Kondisi Perekonomian Indonesia

advertisement
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA
Kondisi Perekonomian Indonesia
Tim Ekonomi Kadin Indonesia
1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika
tidak segera dilakukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasi keadaan ini. Perkembangan
harga minyak dunia cenderung terus melonjak bahkan sempat melampaui US$ 145 per
barrel, sementara harga komoditi pangan juga terus meningkat. Hal ini menyebabkan
ancaman stagflasi – yaitu situasi dimana pertumbuhan ekonomi sangat lamban, tetapi diikuti
oleh tingkat inflasi yang sangat tinggi – bisa menjadi kenyataan. Perekonomian dunia
diprediksi hanya akan tumbuh sekitar 1,8 persen pada tahun 2008, yang merupakan suatu
penurunan yang cukup drastis dibandingkan dengan angka pertumbuhan sebesar 3,8
persen pada tahun 2007. Sementara itu akibat krisis keuangan dan krisis perumahan di
Amerika Serikat, berbagai faktor lain juga bermunculan mengiringi ketidakseimbangan
global. Terus anjloknya kurs dollar Amerika Serikat dan memburuknya krisis kredit di
negara-negara industri semakin memperburuk keadaan dan menyebabkan perekonomian
dunia berada dalam ketidakpastian yang mengkhawatirkan. Meskipun beberapa negara di
Eropa dan Jepang, serta sejumlah negara berkembang bisa tetap menjadi mesin
pertumbuhan ekonomi dunia, namun dampak penurunan perekonomian Amerika Serikat
tetap cukup besar dalam mempengaruhi perekonomian global akibat contagion effect pada
banyak negara di dunia.
Kurs Yen dan Euro Terhadap Dollar AS
2 Januari 2007 - 19 Juli 2008
130
0.8
120
0.7
110
0.6
Yen
100
Euro
7-Jul-08
13-Jun-08
20-May-08
2-Apr-08
26-Apr-08
9-Mar-08
21-Jan-08
14-Feb-08
4-Dec-07
28-Dec-07
17-Oct-07
10-Nov-07
23-Sep-07
6-Aug-07
30-Aug-07
13-Jul-07
19-Jun-07
26-May-07
8-Apr-07
2-May-07
15-Mar-07
26-Jan-07
19-Feb-07
0.5
2-Jan-07
90
2. Dalam hal perekonomian nasional, meskipun dampak sosial kenaikan harga BBM pada 24
Mei 2008 tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi negara secara keseluruhan, namun
dampaknya terhadap perekonomian sangatlah besar. Tingkat inflasi diperkirakan akan
mencapai double digit, yaitu sekitar12,5 persen, di saat daya beli masyarakat masih dalam
kondisi sangat tertekan akibat melonjaknya harga komoditi pangan akhir-akhir ini. Tingkat
pertumbuhan ekonomi dipastikan tidak akan mencapai target APBN sebesar 6,4 persen,
tetapi paling tinggi akan berada di sekitar 6 persen untuk tahun 2008. Sedangkan APBN
tetap belum bisa dikatakan aman, karena selain masih mengandung beban defisit sebesar
Rp 82,3 triliun untuk tahun 2008, juga tetap dibayang-bayangi oleh kenaikan harga minyak
dunia yang masih terus bergejolak hingga saat ini. Adanya kekhawatirkan bahwa harga
minyak mentah dunia bisa menembus angka US$ 200 per barrel di akhir tahun 2008
bukanlah suatu hal yang berlebihan, melihat kondisi kondisi pasar uang dan pasar komoditi
dunia yang semakin tidak terkendali akhir-akhir ini.
3. Meskipun pada triwulan I 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,3% secara year on
year, namun secara triwulanan hanya tumbuh sekitar 2,1 persen terhadap triwulan IV 2007.
Pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bertumpu pada kegiatan ekspor, karena dari empat
komponen pengguna Produk Domestik Bruto (PDB) hanya ekspor yang tercatat positif, yaitu
sekitar 5,7 persen. Sedangkan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Bruto) mengalami
kontraksi sekitar 0,6 persen, dan pengeluaran konsumsi masyarakat turun sekitar 0,4
persen akibat turunnya daya beli di awal tahun 2008 ini.
Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan(%)
Trw IV 2007
Trw I 2008
Trw I 2008
Sumber
thd
Trw III 2007
thd
Trw IV 2007
thd
Trw I 2007
Pertumbuhan
year on year
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Ekspor Barang dan Jasa
Dikurangi : Impor Barang dan Jasa
2.3
23.2
2.3
2.6
1.3
-0.4
-30.5
-0.6
5.7
2.7
5.5
3.6
13.3
15.0
16.8
3.2
0.2
2.9
7.1
-
Produk Domestik Bruto
-2.1
2.1
6.3
6.3
Pengeluran
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sementara itu secara sektoral, pendukung utama pertumbuhan adalah sektor pertanian,
yang tumbuh sebesar 18 persen pada triwulan I 2008 (terhadap triwulan IV 2007).
Sedangkan sektor industri pengolahan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,1
persen, meskipun secara year on year (triwulan I 2008 terhadap triwulan I 2007)
menunjukkan pertumbuhan sekitar 1,2 persen. Tingginya pertumbuhan pada sektor
pertanian dimungkinkan tidak saja karena faktok musiman (terjadinya panen raya pada
bulan Maret), tetapi juga didukung oleh kenaikan harga komoditas pertanian dan
perkebunan yang melonjak secara sangat berarti.
Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 Menurut Sektor (%)
Lapangan Usaha
Trw IV 2007
Trw I 2008
Trw I 2008
Sumber
thd
Trw III 2007
thd
Trw IV 2007
thd
Trw I 2007
Pertumbuhan
year on year
-22.9
-0.1
-0.2
2
3.8
0.5
6.8
3.1
2.9
18
-1.1
-0.1
1.2
-1.6
-0.2
0.6
1.8
0.4
6
-2.3
4.3
12.1
8.3
7.2
19.7
8.3
5.7
0.8
-0.2
1.2
0.1
0.5
1.2
1.4
0.8
0.5
-2.1
-2.2
2.1
2.4
6.3
6.8
6.3
1. PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN DAN PERIKANAN
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
5. B A N G U N A N
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
9. JASA - JASA
Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto Tanpa Migas
Sumber: Badan Pusat Statistik
4. Tekanan eksternal, kenaikan harga BBM, dan gangguan pasokan barang-barang kebutuhan
pokok telah mengakibatkan kenaikan inflasi telah mencapai angka dua digit pada akhir
bulan Juni lalu. Pada Juni 2008 angka inflasi mencapai 2,46 persen, sehingga secara
kumulatif pada Januari-Juni 2008 telah mencapai 7,37 persen, dan inflasi year on year
Rapat Kadin Provinsi 14 Juli 2008 – Tinjauan Perekonomian Nasional.EZ
2
tercatat sebesar 11,03 persen. Laju inflasi yang tinggi terutama disumbang oleh kelompok
pengeluaran Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan yang mencatat inflasi sebesar 8,72
persen pada bulan Juni 2008. Kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan dan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, dimana laju inflasi pada kedua
kelompok pengeluaran ini pada bulan Juni 2008 masing-masing mencapai 1,28 persen dan
1,33 persen.
Inflasi Kumulatif (%)
2006 - 2008
8
2008
2006
2007
7
%
6
5
7.37
6.59
4
3
2
1
December
November
October
September
August
July
June
May
April
March
February
January
0
Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, Year on Year,
Tahun 2006–2008
Inflasi
2006
2007
(1)
(2)
(3)
2008
(2007=100)
(4)
0,45
0,23
2,46
2,87
2,08
7,37
15,53
5,77
11,03
1. Juni
2. Januari–Juni
(Tahun Kalender)
3. Juni terhadap Juni
(year on year)
(tahun n) (tahun n-1)
5. Meskipun mengalami sedikit tekanan akibat terjadinya gejolak pada pasar modal
dalam dan luar negeri, secara keseluruhan kurs rupiah tidak berfluktuasi secara
berlebihan sampai pertengahan bulan Juli ini. Sebagai lembaga yang bertugas
menjaga laju inflasi dan menjaga stabilitas kurs mata uang rupiah, Bank Indonesia
berhasil menjaga nilai rupiah pada level yang cukup kredibel dalam pandangan para
pelaku ekonomi.
