Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn: 2549-0435 e-issn: 2549-1431 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA CILEGON Rahmatullah Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten Jalan Raya Lintas Timur Km. 04 Karang Tanjung Pandeglang Banten Email: [email protected] Abstract This study discusses the implementation of local regulations No. 10 year 2012 on managing Corporate Social Responsibility in Cilegon. This type of study is qualitative descriptive. Results of the study illustrates that change has not been implemented, since it was passed on April 30, 2012. There are 2 (two) clauses article in particulary regarding Perda operational costs and recruitment patterns of administrators through the fit and proper test. The study recommends revisions to some article that impedes the passage of Perda, in addition to the importance of involving stakeholders’ executor (company) in the formulation of article so as to accommodate the needs of the Government, enterprises and society. Keywords: Implementation, Local Regulations, Corporate Social Responsibility Berbagai PENDAHULUAN Kota belum berkorelasi langsung pada meningkatnya Industri di Provinsi Banten yang berperan kesejahteraan masyarakat, jumlah keluarga sebagai simpul sistem jaringan utilitas dan miskin di Kota Cilegon mencapai 15.531 pergerakan jawa-sumatera, melalui posisi jiwa ini menentukan angka pengangguran mencapai 22.403 jiwa pertumbuhan dan perkembangan wilayah di atau 7,55%. Memahami besarnya potensi dan kedua pulau besar tersebut. Selain itu Kota aneka permasalahan yang ada, Pemkot Cilegon Cilegon sebagai berupaya terhadap lokasi Cilegon merupakan diatas kota Kota Cilegon potensi turut potensi pasar inlet-outlet dunia, secara atau 5,23%, dari 296.475 jiwa, dan mensinkronisasikan program peningkatan kesejahteraan masyarakat yang geografis Kota Cilegon memiliki akses beririsan dengan program CSR perusahaan. langsung terhadap Alur Laut Kepulauan Upaya mewujudkan masyarakat Cilegon Indonesia (ALKI) I yang didukung oleh sejahtera, tidak mampu dipenuhi secara tunggal keberadaan dan oleh Pemkot Cilegon, oleh karena itu Pemkot khusus. Laju pertumbuhan ekonomi Kota berupaya melibatkan pihak perusahaan dengan Cilegon mensinergikan 21 pelabuhan mencapai 5,2%, umum selain juga program yang beririsan, terdapat 117 perusahaan yang menanamkan sehingga diharapkan akselerasi peningkatan investasinya. kesejahteraan masyarakat dapat segera tercapai. 35 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 Bentuk kemitraan CSR yang dilakukan koordinasi; (c) terwujudnya kepastian dan Cilegon, dengan perlindungan hukum bagi pelaku dunia usaha Cilegon dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial Corporate Social Responsibility yang disingkat perusahaan secara terpadu dan berdaya guna; CCSR, ditetapkan melalui Peraturan Walikota melindungi perusahaan agar terhindar dari Cilegon tentang pungutan liar yang dilakukan pihak-pihak tidak Kerja berwenang; (d) meminimalisir dampak negatif Responsibility keberadaan perusahaan dan mengoptimalkan (CCSR) di Kota Cilegon. CCSR merupakan dampak positif keberadaan perusahaan; dan (e) lembaga independen non pemerintah yang terprogramnya mensinkronisasikan mengintegrasikan untuk melakukan apresiasi kepada dunia usaha program dan kegiatan CSR dengan Rencana yang telah melakukan tanggung jawab sosial Pembangunan perusahaan dengan memberi penghargaan serta Pemerintah Kota memprakarsai berdirinya Nomor Pembentukan Cilegon 3 lembaga tahun Organisasi Corporate 2011, dan Social dan Jangka Tata Menengah Daerah (RPJMD). pemberian Karena Peraturan Walikota tersebut dinilai terlaksana dengan baik rencana kemudahan pemerintah dalam daerah pelayanan administrasi. kemudian Untuk membangun mengembangkan 2012 tentang Pengelolaan Tanggung Jawab pemerintah daerah dan dunia usaha, Pemkot Sosial Perusahaan. Berdasarkan Perda tersebut, Cilegon melalui Perda Nomor 10 Tahun 2012 yang dimaksud dengan Tanggung Jawab Sosial mengadakan pengelolaan tanggung jawab sosial Perusahaan adalah komitmen perseroan untuk perusahaan yang tercantum pada pasal 11 ayat berperan serta dalam pembangunan ekonomi (1) berkelanjutan kualitas Pendataan perusahaan yang memiliki kewajiban kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial baik perusahaan; (b) Penyusunan program sosial di bagi guna meningkatkan perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. kegiatannya kerjasama dan dikeluarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun adapun pola keserasian terdiri antara dari: (a) Kota Cilegon dan penghimpunan dana dari Tujuan dibentuknya Perda tercantum perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau dalam Pasal 3, antara lain (a) terwujudnya dapat melaksanakan tangung jawab sosial batasan yang jelas tentang tanggung jawab perusahaan; (c) Pendistribusian dana dari sosial termasuk lingkungan perusahaan beserta perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau pihak-pihak yang menjadi pelakunya; (b) dapat melaksanakan tanggung jawab sosial terpenuhinya penyelenggaraan tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat. Adapun badan sosial perusahaan sesuai dengan peraturan yang perundang-undangan yang berlaku