13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional awal mulanya ditemukan oleh Adam Smith
tahun 1776 dengan teorinya yang berjudul Absolute Advantage , dimana teori ini
menjelaskan bahwa sumber keuntungan dari perdagangan luar negeri diperoleh
karena adanya spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi jumlah produksi dari negara
yang melakukan perdagangan luar negeri akan meningkat. Suatu negara sebaiknya
melakukan spesialisasi terhadap suatu barang atau jasa yang tidak efisien bila di
produksi sendiri. Efisien ini sendiri dilihat dari jangka waktu yang digunakan dalam
memproduksi barang atau jasa tersebut, bila suatu negara memproduksi barang atau
jasa yang sama namun negara A lebih membutuhkan waktu yang sedikit dalam
memproduksi ketimbang negara B maka negara A disebut lebih efisien.
Teori kedua oleh David Ricardo dimana teori ini menyempurnakan teori Adam
Smith. Pada tahun 1820. Teori ini bernama Comparative Advantage. Menurut teori
itu suatu negara akan memperoleh keuntungan bila berfokus pada bidang dimana
memiliki keunggulan komparatif yang selanjutnya disebut harga relatif yang akan
menggambarkan opportunity cost dalam memproduksi barang atau jasa.
Teori ketiga dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin (Herchscher-Ohlin)
pada tahun 1930 yang mengemukakan bahwa perdagangan internasional didasarkan
pada faktor produksi (tenaga kerja dan faktor lainnya) yang dimiliki suatu negara.
Suatu negara mungkin memiliki tenaga kerja yang melimpah namun memiliki modal
yang terbatas sedangkan negara lain berkebalikannya. Hal ini yang menyebabkan
adanya spesialisasi dan mengekspor suatu jenis produk ke negara lain.
Setelah teori ini, 50 tahun kemudian peneliti menyadari bahwa pola perdagangan
internasional tidak mengikuti teori dari Heckscher-Ohlin. Mereka mengamati bahwa
diantara negara-negara kaya telah berkembang intra-industri. Pola ini menunjukkan
13
14
bahwa suatu negara mengekspor dan mengimpor barang yang hampr sama jenisnya
misalnya Negara Swedia mengekspor mobil Volvo dan mengimpor mobil Toyota.
Kondisi ini tidak sesuai dengan teori Adam Smith maupun David Ricardo.
Karena perdebatan yang membingungkan ini maka pada tahun 1979 seorang peneliti
bernama Krugman memperkenalkan teori perdagangan yang baru yang menunjukkan
pertumbuhan dalam perdagangan dalam bentuk variasi konsumsi. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa terjadinya perdagangan intra-industri dan didasari oleh asumsi
economic of scale dimana produksi misalnya akan menurunkan biaya produksi.
Perdagangan internasional terjadi dikarenakan 2 alasan, yang pertama karena negara
itu tidak dapat memproduksi barang tersebut dan yang kedua negara tersebut bisa
memproduksi tapi jumlahnya yang kurang memenuhi kebutuhan dalam negara
menyebabkan negara itu tetap mengimpor.
Manfaat dari perdagangan internasional adalah sebagai berikut :
1.
Menjalin Persahabatan Antar Negara: dengan menjalin persahabatan ini bisa
memperluas pasar dan mempermudah dalam memasuki suatu negara.
2.
Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri:
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional,
setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
3.
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi: Sebab utama kegiatan perdagangan
luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh
spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang
sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya
lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
4.
Memperluas pasar dan menambah keuntungan: Terkadang, para pengusaha
tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal
karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan
turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional.
pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual
kelebihan produk tersebut keluar negeri.
15
5.
Transfer teknologi modern: Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu
negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara
manajemen yang lebih modern
Selain perdagangan internasional memiliki manfaat yang baik, banyak pula faktorfaktor yang mendorong dan menjadi alasan suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut :
1. Faktor Alam / Potensi Alam
2. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
3. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
4. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah sumber daya ekonomi
5. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
6. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
7. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
8. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
9. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.
Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan dengan berbagai
negara, dimana dalam melakukan ekspor, setiap komoditas yang diekspor memiliki
kode tersendiri yang membedakan dengan produk lainnya. Harmonized System atau
biasa disebut HS adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara
sistematis
dengan
tujuan
mempermudah
penarifan, transaksi perdagangan,
pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi sebelumnya.
Berikut adalah beberapa jenis kegiatan dalam suatu perdagangan internasional atau
antara negara dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya :
1.
Ekspor
Dibagi dalam beberapa cara antara lain :
16
a.
Ekspor Biasa : Pengiriman barang keluar negeri sesuai dengan
peraturan yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar
negeri, mempergunakan L/C dengan ketentuan devisa.
b.
Ekspor Tanpa L/C : Barang dapat dikirim terlebih dahulu,
sedangkan eksportir belum menerima L/C harus ada ijin khusus
dari departemen perdagangan
2.
Barter
Pengiriman barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang
yang dibutuhkan dalam negeri. Jenis barter antara lain :
a.
Direct Barter :
Sistem pertukaran barang dengan barang
dengan menggunakan alat penentu nilai atau lazim disebut dengan
denominator of value suatu mata uang asing dan penyelesaiannya
dilakukan melalui clearing pada neraca perdagangan antar kedua
negara yang bersangkutan.
b.
Switch Barter : Sistem ini dapat diterapkan bilamana salah
satu pihak tidak mungkin memanfaatkan sendiri barang yang akan
diterimanya dari pertukaran tersebut, maka negara pengimpor dapat
mengambil
alih
barang
tersebut
ke
negara
ketiga
yang
membutuhkannya.
c.
Counter Purchase : Suatu sistem perdagangan timbal balik
antar dua negara. Sebagai contoh suatu negara yang menjual barang
kepada negara lain, maka negara yang bersangkutan juga harus
membeli barang dari negara tersebut.
d.
Buy Back Barter : Suatu sistem penerapan alih teknologi dari
suatu negara maju kepada negara berkembang dengan cara
membantu menciptakan kapasitas produksi di negara berkembang ,
yang nantinya hasil produksinya ditampung atau dibeli kembali
oleh negara maju.
Faktor penghambat dalam melakukan perdagangan internasional:
1. Tidak amannya suatu negara
Amannya suatu negara merupakan pertimbangan terjadinya perdagangan
internasional . Jika negara memiliki kondisi yang aman maka para pedagang
17
akan mendekat namun jika tidak maka pedagang akan beralih ke negara yang
lebih aman. Faktor keamanan yang memengaruhi para pedagang untuk
melakukan perdagangan internasional
2. Kebijakan ekonomi internasional oleh pemerintah.
Beberapa kebijakan ekonomi suatu negara yang menghambat kelancaran
perdagangan internasional. Contohnya, pembatasan jumlah impor, pungutan
biaya impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit.
3.
Tidak stabilnya kurs mata uang asing
Kurs mata uang asing yang tidak stabil membuat para eksportir maupun
importir mengalami kesulitan dalam
menentukan harga valuta asing.
Kesulitan dari hal tersebut berdampak pula terhadap harga penawaran
maupun permintaan dalam perdagangan.
Dalam perdagangan internasional juga terjadi proses yang dinamakan ekspor.
Ekspor merupakan kegiatan mengirimkan atau memperdagangkan barang atau jasa
ke luar negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Orang atau badan yang
melakukan kegiatan ekspor disebut eksportir. Melalui kegiatan ekspor ini suatu
negara akan memperoleh devisa (alat pembayaran luar negeri) yang sangat
diperlukan untuk membiayai proses pembangunan bangsa. Kegiatan ekspor
memegang peranan yang cukup penting dalam rangka pengendalian inflasi dan
mendorong produksi dalam negeri, khususnya komoditi yang akan diekspor.
