Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 DINAMIKA RELATIONSHIP PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM RELOKASI PENGOLAHAN IKAN (Studi Kasus Komunikasi Dialektis dan Dialogis Pemerintah Daerah dengan Masyarakat dalam Relokasi Pengolahan Ikan di Sentra Pengasapan Ikan Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak) Sriyono Eko Saputro UNIVERSITAS SEBELAS MARET [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Keberadaan kegiatan pengolahan ikan asap secara tradisional dipemukiman menyebabkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Hal ini menimbulkan inisiatif tentang pentingnya pembangunan sentra pengolahan ikan yang lokasinya jauh dari pemukiman. Namun dalam relokasi pengolahan ikan dari pemukiman ke sentra tersebut penuh intrik dan liku sehingga membentuk dinamika komunikasi dialektis dan dialogis antara pemerintah dan masyarakat. Metode : Jenis penelitian ini adalah kualitatif studi kasus. Sumber data berupa informan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak 2 orang, pegawai Kantor Pemerintah Desa Wonosari 4 orang, dan masyarakat pengolah ikan 10 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, sample yang diambil berupa purposive sample, dengan teknik pengambilan sample berupa teknik cuplikan. Teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Validitas data menggunakan trianggulasi sumber data dengan mengecek kebenaran data dari hasil wawancara narasumber dengan narasumber lainnya. Hasil : 1. Adanya kegiatan pengolahan ikan dipemukiman sebelum berdirinya bangunan sentra yang menyebabkan dampak negatif dari aspek kesehatan, lingkungan, dan sosial yang mengganggu masyarakat sekitarnya yang apabila tidak segera dicarikan jalan keluar akan menyebabkan jalinan hubungan antara warga menjadi buruk. 2. Terbentuknya komunikasi dialektis pemerintah dan masyarakat berupa : perbedaan pandangan dalam program pembangunan dan relokasi sentra pengasapan ikan, ketergantungan hubungan, pendapat untuk memilih setuju atau tidak dalam program tersebut, hasrat untuk berkonflik, saling memberikan informasi dan disisi lain juga menjaga diri dalam hubungan komunikasi, serta terjadinya kompromi berupa perubahan yaitu sikap pemerintah yang semula bersikeras memindahkan warga menjadi model pendekatan dan percontohan dan masyarakat yang semula menolak untuk dipindahkan menjadi menerima dan melaksanakan program tersebut dengan memantau dan mengevaluasi rekan-rekan yang menempati sentra, setelah terjadi perubahan positif mereka bersedia pindah. 3. Terbentuknya komunikasi dialogis pemerintah dan masyarakat berupa : proses yang berjalan terus menerus dan terjadinya dialog yang diharapkan dipertahankan, berkembang dan membentuk kepercayaan, model pendekatan pemerintah kepada masyarakat untuk membangun komunikasi, pertemuan dan penyatuan pihak yang saling berlawanan, serta komunikasi dialogis sebagai rangkaian aliran dari komunikasi dialektis sebelumnya. Kesimpulan : 1. Terdapatnya kegiatan pengolahan ikan dipemukiman sebelum adanya bangunan sentra pengolahan ikan yang menyebabkan dampak negatif. 2 Terbentuknya komunikasi dialektis antara pemerintah dan masyarakat dalam proses relokasinya. 3. Terbentuknya komunikasi dialogis antara pemerintah dan masyarakat dalam proses relokasi dan kelanjutan pasca relokasinya. Kata Kunci : dialektis, dialogis, pemerintah, masyarakat, relokasi 42 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 Wonosari Kecamatan Bonang. Didesa tersebut terdapat sekitar 135 orang yang melakukan kegiatan ini, dengan nilai produksi kurang lebih 10 ton olahan ikan asap per hari. Namun kegiatan tersebut sebelumnya dilaksanakan secara tradisional di rumah-rumah penduduk. Kemudian atas usulan masyarakat serta didukung oleh pemerintah daerah, selanjutnya mengajukan permohonan pembangunan sentra pengolahan ikan kepada Pemerintah Pusat. Setelah terealisasi dilanjutkan dengan relokasi masyarakat dalam menempatinya. Dalam perjalanannya proses pembangunan sentra dan relokasi masyarakatnya tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala yang dihadapi terkait penolakan warga serta proses komunikasi yang melibatkan pemerintah dan masyarakat agar mereka bersedia untuk dipindahkan kesentra tersebut. Alasan mereka yang setuju antara lain : tempat pengolahan ikannya kurang memadai, tidak tahan terhadap asap yang ditimbulkan dan sisa pembuangan pengolahan ikan yang menimbulkan bau dan lainnya. Sedangkan yang tidak bersedia alasannya karena lokasinya yang jauh dari