analisis kesulitan guru matematika dalam melaksanakan

advertisement
ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM
MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH
IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR
Oleh :
SYARIPUDIN
NIM : 503016029905
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM
MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH
IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi syarat-syarat gelar
Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh :
SYARIPUDIN
NIM : 503016029905
Dibawah Bimbingan
Dra. Maifalinda Fatra M. Pd
NIP :19700528 199603 2002
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul "Analisis Kesulitan Guru Matematika Dalam Melaksanakan
Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Ciseeng Bogor" yang disusun
oleh: Syaripudin, NIM: 503016029905, Jurusan Pendidikan Matematika,
Program Studi Pendidikan Matematika telah melalui bimbingan dan dinyatakan
sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah
sesuai yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, 25 Juni 2009
Yang Mengesahkan
Pembimbing
Dra. Maifalinda Fatra. M. Pd
NIP :19700528 199603 2002
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: "ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM
MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA
CISEENG BOGOR" telah diujikan dalam ujian munaqasyah Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Maret
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Matematika.
Jakarta, 05 Maret 2010
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dra.Maifalinda Fatra. M.Pd.
NIP :19700528 199603 2002
Tanggal
Tanda tangan
05-03-2010
…………….
05-03-2010
……………..
05-03-2010
……………...
05-03-2010
……………..
Sekretaris Jurusan
Otong Suhyanto M. Si
NIP. 196811041999031001
Penguji I
Otong Suhyanto M. Si
NIP. 196811041999031001
Penguji II
Lia Kurniawati M. Pd
NIP : 150408695
Mengetahui:
Dekan
Prof. Dr. H. Dede Rosyada. MA
NIIP. 19571005 198703 1003
PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Syaripudin
NIM
: 503016029905
Jurusan/Semester
: Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun
: 2003/2004
Alamat
: Jl. H Usa. Desa Ciseeng Kecamatan Ciseeng
Kabupaten Bogor
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul
“ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN
PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR
" adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan :
Nama
: Dra Maifalinda Fatra M. Pd
NIP
: 19700528 199603 2002
Dosen Jurusan
: Pendidikan Matematika
Yang Membuat Pernyataan
SYARIPUDIN
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang di
Rahmati Allah SWT. Amin
Tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain terima kasih yang
sebesr-besarnya atas bantuan dan masukkannya kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1.
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga sebagai
pembimbing skripsi terima kasih atas motivasi dan kesabarannya member
kesempatan kepada penulis untuk menyelsaikan skripsi ini.
3.
Bapak dan Ibu Dosen program studi pendidikan matematika, yang telah
dengan sabar dan penuh keikhlasan mendidik penulis, semoga ilmu yang
diberikan kepada penulis dapat bermanfaat.
4.
Yang tercinta ayahanda Djamiat dan Ibunda Engki yang telah melimpahkan
segenap kasih sayang yang tak terhingga.
5.
Ananda dan istri tercinta Latifah Asmul fauziah, Zulfa Nurfaiza dan Siti
Rosmawati yang senantiasa memberikan dorongan dan semangatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Segenap guru
matematika MI swasta Kecamatan Ciseeng Bogor, terima
kasih atas partisipasinya membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Bapak Opik Ropiudin S. Pd, kepala MI Taufiqul Athfal Ciseeng Bogor serta
dewan guru dan staf yang selalu memberikan motivasi dan saran-sarannya.
8.
Kepala sekolah MI/SD sekecamatan Ciseeng Bogor yang telah membantu
memberikan data dan informasi untuk kepentingan penelitian.
9.
Teman-teman scholarship angkatan tahun 2003 (Sutisna, Sanwani, Abdillah,
Asep, Ropiudin, Suherman, Oni Yunansih, Umi Kulsum, Indrawati dan
Khanifah) terima kasih atas saran-saran dan kebersamaannya.
10. Adinda tercinta (Mimin Mintarsih, Mimi Jamilah, Rudi Hartono, dan Siti
Maesyaroh), terima kasih atas partispasi, motivasi dan cinta dan kasih sayang
nya.
Semoga bantuan, bimbingan, arahan serta doa yang telah diberikan menjadi
suatu amal sholih di sisi Allah SWT, dan karya kecil ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan matematika baik
bagi pembaca maupun bagi penulis, Amin.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PENDAHULUAN...........................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah....................................................................... 7
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................. 8
D. Tujuan penelitian............................................................................ 9
E. Kegunaan penelitian....................................................................... 9
BAB II ACUAN TEORITIK
1. Tinajauan tentang belajar matematika...................................……..10
a. Pengertian Matematika dan ruang Lingkupnya..................... 10
b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika................ 14
c. Metode Pembelajaran Matematika ....................................... 18
d. Pendekatan pembelajaran Matematika................................ 22
e. Strategi Pembelajaran Matematika ........................................ 26
2. Tinjauan Tentang Guru .................................................................. 28
a. Pengertian guru ...................................................................... 28
b.Peranan Guru Matematika dalam Proses Pembelajaran............ 31
3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ....................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 42
B. Metode Penelitian. ........................................................................ 42
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data. ............................................................ 43
E. Teknik Analisa Data....................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................ 45
B. Deskripsi Data ............................................................................... 47
C.Pembahasan .................................................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 63
B. Saran.............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Keadaan Guru Matematika Di MI Swasta Ciseeng Bogor…………………….
2. Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran……………………….
3. Sebab Kesulitan Dalam Merencanakan proses Pembelajaran……………….
4. Kesulitan Dalam Melaksanakan proses pembelajaran………………………
5. Sebab kesulitan Dalam Proses Pembelajaran………………………………..
6. Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa…………………………….
7. Sebab Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa……………………..
8. Supervisi Terhadap Guru Matematika……………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Angket Guru……………………………………………………………
2. Pertanyaan Wawancara……………………………………………………….
3. Berita Acara Wawancara………………………………………………………
4. Pengajuan Judul Skripsi……………………………………………………….
5. Pemohonan Dosen Pembimbing………………………………………………
6. Permohonan Riset………………………………………………………………
7. Surat Keterangan Penelitian……………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan kemajuan zaman, maka peningkatan pendidikan mutlak
diperlukan untuk menyeimbangi kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan
Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikan bangsa itu.
Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk
melaksanakan pendidikan harus dimulai
dengan pengadaan tenaga pendidik
sampai pada usaha peningkatan mutu pendidikan. Kemampuan guru sebagai
tenaga kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus
benar-benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan
merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan dan
sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.
"Pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepridiannya dengan jalan membina potensi-potesi pribadinya, yaitu rohani,
(pikir, karsa, rasa, cipta, dan nurani) dan jasmani (panca indra serta
keterampilan)"1. Pendidikan menurut
John Dewey adalah suatu proses
pembaharuan makna pengalaman, mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa
atau pergaulan orang tua dengan pergaulan orang dewasa, mungkin juga terjadi
secara sengaja dilembagakan menghasilkan kesinambungan sosial. Lebih lanjut
Hamdani Ali mengatakan, " Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha
dan perbuatan dari generasi tua mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya,
kecakapannya,
serta
keterampilannya
kepada
generasi
muda
untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan
sebaik-baiknya". 2
Pendidikan merupakan proses pembentukan sumber daya manusia
sehingga manusia dapat mengembangkan dirinya baik itu berupa keimanan
(religius) maupun
sosial (etika) dalam masyarakat. Mengenai hal itu Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
nasional bab II menjelaskan:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
agar menjadi manusia berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab "3
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup
kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya
adalah guru. Posisi guru sesungguhnya tidak sekedar instrumen dalam sistem
1
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, ( malang : IKIP Malang,1978)
HB.Hamdani Ali,Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta:PN .Kota Kembang,1987), hal 8
3
DEPDIKNAS, Undang –Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta :
CV. Mini Jaya Abadi, 2003), Cet, ke-1, hal 3
2
pendidikan belaka,
sama halnya dengan gedung sekolah,
kurikulum, dan
prasarana lainnya, tetapi guru juga merupakan komponen pengajaran yang
memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar
mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Dengan demikian guru harus
mempunyai kemampuan dalam mengajar dan menciptakan kondisi belajar yang
lebih nyaman, asyik, santai tapi serius. Oleh karena itu guru harus
memahami
proses
membangkitkan
belajar,
mengetahui
psikologis
siswa,
dan
mampu
minat siswa agar mempunyai semangat yang besar dalam
belajar.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditawarkan sejak
pertama masuk sekolah, dengan demikian, belajar matematika sangatlah penting
untuk membekali diri dalam belajar ilmu yang lain, khususnya pelajaran eksakta,
apalagi peran matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui belajar matematika, siswa diharapkan memiliki :
1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, atau masalah yang berkaitan
dengan kehidupan nyata.
2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
3.
Kemampuan menggunakan matematika
dialihgunakan
pada
setiap
keadaan,
sebagai cara bernalar
seperti
berfikir
kritis,
yang
logis,
sistematis,
obyektif,
jujur,
disipin
dalam
memandang
dan,
menyelesaikan masalah.4
Melihat tujuan tersebut, nampaklah bahwa matematika, sangat penting
baik sebagai ilmu pengetahuan,
Maier
maupun pembentuk sikap. Mengenai hal ini
mengatakan:
"Matematika demikianlah dikatakan tidak mengenai benda pemikiran
tertentu yang mungkin menarik perhatian seseorang dan yang lain tidak,
matematika
lebih-lebih, manyangkut pikiran itu sendiri, karena itu
pelajaran matematika tidak hanya diberikan dalam pendidikan tertentu
yang bersangkutan dengan pekerjaannya dikemudian hari, melainkan juga
dalam rangka pembentukan kepribadian, matematika mempunyai arti
penting."5
Kegiatan pembelajaran matematika, memerlukan keterampilan khusus
bagi guru untuk dapat menyalurkan ilmunya, guru yang tidak memahami
matematika dengan luas, tidak mampu memberikan pelajaran itu dengan baik,
sebab mengetahui yang tidak sempurna dapat menimbulkan pengertian dan
pemahaman yang samar-samar kepada anak, mengacaukan pikiran mereka, dan
dengan demikian menyulitkan hidup anak-anak dan akan memupuk sikap yang
negatif terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.6
Guru merupakan komponen sistem pendidikan yang bersifat human
resources. Maka banyak sekali perhatian yang seharusnya diberikan kepada guru
agar ia mampu melaksanakan tugasnya dalam menciptakan suasana belajar yang
4
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar, (Jakarta,2001)
Herman Maier, Kopendium Didaktif Matematika, (Bandung :Remaja karya, 1989), hal.6
6
S. Nasution, Didaktif Asas-asas Mengajar ,(Jakarta: Bumi Aksara,1995,hal.3
5
baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koran Jawa Pos edisi
Senin, 17 Mei 2004, dari 70 responden pelajar dan mahasiswa di Jakarta,
menunjukan bahwa tiga jawaban urutan teratas adalah guru dalam mengajar
masih belum dapat dengan mudah difahami siswa,
karena guru yang belum
sepenuhnya menguasai materi, sikapnya yang kurang baik, dan susah diajak
kompromi. Artinya, guru harus benar-benar memperhatikan hal itu sehingga
dalam perjalanan pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Tidak dapat dipungkiri, sampai sekarang matematika
masih menjadi
pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan siswa, hal ini menjadi pekerjaan
besar bagi guru untuk bisa menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika.
Meskipun demikian, tapi itulah bagian dari cara peningkatan mutu pendidikan.
Terlepas dari hal tersebut, sebenarnya ada masalah penting yang harus menjadi
perhatian bersama yakni kenapa pelajaran matematika menjadi pelajaran yang
demikian sulitnya? Apakah siswa yang belum bisa memahaminya, ataukah justru
guru yang tidak mampu memberikan formula dan inovasi dalam mengajar
sehingga siswa menjadi jemu dan pada akhirnya akan sulit untuk menangkap apa
yang diberikan guru.
Menurut Prof. Dr. Santoso Murwani dari Universitas Negeri Jakarta,
bahwa pembelajaran matematika di sekolah merupakan persoalan kompleks,
karena saling
terkait, mulai dari faktor guru, murid, orang tua, bahan ajar,
tujuan pembelajaran matematika sampai faktor kesejahteraan guru. Tetapi faktor
sumber daya manusia atau guru masih harus menjadi perhatian bersama, karena
ia merupakan titik persoalan sebenarnya. Soal pembelajaran matematika lanjut
Santoso sangat terkait dengan kemauan para guru dalam mengajar. Bukan tidak
mungkin guru sebenarnya tahu konsep matematika, tetapi tetap malas mengajar.