dalam suatu perusahaan ini dilaksanakan oleh suatu badan 36 mengelola tanggung jawab sosial Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 independen non pemerintah yang ditetapkan menggunakan dana dari perusahaan untuk oleh Peraturan Walikota yang disebut Cilegon keperluan biaya operasional. Corporate Social Responsibility (CCSR). Kedua, pada pasal 25 ayat (1) menjelaskan bahwa Cilegon Corporate Social Responsibility (CCSR) harus terbentuk paling Permasalahan Adanya pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan ini bermaksud lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya untuk peraturan daerah ini. Namun sampai saat ini mencegah terjadinya tumpang tindih dalam sejak diundangkannya peraturan daerah ini pemberian bantuan CSR, selain itu juga untuk tanggal pemerataan bantuan dengan cara sinkronisasi pengelola CCSR yang dimaksud dalam isi dengan program yang dibuat oleh pemerintah perda, sehingga pengelola CCSR yang saat ini daerah sehingga bukan hanya masyarakat yang masih ada yaitu pengelola berdasarkan Perwal ada di sekitar perusahaan saja yang merasakan Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011. bantuan tersebut, melainkan seluruh masyarakat Keadaan yang ada di Kota Cilegon. Namun 30 April ini 2012 belum jelas terbentuk terlihat adanya masalah yang menghambat dalam pelaksanaan kenyataannya, Perda tersebut, padahal sudah jelas tercantum implementasi perda CSR yang ada di Kota dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor Cilegon ternyata tidak berjalan sesuai dengan 12 harapan. Pelaksanaan CSR di Kota Cilegon Perundang-Undangan, Perda termasuk kedalam masih mengacu pada Perwal Kota Cilegon jenis karena sejak dikeluarkannya perda tersebut, undangan yang membuktikan bahwa kedudukan terdapat beberapa permasalahan diantaranya: perda lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pertama, dalam pasal 16 ayat (2) menjelaskan perwal. Gambaran diatas menjadi dasar bagi bahwa dan penulis untuk mengangkat kajian mengenai dana “Implementasi Perda Nomor 10 Tahun 2012 biaya sekretariat pada operasional pertahun pengelola diambil dari Tahun dan 2011 hierarki tentang peraturan Pembentukan perundang- pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan Tentang yang terkumpul dalam 1 (satu) tahun. Namun, Sosial Perusahaan di Kota Cilegon”. Pengelolaan Tanggung Jawab pada kenyataannya pihak perusahaan tidak Kajian ini bersifat deskriptif, bertujuan menyetujui pelaksanaan peraturan yang ada mengambarkan aspek-aspek penting, situasi- dalam ini stuasi dan hubungan yang tergambar pada bertentangan dengan komitmen yang disepakati implementasi dan impilikasi dari terbitnya oleh proses Perda Nomor 10 Tahun 2012 di Kota Cilegon. akan Kajian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, pasal kalangan pembentukan tersebut, karena perusahaan CCSR yang hal pada tidak melibatkan 5 (lima) informan sebagai berikut: 37 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 Tabel 1. Informasi dan Informan No Informan 1. 2. BPMKP Kota Cilegon Bagian Hukum 3. Bagian Persidangan 4. Ketua CCSR 5. Pihak Perusahaan Informasi yang diharapkan Jumlah Latar belakang, Kepentingan yang mempengaruhi, Manfaat, Perubahan yang ingin dicapai, Subjek, wewenang dan tanggung jawab, Status kepegawaian, Pelaksanaan CSR, Kesesuaian pelaksanaan Latar belakang, kepentingan yang mempengaruhi, manfaat, perubahan yang ingin dicapai, status kepegawaian pelaksana, pelaksanaan CSR, sumber daya, faktor-faktor, strategi, karakteristik pelaksana, kesesuaian pelaksanaan. Yang bergabung dalam CCSR Manfaat, alasan bergabung dalam CCSR Yang tidak bergabung dalam CCSR Manfaat, alasan tidak bergabung dalam CCSR Jumlah 1 1 dengan 1 1 1 1 6 TINJAUAN KEPUSTAKAAN berkaitan kekuasaan (power), Implementasi Kebijakan kepentingan dan strategi para pelaku kebijakan, Implementasi kebijakan publik sebagai disamping karakteristik lembaga dan rezim aktivitas dalam proses kebijakan publik, sering serta izin pelaksanaan dan respon terhadap bertentangan dengan yang diharapkan, bahkan kebijakan. menjadikan produk kebijakan sebagai batu implementasi kebijakan baru akan terlihat sandungan bagi pembuat kebijakan itu sendiri. pengaruhnya Itulah sebabnya implementasi kebijakan publik dilaksanakan. diperlukan pemahaman yang mendalam tentang Dengan demikian setelah kebijakan Sementara itu, Wahab studi kebijakan publik. (2014) konteks tersebut dalam Tahir mengatakan bahwa implementasi pelaksanaan Dunn dalam Tahir (2014), memberikan kebijakan adalah argumennya tentang implementasi kebijakan kebijakan dasar, sebagai berikut: Policy implementation is Undang-Undang, namun dapat pula berbentuk essentially a practical activity, as distinguished perintah-perintah from policy formulation, which is essentially eksekutif yang penting atau keputusan badan theoretical. Sehubungan dengan sifat praktis peradilan yang ada dalam proses implementasi kebijakan, mengidentifikasikan maka hal yang wajar bahwa implementasi menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang berkaitan ingin dengan proses politik dan administrasi. Hal tersebut disebabkan karena ia biasanya atau dan dalam bentuk keputusan-keputusan lazimnya, dicapai, keputusan keputusan masalah berbagai yang cara