rumah, malas jika harus pindah serta hal lainnya. Dalam relokasi tempat kerja dari pemukiman ke sentra pengasapan ikan, tentunya memerlukan proses komunikasi antara pemerintah dan masyarakat untuk keberhasilannya. Proses tersebut membentuk interaksi hubungan. Seperti dijelaskan dalam Littlejohn (2009), hubungan bukanlah kesatuan statis yang tidak pernah berubah. Hubungan dapat berupa kata-kata, perilaku, pengaruh, dan respon yang didalamnya terdapat timbal balik. Berdasarkan Palo Alto Group (G. Bateson, P. Watzlawick dalam Littlejohn, 2009), ketika dua orang saling berkomunikasi didalamnya terdapat hubungan melalui serangkaian interaksi. Rangkaian tersebut akan menghasilkan respon yang berkelanjutan. PENDAHULUAN Kabupaten Demak merupakan salah satu daerah di pesisir pantai utara Jawa yang mempunyai potensi perikanan yang cukup besar diantaranya dari sektor pengolahan hasil perikanan. Diantara produk yang cukup familiar adalah ikan asap. Namun pengolahan produk ini mayoritas masih dilakukan secara tradisional di rumah-rumah penduduk. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya dampak negatif bagi mereka yang mengkonsumsinya dan masyarakat dilingkungan sekitarnya. Dampak tersebut antara lain : hasil olahan ikan yang tidak higienis karena tempatnya tidak layak, timbulnya pencemaran udara berupa asap dari proses pengolahan ikan, dan pencemaran air akibat limbah sisa olahan ikan yang dibuang ke perairan. Hal yang paling krusial yaitu dampak sosial masyarakat berupa kemungkinan timbulnya gesekan yang terjadi diantara warga disekitarnya yang merasa terganggu akibat kegiatan tersebut. Permasalahan tersebut dalam jangka panjang akan dapat menyebabkan ketegangan dan jalinan hubungan komunikasi antara warga menjadi tidak kondusif. Komunikasi antar personal pada dasarnya melibatkan beberapa orang dalam waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Waktu dalam berkomunikasi, baik jumlah maupun intensitasnya dapat membentuk sebuah hubungan yang dikenal dengan relationship. Menurut John M. Echols dan Hassan Shadly (1996), relationship dapat diartikan sebagai sebuah jalinan hubungan atau interaksi antara dua orang yang disadari dan melibatkan persepsi yang mereka miliki satu sama lain. Menurut pendapat Littlejohn, (2002 : 234 dalam Pawito : 2007) terdapat sejumlah asumsi mengenai “jalinan hubungan” dalam komunikasi antar personal, yaitu : a. Jalinan hubungan senantiasa terkait dengan komunikasi dan tidak mungkin dapat dipisahkan. b. Sifat jalinan hubungan ditentukan oleh komunikasi yang berlangsung diantara individu. c. Jalinan hubungan berkembang seiring dengan waktu melalui proses negosiasi diantara partisipan. d. Jalinan hubungan bersifat dinamis. Salah satu daerah di Kabupaten Demak yang terkenal pengolahan ikannya adalah Desa TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dialektis dan dialogis menurut Leslie A Baxter dalam Littlejohn (2009), bertujuan untuk memahami perubahan dan aliran hubungan komunikasi. Tekanan hubungan ditangani melalui pembicaraan yang selaras. Dialektis diartikan, hubungan merupakan tempat yang menangani pertentangan dan mengacu pada tekanan antara kekuatan-kekuatan yang berlawanan dalam 43 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 sebuah sistem. Sedangkan dialogis sebagai percakapan yang mendefinisikan ulang suatu hubungan ketika hubungan muncul dalam situasi sebenarnya. Masih terkait dengan perspektif dialektikal menurut Rawlins (1992), yang meliputi empat elemen dasar yaitu : totalitas, kontradiksi, pergerakan, dan praksis. Totalitas menjelaskan bahwa setiap manusia di dalam sebuah hubungan memiliki saling keterkaitan dan ketergantungan. Kontradiksi mengarah pada oposisi yaitu dua elemen yang saling bertolak belakang yang merupakan ciri utama dari pendekatan dialektik. Pergerakan merupakan proses alami dari hubungan dan perubahan yang terjadi di dalamnya seiring dengan berjalannya waktu. Sedangkan praksis menjelaskan bahwa manusia adalah yang mempunyai kapasitas untuk menentukan pilihan, walaupun kadang dipengaruhi oleh pilihan sebelumnya ataupun pilihan orang lain. Selain empat elemen diatas ada tiga hal yang paling berkaitan dengan hubungan yaitu dialektika otonomi dan koneksi, keterbukaan dan proteksi, serta kebaruan dan prediktabilitas (Leslie A Baxter, 1990). Dialektika otonomi dan koneksi mengacu pada hasrat untuk menjadi mandiri dari orang-orang terdekat dan disisi lain sisi juga ingin akrab dengan mereka. Dialektika kebaruan dan prediktabilitas mengacu pada