Paper Title (use style: paper title)

advertisement
Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS)
p-issn: 2549-0435
e-issn: 2549-1431
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012
TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
DI KOTA CILEGON
Rahmatullah
Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten
Jalan Raya Lintas Timur Km. 04 Karang Tanjung Pandeglang Banten
Email: [email protected]
Abstract
This study discusses the implementation of local regulations No. 10 year 2012
on managing Corporate Social Responsibility in Cilegon. This type of study is
qualitative descriptive. Results of the study illustrates that change has not been
implemented, since it was passed on April 30, 2012. There are 2 (two) clauses
article in particulary regarding Perda operational costs and recruitment
patterns of administrators through the fit and proper test. The study
recommends revisions to some article that impedes the passage of Perda, in
addition to the importance of involving stakeholders’ executor (company) in the
formulation of article so as to accommodate the needs of the Government,
enterprises and society.
Keywords: Implementation, Local Regulations, Corporate Social Responsibility
Berbagai
PENDAHULUAN
Kota
belum
berkorelasi langsung pada meningkatnya
Industri di Provinsi Banten yang berperan
kesejahteraan masyarakat, jumlah keluarga
sebagai simpul sistem jaringan utilitas dan
miskin di Kota Cilegon mencapai 15.531
pergerakan jawa-sumatera, melalui posisi
jiwa
ini
menentukan
angka pengangguran mencapai 22.403 jiwa
pertumbuhan dan perkembangan wilayah di
atau 7,55%. Memahami besarnya potensi dan
kedua pulau besar tersebut. Selain itu Kota
aneka permasalahan yang ada, Pemkot Cilegon
Cilegon
sebagai
berupaya
terhadap
lokasi
Cilegon
merupakan
diatas
kota
Kota
Cilegon
potensi
turut
potensi
pasar
inlet-outlet
dunia,
secara
atau 5,23%, dari 296.475 jiwa, dan
mensinkronisasikan
program
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
geografis Kota Cilegon memiliki akses
beririsan dengan program CSR perusahaan.
langsung terhadap Alur Laut Kepulauan
Upaya mewujudkan masyarakat Cilegon
Indonesia (ALKI) I yang didukung oleh
sejahtera, tidak mampu dipenuhi secara tunggal
keberadaan
dan
oleh Pemkot Cilegon, oleh karena itu Pemkot
khusus. Laju pertumbuhan ekonomi Kota
berupaya melibatkan pihak perusahaan dengan
Cilegon
mensinergikan
21
pelabuhan
mencapai
5,2%,
umum
selain
juga
program
yang
beririsan,
terdapat 117 perusahaan yang menanamkan
sehingga diharapkan akselerasi peningkatan
investasinya.
kesejahteraan masyarakat dapat segera tercapai.
35
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
Bentuk
kemitraan
CSR
yang
dilakukan
koordinasi; (c) terwujudnya kepastian dan
Cilegon,
dengan
perlindungan hukum bagi pelaku dunia usaha
Cilegon
dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial
Corporate Social Responsibility yang disingkat
perusahaan secara terpadu dan berdaya guna;
CCSR, ditetapkan melalui Peraturan Walikota
melindungi perusahaan agar terhindar dari
Cilegon
tentang
pungutan liar yang dilakukan pihak-pihak tidak
Kerja
berwenang; (d) meminimalisir dampak negatif
Responsibility
keberadaan perusahaan dan mengoptimalkan
(CCSR) di Kota Cilegon. CCSR merupakan
dampak positif keberadaan perusahaan; dan (e)
lembaga independen non pemerintah yang
terprogramnya
mensinkronisasikan
mengintegrasikan
untuk melakukan apresiasi kepada dunia usaha
program dan kegiatan CSR dengan Rencana
yang telah melakukan tanggung jawab sosial
Pembangunan
perusahaan dengan memberi penghargaan serta
Pemerintah
Kota
memprakarsai
berdirinya
Nomor
Pembentukan
Cilegon
3
lembaga
tahun
Organisasi
Corporate
2011,
dan
Social
dan
Jangka
Tata
Menengah
Daerah
(RPJMD).
pemberian
Karena Peraturan Walikota tersebut
dinilai
terlaksana
dengan
baik
rencana
kemudahan
pemerintah
dalam
daerah
pelayanan
administrasi.
kemudian
Untuk
membangun
mengembangkan
2012 tentang Pengelolaan Tanggung Jawab
pemerintah daerah dan dunia usaha, Pemkot
Sosial Perusahaan. Berdasarkan Perda tersebut,
Cilegon melalui Perda Nomor 10 Tahun 2012
yang dimaksud dengan Tanggung Jawab Sosial
mengadakan pengelolaan tanggung jawab sosial
Perusahaan adalah komitmen perseroan untuk
perusahaan yang tercantum pada pasal 11 ayat
berperan serta dalam pembangunan ekonomi
(1)
berkelanjutan
kualitas
Pendataan perusahaan yang memiliki kewajiban
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial
baik
perusahaan; (b) Penyusunan program sosial di
bagi
guna
meningkatkan
perseroan
sendiri,
komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
kegiatannya
kerjasama
dan
dikeluarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun
adapun
pola
keserasian
terdiri
antara
dari:
(a)
Kota Cilegon dan penghimpunan dana dari
Tujuan dibentuknya Perda tercantum
perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau
dalam Pasal 3, antara lain (a) terwujudnya
dapat melaksanakan tangung jawab sosial
batasan yang jelas tentang tanggung jawab
perusahaan; (c) Pendistribusian dana dari
sosial termasuk lingkungan perusahaan beserta
perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau
pihak-pihak yang menjadi pelakunya; (b)
dapat melaksanakan tanggung jawab sosial
terpenuhinya penyelenggaraan tanggung jawab
perusahaan kepada masyarakat. Adapun badan
sosial perusahaan sesuai dengan peraturan
yang
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
perusahaan ini dilaksanakan oleh suatu badan
36
mengelola
tanggung
jawab
sosial
Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
independen non pemerintah yang ditetapkan
menggunakan dana dari perusahaan untuk
oleh Peraturan Walikota yang disebut Cilegon
keperluan biaya operasional.
