litbang teknologi pengolahan limbah cair dari industri

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
LITBANG TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
DARI INDUSTRI : PEMISAHAN PADATAN TAK LARUT
DALAM LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DARI INDUSTRI
ASAM FOSFAT DAN ANALISIS UNSUR-UNSURNYA
DENGAN METODE ko-AAN.
Gunandjar*) dan Sutisna **)
ABSTRAK
LITBANG TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI INDUSTRI :
PEMISAHAN PADATAN TAK LARUT DALAM LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DARI
INDUSTRI ASAM FOSFAT DAN ANALISIS UNSUR-UNSURNYA DENGAN METODE
ko-AAN. Pemisahan padatan tak larut dalam limbah radioaktif cair dari industri asam fosfat dan
analisis unsur-unsurnya dalam padatan dan dalam filtrat (beningan) dengan metode ko-AAN (koAnalisis Aktivasi Neutron) telah dilakukan. Unit proses pemurnian asam fosfat yang menghasilkan
produk samping konsentrat uranium telah dihentikan, maka semua bahan proses dalam bentuk cair
yang ditimbulkan dari kegiatan dekomisioning akan menjadi limbah radioaktif. Sebagian limbah
cair yang mengandung padatan tak larut perlu dilakukan analisis. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data hasil analisis unsur-unsur dalam limbah radioaktif cair dan padatan hasil
pemisahan limbah cair yang mengandung padatan tak larut. Penelitian ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu preparasi sampel, preparasi target, iradiasi dalam reaktor nuklir, pendinginan sampel
teriradiasi, pencacahan, serta identifikasi yang menggunakan instrumen alat cacah spektrometer
gamma detektor HPGe. Data pencacahan dianalisis dengan menggunakan software ko-AAN untuk
menentukan jenis dan konsentrasi unsur yang terkandung di dalam sampel limbah. Hasil analisis
diperoleh bahwa pada sampel cairan mengandung uranium yaitu tidak terdeteksi sampai 0,282
mg/ liter di bawah batas kadar tertinggi yang diizinkan (BKTD) dalam air, dan hasil analisis
sampel padatan diperoleh kandungan uranium yaitu 1,0825x104 mg/kg – 1,5233x104 mg/kg. Unsur
logam lainnya yang terkandung dalam sampel cair dan padat didapat unsur Zn dan logam berat
lainnya dengan konsentrasi bervariasi yang harus dipertimbangkan untuk pengolahan limbah.
Kata kunci : analisis aktivasi neutron, limbah radioaktif, limbah uranium, pemurnian asam fosfat.
ABSTRACK
RESEARCH AND DEVELOPMENT OF THE LIQUID WASTE TREATMENT
TECHNOLOGY FROM INDUSTRY : THE SEPARATION OF INSOLUBLE SOLID IN
LIQUID RADIOACTIVE WASTE FROM PHOSPHORIC ACID INDUSTRY AND ITS
ANALYSIS OF ELEMENTS BY ko-AAN METHOD. The separation of insoluble solid in liquid
radioactive waste from phosphoric acid industry and its analysis of elements in solid and filtrate
by ko-NAA ( ko-Neutron Activation Analysis) method was investigated. The unit of phosphoric
acid purification process which produces the uranium concentrate as by-product was stopped,
hence all of the process material in the form of liquid generated from the decomissioning activity
will become radioactive wastes. A part of the liquid wastes containing insoluble solid need to be
analyzed. This research aim to obtain the concentration of elements analysis in the liquid waste
and solid waste generated from separation of liquid waste containing the insoluble solid. This
study covered the step of preparation of sample, preparation of target, irradiation in nuclear
reactor, decaying (cooling) of irradiated samples, counting, and identification of elements using
gamma spectrometer instrument with HPGe detector. Ko-NAA is used to determinate the
concentration of elements. The results showed that the liquid samples contains of uranium
undetectable to 0,282 mg/litre, that is lower than the limit of permitted highest content (LPHC).
The result of solid samples showed that the uranium concentration is 1,0825x104 mg/kg –
1,5233x104 mg/kg that is higher than LPHC. The other elements containing in liquid and solid
samples are Zn and some heavy metals are detected in varying concentration. This should be
considered for treating of the waste.
Keywords : neutron activation analysis, radioactive waste, uranium waste, phosphoric acid
purification.
*) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
**) Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir-BATAN
87
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
PENDAHULUAN
Fasilitas pemurnian asam fosfat PT.
Petrokimia Gresik (PAF-PKG) merupakan
unit pemurnian asam fosfat dari uranium.
Pemurnian asam fosfat dilakukan melalui
pengambilan uranium (U) dari umpan asam
fosfat dengan proses ekstraksi menggunakan
pelarut organik campuran D2EHPA (di 2
ethyl hexyl phosphoric acid) dan TOPO (tri
octyl phospine oxide) dalam kerosin yang
berkomposisi D2EHPA 4 bagian, TOPO 1
bagian dan kerosin 16 bagian berat. Bahan
baku asam fosfat 12,8% terlebih dahulu
dikenai perlakuan awal proses oksidasi
menggunakan oksigen untuk merubah U4+
menjadi U6+, setelah itu baru dilakukan
proses ekstraksi.
Ekstraksi dilakukan
melalui 2 tahap, pada ekstraksi tahap I
digunakan pelarut organik campuran
D2EHPA 0,5 M dan TOPO 0,125 M dalam
kerosin, dan pada ekstraksi tahap II
digunakan pelarut campuran D2EHPA 0,3
M dan TOPO 0,75 M dalam kerosin. Pelarut
organik yang mengandung uranium dari
ekstraksi tahap I dikenai proses “stripping”
tahap I menggunakan larutan asam fosfat
35% untuk mengambil kembali pelarutnya
yang digunakan lagi pada ekstraksi tahap I.
Larutan uranium dari proses stripping tahap
I dipakai sebagai umpan proses ekstraksi
tahap II. Ekstrak dari ekstraksi tahap II yang
mengandung pelarut dan uranium dikenai
proses “stripping” tahap II menggunakan
larutan natrium karbonat sehingga diperoleh
pelarut organik yang digunakan kembali
pada ekstraksi tahap II, dan uraniumnya
98% diproses lebih lanjut menjadi “yellow
cake”(konsentrat uranium) sebagai hasil
samping [1].