konflik kenyamanan stabilitas dan kesenangan akan perubahan. Posisi dialektika melihat keyakinan dan ketidakyakinan yang saling berpengaruh dalam hubungan. Dialektika keterbukaan dan proteksi berfokus pada hasrat dari pihak yang berkonflik untuk bersikap terbuka dan rentan, membuka informasi personal kepada rekan hubungan dan bersikap strategis dan protektif dalam komunikasi (EM. Griffin, 2009) Hubungan bersifat dinamis dan komunikasi merupakan hal yang mengatur persamaan dan perbedaan. Lima pandangan Leslie A Baxter dalam proses dialog hubungan : (1) hubungan dihasilkan melalui dialog, (2) dengan dialog menghasilkan sebuah kesempatan untuk mencapai persatuan dalam perbedaan, (3) penggabungan dan pemisahan atau penekanan perasaan dekat dan jauh, (4) pengungkapan – rahasia, (5) serta dialog menjaga stabilitas perubahan melawan spontanitas dan sesuatu yang berbeda. Dialog merupakan sebuah estetika dan wacana. Sebagai estetika karena memberikan identitas hubungan, keunikan, dan kesatuan. Sedangkan sebagai wacana karena pentingnya komunikasi/percakapan dalam interaksi yang kemudian menghasilkan wacana, tidak hanya sebatas kognitif saja. Komunikasi dialektis dan dialogis menggambarkan bagian hidup dalam hubungan sebagai kemajuan dan pergerakan yang konstan. Orang-orang yang terlibat di dalam hubungan terus merasakan dorongan dan tarikan dari keinginan-keinginan yang bertolak belakang di dalam sebuah bagian hidup dalam suatu hubungan. Ketika orang berkomunikasi di dalam hubungan, mereka berusaha untuk mendamaikan keinginan-keinginan yang saling bertolak belakang ini, tetapi tidak pernah menghapuskan kebutuhan akan kedua bagian yang saling bertolak belakang ini (Leslie A Baxter dan Barbara Montgomery dalam EM. Griffin, 2009). Mengenai komunikasi dialogis ini seperti yang disampaikan oleh Leslie A Baxter dalam Littlejohn (2009), bahwa sebagai suatu jalinan yang terhubung dengan dialektis, dialogis diartikan sebagai percakapan yang mendefinisikan ulang hubungan ketika hubungan muncul dalam situasi sebenarnya. Masih mengenai dialog, Bakhtin dalam Littlejohn (2009), membantu memahami hubungan pada masyarakat sebagai proses berjalan membentuk ungkapan/ucapan dan melibatkan dialog dengan lainnya. Dialog merujuk pada bagaimana individu berinteraksi secara khusus. Sementara inti konsepsi dialog adalah ucapan/ungkapan. Komunikator mengungkapkan gagasan, membuat penilaian, mengantisipasi beberapa respon dari komunikan. Sebaliknya komunikan juga ikut serta merespons, menilai, dan menanggapi dengan ucapannya. Sehingga dialog adalah sebuah jaringan hubungan dengan orang lain yang kompleks. Dialog tidak akan pernah berakhir, karena merupakan bahasa kontekstual yang berlanjut dan berkembang. Menurut Leslie A Baxter dalam EM. Griffin (2009) yang menyatakan hubungan dialogis dari konsep Mikhail Bakhtin tentang dialog, yaitu: - Dialog sebagai proses yang membangun Pendekatan ini mengusulkan : komunikasi menciptakan dan menyokong suatu hubungan. Pandangan dialogis mempertimbangkan perbedaan dan kesamaan pada orang-orang menjadi sama 44 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 pentingnya. Keduanya tercipta dan dievaluasi melalui dialog yang dibangun pasangan. - Dialog sebagai aliran dialektis Mengembangkan dan mempertahankan hubungan menjadi proses yang sulit ditebak, tidak bisa terselesaikan, dan tidak bisa dipastikan. Karena hubungan diciptakan melalui dialog yang selalu berada dalam aliran dialektis. Sehingga tidak perlu terkejut bahwa hal ini kadang berjalan tidak semestinya. - Dialog sebagai ungkapan Ungkapan digambarkan sebagai penghubung ekspresif dimana hanya satu dari banyak proses komunikasi yang membentuk rantai dialog. Oleh karena itu, ungkapan yang disetujui dipengaruhi katakata yang keluar sebelumnya dan kata-kata yang akan digunakan. Dari teori komunikasi diatas, terkait pembangunan sentra dan relokasi masyarakatnya adalah sebagai berikut : 1. Bukan suatu hal yang mudah untuk memindahkan masyarakat ke sentra pengasapan ikan yang telah dibangun oleh pemerintah. 2. Walaupun pada akhirnya bersedia pindah, hal tersebut tidak menjamin keberlanjutan mereka ditempat tersebut dikemudian hari. 3. Dalam proses komunikasi dialektis dan dialogis yang terjadi dalam hal ini pemerintah dan masyarakat berperan, baik sebagai komunikator maupun komunikan. Dari hal diatas kiranya perlu proses komunikasi dari pemerintah daerah dan masyarakat untuk meminimalisir hal-hal seperti gesekan dan pertentangan, diantaranya dengan dialektika relasional yaitu melalui dialektis dan dialogis. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adanya kegiatan pengolahan ikan yang dilaksanakan masyarakat Desa Wonosari lingkungan pemukiman. 2. Terbentuknya komunikasi dialektis antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam proses relokasinya kesentra pengasapan ikan. 3. Terciptanya komunikasi dialogis antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam proses relokasinya kesentra pengasapan ikan. Dari rumusan masalah tersebut tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendiskripsikan dan menganalisis kegiatan pengolahan ikan dilingkungan pemukiman. 2. Mendiskripsikan dan menganalisis komunikasi dialektis yang dilakukan pemerintah daerah dan masyarakat dalam proses relokasinya kesentra pengasapan ikan. 3. Mendiskripsikan dan menganalisis komunikasi dialogis yang diterapkan pemerintah daerah dan masyarakat dalam proses relokasinya kesentra pengasapan ikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi pemerintah daerah dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menerapkan kebijakan mengenai kegiatan pengolahan ikan yang dilaksanakan masyarakat diwilayahnya serta dalam menerapkan komunikasi dialektis dan dialogis terkait relokasi warga dalam program pembangunan. 2. Bagi masyarakat dapat menjadi bahan pembelajaran dalam melaksanakan kegiatan pengolahan ikan ditempatnya serta dalam menerapkan komunikasi dialektis dan dialogis terkait program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan mewawancari narasumber pada beberapa tempat antara lain : kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, kantor Pemerintah Desa Wonosari, sentra pengasapan ikan, serta dirumah yang bersangkutan. Penelitian ini dilaksanakan antara bulan September 2015 s.d April 2016 yang terhitung dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan pengumpulan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus, yang merupakan metode yang lebih mengedepankan khas-nya setiap apa-apa yang melekat pada sebuah fenomena, berupa pelaku, penyebab, dampak, hubungan, dan semua hal yang melekat pada fenomena itu sendiri (Finlay, 2006). Masih menurut Finlay, metode kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena : 45 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya? Sedangkan penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif di mana peneliti mengeksplorasi suatu kasus atau beberapa dari waktu ke waktu, secara terperinci, pengumpulan data yang mendalam, melibatkan berbagai sumber informasi (Creswell, 2007). Studi kasus merupakan metode riset yang menggunakan berbagai macam sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (R Kriyantono, 2006). Dalam penelitian ini data dan informasi akan digali dari beragam sumber data berupa informan yang terkait. Menurut Burhan Bungin (2007: 108), informan adalah “orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian”. Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah : Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkup Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, pegawai/perangkat Pemerintah Desa Wonosari, serta masyarakat pengolah ikan Desa Wonosari yang direlokasi ke sentra pengasapan ikan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam, yaitu, wawancara yang dilakukan dengan tidak terstruktur, tidak ketat dan tidak dalam suasana formal, dan bisa dilakukan secara berulang terhadap informan yang sama. Wawancara mendalam menurut Burhan Bungin (2007) adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama”. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dengan teknik cuplikan dimana sumber data mewakili informasinya dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak ditentukan oleh jumlahnya. Sumber data tidak mewakili populasi akan tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Sedangkan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sample/sample bertujuan. Teknik purposive sample merupakan pengambilan sampel berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemisahan, perbaikan, dan penyederhanaan, data kasar yang muncul di lapangan. Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian berupa wawancara dan catatan yang didapat dilapangan untuk kemudian dari ungkapan yang disampaikan disederhanakan dan menggunakan bahasa yang baku dan tentu saja tanpa mengurangi/menghilangkan inti kesimpulan wawancara yang dimaksud. Penyajian data merupakan upaya penyusunaan, pengumpulan informasi ke dalam suatu matrik atau konfigurasi yang mudah dipahami. yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian ini bisa dalam bentuk matrik, grafik atau bagan yang dirancang untuk menghubungkan informasi. Data yang terkumpul disusun ke dalam satuansatuan, kemudian dikategorikan sesuai dengan masalah-masalahnya. Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan antara satu sama lain sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari sikap permasalahan yang ada (Matthew, Huberman sebagaimana diterjemahkan Rosidi, 1992). Selanjutnya data dari hasil wawancara yang telah disajikan dengan alur yang jelas dan dapat dipahami untuk kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan apakah bersinggungan dengan landasan teori yang digunakan, ataukah ada tambahan teori yang dimunculkan, atau menggunakan teori lainnya. Agar data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat tetap terjamin kemantapan dan kebenarannya, maka untuk mencapai validitas data akan digunakan dengan cara trianggulasi. Trianggulasi data adalah mengecek kebenaran data yang telah dikumpulkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Teknik trianggulasi dapat mempertinggi validitas, memberi kedalaman hasil penelitian, serta sebagai 46 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 pelengkap apabila data yang diperoleh dari sumber pertama masih ada kekurangan. Adapun trianggulasi sumber data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan hasil wawancara yang sudah diperoleh baik dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, pegawai/perangkat Pemerintah Desa Wonosari, dan masyarakat pengolah ikan yang satu dengan yang lainnya. masyarakat sekitarnya yang merasa terganggu akibat kegiatan tersebut. Meskipun mereka hidup bertetangga dan saling bertoleransi namun jika permasalahan tersebut dibiarkan dalam jangka waktu panjang akan menyulutkan ketegangan yang menyebabkan suasana hubungan antara warga menjadi tidak kondusif. Dari permasalahan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut apabila tidak segera dicarikan jalan keluar dikhawatirkan akan mempengaruhi jalinan hubungan diantara warga menjadi buruk karena adanya perbedaan persepsi. Disatu sisi masyarakat pengolah ikan merasa hal tersebut sebagai upaya mencari nafkah untuk keluarganya, namun disisi lain warga disekitarnya merasa terganggu dengan adanya kegiatan tersebut. Jalinan hubungan dalam proses komunikasi antara warga tersebut berkembang seiring berjalannya waktu dan bersifat dinamis. Pada waktu dahulu mungkin tidak ada permasalahan dan gesekan, karena kegiatan tersebut hanya dilakukan beberapa orang saja sehingga dampak negatifnya tidak begitu dirasakan. Namun semakin bertambahnya masyarakat yang melakukan kegiatan ini dampak negatifnya menjadi tak terelakkan. Akhirnya semakin lama akan mempengaruhi kualitas jalinan hubungan dan interaksi antara warga yang sebelumnya sudah berjalan baik menjadi buruk dan apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan ketegangan, gesekan serta suasana yang tidak kondusif pada lingkungan desa terebut. b. Pola komunikasi dialektis pemerintah dan masyarakat Dari hasil penelitian banyak ditemukan kegiatan yang saling terkait satu sama lain sebagai berikut : 1. Adanya rencana pembangunan sentra pengolahan ikan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. 2. Reaksi warga terhadap rencana pembangunan dan relokasi ke sentra pengolahan ikan yang menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat. 3. Reaksi pemerintah terkait pro dan kontra yang terjadi dimasyarakat dalam mensikapi pembangunan dan relokasi ke sentra pengolahan ikan. 4. Gesekan dalam proses pembangunan dan relokasi ke sentra pengolahan ikan yang HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kegiatan pengolahan ikan dilingkungan pemukiman Dari hasil penelitian ada beberapa hal yang terkait dalam kegiatan pengolahan ikan secara tradisional dipemukiman sebelum adanya bangunan sentra. Dimana dari kegiatan tersebut menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Hal ini tidak secara langsung akan mempengaruhi jalinan hubungan komunikasi antara warga di Desa Wonosari apabila dibiarkan dan terus berlanjut. Permasalahan yang melingkupi hal tersebut seperti dibawah ini : 1. Permasalahan dari segi kesehatan Dari kegiatan pengolahan ikan dipemukiman menyebabkan berjangkitnya penyakit ISPA terhadap warga disekitarnya. Permasalahan lainnya adalah gangguan kesehatan bagi mereka yang mengkonsumsi produk olahan ikan berupa masalah pencernaan/sakit perut yang diakibatkan bakteri yang masih melekat pada ikan karena pengolahannya yang tidak higienis. 