Corporate Social Responsibility (CCSR).
Kedua,
pada
pasal
25
ayat
(1)
menjelaskan bahwa Cilegon Corporate Social
Responsibility (CCSR) harus terbentuk paling
Permasalahan
Adanya pengelolaan tanggung jawab
sosial
perusahaan
ini
bermaksud
lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya
untuk
peraturan daerah ini. Namun sampai saat ini
mencegah terjadinya tumpang tindih dalam
sejak diundangkannya peraturan daerah ini
pemberian bantuan CSR, selain itu juga untuk
tanggal
pemerataan bantuan dengan cara sinkronisasi
pengelola CCSR yang dimaksud dalam isi
dengan program yang dibuat oleh pemerintah
perda, sehingga pengelola CCSR yang saat ini
daerah sehingga bukan hanya masyarakat yang
masih ada yaitu pengelola berdasarkan Perwal
ada di sekitar perusahaan saja yang merasakan
Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011.
bantuan tersebut, melainkan seluruh masyarakat
Keadaan
yang ada di Kota Cilegon.
Namun
30 April
ini
2012 belum
jelas
terbentuk
terlihat
adanya
masalah yang menghambat dalam pelaksanaan
kenyataannya,
Perda tersebut, padahal sudah jelas tercantum
implementasi perda CSR yang ada di Kota
dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor
Cilegon ternyata tidak berjalan sesuai dengan
12
harapan. Pelaksanaan CSR di Kota Cilegon
Perundang-Undangan, Perda termasuk kedalam
masih mengacu pada Perwal Kota Cilegon
jenis
karena sejak dikeluarkannya perda tersebut,
undangan yang membuktikan bahwa kedudukan
terdapat beberapa permasalahan diantaranya:
perda lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Pertama, dalam pasal 16 ayat (2) menjelaskan
perwal. Gambaran diatas menjadi dasar bagi
bahwa
dan
penulis untuk mengangkat kajian mengenai
dana
“Implementasi Perda Nomor 10 Tahun 2012
biaya
sekretariat
pada
operasional
pertahun
pengelola
diambil
dari
Tahun
dan
2011
hierarki
tentang
peraturan
Pembentukan
perundang-
pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan
Tentang
yang terkumpul dalam 1 (satu) tahun. Namun,
Sosial Perusahaan di Kota Cilegon”.
Pengelolaan
Tanggung
Jawab
pada kenyataannya pihak perusahaan tidak
Kajian ini bersifat deskriptif, bertujuan
menyetujui pelaksanaan peraturan yang ada
mengambarkan aspek-aspek penting, situasi-
dalam
ini
stuasi dan hubungan yang tergambar pada
bertentangan dengan komitmen yang disepakati
implementasi dan impilikasi dari terbitnya
oleh
proses
Perda Nomor 10 Tahun 2012 di Kota Cilegon.
akan
Kajian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan,
pasal
kalangan
pembentukan
tersebut,
karena
perusahaan
CCSR
yang
hal
pada
tidak
melibatkan 5 (lima) informan sebagai berikut:
37
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
Tabel 1. Informasi dan Informan
No
Informan
1.
2.
BPMKP Kota Cilegon
Bagian Hukum
3.
Bagian Persidangan
4.
Ketua CCSR
5.
Pihak Perusahaan
Informasi yang diharapkan
Jumlah
Latar belakang, Kepentingan yang mempengaruhi, Manfaat,
Perubahan yang ingin dicapai, Subjek, wewenang dan
tanggung jawab, Status kepegawaian, Pelaksanaan CSR,
Kesesuaian pelaksanaan
Latar belakang, kepentingan yang mempengaruhi, manfaat,
perubahan yang ingin dicapai, status kepegawaian
pelaksana, pelaksanaan CSR, sumber daya, faktor-faktor,
strategi, karakteristik pelaksana, kesesuaian pelaksanaan.
Yang bergabung dalam CCSR
Manfaat, alasan bergabung dalam CCSR
Yang tidak bergabung dalam CCSR
Manfaat, alasan tidak bergabung dalam CCSR
Jumlah
1
1
dengan
1
1
1
1
6
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
berkaitan
kekuasaan
(power),
Implementasi Kebijakan
kepentingan dan strategi para pelaku kebijakan,
Implementasi kebijakan publik sebagai
disamping karakteristik lembaga dan rezim
aktivitas dalam proses kebijakan publik, sering
serta izin pelaksanaan dan respon terhadap
bertentangan dengan yang diharapkan, bahkan
kebijakan.
menjadikan produk kebijakan sebagai batu
implementasi kebijakan baru akan terlihat
sandungan bagi pembuat kebijakan itu sendiri.
pengaruhnya
Itulah sebabnya implementasi kebijakan publik
dilaksanakan.
diperlukan pemahaman yang mendalam tentang
Dengan
demikian
setelah
kebijakan
Sementara itu, Wahab
studi kebijakan publik.
(2014)
konteks
tersebut
dalam Tahir
mengatakan
bahwa
implementasi
pelaksanaan
Dunn dalam Tahir (2014), memberikan
kebijakan
adalah
argumennya tentang implementasi kebijakan
kebijakan
dasar,
sebagai berikut: Policy implementation is
Undang-Undang, namun dapat pula berbentuk
essentially a practical activity, as distinguished
perintah-perintah
from policy formulation, which is essentially
eksekutif yang penting atau keputusan badan
theoretical. Sehubungan dengan sifat praktis
peradilan
yang ada dalam proses implementasi kebijakan,
mengidentifikasikan
maka hal yang wajar bahwa implementasi
menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang
berkaitan
ingin
dengan
proses
politik
dan
administrasi. Hal tersebut disebabkan karena ia
biasanya
atau
dan
dalam
bentuk
keputusan-keputusan
lazimnya,
dicapai,
keputusan
keputusan
masalah
berbagai
yang
cara
tersebut
diatasi,
untuk
menstruktur/mengatur proses implementasinya.
