99 ABSTRAK KERAPATAN DAN POLA DISTRIBUSI

advertisement
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
ABSTRAK
KERAPATAN DAN POLA DISTRIBUSI UDANG DI SUNGAI KAPUAS
MURUNG DESA PULAU TELO KECAMATAN SELAT
KABUPATEN KAPUAS
Oleh: Jamiatul Wahdah1, Kaspul2, Hardiansyah3
Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin1,2,3
Pulau Telo merupakan salah satu nama desa di provinsi
Kalimantan Tengah yang terdapat tiga pulau terletak di tengah Sungai
Kapuas Murung di depan desa ini. Sungai ini merupakan salah satu
ekosistem perairan yang menunjang kehidupan, diantaranya udang.
Metode penelitian adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan
sampel secara observasi. Sampel penelitian adalah semua spesies udang
yang didapatkan menggunakan jala dengan bukaan diameter 4 m dan
tinggi 3 m, ukuran luas mata jala 1 cm2. Volume jala yang digunakan
12,57 m3 dengan berat 3,7 kg. Lokasi penelitian meliputi 3 zona yaitu zona
I (kawasan pengangkutan pasir), zona II (kawasan pemukiman
penduduk), dan zona III (kawasan vegetasi). Hasil penelitian didapatkan
12 spesies udang, 1 spesies dari family Atyidae dan 11 spesies dari family
Palaemonidae. Pola distribusi udang pada tiap zona baik pada waktu
siang ataupun malam hari bersifat mengelompok. Pola distribusi udang
baik pada waktu siang maupun malam hari pada kawasan pengangkutan
pasir, pemukiman penduduk, dan vegetasi memiliki kategori
mengelompok karena nilai Indeks Morista yang diperoleh oleh semua
jenis udang yang didapatkan > 1.
Kata kunci : Kerapatan, Pola Distribusi, Udang, Sungai Kapuas Murung
99
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
PENDAHULUAN
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah
satu kabupaten yang secara geografis terletak diantara 0 0 8’ 48’’ - 30 27’
00’’ LS dan 1130 2’ 36’’ - 1140 44’ 00’’ BT yang meliputi luas wilayah
14.999 km2. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kuala Kapuas. Kuala
Kapuas adalah kota yang indah, karena berada pada tepi sungai pada
simpang tiga. Ketiga sungai tersebut adalah Sungai Kapuas Murung
dengan panjang 66,38 km, Sungai Kapuas dengan panjang 600 km dan
daerah Pantai/ Pesisir Laut Jawa dengan panjang 189,85 km. Aliran
sungai ini banyak melewati daerah pemukiman penduduk yang berada di
pinggiran sungai salah satunya adalah Kelurahan Selat Tengah. Salah
satu bentuk pulau di Kalimantan Tengah terdapat di Desa Pulau Telo.
Desa ini dinamakan Pulau Telo karena ada tiga pulau yang terletak di
tengah Sungai Kapuas yang ada di depan desa ini.
Udang adalah termasuk dalam phylum invertebrata class
crustaceae, ordo decapoda. Habitat udang ada dua tempat yaitu pada air
tawar dan air laut. Udang yang hidup di air tawar, misalnya
Macrobrachium sp dan udang yang hidup di air luat, misalnya Penaeus sp
(Darmono, 1995). Macam-macam udang air tawar menurut Mudjiman
(1992) ada 9 spesies, yaitu Macrobrachium rosenbergii, Caridina
gracilirostris,
Caridina
nilotica,
Macrobrachium
lar,
Macrobrachium
equidens, Palaemon concinnus, Macrobrachium sintangense, Palaemon
sp, dan Palaemonetes sp.
Setiap daerah memiliki karakteristik dengan kondisi lingkungan
yang berbeda-beda, sehingga spesies udang yang dihasilkan pada tiap
kawasan juga bebeda. Seperti penelitian yang dilakukan Halimah (2003)
tentang Keanekaragaman dan Kemelimpahan Udang di Pantai Batakan
Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut mendapatkan 11 spesies
udang. Irawan (2007) tentang Keanekaragaman udang di Bendungan
PDAM Sungai Tabaniao Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari Kabupaten
Tanah Laut mendapatkan 6 spesies udang. Rustyamawatie (2008)
100
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
tentang Identifikasi dan Kerapatan Udang di Bawah Tumbuhan Nipah
Kawasan Mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten
Tanah Laut mendapatkan 8 spesies udang. Rohim (2009) tentang
Keanekaragaman Udang di Tepian Sungai Barito Desa Bagus Kecamatan
Marabahan Kabupaten Barito Kuala mendapatkan 9 spesies udang.
Menurut informasi dari masyarakat, Desa Pulau Telo Kecamatan
Selat Kabupaten Kapuas belum pernah dilakukan penelitian tentang
kerapatan dan pola distribusi udang. Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kerapatan dan
Pola Distribusi Udang di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo
Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan teknik pengumpulan data secara observasi yaitu terjun
langsung ke lapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel untuk
mengetahui Kerapatan dan Pola Distribusi Udang yang tertangkap dengan
jala di sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan selat
Kabupaten Kapuas.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis udang yang
terdapat di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kacamatan Selat
Kabupaten Kapuas. Sedangkan sampel penelitian ini adalah semua
spesies udang yang didapatkan menggunakan lunta dengan bukaan
diameter 4 m dan tinggi 3 m, ukuran luas mata jala 1 cm2. Volume jala
yang digunakan 12,57 m3 dengan berat jala 3,7 kg. Wilayah pengambilan
sampel terbagi menjadi tiga zona yaitu zona I (kawasan pengengkutan
pasir) yang terlihat adanya lalu lalang kapal pengangkutan pasir, zona II
(kawasan pemukiman penduduk) yang terlihat banyak sekali rumah
penduduk dan beberapa aktivitas masyarakat antara lain kegiatan rumah
tangga seperti mandi, mencuci, membuang sampah rumah tangga, dan
lain sebagainya, serta zona III (kawasan vegetasi) dimana pada kawasan
101
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
ini banyak tumbuh pepohonan seperti pohon rambai, galam, dan
sebagainya.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perahu, jala,
kantong plastik, alat tulis (pulpen, kertas, dan penggaris), kertas label,
kamera, botol sampel, termometer, pH meter, DO meter, secchi disk,
meteran, salinometer , stopwatch & bola, net plankton, set alat
pengamatan plankton, milimeterblock, botol sampel yang berisi formalin
4%, kertas saring, neraca analitik, dan oven. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sampel udang, sampel air, dan formalin 4%.