Dari proses pemurnian asam fosfat
tersebut ditimbulkan limbah cair yang
berupa gunk. Gunk adalah zat pengotor yang
berasal dari bahan baku batuan fosfat. Gunk
tersebut membentuk fase tersendiri dari fase
awalnya larutan organik (solven) dan fase
air (asam fosfat), gunk tersebut merupakan
fase tengah. Gunk adalah limbah cair,
merupakan endapan di dalam larutan
organik dan sedikit mengandung fase air,
mengandung D2EHPA, TOPO, kerosin dan
sedikit asam fosfat. Limbah cair gunk
sebagai limbah termasuk kategori limbah
B3, mempunyai nilai Chemical Oxygen
Demand (COD) 26.000 ppm, Biologycal
Oxygen Demand (BOD) 1.820 ppm dan
padatan tersuspensi (TSS) 1.000 ppm [1].
88
ISSN 1410-6086
Fasilitas
PAF-PKG
dihentikan
operasinya sejak 12 Agustus 1989,
selanjutnya
dilakukan
dekomisioning
melalui
pembongkaran
peralatannya.
Permohonan izin dekomisioning kepada
BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga
Nuklir) tertuang dalam Surat Permohonan
PT.Petrokimia
Gresik
No.
0703/03/L10204/38/DR/2003 tanggal 10
Maret 2003, kemudian izin dekomisioning
dari BAPETEN tertuang dalam Surat Izin
Dekomisioning No. 286/ID/DPI/14-X/2004
tanggal 14 Oktober 2004 yang berlaku
selama 5 tahun sampai dengan 13 Oktober
2009. Kegiatan dekomisioning telah
dilakukan pada tahun
2008
yang
menimbulkan banyak limbah [2].
Limbah yang ditimbulkan dari kegiatan
dekomisioning
Fasilitas
PAF-PKG
merupakan
limbah
radioaktif
yang
mengandung uranium alam. Limbah
tersebut termasuk limbah aktivitas rendah
umur panjang (umur paruh 238U = 4,5x109
tahun) [3]. Selain uranium, kemungkinan
pula terdapat logam-logam berat beracun
(terutama dalam limbah gunk) yang perlu
dipertimbangkan dalam pengelolaan limbah
tersebut. Berdasarkan sifat toksiknya, logam
berat dibedakan menjadi 3 golongan [4].
Golongan 1 mempunyai sifat toksik tinggi
seperti Hg, Cd, Pb, As, Cu dan Zn.
Golongan 2 mempunyai sifat toksik
menengah seperti Cr, Ni dan Co, dan
Golongan 3 mempunyai sifat toksik rendah
misalnya Mn dan Fe. Limbah yang
mengandung uranium dan logam-logam
berat lainnya perlu dilakukan pengolahan
dan imobilisasi menjadi kemasan limbah
yang siap disimpan di dalam fasilitas
penyimpanan lestari.
Diantara limbah cair yang ditimbulkan dari
industri asam fosfat ini terdapat limbah cair
yang mengandung padatan tak larut. Guna
pengolahan lebih lanjut limbah ini perlu
dilakukan pemisahan antara padatan tak
larut dengan cairan (beningan)-nya yaitu
dengan penyaringan (filtrasi), kemudian
dilakukan analisis unsur-unsur dalam limbah
padatan dan limbah cair (beningan) hasil
penyaringan tersebut. Hasil analisis tersebut
penting sebagai data pendukung untuk
pengelolaan limbah lebih lanjut. Salah satu
metode analisis unsur-unsur yang dipilih
dalam penelitian ini adalah metode Analisis
Aktivasi Neutron (AAN). Metode AAN ini
memiliki sensitivitas dan selektivitas yang
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
relatif tinggi untuk sebagian besar
unsur, sehingga mampu menentukan unsurunsur kelumit (trace elements) dalam suatu
bahan.
Metode
AAN
mampu
mengidentifikasi unsur kelumit dalam orde
bagian per juta (µg/g), bahkan untuk
beberapa hal mampu hingga orde bagian
per miliar (ng/g). Selain itu dapat dilakukan
tanpa merusak sampel dan dapat
mengidentifikasi unsur secara serempak [5].
Metode AAN juga biasa dikenal
sebagai metode Analisis Aktivasi Neutron
Instrumental (AANI) yang menggunakan
instrumen alat cacah spektrometer gamma.
Teknik penentuan unsur secara kuantitatif
umumnya dilakukan dengan teknik
komparasi menggunakan bahan standar
yang telah diketahui konsentrasi unsurunsur yang dikandungnya. Selain itu telah
dikembangkan pula metode ko dan dikenal
dengan teknik nuklir ko-AAN. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh data hasil
analisis unsur (uranium dan logam berat
beracun) dalam limbah padatan tak larut
dan dalam limbah cair hasil pemisahan
limbah cair dari pemurnian asam fosfat
dengan metode ko-AAN, sebagai data
identifikasi limbah dan untuk masukan
dalam proses pengelolaan selanjutnya.
TEORI
Analisis Aktivasi Neutron (AAN) adalah
salah satu metode analisis unsur yang
didasarkan atas keradioaktifan imbas suatu
unsur akibat penembakan oleh neutron.
Metode AAN adalah metode yang
menggunakan teknik nuklir berdasarkan
pada reaksi penangkapan neutron termal
oleh inti sasaran melalui reaksi (n, γ). Inti
nuklida yang terinduksi, akan teraktivasi
dan berada dalam keadaan metastabil.
Untuk mencapai keadaan stabil, inti
tersebut akan melepaskan kelebihan
energinya melalui transisi isometrik atau
melalui peluruhan β- (beta negatif) atau β+
(beta positif) yang umumnya diikuti pula
oleh emisi sinar γ (gamma). Sinar γ yang
diemisikan bersifat karakeristik untuk
radionuklida hasil aktivasi. Fenomena ini
dapat menentukan unsur secara kualitatif
maupun kuantitatif, secara serempak tanpa
dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dari
sampel.