tersebut diatasi, untuk menstruktur/mengatur proses implementasinya. terkait dengan tujuan diadakannya kebijakan Grindle dalam Anggara (2012) (policy goals) dan jika dilihat dari konteks menyebutkan bahwa implementasi kebijakan implementasi kebijakan, maka hal ini akan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut 38 Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 paut dengan mekanisme penjabaran keputusan- berkelanjutan, keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur positif rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan perusahaan lebih mudah memperoleh akses lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, terhadap modal. Ketiga, perusahaan dapat keputusan dari siapa yang memperoleh apa dari mempertahankan sumber daya manusia suatu kebijakan. yang berkualitas. Keempat, perusahaan dari serta mendapatkan masyarakat luas. citra Kedua, dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis dan mempermudah Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis pengelolaan manajemen risiko. 2. Bagi masyarakat, Keberadaan perusahaan di dan suatu daerah akan menyerap tenaga kerja, memberikan kontribusi kepada pengembangan dan meningkatkan kualitas sosial di daerah ekonomi dari komunitas setempat ataupun tersebut. masyarakat luas, bersaman dengan peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya 3. Bagi lingkungan, mencegah praktik eksploitasi CSR akan berlebihan atas (Wibisono, 2007). Suharto (2006) menyatakan sumber daya alam, dan menjaga kualitas bahwa lingkungan. CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara 4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan finansial, mencegah apa yang disebut Corporate melainkan pula untuk membangun sosial- Misconduct atau malpraktik bisnis seperti ekonomi kawasan secara holistik, melembaga penyuapan pada aparat negara atau aparat dan berkelanjutan hukum yang memicu korupsi. Terdapat manfaat yang didapatkan dari Keterlibatan perusahaan dalam program pelaksanaan tanggunggjawab sosial perusahaan, CSR dilatarbelakangi beberapa kepentingan. baik bagi perusahaan, masyarakat, pemerintah Menurut Mulyadi (2003), setidaknya bisa dan diidentifikasi pemangku kepentingan lainnya, tiga motif keterlibatan sebagaimana dikemukakan Wibisono (2007): perusahaan, yaitu: motif menjaga keamanan 1. Bagi Perusahaan. Terdapat empat manfaat fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan yang diperoleh mengimplementasikan dengan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan kontrak kerja, dan motif moral untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal. 39 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 Tabel 4 Motif Perusahaan dalam Menjalankan Program CSR Motif Keamanan Program dilakukan setelah ada tuntutan masyarakat yang biasanya diwujudkan melalui demonstrasi Program tidak dilakukan setelah kontrak ditandatangani. Kecendrungannya program dilakukan ketika kebebasan masyarakat sipil semakin besar pasca desentralisasi Sumber : Mulyadi (2003) Motif memenuhi kewajiban kontraktual Pertanggungjawaban program CSR kepada pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Propaganda kegiatan CSR melalui media massa. Peraturan Hukum Terkait CSR 2. Undang-Undang Terdapat 4 (empat) peraturan yang mewajibkan perusahaan Wacana CSR Propaganda kegiatan CSR melakukan media massa Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 untuk Selain BUMN, saat ini Perseroan Terbatas menjalankan tanggungjawab sosial perusahaan (PT) yang mengelola atau operasionalnya dan satu acuan (guidance) ISO 26000 sebagai terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA) referensi diwajibkan melaksanakan program CSR, dalam tertentu Komitmen Moral menjalankan CSR, sebagaimana diuraikan Rahmatullah (2011) sebagaimana diatur dalam UU Perseroan 1. Keputusan Menteri BUMN tentang Program Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74. Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). 3. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor Berdasarkan Peraturan Menteri Negara 25 Tahun 2007 BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6) Dalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa setiap dijelaskan penanam modal melaksanakan tanggung BUMN bahwa dengan Program Usaha Kemitraan Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk berkewajiban jawab sosial perusahaan. meningkatkan 4. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi kemampuan usaha kecil agar menjadi Nomor 22 Tahun 2001 tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan Khusus dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan operasionalnya mengelola minyak dan gas pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa bumi, terikat oleh Undang-undang Nomor Program yang 22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas selanjutnya disebut Program BL, adalah Bumi, disebutkan dalam Pasal 13 ayat 3 (p). program Bina Lingkungan, pemberdayaan masyarakat oleh kondisi BUMN sosial bagi perusahaan yang 5. Guidance ISO 26000 melalui ISO 26000 merupakan standar dan panduan, pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. tidak menggunakan mekanisme sertifikasi, dan tidak hanya diperuntukkan bagi Corporate (perusahaan) melainkan