Kegiatan ekspor disertai dengan berbagai faktor yang mendukung dalam proses
ekspor yaitu:
1. Modal yakni hal penting dalam rangka biaya pengadaan bahan baku, biaya
pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan biaya pengangkutan.
2. Barang yakni diekspor harus dijamin kualitasnya, mulai dari bahan baku yang
dipilih, pengolahan yang dilakukan oleh tenaga profesional, sampai menjadi
barang siap pakai dengan kemasan yang aman.
3. Peluang pasar yakni hal sangat penting dalam perdagangan. Keberhasilan
ekspor sangat ditentukan oleh adanya kepercayaan pelanggan ataupun
konsumen.
18
4. Peraturan yakni hal penting yang harus diperhatikan oleh eksportir, baik
peraturan yang berlaku di negara kita maupun yang berlaku di negara tujuan
ekspor.
Ekspor pun dapat memberikan keuntungan bagi negara itu sendiri. Maka itu akan
lebih baik kalau ekspor lebih besar ketimbang impor yang dilakukan suatu negara.
Berikut manfaaat bagi negara yang melakukan kegiatan ekspor yakni sebagai
berikut:
1.
Menambah pemasukan negara
2.
Membuka lapangan kerja
3.
Meyerap tenaga kerja
4.
menambah pemasukan kas negara
5.
Meningkatkan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan antarnegara
asal dan negara tujuan.
Ekspor merupakan pengiriman barang ke luar negeri dengan melewati serangkaian
proses. Proses ekspor dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Ekspor langsung adalah proses penjualan barang tanpa melalui perantara atau
pengiriman langsung menuju kepada konsumen. Kelemahan dari ekspor
langsung adalah biaya transportasi lebih tinggi.
2. Ekspor tidak langsung adalah proses penjualan barang melalui perantara dari
negara asal. Seorang perantara ekspor ini disebut dengan eksportir.
Keuntungan kita pada ekspor tidak langsung adalah kita tidak perlu
mengurusi surat atau administrasi. Kelemahannya adalah kita tidak bisa
memperoleh keuntungan yang lebih maksimal karena ditangani oleh pihak
lain.
Di dalam melakukan ekspor, ada empat tahap yang harus dilalui agar bisa
mengekspor barang yaitu:
1. Mengidentifikasi pangsa pasar di negara lain
2. Menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui kebutuhan pasar dengan
kamampuan ekspor kita.
3. Pertemuan dengan agen atau eksportir.
4. Mengalokasikan sumber daya yang ada.
19
2.2 Harga Kakao
Menurut Stanton (1984), Price is value expressed in terms of dollars and
cens, or any other monetary medium of exchange. Kurang lebih memiliki arti yaitu,
harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter
lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Alex S Nitisemito, diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang
diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa)
yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang
atau jasa, Tjiptono mengatakan bahwa harga merupakan unsur satu–satunya dari
unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi
perusahaan di banding unsur bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan
distribusi).
Dalam memproduksi suatu produk pastilah akan disangkutpautkan dengan harga.
Harga merupakan komponen penting yang berhubungan dengan produk dan
perdagangan. Dalam menciptakan harga tentulah dihitung dari segi modal baik
sumber daya alam, sumber daya manusia, produksi, teknologi, dan hal lainnya yang
perlu diperhitungkan, namun harga kakao tidak bisa ditentukan sendiri , harga kakao
mengikuti harga pasaran dunia.
Tujuan dari penentuan harga adalah :
1. Mencapai sasaran pengembalian atas investasi
Dalam membuat produk yang dicari pastilah profit, maka dari itu tujuan
jangka panjang dari pembuatan produk berkualitas adalah laba yang optimal
2. Membangun arus lalu lintas produk
Memberi harga yang terjangkau dibanding pesaing tentu akan menarik rasa
penasaran konsumen untuk membeli produk tersebut dan bisa membangun
basis pelanggan pada tujuan jangka panjangnya.