Analisis kualitatif didasarkan pada
energi sinar γ yang karakteristik untuk
setiap radionuklida, sedangkan analisis
kuantitatif didasarkan pada jumlah cacah
foton γ dari radionuklida yang berbanding
lurus dengan konsentrasi unsur dalam
sampel. Reaksi nuklir antara neutron termal
dengan inti target melalui reaksi (n,γ)
berlangsung di dalam reaktor nuklir. Hasil
aktivasi
sangat
dipengaruhi
oleh
karakteristik distribusi neutron termal,
neutron epitermal, dan neutron cepat
sebagai fungsi dari perubahan energi
neutron dalam reaktor [5].
Pada tahun 1975, SIMONITS
memperkenalkan AAN dengan metode koAAN, kemudian pada tahun 1987,
dikembangkan oleh FRANS DE CORTE [6].
Metode ko-AAN ini digunakan dalam
penentuan kuantitatif yang didasarkan pada
persamaan [6,7]:
[Gth.m. f + Ge,m. Qo,m(α)] εp,m
(Np/tm) / (S.D.C.W)]a
ρa=
ko
Asp.m
Pada persamaan ini ρa = Konsentrasi
unsur analit dalam mg/kg atau µg/g,
Np = Jumlah cacah yang dikumpulkan pada
puncak energi-penuh, setelah dikoreksi
terhadap
pulsa
yang
hilang
(antara lain : waktu mati detektor dan efek
koinsidensi), S= Faktor kejenuhan yang
λ.tirr
dinyatakan sebagai S = 1 – e ,
λ = tetapan peluruhan = (ln2)/T, dengan
T = umur paruh radionuklida yang diamati
dan tirr = waktu iradiasi (detik),
λ.tirr
λ.td
D = Faktor peluruhan = e= e ,
td = waktu peluruhan, C = Faktor
ISSN 1410-6086
106
(1)
[Gth.a. f + Ge,a. Qo a(α)] εp,a
λ.tm
] / [λ tm ] ,
pengukuran = [1 – e tm : Waktu pengukuran (detik), W : Massa
unsur yang diiradiasi (kg atau g),
θ = Kelimpahan isotop di alam (fraksi),
εp = Efisisensi deteksi dari puncak energi
utuh termasuk koreksi untuk attenuasi γ,
Asp = Laju cacah spesifik, Gth = Faktor
koreksi serapan-diri untuk neutron termal,
Ge = Faktor koreksi serapan-diri untuk
neutron epitermal, α = Parameter untuk
distribusi fluks neutron φe’~1/E1+α ,
f = Rasio fluks termal terhadap epitermal,
Qo(α) = Perbandingan antara integral
89
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
resonansi terhadap penampang lintang
neutron termal, dan indek a,m = masingmasing menyatakan analit dan monitor
pemantau fluks.
Faktor ko hanya melibatkan
parameter inti yang dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut [6,7] :
ko=
[Mmθaγaσa]
[Maθmγmσm]
(2)
Dalam persamaan ini M= nomor
masa, γ = fraksi energi gamma yang
dipancarkan oleh suatu radioisotop, θ =
kelimpahan isotop di alam,
σ = Penampang lintang serapan neutron
termal pada reaksi (n,γ), dan indek a,m =
masing-masing menyatakan analit dan
monitor pemantau fluks. Parameterparameter inti pada persamaan tersebut
memiliki harga yang telah terdefinisi dengan
baik dan telah tersedia dalam software koAAN, sehingga dengan mengukur jumlah
cacah sampel dan parameter reaktor maka
konsentrasi unsur dalam sampel dapat
dihitung langsung dengan software ko-AAN.
Pada awal tahun 2001 dibawah
kerjasama dengan International Atomic
Energy Agency (IAEA), di daerah Eropa
khususnya, metode ini berkembang pesat
dengan negara Hongaria, Jerman dan
Belanda sebagai pelopornya [7,8]. Dikawasan
Asia, negara yang cukup maju dalam
mengembangkan metode ini adalah Cina
kemudian disusul oleh negara Vietnam [9,10].
TATA KERJA
Bahan dan Alat
a. Bahan : terdiri dari sumber standar 22Na,
54
Mn, 57Co, 60Co, 65Zn, 109Cd, 133Ba, dan
137
Cs,
komparator
Al-0,1%Au
(IRMM.532r dari Belgia), Zr (99,99%
dari Nilaco, Jepang),
Standard
Refference Material (SRM) Coal Fly Ash
1663b, HNO3, vial polietilen, aseton
(p.a), limbah dari fasilitas PAF-PKG
yang terdiri dari sampel cair : Ec dan Hc
serta sampel padat (hasil penyaringan
sampel cair Ec dan Hc) yaitu Ep dan Hp.
b. Alat : terdiri dari fasilitas rabbit, Reaktor
G.A. Siwabessy, vakum desikator, neraca
analitik Sartonius dan alat-alat gelas,
Spektrometer gamma dengan detektor
HPGe, serta software ko (dari IAEA).
90
ISSN 1410-6086
Metode
a. Pencucian vial polietilen untuk tempat
sampel
Vial polietilen dimasukkan kedalam
gelas piala yang berisi asam nitrat (HNO3,
50%), kemudian dikocok selama 2-3 menit
dan direndam selama 24 jam. Setelah 24
jam, vial dipindah menggunakan pinset dan
penjepit, diletakkan ke dalam gelas piala
dicuci dengan aquadest tiga kali, kemudian
dicuci dengan aseton, dikeringkan di udara
terbuka selama 10-15 menit. Setelah kering,
vial tersebut dimasukkan ke dalam gelas
piala kosong dan ditutup rapat agar
terhindar dari kontaminasi.
b. Preparasi sampel (cuplikan) limbah
dan sampel standar (SRM)
Sampel limbah cair dari PAF-PKG
sebanyak 100 ml dimasukkan dalam gelas
piala, kemudian disaring menggunakan
kertas saring (wheatman nomor 42) ke
dalam erlemeyer agar mendapat filtrat
murni tanpa endapan. Filtrat kemudian
dipipet 200µl dan dimasukkan ke dalam
vial polietilen yang telah dicuci (digunakan
pinset dan penjepit agar vial tidak kontak
langsung dengan tangan). Kemudian vial
yang telah diisi sampel, diletakkan di
tempat vial yang terbuat dari streoform dan
dimasukkan ke dalam desikator vakum
(berisi silika gel kering). Divakum selama 2
jam sampai sampel kering, setelah kering
vial ditutup dan direkatkan menggunakan
spatula yang telah dipanaskan. Kemudian
vial tersebut dibungkus dengan alumunium
foil dan diberi label. Sampel dalam vial
tersebut siap dianalisis (diiradiasi dalam
reaktor).
