Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 ABSTRAK KERAPATAN DAN POLA DISTRIBUSI UDANG DI SUNGAI KAPUAS MURUNG DESA PULAU TELO KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS Oleh: Jamiatul Wahdah1, Kaspul2, Hardiansyah3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin1,2,3 Pulau Telo merupakan salah satu nama desa di provinsi Kalimantan Tengah yang terdapat tiga pulau terletak di tengah Sungai Kapuas Murung di depan desa ini. Sungai ini merupakan salah satu ekosistem perairan yang menunjang kehidupan, diantaranya udang. Metode penelitian adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara observasi. Sampel penelitian adalah semua spesies udang yang didapatkan menggunakan jala dengan bukaan diameter 4 m dan tinggi 3 m, ukuran luas mata jala 1 cm2. Volume jala yang digunakan 12,57 m3 dengan berat 3,7 kg. Lokasi penelitian meliputi 3 zona yaitu zona I (kawasan pengangkutan pasir), zona II (kawasan pemukiman penduduk), dan zona III (kawasan vegetasi). Hasil penelitian didapatkan 12 spesies udang, 1 spesies dari family Atyidae dan 11 spesies dari family Palaemonidae. Pola distribusi udang pada tiap zona baik pada waktu siang ataupun malam hari bersifat mengelompok. Pola distribusi udang baik pada waktu siang maupun malam hari pada kawasan pengangkutan pasir, pemukiman penduduk, dan vegetasi memiliki kategori mengelompok karena nilai Indeks Morista yang diperoleh oleh semua jenis udang yang didapatkan > 1. Kata kunci : Kerapatan, Pola Distribusi, Udang, Sungai Kapuas Murung 99 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 PENDAHULUAN Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu kabupaten yang secara geografis terletak diantara 0 0 8’ 48’’ - 30 27’ 00’’ LS dan 1130 2’ 36’’ - 1140 44’ 00’’ BT yang meliputi luas wilayah 14.999 km2. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kuala Kapuas. Kuala Kapuas adalah kota yang indah, karena berada pada tepi sungai pada simpang tiga. Ketiga sungai tersebut adalah Sungai Kapuas Murung dengan panjang 66,38 km, Sungai Kapuas dengan panjang 600 km dan daerah Pantai/ Pesisir Laut Jawa dengan panjang 189,85 km. Aliran sungai ini banyak melewati daerah pemukiman penduduk yang berada di pinggiran sungai salah satunya adalah Kelurahan Selat Tengah. Salah satu bentuk pulau di Kalimantan Tengah terdapat di Desa Pulau Telo. Desa ini dinamakan Pulau Telo karena ada tiga pulau yang terletak di tengah Sungai Kapuas yang ada di depan desa ini. Udang adalah termasuk dalam phylum invertebrata class crustaceae, ordo decapoda. Habitat udang ada dua tempat yaitu pada air tawar dan air laut. Udang yang hidup di air tawar, misalnya Macrobrachium sp dan udang yang hidup di air luat, misalnya Penaeus sp (Darmono, 1995). Macam-macam udang air tawar menurut Mudjiman (1992) ada 9 spesies, yaitu Macrobrachium rosenbergii, Caridina gracilirostris, Caridina nilotica, Macrobrachium lar, Macrobrachium equidens, Palaemon concinnus, Macrobrachium sintangense, Palaemon sp, dan Palaemonetes sp. Setiap daerah memiliki karakteristik dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda, sehingga spesies udang yang dihasilkan pada tiap kawasan juga bebeda. Seperti penelitian yang dilakukan Halimah (2003) tentang Keanekaragaman dan Kemelimpahan Udang di Pantai Batakan Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut mendapatkan 11 spesies udang. Irawan (2007) tentang Keanekaragaman udang di Bendungan PDAM Sungai Tabaniao Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut mendapatkan 6 spesies udang. Rustyamawatie (2008) 100 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 tentang Identifikasi dan Kerapatan Udang di Bawah Tumbuhan Nipah Kawasan Mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut mendapatkan 8 spesies udang. Rohim (2009) tentang Keanekaragaman Udang di Tepian Sungai Barito Desa Bagus Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala mendapatkan 9 spesies udang. Menurut informasi dari masyarakat, Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas belum pernah dilakukan penelitian tentang kerapatan dan pola distribusi udang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kerapatan dan Pola Distribusi Udang di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas tersebut. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data secara observasi yaitu terjun langsung ke lapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel untuk mengetahui Kerapatan dan Pola Distribusi Udang yang tertangkap dengan jala di sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan selat Kabupaten Kapuas. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis udang yang terdapat di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kacamatan Selat Kabupaten Kapuas. Sedangkan sampel penelitian ini adalah semua spesies udang yang didapatkan menggunakan lunta dengan bukaan diameter 4 m dan tinggi 3 m, ukuran luas mata jala 1 cm2. Volume jala yang digunakan 12,57 m3 dengan berat jala 3,7 kg. Wilayah pengambilan sampel terbagi menjadi tiga zona yaitu zona I (kawasan pengengkutan pasir) yang terlihat adanya lalu lalang kapal pengangkutan pasir, zona II (kawasan pemukiman penduduk) yang terlihat banyak sekali rumah penduduk dan beberapa aktivitas masyarakat antara lain kegiatan rumah tangga seperti mandi, mencuci, membuang sampah rumah tangga, dan lain sebagainya, serta zona III (kawasan vegetasi) dimana pada kawasan 101 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 ini banyak tumbuh pepohonan seperti pohon rambai, galam, dan sebagainya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perahu, jala, kantong plastik, alat tulis (pulpen, kertas, dan penggaris), kertas label, kamera, botol sampel, termometer, pH meter, DO meter, secchi disk, meteran, salinometer , stopwatch & bola, net plankton, set alat pengamatan plankton, milimeterblock, botol sampel yang berisi formalin 4%, kertas saring, neraca analitik, dan oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel udang, sampel air, dan formalin 4%. Menghitung kerapatan udang dengan menggunakan rumus menurut Odum (1996) yaitu: Kerapatan = Jumlah Individu Suatu Jenis Volume Jala Kerapatan Relatif = Kerapa tan suatu jenis x 100% Kerap tan seluruh jenis Menghitung pola distribusi dengan rumus dengan menggunakan Indeks Morista (Micheal, 1994) yaitu: N ∑x2 - ∑x Is = ( ∑x)2 - ∑x Keterangan: Is = Indeks Agihan Morista N = Jumlah total sampel X = Jumlah individu setiap sampel Diman pola distribusi didapat diketahui jika: Is > 1 : pola distribusinya mengelompok atau teragregasi Is < 1 : pola distribusinya seragam atau teratur Is = 1 : pola distribusinya acak 102 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1. Spesies udang yang ditemukan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Nama Daerah (Kapuas) Nama Indonesia Udang Habang - Macrobrachium nipponense - - Palaemonidae Palaemon concinnus - Udang Bening 4 Palaemonidae Udang Bajang Udang Kali 5 Palaemonidae Udang Galah Udang Galah 6 Palaemonidae Macrobrachium lanchesteri Macrobrachium rosenbergii de Man Macrobrachium pilimanus Udang Putih - 7 Palaemonidae Macrobrachium lar - Udang Lar 8 Palaemonidae Macrobrachium equidens Udang Muara Udang Muara 9 Palaemonidae Macrobrachium sp Udang Belang - 10 Palaemonidae Macrobrachium mirabile Udang Hidung Bulat - 11 Palaemonidae Macrobrachium acanthurus Udang Hirang Udang Batu 12 Atyidae Caridina gracilirostris Udang Beras Udang Beras No Family Spesies 1 Palaemonidae Macrobrachium rotschere 2 Palaemonidae 3 Tabel 2. Kerapatan dan Kerapatan Relatif Udang pada Siang Hari yang didapatkan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Nilai Kerapatan (Ekor/ m ) Zona Zona Zona I* II** III*** Nilai Kerapatan Relatif (%) Zona Zona Zona I* II** III*** Palaemonidae 0,56 048 0,56 9,86 7,50 7,07 Palaemonidae 0,32 0,48 0,64 5,63 7,50 8,08 Palaemonidae 0,40 0,40 0,48 7,04 6,25 6,06 Palaemonidae 0,88 0,64 0,48 15,49 10,00 6,06 Palaemonidae 0,48 0,56 0,32 8,45 8,75 4,04 Palaemonidae 0,40 0,40 0,40 7,04 6,25 5,05 Palaemonidae 0,32 0,64 0,95 5,63 10,00 12,12 Palaemonidae 0,24 0,48 1,35 4,23 7,50 17,17 Palaemonidae 0,48 0,56 0,72 8,45 8,75 9,09 Palaemonidae 0,64 0,56 0,72 11,27 8,75 9,09 Spesies Udang No Nama Indonesia 1 - 2 - 3 4 5 6 7 8 Udang Bening Udang Kali Udang Galah Udang Lar Udang Muara 9 - 10 - Nama Ilmiah Macrobrachium rotschere Macrobrachium nipponense Palaemon concinnus Macrobrachium lanchesteri Macrobrachium rosenbergii de Man Macrobrachium pilimanus Macrobrachium lar Macrobrachium equidens Macrobrachium sp Macrobrachium 3 Family 103 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 11 12 Udang Batu Udang Beras mirabile Macrobrachium acanthurus Caridina gracilirostris Jumlah Palaemonidae 0,40 0,48 0,56 7,04 7,50 7,07 Atyidae 0,56 0,72 0,72 9,86 11,25 9,09 5,65 6,36 7,88 100 100 100 Keterangan : *Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2 ** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3 *** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4 Zona I : Kawasan pengangkutan pasir Zona II : Kawasan pemukiman penduduk Zona III : Kawasan vegetasi Tabel 3. Kerapatan dan Kerapatan Relatif Udang pada Malam Hari yang didapatkan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas 3 Nilai Kerapatan (Ekor/ ) Spesies Udang No Nama Indonesia 1 2 3 4 5 - Udang Bening Udang Kali