20
3. Mendapat pangsa pasar
Menggunakan strategi agar masyarakat bisa tertarik melihat promosi dan
produk misalnya memberikan suku bunga kredit yang rendah atau potongan
harga
4. Menciptakan suatu citra
Harga yang baik akan menimbulkan citra yang baik pula di mata konsumen
5. Mencapai tujuan-tujuan social
Harga yang ditentukan disesuaikan dengan target pasar, misalnya saja untuk
golongan menengah kebawah dibuatlah harga yang lebih ekonomis sehingga
semua mampu membeli
Dalam harga, dikenal beberapa istilah seperti harga berdasarkan pesaing atau
competition based pricing yang berarti strategi yang dilakukan pesaing-pesaing lain
yang didasarkan dengan beberapa faktor seperti kesetiaan pelanggan, iklim
persaingan, anggapan terhadap perbedaan-perbedaan. Istilah lainnya adalah
kepemimpinan harga atau price leadership yang berarti prosedur melalui satu atau
lebih perusahaan dominan dalam menetapkan penentuan harga yang akan diikuti
oleh semua pesaingnya. Penentuan harga pun berhubungan dengan pesaing. Dimana
dengan competitor produk sejenis harganya akan berbeda tipis, mana yang lebih
murah tentu akan lebih ramai pembeli. Berikut adalah strategi agar harga tidak kalah
dengan pesaing :
1. Relative Pricing
Menentukan harga di atas, di bawah atau sama dengan tingkat harga
persaingan di mana gerakan harganya mengikuti gerakan pesaing.
2. Follow the Leader Pricing
Penetapan harga produk baik barang maupun jasa diserahkan para pimpinan
pasar / penimpin pasar dan tidak menetapkan harga sendiri.
Setelah mengetahui strategi harganya, dalam mengekspor kakao, dibutuhkan
langkah-langkah dalam menentukan kebijakan harga. Kebijakan harga ini dikutip
dari buku “Marketing Management” yang ditulis oleh Kotler Keller:411 yaitu :
1. Memilih tujuan harga untuk memaksimalkan profit atau memaksimalkan
persebaran pasar di berbagai negara
21
2. Melihat permintaan pasar
3. Memperkirakan biaya dengan mengakumulasi berbagai biaya untuk produksi
transportasi dan biaya operasional lainnya.
4. Menganalisa harga pesaing,
5. Menentukan metode dalam penentuan harga
6. Memilih harga yang telah disepakati
Kakao merupakan produk yang menggunakan strategi follow the leader pricing,
dimana harga kakao mengikuti harga dunia sekarang (Bursa New York) dan harga
kakao pun terbagi dua untuk kakao fermentasi dengan harga lebih mahal atau yang
tidak difermentasi seperti yang dijual oleh Indonesia dengan harga yang lebih murah.
Berdasarkan data dari
Direktorat Jendral Perkebunan, kakao Indonesia tidak
difermentasi, hanya dijemur lalu dijual dengan alasan agar cepat mendapat
keuntungan tanpa harus menunggu berhari-hari. Pada dasarnya, fermentasi kakao
berguna untuk membentuk cita rasa pada kakao dan menyebabkan harga jual menjadi
lebih mahal.
2.3
Produksi Kakao
Produksi memiliki pengertian pembuatan barang atau jasa dengan
menggunakan faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, kewirausahawan,
dan pengetahuan)
Dalam suatu produksi dikenal yang namanya manajemen produksi yang berarti
semua aktivitas yang dilakukan para manager untuk membantu perusahaan dalam
menghasilkan barang, mentransformasi sumber termasuk sumber daya manusia
menjadi barang dan jasa. Manajemen operasi ini terdiri dari inventaris, kontrol
kualitas, perencanaan produksi, jasa follow-up dan lain-lain. Manajemen operasi
dalam bidang jasa termasuk menciptakan pengalaman yang bagus bagi konsumen
yang menggunakan layanan jasa.