Sampel padat hasil penyaringan dalam
kertas saring setelah kering dipisahkan
menggunakan spatula dan ditimbang
sebanyak 10 mg. Kemudian dimasukkan ke
dalam vial polietilen yang telah dicuci, vial
ditutup dan direkatkan menggunakan
spatula yang telah dipanaskan. Kemudian
vial tersebut dibungkus dengan alumunium
voil dan diberi label. Dengan cara yang
sama seperti sampel padat juga dilakukan
untuk sampel standar SRM Coal Fly Ash
1663b. Sampel dalam vial-vial tersebut siap
dianalisis (diiradiasi dalam reaktor).
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
c. Preparasi target
(1) Preparasi target komparator
Parameter kanal f, α, dan φ
ditentukan dengan menggunakan
komparator
Al-0,1%Au
dan
Zirconium 99.99% [11]. Masingmasing bahan komparator dipotong
dan ditimbang 3 mg, kemudian
dimasukkan ke dalam satu vial
polietilen
dan
diberi
label.
Selanjutnya vial siap diiradiasi dalam
reaktor.
(2) Preparasi target untuk iradiasi
Sampel dalam Vial polietilen yang
telah siap dianalisis dimasukkan ke
dalam kapsul rabbit, kemudian
dikelompokkan
sesuai
dengan
lamanya waktu iradiasi (medium dan
panjang)
dan
masing-masing
pengelompokan dimasukkan pula
standar komparator Al-0,1%Au. Vial
yang akan diiradiasi, selanjutnya
disusun
dalam
suatu
bentuk
konfigurasi target. Sampel SRM Coal
Fly Ash 1663b dan background
(sampel blangko) cukup dimasukkan
ke salah-satu kelompok target.
d. Iradiasi dan pendinginan
Target yang terdiri vial polietilen
yang berisi sampel limbah, SRM,
background, dan standar komparator
diiradiasi di reaktor G.A. Siwabessy pada
fluks neutron termal 3,2.1017 n.m-2.s-1.
Iradiasi untuk umur paruh medium
dilakukan selama 30 menit, sedangkan
untuk umur paruh panjang selama 4 jam.
Setelah proses iradiasi selesai vial-vial
tersebut didinginkan sesuai dengan umur
paruhnya, yaitu untuk umur paruh medium
selama 2-3 hari dan untuk umur paruh
panjang selama 3-4 minggu. Vial yang
berisi
komparator
Al-0,1%Au
dan
Zirconium 99.99% (untuk penentuan
parameter kanal) cukup didinginkan selama
1 hari.
e. Pencacahan, identifikasi, dan analisis
Semua vial yang berisi sampel limbah,
SRM, dan komparator yang telah diiradiasi
dan telah didinginkan kemudian dicacah
menggunakan Spektrometer gamma dengan
detektor HPGe. Pencacahan sesuai dengan
umur paruhnya, yaitu untuk umur paruh
medium pencacahan selama 10-15 menit
dan untuk umur paruh panjang selama 15-
ISSN 1410-6086
20 menit. Kemudian hasil pencacahan
diidentifikasi dan dianalisis menggunakan
software
MCA,
sehingga
diperoleh
spektrum sinar gamma untuk masingmasing sampel dan SRM. Identifikasi dan
analisis dilakukan dengan urutan :
1). Kalibrasi energi, efisiensi deteksi (εp)
dan (εt), dan peak to total ratio (P/T)
Kalibrasi energi dan efisiensi
deteksi full-energy (εp) dilakukan dengan
menggunakan sumber-sumber standar 22Na,
54
Mn, 57Co, 60Co, 65Zn, 109Cd, 133Ba, dan
137
Cs. Sumber-sumber ini mewakili tingkat
energi-γ dari energi rendah sampai ke
tingkat energi tinggi. Sumber-sumber
standar dicacah dengan detektor HPGe
dalam waktu yang bervariasi, sehingga
didapatkan puncak-puncak energi yang
sempurna dan diperoleh kurva kalibrasi
efisiensi yang akurat. Efisiensi deteksi fullenergy (εp) dihitung dengan persamaan (εp)
= cps/dps, dimana cps = jumlah cacah total
per detik dan dps = disintegrasi atau
aktivitas per detik [12]. Kalibrasi efisiensi
deteksi terhadap energi gamma dilakukan
dengan posisi sampel pada level 1(jarak 50
mm), level 3 (jarak150 mm), dan level 5
(jarak 250 mm) dari permukaan detektor
HPGe. Waktu pencacahan antara 10-40
menit sesuai level dan umur parohnya.
Setelah proses pencacahan selesai,
dilakukan analisis data dengan software
Gennie 2000 dan hyperlab. Kemudian
dengan software ko-AAN ditentukan
efisiensi deteksi (εp) dan peak to total ratio
(P/T). Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi
efisiensi deteksi (εp)
terhadap energi
gamma untuk posisi sampel pada level 1, 3,
dan 5 Dengan membagi efisiensi fullenergy (εp) terhadap peak to total ratio
(P/T), maka diperoleh total efisiensi deteksi
(εt) untuk setiap energi gamma yang akan
digunakan dalam perhitungan kuantitatif
dengan metode ko pada teknik AAN [6,11].
2). Penentuan Parameter Kanal f, α, dan
φ.
Parameter kanal f, α, dan φ ditentukan
dengan metode Triple Bare dan Biisotopic
Bare menggunakan komparator Al-0,1%Au
dan Zirconium 99.99% [6,11]. Hasil iradiasi
vial polietilen yang berisi komparator
setelah didinginkan selama satu hari
kemudian
dicacah
menggunakan
Spektrometer gamma dengan detektor
HPGe lalu dianalisis oleh software Gennie
91
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
54
2000 dan hyperlab. Untuk perhitungannya
digunakan software ko-AAN, dan hasilnya
disimpan dalam permanent database untuk
perhitungan secara kuantitatif unsur-unsur
dalam sampel limbah maupun dalam SRM
selanjutnya.