Macrobrachium nipponense Palaemon concinnus Macrobrachium lanchesteri Macrobrachium rosenbergii de Man 7 Udang Lar Macrobrachium pilimanus Macrobrachium lar Udang Macrobrachium Muara equidens - 10 - 11 Udang Batu 12 rotschere Galah - 9 Macrobrachium Udang 6 8 Nama Ilmiah Udang Beras Macrobrachium sp Macrobrachium mirabile Macrobrachium acanthurus Caridina gracilirostris Zona Zona Zona I* II** III*** Palaemonidae 0,56 0,64 0,48 Palaemonidae 0,56 0,72 Palaemonidae 0,40 Palaemonidae Nilai Kerapatan Relatif (%) Zona Zona II** III*** 8,14 7,92 5,00 0,88 8,14 8,91 9,17 0,48 0,40 5,81 5,94 4,17 0,48 0,80 1,03 6,98 9,90 10,83 Palaemonidae 0,95 1,99 1,51 13,95 24,75 15,83 Palaemonidae 0,56 0,88 0,88 8,14 10,89 9,17 Palaemonidae 0,72 0,56 0,95 10,47 6,93 10,00 Palaemonidae 0,40 0,56 0,48 5,81 6,93 5,00 Palaemonidae 0,48 0,40 0,64 6,98 4,95 6,67 Palaemonidae 0,64 0,24 0,88 9,30 2,97 9,17 Palaemonidae 0,48 0,32 0,95 6,98 3,96 10,00 Atyidae 0,64 0,48 0,48 9,30 5,94 5,00 6,84 8,04 9,55 100 100 100 Family Jumlah 104 Zona I* Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Keterangan: *Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2 ** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3 *** Data dan Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4 Zona I : Kawasan pengangkutan pasir Zona II : Kawasan pemukiman penduduk Zona III : Kawasan vegetasi Tabel 4. Kerapatan dan Kerapatan Relatif Udang secara Keseluruhan pada siang dan malam hari di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Nilai Kerapatan Spesies Udang No Nama Indonesia 1 - 2 - 3 4 Udang Bening Udang Kali 5 Udang Galah 6 - 9 Udang Lar Udang Muara - 10 - 7 8 11 12 Udang Batu Udang Beras Nama Ilmiah Macrobrachium rotschere Macrobrachium nipponense Palaemon concinnus Macrobrachium lanchesteri Macrobrachium rosenbergii de Man Macrobrachium pilimanus Macrobrachium lar Macrobrachium equidens Macrobrachium sp Macrobrachium mirabile Macrobrachium acanthurus Caridina gracilirostris Jumlah 3 (Ekor/ m )* Nilai Kerapatan Relatif (%)* Family Siang Malam Siang Malam Palaemonidae 1,59 1,67 8,00 6,84 Palaemonidae 1,43 2,15 7,20 8,79 Palaemonidae 1,27 1,27 6,40 5,21 Palaemonidae 1,99 2,31 10,00 9,45 Palaemonidae 1,35 4,46 6,80 18,24 Palaemonidae 1,19 2,31 6,00 9,45 Palaemonidae 1,91 2,23 9,60 9,12 Palaemonidae 2,07 1,43 10,40 5,86 Palaemonidae 1,75 1,51 8,80 6,19 Palaemonidae 1,91 1,75 9,60 7,17 Palaemonidae 1,43 1,75 7,20 7,17 Atyidae 1,99 1,59 10,00 6,51 19,89 24,42 100 100 Keterangan : *Data dan Perhitungan dapat di lihat pada lampiran 5 105 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Tabel 5. Pola distribusi Udang pada Siang Hari yang didapatkan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Spesies Udang No Nama Indonesia 1 - 2 - 3 Udang Bening 4 Udang Kali 5 Udang Galah 6 - 7 Udang Lar 8 Udang Muara 9 - 10 - 11 Udang Batu 12 Udang Beras Keterangan: Zona I Zona II Zona III * Is > 1 Is < 1 Is = 1 Nilai Indeks Morista (IS) Nama Ilmiah Macrobrachium rotschere Macrobrachium nipponense Palaemon concinnus Macrobrachium lanchesteri Macrobrachium rosenbergii de Man Macrobrachium pilimanus Macrobrachium lar Macrobrachium equidens Macrobrachium sp Macrobrachium mirabile Macrobrachium acanthurus Caridina gracilirostris Family Zona I Zona II Zona III Palaemonidae 6,26* 7,80* 6,26* Palaemonidae 9,67* 5,80* 6,29* Palaemonidae 13,25* 10,25* 7,80* Palaemonidae 3,99* 6,29* 5,80* Palaemonidae 9,80* 7,69* 9,67* Palaemonidae 10,25* 10,25* 10,25* Palaemonidae 14,67* 6,29* 5,82* Palaemonidae 14,50* 7,80* 4,90* Palaemonidae 9,80* 7,69* 6,13* Palaemonidae 6,29* 7,69* 6,13* Palaemonidae 10,25* 7,80* 7,69* Atyidae 6,26* 4,46* 6,13* : Kawasan pengangkutan pasir (Data dan Perhitungan pada lampiran 2) : Kawasan pemukiman penduduk (Data dan Perhitungan pada lampiran 3) : Kawasan vegetasi (Data dan Perhitungan pada lampiran 4) : Pola distribusi mengelompok : Pola distribusinya mengelompok : Pola distribusinya seragam atau teratur : Pola distribusinya acak 106 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Tabel 6. Pola distribusi Udang pada Malam Hari yang didapatkan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Spesies Udang No Nama Indonesia 1 - 2 - 3 Udang Bening 4 Udang Kali 5 Udang Galah 6 - 7 Udang Lar 8 Udang Muara 9 - 10 - 11 Udang Batu 12 Udang Beras Keterangan: Zona I Zona II Zona III * Is > 1 Is < 1 Is = 1 Nilai Indeks Morista (IS) Nama Ilmiah Macrobrachium rotschere Macrobrachium nipponense Palaemon concinnus Macrobrachium lanchesteri Macrobrachium rosenbergii de Man Macrobrachium pilimanus Macrobrachium lar Macrobrachium equidens Macrobrachium sp Macrobrachium mirabile Macrobrachium acanthurus Caridina