Karena mereka tidak mempunyai unsur segar, pintar dan benar. Segar dapat
diartikan guru secara fisik dan fsikis tampil penuh siap untuk mengajar.7
Lebih lanjut Santoso mengatakan, tentang masih adanya orang tua atau
murid yang mengeluhkan sulitnya pelajaran matematika, hal itu karena sebagian
mereka dari awal sudah apriori terhadap pelajaran matematika, karena pada
umumnya guru matematika bersikap angker. Akibatnya anak didik menilai
matematika sebagai momok yang menakutkan. Sebab utama sebenarnya ada pada
siswa yang belum sepenuhnya menguasai konsep dasar pelajaran matematika,
sementara itu orang tua tidak mengerti karena pada pelajaran berhitung dahulu
tidak ada konsep. Atau kemungkinan yang lain bisa jadi buku ajar yang terlalu
dipaksakan kepada murid untuk dikuasai, padahal kemampuan setiap anak antar
yang satu dengan yang lain berbeda. Kenyataannya tetap saja pembelajaran
matematika masih menjadi pembelajaran yang rumit.
Dari berbagai persoalan tentang pembelajaran matematika, nampaknya
posisi guru menjadi sentral. Hal ini juga disinyalir oleh
Prof. Dr. Santoso
Muwarni, yang menekankan keberhasilan pembelajaran matematika pada sumber
daya manusia yaitu guru sebagai perancang proses pembelajaran. Guru juga
sebagai motivator, pendidik, pembmbing yang mempunyai peran penting dalam
7
Pengajaran matematika itu Sulit, Kompas,(Jakarta), 14 Mei 1999, hal. 4
mengarahkan anak didiknya untuk mampu dan mengaktualisasikan dalam
kehidupan nyata tentang pelajaran yang dapat di sekolah.8 Adanya kesan guru
matematika umumnya angker menjadi krirtik tajam bagi guru matematika yang
harus diperhatikan. Tetapi dalam kenyataannya, menurut Santoso, guru juga
merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Kesulitan ini bisa
saja datang dari dalam guru itu sendiri ketika mengajar maupun dari faktor lain di
luar kelas.
Begitu penting peran guru matematika dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran, penulis merasa tertantang sekaligus tertarik untuk mengkaji
masalah ini dan mencari solusi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru
dan peminat masalah ini, dengan mengambil judul "Analisis Kesulitan Guru
Matematika Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyyah
Ciseeng Bogor."
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana cara mengatasi kesulitan guru dalam merencanakan proses
pembelajaran untuk menentukan media pembelajaran dan mendesain ruang
belajar ?
2. Hal-hal apa saja yang dilakukan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran agar siswa termotivasi untuk bertanya ?
8
Pengajaran matematika itu Sulit, Kompas, (Jakarta), 14 Mei 199,9 hal 4
3. Usaha apa saja yang dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi dengan
siswa, agar siswa itu terangsang minatnya terhadap pelajaran matematika ?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarakan judul tersebut ada beberapa hal yang perlu penulis
kemukakan sesuai dengan pembatasan masalah, yakni :
9. Kesulitan-kesulitan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran
10.
Kesulitan-kesulitan yang dimaksud adalah yang terjadi ketika
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran berlangsung,
misalnya:
a) Kesulitan dalam media pembelajaran dan mendesain ruang belajar.
b) Kesulitan dalam berkomunikasi dengan siswa, untuk merangsang
minat siswa terhadap belajar matematika.
c) Kesulitan dalam melaksanakan evaluasi.
Berdasarkan indikator di atas, maka rumusan masalahnya adalah
"Kesulitan-kesulitan
apa
yang
dialami
oleh
guru
pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyyah Ciseeng Bogor."
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :
dalam
melaksanakan
1. Mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang kesulitan guru
matematika, terutama dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Memberikan sumbangan pikiran demi usaha peningkatan kualitas guru
matematika
di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Ciseeng dalam
melaksanakan pembelajaran
E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan antara lain:
1) Sebagai bahan informasi bagi para guru, khususnya dalam meningkatkan
kualitas dan profesi.
2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan mutu
guru dan pengangkatannya.
3) Sebagai bahan pertimbangan fakultas dalam memberikan mata kuliah
tentang materi kependidikan.
4) Sebagai bahan dokumentasi penulis dalam menambah perbendaharaan
pengetahuan dalam rangka memadukan ilmu pengetahuan teoritis dan
empiris.
BAB II
ACUAN TEORITIK
1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematiaka
a. Pengertian matematika dan ruang lingkupnya
Matematika dikenal sebagai suatu ilmu yang abstrak, yang dapat
dipandang sebagai instruktur untuk berfikir secara sistematis, kritis, logis, cermat,
dan konsisten. Sekalipun abstrak, berbagai konsep maupun teori matematika
disusun berdasarkan berbagai fenomena nyata, atau dipicu oleh kebutuhan dalam
memecahkan permasalahan dalam situasi nyata. Hal ini menjadi dasar mengapa
matematika acapkali berperan besar dalam pengembangan berbagai bidang ilmu
lain. Bahkan sering pula secara langsung menyelesaikan permasalahan nyata.
Oleh karenanya, aspek teori yang abstrak dan aspek terapan matematika pada
situasi nyata merupakan dua aspek yang sangat berhubungan erat.9
Matematika merupakan bahasa yang mampu menerjemahkan pengertian
yang kita inginkan. Matematika juga yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
artificial, maksudnya hanya dapat dimengerti setelah diketahui arti darinya. Tanpa
itu,
matematika hanyalah merupakan kumpulan rumus-rumus yang akan
membuat orang jadi malas untuk bergelut dengannya. Matematikapun
mengembangkan bahasa
9
numerik,
disamping
bahasa
sains,
yang akan
Tim Penulis PEKERTI, Hakekat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PAUPPAI), hal. 13
mengantarkan kita pada pengertian-pengertian kuantitatif. Karena sangat
pentingnya, matematika dapat memberikan makna tersendiri ketika orang
membutuhkannya dalam menafsirkan secara eksak dari berbagai ide dan
kesimpulan-kesimpulan.
Kata
matematika
yang
berasal
dari
bahasa
asing
seperti
mathematic(Inggris), mathematic (Jeman), Mathematique (Prancis), mathematic
(Italy), matematiceski (Rusia) atau mathematick/Wiskunde (belanda) mempunyai
arti sama dengan mathema yaitu
"belajar atau hal yang dipelajari".10 Menurut
Reys dkk (1984), seperti dikutip Russeffendi, matematika adalah telaah tentang
pola dan hubungan, suatu pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan
idea, peroses,
dan penalaran. Terdiri atas 4 (empat)
wawasan yang luas:
aritmetika, aljabar, geometri, analisis.11 Sementara itu menurut Herman Hudoyo,
matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hierarkis dan penalaran yang deduktif.12
Ada dua golongan pemikiran yang mempengaruhi ahli matematika.
Golongan pertama berpendapat bahwa matematika itu tak ubahnya seperti hukumhukum tertentu fisika di alam, ia ada di alam, sedangkan unsur-unsur dan hukumhukum matematika telah ditemukan oleh ahli matematika, berbeda dengan
10
Badan Penelitian dan Bimbingan, KBK Mata Pelajaran Matematika SD (Jakarta: DEPDIKNAS,
2001), hal 148
11
E.T. Russeffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG
(Bandung:Tarsito, 1980), hal.148
12
H.Hudoyo, Strategi Belajar Mengajar matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990), hal.13
sebelumnya, karakter golongan kedua mengatakan bahwa matematika itu
diciptakan oleh ahlinya. Matematika diibaratkan seperti karya seni, sebuah lukisan
tidak mungkin ada sebelum seniman (dalam hal ini ahli matematika)
menciptakannya.
Terlepas dari pengaruh yang mana ahli matematika berkomentar tentang
definisi matematika, sesungguhnya mencari kesamaan dari masing-masing
definisi tidaklah begitu sulit, karena mereka tertuju makna yang terangkum
dalam ciri-ciri atau karakteristik matematika, disamping memang mereka
melihatnya dari sudut pandang berbeda serta disiplin ilmu yang dikaji juga tidak
sama, maka pantaslah kalau tidak ada kesepakatan tunggal tentang matematika.
Untuk lebih jelasnya berikut definisi-definisi menurut para ahli tentang
matematika:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematis.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan
dengan bilangan .
5) Matematika adalah pengeetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan –aturan yang ketat.13
b. Pengertian belajar dan pembelajaran matematika.
Dalam proses pembelajaran, belajar mempunyai kedudukan yang
penting,
sebab melalui belajar akan berkembang tiga dasar hubungan manusia
yaitu kemampuan berkomunikasi, dan kesadaran masyarakat, dan kesadaran
lingkungan. Dengan belajar seseorang diharapkan mampu merubah tingkah
lakunya melalui pengalaman yang ia dapatkan, baik dengan melihat orang lain,
lingkungan maupun dengan diberi pelajaran oleh orang lain.
Menurut pendapat Kimble dan Garmezi bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. 14
Sedangkan Garry Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang orisinil melalui pengalaman –pengalaman dan latihan. Belajar
merupakan kegiatan dinamis dimana siswa dapat berkembang secara aktif. Lebih
lanjut Piaget menyatakan,"Pengetahuan dibangun dalam diri setiap orang melalui
keterlibatannya secara aktif dengan orang lain."
Perkembangan intelektual, menurut Piaget, melalui empat priode
yaitu :
1313
R.Soedjadi, Kiat Pendidika matematika di Indonesia Konstalasi Keadaan Masa Depan,
(Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1999), hal.11
14
Nana Sudjana, Cara belajar siswa Aktif, ( Bandung : PN. Sinar baru,1987), hal.17
1. Priode sensorik motorik ( 0 - 2 tahun ) karakteristik ini merupakan
gerakan –gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan.
2. Priode pra operasional ( 2 – 7 tahun), anak didalam berfkir tidak didasarkan
pada keputusan yang logis melainkan didasarkan pada keputusan yang dapat
dilihat
seketika.
3. Priode operasi kongkrit ( 7 -11 tahun), pada priode ini berfikir logikanya
didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek.
4. Priode operasi formal (11 tahun keatas), sudah mampu memberikan alasan
dengan menggunakan lebih banyak simbol atau gagasan dalam cara berfikir.
Sementara itu, Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa
belajar matematika akan lebih berhasil apabila proses pengajaran diarahkan pada
konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan,
disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.15
Mengajar adalah peristiwa yang bertujuan, artinya mengajar adalah
peristiwa yang terkait oleh tujuan, terarah pada tujuan yang dilaksanakan sematamata uuntuk mencapai tujuan itu. Apabila yang dituju adalah titik C, maka dengan
sendirinya proses pengajaran belum tercapai apabila yang dituju atau yang akan
dicapai didalam kenyataan berubah ke titikA atau B. Dengan kata lain, taraf
pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh mana
interaksi edukatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan yang terakhir. Hal ini
berlaku umum, baik dalam situasi keluarga maupun dalam situasi kelompok-
15
Sutrisman Murtadho dan Drs.G. Tanbunan,op.cit.hal.2.11
kelompok sosial seperti dalam organisasi dan sekolah.16
Dari pengertian
tersebut terlihat bahwa mengajar haruslah mempunyai tujuan , tujuan mengajar
secara umum agar peserta didik dapat merubah tingkah lakunya setelah menerima
pelajaran dari seseorang.