Menghitung kerapatan udang dengan menggunakan rumus
menurut Odum (1996) yaitu:
Kerapatan =
Jumlah Individu Suatu Jenis
Volume Jala
Kerapatan Relatif =
Kerapa tan suatu jenis
x 100%
Kerap tan seluruh jenis
Menghitung pola distribusi dengan rumus dengan menggunakan
Indeks Morista (Micheal, 1994) yaitu:
N ∑x2 - ∑x
Is =
( ∑x)2 - ∑x
Keterangan:
Is
= Indeks Agihan Morista
N
= Jumlah total sampel
X
= Jumlah individu setiap sampel
Diman pola distribusi didapat diketahui jika:
Is > 1 : pola distribusinya mengelompok atau teragregasi
Is < 1 : pola distribusinya seragam atau teratur
Is = 1 : pola distribusinya acak
102
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Spesies udang yang ditemukan di Sungai Kapuas Murung Desa
Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
Nama Daerah
(Kapuas)
Nama
Indonesia
Udang Habang
-
Macrobrachium nipponense
-
-
Palaemonidae
Palaemon concinnus
-
Udang Bening
4
Palaemonidae
Udang Bajang
Udang Kali
5
Palaemonidae
Udang Galah
Udang Galah
6
Palaemonidae
Macrobrachium lanchesteri
Macrobrachium rosenbergii de
Man
Macrobrachium pilimanus
Udang Putih
-
7
Palaemonidae
Macrobrachium lar
-
Udang Lar
8
Palaemonidae
Macrobrachium equidens
Udang Muara
Udang Muara
9
Palaemonidae
Macrobrachium sp
Udang Belang
-
10
Palaemonidae
Macrobrachium mirabile
Udang Hidung Bulat
-
11
Palaemonidae
Macrobrachium acanthurus
Udang Hirang
Udang Batu
12
Atyidae
Caridina gracilirostris
Udang Beras
Udang Beras
No
Family
Spesies
1
Palaemonidae
Macrobrachium rotschere
2
Palaemonidae
3
Tabel 2. Kerapatan dan Kerapatan Relatif Udang pada Siang Hari yang
didapatkan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo
Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
Nilai Kerapatan
(Ekor/ m )
Zona Zona
Zona
I*
II**
III***
Nilai Kerapatan Relatif
(%)
Zona
Zona
Zona
I*
II**
III***
Palaemonidae
0,56
048
0,56
9,86
7,50
7,07
Palaemonidae
0,32
0,48
0,64
5,63
7,50
8,08
Palaemonidae
0,40
0,40
0,48
7,04
6,25
6,06
Palaemonidae
0,88
0,64
0,48
15,49
10,00
6,06
Palaemonidae
0,48
0,56
0,32
8,45
8,75
4,04
Palaemonidae
0,40
0,40
0,40
7,04
6,25
5,05
Palaemonidae
0,32
0,64
0,95
5,63
10,00
12,12
Palaemonidae
0,24
0,48
1,35
4,23
7,50
17,17
Palaemonidae
0,48
0,56
0,72
8,45
8,75
9,09
Palaemonidae
0,64
0,56
0,72
11,27
8,75
9,09
Spesies Udang
No
Nama
Indonesia
1
-
2
-
3
4
5
6
7
8
Udang
Bening
Udang
Kali
Udang
Galah
Udang
Lar
Udang
Muara
9
-
10
-
Nama Ilmiah
Macrobrachium
rotschere
Macrobrachium
nipponense
Palaemon
concinnus
Macrobrachium
lanchesteri
Macrobrachium
rosenbergii de
Man
Macrobrachium
pilimanus
Macrobrachium
lar
Macrobrachium
equidens
Macrobrachium
sp
Macrobrachium
3
Family
103
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
11
12
Udang
Batu
Udang
Beras
mirabile
Macrobrachium
acanthurus
Caridina
gracilirostris
Jumlah
Palaemonidae
0,40
0,48
0,56
7,04
7,50
7,07
Atyidae
0,56
0,72
0,72
9,86
11,25
9,09
5,65
6,36
7,88
100
100
100
Keterangan : *Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2
** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3
*** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4
Zona I
: Kawasan pengangkutan pasir
Zona II
: Kawasan pemukiman penduduk
Zona III
: Kawasan vegetasi
Tabel 3. Kerapatan dan Kerapatan Relatif Udang pada Malam Hari yang
didapatkan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo
Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
3
Nilai Kerapatan (Ekor/ )
Spesies Udang
No
Nama
Indonesia
1
2
3
4
5
-
Udang
Bening
Udang Kali
Macrobrachium
nipponense
Palaemon concinnus
Macrobrachium
lanchesteri
Macrobrachium
rosenbergii de Man
7
Udang Lar
Macrobrachium
pilimanus
Macrobrachium lar
Udang
Macrobrachium
Muara
equidens
-
10
-
11
Udang Batu
12
rotschere
Galah
-
9
Macrobrachium
Udang
6
8
Nama Ilmiah
Udang
Beras
Macrobrachium sp
Macrobrachium
mirabile
Macrobrachium
acanthurus
Caridina gracilirostris
Zona
Zona
Zona
I*
II**
III***
Palaemonidae
0,56
0,64
0,48
Palaemonidae
0,56
0,72
Palaemonidae
0,40
Palaemonidae
Nilai Kerapatan Relatif (%)
Zona
Zona
II**
III***
8,14
7,92
5,00
0,88
8,14
8,91
9,17
0,48
0,40
5,81
5,94
4,17
0,48
0,80
1,03
6,98
9,90
10,83
Palaemonidae
0,95
1,99
1,51
13,95
24,75
15,83
Palaemonidae
0,56
0,88
0,88
8,14
10,89
9,17
Palaemonidae
0,72
0,56
0,95
10,47
6,93
10,00
Palaemonidae
0,40
0,56
0,48
5,81
6,93
5,00
Palaemonidae
0,48
0,40
0,64
6,98
4,95
6,67
Palaemonidae
0,64
0,24
0,88
9,30
2,97
9,17
Palaemonidae
0,48
0,32
0,95
6,98
3,96
10,00
Atyidae
0,64
0,48
0,48
9,30
5,94
5,00
6,84
8,04
9,55
100
100
100
Family
Jumlah
104
Zona I*
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Keterangan: *Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2
** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3
*** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4
Zona I
: Kawasan pengangkutan pasir
Zona II
: Kawasan pemukiman penduduk
Zona III
: Kawasan vegetasi
Tabel 4.
