analisis narasi
terhadap film 99 Cahaya di Langit Eropa dalam perspektif komunikasi
antaragama dan budaya ini dapat disimpulkan bahwa narasi yang ditampilkan
dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa menurut model analisis narasi Tvzetan
81
82
Todorov, dalam film ini memiliki tiga alur waktu cerita, yaitu alur cerita
awal, tengah, dan akhir.
1. Alur awal
Pada bagian ini disajikan situasi dasar yang harus memungkinkan
pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. Di bagian
pendahuluan ini harus berisi cerita yang dapat menarik minat penonton
untuk melihat adegan selanjutnya. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa,
pada alur awalnya diceritakan dari tempat dimana jejak-jejak perjuangan
Islam oleh para shuhadah untuk Agama ini, di Negara-negara yang agama
Islam masih bersimbol “teroris”. Merasakan indahnya menjadi agen
muslim, Yang dapat dihargai oleh agama lain di Negara-negara Eropa
sana. Bukan tentang pedang yang di angkat di tangan, bukan tentang suara
lantang mengancam untuk mencoba membenarkan. Tapi dengan senyum
keihlasan memberi dan menerima tanpa membedakan siapa kamu? Apa
Agamamu? Dan dari mana Negaramu? Dengan rasional dan emosi yang
lembut. Tentang tingkah laku dan perangai yang baik sehingga mampu
memberikan cahaya bagi lorong-lorong gelap di lingkungan sekitar.
2. Alur Tengah
Alur tengah merupakan lanjutan dari bagian pendahuluan. Pada
bagian tengah ini mulai muncul konflik antara tokoh-tokoh dalam cerita.
Bagian ini juga mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan
ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi
asli. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, yang merupakan bagian alur
83
tengah cerita yang menceritakan tentang toleransi antarsesama dan antar
umat beragama. Toleransi adalah sikap dan perbuatan yang melarang
adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak
dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Salah satunya
adalah toleransi beragama. Terlepas dari masalah toleransi yang di ulas
pada Film 99 Cahaya di langit Eropa yang paling berkesan adalah
melihat titik-titik cahaya di Eropa , Subhanallah itu sangat mengagumkan
akan keberasan Agama Islam. Langkah kaki dan hidayah-hidayah yang
masuk seperti tak menyangka bahwa itu nyata adanya.
3. Alur Akhir
Alur akhir adalah titik klimaks dari konflik yang terjadi di dalam
cerita film. Pada bagian ini juga terjadi peleraian dan jalan keluar dari
konflik yang terjadi. Bagian ini juga merupakan titik di mana para
penonton terangsang untuk melihat seluruh makna dari cerita. Dalam film
99 Cahaya di Langit Eropa, Akhir dari perjalanan tinggal di Eropa selama
3 tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya
mereka menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar
Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San
Siro, Colloseum Roma, atau gondola gondola di Venezia. Pencarian jati
diri yang telah mengantarkannya pada daftar tempat-tempat ziarah baru di
Eropa. Hanum dan suaminya tak menyangka Eropa sesungguhnya juga
menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Perjalanannya menjelajah Eropa
adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah
84
dipancarkan oleh Islam, mengantarkannya pada titik awal pencarian
makna dan hidup, Makin mendekatkan pada sumber kebenaran abadi yang
Maha sempurna.
Berdasarkan hasil analisis peneliti, bahwa analisis narasi terhadap
film 99 Cahaya di Langit Eropa berdasarkan model analisis narasi tiga
alur, maka cerita dalam film ini terdiri atas alur awal, tengah, dan akhir.