gracilirostris Family Zona I Zona II Zona III Palaemonidae 6,26* 5,21* 7,80* Palaemonidae 7,69* 5,29* 4,54* Palaemonidae 7,25* 10,80* 10,25* Palaemonidae 7,80* 5,22* 3,57* Palaemonidae 4,45* 2,91* 4,42* Palaemonidae 7,69* 5,63* 5,08* Palaemonidae 5,29* 10,55* 4,45* Palaemonidae 7,25* 9,12* 9,80* Palaemonidae 7,80* 13,25* 6,29* Palaemonidae 6,29* 14,50* 5,08* Palaemonidae 7,80* 14,67* 3,55* Atyidae 5,12* 5,80* 7,80* : Kawasan pengangkutan pasir (Data dan Perhitungan pada lampiran 2) : Kawasan pemukiman penduduk (Data dan Perhitungan pada lampiran 3) : Kawasan vegetasi (Data dan Perhitungan pada lampiran 4) : Pola distribusi mengelompok : Pola distribusinya mengelompok : Pola distribusinya seragam atau teratur : Pola distribusinya acak 107 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Tabel 7. Pola distribusi Udang secara Keseluruhan pada Siang dan Malam Hari di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Nilai Indeks Morista (IS) Spesies Udang No Nama Indonesia 1 - 2 - 3 Udang Bening 4 Udang Kali 5 Udang Galah 6 - 7 Udang Lar 8 Udang Muara 9 - 10 - 11 Udang Batu 12 Udang Beras Keterangan : * dapat Is > 1 Is < 1 Is = 1 Nama Ilmiah Macrobrachium rotschere Macrobrachium nipponense Palaemon concinnus Macrobrachium lanchesteri Macrobrachium rosenbergii de Man Macrobrachium pilimanus Macrobrachium lar Macrobrachium equidens Macrobrachium sp Macrobrachium mirabile Macrobrachium acanthurus Caridina gracilirostris Family Siang Malam Palaemonidae 6,11* 5,74* Palaemonidae 6,41* 5,22* Palaemonidae 8,18* 8,56* Palaemonidae 4,91* 4,73* Palaemonidae 8,21* 2,85* Palaemonidae 8,93* 5,62* Palaemonidae 7,13* 5,68* Palaemonidae 7,71* 3,30* Palaemonidae 6,97* 3,18* Palaemonidae 6,15* 6,58* Palaemonidae 7,59* 5,80* Atyidae 8,21* 5,63* : Pola distribusi mengelompok (Data dan Perhitungan di lihat pada lampiran 6) : Pola distribusinya mengelompok : Pola distribusinya seragam atau teratur : Pola distribusinya acak 108 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas yang telah dideskripsikan (Lampiran 1) didapatkan 12 spesies baik pada siang maupun malam hari yang berasal dari 2 family, yaitu 11 spesies yang termasuk ke dalam family Palaemonidae ini seperti Macrobrachium rotschere, Macrobrachium nipponense, Macrobrachium lanchesteri, Macrobrachium rosenbergii de Man, Macrobrachium pilimanus, Macrobrachium lar, Macrobrachium equidens, Macrobrachium sp, Macrobrachium acanthurus, Macrobrachium mirabile, dan Caridina gracilirostris serta 1 spesies yang termasuk ke dalam family Atyidae ini yaitu : Palaemon concinus. Kerapatan Udang pada Siang Hari di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas pada siang hari (Tabel 2) didapatkan hasil untuk zona I kerapatan tertinggi ditempati oleh Macrobrachium lanchesteri sebesar 0,88/m 3 dengan nilai kerapatan relatif 15,49%. Macrobrachium lanchesteri yang berasal dari family Palaemonidae ini memiliki kerapatan tertinggi diduga karena kemampuan yang sangat baik dimiliki oleh udang ini dalam adaptasinya terhadap kondisi lingkungan pada ekosistem tersebut. Supriadi (2012) menyatakan bahwa Macrobrachium lanchesteri dapat bersimbiosis dengan ikan pada masa larva (zoea) dan dapat bertahan hidup pada kondisi ekstrim. Untuk kerapatan terendah pada kawasan pengangkutan pasir ditempati oleh Macrobrachium equidens dengan nilai kerapatan 0,24/m 3 dan nilai kerapatan relatifnya sebesar 4,23%. Rendahnya kerapatan udang ini diduga karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhannya karena udang muara menyukai tempat tinggal di daerah muara sungai yang berhubungan dengan laut. Menurut Rohim (2009) udang muara tersebar dengan populasi tinggi di muara-muara sungai. 109 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Sering juga terdapat di hulu sungai dengan populasi yang rendah. Sembiring (2008) menyatakan bahwa Macrobrachium equidens memiliki sifat yang suka mencari makan pada siang hari dimana cahaya matahari tidak terlalu terik, walaupun pada dasarnya udang secara alami bersifat nokturnal. Udang ini dapat hidup di air tawar atau air payau di sekitar muara sungai dengan dasar perairan berpasir atau berlumpur. Pada zona II kerapatan tertinggi ditempati oleh Caridina gracilirostris yang tergolong ke dalam family Atyidae dengan nilai kerapatan sebesar 0,72/m 3 dan nilai kerapatan relatifnya sebesar 11,25%. Tingginya nilai kerapatan Caridina gracilirostris pada kawasan pemukiman penduduk diduga karena kemampuan adaptasi sangat baik yang dilakukan oleh udang tersebut dalam mentolerir keadaan pada perairan di kawasan pemukiman penduduk. Menurut Sembiring (2008) Caridina gracilirostris memiliki kemampuannya beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan yang selalu berubah-ubah. Haan (2006) menyatakan bahwa pada udang yang tergolong ke dalam family Atyidae merupakan keluarga udang Caridean, dimana umumnya udang pada famili ini dapat ditemukan diseluruh perairan secara luas tersebar terdapat pada bagian tropik dan subtropik dunia dan memiliki kemampuan untuk mentolerir kondisi suatu lingkungan yang baik. Nilai kerapatan dan kerapatan relatif yang rendah siang hari (Tabel 2) pada zona II ditempati oleh 2 spesies udang yaitu Palaemon concinnus dan Macrobrachium pilimanus dengan nilai kerapatan yang sama sebesar 0,40/m 3 dan nilai kerapatan relatif yang dicapai oleh kedua spesies tersebut sebesar 6,25%. Rendahnya kerapatan Palaemon concinnus dan Macrobrachium pilimanus yang diperoleh diduga terkait dengan kurang adaptifnya kedua spesies tersebut untuk mentolerir kondisi lingkungan perairan pada kawasan ini. Menurut Rohim (2009) Palaemon concinnus menyukai tempat tinggal di daerah muara sungai yang berhubungan dekat dengan laut sehinggga kurang adaptif atau rendahnya toleransi terhadap lingkungan tempat hidupnya. Menurut Taufik (2011) 110 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Macrobrachium pilimanus hidup pada habitat berbatu dan air yang mengalir deras atau habitat berbatu di air yang tidak mengalir. Oleh sebab itu, Palaemon concinnus dan Macrobrachium pilimanus memiliki nilai kerapatan paling rendah pada kawasan tersebut. Nilai kerapatan tertinggi pada zona III ditempati oleh Macrobrachium equidens dengan nilai kerapatan sebesar 1,35/m 3 dan kerapatan relatifnya sebesar 17,17%. Tingginya kerapatan Macrobrachium equidens pada kawasan vegetasi diduga udang ini merupakan udang yang mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai keadaan lingkungan. Sembiring (2008) menyatakan tingginya nilai kerapatan dan kerapatan relatif Macrobrachium equidens ini didukung oleh sifatnya yang suka mencari makan pada siang hari dimana cahaya matahari tidak terlalu terik, walaupun pada dasarnya udang secara alami bersifat nokturnal. Udang ini dapat hidup di air tawar atau air payau di sekitar muara sungai dengan dasar perairan berpasir atau berlumpur. Selain itu, itu larva dari Macrobrachium equidens juga relatif lebih tahan dibandingkan dengan larva spesies udang lain terhadap daya toksik dari konsentrasi nitrit yang tinggi. Nilai kerapatan terendah pada zona III ditempati oleh Macrobrachium rosenbergii de Man sebesar 0,32/m 3 dan kerapatan relatifnya 4,04%. Rendahnya kerapatan yang ditempati Macrobrachium rosenbergii de Man diduga karena rendahnya tingkat kemampuan adaptasi udang ini pada siang hari. Menurut Mudjiman (1992) Macrobrachium rosenbergii de Man merupakan udang nokturnal, yaitu binatang yang aktif bergerak pada malam hari. Pada siang hari mereka lebih suka bersembunyi dibalik rerimbunan batu-batuan ataupun bendabenda lain di dalam air karena Macrobrachium rosenbergii de Man tidak menyukai sinar matahari. 111 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga zona kerapatan spesies udang pada siang hari secara keseluruhan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas (Tabel 4), kerapatan tertinggi ditempati oleh Macrobrachium equidens dengan nilai 2,07/m 3 dengan nilai kerapatan relatif 10,40%. Tingginya nilai kerapatan Macrobrachium equidens pada siang hari diduga karena mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sembiring (2008) bahwa tingginya kerapatan Macrobrachium equidens didukung oleh sifatnya yang suka mencari makan pada siang hari dimana cahaya matahari tidak terlalu terik, walaupun pada dasarnya udang secara alami bersifat nokturnal. Udang ini dapat hidup di air tawar atau air payau di sekitar muara sungai dengan dasar perairan berpasir atau berlumpur. Selain itu, larva dari Macrobrachium equidens juga relatif lebih tahan dibandingkan dengan larva spesies udang lain terhadap daya toksik dari konsentrasi nitrit yang tinggi. Kerapatan terendah udang secara keseluruhan pada siang hari ditempati oleh Macrobrachium pilimanus dengan nilai 1,19/m 3 dengan nilai kerapatan relatif sebesar 6,00%. Rendahnya kerapatan Macrobrachium pilimanus diduga terkait dengan kurang adaptifnya spesies tersebut untuk mentolerir kondisi lingkungan perairan. Menurut Taufik (2011) Macrobrachium pilimanus hidup pada habitat berbatu dan air yang mengalir deras atau habitat berbatu di air yang tidak mengalir. Kerapatan Udang pada Malam Hari di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas pada malam hari (Tabel 3) didapatkan hasil untuk kerapatan tertinggi ditempati oleh Macrobrachium rosenbergii de Man baik pada zona I dengan nilai kerapatan 0,95/m 3 dan kerapatan