terkait dengan tujuan diadakannya kebijakan
Grindle
dalam
Anggara
(2012)
(policy goals) dan jika dilihat dari konteks
menyebutkan bahwa implementasi kebijakan
implementasi kebijakan, maka hal ini akan
sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut
38
Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-
berkelanjutan,
keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur
positif
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan
perusahaan lebih mudah memperoleh akses
lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik,
terhadap modal. Ketiga, perusahaan dapat
keputusan dari siapa yang memperoleh apa dari
mempertahankan sumber daya manusia
suatu kebijakan.
yang berkualitas. Keempat, perusahaan
dari
serta
mendapatkan
masyarakat
luas.
citra
Kedua,
dapat meningkatkan pengambilan keputusan
pada hal-hal yang kritis dan mempermudah
Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh
dunia
usaha
untuk
bertindak
etis
pengelolaan manajemen risiko.
2. Bagi masyarakat, Keberadaan perusahaan di
dan
suatu daerah akan menyerap tenaga kerja,
memberikan kontribusi kepada pengembangan
dan meningkatkan kualitas sosial di daerah
ekonomi dari komunitas setempat ataupun
tersebut.
masyarakat luas, bersaman dengan peningkatan
taraf
hidup
pekerja
beserta
keluarganya
3. Bagi
lingkungan,
mencegah
praktik
eksploitasi
CSR
akan
berlebihan
atas
(Wibisono, 2007). Suharto (2006) menyatakan
sumber daya alam, dan menjaga kualitas
bahwa
lingkungan.
CSR
adalah
operasi
bisnis
yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan
perusahaan
secara
4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan
finansial,
mencegah apa yang disebut Corporate
melainkan pula untuk membangun sosial-
Misconduct atau malpraktik bisnis seperti
ekonomi kawasan secara holistik, melembaga
penyuapan pada aparat negara atau aparat
dan berkelanjutan
hukum yang memicu korupsi.
Terdapat manfaat yang didapatkan dari
Keterlibatan perusahaan dalam program
pelaksanaan tanggunggjawab sosial perusahaan,
CSR dilatarbelakangi beberapa kepentingan.
baik bagi perusahaan, masyarakat, pemerintah
Menurut Mulyadi (2003), setidaknya bisa
dan
diidentifikasi
pemangku
kepentingan
lainnya,
tiga
motif
keterlibatan
sebagaimana dikemukakan Wibisono (2007):
perusahaan, yaitu: motif menjaga keamanan
1. Bagi Perusahaan. Terdapat empat manfaat
fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan
yang
diperoleh
mengimplementasikan
dengan
CSR.
Pertama,
keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan
kontrak
kerja,
dan
motif
moral
untuk
memberikan pelayanan sosial pada masyarakat
lokal.
39
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
Tabel 4 Motif Perusahaan dalam Menjalankan Program CSR
Motif Keamanan

Program dilakukan setelah ada tuntutan
masyarakat yang biasanya diwujudkan
melalui demonstrasi
 Program tidak dilakukan setelah kontrak
ditandatangani. Kecendrungannya program
dilakukan ketika kebebasan masyarakat sipil
semakin besar pasca desentralisasi
Sumber : Mulyadi (2003)
Motif memenuhi kewajiban
kontraktual
 Pertanggungjawaban
program CSR kepada
pemerintah daerah dan
pemerintah pusat.
 Propaganda kegiatan CSR
melalui media massa.
Peraturan Hukum Terkait CSR
2. Undang-Undang
Terdapat 4 (empat) peraturan yang
mewajibkan
perusahaan


Wacana CSR
Propaganda
kegiatan
CSR
melakukan media
massa
Perseroan
Terbatas
Nomor 40 Tahun 2007
untuk
Selain BUMN, saat ini Perseroan Terbatas
menjalankan tanggungjawab sosial perusahaan
(PT) yang mengelola atau operasionalnya
dan satu acuan (guidance) ISO 26000 sebagai
terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA)
referensi
diwajibkan melaksanakan program CSR,
dalam
tertentu
Komitmen Moral
menjalankan
CSR,
sebagaimana diuraikan Rahmatullah (2011)
sebagaimana diatur dalam UU Perseroan
1. Keputusan Menteri BUMN tentang Program
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74.
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).
3. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
25 Tahun 2007
BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6)
Dalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa setiap
dijelaskan
penanam
modal
melaksanakan
tanggung
BUMN
bahwa
dengan
Program
Usaha
Kemitraan
Kecil,
yang
selanjutnya disebut Program Kemitraan,
adalah
program
untuk
berkewajiban
jawab
sosial
perusahaan.
meningkatkan
4. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi
kemampuan usaha kecil agar menjadi
Nomor 22 Tahun 2001
tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
Khusus
dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan
operasionalnya mengelola minyak dan gas
pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa
bumi, terikat oleh Undang-undang Nomor
Program
yang
22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas
selanjutnya disebut Program BL, adalah
Bumi, disebutkan dalam Pasal 13 ayat 3 (p).
program
Bina
Lingkungan,
pemberdayaan
masyarakat
oleh
kondisi
BUMN
sosial
bagi
perusahaan
yang
5. Guidance ISO 26000
melalui
ISO 26000 merupakan standar dan panduan,
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
tidak menggunakan mekanisme sertifikasi,
dan
tidak
hanya
diperuntukkan
bagi
Corporate (perusahaan) melainkan juga
40
Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
untuk semua sektor publik dan privat.