Mn,
Cs.
ISSN 1410-6086
57
Co,
60
Co,
65
Zn,
109
Cd,
133
Ba, dan
137
Dari kurva Gambar 1, dapat dilihat
bahwa efisiensi deteksi full-energy (εp)
akan naik dengan kenaikkan energi-γ pada
daerah energi rendah (Eγ < 100 keV),
Sedangkan pada daerah energi tinggi (Eγ >
100 keV) justru εp akan turun oleh kenaikan
energi-γ. Hal ini disebabkan karena pada Eγ
< 100 keV kemampuan sinar-γ pada energi
rendah cukup lemah untuk berinteraksi
dengan detektor tipe coaxial, kemudian
interaksi tersebut makin kuat (efektif)
dengan naiknya energi-γ dan maksimum
pada daerah energi sekitar 100 keV. Setelah
Eγ > 100 keV kemampuan sinar-γ menjadi
cukup besar sehingga kebolehjadian foton-γ
untuk lolos dari detektor tanpa berinteraksi
dengan detektor menjadi cukup besar
sehingga εp akan semakin menurun. Selain
itu, jarak sumber standar terhadap
permukaan detektor berpengaruh terhadap
εp, semakin dekat sumber standar maka
harga εp semakin besar dan kesalahan
pengukuran semakin besar. Sebaliknya
semakin jauh jarak sumber standar terhadap
permukaan detektor maka harga εp semakin
kecil dan kesalahan pengukuran semakin
kecil pula. Setiap sumber atau sampel yang
akan dicacah diletakan dalam posisi
geometri normal agar mendapatkan harga
efisiensi deteksi yang akurat.
3). Analisis Kuantitatif
Data spektrum hasil pencacahan dan
identifikasi sampel limbah dan bahan
standar
SRM
dianalisis
dengan
menggunakan software k0-AAN. Untuk
menghitung kandungan unsur-unsur secara
kuantitatif yang dinyatakan dalam satuan
mg/kg (untuk sampel yang semula cair
dikonversi dalam satuan mg/liter). Analisis
kuantitatif untuk bahan standar SRM Coal
Fly Ash 1633b, adalah untuk validasi
metode ko-AAN dengan menghitung Zscore. Analisis kuantitatif sampel limbah
dilakukan untuk sampel limbah cair dan
padat dari fasilitas pemurnian asam fosfat
(PAF-PKG), yaitu untuk menentukan
konsentrasi uranium dan logam berat
lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kalibrasi efisiensi deteksi pada
berbagai energi gamma dapat dilihat pada
Gambar 1.
Pengukuran efisiensi
dilakukan dari tingkat energi rendah sampai
ke
tingkat
energi
tinggi
dengan
menggunakan sumber-sumber standar 22Na,
1.00E001
Efisiensi
Energi gamma (γ) , keV
1.00E002
lev1
lev3
lev5
1.00E003
1.00E004
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
→ Energi gamma (γ), keV
Gambar 1. Kurva kalibrasi efisiensi deteksi full-energy (εp) terhadap energi -γ masing-masing
pada jarak 50 mm (level 1), 150 mm (level 3), dan 250 mm (level 5).
92
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
Peak to Total Ratio (P/T)
Hasil penentuan Peak to Total
Ratio (P/T) untuk energi gamma dari 20 –
40.000 keV dalam bentuk kurva dapat
dilihat pada Gambar 2.
Peak to Total Ratio (P/T) dihitung
menggunakan software ko, berdasar data
dari sumber-sumber standar yang memiliki
puncak energi-γ yang bebas dari
coincidence seperti 137Cs, 57Co, 60Co, dan
65
Zn. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh hasil perbandingan puncak
energi-γ terhadap total background yang
tepat. Setiap sumber dideteksi dengan
waktu pencacahan yang cukup lama untuk
mendapatkan luas puncak serapan total
yang sempurna pada setiap unsur sehingga
kesalahan statistik pencacahan kurang dari
0,5 %. Data Peak to Total Ratio (P/T)
dibutuhkan untuk mengkonversi efisiensi
deteksi full-energy (εp) menjadi total
efisiensi deteksi (εt).
Parameter Reaktor Kanal RS01-RS04
(φth, φfast, f, dan α)
ISSN 1410-6086
Fasilitas iradiasi yang digunakan
di reaktor G.A. Siwabessy terdiri dari 4
kanal yaitu RS01, RS02, RS03, dan RS04.
Distribusi neutron pada reaktor mengalami
fluktuasi pada daerah dan waktu yang
berbeda, sehingga diperlukan penentuan
parameter-parameter φth, φfast, f, dan α pada
setiap fasilitas kanal iradiasi. Hasil
pengukuran parameter reaktor pada setiap
kanal iradiasi ditunjukkan pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
setiap kanal memiliki fluks yang berbeda,
namun untuk setiap parameter f dan α relatif
tetap konstan. Hal ini disebabkan antar fluks
termal dan epitermal memiliki korelasi,
dimana jika fluks termal bertambah besar
maka fluks epitermal pun bertambah besar
sehingga rasio perbandingannya akan tetap
konstan. Dengan adanya flukstuasi neutron
pada waktu yang berbeda, maka setiap
sampel yang akan di iradiasi ditambahkan
komparator Au pada setiap layer sebagai
pemantau fluks termal pada satu sampel
yang diiradiasi, sehingga analisis sampel
dapat ditentukan dengan kondisi fluks termal
yang sebenarnya
Gambar 2. Kurva hubungan Peak to Total Ratio (P/T) terhadap energi sinar gamma ( γ ).
93
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter Reaktor setiap kanal Fasilitas Iradiasi Reaktor G.A
Siwabessy.
Kanal
RS01
RS02
RS03
RS04
φth
17
φfast
15
2.49x10 ±1.49x10
2.13x1017±1.59x1015
1.62x1017±2.1 x1015
2.95x1017±3.8x1015
Semua hasil pengukuran efisiensi
deteksi full-energy (εp), Peak to Total Ratio
(P/T), total efisiensi deteksi (εt), dan
parameter Reaktor Kanal (φth, φfast, f, dan α)
tersebut di atas selanjutnya digunakan
untuk data masukan perhitungan secara
kuantitatif
konsentrasi
unsur-unsur
menggunakan software ko-AAN. Analisis
unsur-unsur diukur dengan pencacahan
langsung dari nuklida hasil aktivasinya,
kecuali uranium yang mengalami reaksi
aktivasi 238U(n,γ )239U ditentukan dengan
mengukur aktivitas 239Np (T1/2 = 2,36 hari)
yang merupakan anak luruh dari 239U
(T1/2 = 23,47 menit) [5,13].