Kerapatan dan Kerapatan Relatif Udang secara Keseluruhan
pada siang dan malam hari di Sungai Kapuas Murung Desa
Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
Nilai Kerapatan
Spesies Udang
No
Nama
Indonesia
1
-
2
-
3
4
Udang
Bening
Udang
Kali
5
Udang
Galah
6
-
9
Udang
Lar
Udang
Muara
-
10
-
7
8
11
12
Udang
Batu
Udang
Beras
Nama Ilmiah
Macrobrachium
rotschere
Macrobrachium
nipponense
Palaemon
concinnus
Macrobrachium
lanchesteri
Macrobrachium
rosenbergii de
Man
Macrobrachium
pilimanus
Macrobrachium lar
Macrobrachium
equidens
Macrobrachium sp
Macrobrachium
mirabile
Macrobrachium
acanthurus
Caridina
gracilirostris
Jumlah
3
(Ekor/ m )*
Nilai Kerapatan
Relatif (%)*
Family
Siang
Malam
Siang
Malam
Palaemonidae
1,59
1,67
8,00
6,84
Palaemonidae
1,43
2,15
7,20
8,79
Palaemonidae
1,27
1,27
6,40
5,21
Palaemonidae
1,99
2,31
10,00
9,45
Palaemonidae
1,35
4,46
6,80
18,24
Palaemonidae
1,19
2,31
6,00
9,45
Palaemonidae
1,91
2,23
9,60
9,12
Palaemonidae
2,07
1,43
10,40
5,86
Palaemonidae
1,75
1,51
8,80
6,19
Palaemonidae
1,91
1,75
9,60
7,17
Palaemonidae
1,43
1,75
7,20
7,17
Atyidae
1,99
1,59
10,00
6,51
19,89
24,42
100
100
Keterangan : *Data dan Perhitungan dapat di lihat pada lampiran 5
105
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Tabel 5. Pola distribusi Udang pada Siang Hari yang didapatkan di Sungai
Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten
Kapuas
Spesies Udang
No
Nama
Indonesia
1
-
2
-
3
Udang
Bening
4
Udang Kali
5
Udang Galah
6
-
7
Udang Lar
8
Udang Muara
9
-
10
-
11
Udang Batu
12
Udang Beras
Keterangan:
Zona I
Zona II
Zona III
*
Is > 1
Is < 1
Is = 1
Nilai Indeks Morista (IS)
Nama Ilmiah
Macrobrachium
rotschere
Macrobrachium
nipponense
Palaemon
concinnus
Macrobrachium
lanchesteri
Macrobrachium
rosenbergii de Man
Macrobrachium
pilimanus
Macrobrachium lar
Macrobrachium
equidens
Macrobrachium sp
Macrobrachium
mirabile
Macrobrachium
acanthurus
Caridina
gracilirostris
Family
Zona I
Zona II
Zona III
Palaemonidae
6,26*
7,80*
6,26*
Palaemonidae
9,67*
5,80*
6,29*
Palaemonidae
13,25*
10,25*
7,80*
Palaemonidae
3,99*
6,29*
5,80*
Palaemonidae
9,80*
7,69*
9,67*
Palaemonidae
10,25*
10,25*
10,25*
Palaemonidae
14,67*
6,29*
5,82*
Palaemonidae
14,50*
7,80*
4,90*
Palaemonidae
9,80*
7,69*
6,13*
Palaemonidae
6,29*
7,69*
6,13*
Palaemonidae
10,25*
7,80*
7,69*
Atyidae
6,26*
4,46*
6,13*
: Kawasan pengangkutan pasir
(Data dan Perhitungan pada lampiran 2)
: Kawasan pemukiman penduduk
(Data dan Perhitungan pada lampiran 3)
: Kawasan vegetasi
(Data dan Perhitungan pada lampiran 4)
: Pola distribusi mengelompok
: Pola distribusinya mengelompok
: Pola distribusinya seragam atau teratur
: Pola distribusinya acak
106
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Tabel 6. Pola distribusi Udang pada Malam Hari yang didapatkan di
Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat
Kabupaten Kapuas
Spesies Udang
No
Nama
Indonesia
1
-
2
-
3
Udang
Bening
4
Udang Kali
5
Udang Galah
6
-
7
Udang Lar
8
Udang Muara
9
-
10
-
11
Udang Batu
12
Udang Beras
Keterangan:
Zona I
Zona II
Zona III
*
Is > 1
Is < 1
Is = 1
Nilai Indeks Morista (IS)
Nama Ilmiah
Macrobrachium
rotschere
Macrobrachium
nipponense
Palaemon concinnus
Macrobrachium
lanchesteri
Macrobrachium
rosenbergii de Man
Macrobrachium
pilimanus
Macrobrachium lar
Macrobrachium
equidens
Macrobrachium sp
Macrobrachium
mirabile
Macrobrachium
acanthurus
Caridina gracilirostris
Family
Zona
I
Zona II
Zona
III
Palaemonidae
6,26*
5,21*
7,80*
Palaemonidae
7,69*
5,29*
4,54*
Palaemonidae
7,25*
10,80*
10,25*
Palaemonidae
7,80*
5,22*
3,57*
Palaemonidae
4,45*
2,91*
4,42*
Palaemonidae
7,69*
5,63*
5,08*
Palaemonidae
5,29*
10,55*
4,45*
Palaemonidae