relatifnya sebesar 13,95%, zona II dengan nilai kerapatan 1,99/m 3 dan kerapatan relatifnya sebesar 24,75%, 112 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 zona III dengan nilai kerapatan 1,51/m 3 dan kerapatan relatifnya sebesar 15,85%. Tingginya nilai kerapatan pada Macrobrachium rosenbergii de Man diduga udang ini merupakan udang yang mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai keadaan lingkungan. Selain itu, tingginya kerapatan yang dimiliki Macrobrachium rosenbergii de Man ini berhubungan dengan daya tahannya yang cukup kuat terhadap perubahan lingkungan perairan dan juga berhubungan dengan daya reproduksinya atau kemampuannya berkembangbiak. Menurut Hadie & Jatna (1985) Macrobrachium rosenbergii de Man berpijah sepanjang tahun, artinya udang galah tidak mempunyai musim tertentu untuk melangsungkan perkawinannya, jadi populasinya menjadi banyak. Selain itu, Macrobrachium rosenbergii de Man lebih banyak ditemukan pada malam hari karena memiliki sifat nokturnal yaitu aktif pada malam hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1992) bahwa Macrobrachium rosenbergii de Man mencari makan di malam hari, sedangkan di siang hari akan berendam di dalam lumpur karena udang ini tidak menyukai cahaya. Udang Galah termasuk udang yang rakus karena memakan segala jenis hewan renik, baik cacing, plankton bahkan bila sedang kelaparan udang kecilpun di makan. Pada zona I kerapatan yang rendah pada malam hari ditempati oleh Macrobrachium equidens dan Palaemon concinnus dengan nilai kerapatan masing-masing sebesar 0,40/m 3 dan nilai kerapatan relatifnya 5,81%. Rendahnya nilai kerapatan Macrobrachium equidens dan Palaemon concinnus diduga karena pada kawasan tersebut pada malam hari tidak sesuai dengan habitat kedua spesies tersebut. Sembiring (2008) menyatakan bahwa Macrobrachium equidens memiliki sifat yang suka mencari makan pada siang hari dimana cahaya matahari tidak terlalu terik, walaupun pada dasarnya udang secara alami bersifat nokturnal. Menurut Rohim (2009) Palaemon concinnus menyukai tempat tinggal di daerah 113 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 muara sungai yang berhubungan dekat dengan laut sehinggga kurang adaptif atau rendahnya toleransi terhadap lingkungan tempat hidupnya. Pada zona II kerapatan terendah ditempati oleh Macrobrachium mirabile dengan nilai kerapatan sebesar 0,24/m 3 dan kerapatan relatifya sebesar 2,97%. Rendahnya nilai kerapatan Macrobrachium mirabile pada kawasan pemukiman penduduk diduga karena pada kawasan tersebut pada malam hari tidak sesuai dengan habitat udang spesies ini. Menurut Anonim (2013), habitat udang ini lebih menyukai tempat di daerah muara sungai. Selain itu, adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar tepian sungai tersebut yang aktif pada setiap harinya memancing udang pada kawasan tersebut, sehingga berdampak pada rendahnya nilai kerapatan Macrobrachium mirabile di kawasan tersebut. Pada zona III kerapatan terendah ditempati oleh Palaemon concinnus dengan nilai kerapatan sebesar 0,40/m 3 dan kerapatan relatifya sebesar 4,17%. Rendahnya nilai kerapatan diduga karena kurang adaptifnya spesies ini untuk mentolerir kondisi lingkungan perairan. Menurut Rohim (2009) Palaemon concinnus menyukai tempat tinggal di daerah muara sungai yang berhubungan dekat dengan laut sehingga kurang adaptif atau rendanhya toleransi terhadap lingkungan tempat hidupnya. Berdasarkan perhitungan kerapatan udang pada malam hari secara keseluruhan (Tabel 4), kerapatan tertinggi ditempati oleh Macrobrachium rosenbergii de Man dengan nilai 4,46/m 3 dan nilai kerapatan relatif 18,24%. Tingginya kerapatan Macrobrachium rosenbergii de Man pada malam hari karena udang ini aktif pada malam hari sedangkan pada siang hari lebih suka bersembunyi di balik bebatuan dan menimbun diri di dalam lumpur. Selain itu, tingginya kerapatan yang dimiliki Macrobrachium rosenbergii de Man ini berhubungan dengan daya tahannya yang cukup kuat terhadap perubahan lingkungan perairan dan juga berhubungan dengan daya reproduksinya atau kemampuannya berkembangbiak. Menurut Hadie & Jatna (1985) udang Galah berpijah 114 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 sepanjang tahun, artinya udang galah tidak mempunyai musim tertentu untuk melangsungkan perkawinannya, jadi populasinya menjadi banyak. Selain itu, Macrobrachium rosenbergii de Man lebih banyak ditemukan pada malam hari karena memiliki sifat nokturnal yaitu aktif pada malam hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1992) bahwa Macrobrachium rosenbergii de Man mencari makan di malam hari, sedangkan di siang hari akan berendam di dalam lumpur