Menurut Utama (2010), tanggung sosial
Tanggung jawab sosial dapat dilakukan oleh
jawab
institusi pemerintah, Non governmental
pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi
Organisation (NGO) dan tentunya sektor
juga terhadap para stakeholders yang terkait
bisnis, hal itu dikarenakan setiap organisasi
dan/atau terkena dampak dari keberadaan
dapat memberikan akibat bagi lingkungan
perusahaan.
sosial maupun alam. ISO 26000 membantu
menjalankan strategi bisnisnya, perusahaan
organisasi
yang menjalankan CSR akan memperhatikan
dalam
pelaksanaan
Social
perusahaan
tidak
Dalam
terhadap
menetapkan
dampaknya
pedoman
lingkungan, dan berupaya agar memberikan
serta
memperluas
pemahaman publik.
kondisi
dan
Responsibility, dengan cara memberikan
praktis,
terhadap
hanya
sosial
dan
dampak positif.
Stakeholders
PEMBAHASAN
Stakeholders menurut Freeman (1984)
Keberadaan industri di Kota Cilegon
merupakan individu atau kelompok yang bisa
menjadikan pemerintah membuat kebijakan
mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh
berupa peraturan daerah. Hal ini sesuai dengan
organisasi sebagai dampak dari aktivitas-
teori kebijakan yang dikemukakan oleh Carl
aktivitasnya. Sedangkan Chariri dan Ghazali
Friedrich
(2007) mengatakan bahwa perusahaan bukanlah
kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan
entitas
yang
hanya
dalam
Agustino
(2012)
bahwa
beroperasi
untuk
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau
namun
harus
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
memberikan manfaat bagi stakeholders-nya.
dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-
Mengacu pada pengertian diatas, maka dapat
kesulitan)
ditarik suatu penjelasan bahwa dalam suatu
(kesempatan-kesempatan)
aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-
tersebut
faktor
mengatasinya untuk mencapai tujuan.
kepentingannya
dari
sendiri
luar
dan
dari
dalam,
yang
dan
kemungkinan-kemungkinan
diusulkan
agar
dalam
kebijakan
berguna
dalam
kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholders.
Dalam penelitian ini menggunakan teori
Menurut Hill (1996), Stakeholders dalam
implementasi Grindle yang mengatakan bahwa
pelayanan sosial meliputi negara, sektor pivat,
keberhasilan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
ditentukan oleh implementability itu sendiri,
masyarakat,
CSR
yaitu Content of Policy dan Context of Policy.
keseluruhan entitas tersebut terlibat secara
Setelah dilakukan penelitian di lapangan,
bersama-sama.
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10
dalam
kasus
program
implementasi
kebijakan
amat
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Tanggung
41
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
Jawab Sosial Perusahaan di Kota Cilegon
positif
keberadaan
perusahaan;
dan
dilihat dari segi Content of Policy adalah
terprogramnya rencana daerah untuk melakukan
sebagai berikut:
apresiasi kepada dunia usaha yang telah
melakukan tanggung jawab sosial perusahaan
Kepentingan-Kepentingan yang
dengan memberi penghargaan serta pemberian
Mempengaruhi
kemudahan dalam pelayanan administrasi.
Peneliti menganalisa dari hasil temuan
Pada saat pembuatan perda ini, para
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
pembuat kebijakan tidak melibatkan pihak
dalam pembuatan kebijakan publik akan selalu
ketiga
ada
yang
menjembatani antara pembuat kebijakan dan
mempengaruhinya. Dalam hal ini, kepentingan
para stakeholder. Sehingga timbulah ego dari
umum selayaknya menjadi prioritas utama.
para pembuat kebijakan yang menyebabkan ada
Perda ini dibuat disaat daerah-daerah lain marak
beberapa pasal dalam perda tersebut yang tidak
dengan pembuatan perda CSR, sehingga para
sesuai
anggota DPRD di Kota Cilegon pun berinisiatif
(perusahaan) tetapi tetap dicantumkan dalam
membuat Perda Nomor 10 Tahun 2012 tentang
perda. Hal tersebut yang menyebabkan sampai
Pengelolaan
saat ini Perda tentang pengelolaan tanggung
kepentingan-kepentingan
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan.
sebagai
dengan
penengah
yang
keinginan
bisa
pelaksana
jawab sosial perusahaan ini belum dilaksanakan
Perda
ini
terwujudnya
memiliki
batasan
yang
tujuan
jelas
yaitu
oleh lembaga pelaksana.
tentang
Sedangkan
menurut
Sandel
bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan termasuk
citizenship yang demokratis itu adalah adanya
lingkungan perusahaan beserta pihak-pihak
keterlibatan yang aktif dari warga negara dalam
yang
proses pemerintahan. Warga negara tidak hanya
menjadi
pelakunya;
penyelenggaraan
tanggung
terpenuhinya
jawab
sosial
melihat
dari
perspektif
individu
dalam
perusahaan sesuai dengan perundang-undangan
persoalan yang lebih besar, namun dia melihat
yang
koordinasi;
semua persoalan dari perspektif yang lebih luas
terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum
untuk kepentingan umum (concern of the
bagi pelaku dunia usaha dalam pelaksanaan
whole), merasa ikut memiliki dan adanya moral
tanggung jawab sosial perusahaan secara
bond dengan komunitasnya.
terpadu
berlaku
dan
dalam
berdaya
suatu
melindungi
Suatu keputusan kebijakan yang telah
perusahaan agar terhindar dari pungutan liar
dibuat merupakan hasil dari interaksi antar
yang dilakukan pihak-pihak tidak berwenang;
aktor kebijakan yang masing-masing memiliki
meminimalisir dampak negatif keberadaan
keterampilan untuk mempengaruhi, kemauan
perusahaan
untuk menggunakan sumber daya, dan memiliki
dan
guna;
mengoptimalkan
dampak
42
Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
sumber-sumber
Anderson
pengaruh.
