ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR Oleh : SYARIPUDIN NIM : 503016029905 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi syarat-syarat gelar Sarjana Pendidikan Matematika Oleh : SYARIPUDIN NIM : 503016029905 Dibawah Bimbingan Dra. Maifalinda Fatra M. Pd NIP :19700528 199603 2002 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul "Analisis Kesulitan Guru Matematika Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Ciseeng Bogor" yang disusun oleh: Syaripudin, NIM: 503016029905, Jurusan Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai yang ditetapkan fakultas. Jakarta, 25 Juni 2009 Yang Mengesahkan Pembimbing Dra. Maifalinda Fatra. M. Pd NIP :19700528 199603 2002 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: "ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR" telah diujikan dalam ujian munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Matematika. Jakarta, 05 Maret 2010 Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dra.Maifalinda Fatra. M.Pd. NIP :19700528 199603 2002 Tanggal Tanda tangan 05-03-2010 ……………. 05-03-2010 …………….. 05-03-2010 ……………... 05-03-2010 …………….. Sekretaris Jurusan Otong Suhyanto M. Si NIP. 196811041999031001 Penguji I Otong Suhyanto M. Si NIP. 196811041999031001 Penguji II Lia Kurniawati M. Pd NIP : 150408695 Mengetahui: Dekan Prof. Dr. H. Dede Rosyada. MA NIIP. 19571005 198703 1003 PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Syaripudin NIM : 503016029905 Jurusan/Semester : Pendidikan Matematika Angkatan Tahun : 2003/2004 Alamat : Jl. H Usa. Desa Ciseeng Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA CISEENG BOGOR " adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan : Nama : Dra Maifalinda Fatra M. Pd NIP : 19700528 199603 2002 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika Yang Membuat Pernyataan SYARIPUDIN KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang di Rahmati Allah SWT. Amin Tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain terima kasih yang sebesr-besarnya atas bantuan dan masukkannya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada : 1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga sebagai pembimbing skripsi terima kasih atas motivasi dan kesabarannya member kesempatan kepada penulis untuk menyelsaikan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu Dosen program studi pendidikan matematika, yang telah dengan sabar dan penuh keikhlasan mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan kepada penulis dapat bermanfaat. 4. Yang tercinta ayahanda Djamiat dan Ibunda Engki yang telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak terhingga. 5. Ananda dan istri tercinta Latifah Asmul fauziah, Zulfa Nurfaiza dan Siti Rosmawati yang senantiasa memberikan dorongan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap guru matematika MI swasta Kecamatan Ciseeng Bogor, terima kasih atas partisipasinya membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Opik Ropiudin S. Pd, kepala MI Taufiqul Athfal Ciseeng Bogor serta dewan guru dan staf yang selalu memberikan motivasi dan saran-sarannya. 8. Kepala sekolah MI/SD sekecamatan Ciseeng Bogor yang telah membantu memberikan data dan informasi untuk kepentingan penelitian. 9. Teman-teman scholarship angkatan tahun 2003 (Sutisna, Sanwani, Abdillah, Asep, Ropiudin, Suherman, Oni Yunansih, Umi Kulsum, Indrawati dan Khanifah) terima kasih atas saran-saran dan kebersamaannya. 10. Adinda tercinta (Mimin Mintarsih, Mimi Jamilah, Rudi Hartono, dan Siti Maesyaroh), terima kasih atas partispasi, motivasi dan cinta dan kasih sayang nya. Semoga bantuan, bimbingan, arahan serta doa yang telah diberikan menjadi suatu amal sholih di sisi Allah SWT, dan karya kecil ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan matematika baik bagi pembaca maupun bagi penulis, Amin. DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PENDAHULUAN...........................................................................................................i DAFTAR ISI ................................................................................................................iv DAFTAR TABEL .......................................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah....................................................................... 7 C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................. 8 D. Tujuan penelitian............................................................................ 9 E. Kegunaan penelitian....................................................................... 9 BAB II ACUAN TEORITIK 1. Tinajauan tentang belajar matematika...................................……..10 a. Pengertian Matematika dan ruang Lingkupnya..................... 10 b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika................ 14 c. Metode Pembelajaran Matematika ....................................... 18 d. Pendekatan pembelajaran Matematika................................ 22 e. Strategi Pembelajaran Matematika ........................................ 26 2. Tinjauan Tentang Guru .................................................................. 28 a. Pengertian guru ...................................................................... 28 b.Peranan Guru Matematika dalam Proses Pembelajaran............ 31 3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ....................... 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 42 B. Metode Penelitian. ........................................................................ 42 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 42 D. Teknik Pengumpulan Data. ............................................................ 43 E. Teknik Analisa Data....................................................................... 43 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................ 45 B. Deskripsi Data ............................................................................... 47 C.Pembahasan .................................................................................... 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................... 63 B. Saran.............................................................................................. 64 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65 LAMPIRAN DAFTAR TABEL 1. Keadaan Guru Matematika Di MI Swasta Ciseeng Bogor……………………. 2. Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran………………………. 3. Sebab Kesulitan Dalam Merencanakan proses Pembelajaran………………. 4. Kesulitan Dalam Melaksanakan proses pembelajaran……………………… 5. Sebab kesulitan Dalam Proses Pembelajaran……………………………….. 6. Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa……………………………. 7. Sebab Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa…………………….. 8. Supervisi Terhadap Guru Matematika………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Angket Guru…………………………………………………………… 2. Pertanyaan Wawancara………………………………………………………. 3. Berita Acara Wawancara……………………………………………………… 4. Pengajuan Judul Skripsi………………………………………………………. 5. Pemohonan Dosen Pembimbing……………………………………………… 6. Permohonan Riset……………………………………………………………… 7. Surat Keterangan Penelitian…………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kemajuan zaman, maka peningkatan pendidikan mutlak diperlukan untuk menyeimbangi kemajuan teknologi yang semakin pesat. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidik sampai pada usaha peningkatan mutu pendidikan. Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus benar-benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan. "Pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepridiannya dengan jalan membina potensi-potesi pribadinya, yaitu rohani, (pikir, karsa, rasa, cipta, dan nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan)"1. Pendidikan menurut John Dewey adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang tua dengan pergaulan orang dewasa, mungkin juga terjadi secara sengaja dilembagakan menghasilkan kesinambungan sosial. Lebih lanjut Hamdani Ali mengatakan, " Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya". 2 Pendidikan merupakan proses pembentukan sumber daya manusia sehingga manusia dapat mengembangkan dirinya baik itu berupa keimanan (religius) maupun sosial (etika) dalam masyarakat. Mengenai hal itu Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional bab II menjelaskan: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab "3 Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah guru. Posisi guru sesungguhnya tidak sekedar instrumen dalam sistem 1 Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, ( malang : IKIP Malang,1978) HB.Hamdani Ali,Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta:PN .Kota Kembang,1987), hal 8 3 DEPDIKNAS, Undang –Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 2003), Cet, ke-1, hal 3 2 pendidikan belaka, sama halnya dengan gedung sekolah, kurikulum, dan prasarana lainnya, tetapi guru juga merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Dengan demikian guru harus mempunyai kemampuan dalam mengajar dan menciptakan kondisi belajar yang lebih nyaman, asyik, santai tapi serius. Oleh karena itu guru harus memahami proses membangkitkan belajar, mengetahui psikologis siswa, dan mampu minat siswa agar mempunyai semangat yang besar dalam belajar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditawarkan sejak pertama masuk sekolah, dengan demikian, belajar matematika sangatlah penting untuk membekali diri dalam belajar ilmu yang lain, khususnya pelajaran eksakta, apalagi peran matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui belajar matematika, siswa diharapkan memiliki : 1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, atau masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. 2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi. 3. Kemampuan menggunakan matematika dialihgunakan pada setiap keadaan, sebagai cara bernalar seperti berfikir kritis, yang logis, sistematis, obyektif, jujur, disipin dalam memandang dan, menyelesaikan masalah.4 Melihat tujuan tersebut, nampaklah bahwa matematika, sangat penting baik sebagai ilmu pengetahuan, Maier maupun pembentuk sikap. Mengenai hal ini mengatakan: "Matematika demikianlah dikatakan tidak mengenai benda pemikiran tertentu yang mungkin menarik perhatian seseorang dan yang lain tidak, matematika lebih-lebih, manyangkut pikiran itu sendiri, karena itu pelajaran matematika tidak hanya diberikan dalam pendidikan tertentu yang bersangkutan dengan pekerjaannya dikemudian hari, melainkan juga dalam rangka pembentukan kepribadian, matematika mempunyai arti penting."5 Kegiatan pembelajaran matematika, memerlukan keterampilan khusus bagi guru untuk dapat menyalurkan ilmunya, guru yang tidak memahami matematika dengan luas, tidak mampu memberikan pelajaran itu dengan baik, sebab mengetahui yang tidak sempurna dapat menimbulkan pengertian dan pemahaman yang samar-samar kepada anak, mengacaukan pikiran mereka, dan dengan demikian menyulitkan hidup anak-anak dan akan memupuk sikap yang negatif terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.6 Guru merupakan komponen sistem pendidikan yang bersifat human resources. Maka banyak sekali perhatian yang seharusnya diberikan kepada guru agar ia mampu melaksanakan tugasnya dalam menciptakan suasana belajar yang 4 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar, (Jakarta,2001) Herman Maier, Kopendium Didaktif Matematika, (Bandung :Remaja karya, 1989), hal.6 6 S. Nasution, Didaktif Asas-asas Mengajar ,(Jakarta: Bumi Aksara,1995,hal.3 5 baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koran Jawa Pos edisi Senin, 17 Mei 2004, dari 70 responden pelajar dan mahasiswa di Jakarta, menunjukan bahwa tiga jawaban urutan teratas adalah guru dalam mengajar masih belum dapat dengan mudah difahami siswa, karena guru yang belum sepenuhnya menguasai materi, sikapnya yang kurang baik, dan susah diajak kompromi. Artinya, guru harus benar-benar memperhatikan hal itu sehingga dalam perjalanan pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa. Tidak dapat dipungkiri, sampai sekarang matematika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan siswa, hal ini menjadi pekerjaan besar bagi guru