Produksi barang dan jasa akan melewati tahap proses dimana dikenal dengan istilah
form utility atau penambahan nilai pada suatu produk. Proses produksi terbagi
menjadi 3 :
1. Proses Manufaktur: bahan mentah diubah menjadi suatu barang jadi seperti
biji kakao yang merupakan bahan mentah lalu diolah menjadi coklat.
22
2. Proses Perakitan: menyatukan komponen, contoh setelah biji kakao diolah
lalu menjadi bubuk kakao dan dicampur dengan bahan lain sehingga menjadi
minuman siap saji yang lezat
3. Proses yang berkelanjutan: proses diatas terjadi secara berulang-ulang demi
terciptanya produk yang siap dijual ke konsumen (Pengantar Bisnis
Understanding Business 2010 : 305-308)
Faktor-faktor dalam melakukan produksi terbagi menjadi 3 :
1. Tanah dan Sumber Daya Alam
Tanah, berbagai jenis barang tambang, hasil hutan. Kekayaan alam meliputi :
tanah dan keadaan iklim, keadaan hutan, kekayaan dibawah tanah (barang
tambang), kekayaan air sebagai sumber penggerak pengangkutan, dll
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah semua yang bersedia dan mampu bekerja. Dalam hal ini
baik berupa pekerja yang mendapat bayaran maupun berkerja dalam keluarga
ataupun yang menganggur tapi mampu untuk bekerja. Berdasarkan umur,
tenaga kerja dibagi menjadi 3 :
a. Penduduk dibawah usia kerja (15 tahun)
b. Golongan antara 15-64 tahun
c. Golongan diatas 65 tahun
3. Modal
Faktor produksi berupa benda yang dipakai untuk menunjang kegiatan
produksi agar berjalan dengan lancar. Contoh : bangunan pabrik, mesinmesin. Modal ini juga berupa bahan mentah atau biasa disebut inventory/
stock.
4.
Keahlian/kewirausahawan
Faktor produksi yang berbentuk keahlian dan kemampuan usaha untuk
mendirikan dan mengembangkan berupa benda-benda yang diciptakan
manusia dan digunakan untuk memproduksi barang/jasa. Dalam keahlian ini
diperlukan yang namanya skil. Skill ini terbagi menjadi 3 :
1.
Managerial
skill
:
kemampuan
kesempatan sebaik-baiknya.
untuk
menggunakan
23
2.
Techonology skill : keahlian yang bersifat ekonomi teknis
3.
Organizational skill : kecerdasan untuk mengatur berbagai
usaha. Berkaitan dengan lingkungan didalam perusahaan.
Maupun kegiatan dalam rangka masyarakat seperti koperasi.
Dua konsep mengenai kegiatan produksi antara lain sebagai berikut :
1.
Kegiatan menghasilkan barang dan jasa: kegiatan produksi dalam
menghasilkan barang dan jasa adalah menghasilkan barang dan jasa yang
belum ada sehingga bertambah jumlahnya atau memperbesar ukurannya.
Contohnya adalah usaha pertanian, peternakan dan perikanan.
2.
Kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa : kegiatan produksi dalam
menambah nilai guna barang dan jasa adalah kegiatan yang menambah nilai
guna barang dan jasa sehingga barang dan jasa menjadi lebih tinggi.
Contohnya adalah tempe yang dibuat dari kedelai, kripik yang dibuat dari
singkong, dan pakaian yang dibuat berasal dari kain.
Faktor produksi adalah segala sesuatu yang perlukan dalam kegiatan produksi
terhadap suatu barang dan jasa. Faktor-faktor produksi terdiri dari alam (natural
resources), tenaga kerja (labor), modal (capital), dan keahlian (skill) atau sumber
daya pengusaha (enterpreneurship).
Faktor-faktor produksi alam dan tenaga kerja adalah faktor produksi utama (asli),
sedangkan modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi turunan. Produksi
kakao Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu, hal ini
diakibatkan karena banyak faktor seperti faktor cuaca yang menyebabkan gagal
panen atau hasilnya tidak bagus, dan kurangnya biaya untuk menghasilkan kakao
yang baik dan berkualitas serta kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki para
petani dalam menanam kakao sehingga hasil menjadi kurang maksimal.