Menurut
James
dalam Anggara (2014), aktor
kebijakan dapat dibedakan menjadi (a) aktor
mensinergikan program pembangunan sesuai
RPJMD
dengan
program
CSR
prioritas
perusahaan melalui lembaga CCSR.
resmi dan (b) aktor tidak resmi. Dalam hal ini,
Menurut teori paradigma New Public
yang menjadi aktor resmi dalam proses
Service
pembuatan suatu kebijakan yaitu DPRD Kota
mengemukakan
Cilegon sebagai lembaga legislatif, Pemkot
memandang penting keterlibatan banyak aktor
Cilegon sebagai lembaga eksekutif dan CCSR
dalam penyelenggaraan urusan publik. Dalam
sebagai lembaga pengelola CSR. Adapun peran
administrasi
dan wewenang DPRD kota yaitu menetapkan
kepentingan
Perda bersama-sama dengan pemerintah daerah.
kepentingan publik diwujudkan tidak hanya
Sedangkan peran Pemkot yaitu menetapkan
tergantung pada lembaga negara. Kepentingan
peraturan daerah kota dengan persetujuan
publik
DPRD Kota. Dan peran dan wewenang CCSR
diimplementasikan oleh semua aktor baik
yaitu mengelola CSR di Kota Cilegon dan
negara, bisnis (perusahaan) maupun masyarakat
membuat peraturan-peraturan yang bersifat
sipil.
teknis.
(NPS),
Denhardt
bahwa
publik
Denhardt
paradigma
ada
publik,
harus
&
yang
NPS
dinamakan
dan
bagaimana
dirumuskan
dan
Dalam era otonomi daerah dengan
Selanjutnya, yang menjadi aktor tidak
APBD yang tidak dapat diterapkan sepenuhnya
resmi dalam pembuatan Perda Nomor 10 Tahun
untuk membiayai kebutuhan masyarakat dalam
2012 idealnya berasal dari luar lembaga
pembangunan
pemerintah
swasta (perusahaan) lewat dana CSR untuk
seperti
kelompok
kepentingan,
daerah,
program
dibutuhkan
partai politik, oraginisasi massa, warga negara
membantu
dan individu. Tetapi menurut informasi yang
dengan amanat undang-undang dan peraturan
diperoleh, beberapa aktor ini ada tetapi tidak
daerah yang dalam hal ini yaitu Peraturan
memberi pengaruh apapun. Sehingga pembuat
Daerah
kebijakan menggunakan sesuai kewenangan
Pengelolaan
yang mereka inginkan.
Perusahaan.
Nomor
10
pembangunan
peranan
Tahun
Tanggung
sesuai
2012
tentang
Jawab
Sosial
Dalam Perda Nomor 10 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
di
Kota
Cilegon,
Jenis Manfaat yang Bisa Diperoleh
peneliti
Dibuatnya suatu kebijakan publik dalam
mengidentifikasi adanya kepentingan dalam
penelitian ini yaitu Perda tentang pengelolaan
pembuatan perda, yaitu untuk memperlancar
tanggung jawab sosial perusahaan ini harus
jalannya roda pemerintahan di Kota Cilegon.
memberikan manfaat yang jelas bagi semua
Dengan adanya Perda ini, pemerintah dapat
pihak.
Menurut Dye dalam Anggara (2014)
43
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
mendefinisikan bahwa kebijakan publik adalah
yang
segala sesuatu yang dikerjakan oleh pemerintah,
melaksanakan
alasan suatu kebijakan harus dilakukan dan
perusahaan; penyusunan program sosial di Kota
manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi
Cilegon
pertimbangan yang holistik agar kebijakan
perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau
tersebut mengandung manfaat yang besar bagi
dapat melaksanakan tanggung jawab sosial
warganya dan tidak menimbulkan kerugian,
perusahaan; dan pendistribusian dana dari
disinilah pemerintah harus bijaksana dalam
perusahaan yang memiliki kewajiban dan/atau
menetapkan suatu kebijakan.
dapat melaksanakan tanggung jawab sosial
Peneliti menganalisa, Perda tentang
memiliki
kewajiban
tanggung
dan
dan
jawab
penghimpunan
dana
dapat
sosial
dari
perusahaan kepada masyarakat.
pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan
Selain itu perusahaan diharapkan akan
ini memang akan sangat bermanfaat untuk
merasa aman dengan adanya Perda ini, karena
semua pihak, baik bagi pemerintah, perusahaan
Perda
dan masyarakat yang akan merasakannya secara
pelaksanaan CSR dan untuk menghindari
langsung. Seperti salah satu tujuan yang ada
pungutan dari pihak yang tidak berwenang.
dalam Perda Nomor 10 Tahun 2012 yaitu
Oleh
terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum
mempercayai lembaga CCSR dalam penyaluran
bagi pelaku dunia usaha dalam pelaksanaan
CSR, perusahaan bisa fokus melakukan bisnis
tanggung jawab sosial perusahaan secara
tanpa harus memikirkan kegiatan apa yang akan
terpadu
dilakukan untuk CSR.
dan
berdaya
guna;
melindungi
perusahaan agar terhindar dari pungutan liar
yang
dilakukan
pihak-pihak
yang
merupakan
karena
payung
itu
hukum
apabila
dalam
perusahaan
Bukan hanya perusahaan yang dapat
tidak
merasakan manfaat dari perda ini, Pemkot
berwenang.
Cilegon juga akan merasakan manfaatnya yaitu
Salah satu manfaat yang akan dirasakan
terbantunya beban program pembangunan di
oleh perusahaan dengan adanya perda yaitu
Kota Cilegon melalui RPJMD dengan program
mendapat perlindungan hukum dan kemudahan
yang akan dilaksanakan oleh CCSR. Seperti
dalam pelaksanaan CSR. Perusahaan tidak lagi
yang tercantum dalam salah satu maksud
bingung untuk pelaksanaan dan penyaluran
pembuatan
CSR kepada siapa saja, karena Pemkot Cilegon
perusahaan yaitu mensinergikan pelaksanaan
melalui amanat Peraturan Walikota sudah
tanggung jawab sosial perusahaan dengan
membentuk
program
sebuah
lembaga
independen
Perda
tanggung
pembangunan
daerah
pencapaian
kesejahteraan
pengelola CSR yaitu CCSR. Adapun kegiatan
mendorong
yang akan dilakukan oleh lembaga CCSR
pengurangan tingkat kemiskinan.