7,25*
9,12*
9,80*
Palaemonidae
7,80*
13,25*
6,29*
Palaemonidae
6,29*
14,50*
5,08*
Palaemonidae
7,80*
14,67*
3,55*
Atyidae
5,12*
5,80*
7,80*
: Kawasan pengangkutan pasir
(Data dan Perhitungan pada lampiran 2)
: Kawasan pemukiman penduduk
(Data dan Perhitungan pada lampiran 3)
: Kawasan vegetasi
(Data dan Perhitungan pada lampiran 4)
: Pola distribusi mengelompok
: Pola distribusinya mengelompok
: Pola distribusinya seragam atau teratur
: Pola distribusinya acak
107
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Tabel 7.
Pola distribusi Udang secara Keseluruhan pada Siang dan
Malam Hari di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo
Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
Nilai Indeks Morista
(IS)
Spesies Udang
No
Nama
Indonesia
1
-
2
-
3
Udang
Bening
4
Udang Kali
5
Udang Galah
6
-
7
Udang Lar
8
Udang Muara
9
-
10
-
11
Udang Batu
12
Udang Beras
Keterangan :
*
dapat
Is > 1
Is < 1
Is = 1
Nama Ilmiah
Macrobrachium
rotschere
Macrobrachium
nipponense
Palaemon concinnus
Macrobrachium
lanchesteri
Macrobrachium
rosenbergii de Man
Macrobrachium
pilimanus
Macrobrachium lar
Macrobrachium
equidens
Macrobrachium sp
Macrobrachium
mirabile
Macrobrachium
acanthurus
Caridina gracilirostris
Family
Siang
Malam
Palaemonidae
6,11*
5,74*
Palaemonidae
6,41*
5,22*
Palaemonidae
8,18*
8,56*
Palaemonidae
4,91*
4,73*
Palaemonidae
8,21*
2,85*
Palaemonidae
8,93*
5,62*
Palaemonidae
7,13*
5,68*
Palaemonidae
7,71*
3,30*
Palaemonidae
6,97*
3,18*
Palaemonidae
6,15*
6,58*
Palaemonidae
7,59*
5,80*
Atyidae
8,21*
5,63*
: Pola distribusi mengelompok (Data dan Perhitungan
di lihat pada lampiran 6)
: Pola distribusinya mengelompok
: Pola distribusinya seragam atau teratur
: Pola distribusinya acak
108
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di Sungai Kapuas Murung Desa
Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas yang telah dideskripsikan
(Lampiran 1) didapatkan 12 spesies baik pada siang maupun malam hari
yang berasal dari 2 family, yaitu 11 spesies yang termasuk ke dalam
family Palaemonidae ini seperti Macrobrachium rotschere, Macrobrachium
nipponense, Macrobrachium lanchesteri, Macrobrachium rosenbergii de
Man, Macrobrachium pilimanus, Macrobrachium lar, Macrobrachium
equidens, Macrobrachium sp, Macrobrachium acanthurus, Macrobrachium
mirabile, dan Caridina gracilirostris serta 1 spesies yang termasuk ke
dalam family Atyidae ini yaitu : Palaemon concinus.
Kerapatan Udang pada Siang Hari di Sungai Kapuas Murung Desa
Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kapuas
Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas pada siang
hari (Tabel 2) didapatkan hasil untuk zona I kerapatan tertinggi ditempati
oleh Macrobrachium lanchesteri sebesar 0,88/m 3 dengan nilai kerapatan
relatif 15,49%. Macrobrachium lanchesteri yang berasal dari family
Palaemonidae ini memiliki kerapatan tertinggi diduga karena kemampuan
yang sangat baik dimiliki oleh udang ini dalam adaptasinya terhadap
kondisi lingkungan pada ekosistem tersebut. Supriadi (2012) menyatakan
bahwa Macrobrachium lanchesteri dapat bersimbiosis dengan ikan pada
masa larva (zoea) dan dapat bertahan hidup pada kondisi ekstrim.
Untuk kerapatan terendah pada kawasan pengangkutan pasir
ditempati oleh Macrobrachium equidens dengan nilai kerapatan 0,24/m 3
dan nilai kerapatan relatifnya sebesar 4,23%. Rendahnya kerapatan
udang ini diduga karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung
pertumbuhannya karena udang muara menyukai tempat tinggal di daerah
muara sungai yang berhubungan dengan laut. Menurut Rohim (2009)
udang muara tersebar dengan populasi tinggi di muara-muara sungai.