juga 40 Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 untuk semua sektor publik dan privat. Menurut Utama (2010), tanggung sosial Tanggung jawab sosial dapat dilakukan oleh jawab institusi pemerintah, Non governmental pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi Organisation (NGO) dan tentunya sektor juga terhadap para stakeholders yang terkait bisnis, hal itu dikarenakan setiap organisasi dan/atau terkena dampak dari keberadaan dapat memberikan akibat bagi lingkungan perusahaan. sosial maupun alam. ISO 26000 membantu menjalankan strategi bisnisnya, perusahaan organisasi yang menjalankan CSR akan memperhatikan dalam pelaksanaan Social perusahaan tidak Dalam terhadap menetapkan dampaknya pedoman lingkungan, dan berupaya agar memberikan serta memperluas pemahaman publik. kondisi dan Responsibility, dengan cara memberikan praktis, terhadap hanya sosial dan dampak positif. Stakeholders PEMBAHASAN Stakeholders menurut Freeman (1984) Keberadaan industri di Kota Cilegon merupakan individu atau kelompok yang bisa menjadikan pemerintah membuat kebijakan mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh berupa peraturan daerah. Hal ini sesuai dengan organisasi sebagai dampak dari aktivitas- teori kebijakan yang dikemukakan oleh Carl aktivitasnya. Sedangkan Chariri dan Ghazali Friedrich (2007) mengatakan bahwa perusahaan bukanlah kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan entitas yang hanya dalam Agustino (2012) bahwa beroperasi untuk yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau namun harus pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu memberikan manfaat bagi stakeholders-nya. dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan- Mengacu pada pengertian diatas, maka dapat kesulitan) ditarik suatu penjelasan bahwa dalam suatu (kesempatan-kesempatan) aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor- tersebut faktor mengatasinya untuk mencapai tujuan. kepentingannya dari sendiri luar dan dari dalam, yang dan kemungkinan-kemungkinan diusulkan agar dalam kebijakan berguna dalam kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholders. Dalam penelitian ini menggunakan teori Menurut Hill (1996), Stakeholders dalam implementasi Grindle yang mengatakan bahwa pelayanan sosial meliputi negara, sektor pivat, keberhasilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan ditentukan oleh implementability itu sendiri, masyarakat, CSR yaitu Content of Policy dan Context of Policy. keseluruhan entitas tersebut terlibat secara Setelah dilakukan penelitian di lapangan, bersama-sama. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 dalam kasus program implementasi kebijakan amat Tahun 2012 tentang Pengelolaan Tanggung 41 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 Jawab Sosial Perusahaan di Kota Cilegon positif keberadaan perusahaan; dan dilihat dari segi Content of Policy adalah terprogramnya rencana daerah untuk melakukan sebagai berikut: apresiasi kepada dunia usaha yang telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaan Kepentingan-Kepentingan yang dengan memberi penghargaan serta pemberian Mempengaruhi kemudahan dalam pelayanan administrasi. Peneliti menganalisa dari hasil temuan Pada saat pembuatan perda ini, para yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa pembuat kebijakan tidak melibatkan pihak dalam pembuatan kebijakan publik akan selalu ketiga ada yang menjembatani antara pembuat kebijakan dan mempengaruhinya. Dalam hal ini, kepentingan para stakeholder. Sehingga timbulah ego dari umum selayaknya menjadi prioritas utama. para pembuat kebijakan yang menyebabkan ada Perda ini dibuat disaat daerah-daerah lain marak beberapa pasal dalam perda tersebut yang tidak dengan pembuatan perda CSR, sehingga para sesuai anggota DPRD di Kota Cilegon pun berinisiatif (perusahaan) tetapi tetap dicantumkan dalam membuat Perda Nomor 10 Tahun 2012 tentang perda. Hal tersebut yang menyebabkan sampai Pengelolaan saat ini Perda tentang pengelolaan tanggung kepentingan-kepentingan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. sebagai dengan penengah yang keinginan bisa pelaksana jawab sosial perusahaan ini belum dilaksanakan Perda ini terwujudnya memiliki batasan yang tujuan jelas yaitu oleh lembaga pelaksana. tentang Sedangkan menurut Sandel bahwa tanggung jawab sosial perusahaan termasuk citizenship yang demokratis itu adalah adanya lingkungan perusahaan beserta pihak-pihak keterlibatan yang aktif dari warga negara dalam yang proses pemerintahan. Warga negara tidak hanya menjadi pelakunya; penyelenggaraan tanggung terpenuhinya jawab sosial melihat dari perspektif individu dalam perusahaan sesuai dengan perundang-undangan persoalan yang lebih besar, namun dia melihat yang koordinasi; semua persoalan dari perspektif yang lebih luas terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum untuk kepentingan umum (concern of the bagi pelaku dunia usaha dalam pelaksanaan whole), merasa ikut memiliki dan adanya moral tanggung jawab sosial perusahaan secara bond dengan komunitasnya. terpadu berlaku dan dalam berdaya suatu melindungi Suatu keputusan kebijakan yang telah perusahaan agar terhindar dari pungutan liar dibuat merupakan hasil dari interaksi antar