2. Permasalahan dari segi lingkungan Selain dari segi kesehatan juga dapat menyebabkan dampak berupa kerusakan lingkungan. Hal tersebut berupa pencemaran udara berupa timbulnya asap yang menyebar secara tidak merata dan menyebabkan udara menjadi kotor. Dampak lainnya adalah terjadinya pencemaran air dari sisa bahan baku ikan yang dibuang secara sembarangan pada perairan. Sehingga air yang dikonsumsi penduduk ikut tercemar dan tidak layak digunakan. 3. Permasalahan dari segi sosial Dampak lainnya yang patut diwaspadai adalah dampak sosial. Hal ini berupa timbulnya gesekan yang terjadi di 47 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 berupa perbedaan persepsi antara pemerintah dan masyarakat. Sedangkan terkait komunikasi dialektisnya perihal yang dapat disimpulkan antara lain : 1. Pada proses pembangunan dan relokasi pengolahan ikan terjadi perbedaan pandangan antara pemerintah yang menginginkan suksesnya program tersebut dan masyarakat bersedia dipindahkan. Namun disisi lain masyarakat yang menolak dengan alasan seperti yang telah disampaikan diatas. 2. Dalam proses tersebut juga terjadi ketergantungan hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Disatu sisi pemerintah membutuhkan masyarakat untuk menyukseskan program tersebut dengan bersedia direlokasi. Disisi lain masyarakat membutuhkan pemerintah untuk memenuhi apa yang menjadi permasalahan yang dirasakan oleh mereka terkait dengan kegiatan pengolahan ikan. 3. Temuan yang juga terjadi yaitu ketika masyarakat mempunyai pendapat untuk memilih, antara setuju atau menolak untuk direlokasi kesentra pengolahan ikan. Meskipun pilihan tersebut terkadang tidak berasal dari diri pribadi, namun dipengaruhi oleh pilihan dan pendapat orang lain. Hal ini terlihat pada penyebab penolakan masyarakat yang diantaranya adanya berita pungutan uang sewa, masalah keamanan dan lain-lain. Hal tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi pilihan masyarakat dalam mendukung atau menolak program dari pemerintah tersebut. 4. Perihal lainnya yang juga terjadi yaitu proses hubungan yang berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat dilihat pada awalnya pemerintah bersikeras melaksanakan program yang harus dipatuhi oleh masyarakat yang menolak untuk direlokasi. Pada akhirnya pemerintah melunak dengan model pendekatan dan percontohan dimana tidak serta merta memindahkan masyarakat semuanya. Disatu sisi masyarakat juga melunak dalam menerima program tersebut dengan mengevaluasi rekan-rekan mereka yang terlebih dahulu menempati bangunan sentra, setelah merasakan perubahan yang lebih baik, mereka bersedia pindah dan menempatinya. 5. Hal yang juga terlihat yaitu terkait dengan proses hubungan dalam relokasi pengolahan ikan pada sentra tersebut adalah adanya fokus pada hasrat dari pihak yang berkonflik dalam hal ini antara pemerintah yang melaksanakan program dan warga yang menolak untuk dipindahkan. 6. Dalam proses ini baik dari pemerintah dan masyarakat saling menyampaikan informasi apa yang menjadi kehendaknya dimana pemerintah berusaha melaksanakan programnya serta tanggapan masyarakat akan program tersebut. Namun disatu sisi juga ada sikap menjaga diri antara pemerintah dan masyarakat terkait hubungan komunikasi. c. Pola komunikasi dialogis pemerintah dan masyarakat Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah terkait sosialisasi dan koordinasi pembangunan dan relokasi ke sentra pengolahan ikan serta tanggapan masyarakat dalam mensikapinya. 2. Langkah-langkah pendekatan yang dilakukan pemerintah terkait penolakan warga terhadap pembangunan dan relokasi ke sentra pengolahan ikan serta tanggapan masyarakat dalam mensikapinya. 3. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah pasca relokasi warga ke sentra pengolahan ikan dan tanggapan masyarakat dalam mensikapinya. Sedangkan terkait komunikasi dialogis perihal yang dapat disimpulkan antara lain : 1. Dalam proses tersebut langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam menjalin hubungan dengan masyarakat berjalan secara terus menerus dan terjadinya dialog dalam kegiatan sehari-hari. Dalam interaksi tersebut diharapkan dapat dipertahankan dan berkembang terus kedepannya. 