Ketiga alur tersebut sangat sesuai jika dikaitkan dengan bentuk aktor
komunikasi antaragama dan budaya. Alur awal, tengah, dan akhir film ini
setelah dikaitkan dengan bentuk aktor komunikasi antaragama dan budaya,
maka dalam ketiga alur tersebut setidaknya terdapat lima bentuk aktor
komunikasi antaragama dan budaya. Kelima bentuk aktor komunikasi itu
adalah: 1. komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda; 2. komunikasi
antara kelompok agama yang berbeda; 3. komunikasi antara subkultur
yang berbeda; 4. komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang
dominan; dan 5. komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda. Kelima
model komunikasi antaragama dan budaya tersebut tergambar dengan jelas
dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa dilihat dari dialog para tokoh
pemerannya.
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan mengenai film ini adalah:
1. Saat menonton sebuah film dibutuhkan sikap kritis untuk tidak hanya
menerima cerita yang disuguhkan dengan apa adanya penonton harus lebih
aktif dalam menggali pesan-pesan yang tersirat dalam sebuah cerita atau
85
adegan sehingga penonton tidak hanya menjadi korban cerita tetapi dapat
aktif memahami pesan komunikatif yang disampaikan melalui film
tersebut.
2. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
khususnya penulis sendiri. Karena sebagai umat muslim setidaknya skripsi
ini bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan tentang peradaban-peradaban
Islam di belahan dunia lain, dimana kita sendiri belum mampu
mengetahuinya kecuali dengan ilmu pengetahuan dan berbagai sumber.
DAFTAR PUSAKA
A Devito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia, (Tangerang: Karisma Publishing
Group 2011).
Bakry, Hasbullah. Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1986).
Branston, Gill and Stafford,Roy. The Media Student’s Book (London dan New
York: Routledge, 2003).
______ . The Media Student’s Book, (London dan New York: Routledge, 2003).
David, Bordwell and Kristin, Thompson. Film Art an Introduction, Fourth Edition
(Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006).
Faisal Bakti, Andi. Communication and Family Planning in Islam in Indonesia:
South Sulawesi Muslim Perceptions of Global Development Program
(Jakarta: INIS, 2004).
Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu teknik penelitian bidang
kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004).
J. Moeleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif
Rosdakarya, 2002).
(Bandung: PT Remaja
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997).
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda, 2008).
______ . Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003).
Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat
Perfilman H. Usmar Ismail, 1992).
Pratista, Himawan, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008).
Pratista, Himawan. Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet.
Ke-1.
Ryan Mayer, Islam di Spanyol (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI 2011).
Sobur, Alex. Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotic, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2001).
________ , Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya
2006).
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2005.
Sunarwinadi Ilya, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:UI, 2009).
Thwaites,Tony. dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta:
Jalasutra, 2009).
W. Creswell, John. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010).
Wawancara via telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di
Langit Eropa, Jakarta 25 oktober 2014
Website
www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/11/30/mx1b34film-99-cahaya-di-langit-eropa-sarat-syiar-islam
Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teologikatolik .
erlina-erlins.blogspot.com/2010/11/kehidupan-umat-muslim-di-negara-eropa.html
genrambai.blogspot.com/2013/12/review-film-99-cahaya-di-langit-eropa.html
Http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-danbudayanya.html.
http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastradisusun-oleh.html,
sofia-zhanzabila.blogspot.com/2013/12/kesan-sehabis-menonton-film-99cahaya.html
Http://en.wikipedia.org/wiki/File:Tzvetan_TodorovStrasbourg_2011_%283%29.jpg, diakses
Hasil wawancara dengan penulis novel / penulis naskah, Bapak Rangga Almahendra via telfon
1. Dari mana ide atau gagasan bapak untuk membuat novel 99 Cahaya di Langit Eropa?
 99 Cahaya di Langit Eropa itu di dapat dari pengalaman pribadi mereka (Rangga
Almahendra dan Hanum salsabiel Rais) selama tinggal di Austria yang kurang
lebih tiga setengah tahun, banyak sekali pengalaman berharga selama mereka
tinggal di Eropa yang sayang sekali jika disimpan sendiri , maka dari itu mereka
membuat novel 99 Cahaya di Langit Eropa ini untuk dibagi kepada masyarakat
Indonesia. Yang idenya itu mereka ingin sekali menyampaikan tentang The
voice of modern Islam agar suara islam yang cinta damai yang Rahmatan
lilalamin juga senantiasa bisa di suarakan, bukan hanya islam yang radikal atau
garis keras saja yang di beri kesempatan di media.