yang dilakukan pihak-pihak tidak berwenang; aktor kebijakan yang masing-masing memiliki meminimalisir dampak negatif keberadaan keterampilan untuk mempengaruhi, kemauan perusahaan untuk menggunakan sumber daya, dan memiliki dan guna; mengoptimalkan dampak 42 Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 sumber-sumber Anderson pengaruh. Menurut James dalam Anggara (2014), aktor kebijakan dapat dibedakan menjadi (a) aktor mensinergikan program pembangunan sesuai RPJMD dengan program CSR prioritas perusahaan melalui lembaga CCSR. resmi dan (b) aktor tidak resmi. Dalam hal ini, Menurut teori paradigma New Public yang menjadi aktor resmi dalam proses Service pembuatan suatu kebijakan yaitu DPRD Kota mengemukakan Cilegon sebagai lembaga legislatif, Pemkot memandang penting keterlibatan banyak aktor Cilegon sebagai lembaga eksekutif dan CCSR dalam penyelenggaraan urusan publik. Dalam sebagai lembaga pengelola CSR. Adapun peran administrasi dan wewenang DPRD kota yaitu menetapkan kepentingan Perda bersama-sama dengan pemerintah daerah. kepentingan publik diwujudkan tidak hanya Sedangkan peran Pemkot yaitu menetapkan tergantung pada lembaga negara. Kepentingan peraturan daerah kota dengan persetujuan publik DPRD Kota. Dan peran dan wewenang CCSR diimplementasikan oleh semua aktor baik yaitu mengelola CSR di Kota Cilegon dan negara, bisnis (perusahaan) maupun masyarakat membuat peraturan-peraturan yang bersifat sipil. teknis. (NPS), Denhardt bahwa publik Denhardt paradigma ada publik, harus & yang NPS dinamakan dan bagaimana dirumuskan dan Dalam era otonomi daerah dengan Selanjutnya, yang menjadi aktor tidak APBD yang tidak dapat diterapkan sepenuhnya resmi dalam pembuatan Perda Nomor 10 Tahun untuk membiayai kebutuhan masyarakat dalam 2012 idealnya berasal dari luar lembaga pembangunan pemerintah swasta (perusahaan) lewat dana CSR untuk seperti kelompok kepentingan, daerah, program dibutuhkan partai politik, oraginisasi massa, warga negara membantu dan individu. Tetapi menurut informasi yang dengan amanat undang-undang dan peraturan diperoleh, beberapa aktor ini ada tetapi tidak daerah yang dalam hal ini yaitu Peraturan memberi pengaruh apapun. Sehingga pembuat Daerah kebijakan menggunakan sesuai kewenangan Pengelolaan yang mereka inginkan. Perusahaan. Nomor 10 pembangunan peranan Tahun Tanggung sesuai 2012 tentang Jawab Sosial Dalam Perda Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kota Cilegon, Jenis Manfaat yang Bisa Diperoleh peneliti Dibuatnya suatu kebijakan publik dalam mengidentifikasi adanya kepentingan dalam penelitian ini yaitu Perda tentang pengelolaan pembuatan perda, yaitu untuk memperlancar tanggung jawab sosial perusahaan ini harus jalannya roda pemerintahan di Kota Cilegon. memberikan manfaat yang jelas bagi semua Dengan adanya Perda ini, pemerintah dapat pihak. Menurut Dye dalam Anggara (2014) 43 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 mendefinisikan bahwa kebijakan publik adalah yang segala sesuatu yang dikerjakan oleh pemerintah, melaksanakan alasan suatu kebijakan harus dilakukan dan perusahaan; penyusunan program sosial di Kota manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi Cilegon pertimbangan yang holistik agar kebijakan perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau tersebut mengandung manfaat yang besar bagi dapat melaksanakan tanggung jawab sosial warganya dan tidak menimbulkan kerugian, perusahaan; dan pendistribusian dana dari disinilah pemerintah harus bijaksana dalam perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau menetapkan suatu kebijakan. dapat melaksanakan tanggung jawab sosial Peneliti menganalisa, Perda tentang memiliki kewajiban tanggung dan dan jawab penghimpunan dana dapat sosial dari perusahaan kepada masyarakat. pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan Selain itu perusahaan diharapkan akan ini memang akan sangat bermanfaat untuk merasa aman dengan adanya Perda ini, karena semua pihak, baik bagi pemerintah, perusahaan Perda dan masyarakat yang akan merasakannya secara pelaksanaan CSR dan untuk menghindari langsung. Seperti salah satu tujuan yang ada pungutan dari pihak yang tidak berwenang. dalam Perda Nomor 10 Tahun 2012 yaitu Oleh terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum mempercayai lembaga CCSR dalam penyaluran bagi pelaku dunia usaha dalam pelaksanaan CSR, perusahaan bisa fokus melakukan bisnis tanggung jawab sosial perusahaan secara tanpa harus memikirkan kegiatan apa yang akan terpadu dilakukan untuk CSR. dan berdaya guna; melindungi perusahaan agar terhindar dari pungutan liar yang dilakukan pihak-pihak yang merupakan karena payung itu hukum apabila dalam perusahaan Bukan hanya perusahaan yang dapat tidak merasakan manfaat dari perda ini, Pemkot berwenang. Cilegon juga akan merasakan manfaatnya yaitu Salah satu manfaat yang akan dirasakan terbantunya beban program pembangunan di oleh perusahaan dengan adanya perda yaitu Kota Cilegon melalui RPJMD dengan program mendapat perlindungan hukum dan kemudahan yang akan dilaksanakan oleh CCSR. Seperti dalam pelaksanaan CSR. Perusahaan tidak lagi yang tercantum dalam salah satu maksud bingung untuk pelaksanaan dan penyaluran pembuatan CSR kepada siapa saja, karena