Dalam menjaga rupiah, Bank Indonesia terus melakukan
intervensi terhadap kurs rupiah demi kenyamanan para eksportir dan para importir
melakukan kegiatan usahanya.
Rapat Kadin Provinsi 14 Juli 2008 – Tinjauan Perekonomian Nasional.EZ
3
Kurs Tengah Rupiah terhadap Dollar AS
Januari 2008 - 10 Juli 2008
9,000
Rp/US$
9,100
9,172
9,200
9,300
9,400
8-Jul-08
26-Jun-08
16-Jun-08
4-Jun-08
23-May-08
13-May-08
30-Apr-08
18-Apr-08
8-Apr-08
27-Mar-08
13-Mar-08
29-Feb-08
19-Feb-08
7-Feb-08
25-Jan-08
15-Jan-08
2-Jan-08
9,500
Selain itu Bank Indonesia juga telah mengantisipasi kemungkinan dampak dari naiknya
inflasi akibat kenaikan harga BBM. Dalam menjaga kemungkinan melonjaknya inflasi
tersebut, Bank Indonesia telah tiga kali menaikkan suku bunga acuan BI-rate sejak bulan
Mei lalu, sehingga dewasa ini BI-rate kembali berada pada level 8,75 persen. Hal ini
diharapkan dapat menahan keluarnya dana dari Indonesia, yang berpotensi menurunkan
kurs rupiah jika suku bunga riil dalam negeri mengalami penurunan. Dengan suku bunga
BI-rate sebesar 8,75 persen dan laju inflasi sebesar 11,03 persen, saat ini suku bunga riil di
Indonesia memang sudah menjadi negatif.
Sempat melemahnya rupiah ke level Rp 9.376 per dollar AS pada 27 Mei lalu sempat
menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi.
Kekhawatiran terhadap
terganggunya stabilitas moneter muncul bersamaan dengan meningkatnya angka inflasi
pada bulan Mei lalu. Untungnya, Bank Indonesia kembali berhasil membawa kurs rupiah
ke tingkat yang lebih aman. Intervensi pasar terhadap rupiah berkali-kali dilakukan demi
terjaganya nilai rupiah yang realistis, meskipun kebijakan ini membawa konsekuensi pada
menurunnya cadangan devisa. Posisi cadangan devisa yang pada 23 Mei 2008 tercatat
sebesar US$ 58,8 miliar, turun hampir sebesar 2 miliar pada 6 Juni 2008 lalu, yaitu menjadi
US$ 56,9 miliar. Untungnya kembali meningkat menjadi sekitar US$ 59,5 miliar pada akhir
Juni 2008 lalu.
6. Sementara itu, terus menurunnya kinerja pasar modal Indonesia sejalan dengan
menurunnya kinerja pasar modal global. Sejak 20 Juni 2008 indeks Dow Jones terus
terkoreksi tajam, sehingga pada 9 Juli 2008 berada pada level 11,147.44, atau mengalami
penurunan sebesar 11,8 persen terhadap level 12,638.32 pada akhir Mei 2008. Dalam
kurun waktu yang sama indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
juga mengalami penurunan sebesar 6,48 persen, yaitu dari 2,444.35 pada akhir Mei 2008
menjadi 2,286.03 pada 9 Juli 2008 lalu. Selain dipengaruhi oleh melemahnya bursa global,
penurunan IHSG juga dipengaruhi oleh reaksi negatif pasar terhadap tingginya tingkat
inflasi dalam dua bulan terakhir ini. Angka inflasi yang mencapai 1,41 persen pada bulan
Mei dan sebesar 2,46 persen pada bulan Juni lalu telah menimbulkan kekhawatiran pada
para pelaku pasar.