109
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Sering juga terdapat di hulu sungai dengan populasi yang rendah.
Sembiring (2008) menyatakan bahwa Macrobrachium equidens memiliki
sifat yang suka mencari makan pada siang hari dimana cahaya matahari
tidak terlalu terik, walaupun pada dasarnya udang secara alami bersifat
nokturnal. Udang ini dapat hidup di air tawar atau air payau di sekitar
muara sungai dengan dasar perairan berpasir atau berlumpur.
Pada zona II kerapatan tertinggi ditempati oleh
Caridina
gracilirostris yang tergolong ke dalam family Atyidae dengan nilai
kerapatan sebesar 0,72/m 3 dan nilai kerapatan relatifnya sebesar 11,25%.
Tingginya nilai kerapatan Caridina gracilirostris pada kawasan pemukiman
penduduk diduga karena kemampuan adaptasi sangat baik yang
dilakukan oleh udang tersebut dalam mentolerir keadaan pada perairan di
kawasan pemukiman penduduk. Menurut Sembiring (2008) Caridina
gracilirostris
memiliki
kemampuannya
beradaptasi
dengan
kondisi
lingkungan perairan yang selalu berubah-ubah. Haan (2006) menyatakan
bahwa pada udang yang tergolong ke dalam family Atyidae merupakan
keluarga udang Caridean, dimana umumnya udang pada famili ini dapat
ditemukan diseluruh perairan secara luas tersebar terdapat pada bagian
tropik dan subtropik dunia dan memiliki kemampuan untuk mentolerir
kondisi suatu lingkungan yang baik.
Nilai kerapatan dan kerapatan relatif yang rendah siang hari
(Tabel 2) pada zona II ditempati oleh 2 spesies udang yaitu Palaemon
concinnus dan Macrobrachium pilimanus dengan nilai kerapatan yang
sama sebesar 0,40/m 3 dan nilai kerapatan relatif yang dicapai oleh kedua
spesies tersebut sebesar 6,25%. Rendahnya kerapatan Palaemon
concinnus dan Macrobrachium pilimanus yang diperoleh diduga terkait
dengan kurang adaptifnya kedua spesies tersebut untuk mentolerir kondisi
lingkungan perairan pada kawasan ini. Menurut Rohim (2009) Palaemon
concinnus menyukai tempat tinggal di daerah muara sungai yang
berhubungan dekat dengan laut sehinggga kurang adaptif atau rendahnya
toleransi terhadap lingkungan tempat hidupnya. Menurut Taufik (2011)
110
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Macrobrachium pilimanus hidup pada habitat berbatu dan air yang
mengalir deras atau habitat berbatu di air yang tidak mengalir. Oleh sebab
itu, Palaemon concinnus dan Macrobrachium pilimanus memiliki nilai
kerapatan paling rendah pada kawasan tersebut.
Nilai
kerapatan
tertinggi
pada
zona
III
ditempati
oleh
Macrobrachium equidens dengan nilai kerapatan sebesar 1,35/m 3 dan
kerapatan
relatifnya
sebesar
17,17%.
Tingginya
kerapatan
Macrobrachium equidens pada kawasan vegetasi diduga udang ini
merupakan udang yang mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai
keadaan lingkungan. Sembiring (2008) menyatakan tingginya nilai
kerapatan dan kerapatan relatif Macrobrachium equidens ini didukung
oleh sifatnya yang suka mencari makan pada siang hari dimana cahaya
matahari tidak terlalu terik, walaupun pada dasarnya udang secara alami
bersifat nokturnal. Udang ini dapat hidup di air tawar atau air payau di
sekitar muara sungai dengan dasar perairan berpasir atau berlumpur.
Selain itu, itu larva dari Macrobrachium equidens juga relatif lebih tahan
dibandingkan dengan larva spesies udang lain terhadap daya toksik dari
konsentrasi nitrit yang tinggi.
Nilai
kerapatan
terendah
pada
zona
III
ditempati
oleh
Macrobrachium rosenbergii de Man sebesar 0,32/m 3 dan kerapatan
relatifnya 4,04%. Rendahnya kerapatan yang ditempati Macrobrachium
rosenbergii de Man diduga karena rendahnya tingkat kemampuan
adaptasi udang
ini
pada
siang
hari.
Menurut
Mudjiman
(1992)
Macrobrachium rosenbergii de Man merupakan udang nokturnal, yaitu
binatang yang aktif bergerak pada malam hari. Pada siang hari mereka
lebih suka bersembunyi dibalik rerimbunan batu-batuan ataupun bendabenda lain di dalam air karena Macrobrachium rosenbergii de Man tidak
menyukai sinar matahari.
111
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga zona kerapatan spesies
udang pada siang hari secara keseluruhan di Sungai Kapuas Murung
Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas (Tabel 4),
kerapatan tertinggi ditempati oleh Macrobrachium equidens dengan nilai
2,07/m 3 dengan nilai kerapatan relatif 10,40%. Tingginya nilai kerapatan
Macrobrachium equidens pada siang hari diduga karena mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sembiring (2008) bahwa tingginya kerapatan Macrobrachium equidens
didukung oleh sifatnya yang suka mencari makan pada siang hari dimana
cahaya matahari tidak terlalu terik, walaupun pada dasarnya udang secara
alami bersifat nokturnal. Udang ini dapat hidup di air tawar atau air payau
di sekitar muara sungai dengan dasar perairan berpasir atau berlumpur.
Selain itu,
larva dari Macrobrachium equidens juga relatif lebih tahan
dibandingkan dengan larva spesies udang lain terhadap daya toksik dari
konsentrasi nitrit yang tinggi.