karena udang ini tidak menyukai cahaya. Udang Galah termasuk udang yang rakus karena memakan segala jenis hewan renik, baik cacing, plankton bahkan bila sedang kelaparan udang kecilpun di makan. Sedangkan kerapatan terendah malam hari secara keseluruhan (Tabel 4) ditempati oleh Palaemon concinnus dengan nilai 1,27/m 3 dan kerapatan relatifnya 5,21%. Rendahnya kerapatan Palaemon concinnus diduga karena udang ini tidak dapat mentolerir kondisi lingkungan perairan. Menurut Rohim (2009) Palaemon concinnus menyukai tempat tinggal di daerah muara sungai yang berhubungan dekat dengan laut sehingga kurang adaptif atau rendahnya toleransi terhadap lingkungan tempat hidupnya. Pola Distribusi Udang pada Siang dan Malam Hari di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas Berdasarkan hasil perhitungan indeks morista (Tabel 5&6), pola distribusi udang yang diperoleh dari hasil penelitian pada waktu siang dan malam hari di 3 kawasan berbeda yaitu : kawasan pengangkutan pasir, kawasan pemukiman penduduk, dan kawasan vegetasi ataupun perhitungan secara keseluruhan pada siang dan malam hari (Tabel 7) di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas didapatkan 12 spesies udang yang ditemukan dengan Indeks Morista >1. Hal ini menunjukkan bahwa spesies udang yang didapatkan pada kawasan pengangkutan pasir, pemukiman penduduk, dan vegetasi 115 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 tersebut memiliki pola distribusi mengelompok. Mengelompoknya spesies udang tersebut diduga untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya dalam mendapatkan makanan dimana mengelompok pada kawasan-kawasan yang dekat dengan sumber makanan agar dapat memenuhi keperluan hidupnya akan sumber makanan serta usahanya dalam mencari tempat yang cocok sebagai habitatnya dan tempat untuk bersembunyi dari predator. Menurut Hadie & Supriatna (1985) makanan udang bermacammacam yaitu jenis Crustacea rendah, siput-siputan kecil, cacing, larva serangga serta sisa-sisa bahan organik baik tumbuhan maupun hewan dan sebagai tambahan keberadaan plankton di perairan merupakan bahan makanan udang. Berdasarkan pengamatan (Lampiran 10), plankton yang ditemukan yaitu Navicula, Ulotrix, Phacus, Spyrogira, Chlorococcum, Trachelomonas, Euglena, Chalamydomonas, Oscillatoria, dan Volvox. Menurut Sachlan (1972) plankton tidak saja sangat penting bagi penghidupan ikan, langsung atau tidak langsung, akan tetapi penting pula bagi segala macam hewan yang hidup di dalam air : air tawar, air payau, dan air laut. Menurut Putri dan Rosanti (2012) pola distribusi mengelompok terjadi karena sifat spesies yang bergerombol atau adanya keragaman habitat sehingga terjadi pengelompokkan di tempat yang banyak makanan. Faktor reproduksi diduga juga turut berperan dalam pola distribusi mengelompok. Menurut Wirakusumah (2003) bahwa reproduksi merupakan cara pengelompokkan yang umum berlangsung pada vegetasi maupun hewan, dimana keturunan-keturunan organisme tetap hidup didekat induknya maka terjadilah pengelompokkan. Perhitungan Indeks Morista menurut Michael (1994) dapat diketahui jika Is > 1 maka pola distribusi akan mengelompok. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Odum (1996) pola distribusi hewan di alam kebanyakan memang mengelompok jarang sekali berdistribusi secara acak ataupun teratur. Menurut 116 Wirakusumah (2003) akibat Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 pengelompokkan pada dasarnya merugikan karena dapat menyebabkan persaingan untuk memperebutkan makanan dan cahaya. Menurut Michael (1994) bilamana sumber yang diperlukan melimpah maka tidak ada persaingan. Sebaliknya bilamana sumber yang diperlukan tersedia sedikit, maka akan mengakibatkan persaingan yang menghasilkan hilangnya spesies yang kalah dengan cara mati, terusir dari daerah itu oleh spesies yang menang, dan pengurangan kelangsungan hidup atau kesuburan. PENUTUP Kesimpulan 1. Spesies udang yang ditemukan di Sungai Kapuas Murung Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas ada 12 spesies yang berasal dari 2 family yaitu family Atyidae dan family Palaemonidae, spesies tersebut yaitu : Macrobrachium rotschere, Macrobrachium nipponense, Palaemon concinnus, Macrobrachium lanchesteri, Macrobrachium rosenbergii de Man, Macrobrachium pilimanus, Macrobrachium lar, Macrobrachium equidens, Macrobrachium sp, Macrobrachium mirabile, Macrobrachium acanthurus, dan Caridina gracilirostris. 