Selain itu, Indonesia pun memiliki beberapa keunggulan dalam faktor produksi ,
keunggulannya diambil dari buku Panduan Lengkap kakao (2008:16) :
1. ketersediaan lahan yang cukup luas
2. biaya tenaga kerja relatif murah
24
3. potensi pasar domestik besar
4. sarana transportasi yang baik
Produksi kakao yang baik juga dipengaruhi oleh kualitas penanaman kakao yang
baik juga. Namun pada kenyataannya, penanaman kakao Indonesia memiliki mutu
yang rendah dibanding negara pesaing, menurut Direktorat Jendral Perkebunan
Indonesia hal-hal yang menyebabkan mutu kakao rendah adalah antara lain:
1. Kualitas tanaman kakao Indonesia yang menurun, karena kebanyakan kakao
di Indonesia telah menua
2. Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback) dan hama PBK (Penggerek Buah
Kakao) yang menyerang kebanyakan perkebunan kakao di Indonesia
3. Biji kakao Indonesia jarang yang difermentasi terlebih dahulu, padahal mutu
biji yang telah difermentasi lebih baik daripada yang belum difermentasi
diserati dengan harga yang lebih mahal dan cita rasa yang lebih baik
4. Teknologi pasca panen yang masih sederhana dan mesin pengolahan yang
telah tua
5. Sarana dan prasarana pendukung yang kurang, seperti gudang; pasokan listrik
yang kurang; transportasi dari, ke dan di dalam kebun, tempat pengolahan dan
menuju negara pengekspor yang masih buruk.
2.4
Luas Areal Kakao
Luas areal atau wilayah memiliki pengertian bagian dari permukaan bumi
yang memiliki karakteristik tertentu dan berbeda dengan wilayah yang lain.
Berdasarkan Undang – Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1
disebutkan definisi wilayah dalam tata ruang, yaitu Wilayah: adalah ruang yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana: Tata Ruang
Wilayah Nasional: Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/aspek fungsional.
25
Kakao Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk
perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
Diiringi dengan keadaan tanah yang baik menyebabkan kakao dapat tumbuh subur
dan menghantarkan Indonesia menjadi produsen terbesar ketiga di dunia.
Dalam pembahasan mengenai luas areal, luas areal terdiri dari perkebunan rakyat,
perkebunan swasta dan perkebunan negara, maka dari itu akan dijelaskan sedikit
mengenai sejarah lahirnya istilah tersebut. Dikutip dari Direktorat Jendral
Perkebunan dijelaskan bahwa lahirnya pemerintahan orde baru disertai dengan
dilansirnya program pembangunan yang dikenal dengan sebutan Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun), membuat perkebunan kembali dilirik sebagai salah satu
sektor paling berpotensi untuk menghasilkan devisa negara. Langkah pertama
dimulai dengan tambahan modal dan peningkatan kemampuan Perkebunan Besar
Negara (PBN). Setelah itu, dimulailah langkah yang juga merupakan tonggak baru
pengelolaan perusahaan perkebunan di Indonesia yaitu menggabungkan kekuatan
Perkebunan Besar Negara dengan Perkebunan Rakyat. Penerapan pola pikir baru ini
dilakukan pada pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sejak awal 1980-an. Sejak saat itu
pola PIR sangat mewarnai pembangunan perkebunan di Indonesia. Langkah
selanjutnya di akhir dekade 1980-an ialah menggunakan kesuksesan ini sebagai
pemantik modal swasta untuk mendirikan Perkebunan Besar Swasta (PBS) baik
dengan pembangunan yang memanfaatkan Hak Guna Usaha (HGU) maupun melalui
Pada dasarnya luas lahan untuk penanaman kakao masih kurang mencukupi karena
terbagi-bagi dengan komoditas kakao lainnya, dimana seharusnya diperluas lagi
sehingga memberikan dampak yang positif terhadap harga kakao dan produksi kakao
serta ekspor kakao Indonesia, sehingga pada tahun 2009-2011, Kementrian Pertanian
melalui Direktorat Jendral Perkebunan merancang program Gerakan Nasional
Peningkatan Produksi dan Mutu kakao (Gernas kakao). Program ini mengacu pada
tanaman kakao yang sudah tua, rusak, tidak produktif, dan terkena serangan hama
dan penyakit dengan tingkat serangan sedang (tidak perlu rehabilitasi). Sekitar
14.500 ha kebun kakao dengan tanaman tidak terawat dan kurang pemeliharaan
sehingga perlu dilakukan intensifikasi. Oleh karena itu, program Gernas kakao
dilakukan melalui 3 metode yang diambil dari Direktorat Jendral Perkebunan:
26
1. Peremajaan Tanaman Kakao: Penyaluran benih kakao dan mensinkronkan
jadwal penyaluran bibit kakao sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
dilapangan.