berdasarkan Perda yaitu pendataan perusahaan
44
jawab
sosial
dalam
dan
Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
Sedangkan
akan
sosial perusahaan ini yaitu kegiatan CSR yang
merasakan langsung manfaat dari perda ini,
dilakukan oleh perusahaan dapat disalurkan
karena Perda mengatur tentang pengelolaan
melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah
CSR. Menurut ISO 26000 tentang International
berdasarkan amanat Perwal Nomor 3 Tahun
Guidance on Social Responsibility memberikan
sebagai bentuk harmonisasi antara pemerintah
rumusan resmi tentang social responsibility
daerah dan pihak perusahaan yang kian
menyatakan bahwa tanggung jawab korporasi
menjamur di Kota Cilegon. Karena menurut
atas dampak yang ditimbulkan sebagai akibat
Anderson dalam Anggara (2014) kebijakan
dari
dalam
publik adalah kebijakan yang dikembangkan
masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku
oleh badan dan pejabat pemerintah. Dalam
yang etis dan transparan yang berkontribusi
penelitian ini, yang dimaksud dengan badan
terhadap pembangunan berkelanjutan; termasuk
yaitu
kesehatan
masyarakat;
pengelola CSR di Kota Cilegon yang dibentuk
pemangku
atas amanat Perwal Kota Cilegon Nomor 3
keputusan
dan
dan
perundangan
ekspektasi
mentaati
yang
aktivitasnya
kesejahteraan
memperhatikan
kepentingan;
masyarakat
peraturan
dan
yang berlaku dan konsisten
lembaga
CCSR
sebagai
lembaga
Tahun 2011, yang dengan adanya lembaga ini
akan
memberikan
bantuan
pembiayaan
dengan norma perilaku internasional; dan
penyelenggaraan
terintegrasi
serta
kompensasi pemulihan dan/atau peningkatan
diimplementasikan dalam seluruh aktivitas
ekonomi berkualitas berbasis kerakyatan yang
organisasi yang terkait dengan organisasi
selaras dengan program-program pemerintah
korporasi.
daerah. Selain itu, dengan adanya perda ini
dalam
organisasi
Berdasarkan paradigma New Public
Service
(NPS),
masyarakat
tidak
kesejahteraan
sosial,
tanggung jawab sosial perusahaan berlaku
lagi
dalam kawasan yang secara langsung maupun
diperlakukan sebagai pelanggan, melainkan
tidak langsung menerima dampak atas kegiatan
sebagai warga negara (citizen) yang berhak
operasional sebagaimana yang dimaksud dalam
mendapatkan pelayanan publik dengan baik.
ruang lingkup
Perda pengelolaan tanggung jawab sosial
tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu,
perusahaan merupakan
bentuk
melalui perda ini pemerintah akan memberikan
demokrasi pemerintah Kota Cilegon dalam
apresiasi kepada dunia usaha yang telah
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
melakukan tanggung jawab sosial perusahaan
salah satu
perda
tentang pengelolaan
dengan memberi penghargaan serta pemberian
Derajat Perubahan Yang Ingin Dicapai
Perubahan yang ingin dicapai dengan
adanya perda pengelolaan tanggung jawab
kemudahan dalam pelayanan administrasi.
Tetapi
sejauh
ini,
belum
terlihat
perubahan yang diharapkan, karena lembaga
45
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
CCSR berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun
sosial
perusahaan
ini,
namun
pada
2012 belum dibentuk karena berdasarkan Perda
kenyataannya CCSR belum membuat aturan
dalam perekrutannya calon anggota harus
teknis terkait perda tersebut yang disebabkan
melalui fit dan proper test. Klausul tersebut
oleh beberapa pasal yang ada didalam perda
dianggap bagian dari masalah oleh perusahaan,
tersebut yang dianggap bermasalah dan harus
karena keluar dari platform perusahaan yang
dilakukan perbaikan sebelum dilaksanakan.
core utamanya bisnis bukan CSR. Sehingga
belum ada perusahaan mengutus karywannya
Pelaksana Program
untuk mengikuti tahapan fit dan proper test.
Pelaksana program dalam perda yaitu
lembaga yang disebut CCSR dibentuk atas
Perwal Nomor 3 Tahun 2011. Karena lembaga
Letak Pengambilan Keputusan
Letak
pengambil
keputusan
yang
ini
merupakan
lembaga
independen
non
dimaksud dalam Perda tentang pengelolaan
pemerintah, maka pengurus yang dibentuk pun
tanggung jawab sosial perusahaan tercantum
bukan berasal dari luar unsure pemerintah,
pada ketentuan umum perda tersebut yaitu
melainkan perwakilan dari perusahaan.
Cilegon
Corporate
Social
Responsibility
Pelaksana
program
yang
dimaksud
(CCSR) yang dibentuk atas amanat Peraturan
dalam Perda Nomor 10 Tahun 2012 sampai saat
Walikota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011 tentang
ini belum dibentuk karena terbentur dengan
Pembentukan
Kerja
beberapa pasal yang dianggap bermasalah
Responsibility
dalam perda tersebut yang salah satunya yaitu
Cilegon
Organisasi
Corporate
dan
Social
Tata
(CCSR).
berada pada pasal 18 ayat (4) bahwa seleksi
Menurut
tersebar
calon pengelola CCSR dilakukan berdasarkan
dalam
tahapan seleksi administrasi, seleksi ujian
kebijakan (baik secara geografis maupun
tertulis dan wawancara serta uji kelayakan dan
organisatoris)
kepatuhan yang selanjutnya disebut fit dan
kedudukan
Grindle,
pengambil
akan
semakin
keputusan
semakin
sulit
pula
implementasinya. Jadi seharusnya mudah saja
proper test.
apabila perda ini diimplementasikan, karena
Hal
tidak
melibatkan
banyak
instansi
dalam
dasarnya,
(2012)
lembaga
sesuai
dengan
apa
yang
dikemukakan oleh Edward dalam Agustino
pelaksanaannya.
