BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 2.1.1. Pengertian Udara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Udara
2.1.1. Pengertian Udara
Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat
penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk
bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan
ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001).
Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air dan CO2,
kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah
tanaman, pembakaran atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas
yaitu karena proses pernapasan (Agusnar, 2007).
Menurut Sunu (2001), komposisi udara terutama uap air (H2O) sangat
dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya.
Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya sebagai berikut:
a. Nitrogen
(N2)
= 78,09 %
b. Oksigen
(O2)
= 20,94 %
c. Argon
(Ar) = 0,93 %
d. Karbon dioksida (CO2) = 0,032 %
2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
Universitas Sumatera Utara
kualitas udara menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Keputusan
Menteri
Negara
Kependudukan
dan
Lingkungan
Hidup
R.I
No.
KEP-
03/MENKLH/II/1991).
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia
ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek
pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Chambers dan Masters dalam
Mukono, 2006 ).
Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam
konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan
mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Kumar dalam Mukono, 2008)
Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan kontaminan di atmosfer karena
ulah manusia (man made) , yang membedakan pencemaran udara alamiah dan
pencemaran udara di tempat kerja (occupational air pollution) (Mukono, 2006).
2.1.3.
Penyebab Pencemaran Udara
Menurut Sunu (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2
macam, yaitu:
a.
Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu:
1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.
2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas
vulkanik.
3) Proses pembusukan sampah organik.
Universitas Sumatera Utara
b.
Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu:
1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.
3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu atrisi
(attrition) penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion), dari ketiga proses
tersebut pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam kemampuannya
menimbulkan bahan polutan (Corman dan Masters dalam Mukono, 2008).
Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth & Cormick (1976:690),
penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Parameter Pencemar Udara
No
Parameter
Udara bersih
Bahan partikel
0,01-0,02 mg/m3
1.
Udara tercemar
0,07- 0,7 mg/m3
2.
SO2
0,003-0,02 ppm
0,02- 2 ppm
3.
CO
< 1 ppm
5- 200 ppm
4.
NO2
0,003- 0,02 ppm
0,02 – 0,1 ppm
5.
CO2
310- 330 ppm
350 – 700 ppm
6.
Hidrokarbon
< 1 ppm
1 – 20 ppm
Sumber : Buletin Who dalam Mukono, 2005
2.1.4. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
1. Polutan Primer
Menurut (Mukono, 2006), polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan
langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa:
Universitas Sumatera Utara
a.
Gas, terdiri dari:
1) Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan
karbon oksida (CO dan CO2).
2) Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.
3) Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
4) Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi dan bromin
Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari
sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang
dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel
debu. Gas NO2, SO2, HC dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran
oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil
(Mostardi dalam Mukono, 2008).
b.
Partikel
Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa
zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal
dari proses kondensasi, proses dispersi (proses menyemprot (spraying)
maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk
menunjukkan campuran bahan partikulat (paticulate matter), uap (fumes), gas
dan kabut (mist) (Mukono, 2005).
Adapun yang dimagsud dengan:
1) Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut jelaga) dan
merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.
Universitas Sumatera Utara
2) Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan.
3) Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi,
distilasi atau reaksi kimia.
4) Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu:
a.
Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron.
b.
Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron.
c.
Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.
2. Polutan Sekunder
Menurut (Mukono, 2005), polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi
dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh
adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan
arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Konsentarsi relatif dari bahan reaktan
2) Derajat foto aktivasi
3) Kondisi iklim
4) Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat (PAN) dan
Formaldehida ( Corman dan Chambers dalam Mukono, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Sumber Pencemaran Udara
Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir
60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%
terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses
industri, pembuangan limbah dan lainnya (Agusnar, 2007).
Tabel 2.2. Sumber Dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
No
Pencemar
Sumber
Keterangan
1.
Karbon
Buangan
kendaraan Standar
kesehatan:
10
monoksida (CO) bermotor, proses industri
mg/m³ (9 ppm)
2.
Sulfur dioksida Panas
dan
fasilitas Standar kesehatan: 80 µg/m³
(SO2)
pembangkit listrik
(0,03 ppm)
3.
Nitrogen
Buangan
kendaraan Standar kesehatan: 100
dioksida (NO2)
bermotor, panas dan fasilitas mg/m³ (0,05 ppm)
pembangkit listrik
Sumber : Bapedal, 2002
Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan
sumber tidak bergerak (Sarudji, 2010).