Ada dua teori yang mendukung konsep pembelajaran yaitu teori belajar
konvesional dan modern. Teori yang pertama mengatakan bahwa belajar adalah
menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Bila siswa belajar, maka
dirinya diibaratkan sebagai bejana kosong yang siap diisi ilmu sehingga penuh
dengan berbagai ilmu pengetauan. Sehingga pendapat yang modern menyatakan
bahwa belajar adalah kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan
tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya ketika ada respon
menghadapi situasi baru.17
Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk
mencapai
hasil belajar yang diinginkan.18 Menurut Arif Sadiman, bahwa
pembelajaran lebih umum dari pengajaran. Ia mengatakan, pembelajaran bisa
berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang kelas, sementara pengajaran
terjadi jika guru dan murid sam-sama berada dalam ruang kelas. Senada dengan
Arif, Corey melengkapi dengan menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
16
Winarno Surakhmat, Metodologi pengajaran nasional, (Bandung: PN. Jemmars,1979)
Margaret E. Bell Gretler, Belajar dan Membelajarkan, terjemahan munandir, (Jakarta
:Rajawali, 1986), hal.12
18
I Nyoman Sudan Degeng,Strategi Pembelajaran : Mengorganisasikan Isi Dan Model Elaborasi
, ( Malang, 1997 ), hal 1
17
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari
pendidikan. (Miarso dan kawan-kawan, 1997). Pembelajaran menurut Gagne dan
Briggs adalah upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar.19
Dari berbagai pengertian diatas nampaklah bahwa pembelajaran ditekankan
bukan pada guru mengajar melainkan siswa belajar. Hal ini juga berlaku didalam
pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika sendiri juga dimaksudkan
sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah ) yang memungkinkan siswa dapat belajar matematika
di sekolah. Unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai
perancang, proses-proes yang telah dirancang kemudian disebut proses
pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sebagai
objek pembelajaran.
Menurut
Demunth
(1976)
seperti
dijelaskan
Erman
Suherman,
membedakan konsepsi-konsepsi matematika berdasarkan falsafah mejadi :
1. Konsepsi bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada matematika
formal. Pengertian-pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok,
vector, diperkenalkan dan dimasukkan dengan definisi dan dihubugkan
satu sama lain dalam suatu sistem yang disusun secara deduktif.
19
Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, ( Jakarta: UT, 2000),1.13
2. Bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada dunia sekeliling.
Titik tolaknya adalah tema yang diambil dari jangkauan pengalaman
belajarnya. Pelajaran bertugas mematematiskan sekelilingnya.
3. Konsep heuristik yaitu pembelajaran matematika sebagai sistem dimana
pelajarnya dilatih untuk menemukan sesuatu secara mandiri.
4. Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika sebagai alat.
Dalam konsep ini kesiapan menjadi menonjol dan hanya digunakam
sebagai kesiapan teknis.
c. Metode Pembelajaran Matematika
Seorang
guru
wajib
membuat
rencana
pembelajaran
sebelum
melaksanakan kegiatan mengajar. Dalam rencana mengajar tersebut terdapat
komponen-komponen, seperti, tujuan, materi, strategi pembelajaran, termasuk di
dalamnya metode dan media pembelajaran. Jadi, metode mengajar merupakan
salah satu koponen yang perlu diperhatikan guru dalam perencanaan mengajar.20
Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara
mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu. Sedangkan metode
mengajar adalah suatu cara yang direncanakan dan digunakan guru dalam proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, sebelum menggunakan
metode tersebut, seorang guru perlu terlebih dahulu mengetahui macam-macam
metode
20
lalu
memilihnya
berdasarkan
tujuan
yang
Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Matematika ( UT. 2008). Hal 4.1
akan
dicapai
dan
menggunakannya bersama dengan komponen lain agar proses pembelajaran
berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, jelaslah bahwa
metode termasuk komponen yang penting21.
Metode mengajar yang diperlukan dalam pembelajaran matematika,
diantaranya :
1. ceramah
Metode ini sering digunakan oleh kalangan guru pada umumnya,
karena begitu mudah dijalankan. Dengan cara menyampaikan keterangan atau
informasi secara lisan kepada pendengar,
metode ini sudah dapat dikatakan
berjalan. Karena lebih dikendalikan oleh penceramah yang mendominasi seluruh
kegiatan maka komunikasi yang terjadi hanya satu arah, dari pusat (penceramah)
ke pendengar (siswa).
2. Ekspositori
Metode ini lebih aktif dari pada metode ceramah,
dimana guru
memberikan bahan ajar dengan ceramah kemudian siswa membuat soal latihan
dan
bertanya jika terdapat penjelasan yang kurang dimengerti.
3. Demontrasi
Merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yaitu guru
memberikan penjelasan sambil memperagakan atau memperlihatkan suatu proses
kepada siswa, sedang siswa hanya melihat apa yang dikerjakan oleh guru.
21
Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Matematika , hal. 4.3
4. Drill
Metode ini lebih mengedepankan pada kemampuan untuk cepat
ingat dan bagaimana supaya mudah untuk hafalan. Fakta dasar operasi hitung,
definisi, rumus, sifat, serta aplikasai-aplikasinya dan hal-hal lain yang tidak
memerlukan prosedur pengerjaan pada materi yang diajarkan.
5. Latihan
Seperti ditulis Khoerunnisa dalam skripsinya, bahwa latihan
berhubugan dengan algoritma, berhitung atau prosedur matematika serta terampil
menggunakannya. Semakin banyak berlatih maka kesempurnaan penguasaan
makin mudah diraih.
6. Tanya Jawab
Metode ini juga sering digunakan guru dalam menyampaikan
materi,
biasanya sebelum guru memulai dengan tanya jawab, terlebih dahulu
guru memberikan apersepsi kepada siswa perihal materi yang akan dibahas,
gunanya untuk merangsang siswa lebih aktif dalam menjawab masalah yang ada.
7. Penemuan (Discovery)
Metode pembelajaran yang mengusahakan agar setelah mengalami
berbagai pengalaman siswa memungkinkan menemukan hal baru. Hal baru itu
bisa
berupa teorema, rumus, pola aturan dan lain sebagainya.
8. Permainan
Biasanya metode ini dilakukan sekolah tingkat dasar, tujuannya agar
siswa tidak jemu dan bosan dalam belajar matematiak. Permainan dalam
matematika adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang mapu menunjang
tujuan pembelajaran matematika.
9. Pemberian tugas
Dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
dirumah, misalnya tugas membaca bahan materi yang akan disampaikan pada
perteemuan berikutnya, tugas menjawab soal, tugas mencari rumus, dan tugastugas yang lain yang berhubungan dengan materi matematika, sehingga mampu
mencapai tujuan pembelajaran matematika.
10. Laboratorium
Learning by Doing atau belajar dengan berbuat adalah sebuah
perinsip yang diterapkan dalam metode ini. Oleh karenanya, tujuan pembelajaran
akan dapat
tercapai dengan baik. Metode ini ditujukan supaya siswa dibimbing
sehingga mampu menemukan fakta-fakta dalam matematika serta menerapkan
pengetahuannya.
11. Kegiatan Lapangan
Dengan menggunakan metode ini, siswa dapat langsung mengalami
dan melakukan suatu pekerjaan yang memanfaatkan hasil belajarnya, sehingga
siswa mengetahui secara langsung kegunaan matematika dalam kehidupan seharihari. Misalnya,bagaimana mengukur tinggi pohon, jarak, luas tanah, pembelian
dan lain-lain.
12. Diskusi
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang didalamnya
terjadi interaksi antar guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Dengan
diskusi, siswa menjadi lebih aktif dalam menyalurkan pendapatnya, sekaligus
akan membawa siswa pada keterampilan berbicara di depan umum.
Intinya,
siswa dilatih untuk mengekspresikan pendapatnya dalam belajar matematika
ketika guru memberikan suatu permasalahan.
d. Pendekatan Pembelajaran yang efektif
Dalam proses pembelajaran, suatu pendekatan tertentu sangat penting
dilakukan untuk memberikan kosep atau prosedur yang dapat disalurkan dalam
membahas pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Artinya, ketika sebuah
proses pembelajaran mengabaikan pendekatan, maka tujuan pembelajaran sulit
tercapai ataupun kalau hal ini dilakukan maka tujuan pembelajaran berhasil diraih
secara tidak optimal. Pendekatan pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur
yang digunakan dalam membahas suatu pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.22 Jadi, pendekatan
22
pembelajaran matematika merupakan suatu
Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. hal. 53
konsep yang diperlukan untuk membahas pelajaran matematika agar tujuan
pembelajaran matematika dapat tercapai dengan
maksimal.
Pendekatan pembelajaran yang efektif adalah pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada pebelajar. Pada saat ini telah ada perubahan paradigma dalam
pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru,
melainkan berpusat pada pebelajar. Dalam hal ini banyak pendekatan yang dapat
dipelajari, diantaranya23 :
1. Pendekatan Spiral
Pendekatan spiral digunakan untuk membelajarkan konsep matematika.
Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan ini, suatu konsep
tidak diajarkan dari awal hingga akhir secara tuntas dan berurutan dalam angka
waktu tertentu. Pendekatan ini, juga dimulai dari yang sederhana, dari abstrak ke
kongkrit, dari cara intuitif ke analisis, dari penyelidikan ke penguasaan. Suatu
konsep diberikan secara sebagian-sebagian, berulang-ulang dalam selang waktu
yang terpisah. Mula-mula konsep tersebut dikenalkan dengan cara dan dalam
bentuk yang sederhana yang makin lama makin kompleks. Misalnya dalam
pembelajaran konsep A, selang pertama dikenalkan dalam sebuah topik dengan
cara intuitif melalui benda-benda kongkrit, nyata sesuai kemampuan siswa dan
konsep A dinyatakan dengan notasi atau simbol yang sederhana . setelah selang
waktu selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan konsep-konsep lain, misal konsep
23
Sri Anitah W, StrategiPembelajaran Matematika ( UT. 2008). Hal 2.20
B atau konsep C, mungkin konsep A yang sederhana itu digunakan dalam konsep
B dan konsep C diselang-selang waktu yang terpisah. Selanjtnya, konsep A
diajarkan lagi, yang semakin lama makin kompleks dan dalam bentuk yang lebih
abstrak, yang akhirnya menggunakan notasi umum dalam matematika.
2. Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif sudah biasa dilakukan, maisalnya pemakaian
teorema atau rumus untuk membuktikan atau menyelesaikan masalah. Pendekatan
deduktif memerlukan waktu yang relatif singkat sehingga dapat lebih efisien,
setiap kesimpulan yang diperoleh dijamin berlaku secara umum. Pendekatan
pembelajaran ini menggnakan proses penalaran deduktif. Sehingga metode ini
tidak layak digunakan dikalangan anak-anak. Karena terlalu sulit untuk bisa
memahami. Pendekatan deduktif merupakan cara memetik kesimpulan dari hal
yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya menggunakan pola pikir silogisme.24
Contoh :
Premis mayor : P → Q
Premis minor : Q → R
___________________
Kesimpulan : P → R
24
Erman Suherman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Matematika, ( Jakarta :UT, 1999), hal 223
3. Pendekatan Induktif
Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang
prosedurnya menggunakan proses penalaran induktif. Dengan menggunakan
contoh-contoh yang menuju pada satu rumus tertentu akan membawa siswa pada
pengenalan sebuah teorema, dengan demikian pendekatan ini lebih cocok dan
sesuai jika digunakan pada siswa-siswa tingkat rendah yang masih menggunakan
rumus dalam
menyelesaikan masalah matematika.
4. Pendekatan Intuitif
Sesuai dengan namanya, maka pendekatan ini lebih mengacu pada
kemampuan memahami sesuatu hal tanpa harus mempelajari ( proses penalaran
intuisi ), tetapi dikoneksikan dengan keadaan kongkrit sehari-hari, permainan,
maupun masalah matematika yang menarik sehingga siswa lebih mudah untuk
mengingat.
5. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic (RME).
Meskipun tergolong baru popular tiga tahun belakang, tetapi pendekatan
ini cukup menggugah kalangan pendidik, khususnya pemerhati pendidikan
matematika. Secara konseptual, sebenarnya pendekatan ini sudah sering
digunakan oleh guru matematika, hanya saja popularitasnya kemudian baru ada
dalam beberapa tahun terakir ini. Pendekatan pendidikan matematika realistis
adalah pendekatan pembelajran matematik yang bertitik tolak pada hal nyata,
menghubungkan matematika dengan kehidupan nyata dan siswa biarkan
menemukan diri tentang matematika. Lebih tegas lagi Zulkardi mengatakan,
"RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal
yang 'real' bagi siswa, menekankan keterampilan 'proses of doing
mathematices', berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan
teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri ( 'student
inventing' sebagai kebalikan dari 'teacher telling' ) dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara
individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih
dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator, sementara siswa
berfikir, mengkomunikasikan 'reasoningnya' melatih nuansa demokrasi
dengan
menghargai pendapat orang lain".25
Ada beberapa karakteristik yang terdapat dalam pendekatan ini, yaitu
(1) penggunaan
real konteks sebagai titik tolak belajar matematika;
penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal
menggunakan cara
(2)
sebelum
formal atau rumus , (3) mengaitkan sesama topik dalam
matematika ; (4) penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika dan, (5)
menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa.
e. Strategi Pembelajaran Matematika
25
Zulkardi, RME: Teori, Contoh Pembelajaran, dan Taman Belajar di Internet "makalah Seminar
RME", (Bandung: UPI.bandung, 2001).hal 1
Guru sebaiknya memahami strategi pembelajaran matematika yang cocok
dan mampu menerapkannnya dalam peraktek mengajar di kelas, sehingga siswa
dapat pelajaran matematika dengan baik. Menurut Roth Well, seperti ditulis Drs.
