PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PERILAKU HIPERAKTIF PADA ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN Ristia Pratiwi1, Erna Setiawati,S.Si.T.,M.Kes.2 D-IV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo email: [email protected] 2 D-IV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo 1 ABSTRAK Latar Belakang : Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Salah satu perilaku anak autis yang dirasa sangat mengganggu dalam kehidupannya sehari-hari adalah perilaku hiperaktif, yang didefinisikan sebagai gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anakanak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Terapi hiperaktif salah satunya adalah dengan terapi musik. Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Tujuan : Penelitian ini mengetahui pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap prilaku hiperaktif pada anak autis di SLBN Ungaran Metode : Rancangan penelitian ini quasy eksperiment dengan desain penelitian one group pre-test dan post-test design. Populasi yang diteliti adalah anak autis di SLBN Ungaran dengan sampel yang diteliti 12 responden Sampel diambil secara total sampling. Pengukuran perilaku hiperaktif pada anak autis menggunakan lembar observasi Checklist (GPPH) Abbreviad Conners Ratting Scala. Uji normalitas menggunakan uji shapiro – wilk dan uji beda menggunakan paired t – test. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap prilaku hiperaktif pada anak autis di SLBN Ungaran, dengan nilai p value (0,000) < (0,05). Simpulan : Ada pengaruh sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik mozart terhadap prilaku hiperaktif pada anak autis di SLBN Ungaran. Kata Kunci : Autis, perilaku hiperaktif, terapi musik klasik mozart Kepustakaan : 28 (2000-2015) THE INFLUENCE OF MOZART CLASSICAL MUSIC THERAPY ON HYPERACTIVE BEHAVIOR IN CHILDREN WITH AUTISM IN SLBN UNGARAN Ristia Pratiwi1, Erna Setiawati,S.Si.T.,M.Kes.2 D-IV of Midwifery Study Program, Faculty of Health Science, Ngudi Waluyo University email: [email protected] 2 D-IV of Midwifery Study Program, Faculty of Health Science, Ngudi Waluyo University 1 ABSTRACT Background : Autism is a condition that affects a person from birth or during childhood that can not form normal social or communication relationships. One of the behaviors of an autistic child who is considered to be very disturbing in everyday life is hyperactive behavior, defined as developmental disorders in increasing motor activity of children to unusual and excessive children’s activities Hyperactive therapy can use music therapy. Music therapy is a material that can change a person's condition both physically and mentally. Objectives : The aim of study as to know the influence of mozart classical music therapy against hyperactive behavior in children with autism in SLBN Ungaran. Method : The research design used quasy eperiment one group pre-test dan posttest design. The population in this study was 12 children with autism. Samples were taken by total sampling. The data collection tool use an observation sheet of Checklist (GPPH) Abbreviad Conners Ratting Scala. Normality test used shapirowilk test and different test used Paired t-test. Result : The results showed that there was an effect of mozart classical music therapy on hyperactive behavior in autistic children in SLBN Ungaran, with p value (0.000) <(0,05). Conclusion : There is an effect giving mozart classical music therapy to hyperactive behavior in children with autism in SLBN Ungaran. Keywords : Autism, hyperactive behavior, mozart classical music therapy PENDAHULUAN Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Gejala yang muncul pada anak autisme adalah adanya gangguan yang khas yang disebut dengan trias atau gejala autisme yaitu adanya gangguan dalam bidang interaksi sosial, perilaku dan komunikasi (Yanti, dkk, 2012). Diseluruh dunia jumlah penyandang autis juga semakin meningkat. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40% sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis perharinya. Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000-15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat, dicurigai 1 dari 10 anak menderita autis. Mengetahui metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena autis semakin besar. Jumlah tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autis masih misterius dan menjadi perdebatan antara para ahli dan dokter dunia. (Masyitah, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30 Januari 2017 di SLBN Ungaran jumlah anak autis pada tahun 2016/2017 berjumlah 12 anak. Salah satu anak autis yang mengalami gangguan perilaku hiperaktif, subjek mengalami gangguan perilaku hiperaktif diantaranya adalah sering tidak bisa berkonsentrasi, misal: bermain puzzle/lego, lupa mengerjakan PR, sering tidak mendengarkan ketika diajak berbicara, sering kehilangan barang, misal: pensil, mainan, buku. Sering gelisah dengan tangan/kakinya, menggeliat-geliat di tempat duduk, sering berlari atau memanjat secara berlebihan, sering terlalu bersemangat, sering mengalami kesulitan menunggu giliran, sering menginterupsi atau mencampuri permainan anak lain (Widajati dan Firdausyiah, 2011). Menurut Irawaty (2013) terdapat beberapa jenis musik yaitu musik jazz, musik tradisional, musik klasik dan musik dari alam, tetapi musik klasik seringkali menjadi acuan untuk terapi musik, karena musik klasik memiliki kecenderungan untuk menenangkan tubuh. Diantara musik-musik klasik yang sering menjadi acuan untuk mengatasi stress dan kecemasan melalui terapi musik yaitu musik musik karya Mozart, karena hampir semua Mozart memiliki nadanada dengan frekuensi tinggi, rentang nada yang begitu luas, dan tempo yang dinamis (Aizid, 2011). Musik Mozart tidak membangkitkan gelombang emosi naik turun dengan tajam seperti Beethoven. Karyanya juga tidak kaku dan datar seperti lagu Gregorian, namun juga tidak lembut membuai seperti pengantar tidur bayi. Kelebihan kelebihan tersebut dapat membuat seseorang merasa rileks dan tenang ketika mendengarkan musik klasik Mozart (Yuanitasari, 2008 dalam Suryani, dkk, 2014). Terapi musik bertujuan membuat anak hiperaktif menjadi lebih tenang seperti halnya orang dewasa yang mendengarkan musik dengan frekuensi rendah untk merasakan ketenangan tersendiri. Memenangkan penderita dengan musik jauh lebih baik daripada memberinya obat-obatan yang bisa jadi membuatnya ketergantungan. Terapi musik bisa dilakukan dua kali sehari dengan durasi 30 menit ketika ia sedang istirahat dan ketika ia berada dalam ruangan tertutup, misalnya didalam kamar. Meskipun tampaknya tidak mendengarkan, musik khusus untuk terapi anak dengan prilaku hiperaktif akan bekerja mempengaruhi gelombang otak. Musik merangsang produksi gelombang beta yang kurang dimiliki anak hiperaktif (Azmira, 2015). Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul, “Pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap prilaku hiperaktif pada anak autis di SLBN Ungaran”. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap perilaku hiperaktif pada anak autis, perilaku hiperaktif sesudah diberikan terapi musik klasik mozart, dan perilaku hiperaktif sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik di SLBN Ungaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan menggunakan one group pre test – post test design. Sampel yang digunakan sebanyak 12 yang diambil secara total sampling. Pengukuran kualitas tidur menggunakan lembar observasi Checklist (GPPH) Abbreviad Conners Ratting Scala . Uji normalitas data menggunakan Saphiro – Wilk karena jumlah responden <50 dimana didapatkan p value >0,05 (berdistribusi normal) dan uji beda menggunakan Paired T – test. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Perilaku Hiperaktif Anak Autis Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik Mozart. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh deskriptif statistik berdasarkan perilaku hiperaktif pada kelompok intervensi. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Perilaku Hiperaktif Anak Autis Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik Mozart Pada Anak Autis Di SLBN Ungaran. Variabel Mean Standar Deviasi Median Nilai Minimum Nilai Maksimum Perilaku Hiperaktif 27,5 ±1,0 27,5 26,0 29,0 Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata perilau hiperaktif sebesar 27,5, nilai minimum perilaku hiperaktif sebesar 26,0, nilai maksimum perilaku hiperaktif sebesar 29,0 dan standar deviasi sebesar 1,00. Berdasarkan nilai rata-rata maka dapat dikatakan bahwa sebelum diberikan terapi musik klasik mozart pada anak autis di SLBN Ungaran termasuk pada kategori hiperaktif. 2. Perilaku Hiperaktif Anak Autis Setelah Diberikan Terapi Musik Klasik Mozart. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Perilaku Hiperaktif Anak Autis Setelah Diberikan Terapi Musik Klasik Mozart Pada Anak Autis di SLBN Ungaran. Variabel Mean Standar Deviasi Median Nilai Minimum Nilai Maksimu m Perilaku hiperaktif 15,3 ±1,6 15,0 12,0 18,0 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata sebesar 15,3, nilai minimum sebesar 12,0, nilai maksimum sebesar 18,0 dan standar deviasi sebesar 1,61. B. Analisis Bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh Perilaku Hiperaktif Anak Autis Sebelum dan sesudah diberikan Terapi Musik Klasik Mozart Pada Anak Autis Di SLBN Ungaran. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk didapat nilai sig pre = 0,187 dan post = 0,738, hasil perhitungan menggunakan SPSS dengan demikian dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal, oleh karena itu pengujian dilanjutkan dengan uji T-Paired. Analisis untuk mengetahui pengaruh perilaku hiperaktif anak autis setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada anak autis di SLBN Ungaran menggunakan uji statistik T-Paired Test dengan α sebesar 0,05, perhitungan menggunakan aplikasi komputer dapat ditunjukkan pada Tabel 4.4 sebagai berikut. Tabel 4.4 Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Perilaku Hiperaktif Pada Anak Autis Di SLBN Ungaran. Variabel Intervensi n Mean ± SD Min Max Perilaku Hiperaktif Pre 12 27,5 ±1,00 26,00 29,00 Post 12 15,3 ±1,61 12,00 18 P value 0,001 Berdasarkan hasil pada Tabel 4.4 dapat diketahui terjadi perubahan perilaku hiperaktif anak autis setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada anak autis di SLBN Ungaran. Penurunan nilai rata-rata keluhan dari 27,5 menjadi 15,3. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa p value = 0,000 (α=0,05) yang artinya bahwa p value < 0,05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima dimana secara statistik dapat dikatakan ada perbedaan yang signifikan perilaku hiperaktif anak autis setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada anak autis di SLBN Ungaran. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebelum diberikan terapi musik klasik mozart diperoleh data berdasarkan Tabel 4.2 dimana dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata sebesar 27,5, nilai minimum sebesar 26,0, nilai maksimum sebesar 29,0 dan standar deviasi sebesar 1,00. Berdasarkan nilai rata-rata 27,5 maka dapat dikatakan bahwa sebelum diberikan terapi musik klasik mozart pada anak autis di SLBN Ungaran termasuk pada kategori hiperaktif, pada saat dilakukan observasi selama 15 menit kondisi anak didalam kelas tidak terkontrol dimana anak bergerak, menangis, mengganggu teman dan anak seperti didunianya sendiri melakukan apapun sesuai dengan kemauannya sendiri. Dikatakan hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan saraf tertentu sehingga sulit memusatkan konsentrasi dan cenderung hiperkinetik (terlalu banyak bergerak). Berdasarkan data yang sudah diperoleh dari hasil pre-test didapatkan hasil bahwa seluruh responden yang berjumlah 12 orang (100%) dalam kategori hiperaktif dimana perilaku hiperaktif yang selalu ada dan mempunyai skor nilai paling tinggi adalah menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus. Hiperaktif memang selalu identik dengan banyaknya gerakan, Istilah lain dari hiperaktif adalah Attention Deficit Disorder (ADD) atau Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD), istilah ini menggambarkan hambatan anak hiperaktif dalam memfokuskan perhatianya. ADD lebih cepat disebut sebagai gangguan pemusatan perhatian (GPP) karena pada beberapa kasus (jarang) ditemukan anak mengalami gangguan konsentrasi tanpa disertai hiperkinetik. Hasil penelitian yang dilakukan pada anak autis yang berjumlah 12 responden menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 27,5, nilai minimum sebesar 26,0, nilai maksimum sebesar 29,0 dan standar deviasi sebesar 1,00. Berdasarkan nilai rata-rata maka dapat dikatakan bahwa sebelum diberikan terapi musik klasik mozart pada anak autis di SLBN Ungaran termasuk pada kategori hiperaktif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widajati dan Firdausyiah yang mengatakan bahwa Autis memiliki perilaku yang berlebihan (excessive) dan perilaku yang berkekurangan (deficient), sampai ketingkat tidak ada perilaku. Perilaku adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau dikatakan dapat dilihat, dirasakan dan didengar dari seseorang atau yang dilakukan sendiri. Salah satu perilaku anak autis yang dirasa sangat mengganggu dalam kehidupannya sehari-hari adalah perilaku hiperaktif, yang didefinisikan sebagai gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Menurut Azmira (2015) ada beberapa macam terapi untuk prilaku hiperaktif diantaranya ada terapi musik Terapi musik bertujuan membuat anak hiperaktif menjadi lebih tenang seperti halnya orang dewasa yang mendengarkan musik dengan frekuensi rendah untuk merasakan ketenangan tersendiri. Menenangkan penderita dengan musik jauh lebih baik daripada memberinya obat-obatan yang bisa jadi membuatnya ketergantungan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widajati dan Firdausyiah (2011) yang menunjukkan hasil bahwa Musik klasik dan stimulasi gelombang otak digunakan agar otak dapat dengan mudah memasuki kondisi konsentrasi dan fokus yang optimal. Bagi anak autis yang mengalami gangguan perilaku hiperaktif, musik klasik juga dapat membantu memberikan ketenangan dan membuat anak merasa nyaman dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari, sehingga dapat meminimalisir perilaku hiperaktif pada anak dan membuat anak merasa lebih tenang dan bersikap wajar. Terapi musik bisa dilakukan dua kali sehari dengan durasi 30 menit ketika ia sedang istirahat dan ketika ia berada dalam ruangan tertutup, misalnya didalam kamar. Meskipun tampaknya tidak mendengarkan, musik khusus untuk terapi anak dengan prilaku hiperaktif akan bekerja mempengaruhi gelombang otak. Musik merangsang produksi gelombang beta yang kurang dimiliki anak hiperaktif. Berdasarkan data yang didapatkan dapat dijelaskan bahwa nilai ratarata sebesar 15,3, nilai minimum sebesar 12,0, nilai maksimum sebesar 18,0 dan standar deviasi sebesar 1,61. Didapatkan data Post-test yang menunujukkan hasil bahwa adanya penurunan dengan nilai rata-rata 15,3 dimana anak masih dikatakan hiperaktif tetapi pada saat post-test anak sudah bisa lebih nyaman dan tenang gerakan yang sebelumnya berulang ulang dilakukan menjadi berkurang dan bahkan ada yang tidak dilakukan kembali. Dari 12 responden didapatkan 1 responden dengan nilai skor pre-test 28 menurun pada saat post-test mendapat nilai skor 12 kurang dari 13 dikatakan dalam katagori tidak hiperaktif. Pada saat intervensi dimana anak ini pada saat 10 menit pertama anak sudah mulai bisa menerima musik dan berusaha memusatkan perhatiannya ke speaker musik, pada 10 menit kedua anak sudah mulai tenang dan hanya sedikit bergerak dan pada 10 menit terakhir sampai 15 menit setelah intervensi anak menjadi tenang dan tidak menjadi hiperaktif lagi. Dari hasil penelitian responden yang diberikan terapi musik klasik mozart didapatkan hasil adanya penurunan prilaku hiperaktif pada anak autis sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik mozart selama 30 menit . Hal ini sejalan dengan teori Azmira (2015) yang mengatakan Terapi musik bisa dilakukan dua kali sehari dengan durasi 30 menit ketika ia sedang istirahat dan ketika ia berada dalam ruangan tertutup, misalnya didalam kamar. Hal ini bertujuan membuat anak hiperaktif menjadi lebih tenang seperti halnya orang dewasa yang mendengarkan musik dengan frekuensi rendah untk merasakan ketenangan tersendiri. Memenangkan penderita dengan musik jauh lebih baik daripada memberinya obat-obatan yang bisa jadi membuatnya ketergantungan. penelitian yang dilakukan oleh Kathleen M. Wager dan Blacksburg, Va (2000) yang menunjukkan hasil bahwa terapi musik untuk anak atau orang dewasa dengan autisme sangat menarik perhatian mereka untuk meningkatkan perkembangan kognitif, emosional dan fisik mereka dengan mendengarkan terapi musik selama 30 menit akan menarik perhatian mereka untuk belajar dan meminimalkan terjadinya kemarahan (gangguan emosional) pada penderita Autisme. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suwanti (2011) dengan Judul Pengaruh Musik Klasik (mozart) Terhadap Perubahan Daya Konsentrasi Anak Autis di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto didapatkan hasil daya konsentrasi anak autis pada kelompok perlakuan didapatkan adanya peningkatan rata-rata antara sebelum dan sesudah pemberian intervensi terapi musik klasik (mozart). Pada kelompok kontrol didapatkan penurunan rerata daya konsentrasi antara sebelum dan sesudah pemberian terapi musik klasik (mozart) kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada pengaruh musik klasik (mozart) terhadap perubahan daya konsentrasi anak autis di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto. Hal ini sejalan dengan teori Djohan (2006) yang mengatakan manfaat terapi musik adalah : relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan fikiran, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan motivasi, pengembangan diri, meningkatkan kemampuan mengingat, kesehatan jiwa, mengurangi rasa sakit, mennyeimbangkan tubuh, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan olah raga. Perbedaan Perilaku Hiperaktif Anak Autis Setelah Diberikan Terapi Musik Klasik Mozart Pada Anak Autis Di SLBN Ungaran. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk didapat nilai sig pre = 0,187 dan post = 0,738, hasil perhitungan menggunakan SPSS dengan demikian dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal, oleh karena itu pengujian dilanjutkan dengan uji T-Paired. Analisis untuk mengetahui pengaruh perilaku hiperaktif anak autis setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada anak autis di SLBN Ungaran menggunakan uji statistik T-Paired Test dengan α sebesar 0,05, perhitungan menggunakan aplikasi komputer dapat ditunjukkan pada Tabel 4 .4 dapat diketahui terjadi perubahan perilaku hiperaktif anak autis setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada anak autis di SLBN Ungaran. Penurunan nilai rata-rata keluhan dari 27,5 menjadi 15,3. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa p value = 0,000 (α=0,05) yang artinya bahwa p value < 0,05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima dimana secara statistik dapat dikatakan ada perbedaan yang signifikan perilaku hiperaktif anak autis setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada anak autis di SLBN Ungaran. Hal ini sejalan dengan teori Campbell (2001) terapi musik Mozart merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan gangguan perilaku anak autisme dengan cara memberikan stimulus pada sistem saraf pusat melalui gelombang suara. Jenis musik klasik yang digunakan untuk terapi adalah musik klasik mozart, karena musik klasik Mozart diyakini dapat memulihkan kesehatan mental, gangguan ketenangan jiwa seperti perasaan cemas dan nyeri, jenis musik ini menunjukkan hasil positif untuk masalah psikologis. Menurut hasil penelitian studi kasus multiple yang dilakukan oleh Pelayo dan Sanchez (2009) yang berjudul Music Therapy With Autistic Children mengatakan bahwa studi penelitian yang berada dibawah Divine Mercy Mobile Center of Music dan Seni Terapi untuk Anak-anak khusus dengan autisme. Berdasarkan hasil penelitian musik Mozart menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dibidang akademik dan karena itu dapat menyebabkan kinerja akademik yang tinggi dari siswa untuk memperoleh persentase yang tinggi dalam perilaku yang mengarah ke belajar, akhirnya Mozart musik dapat menyebabkan prestasi akademik timggi pada anak dengan kebutuhan khusus (diagnosa autisme). Terapi musik klasik (mozart) merupakan salah satu bentuk cara untuk meningkatkan daya konsentrasi pada anak autis, karena dengan mendengarkan musik klasik (mozart). secara rutin dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan secara umum, meningkatkan perhatian, dan mengungkapkan pandangan dan perasaan, karena musik mozart memiliki irama, melodi dan frekuensi-frekuensi yang tinggi, sehingga mendengarkan musik klasik (mozart) dapat mengaktifkan aliran impuls syaraf ke Corpus Collomus, yaitu jaringan serabut otak yang menghubungkan kedua bagian otak yaitu otak kanan dan otak kiri. Selain itu terapi musik klasik (mozart) dapat dijadikan salah satu alternatif terapi yang aman dan bermanfaat karena tidak menimbukan efek samping pada tubuh. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kathleen M. Wager dan Blacksburg, Va (2000) yang menunjukkan hasil bahwa terapi musik untuk anak atau orang dewasa dengan autisme sangat menarik perhatian mereka terutama untuk meningkatkan perkembangan kognitif, emosional dan fisik mereka dengan mendengarkan terapi musik selama 30 menit akan menarik perhatian mereka untuk belajar dan meminimalkan terjadinya kemarahan (gangguan emosional) pada penderita Autisme. penelitian yang dilakukan oleh Lung-Chang Lin dan Rei-Cheng Yang ( 2015) dengan judul Mozart’s music in children with epilepsy menunjukkan hasil bahwa Ada bukti bahwa mendengarkan musik Mozart jangka pendek dan jangka panjang dapat menyebabkan penurunan discharge epileptiform dan frekuensi kejang pada anak-anak dengan epilepsi bahkan pada tipe refraktori. SIMPULAN Hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap perilaku hiperaktif pada anak autis di SLBN Ungaran tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perilaku hiperaktif anak autis sebelum diberikan terapi musik klasik mozart pada anak autis di SLBN Ungaran didapatkan bahwa nilai rata-rata sebesar 27,5, nilai minimum sebesar 26,0, nilai maksimum sebesar 29,0 dan standar deviasi sebesar 1,00. 2. Perilaku hiperaktif anak autis sesudah diberikan terapi musik klasik mozart pada anak autis di SLBN Ungaran didapatkan penururnan nilai rata-rata sebesar 15,3, nilai minimum sebesar 12,0, nilai maksimum sebesar 18,0 dan standar deviasi sebesar 1,61. 3. Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap prilaku hiperaktif pada anak autis di SLBN Ungaran dengan p value = 0,000 < (α=0,05). DAFTAR PUSTAKA Azmira.2015.A Gift Anak Hiperaktif.Yogyakarta : Rapha Publishing Camppbell, D. 2001. Efek mozart memanfaatkan kekuatan musik untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreatifitas, dan menyehatkan tubuh : alih bahasa, Hermaya T.PT Gramedia pustaka umum.Jakarta. Djohan. 2006. Terapi musik, teori dan aplikasi.Cet I.Yogyakarta : Galangpress Hall dan Smith. 2007. The Effect of Sound-Based Intervention on Children With Sensory Processing Disorders and Visual–Motor Delays. Google Schooler, March/April 2007, Volume 61, Number 2 Hasdianah. 2013. Autis Pada Anak Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan. Yogyakarta : Nuha Medika Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Bakti Husada. Knoers dan Monks. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Ling Chang dan Yang Cheng. 2015. Mozart’s music in children with epilepsy. PubMed, Translational Pediatrics, Vol 4, No 4 October 2015 Mansur.2009. Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Maria. 2014. Pengaruh Terapi Musik Mozart Terhadap Penurunan Prilaku Tantrum Pada Anak Autisme di Sekolah Autis Harapan Bunda Surabaya, Retrivied; 25 Desember 2017, From ; http://journal.unair.ac.id/pengaruh-terapi-musik-mozart-article-7747media-126-category-3.html Masyitah. 2015. Strategi dan Metode Pendidikan Seks untuk Anak Autis. Skripsi SI pada FITDK UINSK Yogyakarta. Pelayo dan Sanchez. 2009. Music Thrapy With Autistic. A Multiple Case Study. Systems Plus College Foundation Purwaningsih,dkk. 2012. Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Klasik dan Terapi Musik Murottal Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Autis di SLB Autis Kota Surakarta, GASTER Vol. 9 No. 2 Agustus 2012, Retrivied; 25 Desember 2017, from ; www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id. Salma. 2013.Pemanfaatan Musik Klasik Dalam Terapi Untuk Kemandirian Penderita AutisDi Sekolah Dasar Luar Biasa (Sdlb) Negeri Kaliwungu Kudus. Skripsi SI Pada PSPSM UNNES Semarang. Sampurno. 2015. Seni Melukis dan Anak Autis. Yogyakarta : Psikosain. Sari. 2009. Musik dan Kecerdasan Otak Bayi. Bogor: Kharisma Buka Aksara. Satiadarma. 2009. Cerdas Dengan Musik. Jakarta: Pustaka Swara. Suryani,dkk. 2014. Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Tingkat Stress Ibu Primipara Dalam Merawat Bayi di Desa Teluk Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas, Retrivied; 24 Desember 2017, From ; http://jurnal.shb.ac.id. Suwanti. 2011. Pengaruh Musik Klasik Mozart Terhadap Perubahan Daya Konsentrasi Pada Anak Autisdi SLB Aisyiyah 08 Mojokerto, jurnal keperawatan- vol 01, No.III/Januari 2011. Trappe. 2012. Music and medicine : The effects of music on the human being. PubMed, Applied Cardiopulmonary Pathophysiology 16: 133-142, 2012 Ulfa. 2015. Beragam Gangguan Paling Sering Menyerang Anak. Yogyakarta : Flashbook. Wager dan VA. 2000. The Effects of Music Therapy upon an Adult Male with Autism and Mental Retardation:A Four-Year Case Study.PubMed, Music Therapy Perspectives Vol. 18 Widajati dan Firdausyiah. 2011. Terapi Musik Klasik Terhadap Perilaku Hiperaktif Pada Anak Autis, Retrivied; 24 Desember 2017, From ; http://ejournal.unesa.ac.id/article/6230/15/article.pdf