KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN KONDISI VISIBILITY BELOW MINIMA DI BANDAR UDARA SERTA PENANGANAN DAMPAK SEBARAN ABU VULKANIK TERHADAP OPERASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Menimbang: a. bahwa dalam penerbangan visibility rangka guna below meningkatkan menghadapi minima dan musim keselamatan hujan, tanda-tanda kondisi sebaran abu vulkanik, dipandang perlu melakukan langkah-langkah peningkatan kewaspadaan terhadap gangguan (hazard); b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf Jenderal a, perlu Perhubungan Kewaspadaan Dalam dikeluarkan Udara Menghadapi Instruksi tentang Musim Direktur Peningkatan Hujan Dan Kondisi Visibility Below Minima Di Bandar Udara Serta Penanganan Dampak Sebaran Abu Vulkanik Terhadap Operasi Penerbangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 176); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5); 4. Peraturan Presiden Kementerian Nomor Perhubungan 40 Tahun (Lembaran 2015 tentang Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) Penyelenggara Pelayanan (Aeronautical sebagaimana Telekomunikasi Telecommunication telah diubah Penerbangan Service terakhir tentang Provider) dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 38 Tahun 2014; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil 170 (Civil Aviation Safety Regulation Part 170) tentang Peraturan Penerbangan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Rules); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor Otoritas Bandar Udara; 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil bagian 174 (Civil Aviation Safety Regulation Part 174) tentang Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Service) sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 108 Tahun 2016; 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome); 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 94 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 91 tentang Pengoperasian Pesawat Udara (General Operation and Flight Rules; 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi Perhubungan dan sebagaimana Tata diubah Kerja Kementerian terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016; 12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 22 Tahun 2015 tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan oleh Kantor otoritas Bandar Udara; 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional; 14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 tahun 2015 tentang Standar Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - Dan Operasi Bagian 139 (Manual Of Standard CASR - Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes); MENGINSTRUKSIKAN : Kepada 1. Penyelenggara Bandar Udara; 2. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan; 3. Pimpinan Badan Usaha Angkutan Udara; 4. Pimpinan Unit Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan; dan 5. Pimpinan unit Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Untuk PERTAMA Dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan guna menghadapi musim hujan, kondisi visibility below minima dan tanda-tanda sebaran abu vulkanik, dipandang perlu melakukan kewaspadaan terhadap gangguan (hazard) yang ditimbulkan berupa : a. terjadinya perubahan arah dan kecepatan permukaan angin secara cepat; b. genangan air (water pounding) di permukaan runway; c. berkurangnya kekesatan runway (runway friction); d. kondisi visibility below minima; e. asap akibat bencana kebakaran; f. sebaran abu vulkanik (volcanic ash). KEDUA : Pelaksanaan peningkatan sebagaimana dimaksud keselamatan dalam penerbangan DIKTUM PERTAMA, melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Penyelenggara Bandar Udara : 1. Segera melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara bila terjadi gangguan cuaca berupa kondisi low visibility yang berdampak pada penundaan penerbangan (delayed flight), pembatalan penerbangan (cancelled flight) dan perubahan tujuan (diverted); 2. Senantiasa keselamatan mematuhi peraturan penerbangan dan dibidang melaksanakan Standard Operating Procedures (SOP) sesuai dengan bidang pelayanan yang diberikan secara konsisten; 3. Melakukan pemeriksaan kondisi runway, taxiway, apron dan drainase terkait adanya genangan air, rubber deposit, serta