H. Muhammad Ali Hamzah, mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
langkah selanjutnya dari proses desain pembelajaran atau bagaimanakah caranya
menuju ke proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah
serangkaian kejadian eksternal bagi siswa yang dirancang unutk meningkatkan
proses internal dalam belajar. Sementara itu, Miarso menyatakan bahwa strategi
pembelajaran
merupakan pendekatan menyeluruh
dalam suatu sistem
pembelajaran, berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai
tujuan umum, pembelajaran yang dijabarkan dari teori belajar tertentu.26
Suharsimi Arikunto27 membagi strategi pembelajaran menjadi dua tahap
yaitu :
1. Tahap sebelum siswa masuk kelas. Disebut juga tahap persiapan atau
precondition.
2. Tahap saat siswa masuk kelas. Tahap ini dilakukan didalam kelas dan
disebut sebagai operating prosedurs.
Mengenai strategi mana yang akan dipilih, sebaiknya didasarkan atas
pertimbangan sebagai berikut28 :
26
27
28
Yusuf hadi Miarso, Monograf Tehnik Pembelajaran, (Jakarta: DepDikBud, 1993),hal 5
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa ( Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000),
Yusuf Hadimiarso, Monograf Tehnik ……… hal. 15
a) Tujuan belajar, jenis, dan jenjang
b) Sifat kedalaman dari banyaknya isi ajaran
c) Latar belakang, motivasi, dan kondisi siswa
d) Jumlah, kualifikasi, kompetensi tenaga pengajar
e) Lama dan jadwal
f) Sarana yang dapat dimanfaatkan dan biaya
2. Tinjauan tentang guru
a. Pengertian guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan usia anak dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah, guru juga sebagai agen pembelajaran (learning agent) yaitu
sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik.29
Dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya komunikasi yang tepat agar tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai degan baik. Adanya tujuan
pembelajaran itu, menjadikan possisi guru dalam proses pebelajaran mempunyai
peran penting. Guru sebagaimana telah diketahui secara popular berarti orang
yang pekerjaannya mengajar. Namun demikian, arti guru dikalangan para ahli
juga berbeda meskipun merujuk pada satu pengertian tunggal. Menurut
29
Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta : CV Eka Jaya hal 43 th 2006).
pandangan tradisional guru adalah orang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan.30
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru adalah
orang yang pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi ataupun
mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain yang diharapkan orang
yang diajar dapat mengerti dan mampu melaksanakannya. Jadi, yang dimaksud
guru matematika adalah guru yang mengajarkan matematika yang diarapkan siswa
dapat memahami konsep matematika dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Jabatan guru adalah jabatan propesional karena tidak semua orang dapat
melaksanakan tugas keguruan dengan baik kecuali orang yang telah disiapkan
melalui pendidikan untuk guru. Ketidakmampuan dasar yaitu proesional,
intelektual, dedikasi sosial, hendaknya dimiliki oleh guru sehingga ia mampu
mendidik, baik dikalangan keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru
memiliki peran sebagai pengajar dan pendidik murid, di rumah guru sebagai orang
tua, dan di masyarakat guru berperan sebagai tokoh masyarakat yang
mencerminkan kepribadian yang baik, sehingga perilaku dan gerak-geriknya dapat
menjadi contoh bagi lingkungan sekitar.
Tidak semua orang dapat menjadi guru dengan mudah, apalagi menjadi
guru matematika yang harus mempunyai keterampilan tersendiri. Matematika
30
Roestiyah NK, Masala-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta; PN. Bina Aksara, 1989).hal 176
sebagai ilmu pengetahuan abstrak, menuntut adanya penyampai pesan ( guru
matematik ) yang mampu mengkondisika
keadaan belajar lebih rilek dan
pengetahuan matematika yang memadai. Hal ini dilakukan agar materi
matematika benar-benar tersalurkan dan tidak menimbulkan pengertian ganda
dikalangan siswa. Sutrisman murtadho.31 Mengatakn bahwa guru matematika
harus mengetahui sifat dan dasar dari subyek yang akan, walaupun subyek ini
kurang sempurna. Guru matematika, lanjut Sutrisman merupakan pengabdi dan
pemikir-pemikir yang telah mengetahui kelemahan dan kekuatan matematika akan
melatih kesabarannya untuk menolong murid supaya mawas diri dan mengerti apa
yang di maksud konsep yang jelas.
Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini
adalah32:
1. Guru tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan
dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan
kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun
pelatihan, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya. Guru jangan
terjebak pada aktifitas dating, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang
sehingga lupa mengembangkan potensi secara maksimal.
2. Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) yang
31
" Sutrisman murtadho. Dan Drs.Tambunan
Kunandar, S. Pd., M. Si. Guru professional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi
Guru ( Jakarta :PT Rajagrafindo Persada, 2008) Hal. 42.
32
dapat menggairahkan motivasi belajar peserta didik. Guru harus
menguasai berbagai macam strategi dan pendekatan serta model
pembelajaran sehingga proses belajar-mengajar berlangsung dalam
suasana yang kondusif dan menyenangkan.
3. Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri, dan kreatif
dalam proses belajar mengajar.
4. Guru mampu memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran sehingga
peserta didik mendapatkan sumber belajar yang bervariasi.
5. Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai
suatu profesi yang menyenangkan.
6. Guru mengikuti pekembangan ilmu pengetehuan dan teknologi yang
mutakhir sehingga memiliki wawasan yang luas dan tidak tertinggal
dengan informasi terkini.
7. Guru mampu menjadi teladan bagi pserta didik dan masyarakat luas
dengan selalu menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji dan
mempunyai integritas yang tinggi.
8. Guru mempunyai visi kedepan dan mapu membaca tantangan zaman
sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu yang
membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.
b. Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran Matematika
Guru bukan semata-mata sebagai pengajar ( transfer of knowledge ),
bukan juga sekedar pendidik ( transfer of Values ), tetapi ia juga pendukung
norma. Ia tidak hanya menunjuk atau mengambil nilai-nilai atau norma-norma itu
untuk kemudian diberikan pada anak. Tetapi norma atau nilai itu sebelum
diberikan kepada anak harus sudah
menjadi miliknya. Norma-norma itu harus
sudah meresap dalam sanubari guru Norma-norma itu harus merupakan sebagian
isi dari kepribadiannya yang memanisfestasikan diri sebagai tingkah laku yang
jujur, luhur, dan terpuji. Surackhmad (1990) memberikan gambaran tentang
posisi guru dengan mengatakan.
"Dalam masyarakat yang sebagian besar memandang tugas sekolah
adalah
mengajarkan yang penting dan berguna yang oleh masyarakat dianggap
wajar diterima sebagai kebenaran umum, sebenarnya berarti meletakan
kepercayaan tersebut pada
falsafah dari masing-masing guru secara individual,
karena segala kegiatan yang dijalankan adalah kegitan yang ditetapkan oleh guru
dan menjadi tanggung jawab professional dari guru itu sendiri"33
Strategisnya peranan guru dalam usaha peningkatan mutu pendidikan
dapat difahami dari hakekat guru yang selama ini dijadikan sebagai asumsi
pragmati pendidikan guru. Yang dimaksud disini adalah asumsi-asumsi yang
33
Ismail , Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Hal. 16
dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan program pendidikan guru.
Asumsi-asumsi itu adalah bahwa guru :
1) Agen pembaharuan
2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang
baik bagi subyek didik untuk belajar.
3) Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik.
4) Ditutnut menjadi contoh subjek didik.
5) Bertangung jawab secara profesional untuk meningkatkan kemampuannya.
6) Menjunjung tinggi kode etik
Guru sebagai salah satu perancang kegiatan dalam pembelajaran
matematika tentunya harus merujuk pada penciptaan atau penataan kondisi dan
situasi lingkungan kelas yang mengarah pada terciptanya suasana yang optimal
bagi siswa. Pada umumnya pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika
siswa dapat belajar secara optimal dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dapat difahami , bahwa guru adalah unsur manusiawi, antara yang
satu dengan yang lain berbeda baik sisi pengalaman, kemampuan, maupun
falsafah hidupnya dengan
segala keterbatasannya. Hal ini mendasari adanya
perbedaan karakter dari masing-masing guru. Namun demikian, perbedaan itu
justru akan membawa pada kesempurnaan guru yang saling melengkapi dan
saling memberi masukan antara guru yang satu dengan yang lain.
Dalam pandangan sosoiologi, proses pembelajaran merupakan proses
sosialisasi dalam lingkungan sekup kecil yang merupakan bagian dari sekup yang
lebih luas yaitu pendidikan. Ini berarti, guru harus memandang siswa, kelas dan
sekolah sebagai masyarakat kecil yang mempunyai norma-norma tertentu,
dimana guru adalah bagian dari masyarakat tadi. Semakin beragamnya
pengetauan siswa, dengan demikian proses pembelajaran perlu beragam
pendekatan,
metode, maupun strateginya. Hendaknya disadari bahwa
pelajaran matematika yang dirancang oleh guru tidak dapat
suatu
menjamin
keberhasilan pembelajaran matematika. Yang terpenting bagi guru matematika
adalah bagaimana menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih baik, penuh
kasih sayang, dan mudah diajak kompromi, sehingga siswa tidak merasa takut
dengan guru tersebut.
Secara rinci tugas guru terpusat pada teoerama pendidikan anak yang
menitikberatkan memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka
panjang maupun jangka pendek, kedua memberikan fasilitas pencapaian tujuan
melalui pengalaman belajar yang memadai, dan ketiga membantu perkembangan
aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
Dengan profesionalisme guru, maka guru masa depan tidak lagi sebagai
pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih
sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning
manager). Sebagai pelatih, seorang guru akan berperan seperti pelatih olah raga.
Ia mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswanya untuk
mencapai prestasi setinggin-tingginya, dan membantu siswa menghargai nilai
belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing atau konselor, guru akan berperan
sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa
hornat dan keakraban dari
siswa. Sebagai manajer belajar, guru akan
membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide
baik yang dimilikinya. Dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa
mampu
mengembangkan
potensi
diri
masing-masing.
Mengembangkan
kreatifitas, dan mendorong adanya keilmuan dan teknologi yang inovatif sehingga
para siswa mampu bersaing dengan masyarakat global.
Sementara iru, sikap dan sifat guru yang baik adalah (1) bersikap adil; (2)
percaya dan suka kepada murid-muridnya; (3) sabar dan rela berkorban; (4)
memiliki wibawa di hadapan pserta didik; (5) penggembira; (6) bersikap baik
terhadap guru-guru lainnya; (7) bersikap baik terhadap masyarakat; (8) benarbenar menguasai mata pelajarannya; (9) suka dengan mata pelajaran yang
diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas (Ngalim Purwanto, 2002).34
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar
Setiap kegiatan, baik yang dilakukuan oleh kelompok
individu,
maupun
inistitusi atau perorangan pasti ingin hasil yang diraih maksimal. Tak
ragu lagi, berbagai carapun dilakukan untuk menunjang kegiatan itu dan demi
menghasilkan yang diharapkan. Begitu pula seorang guru yang mempunyai tugas
untuk mengajar dan Ia akan melaksanakan tugas semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar
34
Ibid Hal. 31
sekali untuk mendidik siwa agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan menjadi
pribadi paripurna sehingga mampu menerapkan ilmu yang diperoleh
ketika
dirumah dan masyarakat . Hasil belajar yang diharapkan tercapai, diantaranya
dipengaruhi oleh kualitas pengajar dan kemampuan siswa sendiri.