2. Kerapatan tertinggi spesies udang pada waktu siang hari di kawasan pengangkutan pasir ditempati Macrobrachium lanchesteri sebesar 0,88/m 3 sedangkan kerapatan terendah ditempati Macrobrachium equidens sebesar 0,24/m 3 . Kawasan pemukiman penduduk kerapatan tertinggi ditempati oleh Caridina gracilirostris 0,72/ 3 sedangkan kerapatan yang rendah ditempati oleh 2 spesies yaitu: Palaemon concinnus dan Macrobrachium pilimanus sebesar 0,40/m 3 . Kawasan vegetasi kerapatan tertinggi ditempati oleh Macrobrachium equidens sebesar 1,35/m sedangkan kerapatan terendah ditempati oleh Macrobrachium rosenbergii de Man sebesar 0,32/m 3 . Kerapatan tertinggi pada malam hari ditempati oleh Macrobrachium rosenbergii 117 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 de Man baik pada kawasan pengangkutan pasir dengan nilai kerapatan 0,95/m 3 , kawasan pemukiman penduduk dengan nilai kerapatan 1,99/m 3 dan kawasan vegetasi dengan nilai kerapatan 1,51/m 3 . Sedangkan kerapatan terendah pada kawasan pengangkutan pasir ditempati oleh Macrobrachium equidens dan Palaemon concinnus dengan nilai kerapatan 0,40/m 3 , kawasan pemukiman penduduk kerapatan terendah ditempati oleh Macrobrachium mirabile dengan nilai kerapatan sebesar 0,24/m 3 dan kawasan vegetasi kerapatan terendah ditempati oleh Palaemon concinnus sebesar 0,40/m 3 . Kerapatan tertinggi secara keseluruhan dari ketiga zona pada siang hari ditempati Macrobrachium equidens dengan nilai 2,07/m 3 dan kerapatan terendah ditempati Macrobrachium pilimanus dengan nilai 1,19/m 3 sedangkan kerapatan tertinggi secara keseluruhan dari ketiga zona pada malam hari ditempati Macrobrachium rosenbergii de Man dengan nilai 4,46/m 3 dan kerapatan terendah ditempati Palaemon concinnus dengan nilai 1,27/m 3 . 3. Pola distribusi udang baik pada waktu siang maupun malam hari pada kawasan pengangkutan pasir, pemukiman penduduk, dan vegetasi memiliki katagori mengelompok karena nilai Indeks Morista yang diperoleh oleh semua jenis udang yang didapatkan > 1. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan alat tangkap udang yang berbeda pada daerah yang sama. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan logam yang terdapat di dalam tubuh udang seperti kandungan Fe, S dan sebagainya. 3. Perlu dilakukan pengukuran parameter lingkungan seperti intensitas cahaya. 118 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013c. http://www.akwaria.pl/krewetki/macrobrachium_mirabileen.html Diakses Tanggal 6 Mei 2013 Darmono. 1995. Budidaya Udang Penaeus. Kanisius. Yogyakarta. Haan, De. 2006. Atyidae. http://en.wikipedia.org/wiki/Atyidae. Hadie, Wartono & Jatna Supriatna. 1985. Pengembangan Udang Galah dalam Hatchery & Budidaya. Kanisius. Jakarta. Halimah. 2003. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Udang di Pantai Batakan Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Irawan. 2007. Keanekaragaman Udang di Bendungan PDAM Sungai Tabanio Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. University Indonesia Press : Jakarta. Mudjiman, Ahmad. 1992. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta. Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Budidaya Udang Galah. Kanisius. Yogyakarta. Odum. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas. 2013. Geografi Kabupaten Kapuas. http://www.kabupatenkapuas.go.id. Diakses Tanggal 30 Januari 2013. Putri, Yunita Panca & Dewi Rosanti. 2012. Pola Distribusi Kutu Daun (Myzus persicae) pada Perkebunan Cabai Merah Kecamatan Sumendawai Suku III Kabupaten Oku Timur. Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang. Jurnal. http://118.97.161.124/puslit/new/files/sainmatika%20yunitadewi.pdf. Diakses Tanggal 25 Mei 2013. 119 Jurnal Wahana-Bio Volume XV Juni 2016 Rohim. 2009. Keanekaragamn Udang di Tepian Sungai Barito Desa Bagus Kecamatan Marabahan Kabupaten barito Kuala. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Rusmiyati. 2010. Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamaei. Pustaka Baru Press. Jakarta. Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta. Sembiring, Herlina. 2008. Keanekaragaman dan Distribusi Udang serta Kaitannya dengan Faktor Fisik Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tesis. http://km.ristek.go.id/assets/files/LIPI/1058%20D%20S/1058.pdf. Di akses Tanggal 4 April 2013 Supriadi, Agus. 2012. Keanekaragaman Jenis Udang Air Tawar di SungaiSungai yang Berasal Dari Gunung Salak. Departemen Biologi Fakultas Matematika,IPB.Skripsi.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/58612/G12asu1.pdf?sequence=1. Di akses Tanggal 30 Januari 2013 Taufik. 2011. Keanekaragaman Udang Air Tawar Di Danau Kerinci Provinsi Jambi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46930/2011t au.pdf?sequence=1. Di akses Tanggal 30 Januari 2013 Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Komunitas. UI- Press. Jakarta. 120 Ekologi bagi Populasi dan