2. Hal yang juga terlihat pada saat pendekatan pemerintah dengan metode penyuluhan dan persuasif kepada masyarakat. Dalam kegiatan tersebut terjadi proses ungkapan dan dialog antara pemerintah dan warga. Dalam hal ini pemerintah selaku komunikator menyampaikan program relokasi ke sentra serta mengantisipasi respon berupa ucapan dan sikap dari masyarakat selaku komunikan. Begitu juga sebaliknya saat masyarakat selaku 48 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 3. 4. 5. 6. komunikator menyampaikan apa yang menjadi kendalanya dalam menempati bangunan sentra kepada pemerintah selaku komunikan. Proses tersebut terus berlanjut dan berkembang. Demikian pula model pendekatan secara langsung ke rumah warga sebagai proses yang membangun, karena diharapkan pada akhirnya dapat terbangun hubungan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat dimana saling mengerti apa yang menjadi perbedaan dan kesamaan pandangan mereka. Dalam proses tersebut juga sebagai pertemuan dan penyatuan dari dua pihak yang berlawanan yaitu disatu sisi pemerintah yang akan melaksanakan program relokasi dan disisi lain masyarakat yang enggan untuk dipindahkan. Disamping itu juga terbentuk proses yang menimbulkan rangkaian ucapan dan dialog yang keluar, hal ini tergantung pada proses kelanjutannya apakah akan terbentuk kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat atau tidak. Perihal lainnya adalah terjadinya proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat sebagai jaringan hubungan yang berlanjut dan berkembang. sebagai rangkaian dari proses sebelumnya yaitu komunikasi dialektis. bangunan sentra pengasapan ikan dan disisi lain mereka menolak untuk memanfaatkannya. Dalam hal ini terjadi kontradiksi yang mengarah pada oposisi yang merupakan ciri dialektik. Namun selanjutnya terjadi perubahan dari penolakan menjadi persetujuan dalam menempati sentra dengan adanya pendekatan dari pemerintah dan tokoh masyarakat melalui pembinaan serta penyuluhan secara kontinyu.. Hal ini melalui proses seiring berjalannya waktu. 3. Sedangkan beranjak dari kontradiksi oposisi yang berupa penolakan warga pada relokasi ke sentra, pada akhirnya terjadi proses komunikasi dialogis pemerintah dan masyarakat sebagai alternatif solusi atas permasalahan tersebut. Hubungan tersebut sebagai proses yang membentuk ungkapan berupa ucapan dan sikap yaitu pemerintah mensosialisasikan program pembangunan dan relokasi ke sentra pengasapan ikan serta sikap masyarakat yang menolak. Hal tersebut sebagai kelanjutan dengan melibatkan dialog. Sebagai tindaklanjut setelah masyarakat direlokasi, pemerintah melaksanakan interaksi dengan warga dimana terjadi pula respon dari pengolah ikan di sentra. Hal tersebut sebagai jaringan hubungan yang terus berlanjut dan berkembang antara pemerintah dan masyarakat yang dikatakan sebagai sebuah dialog sebagai aliran dialektis dimana mengembangkan dan mempertahankan hubungan sebagai proses yang tidak bisa dipastikan keberhasilannya. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Terkait metode penelitian yang telah disampaikan, sebaiknya dalam penelitian mendatang pihak-pihak lain yang terkait ikut digali sumber datanya. Sehingga diharapkan data yang didapatkan mempunyai tingkat kompleksitas yang lebih baik 2. Dalam penelitian juga terlihat keterlibatan peran masyarakat dalam proses tersebut, dimana mereka yang mendukung turut serta membantu pemerintah dalam menyukseskan kegiatan. Misalnya : dengan membujuk temannya untuk mau pindah, ikut menjelaskan kelebihan tempat pengolahan ikan disentra dan lain-lain. Dari hal tersebut untuk program lainnya, hendaknya pemerintah melibatkan SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan analisis data dapat diambil simpulan bahwa terjadi tiga hal yang berkaitan sebagai satu proses yaitu dengan adanya kegiatan pengolahan ikan dilingkungan pemukiman yang menimbulkan usulan dan realisasi pembangunan sentra dan relokasinya dimana didalamnya terjadi proses komunikasi dialektis dan dialogis. 1. Dalam kegiatan pengolahan ikan yang dilakukan masyarakat Desa Wonosari dipemukiman menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya berupa aspek kesehatan, lingkungan dan sosial kemasyarakatan yang dikhawatirkan akan menyebabkan jalinan hubungan antara warga disekitarnya menjadi buruk karena adanya perbedaan pandangan. 