Untuk dapat memperoleh kualitas pembelajaran yang baik, guru harus
bisa memperhatikan petunjuk dan perencanaan dalam menyampaikan pelajaran.
Seorang guru harus bisa melayani perbedaan individual siswa, memotivasinya,
membimbing, serta mampu mencari buku ajar yang cocok dan mudah dipelajari
siswa. Seorang guru juga harus mempertimbangkan taraf berfikir siswa. Karena
setiap siswa antara yang satu dengan yang lain berbeda, guru harus menyiapkan
langkah-langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Persiapan ini
penting untuk diperhatikan guru sebelum mulai mengajar.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:35
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetauan, teknologi dan seni;
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
35
Undnag-undang Guru dan Dosen, pasal 20 (Jakarta: C.V Eka Jaya, 2006), hal. 13
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peseta didik dalam
pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang–undangan, hukum dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Salah satu fungsi guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan , dan sikap dengan kemampuan. Dalam hal ini, tugas
guru adalah menawarkan dan mengorganisasikan keterampilan dalam mengatur
metode-metode, alat peraga, buku-buku, dan lain sebagainnya.
Untuk dapat memperoleh pengajaran dan pendidikan yang baik, guru
perlu mengetahui adanya tehnologi pendidikan. Tehnologi pendidikan mencakup
setiap kemungkinan sarana yang dapat digunakan untuk menyajikan infomasi. Hal
ini berhubungan dengan alat-alat yang dipakai dalam pendidikan dan latihan –
latihan seperti TV, laboratorium, dan sebagainya. Dalam teknologi pendidikan
terdapat cara pendidikan yang dilakukan oleh manusia, dengan mempunyai
prosedur,
gagasan, dan peralatan-peralatan yang mepunyai tujuan agar mencapai
hasil pendidikan maupun pengajaran yang baik. Rumusan teknologi pendidikan
membentuk sebuah teori
karena telah memenuhi kriteria adanya penomena
penguraian dan penjelasan, pengintisarian, orientasi, sistematisasi, identifikasi,
keputusan, menciptakan strategi-strategi untuk penelitian, peramalan, dan adanya
suatu asas-asas atau prinsip-prinsip. 36
Teknologi pendidikan merupakan satu pendekatan yang sistematis dan
kritis tentang pendidikan, yang memandang soal belajar dan mengajar sebagai
masalah yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiyah. Penerapan teknologi
pendidikan perlu karena dapat membantu dan mempermudah guru dalam
mencapai tujuan
khusus intruksional secara efektif dan efisien, mempermudah
siswa menangkap pelajaran memperkaya pengalaman belajar, setra membantu
memperluas cakrawala pengetahuan mereka, dan instimulasi mengembangkan
pribadi serta profesi dari para guru dalam usahanya mempertinggi mutu
pengajarannya di sekolah.37
Penilaian pendidikan tidak hanya dimaksudkan kepada tujuan- tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga diarahkan kepada pengkajian
terhadap komponen pendidikan serta untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan
tersebut penting bagi isiswa. Ada tiga ruang lingkup yang menjadi sasaran pokok
dalam penilaian, yaitu:
(1) Program pendidikan
(2) Proses belajar mengajar
(3) Hasil-hasil belajar38
36
37
38
Pred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan , ( Jakarta: PN. Erlangga,1988), hal 3
Soedjono Trino, Pengembangan Pendidikan, (Bandung :PN. Remadja Karya, 1986)hal 151
Nana Sudjana,OP. Cit, hal 1
Penilaian program pendidikan meliputi program pendidikan, isi
program, pelaksanaan program, lingkungan pendidikan, dan saran. Penilaian
program
belajar mengajar menyangkut penilaian kegiatan guru, kegiatan siswa,
pola inertaksi antar guru dan siswa, terlaksanya program belajar mengajar.
Adanya penilaian dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengetahui
pencapaian hasil suatu kegiatan. Apabila kegiatan itu kurang berhasil maka akan
mudah mencari usaha peningkatannya.
Demikian juga dalam kegiatan
pembelajran, dengan adanya penilaian tersebut maka dapat diketahui kelemahankelemahannya atau
keberhasilanya.
Secara
umum,
yang mempengaruhi
keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi ;
a. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam guru sendiri
b. Faktror eksternal, yaitu yang timbul dari luar antara lain, sarana dan
prasarana pendidikan, kondisi lembaga yang bersangkutan, dan faktor lain
yang menunjang dalam peningkatan pembelajaran.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah :
1) Faktor guru
Guru sebagai pemegang kendali, mempunyai peran penting dalam
menunjang
keberhasilan
dalam
melaksanakan
pembelajaran.
Ia
yang
merencanakan pengajaran, evaluator, menerapkan metode dan menciptakan
kondisi belajar. Hubungan baiknya dengan siswa akan dapat membantu
keberhasilannya.
2) Faktor profesi guru
Profesi penting untuk menjadi pertimbangan dalam melaksanakan
pembelajaran bidang studi tertentu.
Karena
guru
tanpa
mengindahkan
pekerjaannya sebagai tenaga professional akan membuat anak didik bisa salah
faham. Sehingga mengganggu dalam pencapaian keberhasilannya.
3) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah hal yang esensi dalam interaksi pendidikan,
karena pada dasarnya proses pembelajaran adalah menyampaikan pesan pelajaran
kepada siswa.
4) Metode mengajar
Penyajian bahan pelajaran tersalurkan dengan baik jika menggunakan
metode mengajar yang tepat, sebaliknya pelajaran tidak akan berhasil dengan
baik jika metode yang dilaksanakn kurang tepat. Jadi dalam proses pembelajaran
perlu menggunakan metode yang tepat agar pelaksaan kegiatan pembelajaran
dapat berhasil dengan memuaskan.
5) Sarana belajar mengajar
Saran belajar akan sangat menunjang dalam pelaksaan kegiatan belajar
mengajar dan bisa membangkitkan semangat anak didik.
6) Suasana belajar mengajar
Suasana yang mnyenangkan akan dapat membantu dan mengakifkan
proses pembelajaran, sebaliknya jika suasana kurang kondusif akan menghambat
jalannya proses pembelajaran.
7) Kondisi masyarakat
Kondisi masyarakat dimaksud disisni adalah lingkungan dimana
proses pembelajaran itu berlangsung
8) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran harus disadari betul-betul oleh seorang guru
sebelum
melaksanakan
pembelajaran
Dengan
memperhatikan
tujuan
pembelajaran, materi yang akan disampaikan dan diarahkan pada tujuan yang
telah dirumuskan.
9) Faktor siswa
Sebagaimana diketahui, proses pembelajaran merupaan hubungan
edukatif antar guru dan siswa, sehingga tanpa siswa sebuah pembelajaran tidak
akan pernah
berlangsung. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa keberhasilan
proses pembelajaran melibatkan siswa dan akan mempengaruhi keberhasilan guru
dalam melaksanakan
pembelajaran.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang berhasil diantaranya :
(a) Dilihat dari kadar kegiatan siswa dalam belajar
(b) Makin tinggi kegiatan belajar siswa
(c) Makin tinggi peluang berhasilnya pembelajaran. 39
39
Nana Sudjana, Ibid, hal .72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 Juli-15 Agustus 2008, dan
bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Ciseeng yang menjadi sampel
penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah deskriptif analisis, yaitu
menganalisa data-data dan informasi yang didapat dari hasil penelitian untuk
kemudian diinterpretasi sesuai dengan kenyataannya.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi semua guru
matematika Madrasah Ibtidaiyah swasta di Ciseeng, yang berdasarkan data
penulis dari Kandepag Kab. Bogor pada tahun 2003, ada 10 Madrasah Ibtidaiyah.
Dengan mengadakan wawancara dari beberapa guru di Madrasah tersebut.Sampel
diambil sebanyak 20 orang guru.
D.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data lapangan, penulis menggunakan metode :
1) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah dengan membuat
pedoman terlebih dahulu sebagai pedoman dalam melaksanakan
wawancara, sehingga dapat dilaksanakan secara sistematis dan terarah.
Sasaran
isi
pembelajaran
wawancara
matematika,
menyangkut
upaya-upaya
pengawasan
yang
pelaksanaan
dilakukan
untuk
peningkatan mutu guru sekaligus langkah apa yang dilakukan agar guru
matematika manjadi guru professional.
2) Angket
Merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa
pertanyaan kepada responden melalui prosedur membuat item pertanyaan
terlebih dahulu. Angket yang penulis gunakan adalah angket terbuka,
yang berkaitan dengan kesulitan guru matematika dalam melaksanakan
pembelajaran, dengan respoden yang sebenarnya.
D. Teknik Analisis Data
Pada dasarnya data yang diperoleh penulis baik dari wawancara maupun
angket berupa data mentah, yang kemudian penulis peroleh melalui beberapa
teknik yaitu :
1) Kategorisasi
Agar lebih mudah untuk dianalisis, data yang diperoleh penulis baik dari
wawancara maupun angket kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kategori.
Masing-masing kategori merupakan data yang mempunyai kesamaan maksud.
Kategorisasi dilakukan berdasarkan metode yang sering digunakan, strategi
pembelajaran, kesulitan guru, sebab, dan cara mengatasinya.
2) Perhitungan
Setelah data dikategorisasi, penulis melakukan pengolahan data dan
perhitungan dengan menggunakan rumus statistik prosentasi :
P = F x 100%, dengan P
N
F
N
= Prosentasi Jawaban
= Frekuensi Jawaban Responden
= Banyaknya responden
100% = Bilangan tetap konstan
Setelah data dihitung melalui rumus statistik, kemudian dilakukan
analisis dengan triangulasi. Triangulasi dimaksudkan untuk membandingkan
jawaban angket dan jawaban wawancara. Perbandingan ini dilakukan sebagai
penguat jawaban angket sekaligus mencari sebab kesulitan yang dialami guru.
Dengan begitu analisis yang penulis lakukan bukan hanya mencari kesulitan guru
matematika secara kuantitas (jumlah) tetapi juga kualitas (sebab terjadi) serta
solusi bagi kesulitan itu.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Ciseeng Bogor yang menjadi obyek
penelitian ada 11 Madrasah, yaitu MI Taufiqul Athfal, MI Mathlaul Anwar, MI
Tho’amul Athfal, MI Nurul Islamiyah Cilangkap, MI Nurul Islamiyah Nyalawati,
MI Nurul Islamiyah Babakan, MI Nurul Iman Babakan, MI Al-Irsyadiyah, MI
Nurul Huda, MI Raudhatul Athfal dan MI Al-Manar. Adapun Guru matematika
yang menjadi responden berjumlah 20 guru, masing-masing tersebar di 11
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Ciseeng Bogor. Untuk lebih jelasnya berikut
tabel keadaan guru matematika.
Tabel 1
Keadaan guru matematika di MI Swasta Ciseeng Bogor
No
Responden
P/L
Pendidikan
Tempat
Mengajar
Lama
Mengajar
Bidang
Mengajar
Studi lain
1
A
L
S1 Matematika
2
Tidak
15 Tahun
2
B
L
S1 Matematika
2
Ya
15 Tahun
3
C
P
S1 PAI
4
Tidak
3 Tahun
4
D
P
D2 PGSD
4
Tidak
3 Tahun
5
E
L
S1 PAI
3
Tidak
5 Tahun
6
F
L
S1 Ekonomi
2
Tidak
1 Tahun
7
G
L
S1 PAI
2
Tidak
14 Tahun
8
H
P
D2 PGSD
4
Tidak
12 Tahun
9
I
L
Masih Kuliah
1
Tidak
12 Tahun
10
J
P
Masih Kuliah
4
Ya
11 Tahun
11
K
L
Masih Kuliah
1
Tidak
8 Tahun
12
L
P
S1 PAI
3
Ya
7 Tahun
13
M
P
D2 PGSD
3
Tidak
4 Tahun
14
N
L
Masih Kuliah
1
Tidak
4 Tahun
15
O
P
D2 PGSD
4
Ya
4 Tahun
16
P
P
Masih Kuliah
1
Ya
3 Tahun
17
Q
L
S1 PAI
3
Ya
2 Tahun
18
R
P
Masih Kuliah
3
Tidak
2 Tahun
19
S
L
Masih Kuliah
2
Tidak
2 Tahun
20
T
P
Masih Kuliah
3
Tidak
1 Tahun
Dari tabel 1 menjelaskan, sebagian besar guru matematika mengajar di
lebih dari satu tempat. Adapun guru matematika yang juga mengajar
pelajaran lain hanya 30 %, selebihnya berkonsentrasi pada pelajaran
matematika sebagai bidangnya. Dapat dikatakan bahwa guru matematika di
MI Swasta Ciseeng Bogor bukan merupakan lulusan sarjana pendidikan
matematika.