1.
Sumber Bergerak
Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: (a).
Kendaraan bermotor, (b). Pesawat terbang (c). Kereta api dan (d). Kapal, (Sarudji,
2010).
Dalam proses pembakaran bahan bakar maka timbullah gas buang dari
masing-masing kendaraan, yang diemisikan ke udara ambien sebagai pencemar. Hasil
pembakaran tersebut diantaranya adalah CO, CO2, SOx, NOx, Hidrokarbon dan bahan
dengan penambahan bahan aditif yang digunakan untuk menyempurnakan proses
pembakaran. Dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada sepeda motor
Universitas Sumatera Utara
merupakan kendaraan yang berkonstibusi besar dalam pencemaran CO, SO2 dan Pb
(Ryadi, 2002).
Tabel 2.3. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak
No
Kategori
Bahan
Uji
CO
Kendaraan
Bakar
tahap
gr/Km
Operasi
Maks
Rata-rata
1. Mobil penumpang
dengan
tempat
10
28,2 24,6
duduk Maksimal Bensin
9 orang
dengan Bensin
10
31,4 26,8
2. Mobil
berat dari 2-3 ton
3. Kendaraan
bermotor disel*)
-Direct injection
Solar
6
1.050 920
-Inderect injection Solar
6
1.050 920
Kendaraan roda
2*)
-Untuk 4 tak
Bensin
-Untuk 2 tak
Bensin
Keterangan : *) dalam ppm
Baku Mutu Maks
Hidrokarbon
gr/Km
Maks
Rata-rata
Ratarata
4,2
3,6
3,7
3,1
4,8
4,3
3,7
3,3
680
590
1.010
1.010
920
920
4.
Idling
Idling
4,5
3.300
Sumber : Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor
Kep-02/MENKLH/I/1988
2.
Sumber Tak Bergerak (Menetap)
Menurut (Sarudji, 2010), yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar
bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan
pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak
bakar, gas alam, dan kayu destilasi minyak. Berbeda dengan sarana transportasi,
sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap,
sehingga dalam pengelolaan lingkungannya perlu perencanaan yang matang,
Universitas Sumatera Utara
misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, metereologi, serta
rencana tata ruang di wilayah tersebut.
2.1.6. Jenis- Jenis Pencemaran Udara
Menurut (Harssema dalam Mulia, 2005), pencemaran udara diawali oleh
adanya emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke
udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun
kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses alam disebut biogenik
emissions, sebagai contoh gas methane (CH4) yang terjadi sebagai akibat
dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan
manusia disebut anthropogenic emissions contohnya adalah emisi udara yang
disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin,
solar, batubara), pemakaian zat- zat kimia yang disemprotkan ke udara dan
sebagainya.
Tabel 2.4. Jenis- Jenis Pencemar Udara
NO
Pencemaran udara
Menurut bentuk
1.
2.
Menurut tempat
3.
Gangguan kesehatan
4.
Susunan kimia
5.
Menurut asalnya
a.
b.
a.
b.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
a.
b.
Jenisnya
Gas
Partikel
Ruangan (Indoor)
Udara bebas (outdoor)
Iritanisia
Aspeksia
Anestesia
Toksis
Anorganik
Organik
primer
Sekunder
Sumber: Sunu, 2001
Universitas Sumatera Utara
Menurut Agusnar (2007), beberapa jenis pencemar udara yang paling sering
ditemukan adalah:
1.
Karbon Monoksida (CO)
2.
Nitrogen Dioksida (NO2)
3.
Sulfur Dioksida (SO2)
4.
Hidrokarbon (HC)
5.
Partikel
2.1.7. Pengaruh Meteorologi terhadap Penyebaran Pencemar
Meteorologi menjelaskan apa yang terjadi bila terdapat pencemar dari suatu
sumber emisi kemudian diukur di lain tempat akan menunjukkan hasil yang berbeda
sekalipun pada jarak yang sama dari sumber tersebut. Gerakan udara menyebabkan
proses pengenceran pencemar (Sarudji, 2010).
Beberapa pengaruh meteorologi dan iklim terhadap penyebaran pencemar
antara lain:
1.
Suhu
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat
menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain udara dingin akan
terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung
menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga
konsentrasi polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi. Dalam
keadaan tersebut, permukaan bumi tidak terdapat pertukaran udara sama
sekali. Apabila kondisi tersebut berlangsung lama maka kondisi permukaan
bumi akan penuh dengan polutan (Sastrawijaya, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2.