2. Mengapa novel ini di beri judul 99 Cahaya di Langit Eropa?
 99 Cahaya di Langit Eropa terkait dengan Asmaul Husna yang juga terdiri dari 99
nama-nama ALLAH yang menjadi simbol kesempurnaan islam. Yang lebih
penting 99 Cahaya di Langit Eropa bukan hanya cerita rangga dan hanum, tapi
ingin menyampaikan bahwa film ini ingin mewakili suara 99 persen muslim yang
cinta damai. Selama ini yang sering di ekspose di media mungkin hanya satu
persen atau bahkan kurang muslim yang identik dengan radikalisme atau
kekerasan. Sementara 99 muslim yang cinta damai tidak dikasih kesempatan
untuk bersuara. Oleh karna itu mereka menulis buku 99 cahaya di Eropa ini ingin
menyuarakan suara-suara muslim di belahan dunia, bahwa agama Islam bukanlah
teroris melaikankan agama yang cinta damai Rahmatan lilalamin.
3. Pesan apa yang ingin disampaikan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa?
 Pesan utama dari film ini adalah ajakan untuk menjadi agen muslim yang baik be
a good agen of muslim yang intinya bahwa agen muslim yang baik itu adalah
orang muslim yang selalu memberi manfaat untuk sekitarnya memberi berkah
untuk sekitarnya, dan juga bisa menjadi jembatan atas segala perbedaan. Agen
muslim yang senantiasa menunjukan karya dan prestasi dimanapun dia berada.
Bahwa seorang muslim itu bukan hanya dia harus mempunyai iman tapi yang
lebih penting amalan, bahwa islam itu bukan tentang jalan yang di pilih tapi juga
tentang jejak yang harus di tinggalkan di lingkungannya.
4. Bagaimana kehidupan msyarakat muslim di eropa?
 Kehidupan muslim di eropa sendiri saat ini yang sedang marak yaitu Islamo fobia,
Islamo fobia itu adalah ketakutan terhadap agama Islam. Ini ada banyak sebab
salah satunya mungkin warisan dulu selama ribuan tahun perang salib, terus
kemudian sekarang di media-media radikalisme ada di mana-mana sehingga
sebagian masyarakat Eropa memang agak “Takut” terhadap Islam/ muslim. Dan
sayangnya itu terjadi bukan hanya di Eropa tapi di seluruh dunia juga sama.
media-media Indonesia pun sekarang sangat genjar sekali memberitakan beritaberita yang menyudutkan umat Islam. Jadi saya rasa memang kita sebagai umat
muslim perlu berbicara lebih dengan karya bukan dengan pedang. menunjukan
pada dunia bahwa Islam itu Rahmatan lilalamin.
5. Faktor apa yang membuat wanita sulit mendapatkan pekerjaan di Eropa selain karena
memakai hijab?
 Sebenarnya bukan hanya kesulitan karna memakai hijab, tapi memang selama ini
klo di Eropa prinsip yang di pakai adalah profesionalisme. jadi mereka itu lebih
melihat pada karya atau prestasi bukan di lihat dari mana atau karna memakai
hijab atau tidak. Tapi memang ada pandangan di Eropa ini kalau perempuan
berhijab itu identik dengan klo bahasa jawanya itu “asah-asah lalu momong
bocah” hanya menjadi konco wingking dibelakang saja, jadi memang dunia
muslimah itu di anggap sebagai dunia yang dekat dengan konco wingking itu
teman yang di belakang tidak pernah yang di depan untuk berkarya atau
berprestasi. Itu yang membuat beberapa dari mereka yang sulit mencari pekerjaan.
Download