B. Deskripsi Data
1. Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran
Menjadi guru
persiapannya
matematika
merencanakan
yang profesional dapat dilihat dari
proses
pembelajaran
dengan
baik.
Dalam
merencanakan proses pembelajaran, seorang guru matematika harus bisa membuat
peta tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fakta membuktikan
bahwa salah satu kesulitan guru matematika adalah ketika merencanakan proses
pembelajaran. Lebih detail, tabel berikut akan menjelaskan gambarannya.
Tabel 2
Kesulitan Guru Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran Matematika
Kesulitan
Sebab
Jumlah
Prosentase
(%)
1
2
Membuat satuan
Kurang faham cara
pelajaran
membuat satpel
Mendesain ruang
Siswa telalu banyak
belajar
,ruangan terlalu
1
5
4
20
8
40
2
10
1
5
1
5
3
15
20
100
kecil
3
Menentukan media
Tidk terjangkau
pembelajaran
siswa
Terbatasnya saran
prasarana
4
5
Menetukan prosedur
Nilai untuk siswa
penilaian
yang lemah
Menentukan buku
Daya serap anak
matematika pegangan
berbeda
sebagai sumber
Berubahnya
kurikulum
6
Menentukan metode
Tingkat intelegensi
mengajar
berbeda
Tidak ada kesulitan
7
Jumlah
Dari data tabel 2 di atas menunjukkan bahwa menentukan media
pembelajaran merupakan kesulitan terbanyak yang dialami guru matematika. Hal
ini terjadi karena terbatasnya sarana prasarana yang disediakan sekolah untuk
menunjang proses pembelajaran ( sebab ini mendapat jawaban terbanyak dari
responden), disamping itu kesulitan tersebut juga karena media yang harganya
tidak terjangkau oleh siswa ( lihat tabel 3). Posisi kedua dan ketiga dari kesulitan
dalam merencanakan proses pembelajaran berturut-turut adalah mendesain ruang
belajar dan menentukan prosedur penelitian, kedua kesulitan ini disebabkan
siswa dalam satu kelas yang terlalu banyak, ruang kelas kecil, dan nilai siswa
yang relatif rendah. Sementara itu, membuat satuan pelajaran, menentukan buku
matematika pegangan sebagai sumber, dan menentukan metode mengajar,
masing-masing hanya 5% dari responden, artinya sedikit sekali guru matematika
yang mengalami kesulitan itu. Tentang penyebab kesulitan yang terakhir ini dapat
dilihat pada tabel 3.
Di samping guru matematika yang mengalami kesulitan di atas, ada
juga guru yang tidak mengalami kesulitan. Guru matematika yang tidak
mengalami kesulitan jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan jumlah guru yang
mengalami kesulitan. Pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru
matematika mengalami kesulitan dalam merencanakan proses pembelajaran,
meski kesulitannya berbeda-beda.
2. Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pemebelajaran
Dari penelitian yang dilakukan penulis, berikut data tentang
kesulitan yang sering dialami guru matematika dalam melaksanankn pembelajaran
Tabel 3
Sebab Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran
Prose
No
Kesulitan
Sebab
Jumlah
ntase
(%)
1
Memperaktekkan Metode Kurang alat peraga
2
10
2
Respon dan Memotivasi
Tidak menguasai dasar
5
25
Siswa untuk Bertanya
matematika
Kurang minat terhadap
4
20
matematika
4
20
Materi terlalu banyak
3
15
1
5
1
5
Siswa malu dan takut
3
Alokasi Waktu Belajar
Banyaknya siswa dalam
4
Mengetahui Kemampuan
1 kelas
Siswa Yang Berbeda
Bekerjasama dalam
menjawab soal
Tabel 3 menunjukkan bahwa kesulitan yang paling sering dialamai guru
matematika adalah merangsang respon dan memotivasi siswa bertanya tentang
materi yang telah disampaikan, kenyataan ini begitu tinggi karena ada 60 %
responden menjawab hal itu. Adapun kesulitan kedua adalah mengatur waktu
belajar yang direncanakan, disusul dengan mempraktekkan metode mengajar dan
mengetahui kemampuan siswa yang berbeda-beda di posisi ketiga dengan jumlah
jawaban responden sama. Mengenai kesulitan dalam menjelaskan materi, data
yang diperoleh penulis hanya 5%, prosentase ini cukup kecil meskipun tidak dapat
dikatakan bahwa semua guru matematika mudah dalam menjelaskan materi,
karena kemudahan itu hanya dapat dilihat ketika siswa bisa memahami apa yang
diajarkan guru.
Berbicara masalah materi dan bagaimana menjelaskan materi itu dengan
baik begitu sulit, karena orang yang menguasai materi belum tentu dapat
menjelaskan dengan baik isi materi itu dan orang yang bisa menjelaskan materi
dengan baik terkadang belum menguasai materi sepenuhnya. Idealnya, guru
metematika (dan juga guru lain ) harus bisa menguasai materi dan bisa
menyajikan materi itu dengan baik.
Adanya kesulitan yang terjadi di atas bukanlah sesuatu yang harus
dipungkiri, semuanya harus dicari solusi guna meningkatkan kualitas dalam
mengajar dan menjadi guru yang sesuai profesi.
Pada tabel berikutnya ( tabel 3 ), dapat memperlihatkan bahwa tidak
menguasai konsep dasar matematika, kurang minat terhadap matematika, dan
siswa merasa malu dan takut menjadi sebab pokok kurangnya respon dan
motivasi siswa untuk bertanya. Tentang guru matematika mengalami kesulitan
dalam mengatur waktu yang telah direncanakan, semua responden menjawab
karena materi matematika terlalu banyak sedangkan menjelaskan materi
matematika butuh waktu lama untuk bisa cepat dipahami siswa.
Lain halnya untuk mempraktekkan metode mengajar, meski hamper
semua responden tidak mengalami kesulitan ini, ada juga guru matematika yang
mengeluh karena kurangnya alat peraga untuk materi matematika tertentu,
sehingga mereka harus berusaha memanfaatkan alat-alat disekitarnya sebagai
penunjang proses pembelajaran. Sedikitnya guru matematika yang mengalami
kesuliatan dalam mempraktekkan metode mengajar karena sebagian besar
menggunakan metode yang mudah dan lebih efisien untuk mengajar tanpa harus
menggunakan alat peraga. Hasil dari metode yang sering digunakan guru
matematika dalam melaksanakan pembelajaran nampak pada diagram berikut .
Del: Demontrasi dan Latihan
Prosentase Jawaban
60%
50%
LP : Latihan dan Penugasan
40%
30%
CT: Ceramah dan Tanya jawab
20%
10%
0%
ET: Ekspositori dan Tanya jawab
Del
LP
CT
ET
DiT
DiT : Diskusi dan Tanya jawab
Adapun kesulitan dalam mengetahui kemampuan siswa yang berbeda
menurut 5 % responden ( Tabel 5 ) karena jumlah siswa yang terlalu banyak.
Dengan prosentase yang sama juga, perbedaan kemampuan siswa sulit diketahui
karena seringnya kerjasama dalam menjawab soal. Untuk masalah ini guru
matematika memberikan banyak soal latihan yang bervariasi sebagai caranya
untuk mengetahui kemampuan siswa yang berbeda. Dari data pada tabel 5 juga,
meski jumlahnya sedikit, ada juga guru yang kurang menguasai materi sehingga
ketika menjelaskan kepada siswa mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan
data yang ada, secara umum semua responden mengalami kesulitan dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan kesulitan terbanyak ada pada respon dan
memotivasi siswa untuk bertanya.
3.
Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa
Anggapan guru matematika “ galak “ dan “ Menakutkan “ bagi siswa
sehingga menampakkan matematika merupakan pelajaran yang sulit menjadi hal
yang harus diperhatikan. Persoalan yang terpenting adalah bagaimana supaya
siswa senang dan nyaman ketika belajar matematika. Komunikasi merupakan
salah satu jawaban agar siswa bisa lebih menghargai guru tanpa ada perasaan
takut dan terpaksa.
Tabel 4
Sebab Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa
No
Kesulitan
Sebab
Jumlah
Prosentase
(%)
1
2
Membantu
Tidak bisa
menumbuhkan
matematika dan takut
kepercayaan diri siswa
salah
Merangsang minat siswa
Matematika sulit,
5
25
12
60
1
5
2
10
20
100
tidak menarik
3
Menumbuhkan sikap
Siswa susah
positif
memahami
Terhadap matematika
4
Tidak ada kesulitan
Jumlah
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar guru matematika
mengalami kesulitan dalam merangsang minat siswa
terhadap pelajaran
matematika, karena matematika oleh kebanyakan siswa dianggap sulit dan tidak
menarik.
Kesulitan berikutnya adalah membantu menumbuhkan kepercayaan diri
siswa, penyebabnya karena siswa merasa tidak bisa dan takut salah jika
mengerjakan soal, kesulitan ini mendapat jumlah yang cukup banyak karena ada
25% dari responden menjawabnya. Menumbuhkan sikap positif terhadap
matematika tidaklah sulit bagi sebagian besar guru matematika karena dalam
setiap pelajaran matematika selalu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan
sehari – hari.
Berbagai kesulitan guru matematika menurut analisis di atas sudah
menjadi perhatian juga bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan cara kerja dan
mutu guru. Dari hasil wawancara dengan beberapa Kepala Sekolah ada jawaban
100% responden selalu memotivasi guru matematika untuk meningkatkan
kinerjanya, menyarankan ikut program MGMP, dan selalu diskusi dengan teman
sejawatnya. Meskipun, hanya sedikit sekali Kepala Sekolah yang membedakan
perhatian terhadap guru matematika dan guru lain, tetapi peran supervisor yang
dilakukannya cukup bagus dari hasil wawancara tergambar sebagai berikut.
Tabel 5
Supervisi Terhadap Guru
No
Program Supervisi
Jumlah
Prosentase
1
Bulanan
2
20
2
Semester
2
20
3
Tahunan
1
10
4
Bulanan dan Semester
5
50
10
100
Jumlah
C. Pembahasan
Penafsiran data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data hasil
temuan yang merupakan proposisi, kemudian dihubungkan dengan kajian pustaka
maupun hasil penelitian lain yang relevan dengan rumusan proposisi tersebut.
Pembahasan temuan yang dimaksud adalah :
1.
Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran
Hasil analisis data, ada tiga temuan penelitian tentang kesulitan ini yang
prosentasenya cukup besar yaitu menentukan media pembelajaran, mendesain
ruang belajar, dan menentukan prosedur penilaian. Temuan ini sesuai dengan
hasil penelitian yang diterangkan dalam landasan teori. Menentukan media
pembelajaran merupakan kesulitan yang banyak dialami guru matematika di
Madrasah Ibtidaiyah
Ciseeng,
karena media yang harganya terlalu mahal
sehingga siswa tidak dapat menjangkaunya, sementara di Sekolah sendiri terbatas
sarana prasarananya. Seorang guru seharusnya mempunyai keterampilan khusus
agar bisa menambah minat siswa terhadap matematika dan tidak terkesan
monoton dalam menyampaikan materi karena dalam setiap materi belum tentu
dapat menggunakan media yang sama.
Hasil temuan ini diperkuat dari wawancara penulis dengan Kepala
Sekolah yang menyayangkan karena minimnya sarana yang tersedia di Madrasah
Ibtidaiyah, sehingga Sekolah harus berusaha mencari solusi sendiri, sedangkan
pelajaran matematika paling banyak menggunakan media sebagai alat untuk
menerangkan materi tertentu. Namun demikian, kebanyakan guru matematika
selalu menggunakan media seadanya untuk memfasilitasi minimnya media
tersebut dengan membuat media sendiri serta memanfaatkan lingkungan sekitar.
Media pembelajaran memang penting diketahui karena tidak semua guru
memahami bahwa ;
1)
Memiliki media pengajaran yang tepat akan dapat ditekan
serendah-rendahnya semua hambatan komunikatif dalam setiap
proses pembelajaran.