Arah dan Kecepatan Angin
Kecepatan angin memengaruhi distribusi pencemar, konsentrasi pencemar
akan berkurang jika angin kencang dan membagikan pencemar secara
mendatar dan tegak lurus. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan
terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara negara lain (Chandra,
2006).
3.
Hujan
Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang
terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai
sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya.
4. Topografi
Permukaan topografi memberikan efek kepada angin lokal, Perubahan suhu
udara diatas laut lebih lambat dibanding udara diatas daratan. Perbedaan
kecepatan ini mengakibatkan perbedaan suhu udara di diatas permukaan laut
dan darat, sehingga tekanan udara pun berbeda. Pada suhu yang lebih tinggi
tekanan udaranya menurun atau lebih rendah, sedangkan pada suhu udara
yang lebih rendah tekanannya lebih tinggi, hal ini mengakibatkan terjadinya
angin laut dan angin darat (Djajadiningrat, 1982).
Variabel yang ternasuk dalam faktor tofografi, antara lain:
a.
Dataran rendah
Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang
jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari
udara negara lain.
Universitas Sumatera Utara
b.
Pegunungan
Di daerah dataran tinggi sering terjadi inversi dan udara dingin yang
terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.
c.
Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala
penjuru, keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di
permukaan bumi.
2.1.8. Efek Bahan Pencemar Udara
Efek- efek pencemaran pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek
secara umum, efek terhadap lingkungan, efek terhadap ekonomi dan efek terhadap
kesehatan (Mukono, 2006).
1.
Efek Bahan Pencemar Udara Secara Umum
Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain:
a.
Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan
fauna.
b.
Memengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke permukaan
bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.
c.
Memengaruhi dan merngubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar
CO di udara, kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan
bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).
d.
Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap
benda yang terbuat dari logam.
e.
Menyebabkan warna kain dan pakaian menjadi cepat buram dan bernoda.
Universitas Sumatera Utara
2.
Efek Bahan Pencemar Udara terhadap Lingkungan
a.
Efek terhadap Kondisi Fisik Atmosfer
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain
adalah:
1) Gangguan jarak pandang (visibility).
2) Memberikan warna tertentu pada atmosfer.
3) Mempengaruhi struktur dari awan.
4) Mempengaruhi keasaman air hujan.
5) Mempercepat pemanasan atmosfer.
b. Efek terhadap Vegetasi
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain
adalah:
1) Perubahan morfologi, figmen dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan
terutama pada daun.
2) Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi.
3) Mempengaruhi proses reproduksi tanaman.
4) Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman.
5) Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (misalnya
lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi
vegetasi tersebut).
c.
Efek terhadap Kehidupan Binatang
Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan
(binatang liar) dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan
Universitas Sumatera Utara
berbahaya, sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien
terpapar oleh gas SO2.
3.
Efek terhadap Faktor Ekonomi
Efek negatif bahan pencemar terhadap faktor yang berhubungan dengan
ekonomi antara lain:
a.
Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos).
b.
Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).
c.
Kerugian
akibat
kontaminasi
bahan
pencemar
udara
pada
makanan/minuman oleh bahan beracun (kontaminasi oleh dioksin).
d.
Meningkatnya biaya perawatan/ pengobatan penyakit yang disebabkan
oleh pencemaran udara.
4.
Efek Bahan Pencemar terhadap Kesehatan
Menurut Djajadiningrat (1982), efek pencemaran udara terhadap kesehatan
manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut:
a.
Efek cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus
pencemaran udara juga akan meningkatkan kasus kesakitan dan kematian akibat
penyakit saluran pernafasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan
kematian mendadak karena adanya afinitas gas CO terhadap hemoglobin darah
(menjadi methaemoglobin) yang lebih kuat dibandingkan dengan afinitas O2
sehingga terjadi kekurangan gas oksigen dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
b.
Efek lambat
Pencemaran udara di duga salah satu penyebab bronkhitis kronis dan kanker
paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain, emfisema
paru, black lung disease, asbestosis, silikosis, bisinosis, dan pada anak-anak penyakit
asma dan eksema.
2.1.9. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap pencemaran udara tergantung dari
sifat dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah
dilakukan yaitu dengan menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari
terjadinya gangguan kesehatan (Sunu, 2001).