Pada
ini
CCSR
mengenai
berkaitan
dengan
disposisi
pengangkatan
birokrat.
Menurutnya,
pemerintah sebagai aktor utama yang bertugas
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata
membuat peraturan yang bersifat teknis dari
terhadap implementasi kebijakan bila personil
perda tentang pengelolaan tanggung jawab
yang
46
tidak
para
yang
merupakan lembaga independen yang dibentuk
ada
sikap
variabel
pelaksana
melaksanakan
akan
kebijakan-
Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat
sehingga sampai saat ini Perda tersebut masih
tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatan
belum
personil pelaksana kebijakan haruslah orang-
mestinya.
bisa
dilaksanakan
sebagaimana
orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan
yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada
Sumber Daya yang Digunakan
kepentingan warga.
Salah satu sumber daya yang harus ada
Peneliti menganalisa bahwa adanya
dalam
implementasi
kebijakan
yaitu
aturan mengenai fit dan proper test tersebut
pegawai/staf pelaksana. Seperti yang dikatakan
mungkin adanya itikad baik dari para pembuat
oleh Edward dalam Agustino (2012) bahwa
kebijakan
salah satu indikator sumber-sumber daya yaitu
memiliki
yaitu
agar
kemampuan
pelaksana
dan
program
keahlian
yang
staf. Menurutnya, staf merupakan sumber daya
dibutuhkan untuk impelementasi perda tersebut.
yang
paling
utama
dalam
Tetapi, aturan ini ditolak oleh pengurus CCSR
kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam
yang lama dengan alasan CCSR merupakan
implementasi
lembaga sosial, dan untuk pengurus tidak
disebabkan oleh staf yang tidak mencukupi,
mendapatkan gaji atau bisa disebut sukarela.
memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya.
kebijakan
implementasi
salah
satunya
Seharusnya, apabila diadakan fit dan
Seperti pada lembaga CCSR yang minim akan
proper test dalam seleksi calon pengurus CCSR,
staf/pegawai. Ditambah lagi dengan beberapa
sudah ada juga gaji atau insentif yang sesuai
pasal dalam perda yang mengatur mengenai
agar bisa menjadi faktor pendorong dalam
batas jumlah pegawai yang harus ada dalam
implementasi
pelaksana
lembaga CCSR dan fit and proper test untuk
program itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang
seleksi pegawai yang ingin ikut bergabung
disampaikan oleh Edward, bahwa salah satu
dalam lembaga CCSR yang akan menyebabkan
teknik
kurangnya minat dari para calon pegawai yang
yang
masalah
kebijakan
terkait
disarankan
untuk
kecenderungan
mengatasi
adalah
ingin ikut bergabung. Tetapi, menurut Edward
dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu,
penambahan jumlah staf dan implementor saja
pada
tidak
umumnya
kepentingan
pelaksana
orang
bertindak
menurut
mereka
sendiri,
maka
mencukupi,
kecukupan
staf
maka
dengan
diperlukan
pula
keahlian
dan
memanipulasi insentif oleh para pembuat
kemampuan yang diperlukan (kompeten dan
kebijakan
kapabel)
mempengaruhi
tindakan
para
pelaksana kebijakan.
Dari pernyataan diatas, peneliti melihat
kebijakan
dalam
atau
mengimplementasikan
melaksanakan
tugas
yang
diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.
memang ada ketidak-adilan yang menyebabkan
Dari pernyataan Edward diatas, peneliti
pihak pelaksana menolak aturan tersebut,
memahami bahwa jumlah pegawai yang sedikit
47
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
tetapi memiliki keahlian dan kemampuan
Tahun 2012 belum dapat dilihat, karena Perda
(kompeten dan kapabel) lebih baik dari pada
tersebut berdasarkan pihak pelaksana yaitu
jumlah pegawai yang banyak tetapi tidak
belum
memiliki keahlian. Dan akan lebih baik lagi jika
mestinya.Sampai
jumlah pegawai yang banyak disertai dengan
pengelolaan CSR di Kota Cilegon masih
keahlian yang mumpuni sehingga tujuan dari
mengacu
kebijakan tersebut bisa tercapai.
berdasarkan dari data yang diperoleh, respon
Namun
saat
pada
sebagaimana
ini,
perwal
pelaksanaan
dan
sejauh
ini
yang didapat dari adanya lembaga pengelola
pengelolaan
CSR di Kota Cilegon ini sangat minim, karena
tanggung jawab sosial perusahaan ini sampai
dari 117 perusahaan yang ada di Kota Cilegon
saat ini belum dibentuk kepengurusan lembaga
hanya
CCSR berdasarkan perda tersebut, padahal di
menyalurkan dan mempercayakan pelaksanaan
dalam perda pasal 25 ayat (1) menjelaskan
CSR nya melalui lembaga CCSR. Harapan
bahwa Cilegon Corporate Social Responsibility
dengan adanya perda ini, akan menambah
(CCSR) harus terbentuk paling lambat 6 (enam)
partisipasi perusahaan untuk bergabung dan
bulan sejak diundangkannya peraturan daerah
menyalurkan dana CSR nya melalui lembaga
ini. Hal ini membuktikan bahwa implementasi
CCSR.
perda
kenyataannya,
dilaksanakan
untuk
impelemtasi
pada
dapat
tentang
baru
ada
12
Perusahaan
yang
Perda ini belum berjalan karena pegawai/staf
yang seharusnya menjadi sumber daya utama
PENUTUP
dalam implementasi kebijakan tetapi sampai
Penelitian
mengenai
Implementasi
saat ini belum dibentuk sejak perda ini
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
diundangkan.
tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Kota Cilegon dapat disimpulkan
Tingkat Kepatuhan Dan Adanya Respon
sebagai berikut:
Dari Pelaksana
1.