Kerapatan terendah udang secara keseluruhan pada siang hari
ditempati oleh Macrobrachium pilimanus dengan nilai 1,19/m 3 dengan
nilai
kerapatan
relatif
sebesar
6,00%.
Rendahnya
kerapatan
Macrobrachium pilimanus diduga terkait dengan kurang adaptifnya
spesies tersebut untuk mentolerir kondisi lingkungan perairan. Menurut
Taufik (2011) Macrobrachium pilimanus hidup pada habitat berbatu dan
air yang mengalir deras atau habitat berbatu di air yang tidak mengalir.
Kerapatan Udang pada Malam Hari di Sungai Kapuas Murung Desa
Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kapuas
Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas pada
malam hari (Tabel 3) didapatkan hasil untuk kerapatan tertinggi ditempati
oleh Macrobrachium rosenbergii de Man baik pada zona I dengan nilai
kerapatan 0,95/m 3 dan kerapatan relatifnya sebesar 13,95%,
zona II
dengan nilai kerapatan 1,99/m 3 dan kerapatan relatifnya sebesar 24,75%,
112
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
zona III dengan nilai kerapatan 1,51/m 3 dan kerapatan relatifnya sebesar
15,85%.
Tingginya nilai kerapatan pada Macrobrachium rosenbergii de
Man diduga udang ini merupakan udang yang mampu beradaptasi
dengan baik pada berbagai keadaan lingkungan. Selain itu, tingginya
kerapatan
yang
dimiliki
Macrobrachium
rosenbergii
de
Man
ini
berhubungan dengan daya tahannya yang cukup kuat terhadap
perubahan lingkungan perairan dan juga berhubungan dengan daya
reproduksinya atau kemampuannya berkembangbiak. Menurut Hadie &
Jatna (1985) Macrobrachium rosenbergii de Man berpijah sepanjang
tahun, artinya udang galah tidak mempunyai musim tertentu untuk
melangsungkan perkawinannya, jadi populasinya menjadi banyak. Selain
itu, Macrobrachium rosenbergii de Man lebih banyak ditemukan pada
malam hari karena memiliki sifat nokturnal yaitu aktif pada malam hari.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1992) bahwa
Macrobrachium rosenbergii de Man mencari makan di malam hari,
sedangkan di siang hari akan berendam di dalam lumpur karena udang ini
tidak menyukai cahaya. Udang Galah termasuk udang yang rakus karena
memakan segala jenis hewan renik, baik cacing, plankton bahkan bila
sedang kelaparan udang kecilpun di makan.
Pada zona I kerapatan yang rendah pada malam hari ditempati
oleh Macrobrachium equidens dan Palaemon concinnus dengan nilai
kerapatan masing-masing sebesar 0,40/m 3 dan nilai kerapatan relatifnya
5,81%.
Rendahnya
nilai kerapatan
Macrobrachium equidens dan
Palaemon concinnus diduga karena pada kawasan tersebut pada malam
hari tidak sesuai dengan habitat kedua spesies tersebut. Sembiring (2008)
menyatakan bahwa Macrobrachium equidens memiliki sifat yang suka
mencari makan pada siang hari dimana cahaya matahari tidak terlalu terik,
walaupun pada dasarnya udang secara alami bersifat nokturnal. Menurut
Rohim (2009) Palaemon concinnus menyukai tempat tinggal di daerah
113
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
muara sungai yang berhubungan dekat dengan laut sehinggga kurang
adaptif atau rendahnya toleransi terhadap lingkungan tempat hidupnya.
Pada zona II kerapatan terendah ditempati oleh Macrobrachium
mirabile dengan nilai kerapatan sebesar 0,24/m 3 dan kerapatan relatifya
sebesar 2,97%. Rendahnya nilai kerapatan Macrobrachium mirabile pada
kawasan pemukiman penduduk diduga karena pada kawasan tersebut
pada malam hari tidak sesuai dengan habitat udang spesies ini. Menurut
Anonim (2013), habitat udang ini lebih menyukai tempat di daerah muara
sungai. Selain itu, adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang
tinggal di sekitar tepian sungai tersebut yang aktif pada setiap harinya
memancing udang pada kawasan tersebut, sehingga berdampak pada
rendahnya nilai kerapatan Macrobrachium mirabile di kawasan tersebut.
Pada zona III kerapatan terendah ditempati oleh Palaemon
concinnus dengan nilai kerapatan sebesar 0,40/m 3 dan kerapatan
relatifya sebesar 4,17%. Rendahnya nilai kerapatan diduga karena kurang
adaptifnya spesies ini untuk mentolerir kondisi lingkungan perairan.
Menurut Rohim (2009) Palaemon concinnus menyukai tempat tinggal di
daerah muara sungai yang berhubungan dekat dengan laut sehingga
kurang adaptif atau rendanhya toleransi terhadap lingkungan tempat
hidupnya.
Berdasarkan perhitungan kerapatan udang pada malam hari
secara keseluruhan (Tabel 4), kerapatan tertinggi ditempati oleh
Macrobrachium rosenbergii de Man dengan nilai 4,46/m 3 dan nilai
kerapatan relatif 18,24%. Tingginya kerapatan Macrobrachium rosenbergii
de Man pada malam hari karena udang ini aktif pada malam hari
sedangkan pada siang hari lebih suka bersembunyi di balik bebatuan dan
menimbun diri di dalam lumpur. Selain itu, tingginya kerapatan yang
dimiliki Macrobrachium rosenbergii de Man ini berhubungan dengan daya
tahannya yang cukup kuat terhadap perubahan lingkungan perairan dan
juga berhubungan dengan daya reproduksinya atau kemampuannya
berkembangbiak. Menurut Hadie & Jatna (1985) udang Galah berpijah
114
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
sepanjang tahun, artinya udang galah tidak mempunyai musim tertentu
untuk melangsungkan perkawinannya, jadi populasinya menjadi banyak.