Hasil Analisis SRM NIST 1633b Coal Fly
Ash
Hasil analisis kuantitatif dengan
menggunakan metode ko-AAN untuk SRM
NIST 1633b Coal Fly Ash dibandingkan
dengan sertifikatnya dapat dilihat pada
Tabel 2. Pada Tabel 2 ini didapatkan
perbedaan pada setiap unsurnya dan dari
besarnya Z-score yang merupakan suatu
bilangan yang menunjukkan besarnya
ketepatan analisis suatu unsur. Nilai Zscore sekitar -3 sampai +3 menyatakan
bahwa ketepatan hasil analisis adalah
sebesar 99% [11]. Ketepatan analisis setiap
unsur dari hasil pengukuran untuk unsur
Ce, Cr, Fe, Zn, Sr, dan Yb memilki Z-score
diatas ± 3. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan waktu iradiasi, seperti Ce
dengan
waktu
iradiasi
medium
dibandingkan dengan Ce dengan waktu
iradiasi panjang didapat nilai Z-score
masing-masing -5.3 dan -3.8. Dari kedua
94
16
14
1.07x10 ±2.2x10
1.02x1016±2.6x1014
4.86x1016±5.7x1014
2.29x1016±3.29x1014
F
α
41,60
40,61
41,61
43,95
0,02
0,02
0,02
0,02
nilai tersebut dapat dikatakan bahwa Ce
lebih baik di iradiasi pada waktu iradiasi
panjang.
Waktu
pencacahan
juga
mepengaruhi hasil analisis, karena puncak
yang terbentuk belum sempurna dan
memberikan
ketidakpastian
yang
signifikan. Ketepatan hasil analisis unsur
dalam sampel dapat pula dilihat dari %
kesalahan atau rasio hasil perbandingan
antara hasil pengukuran dengan data
sertifikat. Hasil dikatakan baik jika
kesalahannya kecil (<10%) atau nilai
rasionya mendekati 1.
Pada Tabel 2
menunjukkan
bahwa dengan iradiasi panjang memberikan
lebih banyak unsur yang dapat dideteksi
(20 unsur termasuk uranium) daripada
dengan iradiasi medium (hanya 10 unsur
yang terdeteksi dan uranium tidak
terdeteksi). Selain itu yang memenuhi Zscore pada iradiasi panjang ada 15 unsur
dan untuk iradiasi medium ada 8 unsur.
Sedang untuk kesalahan yang < 15% pada
iradiasi panjang ada 9 unsur, sedang pada
iradiasi medium hanya 4 unsur. Untuk
meningkatkan ketepatan dan ketelitian
dapat dilakukan dengan menambah waktu
iradiasi dalam reaktor. Jenis SRM tersebut
dipilih karena mengandung uranium
sebagaimana sampel limbah yang akan
dianalisis.
Analisis Unsur-Unsur Logam
Pencacahan
sampel
(setelah
iradiasi) dengan spektrometer gamma
menghasilkan spektrum gamma untuk
masing-masing sampel.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
Tabel 2 : Perbandingan hasil analisis SRM NIST 1633b Coal Fly Ash dengan metod ko-AAN
pada iradiasi medium dan pada iradiasi panjang terhadap harga sertifikatnya.
Hasil analisis dengan metode ko-AAN
Unsur
Harga ρa
Sertifikat
(µg/g)
Iradiasi medium (30 menit)
ρa (µg/g) Z-score
Iradiasi Panjang (4 jam)
Kesalahan
(%)
ρa (µg/g)
Z-score
Kesalahan
(%)
10,73
4,05x101
-0,2
-1,219
-5,05
1,49x10
2
-3,3
-24,75
1,05x10
5
4,5
32,91
5,30x10
1
1,2
6,00
2
4,3
4,04
Sc
4,10x101
4,54x101
Cr
1,98x10
2
1,88x10
2
7,78x10
4
1,18x10
5
5,00x10
1
5,47x10
1
Zn
2,10x10
2
ttd
-
-
2,95x10
Sr
1,04x103
ttd
-
-
7,53x102
-7,5
-27,88
Sb
6,00
ttd
-
-
6,35
Fe
Co
1,10x10
1
7,09x10
2
1,90x10
2
8,50x10
1
Sm
2,00x10
1
Eu
4,10
Tb
Yb
Cs
Ba
Ce
Nd
7,49
2,2
-0,7
5,0
0,7
-1,1
ttd
-
8,98x10
1
ttd
-5,3
-
1,77x10
1
51,28
9,40
-31,82
-52,63
-
0,7
5,83
1,04x10
1
-0,3
-5,45
1,07x10
3
2,2
50,70
1,37x10
2
-3,8
-27,89
5,93x10
1
-0,9
-30,23
1
-1,8
-23,50
-0,3
-11,50
1,53x10
2,67
-1,8
-34,88
3,82
-0,3
-6,83
2.60
ttd
-
-
2.43
-0,4
-6,54
7.60
ttd
-
-
5.75
-4,2
-24,34
-0,5
-17,5
-0,4
-3,82
Lu
1.20
5,77x10
Hf
6.80
ttd
Ta
1.80
Th
2.57x10
U
8.79
-1
ttd
1
1,98x10
ttd
1
-2,5
-51,67
9.89x10
-
-
6.54
-
-
2.07
-1
0,6
15,00
1
-2,2
-19,45
2,4
30,68
-2,0
-22,95
2.07x10
-
-
1.15x101
ρa = konsentrasi unsur analit dalam mg/kg atau µg/g, ttd = tidak terdeteksi.
Spektrum gamma pada Gambar 3
menunjukkan bahwa secara kualitatif, energi
puncak
(Eγ)
menunjukkan
jenis
radionuklida suatu unsur. Secara kuantitatif,
tingginya puncak-puncak merupakan jumlah
cacah dari sinar gamma yang menunjukkan
besarnya konsentrasi unsur dalam sampel
yang selanjutnya dapat ditentukan dengan
metode
ko-AAN.