untuk bisa menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika. Meskipun demikian, tapi itulah bagian dari cara peningkatan mutu pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, sebenarnya ada masalah penting yang harus menjadi perhatian bersama yakni kenapa pelajaran matematika menjadi pelajaran yang demikian sulitnya? Apakah siswa yang belum bisa memahaminya, ataukah justru guru yang tidak mampu memberikan formula dan inovasi dalam mengajar sehingga siswa menjadi jemu dan pada akhirnya akan sulit untuk menangkap apa yang diberikan guru. Menurut Prof. Dr. Santoso Murwani dari Universitas Negeri Jakarta, bahwa pembelajaran matematika di sekolah merupakan persoalan kompleks, karena saling terkait, mulai dari faktor guru, murid, orang tua, bahan ajar, tujuan pembelajaran matematika sampai faktor kesejahteraan guru. Tetapi faktor sumber daya manusia atau guru masih harus menjadi perhatian bersama, karena ia merupakan titik persoalan sebenarnya. Soal pembelajaran matematika lanjut Santoso sangat terkait dengan kemauan para guru dalam mengajar. Bukan tidak mungkin guru sebenarnya tahu konsep matematika, tetapi tetap malas mengajar. Karena mereka tidak mempunyai unsur segar, pintar dan benar. Segar dapat diartikan guru secara fisik dan fsikis tampil penuh siap untuk mengajar.7 Lebih lanjut Santoso mengatakan, tentang masih adanya orang tua atau murid yang mengeluhkan sulitnya pelajaran matematika, hal itu karena sebagian mereka dari awal sudah apriori terhadap pelajaran matematika, karena pada umumnya guru matematika bersikap angker. Akibatnya anak didik menilai matematika sebagai momok yang menakutkan. Sebab utama sebenarnya ada pada siswa yang belum sepenuhnya menguasai konsep dasar pelajaran matematika, sementara itu orang tua tidak mengerti karena pada pelajaran berhitung dahulu tidak ada konsep. Atau kemungkinan yang lain bisa jadi buku ajar yang terlalu dipaksakan kepada murid untuk dikuasai, padahal kemampuan setiap anak antar yang satu dengan yang lain berbeda. Kenyataannya tetap saja pembelajaran matematika masih menjadi pembelajaran yang rumit. Dari berbagai persoalan tentang pembelajaran matematika, nampaknya posisi guru menjadi sentral. Hal ini juga disinyalir oleh Prof. Dr. Santoso Muwarni, yang menekankan keberhasilan pembelajaran matematika pada sumber daya manusia yaitu guru sebagai perancang proses pembelajaran. Guru juga sebagai motivator, pendidik, pembmbing yang mempunyai peran penting dalam 7 Pengajaran matematika itu Sulit, Kompas,(Jakarta), 14 Mei 1999, hal. 4 mengarahkan anak didiknya untuk mampu dan mengaktualisasikan dalam kehidupan nyata tentang pelajaran yang dapat di sekolah.8 Adanya kesan guru matematika umumnya angker menjadi krirtik tajam bagi guru matematika yang harus diperhatikan. Tetapi dalam kenyataannya, menurut Santoso, guru juga merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Kesulitan ini bisa saja datang dari dalam guru itu sendiri ketika mengajar maupun dari faktor lain di luar kelas. Begitu penting peran guru matematika dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, penulis merasa tertantang sekaligus tertarik untuk mengkaji masalah ini dan mencari solusi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dan peminat masalah ini, dengan mengambil judul "Analisis Kesulitan Guru Matematika Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyyah Ciseeng Bogor." B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana cara mengatasi kesulitan guru dalam merencanakan proses pembelajaran untuk menentukan media pembelajaran dan mendesain ruang belajar ? 2. Hal-hal apa saja yang dilakukan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar siswa termotivasi untuk bertanya ? 8 Pengajaran matematika itu Sulit, Kompas, (Jakarta), 14 Mei 199,9 hal 4 3. Usaha apa saja yang dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi dengan siswa, agar siswa itu terangsang minatnya terhadap pelajaran matematika ? C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarakan judul tersebut ada beberapa hal yang perlu penulis kemukakan sesuai dengan pembatasan masalah, yakni : 9. Kesulitan-kesulitan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran 10. Kesulitan-kesulitan yang dimaksud adalah yang terjadi ketika merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran berlangsung, misalnya: a) Kesulitan dalam media pembelajaran dan mendesain ruang belajar. b) Kesulitan dalam berkomunikasi dengan siswa, untuk merangsang minat siswa terhadap belajar matematika. c) Kesulitan dalam melaksanakan evaluasi. Berdasarkan indikator di atas, maka rumusan masalahnya adalah "Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh guru pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyyah Ciseeng Bogor." D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : dalam melaksanakan 1. Mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang kesulitan guru matematika, terutama dalam melaksanakan pembelajaran. 2. Memberikan sumbangan pikiran demi usaha peningkatan kualitas guru matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Ciseeng dalam melaksanakan pembelajaran E. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan antara lain: 1) Sebagai bahan informasi bagi para guru, khususnya dalam meningkatkan kualitas dan profesi. 2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan mutu guru dan pengangkatannya. 3) Sebagai bahan pertimbangan fakultas dalam memberikan mata kuliah tentang materi kependidikan. 4) Sebagai bahan dokumentasi penulis dalam menambah perbendaharaan pengetahuan dalam rangka memadukan ilmu pengetahuan teoritis dan empiris. BAB II ACUAN TEORITIK 1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematiaka a. Pengertian matematika dan ruang lingkupnya Matematika dikenal sebagai suatu ilmu yang abstrak, yang dapat dipandang sebagai instruktur untuk berfikir secara sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten. Sekalipun abstrak, berbagai konsep maupun teori matematika disusun berdasarkan berbagai fenomena nyata, atau dipicu oleh kebutuhan dalam memecahkan permasalahan dalam situasi nyata. Hal ini menjadi dasar mengapa matematika acapkali berperan besar dalam pengembangan berbagai bidang ilmu lain. Bahkan sering pula secara langsung menyelesaikan permasalahan nyata. Oleh karenanya, aspek teori yang abstrak dan aspek terapan matematika pada situasi nyata merupakan dua aspek yang sangat berhubungan erat.9 Matematika merupakan bahasa yang mampu menerjemahkan pengertian yang kita inginkan. Matematika juga yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial, maksudnya hanya dapat dimengerti setelah diketahui arti darinya. Tanpa itu, matematika hanyalah merupakan kumpulan rumus-rumus yang akan membuat orang jadi malas untuk bergelut dengannya. Matematikapun mengembangkan bahasa 9 numerik, disamping bahasa sains, yang akan Tim Penulis PEKERTI, Hakekat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PAUPPAI), hal. 13 mengantarkan kita pada pengertian-pengertian kuantitatif. Karena sangat pentingnya, matematika dapat memberikan makna tersendiri ketika orang membutuhkannya dalam menafsirkan secara eksak dari berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan. Kata matematika yang berasal dari bahasa asing seperti mathematic(Inggris), mathematic (Jeman), Mathematique (Prancis), mathematic (Italy), matematiceski (Rusia) atau mathematick/Wiskunde (belanda) mempunyai arti sama dengan mathema yaitu "belajar atau hal yang dipelajari".10 Menurut Reys dkk (1984), seperti dikutip Russeffendi, matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan idea, peroses, dan penalaran. Terdiri atas 4 (empat) wawasan yang luas: aritmetika, aljabar, geometri, analisis.11 Sementara itu menurut Herman Hudoyo, matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran yang deduktif.12 Ada dua golongan pemikiran yang mempengaruhi ahli matematika. Golongan pertama berpendapat bahwa matematika itu tak ubahnya seperti hukumhukum tertentu fisika di alam, ia ada di alam, sedangkan unsur-unsur dan hukumhukum matematika telah ditemukan oleh ahli matematika, berbeda dengan 10 Badan Penelitian dan Bimbingan, KBK Mata Pelajaran Matematika SD (Jakarta: DEPDIKNAS, 2001), hal 148 11 E.T. Russeffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG (Bandung:Tarsito, 1980), hal.148 12 H.Hudoyo, Strategi Belajar Mengajar matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990), hal.13 sebelumnya, karakter golongan kedua mengatakan bahwa matematika itu diciptakan oleh ahlinya. Matematika diibaratkan seperti karya seni, sebuah lukisan tidak mungkin ada sebelum seniman (dalam hal ini ahli matematika) menciptakannya. Terlepas dari pengaruh yang mana ahli matematika berkomentar tentang definisi matematika, sesungguhnya mencari kesamaan dari masing-masing definisi tidaklah begitu sulit, karena mereka tertuju makna yang terangkum dalam ciri-ciri atau karakteristik matematika, disamping memang mereka melihatnya dari sudut pandang berbeda serta disiplin ilmu yang dikaji juga tidak sama, maka pantaslah kalau tidak ada kesepakatan tunggal tentang matematika. Untuk lebih jelasnya berikut definisi-definisi menurut para ahli tentang matematika: 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan . 5) Matematika adalah pengeetahuan tentang struktur-struktur yang logis. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan –aturan yang ketat.13 b. Pengertian belajar dan pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran, belajar mempunyai kedudukan yang penting, sebab melalui belajar akan berkembang tiga dasar hubungan manusia yaitu kemampuan berkomunikasi, dan kesadaran masyarakat, dan kesadaran lingkungan. Dengan belajar seseorang diharapkan mampu merubah tingkah lakunya melalui pengalaman yang ia dapatkan, baik dengan melihat orang lain, lingkungan maupun dengan diberi pelajaran oleh orang lain. Menurut pendapat Kimble dan Garmezi bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. 14 Sedangkan Garry Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman –pengalaman dan latihan. Belajar merupakan kegiatan dinamis dimana siswa dapat berkembang secara aktif. Lebih lanjut Piaget menyatakan,"Pengetahuan dibangun dalam diri setiap orang melalui keterlibatannya secara aktif dengan orang lain." Perkembangan intelektual, menurut Piaget, melalui empat priode yaitu : 1313 R.Soedjadi, Kiat Pendidika matematika di Indonesia Konstalasi Keadaan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1999), hal.11 14 Nana Sudjana, Cara belajar siswa Aktif, ( Bandung : PN. Sinar baru,1987), hal.17 1. Priode sensorik motorik ( 0 - 2 tahun ) karakteristik ini merupakan gerakan –gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan. 2. Priode pra operasional ( 2 – 7 tahun), anak didalam berfkir tidak didasarkan pada keputusan yang logis melainkan didasarkan pada keputusan yang dapat dilihat seketika. 3. Priode operasi kongkrit ( 7 -11 tahun), pada priode ini berfikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. 