Selain itu, Macrobrachium rosenbergii de Man lebih banyak ditemukan
pada malam hari karena memiliki sifat nokturnal yaitu aktif pada malam
hari.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1992) bahwa
Macrobrachium rosenbergii de Man mencari makan di malam hari,
sedangkan di siang hari akan berendam di dalam lumpur karena udang ini
tidak menyukai cahaya. Udang Galah termasuk udang yang rakus karena
memakan segala jenis hewan renik, baik cacing, plankton bahkan bila
sedang kelaparan udang kecilpun di makan.
Sedangkan kerapatan terendah malam hari secara keseluruhan
(Tabel 4) ditempati oleh Palaemon concinnus dengan nilai 1,27/m 3 dan
kerapatan relatifnya 5,21%. Rendahnya kerapatan Palaemon concinnus
diduga karena udang ini tidak dapat mentolerir kondisi lingkungan
perairan. Menurut Rohim (2009) Palaemon concinnus menyukai tempat
tinggal di daerah muara sungai yang berhubungan dekat dengan laut
sehingga kurang adaptif atau rendahnya toleransi terhadap lingkungan
tempat hidupnya.
Pola Distribusi Udang pada Siang dan Malam Hari di Sungai Kapuas
Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas
Berdasarkan hasil perhitungan indeks morista (Tabel 5&6), pola
distribusi udang yang diperoleh dari hasil penelitian pada waktu siang dan
malam hari di 3 kawasan berbeda yaitu : kawasan pengangkutan pasir,
kawasan
pemukiman
penduduk,
dan
kawasan
vegetasi
ataupun
perhitungan secara keseluruhan pada siang dan malam hari (Tabel 7) di
Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten
Kapuas didapatkan 12 spesies udang yang ditemukan dengan Indeks
Morista >1. Hal ini menunjukkan bahwa spesies udang yang didapatkan
pada kawasan pengangkutan pasir, pemukiman penduduk, dan vegetasi
115
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
tersebut memiliki pola distribusi mengelompok. Mengelompoknya spesies
udang tersebut diduga untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya dalam
mendapatkan makanan dimana mengelompok pada kawasan-kawasan
yang dekat dengan sumber makanan agar dapat memenuhi keperluan
hidupnya akan sumber makanan serta usahanya dalam mencari tempat
yang cocok sebagai habitatnya dan tempat untuk bersembunyi dari
predator.
Menurut Hadie & Supriatna (1985) makanan udang bermacammacam yaitu jenis Crustacea rendah, siput-siputan kecil, cacing, larva
serangga serta sisa-sisa bahan organik baik tumbuhan maupun hewan
dan sebagai tambahan keberadaan plankton di perairan merupakan
bahan makanan udang. Berdasarkan pengamatan (Lampiran 10),
plankton yang ditemukan yaitu Navicula, Ulotrix, Phacus, Spyrogira,
Chlorococcum, Trachelomonas, Euglena, Chalamydomonas, Oscillatoria,
dan Volvox. Menurut Sachlan (1972) plankton tidak saja sangat penting
bagi penghidupan ikan, langsung atau tidak langsung, akan tetapi penting
pula bagi segala macam hewan yang hidup di dalam air : air tawar, air
payau, dan air laut. Menurut Putri dan Rosanti (2012) pola distribusi
mengelompok terjadi karena sifat spesies yang bergerombol atau adanya
keragaman habitat sehingga terjadi pengelompokkan di tempat yang
banyak makanan.
Faktor reproduksi diduga juga turut berperan dalam pola distribusi
mengelompok.
Menurut
Wirakusumah
(2003)
bahwa
reproduksi
merupakan cara pengelompokkan yang umum berlangsung pada vegetasi
maupun hewan, dimana keturunan-keturunan organisme tetap hidup
didekat induknya maka terjadilah pengelompokkan.
Perhitungan Indeks Morista menurut Michael (1994) dapat
diketahui jika Is > 1 maka pola distribusi akan mengelompok. Hal ini
sesuai juga dengan pendapat Odum (1996) pola distribusi hewan di alam
kebanyakan memang mengelompok jarang sekali berdistribusi secara
acak
ataupun
teratur.
Menurut
116
Wirakusumah
(2003)
akibat
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
pengelompokkan pada dasarnya merugikan karena dapat menyebabkan
persaingan untuk memperebutkan makanan dan cahaya. Menurut Michael
(1994) bilamana sumber yang diperlukan melimpah maka tidak ada
persaingan. Sebaliknya bilamana sumber yang diperlukan tersedia sedikit,
maka akan mengakibatkan persaingan yang menghasilkan hilangnya
spesies yang kalah dengan cara mati, terusir dari daerah itu oleh spesies
yang menang, dan pengurangan kelangsungan hidup atau kesuburan.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Spesies udang yang ditemukan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau
Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas ada 12 spesies yang
berasal dari 2 family yaitu family Atyidae dan family Palaemonidae,
spesies tersebut yaitu : Macrobrachium rotschere, Macrobrachium
nipponense,
Palaemon
concinnus,
Macrobrachium
lanchesteri,
Macrobrachium rosenbergii de Man, Macrobrachium pilimanus,
Macrobrachium lar, Macrobrachium equidens, Macrobrachium sp,
Macrobrachium mirabile, Macrobrachium acanthurus, dan Caridina
gracilirostris.