Hasil
analisis
menggunakan software ko-AAN (dari IAEA)
ditunjukkan pada Tabel 3 yang merupakan
hasil konsentrasi rata-rata dari analisis
dengan metode ko-AAN. Pada analisis ini
diperoleh 23 unsur yang terdapat dalam
limbah industri asam fosfat. Dari unsur-
unsur tersebut terdapat kandungan uranium
(unsur radioaktif) dan beberapa logam berat
lainnya yang bersifat racun.
Batas konsentrasi yang boleh dibuang
ke lingkungan sesuai dengan batas kadar
tertinggi yang diizinkan (BKTD) untuk
uranium, menurut Kep. Ka. BAPETEN No.
02/Ka/BAPETEN/V/1999 dalam air yaitu
1x103 Bq/liter [14] atau setara dengan 91
mg/liter. Dari hasil analisis pada sampel
cairan filtrat limbah Ec dan limbah Hc
mengandung uranium di bawah BKTD, yaitu
tidak terdeteksi dan 0,282±0,064 mg/liter.
Kadar uranium ini di bawah BKTD sudah
95
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
bisa dibuang ke lingkungan apabila kadar
unsur logam lain juga memenuhi BKTD.
Hasil analisis sampel padatan limbah Ep dan
limbah Hp (hasil dari penyaringan limbah Ec
dan Hc) mengandung uranium masingmasing 15.233 ± 3501 mg/kg dan 10.825 ±
1379 mg/kg. Kadar ini melebihi batas limbah
padat yang diizinkan, yaitu 70 kBq/kg atau
setara dengan 673 mg/kg (UU No. 10/1997
tentang Ketenaga Nukliran, pasal 1 ayat 9)
[15]
.
Selain uranium, unsur-unsur logam lain
yang terkandung dalam sampel limbah
adalah Ag, Br, Cs, Eu, Fe, Ge, Ir, Hg, Ho,
La, Na, Nd, Sb, Sc, Sn, Ta, Tb, Th, Tm, W,
dan Zn dengan konsentrasi tidak terdeteksi
sampai
konsentrasi
yang
perlu
dipertimbangkan untuk pengolahan limbah.
Dari unsur-unsur logam berat tersebut hanya
unsur As, Cd, dan Zn yang masuk ke dalam
golongan logam berat yang dipersyaratkan
untuk air kelas II dan III. Hal ini sesuai
ISSN 1410-6086
dengan PP No. 82/2001 (tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air), bahwa kandungan unsur yang perlu
diperhatikan adalah As, Co, B, Se, Cd, Cr,
Cu, Pb, Hg, dan Zn dengan batas kadar
tertinggi yang diizinkan (BKTD) dalam air
kelas II dan III bervariasi antara 0,02 – 1
mg/liter [16]. Air kelas II adalah air yang
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar,
perternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan lainnya yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan air tersebut.
Sedang air kelas III tidak termasuk untuk
prasarana/sarana rekreasi air. Sampel limbah
cair (filtrat/beningan) mengandung Zn
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
BKTD untuk air kelas II dan III (BKTD
untuk Zn adalah sebesar 0,05 mg/liter) [16].
Berdasarkan data hasil analisis pada Tabel 3,
limbah-limbah
tersebut
dapat
diiidentifikasikan seperti terlihat pada
Tabel 4.
Tabel 3 : Hasil analisis unsur-unsur dalam limbah cair dan dalam limbah padat hasil pemisahan
limbah dari Fasilitas PAF-PKG
Unsur
Analisis limbah cair
Konsentrasi unsur ( µg/ml )
BD
(µg/ml )
Sampel Ec
Sampel Hc
Ag
1,50
< BD
Br
0,549±0,181
0,155
Cr
1,55
< BD
Cs
0,544±0,133
0,243±0,044
0,120
Eu
0,00764
0,070
Fe
247
Ge
233
< BD
Ir
0,0084±0,0006
0,0034
Hg
17,5
Ho
0,544±0,133
11,3
< BD
La
1,60
< BD
Na
351± 29
2,36
Nd
2,94
< BD
Sb
0,0896±0,0057
0,015
Sc
0,044±0,0006
0,046 ± 0,005
0,026
Sn
33,4
< BD
Ta
0,150±0,085
0,118±0,0087
0,10
Tb
0,0979<BD
0,088
< BD
Th
38,5
Tm
329,5±65,76
0,756
U
0,282±0,064
0,069
W
0,308
< BD
Zn
13,2±10,2
16,8±9,33
16,9
BD
= Batas Deteksi
< BD = Dibawah batas deteksi (BD).
= Tidak terdeteksi.
96
Analisis limbah padat
Konsentrasi unsur ( µg/g )
BD
( µg/g )
Sampel Ep
Sampel Hp
1,50
159 ± 17
0,155
1,55
20,1± 2,0
17,9
0,070
47400± 450
23400
1670
0,0034
336 ± 27
17,5
11,3
1930 ±115
1580
2480 ± 182
16000±1697
1,69
2,94
108±5,66
36,8
< BD
87,6±17,65
74,9±3,94
4,5
33,4
155
< BD
0,088
38,5
< BD
0,756
15233±3501
10825±1379
46
0,308
6810±42,4
124
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
Tabel 4 : Identifikasi limbah cair dan padat hasil pemisahan berdasarkan Batas Kadar Tertinggi
yang diizinkan (BKTD) untuk uranium dan logam berat lainnya.
Limbah
(sampel)
Kandungan
uranium a)
Kandungan logam
berat b)
Jenis limbah
Rekomendasi
Limbah Ec
CI.BL.XXII.b
(Zone IV.