Pencegahan
disesuaikan
dengan
kebutuhan
dengan
memperhatikan
pengaruhnya teerhadap kesehatan dan peralatan yang digunakan. Tindakan yang
dilakukan untuk mencegah pencemaran udara seperti mengurangi polutan (beban
yang mengakibatkan polusi) dengan peralatan, mengubah polutan, melarutkan
polutan, dan mendispersikan (menguraikan) polutan (Sunu, 2001).
Menurut Mulia (2005), untuk mengawasi pencemaran udara, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan, yaitu :
1.
Mengurangi sumber pencemar, misalnya mempergunakan bahan bakar yang
tidak terlalu banyak menghasilakan aldehida, sulfur oksida, karbon oksida dan
lainnya, kecuali mesin yang dirancang khusus sehingga tidak terlalu
menghasilkan gas sisa. Dalam upaya mengurangi sumber pencemar udara
dapat juga di cegah dengan pembakaran sampah yang tidak sembarangan, atau
jika membakar sesuatu harus diusahakan cukup tersedia oksigen untuk
Universitas Sumatera Utara
mencegah dihasilkannya karbon monoksida yang bersifat meracun bagi
manusia.
2.
Membersihkan udara yang telah tercemar, ini merupakan salah satu yang
diwajibkan pemerintah kepada perusahaan industri yang menggunakan mesinmesin, yaitu mengolah terlebih dahulu udara kotor yang dihasilkan sebelum
dibuang ke alam.
3.
Dengan perencanaan kota. Perencanaan kota yang baik akan dapat
mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap
kesehatan, misalnya dengan membangun daerah industri yang jauh dari
tempat tinggal atau dengan penghijauan kota.
2.2.
Karbon Monoksida (CO)
2.2.1. Sumber Karbon Monoksida di Udara
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau
dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di
lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas karbon
monoksida (CO) tidak dapat dilihat oleh mata. Gas karbon monoksida (CO)
diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan yang
mengandung karbon. Gas karbon monoksida (CO) dapat berbentuk cairan pada suhu
dibawah – 192 °C, gas karbon monoksida (CO) sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2001).
Kendaraan bermotor adalah penghasil karbon monoksida (CO) yang cukup
banyak. Karbon monoksida (CO) adalah gas buang yang terbentuk apabila oksidasi
dari CO menjadi CO2 tidak sempurna, umumnya hal ini disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
kekurangan oksigen. Menurut perhitungan stochiometrik, yaitu seandainya proses
pembakaran terjadi secara sempurna maka dalam 1 kg bensin diperlukan 15 kg udara
untuk pembakaran dalam silinder kendaraan bermotor, bila hal ini terjadi maka tidak
akan terbentuk CO, tetapi pada kenyataannya hal demikian tak pernah terjadi, dan
karenanya terbentuklah CO. Gas CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin
(premium) adalah sekitar 1 % pada waktu berjalan dan sekitar 7 % pada waktu tidak
berjalan. Sementara mesin disel menghasilkan CO sebesar 0,2 % pada saat berjalan
dan sekitar 4 % pada waktu berhenti (Siswanto dalam Sarudji, 2010).
Menurut Wardhana (2001), kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak
menghasilkan CO sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga terbentuk
walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses
biologi dan lainnya.
Menurut Agusnar (2007), karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk
melalui proses berikut ini:
a.
Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon.
b.
Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi.
c.
Pada suhu tinggi, karbon dioksida dapat terurai kembali menjadi karbon
monoksida dan oksigen.
Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO yang terdisosiasi
menjadi CO dan O akan semakin banyak, suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya
Universitas Sumatera Utara
gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil (minyak maupun batubara) pada mesin- mesin penggerak transportasi.
Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah
perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah
banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran
CO di udara relatif sedikit.
Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnya,
dapat membantu penyerapan gas CO, karena mikroorganisme yang ada di dalam
tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di udara. Angin dapat mengurangi
konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena dipindahkan ke tempat lain (Mulyanto,
2007).
2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia
Pengaruh beracun gas CO terhadap tubuh manusia terutama disebabkan oleh
reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hemoglobin di dalam
darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor dalam membawa oksigen dalam
bentuk oksihemoglobin (O2Hb) dari paru-paru ke sel-sel tubuh dan membawa CO
dalam bentuk CO2Hb dari sel-sel tubuh ke dalam paru-paru.
Adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin, jika reaksi
tersebut terjadi maka kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi
berkurang. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 200 kali lebih tinggi daripada
afinitas oksigen terhadap hemoglobin, akibatnya jika CO dan O2 terdapat bersamasama di udara akan terbentuk COHb dalam jumlah jauh lebih banyak dari pada O2Hb
(Agusnar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia
adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi
persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya
terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara
langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap (Agusnar, 2007).
Kadar 20 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit, dalam
waktu 30 menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar
dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak menyebabkan kematian
(Sastrawijaya, 2009).
Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai
1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama
kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan (Mukono, 2008).
Gejala-gejala keracunan CO antara lain pusing, rasa tidak enak pada mata,
telinga berdengung, mual, muntah detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada,
kesukaran bernafas, kelemahan otot- otot, tidak sadar dan bisa meninggal dunia
(Mukono, 2008).
Tabel 2.5. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah Terhadap Kesehatan
NO
Konsentrasi COHb
Pengaruhnya terhadap kesehatan
di dalam darah
1.
< 1.0
Tidak berpengaruh
2.
1.0 – 2.0
Penampilan agak tidak normal
3.
2.0 – 5.0
Pengaruh terhadap sistem syaraf sentral, reaksi
panca indera tidak normal, benda terlihat agak
kabur
4.
≥ 5.0
Perubahan fungsi jantung dan pulmonary
5.
10.0 – 80.0
Kepala pening, mual, berkunang – kunang, pingsan,
kesukaran bernafas, kematian.
Sumber : Agusnar, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Nitrogen Dioksida (NO2)
2.3.1. Sumber Nitrogen Dioksida di Udara
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen
mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat
gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak bewarna dan berbau.
Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar
NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dari daerah
pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena berbagai macam
kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara,
seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain
(Wardhana, 2001).
Ada beberapa macam oksida nitrogen seperti NO, NO2, dan N2O. N2O juga
biasa terdapat di udara, tetapi tidak berbahaya. Kontributor terbanyak dari polutan
NOx adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak,
oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah urban dimana kendaraan
bermotor, industri dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi. Nitrogen di udara
terdapat 78% (Sastrawijaya, 2009).
Konsentrasi nitrogen oksida (NOx) di udara sangat dipengaruhi oleh sinar
matahari dan aktivitas kendaraan bermotor, pencemaran nitrogen oksida (NOx) dapat
berupa asam nitrat yang kemudian diendapkan sebagai garam- garam nitrat didalam
air hujan atau debu. Kecepatan emisi NOx dapat diketahui bahwa waktu tinggal
nitrogen monoksida (NO) biasanya lebih lama dibandingkan nitrogen dioksida (NO2).
Universitas Sumatera Utara
Dari waktu tinggal tersebut dapat diketahui bahwa proses-proses alam termasuk
reaksi fotokimia yang mengakibatkan hilangnya NOx (Fardiaz, 2010).
Untuk mengetahui perubahan konsentrasi NOx di udara berlangsung sebagai
berikut:
1.
Konsentarsi NO dan NO2 tetap stabil sebelum matahari terbit.
2.
Konsentrasi NO mulai meningkat pada pagi hari bersamaan dengan
aktivitas manusia, terutama kendaraan bermotor.
3.
Pada siang hari, sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet sehingga
konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2
sekunder.
4.
Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka
konsentrasi ozon (O3) meningkat.
5.
Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar
matahari cenderung menurun pada sore hari.
6.
O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang
berakibat terjadinya kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan konsentrasi
O3.
Konsentrasi NO di udara daerah perkotaan biasanya 10 – 100 kali lebih tinggi
daripada di udara daerah pedesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat
mencapai 0,5 ppm. Sumber utama polutan NO adalah dari kegiatan manusia seperti
pembakaran yang disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan
sampah (Agusnar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Pengaruh Nitrogen Dioksida terhadap Manusia
Kedua bentuk nitrogen oksida, yaitu NO dan NO2 sangat berbahaya terhadap
manusia. Penilaian aktivitas mortalitas dua komponen menunjukkan bahwa NO2
empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan
terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Pada konsentrasi yang
normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan berbahaya, tetapi
pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi
NO2 yang lebih berbahaya (Chandra, 2006).
Nitrogen oksida (NO) mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen
dalam darah dan juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Apabila NO2
bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka akan terbentuk
HNO3 yang dapat merusak tubuh (Sastrawijaya, 2009).
Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi
dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru
dan kulit.
a. Terhadap alat pernafasan
Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas
NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan
menjadi fatal.
b. Terhadap mata
Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat
Universitas Sumatera Utara
c. Terhadap kulit
Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen
akan menyebabkan luka bakar.
d. Efek lain (terhadap darah)
Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.
2.4.
Tanaman Peneduh Jalan
Tanaman peneduh jalan adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan
percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar
kesamping seperti pohon rindang yang dapat memberikan keteduhan, penahan silau
cahaya matahari dan penyerap polutan-polutan udara (Agnesia, 2006).
Beberapa tanaman peneduh jalan memiliki morfologi yang berbeda-beda
sesuai dengan fungsi tanaman peneduh jalan tersebut. Adapun bagian-bagian penting
pada tanaman peneduh jalan secara umum yaitu terdiri dari:
1.
Batang
Batang merupakan bagian tanaman yang sangat penting, dan mengingat
tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tanaman, batang dapat disamakan dengan
tubuh tanaman
2.
Akar
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (disamping batang dan daun), bagi
tumbuhan akar berfungsi untuk menyerap unsur hara/mineral dari dalam tanah yang
berguna untuk pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
3.
Daun
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang paling rentan terhadap sumber
pencemaran terutama di daeah perkotaan akibat kendaraan bermotor. Daun peneduh
jalan biasanya berdaun majemuk karena semakin banyak helaian daun pada suatu
tangkai maka semakin baik fungsi dari suatu tanaman peneduh jalan tersebut. Luas
permukaan daun sangat berpengaruh terhadap fungsi daun sebagai penyerap
karbondioksida dan polutan-polutan udara lainnya.
2.4.1. Fungsi Tanaman Peneduh Jalan
Menurut (Anggraini, 1994), fungsi tanaman peneduh jalan adalah sebagai
berikut:
1.
Menciftakan kenyamanan
Tanaman peneduh jalan yang rindang yang berada di tengah maupun di
pinggir jalan raya memberikan suasana sejuk dan teduh, hal ini tentu saja
memberikan kenyamanan pengendara maupun pejalan kaki yang melintasi jalan raya
tersebut
2.
Memberikan nilai estetika
Tanaman yang rindang dan tajuk yang teratur memberikan nilai estetika pada
jalan raya yang ditumbuhinya, hal ini secara tidak langsung dapat memberikan nilai
tambah bagi jalan raya tersebut.
3.
Menjerap dan menyerap polutan-polutan udara
4.
Menjaga kelembaban dan menurunkan suhu udara, menguapkan ¾ air hujan
ke atmosfir.
Universitas Sumatera Utara
5.
Meredam kebisingan
Tanaman peneduh jalan juga dapat meredam kebisingan yang diakibatkan
oleh kendaraan bermotor. Bentuk konopi tajuk pohon berpengaruh pada
efektifitasnya dalam meredam kebisingan.
2.4.2. Syarat-Syarat Tanaman Peneduh Jalan
Secara umum, syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon
untuk tanaman peneduh jalan antara lain:
a) Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak
mudah menggugurkan ranting dan daun
b) Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan
air tercemar).
c) Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap resiko.
d) Tidak memerlukan perawatan yang intensif
e) Berumur panjang
f)
Tahan terhadap kekurangan air
g) Dahan dan ranting tidak mudah patah
h) Dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
2.4.3. Jenis-jenis Tumbuhan yang dapat Menyerap Polutan di Udara
1.
Lidah Mertua (Sansevieria)
Lidah Mertua merupakan tanaman antipolutan dan
penangkal radiasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lidah mertua (Sanseveir) mampu menyerap
107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara
(karbonmonoksida), racun rokok (nikotin), bahkan radiasi nuklir. Tanaman ini
Universitas Sumatera Utara
mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas
udara yang berbahaya (polutan), dan mampu menyerap polutan di daerah padat lalu
lintas.
Satu tanaman lidah mertua dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan
kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi, karena dalam Sansevieria
mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan
menjadi asam organik, gula dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut
jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia.
2.