Selain itu, naiknya suku bunga SBI dan suku bunga deposito yang ditawarkan sektor
perbankan, diperkirakan juga telah merubah portolio investasi di kalangan para investor.
Yaitu dengan mengalihkan sebagian dananya dari pasar modal ke deposito atau obligasi.
Rapat Kadin Provinsi 14 Juli 2008 – Tinjauan Perekonomian Nasional.EZ
4
DOW Jones Index dan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI
January 2007- 10 Juli 2008
DJIA
IHSG
13,500
2800
13,000
2600
12,500
2400
12,000
11,500
2200
DJIA
IHSG
2000
8-Jul-08
23-Jun-08
30-Jun-08
16-Jun-08
2-Jun-08
9-Jun-08
14-May-08
22-May-08
29-Apr-08
7-May-08
22-Apr-08
8-Apr-08
15-Apr-08
25-Mar-08
1-Apr-08
10-Mar-08
17-Mar-08
29-Feb-08
14-Feb-08
22-Feb-08
18-Jan-08
28-Jan-08
2-Jan-08
9-Jan-08
11,000
7. Terjadinya defisit sebesar US$ 524,1 juta pada neraca perdagangan di bulan April 2008 lalu
cukup memprihatinkan. Defisit ini dipicu oleh turunnya kinerja ekspor nasional ditengah
tingginya harga minyak dan beberapa harga komoditas dunia. Padahal pada bulan
sebelumnya neraca perdagangan masih mencatat surplus sebesar US$ 1,89 miliar. Defisit
yang terjadi pada April 2008 disebabkan nilai total ekspor hanya mencapai US$ 10,97 miliar
atau turun sekitar 7,8 persen dari nilai ekspor pada Maret 2008 sebesar US$ 11,9 miliar.
Sementara nilai impor meningkat sebesar 14,9 persen dibandingkan impor bulan Maret
2008, yaitu dari US$ 10,01 miliar menjadi US$ 11,50 miliar.
Untungnya, sejalan dengan meningkatnya volume ekspor minyak mentah dan hasil minyak
masing-masing sebesar 18,63% dan 18,31%, nilai ekspor kembali meningkat secara berarti
pada bulan Mei lalu. Pada bulan Mei 2008, nilai ekspor mencapai hampir US$ 12,888 miliar
atau naik sekitar 17,5 persen terhadap nilai ekspor bulan April 2008. Dengan nilai impor
sekitar US$ 11,658 milar maka pada bulan Mei 2008 neraca perdagangan Indonesia
kembali mencatat surplus sebesar US$ 1,23 miliar.
Surplus tersebut diperoleh dari surplus neraca perdagangan non migas yang mencapai US$
1,283 miliar, karena neraca perdagangan migas mulai mencatat defisit sebesar US$ 52,7
juta. Hal ini menunjukkan bahwa era migas telah menjadi masa lalu bagi perekonomian
Indonesia. Dewasa ini kinerja ekspor Indonesia terselamatkan oleh lonjakan harga minyak
sawit mentah (CPO), yang menyebabkan komoditi ini menjadi penyumbang utama ekspor
non-migas Indonesia. Pada tahun 2007 nilai ekspor CPO dan produk turunannya mencapai
US$ 10,23 miliar atau 11,13 persen dari total nilai ekspor non-migas. Dalam periode
Januari-Mei 2008 nilai ekspor CPO dan produk turunannya sudah mencapai US$ 7,1 miliar
atau 15,9 persen dari total nilai ekspor non-migas.
100.7
60
44.3
61.0
57.2
56.3
80
62.1
10 0
71.6
Ekspor
Impor
12 0
85.6
Perkem bangan Nilai Ekspor dan Im por
(US$ Miliar)
40
20
0
Not e: Nilai Impor adalah Total Impor di Luar Kawasan Berikat
Rapat Kadin Provinsi 14 Juli 2008 – Tinjauan Perekonomian Nasional.EZ
5
Download