2. Dalam komunikasi dialektis terjadi perbedaan antara dua elemen yang saling bertolak belakang, dimana pemerintah mengajak masyarakat untuk menempati 49 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 masyarakat dalam sosialisasinya agar berjalan dengan baik, sukses, dan lancar. Dengan berbagai proses komunikasi antara pemerintah dan masyarakat tersebut, akhirnya pada tahun 2013 sentra pengasapan ikan Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai sentra pengolahan ikan terbaik se-Indonesia. Tentu saja prestasi tersebut merupakan satu kebanggaan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Demak dan masyarakat Desa Wonosari. Namun yang terpenting adalah bagaimana cara mempertahankannya dengan terbentuknya hubungan komunikasi dan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. yang Terjadi Antara Warga Bantaran, di Wilayah Semanggi dengan Pemerintah Kota Surakarta Berkenaan dengan Dana Banjir. Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Finlay, L. 2006. Going Exploring’: The Nature of Qualitative Research. New York: John Wiley & Sons Ltd. Gibbs, Jennifer. 2009. Dialectics in a Global Software Team : Negotiating Tensions Across Time, Space, and Culture. Journals Permissions The Tavistock Institute, Volume 62(6): 905-935. Griffin, EM. 2009. A First Look at Communication Theory Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Higher Education. Hettne, Bjorn. 1982. Ironi Pembangunan di Negara Berkembang. Jakarta: Sinar Harapan. Istiyanto Bekti S. 2007. Komunikasi Pemerintah Daerah dalam Program Pembangunan Daerah Wisata Pantai Pascabencana. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group). Malik, Dedy Djamaluddin. 1991. Makalah Komunikasi Pembangunan. Bandung: Perspek-Dependensia. Mardalis. 1992. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Matthew B. Milles, A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjejep Rohendi Rosidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Moleong, Lexxy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Muhammad, Arni, 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Mukti Sitompul. 2002. Konsep-Konsep Komunikasi Pembangunan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Mulyana, Deddy. 2006. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Narbuko Cholid dan Achmadi, Abu. 1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Natalle, Elizabeth J. 2012. An American Professor’s Perspective on the Dialectics of DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak Tahun 2013. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak. Agus M. Hardjana. 2007. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. hlm 85. Baxter, Leslie A. 2004. A Tale of Two Voices : Relational Dialectics Theory. The Journal of Family Communication, 4(3&4), 181192. Best, Stefanie A. 2012. Using Relational Dialectics Theory to Better Understand Autistic Communication Competence. Thesis. Graduated Program in Communication from The Ohio State University of America. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches. London: SAGE Publications. Devito, Joseph A. 2007. The Interpersonal Communication Book (Eleventh Edition). USA: Pearson Education Inc. Devito, Joseph A. 2007. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Books. Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fajar, Dewanto P. 2010. Komunikasi dan Konflik Sosial : Studi tentang Komunikasi dalam Konflik dan Upaya Resolusi Konflik 50 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 Taching Interpersonal Communication in The Swedish Classroom. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, Volume 24 Number 2, 168-179. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS. hlm. 2-20. Rogers, Everett M dan Shoemaker, F Floyd. 1981. Memasyarakatkan Ide- Ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Richard West dan Lynn H. Turner. 2008. Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika. hlm 5. Safitri, Riza. 2014. Dialektika Romantisme Pasangan Suami Istri Berjauhan Tempat Tinggal (Long Distance Marriage) dalam Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga di Boyolali. Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Sigit Soehadi. 1999. Pengantar Metode Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen. Yogyakarta: Lukman Offset. Susanto, Astrid. 1977. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Bina Cipta. Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. SW. Littlejohn & Karen A. Foss. 2011. Theories of Human Communication Tenth Edition. Illinois: Waveland Press Inc. Widiastuti, Tuti. 2012. Communication Intensity and Relational Dialectics in Long Distance Relationship. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations Jakarta. Widjaja, H. A. W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Widjaja, H. A. W. 2002. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press. 51