2)
Anak didik dapat belajar atau menerima materi secara efektif
sesuai dengan kemauannya.
3)
Dengan menggunakan aneka ragam media pengajaran, tentunya
secara efektif sekali, pengalaman dan cakrawala akan dapat
diperluas.
Kesulitan dalam mendesain ruang belajar, menjadi kesulitan kedua
dalam merencanakan proses pembelajaran, sedikit berbeda dengan teori, yang
tidak secara spesifik menjelaskan kesulitan ini, tetapi lebih luas lagi yaitu
pengelolaan lingkungan belajar. Berdasarkan hasil penelitian Kompetensi Guru,
mendesain ruang belajar juga jarang dilakukan oleh kebanyakan guru dengan alas
an yang sama, jumlah siswa yang terlalu banyak sementara ruang kelas kecil hasil
data yang diperoleh penulis, ada guru yang berusaha keluar kelas untuk
menghindari kesulitan ini, tetapi ada juga yang membiarkan di dalam kelas meski
suasana kurang kondusif. Adapun menentukan prosedur penilaian juga menjadi
kesulitan yang sering dialami guru matematika, hasil data ini sesuai dengan teori
yang mengatakan “ …..Salah satu kesulitan guru adalah mengadakan evaluasi
…” dan “ …. Guru harus dapat merencanakan penilaian prestasi belajar siswa
… “. Kesulitan ini terjadi karena bagaimana memberikan nilai untuk siswa yang
daya fikirnya lemah dan daya serap siswa yang berbeda-beda. Persoalan tersebut
diatasi guru matematika dengan memberikan soal yang beraneka dan memberikan
nilai kepada siswa sesuai dengan kemampuannya dengan harapan siswa akan
lebih giat belajar karena mendapat nilai apa adanya.
Kesulitan berikutnya adalah membuat satuan pelajaran, menentukan
buku matematika sebagai pegangan, dan menentukan metode mengajar, hasil ini
juga sesuai dengan teori yang dijelsakan oleh Prof. Dr. Winarno Surakhmad,
M.Sc. solusi yang dilakukan guru matematika berturut-turut adalah banyak belajar
dari senior, menggunakan buku yang disediakan sekolah, dan metode yang mudah
digunakan.
2.
Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran
Menciptakan kondisi pemberlajaran yang dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal tidaklah mudah untuk dilakukan, apalagi pelajaran
matematika yang dianggap paling sulit oleh kebanyakan siswa, hal ini didukung
oleh banyak faktor. Guru sebagai salah satu faktor itu harus bisa menciptakan
proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa merasa
tertarik dan lebih asyik dengan pelajaran matematika. Dalam kenyataannya, tidak
sedikit guru yang apatis terhadap hambatan yang dialami, kalaupun tidak,
dibiarkan begitu saja karena tidak mampu mencari solusi yang tepat bagi kesulitan
itu.
Berdasarkan uraian pada temuan data, merangsang dan memotivasi
siswa bertanya merupakan kesulitan yang terbanyak dialami guru matematika,
kesulitan ini disebabkan karena siswa tidak menguasai dasar matematika,
kurangnya minat siswa terhadap matematika, dan siswa malu dan takut. Kesulitan
ini tidak berbeda dengan yang dijelaskan dalam buku Metodologi Pengajaran
Nasional.
Mengatur alokasi waktu belajar sebagai kesulitan dalam melaksanakan
proses pembelajaran juga sama dengan hasil penelitian sebelumnya, “ ….
Kekurangan waktu untuk melaksanakan yang direncanakan … “ Penyebab
kesulitan ini karena materi terlalu banyak sedangkan siswa membutuhkan waktu
lama untuk bisa mengerti isi materi yang disampaikan, sehingga terkadang banyak
materi yang tidak dijelaskan dengan tuntas. Hasil temuan juga menggambarkan
bahwa mengetahui kemampuan siswa yang berbeda-beda dan mempraktekkan
metode mengajar merupakan kesulitan yang dialami guru matematika di
Madrasah Ibtidaiyah Ciseeng, sebab kesulitan pertama adalah karena banyaknya
siswa dalam satu kelas dan bekerjasama dalam mengerjakan soal sedangkan sebab
kesulitan kedua karena kurangnya alat peraga.
3.
Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa
Deskripsi data hasil temuan penelitian memberikan gambaran bahwa
merangsang minat siswa terhadap pelajaran matematika dan membantu
menumbuhkan kepercayaan diri siswa menjadi kesulitan yang banyak dialami
guru matematika di Madrasah Ibtidaiyah Ciseeng. Kesulitan menumbuhkan minat
siswa terhadap matematika terjadi, karena kebanyakan siswa menganggap bahwa
matematika merupakan pelajaran sulit dan tidak menarik, padahal upaya guru
matematika menumbuhkan minat ini banyak dilakukan, diantara upaya itu adalah ;
1.
Menjelaskan
bahwa
matematika
merupakan
ilmu
yang
membiasakan kita berfikir dan menganalisa permasalahan.
2.
Menjelaskan bahwa matematika merupakan pelajaran yang
menjadi kunci keberhasilan.
3.
Memberikan contoh matematika yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
4.
Memberikan arahan bahwa matematika tidaklah sulit dan
matematika banyak manfaatnya.
5.
Menjadi guru
matematika
yang
rileks,
tidak galak,
dan
menciptakan suasana belajar yang ceria.
Kesulitan menumbuhkan kepercayaan diri siswa merupakan hasil
penelitian yang belum pernah dilakukan secara khusus meskipun dari penelitian
sebelumnya memberikan sinyal tentang hal ini “ … Kesulitan menanamkan
motivasi pada anak …. “, penyebab kesulitan ini adalah karena siswa merasa
tidak bisa dan takut salah dalam mengerjakan soal. Selain kesulitan tersebut, hasil
deskripsi temuan juga memberikan data tentang kesulitan menumbuhkan sikap
positif terhadap pelajaran matematika, tetapi jumlah ini cukup sedikit karena
sebagian besar guru selalu menghubungkan matematika dengan kehidupan seharihari. Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan profesi guru matematika dengan
menyarankan selalu membaca dan mengikuti perkembangan pembelajaran
matematika.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan
Dari data yang telah penulis analisis di atas maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa :
1. Dalam merencanakan proses pembelajaran, kesulitan yang paling sering
terjadi adalah menentukan media pembelajaran (40%) dan mendesain
ruang belajar (20%). Penyebab kesulitan pertama adalah terbatasnya
sarana prasarana dan media yang tak terjangkau oleh siswa sedangkan
kesulitan kedua karena siswa yang terlalu banyak sementara ruang kelas
kecil.
2. Dalam berkomunikasi dengan siswa, kesulitan yang paling sering terjadi
adalah merangsang minat siswa terhadap pelajaran matematika (60%)
disebabkan karena kebanyakan siswa menganggap matematika pelajaran
yang sulit dan tidak menarik.
C. Saran – saran
1. Kepada guru matematika agar menggunakan media dan alat peraga yang
ada disekitar atau membuat media sendiri untuk materi yang
membutuhkan media.
2. Apabila ruang terlalu kecil sesekali ajaklah siswa keluar kelas dengan
membagi kelompok sehingga suasana tidak terlalu monoton belajar di
dalam kelas.
3. Hendaknya guru matematika memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membuat pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan dengan
bahasanya sendiri sehingga komunikasi dan motivasi serta respon siswa
benar-benar ada.
4. Seringlah menggunakan permainan dalam mengajar matematika karena
berpengaruh besar terhadap ketertarikan siswa belajar matematika.
5. Kepada Kepala Sekolah agar selalu memberikan pengawasan serta
memfasilitasi
sarana
pembelajaran
matematika
sehingga
dapat
mengurangi tingkat kesulitan guru matematika dan tujuan pembelajaran
matematika dapat tercapai dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
.DEPDIKNAS, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Sinar
Grafika, 2003, Cet. Ke-1
Hudojo, Herman, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, Depdikbud, 1998
Murtadho, Sutrisman dan Tambunan, G, Pengajaran Matematika, Jakarta :
Karunika, 2003
Nasution, S, Prof, Dr, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung, Jammars, 1998
N. K, Roostiyah, Dikdaktik Metodik, Jakarta : Bina Aksara, 2004
Russeefendi, E.T., M.Sc., Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua
Murid, Guru, Dan SPG, Bandung, Tarsito, 2001
Sudjana, Prof.,DR., MA., M.Sc., Metode Statistika, Bandung : Tarsito, 1996,
Edisi ke-6 Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 2001
Suherman, Erman dan S. W., Udin, Strategi Belajar Mengajar Matematika,
Jakarta : UT, Depdikbud 1998
Suherman, Erman, Et al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Bandung, Sinar Baru, 2001
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya,
Usaha Nasional, 1996
Zulkardi, Dr., M.I.Kom., M.Sc., Pendidikan Matematika Realistik, ( diambil dari
sebuah artikel yang dimuat dalam situs www.pmri.or.id )
Undang-undang Guru dan Dosen, Jakarta, CV. Eka Jaya, 2006
Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy, Susanah, Strategi Pembelajaran Matematika,
Jakarta, UT, 2008
HB. Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta, PN Kota Kembang, 1998
Herman Maier, Kompendium Didaktik Matematika, Remaja Karya,1996
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 1995
Soedjadi R, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonoesia Konstalasi Keadaan
masa Depan, Jakarta, dirjenPendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1997.
Margaret E, Bell Gretler, Belajar dan Membelajarkan, Terjemahan Munandir,
Jakarta, Rajawali, 2004.
I Nyoman Sudan Degeng, Strategi Pembelajaran mengorganisasikan isi dan
Model Elaborasi, malang, 1997.
Ismail Dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta, UT, 2000.
Yusuf Hadi Miarso, Monografi Teknik Pembelajaran, Jakarta, Depdikbud, 1995.
NK Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Kegurtuan, Jakarta : Bina Aksara, 2001.
Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik, Pengantar Didaktik Metodik,
Kurikulum PBM, Jakarta, Raja Grapindo Persada, 1995.
DEPDIKNAS, Undang–Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, ( Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 2003).
Lampiran 1
ANGKET
Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan ini saya memohon kesediaan kepada Bapak/Ibu guru unuk
menjawab angket terlampir. Angket ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data
yang akan digunakan sebagai keperluan penelitian ilmiyah skripsi saya, serta
semata-mata untuk peningkatan mutu mengajar guru.
Jawaban dan keterangan Bapak/Ibu guru tidak akan digunakan untuk
tujuan yang negatif dan tidak mempengaruhi profesi Bapak /Ibu guru. Karenanya
besar harapan saya agar bapak/Ibu guru dapat mengisi angket ini dengan
sejujurnya dan sebagaimana adanya. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi
dan kesediaannya mengisi angket.
Petunjuk :
Isilah setiap pertanyaan sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu alami dan jawablah
dengan jelas dan rinci.
Identitas :
-
Pendidikan terakhir
:
Mengajar di sekolahkain : ya/tidak
Jika ya, berapa sekolah tempat anda mengajar
:
Selain matematika, apakah anda mengajar ditempatyang lain : (ya/tidak
Mulaimengajardi sekolahinitahun
Bogor, Agustus 2008
Peneliti
Syaripudin
PERTANYYAN ANGKET
1. Kesulitan yang bapak/ibu alami dalam merencanakan proses pembelajaran
matematika? ( lingkari dan jawaban boleh lebih dari satu)
a. Membuat satuas pelajaran
b. Mendesain ruang belajar
c. Menentukan media pengajaran
d. Menentukan prosedur pengajaran
e. Menentuka buku matematika pegangan sebagai sumber
f. Lainnya (mohon uraikan)……………………………………...……………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2.
Apa yang menyebabkan kesulitan di atas terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya ? (Mohon secara rinci setiap kesulitan)
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
3.
Kesulitan apa yang Bapak/Ibu alami dalam melaksanakan proses
pembelajaran matematika? (lingkari dan jawaban boleh lebih dari satu)
a. Mempraktekan metode mengajar
b. Menjelaskan materi
c. Respon dan memotivasi siswa bertanya
d. Menciptakan kondisi belajar yang kondusip
e. Mengetahui kemampuan siswa yang berbeda-beda
f. Alokasi waktu belajar mengajar
g. Lainnya (uraikan)………………………………………………………...
