JSKK (Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan) d/a. JRKI, Jl. Kebon Pala II No. 7C, Kampung Melayu, Jakarta Timur, CP: 0813 1663 8655 e-mail: [email protected] Website: http://www.aksikamisan.net Aksi Diam di depan Istana Presiden, 6 Oktober 2016 Nomor Hal Kamis ke-462 : 92/Surat Terbuka/JSKK/X/2016 : Penggusuran Paksa, Reklamasi dan Solusi Hukum Nyata Pemerintah Jakarta, 6 Oktober 2016 Kepada Yth. Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko Widodo di Jakarta Dengan hormat, Melalui surat ini kami sampaikan bahwa: Seminggu yang lalu, tepatnya pada hari Rabu, 28 September 2016, telah terjadi penggusuran paksa terhadap 460 kepala keluarga yang sudah bertahun-tahun hidup dan bertempat tinggal di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Tindakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sungguh sangat menyayat hati karena penggusuran paksa tetap dilakukan sedang proses persidangan perihal tanah, bangunan dan absahnya penggusuran tersebut masih berlangsung di pengadilan. Reklamasi Teluk Jakarta yang dinyatakan akan tetap dilanjutkan oleh Menteri Koordinator Maritim Luhut B. Panjaitan meskipun putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada 31 Mei 2016 dengan tegas menyatakan bahwa izin reklamasi teluk Jakarta bermasalah dan belum dapat dilaksanakan. Dua hal yang diuraikan diatas sangat terang menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan pemerintah saat ini lebih memilih mempertontonkan kekuasaan semata yang sama sekali melanggar hukum dan putusan pengadilan yang sah. Situasi penggusuran dan reklamasi seperti diatas tidak terjadi satu kali dan satu tempat saja, kejadian ini terjadi berkali-kali dan di banyak tempat di seluruh Indonesia. Selain Penggusuran Bukit Duri, ada banyak lagi penggusuran yang akan terus dilakukan atas nama pembangunan. Data LBH Jakarta menyebutkan ada 325 lokasi penggusuran yang direncanakan akan dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta tahun ini. Terkait Reklamasi, data Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menyebutkan ada 14 titik Reklamasi dengan luas 16.975.636,3 ha yang akan dilakukan di seluruh Indonesia. Kita bisa membayangkan berapa kali lagi rakyat miskin harus tergusur, berapa kali lagi nelayan kecil harus kehilangan laut dan harus berapa kali lagi pemerintah menggusur hati nurani. Tindakan pemerintah dalam penggusuran Paksa dan reklamasi Teluk Jakarta nyata-nyata bertentangan dengan hak asasi manusia, konsititusi dan dasar negara hukum yang mana telah dinyatakan dalam: 1. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1995 yang berbunyi, “Negara Indonesia adalah negara hukum.” 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 3. Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi Sosial dan Budaya yang telah disahkan melalui UU Nomor 11 Tahun 2005. 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 5. Undang-Undang 27 tahun 2007 Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Sehubungan dengan itu, kami mohon Bapak Jokowi selaku Presiden RI untuk: 1. Menghentikan seluruh Penggusuran Paksa dan Menghentikan Proyek-Proyek Reklamasi sebelum ada solusi hukum yang memadai. 2. Membentuk Undang-Undang Nasional Anti Penggusuran Paksa yang melindungi si miskin dari angkuhnya penggusuran. 3. Meninjau ulang seluruh Peraturan-PeraturanReklamasi agar lebih memperhatikan keberadaan nelayan, masyarakat lokal dan masyarakat umum. Demikian kami sampaikan dan atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih. Salam hormat, PRESIDIUM JSKK, Suciwati Sumarsih Bedjo Untung