CI.b. LXXII)
U < BKTD
Zn > BKTD
Ag,Br,Cs,Eu,Ho,Na,Sc
,Ta,Tb,dan Tm c)
B3
Pengolahan
Limbah-Hc
(L.XIV.b Zone
III)
U < BKTD
Zn > BKTD
Cr,Cs,Ge,Ir,Ho,La,Nd,
Sb,
Sb,Sc,Sn,Ta,Tb,dan W
B3
Pengolahan
c)
Limbah-Ep
(CI.A.LXXI.a
Zone IV)
U > BKTD
Zn > BKTD
Fe,Hg,La,Na,Sb,
Sc,Ta, dan Th c)
B3 dan radioaktif
Pengolahan
Limbah-Hp
(CI.BLXXII.a
Zone IV)
U > BKTD
Br,Cs,Na,Sb,dan Sc c)
B3 dan radioaktif
Pengolahan
a)
Berdasar Kep.Ka. Bapeten No. 02/Ka/BAPETEN/V/1999), Batas Kadar Tertinggi yang
diizinkan (BKTD) dalam air untuk uranium 1x103 Bq/liter setara 91 mg/liter [13], dan BKTD
untuk limbah padat 70 kBq/kg atau setara dengan 673 mg/kg [15].
b)
Berdasar pada PP No. 82/2001 (untuk air kelas II dan III) [16].
c)
Tidak dipersyaratkan pada PP No. 82/2001[16].
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa ke
dua jenis limbah cair (filtrat hasil pemisahan
padatan dalam limbah dari industri asam
fosfat) tersebut termasuk limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun), sedang untuk kedua
limbah padat (hasil pemisahan padatan
dalam limbah dari industri asam fosfat)
termasuk limbah B3 dan radioaktif
(konsentrasi uranium > BKTD). Limbahlimbah tersebut perlu dilakukan pengolahan
lebih lanjut sebagai limbah B3 (untuk limbah
cair) dan sebagai limbah B3 dan radioaktif
(untuk
limbah
padat),
sehingga
keberadaanya tidak mencemari lingkungan
hidup.
KESIMPULAN
Hasil analisis dengan metode koAAN pada limbah hasil pemisahan padatan
tak larut dalam limbah radioaktif cair dari
industri asam fosfat untuk sampel cairan
(filtrat/beningan),
rata-rata
sampel
mengandung
uranium
antara
tidak
terdeteksi sampai 0,282 ± 0,064 mg/liter,
yang memenuhi di bawah batas kadar
tertinggi yang diizinkan (BKTD). Hasil
analisis pada sampel padatan (limbah padat
hasil penyaringan), rata-rata mengandung
uranium antara 1,083x104 mg/kg 1,523x104 mg/kg, yang melebihi batas
kadar tertinggi yang diizinkan (BKTD)
untuk limbah padat. Unsur-unsur logam
berat lainnya yang terkandung dalam
sampel limbah diperoleh adanya Ag, Br,
Cs, Eu, Fe, Ge, Ir, Hg, Ho, La, Na, Nd, Sb,
Sc, Sn, Ta, Tb, Th, Tm, W, dan Zn dengan
konsentrasi tidak terdeteksi sampai
konsentrasi yang perlu dipertimbangkan
untuk pengolahan limbah. Sampel limbah
cair mengandung Zn dengan konsentrasi
yang lebih tinggi dari BKTD untuk air
kelas II dan III. Berdasar identifikasi
limbah maka limbah cair (filtrat/beningan)
termasuk katagori limbah B3, sedang
limbah padat (dari pemisahan padatan tak
larut dalam limbah cair) termasuk katagori
limbah B3 yang radioaktif (mengandung
uranium), sehingga kedua katagori limbah
tersebut perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut.
97
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
98
YANTO, Materi Training, Bagian I :
Bagian Proses pabrik pemurnian asam
fosfat, April 1988.
ZAINUS SALIMIN, GUNANDJAR,
ACHMAD ZAID, Pengolahan Limbah
Radioaktif Cair Organik dari Kegiatan
Dekomisioning Fasilitas Pemurnian
Asam Fosfat Petrokimia Gresik
Melalui Proses Oksidasi Biokimia,
Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Lingkungan VI, ITS Surabaya, 10
Agustus 2009.
BENEDICT, M., PIGFORD, H.
LEVI, Nuclear Chemical Engineering.
Mc Graw Hill. New york. hal 2630,1990.
CONNEL, D.W dan G.J. MILLER,
Kimia dan Ekotoksiologi Pencemaran.
Diterjemahkan oleh Yanti Koestoer.
UI Press. Jakarta, 1995.
IAEA-TECDOC -564, Practical Aspect
of Operating a Neutron Activation
Analysis
Laboratory, Tecnical
Document issued by IAEA, Vienna,
1990.
DE CORTE, F., SIMONITS, A., Vade
Mecum for ko- Users. DSM Research,
Geleen,1994.
TIAN WEIZHI, Metrological Role of
Reactor Neutron Activation Analysis
in Contemporary Inorganic Trace
Analysis. Proc.the 2001 FNCA
Workshop on the Utilization of
Research Reactors, Beijing-China,
Nov. 5-9, 2001.
NI BANFA, et.al. ko-NAA and its
Extention,
Software
as
Automatitation. Proc.The 2001 FNCA
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
ISSN 1410-6086
workshop on the Utilization of
Research Reactors, Beijing-Cina,
Nov.5-9, 2001.
JING YE CHEN DA, et.al., An
Analytical Software for NAA by using
ko Method.Proc. The 2001 FNCA
workshop on the Utilization of
Research Reactors, Beijing-Cina,
Nov. 5-9, 2001.
HO MANH DUNG, Development of
ko Standardization Method of NAA
(ko-NAA) Regarding Software and
Experiment in Dalat Research
Reactor of Vietnam. Proc. The 2001
FNCA workshop on the Utilization of
Research Reactors, Jakarta-Indonesia,
Jan.13-17, 2002.
M. ROSSBACH, et.al., The ko-IAEA
program. Journal of Radioanalytical
and Nuclear Chemistry, Vol. 274,
No.3 (2007) 657–662, 2007.
SUSETYO, W , Spektrometer
gamma, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 1988.
GUNANDJAR, Analisis Uranium dan
Thorium Dalam Limbah Dari Proses
Daur Bahan Bakar, Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Limbah VI,
Kawasan
Puspiptek
Serpong,
Tangerang-Banten, 24 Juni 2008.
Keputusan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir Nomor : 02/KABAPETEN/V/1999 Tentang Baku
Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan.
UNDANG-UNDANG No. 10 Tahun
1997 tentang Ketenaga-nukliran.
PP No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Download