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4.
Apa yang menyebabkan kesulitan di atas terjadi danbagaiamana cara
mengatasinya ? (Mohon secara rinci setiap kesulitan)
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5.
Metode apa yang paling sering Bapak/Ibu gunakan dalam mengajar,
mengapa ?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
6.
Kesulitan apa yang dialami dalam berkomunikasi dengan siswa? (lingkari
dan jawaban boleh lebih dari satu)
a. Membantu menumbuhkan kepercayaan diri siswa
b. Merangsang minat siswa dalam belajar
c. Menumbuhan sikap positif terhadap pelajaran matematika
d. Lainnya (mohon diberi uraian)…………………………………………..
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………...………………………………….
7.
Apa yang menyebabkan kesulitan di atas terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya? (mohon secara rinci setiap kesulitan)
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
8.
Langkah apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk menumbuhkan minat siswa
terhadap pelajaran matematika ?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….…………
9.
Strategi apa yang digunakan untuk memfasilitasi kemampuan siswa yang
berbeda-beda?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………….………………………
10. Kesulitan apa yang sering Bapak/Ibu alami ketika membimbing siswa dalam
kegiatan belajar di kelas ? mengapa, dan bagaimana cara mengatasinya?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………….……………………………………
Lampiran 2
PERTANYAAN WAWANCARA
1. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana
program supervisor yang Bapak laksanakan?
2. Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
3. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan
mutu guru matematika?
4. Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang seharusnya
dimiliki gguru matematika untuk meniungkatkan profesionalitas mereka
dalam mengajar?
5. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
efektifitas pembelajaran matematika di kelas?
6. Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkahlangkah apa saja yang telah Bapak lakukan?
7. Apakah ada perbedaan perhatian antar guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulitoleh
siswa?
8. Apa saran Bapak jika ada guru matematika yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan pembelajaran?
Lampiran 3
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Senin, 26 juli 2008
Waktu
: 10.30 WIB
Interview
: O. Ropiudin
Jabatan
: kepala sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah itu?
Pengawasan keseluruhan mulai dari pengaturan, misalnya pengaturan kelas
,pengaturan pembagian tugas kemudian pengawasan kegiatan belajar mengajar
dikelas. Kita monitoring terus, seperti juga pengawasan ketidakhadiran guru atau
siswa, juga pengawasan kedisiplinan belajar siswa maupun kedisiplinan mengajar
guru, ketertiban siswa baik kelas maupun diluar kelas termasuk kebersihan dan
kenyamanan di lingkungan sekolah ini.
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Selama ini untuk meningkatkan keterampilan guru matematika belum ada
pengawasan,
sebab
memang
dilihat
dari
kurikulum
yang
tidak
ada
pertumbuhannya, kedua karena gurunya juga berpengalaman dibeberapa sekolah,
pernah juga di pondok pesantren, sering mengajar di sekolah lain dan dia memang
spesialisasi matematika.
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Sampai sekarang belum ada.
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Guru matematika atau guru bidang studi lain secara umumharus dibekali
pengetahuan kurikulum kemudian polapengembangan kurikulum yang di
dalamnya menyangkut metodologi pengajaran, kemudian cara penilaian dan
sebagainya, itu harus.
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Ya……paling-paling mengontrol guru dan anak didiknya, setidaknya materimateri apa saja yang harus menjadi target kurikulum, harus ada pengayaan dan
latihan-latihan.
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Selama ini tidak ada, tidak adanya penyelenggaraan itu, karena keterbatasan guru
matematika. Cuma satu, memang layaknya harus ada, paling-paling kalau ada
undangan kita kirimkan pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
e…….. agak relative, tapi memang secara umum demikian. Tapi yang penting
yaitu bagaiamana anak itu senang dulu terhadap matematika. Karena itu
menyangkut penguasaan metodologi guru dalam mengajar, menguasai KBM,
kelas dan sebagainya. Dan yang penting menguasai materi.
Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Saran saya………guru matematika ini dalam mengajar harus bisa menyajikannya.
Sama-sama makanan tapi rasanya berbeeda-beda, begitulah……bagaimana bisa
menyajikan matematika seenak mungkin. Jangan terlalu buru-buru mengejar
target kurikulum secara keseluruhan, yang penting anak bisa.
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Selasa, 29 Juli 2008
Waktu
: 10.30 WIB
Interview
: Abdurrahman
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Ada satu bulan sekali, 3 bulan seklali, kemudian 6 bulan sekali, persemeseter
sampai pada satu tahun. Itu diadakannya setiap bidang studi, termasuk
matematika. Saya rasa itu…
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Kita punya program, setiap satubulankitamasuk kelas, 3 bulanmasuk kelas,
sebulan sampai satu taun….
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Ya…… kita memberi kesempatan untuk laihan-latihan…….
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Ya…..kalau
menurut
saya
harus
sesuai
dengan
keahliannya,
sesuai
jurusannya……kalau jurusannya lain lalu mengajar matematika saya kira banyak
kesulitannya dibanding guru matematika yang mengajar mata pelajaran
lain…..saya rasa itu….
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Ya…..salah satunya kita supervisi tadi, yang kedua kita berikan jadwal yang
efektif….memberikan jam di bawah jam 10…supaya anak-anak itu masih
semangat belajarnya.
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Memberikan kesempatan untuk bertanya dan mengikuti kegiatan-kegiatan tingkat
kecamatan….kita ikutsertakan….
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Kalau perbedaan, saya rasa tidak ada…..kita sama aja kok…
Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Ya…paling harus kordinasi dengan latihan MGMP, kedua mengikutsertakan
pelatihan-pelatihan matematika, karena setiap tahun kan ada perkembangannya.
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Jumat, 01 Agustus 2008
Waktu
: 10.00 WIB
Interview
: Kanta Sasmita S. Ag
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Kalau bulan-bulan pertamakita lihat……..tapi
bagus…..karena ya…baru masuk kaliya…
untuk
saat
ini
masih
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Ada…ya..kita pantau terus….
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Kadang-kadag kita musyawarah danpenataran-penataran untuk tingkat kecamatan
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Ya…pasti harus bidangnyaya…..
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Ya…paling-paling penataran-panataran
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Ada….perhatiannya, kadang-kadang dari cara penghargaannya…….tapi kalau
keuangannya sama……
Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Mereka bermusyawarah bersama………
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Senin,04 Agustus 2008
Waktu
: 14.30 WIB
Interview
: Mahpudin S. Ag
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Pengawasan terhadap sekolah….ya memang ada program pengawasan, perangkat
kerja guru, tentu juga ada evaluasi buat guru….
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Pengawasan mungkin memberi motivasi kepada guru kali ya…..yaitu ia harus
latar belakang matematika, ditambah dengan pengalaman-pengalamn yang sudah
ada….apalagi harus mengikuti perkembagan zaman dengan diberlakukannya
KTSP, kami akan terus berjalan bertahap, kita juga mempunyai standar naik kelas.
Kami juga proaktif terhadap DepDikNas. Dari awal kami mulai..…
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Kalau ketidakhadiran kita tegur atau mungkin kami ada transport yang tidak
diberikan….
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Guru matematika itu harusnya tidak gentar, seperti yang diperkirakan anak-anak
guru matematika yang ditakuti, kalau bisa guru matematika harus menyenangkan ,
yang penting itu. Yang paling mendasar guru matematika harus profesinya.kalau
alat-alat mengajar itu nomor tiga
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Ya……tadi, paling motivasi…
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Ya…memang kalau itu belum, oleh karena itu,paling-paling kami kirim kalau ada
seminar, yang masih kuliah juga ada….
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Secara umum belum ada…….
Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Harus belajar terus dari pengalaman-pangalaman , yang penting buat siswa jadi
senang
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Rabu,06 Agustus 2008
Waktu
: 10.30 WIB
Interview
: Towilatun S. Ag
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Pengawasan kita, kita supervise tiap bulan satu orang, kita supevisi tiap kelas.
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Ada….ada….lihatdulu apa ada program semesterdantahunan, setelah itukita lihat
kurikulumnya bagaimana mencapai itu….
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Kita evaluasi tiap tahun, kalau mau semester kita evaluasi, kemudian kita lihat
hasil nilai siswa, kalau ada perbaikanberarti cara mengajar guru ada problem….
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Sesuai dengan bidangnya , itu yangpaling penting !
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Paling ya….pengawasan ada di PM (Pendalaman Materi)
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Kalau pelatihan-pelatihan ga ada, paling seminar MGMP
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Ga ada
Pasti ada ya… Cuma bagaimanalah supaya bisa mengatasinya
Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Sabtu, 09 Agustus 2008
Waktu
: 09.30 WIB
Interview
: Endin Rohili S. Ag
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Selama ini yang sudah berjalan ya… seperti biasa, persemester kita supervise,
memeng dari segi kualitas ada yang tidak sesuai dengan profesinya, walaupun
secara umum berlatar belakang yang cocok.
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Pengawasan guru matematika secara langsung kami tidak melakukan secara serius
ya.. karena memang guru matematika di sini basiknya bukan dari matematikatapi
PAI, walaupun tidak nyambung …. Karenakita kesulitan mencari guru yang
sesuai.
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Yang sudah biasanya kita adakan penataran, lomba-lomba matematika kita
sertakan guru sebagai pendamping agar bisa melihathasil mengajarnya selama ini.
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Yang jelas pertama harus sesuai dengan bidangnya…..yang kedua ia mempunyai
keahlian atau inovatif, istilahnya… bagaimana menggunakan strategi, metode dan
lain-lain.
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Kalaumeningkatkan hal itu terutama pembinaan guru,memberikan motivasi
supaya lebih kreatif….
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Kalau secara khusus ga ada..
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Kalau perbedaan saya kira ga ada…hanya lokasi waktu yang kita lebihkan
Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Tentunya kita berikan motivasi agar mereka mencari solusi yang terbaik, jangan
sampai hanya karena tuntutan ekonomi kemuduian jadi begitu…
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Senin, 11 Agustus 2008
Waktu
: 11.15 WIB
Interview
: Basri AM. Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Di sekolah tetap harus disiplin, baik untuk gurui atau siswa…
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Ya… mengawasi dari luar, apakah sudah bagus atau belum..
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Kita punya tanggumng jawab terhadap perintah terlebih Allah SWT…
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Harus punya skill matematika
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Mungkin pendekatan sih…artinya semua langkah-langkah harus berjalan..
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Ya…benar-benar mau membaca skill siswa sejauhmana dia harus mempunyai
persiapan yang bagus…
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Perhatian sama saja
Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Tanya kepada guru lain baik guru Mts maupun guru aliyah…
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Selasa 12 Agustus 2008
Waktu
: 10.00 WIB
Interview
: Hj. Een Munawaroh S. Ag
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Kalau kepala sekolah tugasnya keluar, sedangkan urusan dalam ada wakilnya
yang berjumlah empat orang, jadi kepala sekolah hanya memenej tinggal
bawahannya yang kerja
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Ada pengawasan setiap tahun sekali
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Ya..itu tadi
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Harus bisa matematika, tidak mesti lulusan matematika, kalau ada yang bisa
matematika, kenapa tidak? Meskipun ia tak berlatar belakang matematika
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Kalau kurangnya alat peraga wajar tapi kiktabukan matematikayang menjadi
proritaas, jadi ya…guru harus bisa mengatur seefisien mungkin
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Kalau senacam up grading tidak ada meski idealnya begitu Cuma kalau ada
seminar KKM, kita kirim
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Tidak ada, kalau matematika dibilang sulit ga juga….buktinya kemarin hasil UAN
justruyang ngulang pelajaran Bahasa Indonesia….
Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Banyak belajar kali ya….
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Rabu, 13 Agustus 2008
Waktu
: 09.45 WIB
Interview
: Ir. Hj. Endan K
Jabatan
: Kepala Sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
BERITA ACARA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: Kamis, 14 Agustus 2008
Waktu
: 10.30 WIB
Interview
: A.Tohawi, SH
Jabatan
: kepala sekolah
Interviewer
: Syaripudin
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program
supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini?
Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
keterampilan guru matematika dalam mengajar?
Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu
guru matematika?
Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru
matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar?
Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
erfektifitas pengajaran matematika di kelas?
Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang
telahBapak lakukan?
Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain,
mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh
siswa?
Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam
melaksanakan pembelajaran?
Download