4. Priode operasi formal (11 tahun keatas), sudah mampu memberikan alasan dengan menggunakan lebih banyak simbol atau gagasan dalam cara berfikir. Sementara itu, Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil apabila proses pengajaran diarahkan pada konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.15 Mengajar adalah peristiwa yang bertujuan, artinya mengajar adalah peristiwa yang terkait oleh tujuan, terarah pada tujuan yang dilaksanakan sematamata uuntuk mencapai tujuan itu. Apabila yang dituju adalah titik C, maka dengan sendirinya proses pengajaran belum tercapai apabila yang dituju atau yang akan dicapai didalam kenyataan berubah ke titikA atau B. Dengan kata lain, taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh mana interaksi edukatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan yang terakhir. Hal ini berlaku umum, baik dalam situasi keluarga maupun dalam situasi kelompok- 15 Sutrisman Murtadho dan Drs.G. Tanbunan,op.cit.hal.2.11 kelompok sosial seperti dalam organisasi dan sekolah.16 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa mengajar haruslah mempunyai tujuan , tujuan mengajar secara umum agar peserta didik dapat merubah tingkah lakunya setelah menerima pelajaran dari seseorang. Ada dua teori yang mendukung konsep pembelajaran yaitu teori belajar konvesional dan modern. Teori yang pertama mengatakan bahwa belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Bila siswa belajar, maka dirinya diibaratkan sebagai bejana kosong yang siap diisi ilmu sehingga penuh dengan berbagai ilmu pengetauan. Sehingga pendapat yang modern menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya ketika ada respon menghadapi situasi baru.17 Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.18 Menurut Arif Sadiman, bahwa pembelajaran lebih umum dari pengajaran. Ia mengatakan, pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sam-sama berada dalam ruang kelas. Senada dengan Arif, Corey melengkapi dengan menyatakan bahwa pembelajaran merupakan 16 Winarno Surakhmat, Metodologi pengajaran nasional, (Bandung: PN. Jemmars,1979) Margaret E. Bell Gretler, Belajar dan Membelajarkan, terjemahan munandir, (Jakarta :Rajawali, 1986), hal.12 18 I Nyoman Sudan Degeng,Strategi Pembelajaran : Mengorganisasikan Isi Dan Model Elaborasi , ( Malang, 1997 ), hal 1 17 suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. (Miarso dan kawan-kawan, 1997). Pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar.19 Dari berbagai pengertian diatas nampaklah bahwa pembelajaran ditekankan bukan pada guru mengajar melainkan siswa belajar. Hal ini juga berlaku didalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika sendiri juga dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah ) yang memungkinkan siswa dapat belajar matematika di sekolah. Unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai perancang, proses-proes yang telah dirancang kemudian disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sebagai objek pembelajaran. Menurut Demunth (1976) seperti dijelaskan Erman Suherman, membedakan konsepsi-konsepsi matematika berdasarkan falsafah mejadi : 1. Konsepsi bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal. Pengertian-pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vector, diperkenalkan dan dimasukkan dengan definisi dan dihubugkan satu sama lain dalam suatu sistem yang disusun secara deduktif. 19 Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, ( Jakarta: UT, 2000),1.13 2. Bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada dunia sekeliling. Titik tolaknya adalah tema yang diambil dari jangkauan pengalaman belajarnya. Pelajaran bertugas mematematiskan sekelilingnya. 3. Konsep heuristik yaitu pembelajaran matematika sebagai sistem dimana pelajarnya dilatih untuk menemukan sesuatu secara mandiri. 4. Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika sebagai alat. Dalam konsep ini kesiapan menjadi menonjol dan hanya digunakam sebagai kesiapan teknis. c. Metode Pembelajaran Matematika Seorang guru wajib membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan mengajar. Dalam rencana mengajar tersebut terdapat komponen-komponen, seperti, tujuan, materi, strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode dan media pembelajaran. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu koponen yang perlu diperhatikan guru dalam perencanaan mengajar.20 Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu. Sedangkan metode mengajar adalah suatu cara yang direncanakan dan digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, sebelum menggunakan metode tersebut, seorang guru perlu terlebih dahulu mengetahui macam-macam metode 20 lalu memilihnya berdasarkan tujuan yang Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Matematika ( UT. 2008). Hal 4.1 akan dicapai dan menggunakannya bersama dengan komponen lain agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, jelaslah bahwa metode termasuk komponen yang penting21. Metode mengajar yang diperlukan dalam pembelajaran matematika, diantaranya : 1. ceramah Metode ini sering digunakan oleh kalangan guru pada umumnya, karena begitu mudah dijalankan. Dengan cara menyampaikan keterangan atau informasi secara lisan kepada pendengar, metode ini sudah dapat dikatakan berjalan. Karena lebih dikendalikan oleh penceramah yang mendominasi seluruh kegiatan maka komunikasi yang terjadi hanya satu arah, dari pusat (penceramah) ke pendengar (siswa). 2. Ekspositori Metode ini lebih aktif dari pada metode ceramah, dimana guru memberikan bahan ajar dengan ceramah kemudian siswa membuat soal latihan dan bertanya jika terdapat penjelasan yang kurang dimengerti. 3. Demontrasi Merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yaitu guru memberikan penjelasan sambil memperagakan atau memperlihatkan suatu proses kepada siswa, sedang siswa hanya melihat apa yang dikerjakan oleh guru. 21 Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Matematika , hal. 4.3 4. Drill Metode ini lebih mengedepankan pada kemampuan untuk cepat ingat dan bagaimana supaya mudah untuk hafalan. Fakta dasar operasi hitung, definisi, rumus, sifat, serta aplikasai-aplikasinya dan hal-hal lain yang tidak memerlukan prosedur pengerjaan pada materi yang diajarkan. 5. Latihan Seperti ditulis Khoerunnisa dalam skripsinya, bahwa latihan berhubugan dengan algoritma, berhitung atau prosedur matematika serta terampil menggunakannya. Semakin banyak berlatih maka kesempurnaan penguasaan makin mudah diraih. 6. Tanya Jawab Metode ini juga sering digunakan guru dalam menyampaikan materi, biasanya sebelum guru memulai dengan tanya jawab, terlebih dahulu guru memberikan apersepsi kepada siswa perihal materi yang akan dibahas, gunanya untuk merangsang siswa lebih aktif dalam menjawab masalah yang ada. 7. Penemuan (Discovery) Metode pembelajaran yang mengusahakan agar setelah mengalami berbagai pengalaman siswa memungkinkan menemukan hal baru. Hal baru itu bisa berupa teorema, rumus, pola aturan dan lain sebagainya. 8. Permainan Biasanya metode ini dilakukan sekolah tingkat dasar, tujuannya agar siswa tidak jemu dan bosan dalam belajar matematiak. Permainan dalam matematika adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang mapu menunjang tujuan pembelajaran matematika. 9. Pemberian tugas Dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah, misalnya tugas membaca bahan materi yang akan disampaikan pada perteemuan berikutnya, tugas menjawab soal, tugas mencari rumus, dan tugastugas yang lain yang berhubungan dengan materi matematika, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran matematika. 10. Laboratorium Learning by Doing atau belajar dengan berbuat adalah sebuah perinsip yang diterapkan dalam metode ini. Oleh karenanya, tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan baik. Metode ini ditujukan supaya siswa dibimbing sehingga mampu menemukan fakta-fakta dalam matematika serta menerapkan pengetahuannya. 11. Kegiatan Lapangan Dengan menggunakan metode ini, siswa dapat langsung mengalami dan melakukan suatu pekerjaan yang memanfaatkan hasil belajarnya, sehingga siswa mengetahui secara langsung kegunaan matematika dalam kehidupan seharihari. Misalnya,bagaimana mengukur tinggi pohon, jarak, luas tanah, pembelian dan lain-lain. 12. Diskusi Metode ini merupakan metode pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi antar guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Dengan diskusi, siswa menjadi lebih aktif dalam menyalurkan pendapatnya, sekaligus akan membawa siswa pada keterampilan berbicara di depan umum. Intinya, siswa dilatih untuk mengekspresikan pendapatnya dalam belajar matematika ketika guru memberikan suatu permasalahan. d. Pendekatan Pembelajaran yang efektif Dalam proses pembelajaran, suatu pendekatan tertentu sangat penting dilakukan untuk memberikan kosep atau prosedur yang dapat disalurkan dalam membahas pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Artinya, ketika sebuah proses pembelajaran mengabaikan pendekatan, maka tujuan pembelajaran sulit tercapai ataupun kalau hal ini dilakukan maka tujuan pembelajaran berhasil diraih secara tidak optimal. Pendekatan pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.22 Jadi, pendekatan 22 pembelajaran matematika merupakan suatu Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. hal. 53 konsep yang diperlukan untuk membahas pelajaran matematika agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai dengan maksimal. Pendekatan pembelajaran yang efektif adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pebelajar. Pada saat ini telah ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada pebelajar. Dalam hal ini banyak pendekatan yang dapat dipelajari, diantaranya23 : 1. Pendekatan Spiral Pendekatan spiral digunakan untuk membelajarkan konsep matematika. Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan ini, suatu konsep tidak diajarkan dari awal hingga akhir secara tuntas dan berurutan dalam angka waktu tertentu. Pendekatan ini, juga dimulai dari yang sederhana, dari abstrak ke kongkrit, dari cara intuitif ke analisis, dari penyelidikan ke penguasaan. Suatu konsep diberikan secara sebagian-sebagian, berulang-ulang dalam selang waktu yang terpisah. Mula-mula konsep tersebut dikenalkan dengan cara dan dalam bentuk yang sederhana yang makin lama makin kompleks. Misalnya dalam pembelajaran konsep A, selang pertama dikenalkan dalam sebuah topik dengan cara intuitif melalui benda-benda kongkrit, nyata sesuai kemampuan siswa dan konsep A dinyatakan dengan notasi atau simbol yang sederhana . setelah selang waktu selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan konsep-konsep lain, misal konsep 23 Sri Anitah W, StrategiPembelajaran Matematika ( UT. 2008). Hal 2.20 B atau konsep C, mungkin konsep A yang sederhana itu digunakan dalam konsep B dan konsep C diselang-selang waktu yang terpisah. Selanjtnya, konsep A diajarkan lagi, yang semakin lama makin kompleks dan dalam bentuk yang lebih abstrak, yang akhirnya menggunakan notasi umum dalam matematika. 2. Pendekatan deduktif Pendekatan deduktif sudah biasa dilakukan, maisalnya pemakaian teorema atau rumus untuk membuktikan atau menyelesaikan masalah. Pendekatan deduktif memerlukan waktu yang relatif singkat sehingga dapat lebih efisien, setiap kesimpulan yang diperoleh dijamin berlaku secara umum. Pendekatan pembelajaran ini menggnakan proses penalaran deduktif. Sehingga metode ini tidak layak digunakan dikalangan anak-anak. Karena terlalu sulit untuk bisa memahami. Pendekatan deduktif merupakan cara memetik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme.24 Contoh : Premis mayor : P → Q Premis minor : Q → R ___________________ Kesimpulan : P → R 24 Erman Suherman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Matematika, ( Jakarta :UT, 1999), hal 223 3. Pendekatan Induktif Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang prosedurnya menggunakan proses penalaran induktif. Dengan menggunakan contoh-contoh yang menuju pada satu rumus tertentu akan membawa siswa pada pengenalan sebuah teorema, dengan demikian pendekatan ini lebih cocok dan sesuai jika digunakan pada siswa-siswa tingkat rendah yang masih menggunakan rumus dalam menyelesaikan masalah matematika. 4. Pendekatan Intuitif Sesuai dengan namanya, maka pendekatan ini lebih mengacu pada kemampuan memahami sesuatu hal tanpa harus mempelajari ( proses penalaran intuisi ), tetapi dikoneksikan dengan keadaan kongkrit sehari-hari, permainan, maupun masalah matematika yang menarik sehingga siswa lebih mudah untuk mengingat. 5. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic (RME). Meskipun tergolong baru popular tiga tahun belakang, tetapi pendekatan ini cukup menggugah kalangan pendidik, khususnya pemerhati pendidikan matematika. Secara konseptual, sebenarnya pendekatan ini sudah sering digunakan oleh guru matematika, hanya saja popularitasnya kemudian baru ada dalam beberapa tahun terakir ini. Pendekatan pendidikan matematika realistis adalah pendekatan pembelajran matematik yang bertitik tolak pada hal nyata, menghubungkan matematika dengan kehidupan nyata dan siswa biarkan menemukan diri tentang matematika. Lebih tegas lagi Zulkardi mengatakan, "RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang 'real' bagi siswa, menekankan keterampilan 'proses of doing mathematices', berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri ( 'student inventing' sebagai kebalikan dari 'teacher telling' ) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator, sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan 'reasoningnya' melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain".25 Ada beberapa karakteristik yang terdapat dalam pendekatan ini, yaitu (1) penggunaan real konteks sebagai titik tolak belajar matematika; penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal menggunakan cara (2) sebelum formal atau rumus , (3) mengaitkan sesama topik dalam matematika ; (4) penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika dan, (5) menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa. e. Strategi Pembelajaran Matematika 25 Zulkardi, RME: Teori, Contoh Pembelajaran, dan Taman Belajar di Internet "makalah Seminar RME", (Bandung: UPI.bandung, 2001).hal 1 Guru sebaiknya memahami strategi pembelajaran matematika yang cocok dan mampu menerapkannnya dalam peraktek mengajar di kelas, sehingga siswa dapat pelajaran matematika dengan baik. Menurut Roth Well, seperti ditulis Drs. H. Muhammad Ali Hamzah, mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan langkah selanjutnya dari proses desain pembelajaran atau bagaimanakah caranya menuju ke proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah serangkaian kejadian eksternal bagi siswa yang dirancang unutk meningkatkan proses internal dalam belajar. Sementara itu, Miarso menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum, pembelajaran yang dijabarkan dari teori belajar tertentu.26 Suharsimi Arikunto27 membagi strategi pembelajaran menjadi dua tahap yaitu : 1. Tahap sebelum siswa masuk kelas. Disebut juga tahap persiapan atau precondition. 2. Tahap saat siswa masuk kelas. Tahap ini dilakukan didalam kelas dan disebut sebagai operating prosedurs. Mengenai strategi mana yang akan dipilih, sebaiknya didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut28 : 26 27 28 Yusuf hadi Miarso, Monograf Tehnik Pembelajaran, (Jakarta: DepDikBud, 1993),hal 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa ( Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000), Yusuf Hadimiarso, Monograf Tehnik ……… hal. 15 a) Tujuan belajar, jenis, dan jenjang b) Sifat kedalaman dari banyaknya isi ajaran c) Latar belakang, motivasi, dan kondisi siswa d) Jumlah, kualifikasi, kompetensi tenaga pengajar e) Lama dan jadwal f) Sarana yang dapat dimanfaatkan dan biaya 2. Tinjauan tentang guru a. Pengertian guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia anak dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, guru juga sebagai agen pembelajaran (learning agent) yaitu sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.29 Dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya komunikasi yang tepat agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai degan baik. Adanya tujuan pembelajaran itu, menjadikan possisi guru dalam proses pebelajaran mempunyai peran penting. Guru sebagaimana telah diketahui secara popular berarti orang yang pekerjaannya mengajar. Namun demikian, arti guru dikalangan para ahli juga berbeda meskipun merujuk pada satu pengertian tunggal. Menurut 29 Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta : CV Eka Jaya hal 43 th 2006). pandangan tradisional guru adalah orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.30 Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi ataupun mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain yang diharapkan orang yang diajar dapat mengerti dan mampu melaksanakannya. Jadi, yang dimaksud guru matematika adalah guru yang mengajarkan matematika yang diarapkan siswa dapat memahami konsep matematika dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jabatan guru adalah jabatan propesional karena tidak semua orang dapat melaksanakan tugas keguruan dengan baik kecuali orang yang telah disiapkan melalui pendidikan untuk guru. Ketidakmampuan dasar yaitu proesional, intelektual, dedikasi sosial, hendaknya dimiliki oleh guru sehingga ia mampu mendidik, baik dikalangan keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru memiliki peran sebagai pengajar dan pendidik murid, di rumah guru sebagai orang tua, dan di masyarakat guru berperan sebagai tokoh masyarakat yang mencerminkan kepribadian yang baik, sehingga perilaku dan gerak-geriknya dapat menjadi contoh bagi lingkungan sekitar. Tidak semua orang dapat menjadi guru dengan mudah, apalagi menjadi guru matematika yang harus mempunyai keterampilan tersendiri. Matematika 30 Roestiyah NK, Masala-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta; PN. Bina Aksara, 1989).hal 176 sebagai ilmu pengetahuan abstrak, menuntut adanya penyampai pesan ( guru matematik ) yang mampu mengkondisika keadaan belajar lebih rilek dan pengetahuan matematika yang memadai. Hal ini dilakukan agar materi matematika benar-benar tersalurkan dan tidak menimbulkan pengertian ganda dikalangan siswa. Sutrisman murtadho.31 Mengatakn bahwa guru matematika harus mengetahui sifat dan dasar dari subyek yang akan, walaupun subyek ini kurang sempurna. Guru matematika, lanjut Sutrisman merupakan pengabdi dan pemikir-pemikir yang telah mengetahui kelemahan dan kekuatan matematika akan melatih kesabarannya untuk menolong murid supaya mawas diri dan mengerti apa yang di maksud konsep yang jelas. Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini adalah32: 1. Guru tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya. Guru jangan terjebak pada aktifitas dating, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi secara maksimal. 2. Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) yang 31 " Sutrisman murtadho. Dan Drs.Tambunan Kunandar, S. Pd., M. Si. Guru professional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru ( Jakarta :PT Rajagrafindo Persada, 2008) Hal. 42. 32 dapat menggairahkan motivasi belajar peserta didik. Guru harus menguasai berbagai macam strategi dan pendekatan serta model pembelajaran sehingga proses belajar-mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. 3. Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri, dan kreatif dalam proses belajar mengajar. 4. Guru mampu memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang bervariasi. 5. Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi yang menyenangkan. 6. Guru mengikuti pekembangan ilmu pengetehuan dan teknologi yang mutakhir sehingga memiliki wawasan yang luas dan tidak tertinggal dengan informasi terkini. 7. Guru mampu menjadi teladan bagi pserta didik dan masyarakat luas dengan selalu menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji dan mempunyai integritas yang tinggi. 8. Guru mempunyai visi kedepan dan mapu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu yang membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik. b. Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran Matematika Guru bukan semata-mata sebagai pengajar ( transfer of knowledge ), bukan juga sekedar pendidik ( transfer of Values ), tetapi ia juga pendukung norma. Ia tidak hanya menunjuk atau mengambil nilai-nilai atau norma-norma itu untuk kemudian diberikan pada anak. Tetapi norma atau nilai itu sebelum diberikan kepada anak harus sudah menjadi miliknya. Norma-norma itu harus sudah meresap dalam sanubari guru Norma-norma itu harus merupakan sebagian isi dari kepribadiannya yang memanisfestasikan diri sebagai tingkah laku yang jujur, luhur, dan terpuji. Surackhmad (1990) memberikan gambaran tentang posisi guru dengan mengatakan. "Dalam masyarakat yang sebagian besar memandang tugas sekolah adalah mengajarkan yang penting dan berguna yang oleh masyarakat dianggap wajar diterima sebagai kebenaran umum, sebenarnya berarti meletakan kepercayaan tersebut pada falsafah dari masing-masing guru secara individual, karena segala kegiatan yang dijalankan adalah kegitan yang ditetapkan oleh guru dan menjadi tanggung jawab professional dari guru itu sendiri"33 Strategisnya peranan guru dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dapat difahami dari hakekat guru yang selama ini dijadikan sebagai asumsi pragmati pendidikan guru. Yang dimaksud disini adalah asumsi-asumsi yang 33 Ismail , Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Hal. 16 dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan program pendidikan guru. Asumsi-asumsi itu adalah bahwa guru : 1) Agen pembaharuan 2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subyek didik untuk belajar. 3) Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik. 4) Ditutnut menjadi contoh subjek didik. 5) Bertangung jawab secara profesional untuk meningkatkan kemampuannya. 6) Menjunjung tinggi kode etik Guru sebagai salah satu perancang kegiatan dalam pembelajaran matematika tentunya harus merujuk pada penciptaan atau penataan kondisi dan situasi lingkungan kelas yang mengarah pada terciptanya suasana yang optimal bagi siswa. Pada umumnya pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika siswa dapat belajar secara optimal dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dapat difahami , bahwa guru adalah unsur manusiawi, antara yang satu dengan yang lain berbeda baik sisi pengalaman, kemampuan, maupun falsafah hidupnya dengan segala keterbatasannya. Hal ini mendasari adanya perbedaan karakter dari masing-masing guru. Namun demikian, perbedaan itu justru akan membawa pada kesempurnaan guru yang saling melengkapi dan saling memberi masukan antara guru yang satu dengan yang lain. Dalam pandangan sosoiologi, proses pembelajaran merupakan proses sosialisasi dalam lingkungan sekup kecil yang merupakan bagian dari sekup yang lebih luas yaitu pendidikan. Ini berarti, guru harus memandang siswa, kelas dan sekolah sebagai masyarakat kecil yang mempunyai norma-norma tertentu, dimana guru adalah bagian dari masyarakat tadi. Semakin beragamnya pengetauan siswa, dengan demikian proses pembelajaran perlu beragam pendekatan, metode, maupun strateginya. Hendaknya disadari bahwa pelajaran matematika yang dirancang oleh guru tidak dapat suatu menjamin keberhasilan pembelajaran matematika. Yang terpenting bagi guru matematika adalah bagaimana menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih baik, penuh kasih sayang, dan mudah diajak kompromi, sehingga siswa tidak merasa takut dengan guru tersebut. Secara rinci tugas guru terpusat pada teoerama pendidikan anak yang menitikberatkan memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek, kedua memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, dan ketiga membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Dengan profesionalisme guru, maka guru masa depan tidak lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manager). Sebagai pelatih, seorang guru akan berperan seperti pelatih olah raga. Ia mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswanya untuk mencapai prestasi setinggin-tingginya, dan membantu siswa menghargai nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing atau konselor, guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hornat dan keakraban dari siswa. Sebagai manajer belajar, guru akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing. Mengembangkan kreatifitas, dan mendorong adanya keilmuan dan teknologi yang inovatif sehingga para siswa mampu bersaing dengan masyarakat global. Sementara iru, sikap dan sifat guru yang baik adalah (1) bersikap adil; (2) percaya dan suka kepada murid-muridnya; (3) sabar dan rela berkorban; (4) memiliki wibawa di hadapan pserta didik; (5) penggembira; (6) bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; (7) bersikap baik terhadap masyarakat; (8) benarbenar menguasai mata pelajarannya; (9) suka dengan mata pelajaran yang diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas (Ngalim Purwanto, 2002).34 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar Setiap kegiatan, baik yang dilakukuan oleh kelompok individu, maupun inistitusi atau perorangan pasti ingin hasil yang diraih maksimal. Tak ragu lagi, berbagai carapun dilakukan untuk menunjang kegiatan itu dan demi menghasilkan yang diharapkan. Begitu pula seorang guru yang mempunyai tugas untuk mengajar dan Ia akan melaksanakan tugas semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar 34 Ibid Hal. 31 sekali untuk mendidik siwa agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan menjadi pribadi paripurna sehingga mampu menerapkan ilmu yang diperoleh ketika dirumah dan masyarakat . Hasil belajar yang diharapkan tercapai, diantaranya dipengaruhi oleh kualitas pengajar dan kemampuan siswa sendiri. Untuk dapat memperoleh kualitas pembelajaran yang baik, guru harus bisa memperhatikan petunjuk dan perencanaan dalam menyampaikan pelajaran. Seorang guru harus bisa melayani perbedaan individual siswa, memotivasinya, membimbing, serta mampu mencari buku ajar yang cocok dan mudah dipelajari siswa. Seorang guru juga harus mempertimbangkan taraf berfikir siswa. Karena setiap siswa antara yang satu dengan yang lain berbeda, guru harus menyiapkan langkah-langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Persiapan ini penting untuk diperhatikan guru sebelum mulai mengajar. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:35 a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan seni; c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar 35 Undnag-undang Guru dan Dosen, pasal 20 (Jakarta: C.V Eka Jaya, 2006), hal. 13 belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peseta didik dalam pembelajaran; d. Menjunjung tinggi peraturan perundang–undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu fungsi guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan , dan sikap dengan kemampuan. Dalam hal ini, tugas guru adalah menawarkan dan mengorganisasikan keterampilan dalam mengatur metode-metode, alat peraga, buku-buku, dan lain sebagainnya. Untuk dapat memperoleh pengajaran dan pendidikan yang baik, guru perlu mengetahui adanya tehnologi pendidikan. Tehnologi pendidikan mencakup setiap kemungkinan sarana yang dapat digunakan untuk menyajikan infomasi. Hal ini berhubungan dengan alat-alat yang dipakai dalam pendidikan dan latihan – latihan seperti TV, laboratorium, dan sebagainya. Dalam teknologi pendidikan terdapat cara pendidikan yang dilakukan oleh manusia, dengan mempunyai prosedur, gagasan, dan peralatan-peralatan yang mepunyai tujuan agar mencapai hasil pendidikan maupun pengajaran yang baik. Rumusan teknologi pendidikan membentuk sebuah teori karena telah memenuhi kriteria adanya penomena penguraian dan penjelasan, pengintisarian, orientasi, sistematisasi, identifikasi, keputusan, menciptakan strategi-strategi untuk penelitian, peramalan, dan adanya suatu asas-asas atau prinsip-prinsip. 36 Teknologi pendidikan merupakan satu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan, yang memandang soal belajar dan mengajar sebagai masalah yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiyah. Penerapan teknologi pendidikan perlu karena dapat membantu dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan khusus intruksional secara efektif dan efisien, mempermudah siswa menangkap pelajaran memperkaya pengalaman belajar, setra membantu memperluas cakrawala pengetahuan mereka, dan instimulasi mengembangkan pribadi serta profesi dari para guru dalam usahanya mempertinggi mutu pengajarannya di sekolah.37 Penilaian pendidikan tidak hanya dimaksudkan kepada tujuan- tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga diarahkan kepada pengkajian terhadap komponen pendidikan serta untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi isiswa. Ada tiga ruang lingkup yang menjadi sasaran pokok dalam penilaian, yaitu: (1) Program pendidikan (2) Proses belajar mengajar (3) Hasil-hasil belajar38 36 37 38 Pred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan , ( Jakarta: PN. Erlangga,1988), hal 3 Soedjono Trino, Pengembangan Pendidikan, (Bandung :PN. Remadja Karya, 1986)hal 151 Nana Sudjana,OP. Cit, hal 1 Penilaian program pendidikan meliputi program pendidikan, isi program, pelaksanaan program, lingkungan pendidikan, dan saran. Penilaian program belajar mengajar menyangkut penilaian kegiatan guru, kegiatan siswa, pola inertaksi antar guru dan siswa, terlaksanya program belajar mengajar. Adanya penilaian dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengetahui pencapaian hasil suatu kegiatan. Apabila kegiatan itu kurang berhasil maka akan mudah mencari usaha peningkatannya. Demikian juga dalam kegiatan pembelajran, dengan adanya penilaian tersebut maka dapat diketahui kelemahankelemahannya atau keberhasilanya. Secara umum, yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi ; a. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam guru sendiri b. Faktror eksternal, yaitu yang timbul dari luar antara lain, sarana dan prasarana pendidikan, kondisi lembaga yang bersangkutan, dan faktor lain yang menunjang dalam peningkatan pembelajaran. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah : 1) Faktor guru Guru sebagai pemegang kendali, mempunyai peran penting dalam menunjang keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. Ia yang merencanakan pengajaran, evaluator, menerapkan metode dan menciptakan kondisi belajar. Hubungan baiknya dengan siswa akan dapat membantu keberhasilannya. 2) Faktor profesi guru Profesi penting untuk menjadi pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran bidang studi tertentu. Karena guru tanpa mengindahkan pekerjaannya sebagai tenaga professional akan membuat anak didik bisa salah faham. Sehingga mengganggu dalam pencapaian keberhasilannya. 3) Bahan pelajaran Bahan pelajaran adalah hal yang esensi dalam interaksi pendidikan, karena pada dasarnya proses pembelajaran adalah menyampaikan pesan pelajaran kepada siswa. 4) Metode mengajar Penyajian bahan pelajaran tersalurkan dengan baik jika menggunakan metode mengajar yang tepat, sebaliknya pelajaran tidak akan berhasil dengan baik jika metode yang dilaksanakn kurang tepat. Jadi dalam proses pembelajaran perlu menggunakan metode yang tepat agar pelaksaan kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan memuaskan. 5) Sarana belajar mengajar Saran belajar akan sangat menunjang dalam pelaksaan kegiatan belajar mengajar dan bisa membangkitkan semangat anak didik. 6) Suasana belajar mengajar Suasana yang mnyenangkan akan dapat membantu dan mengakifkan proses pembelajaran, sebaliknya jika suasana kurang kondusif akan menghambat jalannya proses pembelajaran. 7) Kondisi masyarakat Kondisi masyarakat dimaksud disisni adalah lingkungan dimana proses pembelajaran itu berlangsung 8) Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran harus disadari betul-betul oleh seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran Dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan dan diarahkan pada tujuan yang telah dirumuskan. 9) Faktor siswa Sebagaimana diketahui, proses pembelajaran merupaan hubungan edukatif antar guru dan siswa, sehingga tanpa siswa sebuah pembelajaran tidak akan pernah berlangsung. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran melibatkan siswa dan akan mempengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang berhasil diantaranya : (a) Dilihat dari kadar kegiatan siswa dalam belajar (b) Makin tinggi kegiatan belajar siswa (c) Makin tinggi peluang berhasilnya pembelajaran. 39 39 Nana Sudjana, Ibid, hal .72 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 Juli-15 Agustus 2008, dan bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Ciseeng yang menjadi sampel penelitian. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis adalah deskriptif analisis, yaitu menganalisa data-data dan informasi yang didapat dari hasil penelitian untuk kemudian diinterpretasi sesuai dengan kenyataannya. C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi semua guru matematika Madrasah Ibtidaiyah swasta di Ciseeng, yang berdasarkan data penulis dari Kandepag Kab. Bogor pada tahun 2003, ada 10 Madrasah Ibtidaiyah. Dengan mengadakan wawancara dari beberapa guru di Madrasah tersebut.Sampel diambil sebanyak 20 orang guru. D.Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data lapangan, penulis menggunakan metode : 1) Wawancara Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah dengan membuat pedoman terlebih dahulu sebagai pedoman dalam melaksanakan wawancara, sehingga dapat dilaksanakan secara sistematis dan terarah. Sasaran isi pembelajaran wawancara matematika, menyangkut upaya-upaya pengawasan yang pelaksanaan dilakukan untuk peningkatan mutu guru sekaligus langkah apa yang dilakukan agar guru matematika manjadi guru professional. 2) Angket Merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden melalui prosedur membuat item pertanyaan terlebih dahulu. Angket yang penulis gunakan adalah angket terbuka, yang berkaitan dengan kesulitan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran, dengan respoden yang sebenarnya. D. Teknik Analisis Data Pada dasarnya data yang diperoleh penulis baik dari wawancara maupun angket berupa data mentah, yang kemudian penulis peroleh melalui beberapa teknik yaitu : 1) Kategorisasi Agar lebih mudah untuk dianalisis, data yang diperoleh penulis baik dari wawancara maupun angket kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Masing-masing kategori merupakan data yang mempunyai kesamaan maksud. Kategorisasi dilakukan berdasarkan metode yang sering digunakan, strategi pembelajaran, kesulitan guru, sebab, dan cara mengatasinya. 2) Perhitungan Setelah data dikategorisasi, penulis melakukan pengolahan data dan perhitungan dengan menggunakan rumus statistik prosentasi : P = F x 100%, dengan P N F N = Prosentasi Jawaban = Frekuensi Jawaban Responden = Banyaknya responden 100% = Bilangan tetap konstan Setelah data dihitung melalui rumus statistik, kemudian dilakukan analisis dengan triangulasi. Triangulasi dimaksudkan untuk membandingkan jawaban angket dan jawaban wawancara. Perbandingan ini dilakukan sebagai penguat jawaban angket sekaligus mencari sebab kesulitan yang dialami guru. Dengan begitu analisis yang penulis lakukan bukan hanya mencari kesulitan guru matematika secara kuantitas (jumlah) tetapi juga kualitas (sebab terjadi) serta solusi bagi kesulitan itu. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Ciseeng Bogor yang menjadi obyek penelitian ada 11 Madrasah, yaitu MI Taufiqul Athfal, MI Mathlaul Anwar, MI Tho’amul Athfal, MI Nurul Islamiyah Cilangkap, MI Nurul Islamiyah Nyalawati, MI Nurul Islamiyah Babakan, MI Nurul Iman Babakan, MI Al-Irsyadiyah, MI Nurul Huda, MI Raudhatul Athfal dan MI Al-Manar. Adapun Guru matematika yang menjadi responden berjumlah 20 guru, masing-masing tersebar di 11 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Ciseeng Bogor. Untuk lebih jelasnya berikut tabel keadaan guru matematika. Tabel 1 Keadaan guru matematika di MI Swasta Ciseeng Bogor No Responden P/L Pendidikan Tempat Mengajar Lama Mengajar Bidang Mengajar Studi lain 1 A L S1 Matematika 2 Tidak 15 Tahun 2 B L S1 Matematika 2 Ya 15 Tahun 3 C P S1 PAI 4 Tidak 3 Tahun 4 D P D2 PGSD 4 Tidak 3 Tahun 5 E L S1 PAI 3 Tidak 5 Tahun 6 F L S1 Ekonomi 2 Tidak 1 Tahun 7 G L S1 PAI 2 Tidak 14 Tahun 8 H P D2 PGSD 4 Tidak 12 Tahun 9 I L Masih Kuliah 1 Tidak 12 Tahun 10 J P Masih Kuliah 4 Ya 11 Tahun 11 K L Masih Kuliah 1 Tidak 8 Tahun 12 L P S1 PAI 3 Ya 7 Tahun 13 M P D2 PGSD 3 Tidak 4 Tahun 14 N L Masih Kuliah 1 Tidak 4 Tahun 15 O P D2 PGSD 4 Ya 4 Tahun 16 P P Masih Kuliah 1 Ya 3 Tahun 17 Q L S1 PAI 3 Ya 2 Tahun 18 R P Masih Kuliah 3 Tidak 2 Tahun 19 S L Masih Kuliah 2 Tidak 2 Tahun 20 T P Masih Kuliah 3 Tidak 1 Tahun Dari tabel 1 menjelaskan, sebagian besar guru matematika mengajar di lebih dari satu tempat. Adapun guru matematika yang juga mengajar pelajaran lain hanya 30 %, selebihnya berkonsentrasi pada pelajaran matematika sebagai bidangnya. Dapat dikatakan bahwa guru matematika di MI Swasta Ciseeng Bogor bukan merupakan lulusan sarjana pendidikan matematika. B. Deskripsi Data 1. Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran Menjadi guru persiapannya matematika merencanakan yang profesional dapat dilihat dari proses pembelajaran dengan baik. Dalam merencanakan proses pembelajaran, seorang guru matematika harus bisa membuat peta tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fakta membuktikan bahwa salah satu kesulitan guru matematika adalah ketika merencanakan proses pembelajaran. Lebih detail, tabel berikut akan menjelaskan gambarannya. Tabel 2 Kesulitan Guru Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran Matematika Kesulitan Sebab Jumlah Prosentase (%) 1 2 Membuat satuan Kurang faham cara pelajaran membuat satpel Mendesain ruang Siswa telalu banyak belajar ,ruangan terlalu 1 5 4 20 8 40 2 10 1 5 1 5 3 15 20 100 kecil 3 Menentukan media Tidk terjangkau pembelajaran siswa Terbatasnya saran prasarana 4 5 Menetukan prosedur Nilai untuk siswa penilaian yang lemah Menentukan buku Daya serap anak matematika pegangan berbeda sebagai sumber Berubahnya kurikulum 6 Menentukan metode Tingkat intelegensi mengajar berbeda Tidak ada kesulitan 7 Jumlah Dari data tabel 2 di atas menunjukkan bahwa menentukan media pembelajaran merupakan kesulitan terbanyak yang dialami guru matematika. Hal ini terjadi karena terbatasnya sarana prasarana yang disediakan sekolah untuk menunjang proses pembelajaran ( sebab ini mendapat jawaban terbanyak dari responden), disamping itu kesulitan tersebut juga karena media yang harganya tidak terjangkau oleh siswa ( lihat tabel 3). Posisi kedua dan ketiga dari kesulitan dalam merencanakan proses pembelajaran berturut-turut adalah mendesain ruang belajar dan menentukan prosedur penelitian, kedua kesulitan ini disebabkan siswa dalam satu kelas yang terlalu banyak, ruang kelas kecil, dan nilai siswa yang relatif rendah. Sementara itu, membuat satuan pelajaran, menentukan buku matematika pegangan sebagai sumber, dan menentukan metode mengajar, masing-masing hanya 5% dari responden, artinya sedikit sekali guru matematika yang mengalami kesulitan itu. Tentang penyebab kesulitan yang terakhir ini dapat dilihat pada tabel 3. Di samping guru matematika yang mengalami kesulitan di atas, ada juga guru yang tidak mengalami kesulitan. Guru matematika yang tidak mengalami kesulitan jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan jumlah guru yang mengalami kesulitan. Pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru matematika mengalami kesulitan dalam merencanakan proses pembelajaran, meski kesulitannya berbeda-beda. 2. Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pemebelajaran Dari penelitian yang dilakukan penulis, berikut data tentang kesulitan yang sering dialami guru matematika dalam melaksanankn pembelajaran Tabel 3 Sebab Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran Prose No Kesulitan Sebab Jumlah ntase (%) 1 Memperaktekkan Metode Kurang alat peraga 2 10 2 Respon dan Memotivasi Tidak menguasai dasar 5 25 Siswa untuk Bertanya matematika Kurang minat terhadap 4 20 matematika 4 20 Materi terlalu banyak 3 15 1 5 1 5 Siswa malu dan takut 3 Alokasi Waktu Belajar Banyaknya siswa dalam 4 Mengetahui Kemampuan 1 kelas Siswa Yang Berbeda Bekerjasama dalam menjawab soal Tabel 3 menunjukkan bahwa kesulitan yang paling sering dialamai guru matematika adalah merangsang respon dan memotivasi siswa bertanya tentang materi yang telah disampaikan, kenyataan ini begitu tinggi karena ada 60 % responden menjawab hal itu. Adapun kesulitan kedua adalah mengatur waktu belajar yang direncanakan, disusul dengan mempraktekkan metode mengajar dan mengetahui kemampuan siswa yang berbeda-beda di posisi ketiga dengan jumlah jawaban responden sama. Mengenai kesulitan dalam menjelaskan materi, data yang diperoleh penulis hanya 5%, prosentase ini cukup kecil meskipun tidak dapat dikatakan bahwa semua guru matematika mudah dalam menjelaskan materi, karena kemudahan itu hanya dapat dilihat ketika siswa bisa memahami apa yang diajarkan guru. Berbicara masalah materi dan bagaimana menjelaskan materi itu dengan baik begitu sulit, karena orang yang menguasai materi belum tentu dapat menjelaskan dengan baik isi materi itu dan orang yang bisa menjelaskan materi dengan baik terkadang belum menguasai materi sepenuhnya. Idealnya, guru metematika (dan juga guru lain ) harus bisa menguasai materi dan bisa menyajikan materi itu dengan baik. Adanya kesulitan yang terjadi di atas bukanlah sesuatu yang harus dipungkiri, semuanya harus dicari solusi guna meningkatkan kualitas dalam mengajar dan menjadi guru yang sesuai profesi. Pada tabel berikutnya ( tabel 3 ), dapat memperlihatkan bahwa tidak menguasai konsep dasar matematika, kurang minat terhadap matematika, dan siswa merasa malu dan takut menjadi sebab pokok kurangnya respon dan motivasi siswa untuk bertanya. Tentang guru matematika mengalami kesulitan dalam mengatur waktu yang telah direncanakan, semua responden menjawab karena materi matematika terlalu banyak sedangkan menjelaskan materi matematika butuh waktu lama untuk bisa cepat dipahami siswa. Lain halnya untuk mempraktekkan metode mengajar, meski hamper semua responden tidak mengalami kesulitan ini, ada juga guru matematika yang mengeluh karena kurangnya alat peraga untuk materi matematika tertentu, sehingga mereka harus berusaha memanfaatkan alat-alat disekitarnya sebagai penunjang proses pembelajaran. Sedikitnya guru matematika yang mengalami kesuliatan dalam mempraktekkan metode mengajar karena sebagian besar menggunakan metode yang mudah dan lebih efisien untuk mengajar tanpa harus menggunakan alat peraga. Hasil dari metode yang sering digunakan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran nampak pada diagram berikut . Del: Demontrasi dan Latihan Prosentase Jawaban 60% 50% LP : Latihan dan Penugasan 40% 30% CT: Ceramah dan Tanya jawab 20% 10% 0% ET: Ekspositori dan Tanya jawab Del LP CT ET DiT DiT : Diskusi dan Tanya jawab Adapun kesulitan dalam mengetahui kemampuan siswa yang berbeda menurut 5 % responden ( Tabel 5 ) karena jumlah siswa yang terlalu banyak. Dengan prosentase yang sama juga, perbedaan kemampuan siswa sulit diketahui karena seringnya kerjasama dalam menjawab soal. Untuk masalah ini guru matematika memberikan banyak soal latihan yang bervariasi sebagai caranya untuk mengetahui kemampuan siswa yang berbeda. Dari data pada tabel 5 juga, meski jumlahnya sedikit, ada juga guru yang kurang menguasai materi sehingga ketika menjelaskan kepada siswa mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan data yang ada, secara umum semua responden mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran dan kesulitan terbanyak ada pada respon dan memotivasi siswa untuk bertanya. 3. Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa Anggapan guru matematika “ galak “ dan “ Menakutkan “ bagi siswa sehingga menampakkan matematika merupakan pelajaran yang sulit menjadi hal yang harus diperhatikan. Persoalan yang terpenting adalah bagaimana supaya siswa senang dan nyaman ketika belajar matematika. Komunikasi merupakan salah satu jawaban agar siswa bisa lebih menghargai guru tanpa ada perasaan takut dan terpaksa. Tabel 4 Sebab Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa No Kesulitan Sebab Jumlah Prosentase (%) 1 2 Membantu Tidak bisa menumbuhkan matematika dan takut kepercayaan diri siswa salah Merangsang minat siswa Matematika sulit, 5 25 12 60 1 5 2 10 20 100 tidak menarik 3 Menumbuhkan sikap Siswa susah positif memahami Terhadap matematika 4 Tidak ada kesulitan Jumlah Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar guru matematika mengalami kesulitan dalam merangsang minat siswa terhadap pelajaran matematika, karena matematika oleh kebanyakan siswa dianggap sulit dan tidak menarik. Kesulitan berikutnya adalah membantu menumbuhkan kepercayaan diri siswa, penyebabnya karena siswa merasa tidak bisa dan takut salah jika mengerjakan soal, kesulitan ini mendapat jumlah yang cukup banyak karena ada 25% dari responden menjawabnya. Menumbuhkan sikap positif terhadap matematika tidaklah sulit bagi sebagian besar guru matematika karena dalam setiap pelajaran matematika selalu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari – hari. Berbagai kesulitan guru matematika menurut analisis di atas sudah menjadi perhatian juga bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan cara kerja dan mutu guru. Dari hasil wawancara dengan beberapa Kepala Sekolah ada jawaban 100% responden selalu memotivasi guru matematika untuk meningkatkan kinerjanya, menyarankan ikut program MGMP, dan selalu diskusi dengan teman sejawatnya. Meskipun, hanya sedikit sekali Kepala Sekolah yang membedakan perhatian terhadap guru matematika dan guru lain, tetapi peran supervisor yang dilakukannya cukup bagus dari hasil wawancara tergambar sebagai berikut. Tabel 5 Supervisi Terhadap Guru No Program Supervisi Jumlah Prosentase 1 Bulanan 2 20 2 Semester 2 20 3 Tahunan 1 10 4 Bulanan dan Semester 5 50 10 100 Jumlah C. Pembahasan Penafsiran data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data hasil temuan yang merupakan proposisi, kemudian dihubungkan dengan kajian pustaka maupun hasil penelitian lain yang relevan dengan rumusan proposisi tersebut. Pembahasan temuan yang dimaksud adalah : 1. Kesulitan Dalam Merencanakan Proses Pembelajaran Hasil analisis data, ada tiga temuan penelitian tentang kesulitan ini yang prosentasenya cukup besar yaitu menentukan media pembelajaran, mendesain ruang belajar, dan menentukan prosedur penilaian. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang diterangkan dalam landasan teori. Menentukan media pembelajaran merupakan kesulitan yang banyak dialami guru matematika di Madrasah Ibtidaiyah Ciseeng, karena media yang harganya terlalu mahal sehingga siswa tidak dapat menjangkaunya, sementara di Sekolah sendiri terbatas sarana prasarananya. Seorang guru seharusnya mempunyai keterampilan khusus agar bisa menambah minat siswa terhadap matematika dan tidak terkesan monoton dalam menyampaikan materi karena dalam setiap materi belum tentu dapat menggunakan media yang sama. Hasil temuan ini diperkuat dari wawancara penulis dengan Kepala Sekolah yang menyayangkan karena minimnya sarana yang tersedia di Madrasah Ibtidaiyah, sehingga Sekolah harus berusaha mencari solusi sendiri, sedangkan pelajaran matematika paling banyak menggunakan media sebagai alat untuk menerangkan materi tertentu. Namun demikian, kebanyakan guru matematika selalu menggunakan media seadanya untuk memfasilitasi minimnya media tersebut dengan membuat media sendiri serta memanfaatkan lingkungan sekitar. Media pembelajaran memang penting diketahui karena tidak semua guru memahami bahwa ; 1) Memiliki media pengajaran yang tepat akan dapat ditekan serendah-rendahnya semua hambatan komunikatif dalam setiap proses pembelajaran. 2) Anak didik dapat belajar atau menerima materi secara efektif sesuai dengan kemauannya. 3) Dengan menggunakan aneka ragam media pengajaran, tentunya secara efektif sekali, pengalaman dan cakrawala akan dapat diperluas. Kesulitan dalam mendesain ruang belajar, menjadi kesulitan kedua dalam merencanakan proses pembelajaran, sedikit berbeda dengan teori, yang tidak secara spesifik menjelaskan kesulitan ini, tetapi lebih luas lagi yaitu pengelolaan lingkungan belajar. Berdasarkan hasil penelitian Kompetensi Guru, mendesain ruang belajar juga jarang dilakukan oleh kebanyakan guru dengan alas an yang sama, jumlah siswa yang terlalu banyak sementara ruang kelas kecil hasil data yang diperoleh penulis, ada guru yang berusaha keluar kelas untuk menghindari kesulitan ini, tetapi ada juga yang membiarkan di dalam kelas meski suasana kurang kondusif. Adapun menentukan prosedur penilaian juga menjadi kesulitan yang sering dialami guru matematika, hasil data ini sesuai dengan teori yang mengatakan “ …..Salah satu kesulitan guru adalah mengadakan evaluasi …” dan “ …. Guru harus dapat merencanakan penilaian prestasi belajar siswa … “. Kesulitan ini terjadi karena bagaimana memberikan nilai untuk siswa yang daya fikirnya lemah dan daya serap siswa yang berbeda-beda. Persoalan tersebut diatasi guru matematika dengan memberikan soal yang beraneka dan memberikan nilai kepada siswa sesuai dengan kemampuannya dengan harapan siswa akan lebih giat belajar karena mendapat nilai apa adanya. Kesulitan berikutnya adalah membuat satuan pelajaran, menentukan buku matematika sebagai pegangan, dan menentukan metode mengajar, hasil ini juga sesuai dengan teori yang dijelsakan oleh Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M.Sc. solusi yang dilakukan guru matematika berturut-turut adalah banyak belajar dari senior, menggunakan buku yang disediakan sekolah, dan metode yang mudah digunakan. 