Mahoni (Swettiana mahagoni)
Tanaman mahoni termasuk jenis tanaman pohon tinggi, percabangannya
banyak, tingginya dapat mencapai kira-kira 10 – 30 m. Menurut laboratorium, pohon
mahoni termasuk dalam kriteria pohon yang mampu mengurangi polusi udara sekitar
47% – 69%. Pohon ini juga dapat menyerap polutan timbal yang di keluarkan oleh
kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan penyakit bagi manusia. Daun-daunnya
menyerap polutan-polutan dan melepaskan oksigen ke udara. Selain itu, pohon
mahoni termasuk pohon pengikat air karena akarnya dapat mengikat air dan menjadi
cadangan air bagi lingkungan sekitar.
3.
Asam Jawa (Tamarindus indica)
Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras dan bertekstur
halus, sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan
patung. Biji asam jawa juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon.
Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh, terutama terkenal di
sepanjang jalan raya.
Universitas Sumatera Utara
4.
Pohon Trembesia (Samanea saman)
Pohon trembesia merupakan pohon yang mampu menyerap 28,5 ton
karbondioksida per tahun dalam skala yang besar, sehingga sangat dianjurkan
ditanam sebagai pohon penghijauan. Selain penyerap polusi, pohon trembesia mampu
menyerap air tanah sehingga saat musim hujan tiba wilayah sekitar pohon trembesia
tidak tergenang air. Pohon ini membutuhkan lahan yang luas.
5.
Palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens)
Palem kuning adalah Jenis pinang-pinangan yang tumbuh sampai diatas 5 m.
Mampu menyerap racun dengan banyak dan paling tinggi diantara tanaman lainnya.
Tanaman kecil cocok diletakkan di dalam rumah dan tanaman besar di pinggir jalan
sangat efektif untuk menyerap gas beracun dari asap kendaraan maupun pabrik.
Palem kuning setinggi 1,8 m dapat menghasilkan uap air 1 liter/24 jam dan
menghisap zat beracun paling banyak jenis dan volumenya. Kemampuan menyerap
Trikloroetilen-nya 16,520 microgram, sedangkan penyerapan benzena 34,073
microgram, dan Formaldehida 76,707 microgram per 24 jam.
6.
Daun Puring (Codiaeum variegatum)
Pohon puring merupakan tanaman yang memiliki daun yang paling baik
dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang berasal dari sisa
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang terdapat bertebaran di udara
terbuka (2.05 mg/lt).
7.
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus) termasuk family papilionaceae berasal dari
Malaysia. Tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis tanaman pohon
Universitas Sumatera Utara
tinggi, ketinggiannya bisa mencapai 10 – 40 m. Ujung tanaman ini berambut,
daunnya majemuk dan menyirip ganjil. Anak daun berjumlah 5-11 daun, daun
berbentuk bulat dan memanjang., ujungn daun meruncing, tumpul mengkilat. Panjang
daun tanaman angsana 4 – 10 cm dengan lebar 2,5-5 cm, anak tangkai panjangnya
lebih kurang 0,5-1,5 cm. Bunganya berkelamin ganda, berwarna kuning cerah dan
baunya sangat harum sehingga sering digunakan sebagai tanaman peneduh jalan.
Angsana mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan udara
dibandingkan dengan pohon lain.
2.5.
Kendaraan Bermotor
2.5.1. Terbentuknya Gas Buang Kendaraan Bermotor
Menurut Sarudji (2010), kendaraan bermotor seperti bus, truk, jeep, sedan,
sepeda motor dan sejenisnya menggunakan sumber energi dari bensin atau minyak
diesel. Kendaraan bermotor yang menggunakan mesin empat langkah menghasilkan
gas buang dengan mekanisme berikut:
Bensin dicampur dengan udara dalam karburator, kemudian dipompakan ke
dalam silinder pada langkah pertama. Uap bensin yang bercampur (Oksigen) dari
udara tersebut dimanfaatkan dalm ruang silinder pada langkah kedua, dan dibakar
oleh percik api yang dihasilkan oleh busi. Pemuaian gas karena pembakaran (berupa
letupan) akan mendorong piston pada langkah ketiga, yaitu langkah yang
menghasilkan tenaga untuk menggerakkan mesin kendaraan. Hasil pembakaran ini
disamping energi, juga gas buang yang didorong keluar melalui muffer pada langkah
keempat. Gas buang tersebut terdiri atas NOx, SOx, CO, Pb atau Hidrokarbon. Pb
adalah suatu bahan aditif yang ditambahkna pada bensin sebagai bahan anti knocking,
Universitas Sumatera Utara
Pb yang ditambahkan pada bensin berupa tetraethyllead (TEL) dengan formula Pb
(C2H5)4 (Sarudji, 2010).