Pemkot Cilegon perusahaan yaitu mensinergikan pelaksanaan melalui amanat Peraturan Walikota sudah tanggung jawab sosial perusahaan dengan membentuk program sebuah lembaga independen Perda tanggung pembangunan daerah pencapaian kesejahteraan pengelola CSR yaitu CCSR. Adapun kegiatan mendorong yang akan dilakukan oleh lembaga CCSR pengurangan tingkat kemiskinan. berdasarkan Perda yaitu pendataan perusahaan 44 jawab sosial dalam dan Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 Sedangkan akan sosial perusahaan ini yaitu kegiatan CSR yang merasakan langsung manfaat dari perda ini, dilakukan oleh perusahaan dapat disalurkan karena Perda mengatur tentang pengelolaan melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah CSR. Menurut ISO 26000 tentang International berdasarkan amanat Perwal Nomor 3 Tahun Guidance on Social Responsibility memberikan sebagai bentuk harmonisasi antara pemerintah rumusan resmi tentang social responsibility daerah dan pihak perusahaan yang kian menyatakan bahwa tanggung jawab korporasi menjamur di Kota Cilegon. Karena menurut atas dampak yang ditimbulkan sebagai akibat Anderson dalam Anggara (2014) kebijakan dari dalam publik adalah kebijakan yang dikembangkan masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku oleh badan dan pejabat pemerintah. Dalam yang etis dan transparan yang berkontribusi penelitian ini, yang dimaksud dengan badan terhadap pembangunan berkelanjutan; termasuk yaitu kesehatan masyarakat; pengelola CSR di Kota Cilegon yang dibentuk pemangku atas amanat Perwal Kota Cilegon Nomor 3 keputusan dan dan perundangan ekspektasi mentaati yang aktivitasnya kesejahteraan memperhatikan kepentingan; masyarakat peraturan dan yang berlaku dan konsisten lembaga CCSR sebagai lembaga Tahun 2011, yang dengan adanya lembaga ini akan memberikan bantuan pembiayaan dengan norma perilaku internasional; dan penyelenggaraan terintegrasi serta kompensasi pemulihan dan/atau peningkatan diimplementasikan dalam seluruh aktivitas ekonomi berkualitas berbasis kerakyatan yang organisasi yang terkait dengan organisasi selaras dengan program-program pemerintah korporasi. daerah. Selain itu, dengan adanya perda ini dalam organisasi Berdasarkan paradigma New Public Service (NPS), masyarakat tidak kesejahteraan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan berlaku lagi dalam kawasan yang secara langsung maupun diperlakukan sebagai pelanggan, melainkan tidak langsung menerima dampak atas kegiatan sebagai warga negara (citizen) yang berhak operasional sebagaimana yang dimaksud dalam mendapatkan pelayanan publik dengan baik. ruang lingkup Perda pengelolaan tanggung jawab sosial tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, perusahaan merupakan bentuk melalui perda ini pemerintah akan memberikan demokrasi pemerintah Kota Cilegon dalam apresiasi kepada dunia usaha yang telah meningkatkan taraf hidup masyarakat. melakukan tanggung jawab sosial perusahaan salah satu perda tentang pengelolaan dengan memberi penghargaan serta pemberian Derajat Perubahan Yang Ingin Dicapai Perubahan yang ingin dicapai dengan adanya perda pengelolaan tanggung jawab kemudahan dalam pelayanan administrasi. Tetapi sejauh ini, belum terlihat perubahan yang diharapkan, karena lembaga 45 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 CCSR berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun sosial perusahaan ini, namun pada 2012 belum dibentuk karena berdasarkan Perda kenyataannya CCSR belum membuat aturan dalam perekrutannya calon anggota harus teknis terkait perda tersebut yang disebabkan melalui fit dan proper test. Klausul tersebut oleh beberapa pasal yang ada didalam perda dianggap bagian dari masalah oleh perusahaan, tersebut yang dianggap bermasalah dan harus karena keluar dari platform perusahaan yang dilakukan perbaikan sebelum dilaksanakan. core utamanya bisnis bukan CSR. Sehingga belum ada perusahaan mengutus karywannya Pelaksana Program untuk mengikuti tahapan fit dan proper test. Pelaksana program dalam perda yaitu lembaga yang disebut CCSR dibentuk atas Perwal Nomor 3 Tahun 2011. Karena lembaga Letak Pengambilan Keputusan Letak pengambil keputusan yang ini merupakan lembaga independen non dimaksud dalam Perda tentang pengelolaan pemerintah, maka pengurus yang dibentuk pun tanggung jawab sosial perusahaan tercantum bukan berasal dari luar unsure pemerintah, pada ketentuan umum perda tersebut yaitu melainkan perwakilan dari perusahaan. Cilegon Corporate Social Responsibility Pelaksana program yang dimaksud (CCSR) yang dibentuk atas amanat Peraturan dalam Perda Nomor 10 Tahun 2012 sampai saat Walikota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011 tentang ini belum dibentuk karena terbentur dengan Pembentukan Kerja beberapa pasal yang dianggap bermasalah Responsibility dalam perda tersebut yang salah satunya yaitu Cilegon Organisasi Corporate dan Social Tata (CCSR). berada pada pasal 18 ayat (4) bahwa seleksi Menurut tersebar calon pengelola CCSR dilakukan berdasarkan dalam tahapan seleksi administrasi, seleksi ujian kebijakan (baik secara geografis maupun tertulis dan wawancara serta uji kelayakan dan organisatoris) kepatuhan yang selanjutnya disebut fit dan kedudukan Grindle, pengambil