2. Kesulitan Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran Menciptakan kondisi pemberlajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal tidaklah mudah untuk dilakukan, apalagi pelajaran matematika yang dianggap paling sulit oleh kebanyakan siswa, hal ini didukung oleh banyak faktor. Guru sebagai salah satu faktor itu harus bisa menciptakan proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa merasa tertarik dan lebih asyik dengan pelajaran matematika. Dalam kenyataannya, tidak sedikit guru yang apatis terhadap hambatan yang dialami, kalaupun tidak, dibiarkan begitu saja karena tidak mampu mencari solusi yang tepat bagi kesulitan itu. Berdasarkan uraian pada temuan data, merangsang dan memotivasi siswa bertanya merupakan kesulitan yang terbanyak dialami guru matematika, kesulitan ini disebabkan karena siswa tidak menguasai dasar matematika, kurangnya minat siswa terhadap matematika, dan siswa malu dan takut. Kesulitan ini tidak berbeda dengan yang dijelaskan dalam buku Metodologi Pengajaran Nasional. Mengatur alokasi waktu belajar sebagai kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran juga sama dengan hasil penelitian sebelumnya, “ …. Kekurangan waktu untuk melaksanakan yang direncanakan … “ Penyebab kesulitan ini karena materi terlalu banyak sedangkan siswa membutuhkan waktu lama untuk bisa mengerti isi materi yang disampaikan, sehingga terkadang banyak materi yang tidak dijelaskan dengan tuntas. Hasil temuan juga menggambarkan bahwa mengetahui kemampuan siswa yang berbeda-beda dan mempraktekkan metode mengajar merupakan kesulitan yang dialami guru matematika di Madrasah Ibtidaiyah Ciseeng, sebab kesulitan pertama adalah karena banyaknya siswa dalam satu kelas dan bekerjasama dalam mengerjakan soal sedangkan sebab kesulitan kedua karena kurangnya alat peraga. 3. Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Siswa Deskripsi data hasil temuan penelitian memberikan gambaran bahwa merangsang minat siswa terhadap pelajaran matematika dan membantu menumbuhkan kepercayaan diri siswa menjadi kesulitan yang banyak dialami guru matematika di Madrasah Ibtidaiyah Ciseeng. Kesulitan menumbuhkan minat siswa terhadap matematika terjadi, karena kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran sulit dan tidak menarik, padahal upaya guru matematika menumbuhkan minat ini banyak dilakukan, diantara upaya itu adalah ; 1. Menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu yang membiasakan kita berfikir dan menganalisa permasalahan. 2. Menjelaskan bahwa matematika merupakan pelajaran yang menjadi kunci keberhasilan. 3. Memberikan contoh matematika yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Memberikan arahan bahwa matematika tidaklah sulit dan matematika banyak manfaatnya. 5. Menjadi guru matematika yang rileks, tidak galak, dan menciptakan suasana belajar yang ceria. Kesulitan menumbuhkan kepercayaan diri siswa merupakan hasil penelitian yang belum pernah dilakukan secara khusus meskipun dari penelitian sebelumnya memberikan sinyal tentang hal ini “ … Kesulitan menanamkan motivasi pada anak …. “, penyebab kesulitan ini adalah karena siswa merasa tidak bisa dan takut salah dalam mengerjakan soal. Selain kesulitan tersebut, hasil deskripsi temuan juga memberikan data tentang kesulitan menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran matematika, tetapi jumlah ini cukup sedikit karena sebagian besar guru selalu menghubungkan matematika dengan kehidupan seharihari. Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan profesi guru matematika dengan menyarankan selalu membaca dan mengikuti perkembangan pembelajaran matematika. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN B. Kesimpulan Dari data yang telah penulis analisis di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa : 1. Dalam merencanakan proses pembelajaran, kesulitan yang paling sering terjadi adalah menentukan media pembelajaran (40%) dan mendesain ruang belajar (20%). Penyebab kesulitan pertama adalah terbatasnya sarana prasarana dan media yang tak terjangkau oleh siswa sedangkan kesulitan kedua karena siswa yang terlalu banyak sementara ruang kelas kecil. 2. Dalam berkomunikasi dengan siswa, kesulitan yang paling sering terjadi adalah merangsang minat siswa terhadap pelajaran matematika (60%) disebabkan karena kebanyakan siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik. C. Saran – saran 1. Kepada guru matematika agar menggunakan media dan alat peraga yang ada disekitar atau membuat media sendiri untuk materi yang membutuhkan media. 2. Apabila ruang terlalu kecil sesekali ajaklah siswa keluar kelas dengan membagi kelompok sehingga suasana tidak terlalu monoton belajar di dalam kelas. 3. Hendaknya guru matematika memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan dengan bahasanya sendiri sehingga komunikasi dan motivasi serta respon siswa benar-benar ada. 4. Seringlah menggunakan permainan dalam mengajar matematika karena berpengaruh besar terhadap ketertarikan siswa belajar matematika. 5. Kepada Kepala Sekolah agar selalu memberikan pengawasan serta memfasilitasi sarana pembelajaran matematika sehingga dapat mengurangi tingkat kesulitan guru matematika dan tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai dengan optimal. DAFTAR PUSTAKA .DEPDIKNAS, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Sinar Grafika, 2003, Cet. Ke-1 Hudojo, Herman, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, Depdikbud, 1998 Murtadho, Sutrisman dan Tambunan, G, Pengajaran Matematika, Jakarta : Karunika, 2003 Nasution, S, Prof, Dr, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung, Jammars, 1998 N. K, Roostiyah, Dikdaktik Metodik, Jakarta : Bina Aksara, 2004 Russeefendi, E.T., M.Sc., Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru, Dan SPG, Bandung, Tarsito, 2001 Sudjana, Prof.,DR., MA., M.Sc., Metode Statistika, Bandung : Tarsito, 1996, Edisi ke-6 Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 2001 Suherman, Erman dan S. W., Udin, Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta : UT, Depdikbud 1998 Suherman, Erman, Et al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung, Sinar Baru, 2001 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1996 Zulkardi, Dr., M.I.Kom., M.Sc., Pendidikan Matematika Realistik, ( diambil dari sebuah artikel yang dimuat dalam situs www.pmri.or.id ) Undang-undang Guru dan Dosen, Jakarta, CV. Eka Jaya, 2006 Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy, Susanah, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta, UT, 2008 HB. Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta, PN Kota Kembang, 1998 Herman Maier, Kompendium Didaktik Matematika, Remaja Karya,1996 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 1995 Soedjadi R, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonoesia Konstalasi Keadaan masa Depan, Jakarta, dirjenPendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1997. Margaret E, Bell Gretler, Belajar dan Membelajarkan, Terjemahan Munandir, Jakarta, Rajawali, 2004. I Nyoman Sudan Degeng, Strategi Pembelajaran mengorganisasikan isi dan Model Elaborasi, malang, 1997. Ismail Dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta, UT, 2000. Yusuf Hadi Miarso, Monografi Teknik Pembelajaran, Jakarta, Depdikbud, 1995. NK Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Kegurtuan, Jakarta : Bina Aksara, 2001. Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik, Pengantar Didaktik Metodik, Kurikulum PBM, Jakarta, Raja Grapindo Persada, 1995. DEPDIKNAS, Undang–Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 2003). Lampiran 1 ANGKET Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dengan ini saya memohon kesediaan kepada Bapak/Ibu guru unuk menjawab angket terlampir. Angket ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan sebagai keperluan penelitian ilmiyah skripsi saya, serta semata-mata untuk peningkatan mutu mengajar guru. Jawaban dan keterangan Bapak/Ibu guru tidak akan digunakan untuk tujuan yang negatif dan tidak mempengaruhi profesi Bapak /Ibu guru. Karenanya besar harapan saya agar bapak/Ibu guru dapat mengisi angket ini dengan sejujurnya dan sebagaimana adanya. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi dan kesediaannya mengisi angket. Petunjuk : Isilah setiap pertanyaan sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu alami dan jawablah dengan jelas dan rinci. Identitas : - Pendidikan terakhir : Mengajar di sekolahkain : ya/tidak Jika ya, berapa sekolah tempat anda mengajar : Selain matematika, apakah anda mengajar ditempatyang lain : (ya/tidak Mulaimengajardi sekolahinitahun Bogor, Agustus 2008 Peneliti Syaripudin PERTANYYAN ANGKET 1. Kesulitan yang bapak/ibu alami dalam merencanakan proses pembelajaran matematika? ( lingkari dan jawaban boleh lebih dari satu) a. Membuat satuas pelajaran b. Mendesain ruang belajar c. Menentukan media pengajaran d. Menentukan prosedur pengajaran e. Menentuka buku matematika pegangan sebagai sumber f. Lainnya (mohon uraikan)……………………………………...…………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 2. Apa yang menyebabkan kesulitan di atas terjadi dan bagaimana cara mengatasinya ? (Mohon secara rinci setiap kesulitan) ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. 3. Kesulitan apa yang Bapak/Ibu alami dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika? (lingkari dan jawaban boleh lebih dari satu) a. Mempraktekan metode mengajar b. Menjelaskan materi c. Respon dan memotivasi siswa bertanya d. Menciptakan kondisi belajar yang kondusip e. Mengetahui kemampuan siswa yang berbeda-beda f. Alokasi waktu belajar mengajar g. Lainnya (uraikan)………………………………………………………... …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 4. Apa yang menyebabkan kesulitan di atas terjadi danbagaiamana cara mengatasinya ? (Mohon secara rinci setiap kesulitan) ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 5. Metode apa yang paling sering Bapak/Ibu gunakan dalam mengajar, mengapa ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. 6. Kesulitan apa yang dialami dalam berkomunikasi dengan siswa? (lingkari dan jawaban boleh lebih dari satu) a. Membantu menumbuhkan kepercayaan diri siswa b. Merangsang minat siswa dalam belajar c. Menumbuhan sikap positif terhadap pelajaran matematika d. Lainnya (mohon diberi uraian)………………………………………….. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… …………………………………………...…………………………………. 7. Apa yang menyebabkan kesulitan di atas terjadi dan bagaimana cara mengatasinya? (mohon secara rinci setiap kesulitan) ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. 8. Langkah apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran matematika ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………….………… 9. Strategi apa yang digunakan untuk memfasilitasi kemampuan siswa yang berbeda-beda? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………….……………………… 10. Kesulitan apa yang sering Bapak/Ibu alami ketika membimbing siswa dalam kegiatan belajar di kelas ? mengapa, dan bagaimana cara mengatasinya? ………………………………………………………………………………… …………………………………………….…………………………………… Lampiran 2 PERTANYAAN WAWANCARA 1. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisor yang Bapak laksanakan? 2. Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? 3. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? 4. Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang seharusnya dimiliki gguru matematika untuk meniungkatkan profesionalitas mereka dalam mengajar? 5. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan efektifitas pembelajaran matematika di kelas? 6. Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkahlangkah apa saja yang telah Bapak lakukan? 7. Apakah ada perbedaan perhatian antar guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulitoleh siswa? 8. Apa saran Bapak jika ada guru matematika yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran? Lampiran 3 BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 26 juli 2008 Waktu : 10.30 WIB Interview : O. Ropiudin Jabatan : kepala sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah itu? Pengawasan keseluruhan mulai dari pengaturan, misalnya pengaturan kelas ,pengaturan pembagian tugas kemudian pengawasan kegiatan belajar mengajar dikelas. Kita monitoring terus, seperti juga pengawasan ketidakhadiran guru atau siswa, juga pengawasan kedisiplinan belajar siswa maupun kedisiplinan mengajar guru, ketertiban siswa baik kelas maupun diluar kelas termasuk kebersihan dan kenyamanan di lingkungan sekolah ini. Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Selama ini untuk meningkatkan keterampilan guru matematika belum ada pengawasan, sebab memang dilihat dari kurikulum yang tidak ada pertumbuhannya, kedua karena gurunya juga berpengalaman dibeberapa sekolah, pernah juga di pondok pesantren, sering mengajar di sekolah lain dan dia memang spesialisasi matematika. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Sampai sekarang belum ada. Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Guru matematika atau guru bidang studi lain secara umumharus dibekali pengetahuan kurikulum kemudian polapengembangan kurikulum yang di dalamnya menyangkut metodologi pengajaran, kemudian cara penilaian dan sebagainya, itu harus. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Ya……paling-paling mengontrol guru dan anak didiknya, setidaknya materimateri apa saja yang harus menjadi target kurikulum, harus ada pengayaan dan latihan-latihan. Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Selama ini tidak ada, tidak adanya penyelenggaraan itu, karena keterbatasan guru matematika. Cuma satu, memang layaknya harus ada, paling-paling kalau ada undangan kita kirimkan pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? e…….. agak relative, tapi memang secara umum demikian. Tapi yang penting yaitu bagaiamana anak itu senang dulu terhadap matematika. Karena itu menyangkut penguasaan metodologi guru dalam mengajar, menguasai KBM, kelas dan sebagainya. Dan yang penting menguasai materi. Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? Saran saya………guru matematika ini dalam mengajar harus bisa menyajikannya. Sama-sama makanan tapi rasanya berbeeda-beda, begitulah……bagaimana bisa menyajikan matematika seenak mungkin. Jangan terlalu buru-buru mengejar target kurikulum secara keseluruhan, yang penting anak bisa. BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Selasa, 29 Juli 2008 Waktu : 10.30 WIB Interview : Abdurrahman Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Ada satu bulan sekali, 3 bulan seklali, kemudian 6 bulan sekali, persemeseter sampai pada satu tahun. Itu diadakannya setiap bidang studi, termasuk matematika. Saya rasa itu… Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Kita punya program, setiap satubulankitamasuk kelas, 3 bulanmasuk kelas, sebulan sampai satu taun…. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Ya…… kita memberi kesempatan untuk laihan-latihan……. Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Ya…..kalau menurut saya harus sesuai dengan keahliannya, sesuai jurusannya……kalau jurusannya lain lalu mengajar matematika saya kira banyak kesulitannya dibanding guru matematika yang mengajar mata pelajaran lain…..saya rasa itu…. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Ya…..salah satunya kita supervisi tadi, yang kedua kita berikan jadwal yang efektif….memberikan jam di bawah jam 10…supaya anak-anak itu masih semangat belajarnya. Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Memberikan kesempatan untuk bertanya dan mengikuti kegiatan-kegiatan tingkat kecamatan….kita ikutsertakan…. Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Kalau perbedaan, saya rasa tidak ada…..kita sama aja kok… Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? Ya…paling harus kordinasi dengan latihan MGMP, kedua mengikutsertakan pelatihan-pelatihan matematika, karena setiap tahun kan ada perkembangannya. BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Jumat, 01 Agustus 2008 Waktu : 10.00 WIB Interview : Kanta Sasmita S. Ag Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Kalau bulan-bulan pertamakita lihat……..tapi bagus…..karena ya…baru masuk kaliya… untuk saat ini masih Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Ada…ya..kita pantau terus…. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Kadang-kadag kita musyawarah danpenataran-penataran untuk tingkat kecamatan Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Ya…pasti harus bidangnyaya….. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Ya…paling-paling penataran-panataran Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Ada….perhatiannya, kadang-kadang dari cara penghargaannya…….tapi kalau keuangannya sama…… Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? Mereka bermusyawarah bersama……… BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin,04 Agustus 2008 Waktu : 14.30 WIB Interview : Mahpudin S. Ag Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Pengawasan terhadap sekolah….ya memang ada program pengawasan, perangkat kerja guru, tentu juga ada evaluasi buat guru…. Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Pengawasan mungkin memberi motivasi kepada guru kali ya…..yaitu ia harus latar belakang matematika, ditambah dengan pengalaman-pengalamn yang sudah ada….apalagi harus mengikuti perkembagan zaman dengan diberlakukannya KTSP, kami akan terus berjalan bertahap, kita juga mempunyai standar naik kelas. Kami juga proaktif terhadap DepDikNas. Dari awal kami mulai..… Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Kalau ketidakhadiran kita tegur atau mungkin kami ada transport yang tidak diberikan…. Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Guru matematika itu harusnya tidak gentar, seperti yang diperkirakan anak-anak guru matematika yang ditakuti, kalau bisa guru matematika harus menyenangkan , yang penting itu. Yang paling mendasar guru matematika harus profesinya.kalau alat-alat mengajar itu nomor tiga Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Ya……tadi, paling motivasi… Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Ya…memang kalau itu belum, oleh karena itu,paling-paling kami kirim kalau ada seminar, yang masih kuliah juga ada…. Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Secara umum belum ada……. Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? Harus belajar terus dari pengalaman-pangalaman , yang penting buat siswa jadi senang BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Rabu,06 Agustus 2008 Waktu : 10.30 WIB Interview : Towilatun S. Ag Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Pengawasan kita, kita supervise tiap bulan satu orang, kita supevisi tiap kelas. Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Ada….ada….lihatdulu apa ada program semesterdantahunan, setelah itukita lihat kurikulumnya bagaimana mencapai itu…. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Kita evaluasi tiap tahun, kalau mau semester kita evaluasi, kemudian kita lihat hasil nilai siswa, kalau ada perbaikanberarti cara mengajar guru ada problem…. Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Sesuai dengan bidangnya , itu yangpaling penting ! Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Paling ya….pengawasan ada di PM (Pendalaman Materi) Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Kalau pelatihan-pelatihan ga ada, paling seminar MGMP Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Ga ada Pasti ada ya… Cuma bagaimanalah supaya bisa mengatasinya Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Sabtu, 09 Agustus 2008 Waktu : 09.30 WIB Interview : Endin Rohili S. Ag Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Selama ini yang sudah berjalan ya… seperti biasa, persemester kita supervise, memeng dari segi kualitas ada yang tidak sesuai dengan profesinya, walaupun secara umum berlatar belakang yang cocok. Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Pengawasan guru matematika secara langsung kami tidak melakukan secara serius ya.. karena memang guru matematika di sini basiknya bukan dari matematikatapi PAI, walaupun tidak nyambung …. Karenakita kesulitan mencari guru yang sesuai. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Yang sudah biasanya kita adakan penataran, lomba-lomba matematika kita sertakan guru sebagai pendamping agar bisa melihathasil mengajarnya selama ini. Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Yang jelas pertama harus sesuai dengan bidangnya…..yang kedua ia mempunyai keahlian atau inovatif, istilahnya… bagaimana menggunakan strategi, metode dan lain-lain. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Kalaumeningkatkan hal itu terutama pembinaan guru,memberikan motivasi supaya lebih kreatif…. Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Kalau secara khusus ga ada.. Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Kalau perbedaan saya kira ga ada…hanya lokasi waktu yang kita lebihkan Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? Tentunya kita berikan motivasi agar mereka mencari solusi yang terbaik, jangan sampai hanya karena tuntutan ekonomi kemuduian jadi begitu… BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 11 Agustus 2008 Waktu : 11.15 WIB Interview : Basri AM. Pd Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Di sekolah tetap harus disiplin, baik untuk gurui atau siswa… Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Ya… mengawasi dari luar, apakah sudah bagus atau belum.. Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Kita punya tanggumng jawab terhadap perintah terlebih Allah SWT… Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Harus punya skill matematika Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Mungkin pendekatan sih…artinya semua langkah-langkah harus berjalan.. Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Ya…benar-benar mau membaca skill siswa sejauhmana dia harus mempunyai persiapan yang bagus… Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Perhatian sama saja Apa saran bapak jika ada guru amatematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? Tanya kepada guru lain baik guru Mts maupun guru aliyah… BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Selasa 12 Agustus 2008 Waktu : 10.00 WIB Interview : Hj. Een Munawaroh S. Ag Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Kalau kepala sekolah tugasnya keluar, sedangkan urusan dalam ada wakilnya yang berjumlah empat orang, jadi kepala sekolah hanya memenej tinggal bawahannya yang kerja Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Ada pengawasan setiap tahun sekali Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Ya..itu tadi Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Harus bisa matematika, tidak mesti lulusan matematika, kalau ada yang bisa matematika, kenapa tidak? Meskipun ia tak berlatar belakang matematika Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Kalau kurangnya alat peraga wajar tapi kiktabukan matematikayang menjadi proritaas, jadi ya…guru harus bisa mengatur seefisien mungkin Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Kalau senacam up grading tidak ada meski idealnya begitu Cuma kalau ada seminar KKM, kita kirim Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Tidak ada, kalau matematika dibilang sulit ga juga….buktinya kemarin hasil UAN justruyang ngulang pelajaran Bahasa Indonesia…. Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? Banyak belajar kali ya…. BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Rabu, 13 Agustus 2008 Waktu : 09.45 WIB Interview : Ir. Hj. Endan K Jabatan : Kepala Sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran? BERITA ACARA WAWANCARA Hari/Tanggal : Kamis, 14 Agustus 2008 Waktu : 10.30 WIB Interview : A.Tohawi, SH Jabatan : kepala sekolah Interviewer : Syaripudin Tempat : Ruang Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, bagaimana program supervisi yang Bapak laksanakan di sekolah ini? Bagaimana proses pengawasan yang Bapak lakukan untuk meningkatkan keterampilan guru matematika dalam mengajar? Bagaimana usaha yang Bapak lakukan untuk memperbaiki cara kerja dan mutu guru matematika? Menurut Bapak keterampilan-keterampilan apa saja yang harusnya dimiliki guru matematika untuk meningkatkan profesionalisme mereka dalam mengajar? Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan stabilitas dan erfektifitas pengajaran matematika di kelas? Untuk meningkatkan wawasan keilmuan guru matematika, langkah apa yang telahBapak lakukan? Apa ada perbedaan perhatian antara guru matematika dengan guru lain, mengingat matematika merupakan mata pelajaranyang dianggap sulit oleh siswa? Apa saran bapak jika ada guru matematika yang mengalamikesuliltan dalam melaksanakan pembelajaran?