Ringkasan Khotbah - 16 Jan'11 Rahasia Hidup menghadapi Tantangan Kol.2:6,7; Mat.13:21 Pdt. Tumpal Hutahaean, M.A. Rahasia kekuatan kita menghadapi gelombang hidup dan tantangan dan godaan jaman bukanlah uang, harta, titel, kekuasaan, atau kebesaran nama. Banyak orang yang memiliki semua ini tapi rumah tangganya hancur dan hidupnya rusak, depresi dan sebagainya. Rahasia kekuatan hidup kita adalah iman kita kepada Kristus. Memang iman tidak kelihatan tapi itu adalah fondasi hidup kita yang sesungguhnya dan paling sejati. Bangunan dan rumah yang megah tidak menentukan kekuatannya tetapi dari fondasi yang tertanam yang tidak terlihat oleh mata sehingga pada waktu datang goncangan dan gempa yang kuat bangunan itu tetap kokoh. Rumah yang kuat fondasinya harus batu karang bukan pasir sehingga waktu diterjang ombak yang kuat ia bertahan. Seberapa kuat kita akan tampak dari waktu kita menghadapai kesulitan, ejekan, dan hinaan. Apakah kita goyah, tersinggung dan lain-lain? Ini menunjukkan bahwa kita mentuhankan perasaan kita. Akibatnya kita mudah marah waktu dikritik kecil sekalipun. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa hamba Tuhan yang baik sudah mematikan perasaannya dan keinginan-keinginan yang tidak suci, yang bersifat kedagingan. Karakter kita terbentuk melalui setiap kesulitan dan tantangan hidup berdasarkan iman yang benar kepada Kristus. Pilot yang baik adalah yang mampu melewati badai dan tantangan cuaca sampai pesawat dapat mendarat dengan selamat di kota tujuan. Demikian juga nahkoda kapal yang baik. Demikian juga kita kalau mau menjadi orang Kristen yang baik, berkualitas dan memiliki keteguhan iman maka kita harus mau diuji melalui setiap kesulitan dan tantangan baik itu yang ada di dalam rumah tangga kita, pekerjaan kita, studi dan lain-lain. Kita harus menikmati semua tantangan dan kesulitan dalam hidup, yang bukan karena dosa, sebagai sesuatu yang bernilai pelatihan. Atlet yang mau menang harus berlatih dan mengorbankan segala sesuatu, melatih setiap gerakan, kecepatan, strategi, dan mental. Dalam segala aspek hidup kita penuh dengan tantangan tetapi kita tidak pernah takut tantangan karena yang paling kita takuti adalah kalau Tuhan tidak menyertai kita. Tuhan Yesus 1/5 Ringkasan Khotbah - 16 Jan'11 mengatakan bahwa mereka yang tidak bertahan dalam kesulitan adalah seperti benih yang ditabur di semak duri dan terhimpit oleh semua itu sehingga imannya kandas walaupun sudah mendengar Firman lalu ia murtad. Ibrani 6:4-10 juga mengatakan hal ini. Mereka sudah pernah mendengar Firman dan hatinya sudah diterangi Roh Kudus tetapi ia tidak mempunyai akar di dalam Yesus Kristus sehingga akhirnya ia jatuh dan terus terjatuh. Rasul Paulus juga demikian waktu menasehati jemaat di Kolose yang harus menghadapi pengajar-pengajar sesat Gnostik yang mengatakan bahwa Kristus bukan Tuhan, tetapi ciptaan yang dikontrol oleh Tuhan mengatakan bahwa mereka telah menerima Yesus Kristus karena itu hendaklah hidup mereka tetap di dalam Dia (Kol.2:6,7). Ayat itu menekankan bahwa setelah kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita hal itu belum cukup. Saya sewaktu kuliah dipaksa untuk mengambil dua jurusan sekaligus waitu keuangan dan komputer dengan alasan keduanya saling terkait dan akan membuat saya sukses, masa depan cerah. Akan tetapi hidup saya akhirnya hanya dipenuhi kuliah sampai larut malam lalu tidur dan subuh-subuh sudah harus bangun untuk membuat tugas. Saya lama kelamaan merasa hal ini tidak sehat. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi mengambil kuliah malam. Ini bukan karena saya tidak mampu tetapi karena sudah tidak ada waktu lagi untuk Tuhan. Hidup menjadi tidak normal sehingga saya dikejar-kejar oleh jam, lama-lama saya bisa stress. Saya mau ada waktu untuk melayani Tuhan. Padahal waktu itu untuk kuliah malam saya dapat beasiswa, tetapi bukan itu yang saya lihat melainkan saya kehilangan waktu untuk pimpin KTB, melayani teman-teman ke kampus-kampus lain. Akhirnya setelah tidak kuliah malam saya bisa pimpin sampai 3 kelompok KTB, bisa penginjilan pribadi, dan saya memiliki sukacita karena boleh menggenapkan kehendak Tuhan dallam hidup saya. Itulah kebahagiaan hidup. Kebahagiaan hidup kita bukan kalau kita memiliki segala sesuatu tetapi jikalau Pemilik hidup kita boleh mengijinkan kita menggenapi rencana-Nya. Di situlah kita mengerti mengapa Paulus mengatakan kepada jemaat Kolose agar setelah menerima Kristus hidup mereka harus tetap di dalam Dia. Di sinilah kita sadar keselamatan yang kita terima harus memiliki kualitas, bukan dibiarkan begitu saja tanpa ada jejak-jejak langkah iman. Jikalau hidup kita hanyak dikenang secara lahiriah itu juga bisa dilakukan orang lain. Tetapi jikalau hidup kita dikenang karena kita punya langkah iman, punya jejak-jejak rohani maka kita akhirnya menjadi orang yang berbahagia. Apakah kalau kita sudah pindah ke tempat ataau kota lain lalu orang bersyukur karena kepindahan kita karena sewaktu ada kita selalu mau nama tetapi tidak mau bekerja? Alangkah sedihnya. Tetapi kalau kita ada perjuangan iman lalu waktu kita pindah maka orang bersedih. Karena itu seluruh hidup kita harusnya menjadi milik Tuhan. Saya merenung di awal tahun 2/5 Ringkasan Khotbah - 16 Jan'11 tentang siapakah orang yang berani lalu saya menyimpulkan bahwa itu adalah orang yang berani menyerahkan seluruh hidupnya untuk dipakai oleh Tuhan dan membuang semua keinginan yang tidak suci dan ia maksimum dalam menggunakan semua waktunya. Orang yang berani memiliki langkah iman di tengah keterbatasan dan kesulitan tetap menerobos untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Kadang-kadang kita hanya berani untuk kepentingan diri sendiri: misalkan demi kecantikan kita rela mengeluarkan uang banyak untuk merawat diri bagi yang kurang percaya diri atas rambut, hidung, kulit, dan sebagainya. Orang berani beli mobil mewah, pakaian dan sebagainya demi penampilan. Orang semacam ini bukan orang berani tetapi penakut. Orang berani di dalam Tuhan adalah mereka yang berani mematikan ego dan semua pengharapan yang tidak suci. Lihatlah Dia sebagai Pemilik hidupmu. Waktu kita memiliki segala sesuatu jangan melihat segala sesuatu: kita memiliki anak, harta, dan apapun dalam kehidupan kita itu berasal dari Tuhan. Maka apapun dalam hidup kita lihatlah itu sebagai sesuatu karena Tuhanlah yang menjadi Segala Sesuatu. Maka pada waktu kita kehilangan benda, harta, dan lain-lain, kita tidak akan goncang karena kita masih memiliki segala sesuatu yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Inilah yang ditekankan oleh Paulus kepada jemaat Kolose: Kristus adalah segala-galanya dan Ia adalah Supremasi atas seluruh hidup kita. Kita belajar ketika ujian-ujian datang sejauh mana hidup kita tetap di dalam Dia. Artinya kita harus meyakini bahwa hidup kita sudah menjadi milik Kristus dan tugas kita adalah selalu menghadirkan Dia di dalam kita berusaha, bekerja, studi, dalam pengharapan-pengharapan hidup kita. Kita menghadirkan Dia dalam hidup kita yang mau berdoa. Orang yang rohani bukan karena jabatan atau pikiran tetapi bagaimana ia bersikap di saat-saat sulit dan tetap menghadirkan Tuhan, itulah orang yang rohani. Itulah yang ditanyakan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya pada waktu mereka menghadapi badai: di manakah imanmu? Saat terkena badai murid-murid tergoncang. Murid Yesus saja ternyata imannya belum tentu berakar pada Kristus. Kristus hadir bersama mereka tetapi mereka belum tentu dapat mendemonstrasikan iman mereka. Jangan kita bangga menjadi orang Kristen kalau belum kena kesulitan-kesulitan hidup. Martin Luther mengatakan guruku adalah pencobaan. Penderitaan yang dialami adalah anugerah Tuhan untuk membentuk karakternya. Peperangan terus terjadi tetapi setiap penganiayaan merupakan pembentukan Tuhan. Jika ada tantangan hidup di tengah keluarga kita, nikmatilah karena di situlah kita akan dibentuk menjadi pribadi lebih indah lagi. Iman justru nyata disaat-saat yang sulit. Mungkin Tuhan juga bertanya pada kita ‘di manakah imanmu?’ Mari kita sungguh-sungguh taat dan berani untuk hidup dipakai oleh Tuhan. Kita berani untuk menangisi dosa dan menangisi mereka yang tidak mengenal Tuhan. 3/5 Ringkasan Khotbah - 16 Jan'11 Ketika hidup kita tetap di dalam Dia, kita memiliki fokus hidup, mata yang tertuju pada Tuhan. Sehingga pada waktu kita sukses kita tidak lupa diri karena selalu melihat anugerah. Ketika Yusuf membuat KKR singkat untuk istri Potifar, ia mengatakan bahwa ia tidak mungkin melakukan dosa yang begitu besar di hadapan Allah. Ia punya tanggung jawab kepada Tuhan. Ia pergi dari pencobaan dan menang terhadap dosa. Kunci kemenangan kita terhadap dosa adalah bukan melihat diri tetapi melihat Tuhan. Kita adalah orang yang sudah ditebus oleh Tuhan maka kita mematikan kedagingan diri kita, melupakan apa yang ada di belakangku dan menyatakan Tuhan dalam hidup kita sekarang. Betapa penting orang berakar dalam Dia. Jika kita tidak berakar kita tidak tahan ujian hidup. Pohon yang kuat harus diuji melalui kekuatan angin dan perubahan cuaca. Pohon yang kuat bukan dilihat dari rimbunnya daun. Pohon Akasia adalah pohon yang cepat rimbun tetapi tidak punya kekuatan. Sekarang banyak orang menanam pohon trembesi yang kokoh akarnya. Semua tanaman yang kuat pertama-tama sebelum bertunas terlebih dahulu berakar dalam sehingga ia tahan terpaan angin. Demikian juga kita yang berakar dalam Kristus akan tahan ujian, badai hidup, penganiayaan dan godaan. Saya dalam penginjilan pribadi pernah diludahi dan mau dipukuli. Jemaat kami waktu PI door to door pernah dimarahi, diusir, tapi kami mendapat jiwa-jiwa baru. Semua itu tidak ada apa-apanya. Para murid setelah baru saja melihat mujizat lalu malamnya menghadapi angin sakal dan melihat Yesus berjalan di atas air langsung terguncang dan hilang imannya, bahkan sampai kehilangan akal dan menyangka Yesus hantu. Mereka jatuh karena imannya tidak berakar pada Kristus. Bagaimana cara kita membangun iman yang berakar dalam Kristus? Baca Alkitab, saat teduh. Saat teduh beda dengan persiapan kotbah atau aktivitas rohani lain, membuat makalah untuk mengajar dan sebagainya. Waktu saat teduh kita menyanyi memuji Tuhan, membaca Firman, membiarkan Firman membaca diri kita dan Roh Kudus membaca seluruh hidup kita: apakah kita sudah sesuai Firman? Setelah itu kita mau mentaati Firman, mengaminkan Firman dan mohon Tuhan memampukan kita untuk menjalani Firman, dan saat itulah saat yang indah di mana kita boleh bertemu dengan Tuhan dalam Firman-Nya. Keluarga yang sehat pun ada persekutuan keluarga, kita bisa menggunakan buku-buku saat teduh dari majalah Kita dan buku-buku Momentum. Kita harus sadar kekuatan hidup kita adalah karena Tuhan maka kita perlu bergantung pada-Nya, terus berakar pada Kristus. Senangkah kita memiliki istri atau suami yang takut akan Tuhan? Maka ketika seluruh anggota keluarga takut akan Tuhan mereka akan mengutamakan Kristus. Kita hidup di jaman yang tidak mudah di mana sekarang pornografi bisa didapatkan melalui internet dan telpon genggam bahkan oleh anak-anak kita yang masih kecil. Dunia kita jahat. Kalau kita tidak berakar di dalam kita tidak akan kuat menghadapi tekanan. Setelah itu biarlah iman kita berbuah dalam sikap, karakter kasih, melalui terus berakar dalam Kristus (Yoh.15:16; Ef.3:16,17) (Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah – BA) 4/5 Ringkasan Khotbah - 16 Jan'11 5/5