akan semakin keputusan semakin sulit pula implementasinya. Jadi seharusnya mudah saja proper test. apabila perda ini diimplementasikan, karena Hal tidak melibatkan banyak instansi dalam dasarnya, (2012) lembaga sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Edward dalam Agustino pelaksanaannya. Pada ini CCSR mengenai berkaitan dengan disposisi pengangkatan birokrat. Menurutnya, pemerintah sebagai aktor utama yang bertugas menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata membuat peraturan yang bersifat teknis dari terhadap implementasi kebijakan bila personil perda tentang pengelolaan tanggung jawab yang 46 tidak para yang merupakan lembaga independen yang dibentuk ada sikap variabel pelaksana melaksanakan akan kebijakan- Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat sehingga sampai saat ini Perda tersebut masih tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatan belum personil pelaksana kebijakan haruslah orang- mestinya. bisa dilaksanakan sebagaimana orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada Sumber Daya yang Digunakan kepentingan warga. Salah satu sumber daya yang harus ada Peneliti menganalisa bahwa adanya dalam implementasi kebijakan yaitu aturan mengenai fit dan proper test tersebut pegawai/staf pelaksana. Seperti yang dikatakan mungkin adanya itikad baik dari para pembuat oleh Edward dalam Agustino (2012) bahwa kebijakan salah satu indikator sumber-sumber daya yaitu memiliki yaitu agar kemampuan pelaksana dan program keahlian yang staf. Menurutnya, staf merupakan sumber daya dibutuhkan untuk impelementasi perda tersebut. yang paling utama dalam Tetapi, aturan ini ditolak oleh pengurus CCSR kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam yang lama dengan alasan CCSR merupakan implementasi lembaga sosial, dan untuk pengurus tidak disebabkan oleh staf yang tidak mencukupi, mendapatkan gaji atau bisa disebut sukarela. memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya. kebijakan implementasi salah satunya Seharusnya, apabila diadakan fit dan Seperti pada lembaga CCSR yang minim akan proper test dalam seleksi calon pengurus CCSR, staf/pegawai. Ditambah lagi dengan beberapa sudah ada juga gaji atau insentif yang sesuai pasal dalam perda yang mengatur mengenai agar bisa menjadi faktor pendorong dalam batas jumlah pegawai yang harus ada dalam implementasi pelaksana lembaga CCSR dan fit and proper test untuk program itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang seleksi pegawai yang ingin ikut bergabung disampaikan oleh Edward, bahwa salah satu dalam lembaga CCSR yang akan menyebabkan teknik kurangnya minat dari para calon pegawai yang yang masalah kebijakan terkait disarankan untuk kecenderungan mengatasi adalah ingin ikut bergabung. Tetapi, menurut Edward dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, penambahan jumlah staf dan implementor saja pada tidak umumnya kepentingan pelaksana orang bertindak menurut mereka sendiri, maka mencukupi, kecukupan staf maka dengan diperlukan pula keahlian dan memanipulasi insentif oleh para pembuat kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kebijakan kapabel) mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dari pernyataan diatas, peneliti melihat kebijakan dalam atau mengimplementasikan melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri. memang ada ketidak-adilan yang menyebabkan Dari pernyataan Edward diatas, peneliti pihak pelaksana menolak aturan tersebut, memahami bahwa jumlah pegawai yang sedikit 47 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 tetapi memiliki keahlian dan kemampuan Tahun 2012 belum dapat dilihat, karena Perda (kompeten dan kapabel) lebih baik dari pada tersebut berdasarkan pihak pelaksana yaitu jumlah pegawai yang banyak tetapi tidak belum memiliki keahlian. Dan akan lebih baik lagi jika mestinya.Sampai jumlah pegawai yang banyak disertai dengan pengelolaan CSR di Kota Cilegon masih keahlian yang mumpuni sehingga tujuan dari mengacu kebijakan tersebut bisa tercapai. berdasarkan dari data yang diperoleh, respon Namun saat pada sebagaimana ini, perwal pelaksanaan dan sejauh ini yang didapat dari adanya lembaga pengelola pengelolaan CSR di Kota Cilegon ini sangat minim, karena tanggung jawab sosial perusahaan ini sampai dari 117 perusahaan yang ada di Kota Cilegon saat ini belum dibentuk kepengurusan lembaga hanya CCSR berdasarkan perda tersebut, padahal di menyalurkan dan mempercayakan pelaksanaan dalam perda pasal 25 ayat (1) menjelaskan CSR nya melalui lembaga CCSR. Harapan bahwa Cilegon Corporate Social Responsibility dengan adanya perda ini, akan menambah (CCSR) harus terbentuk paling lambat 6 (enam) partisipasi perusahaan untuk bergabung dan bulan sejak diundangkannya peraturan daerah menyalurkan dana CSR nya melalui lembaga ini. Hal ini membuktikan bahwa implementasi CCSR. perda kenyataannya, dilaksanakan untuk impelemtasi pada dapat tentang baru ada 12 Perusahaan yang Perda ini belum berjalan karena pegawai/staf yang seharusnya menjadi sumber daya utama PENUTUP dalam implementasi kebijakan tetapi sampai Penelitian mengenai Implementasi saat ini belum dibentuk sejak perda ini Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 