Minyak diesel digunakan oleh mesin yang menggunakan metode injeksi
minyak bakar ke dalam silinder. Hasil gas buang banyak mengandung Hidrikarbon.
Pada mobil gas buang diemisikan ke uadara terutama melalui klanpot (muffer) ,
mesin (crankcase blowby) dan dari tutup bensin. Hampir 100 % CO, Nox dan Pb
serta sekitar 60 % Hidrokarbon diemisikan dari knalpot, 40 % Hidrokarbon
diemisikan dari lubang pengisian bensin dan crankcase (Perkins dalam Sarudji,
2010).
2.5.2. Pengaruh Kendaran Bermotor Dalam Pencemaran Udara
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran yang sangat besar
andilnya, antara lain karena dapat membebaskan hidrokarbon, oksida nitrogen, oksida
sulfur dan lain-lain (termasuk juga Pb). Hidrokarbon dan nitrogen oksida di udara
akan membentuk ozon maupun bereaksi dengan ozon itu sendiri melalui proses
photochemical process (Ryadi, 2002).
Anonimus (2012), faktor- faktor yang menyebabkan dominannya pengaruh
sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
1.
Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)
2.
Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada
3.
Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
4.
Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
Universitas Sumatera Utara
5.
Kesamaan waktu aliran lalu lintas
6.
Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
7.
Faktor perawatan kendaraan
8.
Jenis bahan bakar yang digunakan
9.
Jenis permukaan jalan
10.
Siklus dan pola mengemudi (driving pattern)
Dalam penyelidikan di Amerika sumber primer dari hidrokarbon dan nitrogen
oksida adalah utama kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin maupun solar.
Penyelidikan R.W Hurn pada tahun 1956-1966 di Amerika memperoleh data bahwa
rata-rata setiap kendaraan bermotor yang laju dengan kecepatan 40 km/jam
menghasilkan:
a.
1400 ppm hidrokarbon
b.
850 ppm oksida nitrogen
c.
310.000 ppm (3,1 %) karbon monoksida
2.5.3. Pengendalian Sumber Pencemaran Kendaraan bermotor
Menurut Ryadi (2002), pengendalian sumber pencemaran yang berasal dari
kendaraan bermotor antara lain dapat dilakukan melalui perencanaan design dan
perbaikan tekhnis terhadap proses mesinnya. Sumber pencemaran dari kendaraan
bermotor antara lain:
a.
Sekitar 58 % berupa pencemaran organik terhadap seluruh buangan
pencemaran kendaraan bermotor (USA, 1985).
Universitas Sumatera Utara
b.
Bila dihitung dari setiap kendaraan bermotor, maka bagian-bagian
kendaraan yang memberikan pencemaran dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Bagian knalpot belakang (tailpipe) memberikan emisi 50-60% dari
keseluruhan bahan buangan organik kendaraan bermotor.
2) Evaporasi melalui karburator dan tangki bensinnya memberikan emisi
sejumlah 15-25%.
Solusi untuk mengatasi polusi udara, antara lain sebagai berikut:
a.
Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi,
sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api,
diperbanyak.
b.
Pembatasan usia
kendaraan,
terutama
bagi
angkutan umum,
perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan,
terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi
kontribusi polutan udara.
c.
Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas
dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan
tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi
kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
d.
Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang
sering diistilahkan dengan "polisi tidur" justru merupakan biang polusi.
Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.
Universitas Sumatera Utara
e.
Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun
pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk
melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan
kendaraan yang lain.
f.
Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan,
terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota juga dapat
mengurangi polusi udara.
Universitas Sumatera Utara
2.6.
Kerangka Konsep
Parameter yang memengaruhi kadar
karbon monoksida (CO) dan
nitrogen dioksida (NO2) di udara
Jalan raya yang ditanami pohon
Angsana (Pterocarpus indicus)
1. Jalan A.H Nasution
2. Jalan Bridjen Katamso
Jalan raya yang tidak ditanami
pohon Angsana (Pterocarpus
indicus)
1. Jalan S. Parman
2. Jalan Asia
1.
2.
3.
4.
Arah angin
Kecepatan angin
Kelembaban
Suhu
Pengukuran kadar karbon monoksida
(CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di
udara ambien
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 tahun 1999
Gambar 2.1. Kerangka Konsep penelitian
Universitas Sumatera Utara
Download