2. Kerapatan tertinggi spesies udang pada waktu siang hari di kawasan
pengangkutan pasir ditempati Macrobrachium lanchesteri sebesar
0,88/m 3 sedangkan kerapatan terendah ditempati Macrobrachium
equidens
sebesar
0,24/m 3 .
Kawasan
pemukiman
penduduk
kerapatan tertinggi ditempati oleh Caridina gracilirostris 0,72/ 3
sedangkan kerapatan yang rendah ditempati oleh 2 spesies yaitu:
Palaemon concinnus dan Macrobrachium pilimanus sebesar 0,40/m 3 .
Kawasan vegetasi kerapatan tertinggi ditempati oleh Macrobrachium
equidens sebesar 1,35/m sedangkan kerapatan terendah ditempati
oleh Macrobrachium rosenbergii de Man sebesar 0,32/m 3 . Kerapatan
tertinggi pada malam hari ditempati oleh Macrobrachium rosenbergii
117
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
de Man baik pada kawasan pengangkutan pasir dengan nilai
kerapatan 0,95/m 3 , kawasan pemukiman penduduk dengan nilai
kerapatan 1,99/m 3 dan kawasan vegetasi dengan nilai kerapatan
1,51/m 3 .
Sedangkan
kerapatan
terendah
pada
kawasan
pengangkutan pasir ditempati oleh Macrobrachium equidens dan
Palaemon concinnus dengan nilai kerapatan 0,40/m 3 , kawasan
pemukiman
penduduk
kerapatan
terendah
ditempati
oleh
Macrobrachium mirabile dengan nilai kerapatan sebesar 0,24/m 3 dan
kawasan vegetasi kerapatan terendah ditempati oleh Palaemon
concinnus sebesar 0,40/m 3 . Kerapatan tertinggi secara keseluruhan
dari ketiga zona pada siang hari ditempati Macrobrachium equidens
dengan
nilai
2,07/m 3
dan
kerapatan
terendah
ditempati
Macrobrachium pilimanus dengan nilai 1,19/m 3 sedangkan kerapatan
tertinggi secara keseluruhan dari ketiga zona pada malam hari
ditempati Macrobrachium rosenbergii de Man dengan nilai 4,46/m 3
dan kerapatan terendah ditempati Palaemon concinnus dengan nilai
1,27/m 3 .
3. Pola distribusi udang baik pada waktu siang maupun malam hari pada
kawasan pengangkutan pasir, pemukiman penduduk, dan vegetasi
memiliki katagori mengelompok karena nilai Indeks Morista yang
diperoleh oleh semua jenis udang yang didapatkan > 1.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan alat tangkap
udang yang berbeda pada daerah yang sama.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan logam yang terdapat di
dalam tubuh udang seperti kandungan Fe, S dan sebagainya.
3. Perlu dilakukan pengukuran parameter lingkungan seperti intensitas
cahaya.
118
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013c. http://www.akwaria.pl/krewetki/macrobrachium_mirabileen.html Diakses Tanggal 6 Mei 2013
Darmono. 1995. Budidaya Udang Penaeus. Kanisius. Yogyakarta.
Haan, De. 2006. Atyidae. http://en.wikipedia.org/wiki/Atyidae.
Hadie, Wartono & Jatna Supriatna. 1985. Pengembangan Udang Galah
dalam Hatchery & Budidaya. Kanisius. Jakarta.
Halimah. 2003. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Udang di Pantai
Batakan Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. Skripsi
Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Skripsi.
Tidak dipublikasikan.
Irawan. 2007. Keanekaragaman Udang di Bendungan PDAM Sungai
Tabanio Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.
Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. University Indonesia Press : Jakarta.
Mudjiman, Ahmad. 1992. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Budidaya Udang Galah. Kanisius.
Yogyakarta.
Odum. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyono Samingan.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas. 2013. Geografi Kabupaten
Kapuas. http://www.kabupatenkapuas.go.id. Diakses Tanggal 30
Januari 2013.
Putri, Yunita Panca & Dewi Rosanti. 2012. Pola Distribusi Kutu Daun
(Myzus persicae) pada Perkebunan Cabai Merah Kecamatan
Sumendawai Suku III Kabupaten Oku Timur. Fakultas MIPA
Universitas
PGRI
Palembang.
Jurnal.
http://118.97.161.124/puslit/new/files/sainmatika%20yunitadewi.pdf. Diakses Tanggal 25 Mei 2013.
119
Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016
Rohim. 2009. Keanekaragamn Udang di Tepian Sungai Barito Desa
Bagus Kecamatan Marabahan Kabupaten barito Kuala. Skripsi
Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Skripsi.
Tidak dipublikasikan.
Rusmiyati. 2010. Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamaei. Pustaka
Baru Press. Jakarta.
Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.
Sembiring, Herlina. 2008. Keanekaragaman dan Distribusi Udang serta
Kaitannya dengan Faktor Fisik Kimia di Perairan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang.Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera
Utara.
Medan.
Tesis.
http://km.ristek.go.id/assets/files/LIPI/1058%20D%20S/1058.pdf.
Di akses Tanggal 4 April 2013
Supriadi, Agus. 2012. Keanekaragaman Jenis Udang Air Tawar di SungaiSungai yang Berasal Dari Gunung Salak. Departemen Biologi
Fakultas
Matematika,IPB.Skripsi.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/58612/G12asu1.pdf?sequence=1. Di akses Tanggal
30 Januari 2013
Taufik. 2011. Keanekaragaman Udang Air Tawar Di Danau Kerinci
Provinsi Jambi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Tesis.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46930/2011t
au.pdf?sequence=1. Di akses Tanggal 30 Januari 2013
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar
Komunitas. UI- Press. Jakarta.
120
Ekologi
bagi
Populasi
dan
Download