diundangkan. tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kota Cilegon dapat disimpulkan Tingkat Kepatuhan Dan Adanya Respon sebagai berikut: Dari Pelaksana 1. Menurut Grindle, hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan Perda Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan suatu Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kota Cilegon dibentuk atas kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari dasar para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan pembuatannya pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan melibatkan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu khususnya kebijakan. pelaksana. Sehingga ketika Perda disahkan, Dalam penelitian ini, kepatuhan dari inisiatif DPRD. tidak pemangku perusahaan Dalam proses sepenuhnya kepentingan sebagai pihak secara tidak langsung mendapat penolakan pelaksana untuk implementasi Perda Nomor 10 dari 48 pihak pelaksana, terkait dengan Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 beberapa pasal yang dianggap tidak sesuai 2. 1. Pada tahap penyusunan/ pembahasan Perda dengan kebutuhan yang secara teknis selayaknya harus melibatkan pemangku membebani kepentingan perusahaan yang core secara lengkap untuk utamanya adalah bisnis. mewadahi harapan, kebutuhan, hingga Belum dilaksanakannya Peraturan Daerah dampak yang diinginkan. Dalam hal ini Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ini sebagai pemangku kepentingan utama yang disebabkan oleh 2 (dua) pasal yang akan melaksanakan amanah Perda melalui dianggap perusahaan, kelembagaan CCSR, harus diikutsertakan diantaranya pasal 16 ayat (2) menjelaskan dalam penyusunan Perda tersebut demi bahwa biaya operasional pengelola dan keberlanjutan Perda tersebut. menjadi beban sekretariat pertahun diambil dari dana pengelolaan pelaksana Pihak pelaksana harus segara mengajukan revisi Perda agar pasal-pasal yang dianggap perusahaan yang terkumpul dalam 1 (satu) bermasalah dapat segera ditinjau ulang, tahun. Pihak pelaksana yaitu lembaga diperbaiki dan ditindaklanjuti sehingga CCSR dapat berasal jawab pihak sosial yang tanggung 2. sebagai dari perwakilan diimplementasikan. Dengan beberapa perusahaan di Kota Cilegon demikian dapat terbentuk lembaga CCSR merasa keberatan dengan pasal tersebut sesuai dengan amanah Perda sebagai karena bertentangan dengan komitmen lembaga pelaksana CSR di Kota Cilegon. sebagaimana dalam Perwal Nomor 3 Tahun 2011. Selanjutnya pada pasal 18 tentang tata cara perekrutan anggota CCSR, pada Daftar Pustaka pasal tersebut akan dilakukan fit and proper test untuk calon anggota CCSR, hal ini dianggap perusahaan sebagai klausul yang berlebihan, karena tugas utama pengelola CSR perusahaan adalah pada perusahaannya. Sedangkan diluar Agustino, Leo (2012). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Anggara, Sahya (2014). Kebijakan Publik. Bandung: CV Pustaka Setia Baehaqi (2015). Pengalokasian Dana CCSR perusahaan seperti pada lembaga CCSR Cilegon bersifat sukarela/ sosial. Tersedia: Beraroma Politik. [Online]. bantensatu.com/2015/07/01/pengalokasia Rekomendasi bermanfaat bagi yang instansi diharapkan terkait, dapat sebagai n-dana-ccsr-cilegon-beraroma-politik/ [20 Oktober 2015] berikut: 49 JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50 CSR/PKBL Freeman, R. E., (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach, , Boston: Transparansi Kebijakan Tanggung Jawab Sosial di Utama, Sidharta (2010). Evaluasi Infrastruktur Universitas Hasanudin. Pendukung Pelaporan Tanggungjawab Khairandy, Ridwan.(2008). Corporate Social Dari Shareholder Sosial dan Lingkungan di Indonesia. Ke Untung, Hendrik Budi (2009). Corporate Social Stakeholder, Dan Dari Etika Bisnis Ke Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika Norma Hukum. Wibisono, Yusuf.(2007) Membedah Konsep Kodir.Abdul (2014). “Relasi Sosial dalam dan Implementasi Perda Nomor 4 Tahun 2011 Tanggung Jawab Pemerintahan Daerah Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Korporasi). Bandung: Alfabeta Perseroan Terbatas Pengelolan Program Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 10 Responsibility: Keberpihakan Tahun dan Studies, UGM Pasoolong, Harbani (2013). Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Rahmatullah & Kurniati, Trianita. (2011). Praktis (Corporate Pengelolaan Social CSR Responsibility). Yogyakarta: Samudra Biru. Syaifullah (2014). “Dialog antar Aktor dalam Implementasi kebijakan Kebijakan Peraturan Gubernur No. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman 2012 tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Keberlanjutannya. Center for Populaton Panduan Fascho Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Pendekatan, Gresik: Pemerintahan Daerah Mardikanto, Totok (2014). Corporate Social Social CSR. Undang – Undang No. 32 Tahun 2003 tentang Sosial Universitas Airlangga Surabaya. Corporate Aplikasi Publishing. Perusahaan di Jawa Timur.” Thesis pada (2003): Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta Kabupaten Morowali Utara.” Skripsi pada Mulyadi Lampung.” Tahir, Arifin (2014). Kebijakan Publik & Hakim S, Hikma Abd (2015). “Implementasi tentang Provinsi Thesis pada Universitas Gadjah Mada. Pitman Publishing Responsibility: di Pengelolaan 50