Menurut Grindle, hal lain yang dirasa
penting
dalam
proses
pelaksanaan
Perda Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan
suatu
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan di Kota Cilegon dibentuk atas
kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari
dasar
para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan
pembuatannya
pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan
melibatkan
respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu
khususnya
kebijakan.
pelaksana. Sehingga ketika Perda disahkan,
Dalam penelitian ini, kepatuhan dari
inisiatif
DPRD.
tidak
pemangku
perusahaan
Dalam
proses
sepenuhnya
kepentingan
sebagai
pihak
secara tidak langsung mendapat penolakan
pelaksana untuk implementasi Perda Nomor 10
dari
48
pihak
pelaksana,
terkait
dengan
Rahmatullah, Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012
beberapa pasal yang dianggap tidak sesuai
2.
1.
Pada tahap penyusunan/ pembahasan Perda
dengan kebutuhan yang secara teknis
selayaknya harus melibatkan pemangku
membebani
kepentingan
perusahaan
yang
core
secara
lengkap
untuk
utamanya adalah bisnis.
mewadahi harapan, kebutuhan, hingga
Belum dilaksanakannya Peraturan Daerah
dampak yang diinginkan. Dalam hal ini
Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ini
sebagai pemangku kepentingan utama yang
disebabkan oleh 2 (dua) pasal yang
akan melaksanakan amanah Perda melalui
dianggap
perusahaan,
kelembagaan CCSR, harus diikutsertakan
diantaranya pasal 16 ayat (2) menjelaskan
dalam penyusunan Perda tersebut demi
bahwa biaya operasional pengelola dan
keberlanjutan Perda tersebut.
menjadi
beban
sekretariat pertahun diambil dari dana
pengelolaan
pelaksana
Pihak pelaksana harus segara mengajukan
revisi Perda agar pasal-pasal yang dianggap
perusahaan yang terkumpul dalam 1 (satu)
bermasalah dapat segera ditinjau ulang,
tahun. Pihak pelaksana yaitu lembaga
diperbaiki dan ditindaklanjuti sehingga
CCSR
dapat
berasal
jawab
pihak
sosial
yang
tanggung
2.
sebagai
dari
perwakilan
diimplementasikan.
Dengan
beberapa perusahaan di Kota Cilegon
demikian dapat terbentuk lembaga CCSR
merasa keberatan dengan pasal tersebut
sesuai dengan amanah Perda sebagai
karena bertentangan dengan komitmen
lembaga pelaksana CSR di Kota Cilegon.
sebagaimana dalam Perwal Nomor 3 Tahun
2011. Selanjutnya pada pasal 18 tentang
tata cara perekrutan anggota CCSR, pada
Daftar Pustaka
pasal tersebut akan dilakukan fit and
proper test untuk calon anggota CCSR, hal
ini dianggap perusahaan sebagai klausul
yang berlebihan, karena tugas utama
pengelola CSR perusahaan adalah pada
perusahaannya.
Sedangkan
diluar
Agustino, Leo (2012). Dasar-Dasar Kebijakan
Publik. Bandung: Alfabeta
Anggara, Sahya (2014). Kebijakan Publik.
Bandung: CV Pustaka Setia
Baehaqi (2015). Pengalokasian Dana CCSR
perusahaan seperti pada lembaga CCSR
Cilegon
bersifat sukarela/ sosial.
Tersedia:
Beraroma
Politik.
[Online].
bantensatu.com/2015/07/01/pengalokasia
Rekomendasi
bermanfaat
bagi
yang
instansi
diharapkan
terkait,
dapat
sebagai
n-dana-ccsr-cilegon-beraroma-politik/ [20
Oktober 2015]
berikut:
49
JIPAGS, Volume 01 Nomor 01 Januari Tahun 2017, 35-50
CSR/PKBL
Freeman, R. E., (1984). Strategic Management:
A
Stakeholder
Approach,
,
Boston:
Transparansi
Kebijakan Tanggung Jawab Sosial di
Utama, Sidharta (2010). Evaluasi Infrastruktur
Universitas Hasanudin.
Pendukung Pelaporan Tanggungjawab
Khairandy, Ridwan.(2008). Corporate Social
Dari
Shareholder
Sosial dan Lingkungan di Indonesia.
Ke
Untung, Hendrik Budi (2009). Corporate Social
Stakeholder, Dan Dari Etika Bisnis Ke
Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika
Norma Hukum.
Wibisono, Yusuf.(2007) Membedah Konsep
Kodir.Abdul (2014). “Relasi Sosial dalam
dan
Implementasi Perda Nomor 4 Tahun 2011
Tanggung
Jawab
Pemerintahan Daerah
Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Korporasi). Bandung: Alfabeta
Perseroan Terbatas
Pengelolan
Program
Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 10
Responsibility:
Keberpihakan
Tahun
dan
Studies, UGM
Pasoolong, Harbani (2013). Metode Penelitian
Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Rahmatullah & Kurniati, Trianita. (2011).
Praktis
(Corporate
Pengelolaan
Social
CSR
Responsibility).
Yogyakarta: Samudra Biru.
Syaifullah (2014). “Dialog antar Aktor dalam
Implementasi
kebijakan
Kebijakan
Peraturan Gubernur No. 30 Tahun 2011
tentang
Pedoman
2012
tentang
Pengelolaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Keberlanjutannya. Center for Populaton
Panduan
Fascho
Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Responsibility (Tanggung Jawab Sosial
Pendekatan,
Gresik:
Pemerintahan Daerah
Mardikanto, Totok (2014). Corporate Social
Social
CSR.
Undang – Undang No. 32 Tahun 2003 tentang
Sosial
Universitas Airlangga Surabaya.
Corporate
Aplikasi
Publishing.
Perusahaan di Jawa Timur.” Thesis pada
(2003):
Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta
Kabupaten Morowali Utara.” Skripsi pada
Mulyadi
Lampung.”
Tahir, Arifin (2014). Kebijakan Publik &
Hakim S, Hikma Abd (2015). “Implementasi
tentang
Provinsi
Thesis pada Universitas Gadjah Mada.
Pitman Publishing
Responsibility:
di
Pengelolaan
50
Download