meningkatkan inspeksi diluar jadwal yang sudah ada jika diperlukan; 4. Menginformasikan runway kepada penerbangan keberadaan personel untuk air di pemandu disampaikan permukaan lalu lintas kepada pilot sebagai bahan pertimbangan braking action (good, medium, poor) pada saat pendaratan, dengan terminologi sebagai berikut : a) DAMP (perubahan warna permukaan yang karena kelembaban); b) WET (permukaan basah tetapi tidak ada STANDING WATER); dan c) STANDING WATER (untuk operasional pesawat udara, lebih dari 25 persen dari luas permukaan runway (baik di area yang terisolasi atau tidak) tertutup oleh air dengan kedalaman lebih dari 3 mm). 5. Segera menginformasikan kepada personel pemandu lalu lintas penerbangan terkait adanya standing water di permukaan runway, sebelum pesawat udara melakukan pendaratan; 6. Menyampaikan informasi melalui Notice to Airmen (NOTAM) jika hasil pengukuran kekesatan runway (runway friction) tidak memenuhi ketentuan; 7. Melakukan penutupan dan penghentian operasi bandar udara bila terjadi kondisi standing water di permukaan runway. b. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan : 1. harus segera menyampaikan informasi kepada pilot apabila terjadi perubahan cuaca yang signifikan, khususnya bila saat kondisi low visibility sesuai informasi dari unit pelayanan informasi meteorologi penerbangan. 2. harus segera menyampaikan informasi keberadaan air di permukaan runway kepada pilot sebagai bahan pertimbangan braking action (good, medium, poor) pada saat pendaratan sesuai informasi dari penyelenggara bandar udara. c. Pimpinan Badan Usaha Angkutan Udara : harus selalu memperhatikan dan mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan pada saat melakukan lepas landas dan mendarat apabila kondisi visibility below minima. d. Pimpinan Unit Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan agar segera menyampaikan hasil laporan pengamatan cuaca kepada penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan untuk disampaikan kepada pilot sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan operasi penerbangan. KETIGA : kepada BMKG, PVMBG, penyelenggara bandar udara, penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan dan badan usaha angkutan udara untuk mengantisipasi dampak sebaran abu vulkanik terhadap operasi penerbangan sebagai akibat dari aktivitas gunung berapi dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, meliputi : a. Pimpinan unit Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM agar: 1. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas pra letusan gunung berapi yang berpengaruh dan letusan gunung berapi; dan 2. Menyampaikan informasi dalam bentuk Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) kepada Meteorological Watch Office (BMKG), Volcanic Ash Advisory Centre, Unit Air Traffic Services terdampak dan instansi terkait lainnya apabila diperlukan melalui media surat elektronik. b. Meteorological Watch Office (BMKG) agar : 1. Melakukan pengamatan menerus yang kondisi cuaca mempengaruhi terus operasi penerbangan dalam wilayah tanggung jawabnya; 2. Menyiapkan Significant Meteorological Information dan informasi terkait lainnya dalam wilayah tanggung jawabnya; 3. Memberikan informasi Significant Meteorological Information dan informasi lain kepada unit Air Traffic Services; 4. Menyebarkan informasi Significant Meteorological Information; 5. Memberikan informasi mengenai aktivitas pra letusan gunung berapi, letusan gunung berapi dan awan Significant abu gunung berapi Meteorological pada Information saat belum diterbitkan, kepada unit - unit dibawah ini: a) Direktorat (Direktorat Jenderal Perhubungan Navigasi Udara Penerbangan Kantor Otoritas Bandar udara Setempat); b) Unit Area Control Centre; c) Unit Approach Control terkait; dan d) Unit Kartografi terkait; e) Unit Air Traffic Flow Management terkait; f) NOTAM Office; g) Volcanic Ash Advisory Centre yang berwenang; 6. h) Penyelenggara bandar udara terkait; dan i) Badan usaha angkutan udara. Memberikan informasi adanya pelepasan bahan radio aktif ke atmosfer yang memuat informasi berisi lokasi, pelepasan tanggal material dan waktu radioaktif terjadinya dan prakiraan sebaran material radioaktif di wilayahnya atau wilayah yang berbatasan kepada unit area control centre/flight information centre terkait, berdasarkan perjanjian kerjasama antara unit pelayanan informasi meteorologi dan unit air traffic services, serta kepada unit aeronautical information services. c. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan agar: 1) Air Traffic Services Unit Terkait (Unit Area Control Centre): a) Melakukan pengamatan pada ruang udara terdampak (airspace observation) berdasarkan air report dan visual report; dan b) Menyampaikan meteorologi/ air report kepada stasiun unit pelayanan informasi meteorologi di aerodrome. 2) Unit flow control (Unit Air traffic Flow Management) melakukan kajian Air Traffic Flow Management vulkanik sebagai pada ruang dampak udara sebaran abu berkoordinasi dengan Unit Area Control Centre, badan usaha bandar udara dan badan usaha angkutan udara; 3) NOTAM Office agar: a) Menginformasikan kondisi ruang udara terdampak volcanic ash dan disampaikan melalui publikasi NOTAM dan/atau Ash Notice to Airmen (ASHTAM); b) Harus segera menerbitkan NOTAM sesuai dengan arahan Dirjen Hubud/Menteri; dan c) Membuat terdampak peta prakiraan abu vulkanik ruang udara berdasarkan informasi awal dari Volcanic Ash Advisory Centre Darwin dan stasiun meteorology/Unit Pelayanan Informasi Penerbangan/ setempat meteorologi Meteorological Watch Office (sehingga pesawat dapat menghindari atau reroute dari ruang udara terdampak volcanic ash). 4) Unit Kartografi membuat alternate air traffic services route (contingency) melalui koordinasi dengan unit area menginformasiannya NOTAM setelah control kepada menerima centre dan user melalui informasi aktivitas gunung api dari Meteorological Watch Office dan peta prakiraan ruang udara terdampak abu vulkanik yang disampaikan oleh NOTAM Office. d. Penyelenggara Bandar Udara agar : 1) Melakukan pengamatan lapangan (visual report) dengan menggunakan perangkat paper test; dan 2) Menginfromasikan hasil visual report kepada pihak terkait. e. Badan usaha angkutan udara agar: 1) Membuat safety risk assessment di jalur penerbangan dimana terdeteksi abu vulkanik; 2) Membuat kajian/standard operating procedure saat penerbangan di malam hari apabila terindikasi melalui jalur/wilayah kontaminasi; dan 3) Melakukan inspeksi pada pesawat udara dan pelaporan Air Report. f. Direktur Navigasi Penerbangan: 1) Melakukan kajian /telaahan atas data - data dukung berupa aerodrome observation dan airspace observation; 2) Memberikan usulan rekomendasi keputusan terhadap dampak abu vulkanik dan aerodrome pada ruang udara kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara berdasarkan hasil kajian; 3) Menginstruksikan NOTAM Office untuk menerbitkan NOTAM sesuai keputusan Direktur Jenderal; dan 4) Menyampaikan dan mengkoordinasikan hasil keputusan tersebut kepada stakeholder terkait. KEEMPAT Melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara cq. para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara di wilayah masing - masing atas setiap kondisi bandar udara yang dapat membahayakan keselamatan operasi penerbangan. KELIMA Kepada para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara agar senantiasa melaksanakan pengawasan terhadap tingkat keselamatan operasi penerbangan di bandar udara sesuai peraturan dan ketentuan. KEENAM Hal-hal yang belum diatur dalam Instruksi ini akan diatur lebih lanjut sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. KETUJUH : Instruksi ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Dikeluarkan di Jakarta Pada tanggal 01 Maret 2017 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc. Salinan Instruksi ini disampaikan kepada : 1. 2. 3. 4. Menteri Perhubungan; Menteri Badan Usaha Milik Negara; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara; 7. Pimpinan unit penyelenggara pelayanan informasi meterologi penerbangan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; 8. Pimpinan unit Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Kementerian ESDM; 9. 10. 11. Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara; Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero); 12. 13. Direktur Utama Perum LPPNPI; dan Pimpinan Badan Usaha Angkutan Udara. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, Pembina / (IV/a) 19680704 199503 2 001 Bencana Geologi,