2. Rehabilitasi Tanaman Kakao: Salah satu cara yaitu melalui melalui teknik
sambung samping. Teknik sambung-samping pada tanaman kakao merupakan
salah satu teknik peremajaan tanaman kakao yang sudah berumur lanjut (± 18
tahun). Teknik ini menggunakan batang atas (entris) dari kakao klon unggul
yang kemudian di sambungkan pada batang tanaman kakao dengan tujuan
untuk menghasilkan tanaman baru yang lebih produktif.
3. Intensifikasi Tanaman Kakao : upaya untuk meningkatkan produktivitas
tanaman kakao melalui penerapan standar teknis budidaya.
2.5 Kerangka Masalah
Produksi Kakao
(X1)
Luas Areal kakao
(X2)
Volume
Ekspor Kakao
(Y)
Harga Kakao (X3)
Keterangan :
Hipotesis X1 ke Y :
Ha : ada pengaruh antara produksi kakao dengan kenaikan/penurunan ekspor kakao
Indonesia
Ho : tidak ada pengaruh antara produksi kakao dengan kenaikan/ penurunan ekspor
kakao Indonesia
27
Hipotesis X2 ke Y :
Ha : ada pengaruh amtara jumlah luas areal kakao dengan kenaikan/penurunan
ekspor kakao Indonesia
Ho : tidak ada pengaruh antara jumlah luas areal dengan kenaikan/penurunan ekspor
kakao Indonesia
Hipotesis X3 ke Y :
Ha : ada pengaruh antara harga dengan kenaikan/penurunan ekspor kakao Indonesia
Ho : tidak ada pengaruh antara harga dengan kenaikan/penurunan ekspor kakao
Indonesia
Hipotesis X1 dan X2 ke Y :
Ha : ada pengaruh antara produksi kakao dan luas areal dengan kenaikan/penurunan
ekspor kakao
Ho : tidak ada pengaruh antara produksi kakao dan luas areal dengan
kenaikan/penurunan ekspor kakao
Hipotesis X2 dan X3 ke Y :
Ha : ada pengaruh antara luas areal dan harga dengan kenaikan/penurunan ekspor
kakao Indonesia
Ho : tidak ada pengaruh antara luas areal dan harga dengan kenaikan/penurunan
ekspor kakao Indonesia
Hipotesis X1 dan X3 ke Y :
Ha : ada pengaruh antara produksi kakao dan harga dengan kenaikan/penurunan
ekspor kakao Indonesia
Ho
:
tidak
ada
pengaruh
antara
produksi
kenaikan/penurunan ekspor kakao Indonesia.
kakao
dan
harga
dengan
28
Hipotesis X1, X2, dan X3 ke Y :
Ha : ada pengaruh antara produksi
kakao, luas areal , harga kakao dengan
kenaikan/penurunan ekspor kakao Indonesia
Ho : tidak ada pengaruh antara produksi kakao, luas areal , harga kakao dengan
kenaikan/penurunan ekspor kakao di Indonesia.
29
vi
Download