Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi

advertisement
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI
Oleh Rezi Erdiansyah
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
ABSTRAK
Komunikasi organisasi merupakan kajian yang tidak saja terkait dengan
bidang ilmu manajemen dan bisnis, tetapi juga akan bersentuhan dengan bidang
ilmu lainnya antara lain sosiologi, psikologi dan ilmu komunikasi. Dalam bidang
manajemen komunikasi organisasi banyak dikaji dalam hubungannya dengan
kinerja dan produktifitas organisasi. Banyak kelemahan yang ditemukan ketika
komunikasi organisasi diasumsikan berhubungan langsung dengan kinerja atau
produktifitas organisasi. Jenis komunikasi ke atas, ke bawah dan horizontal
berkontribusi terhadap pengembangan budaya organisasi. Tulisan ini akan
membahas keterkaitan antara komunikasi dengan budaya organisasi. Hal ini
dianggap penting bila pengembangan organisasi diasumsikan berhubungan dengan
kemampuan organisasi dalam membangun budaya organisasi yang selanjutnya
berimplikasi pada kinerja atau produktifitas organisasi.
Kata kunci : komunikasi organisasi, komunikasi internal dan eksternal, komunikasi
ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal, budaya organisasi.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Latar Belakang
Kelangsungan dan kelancaran suatu organisasi (perusahaan) tidak dapat
STIE Putra Perdana
Indonesia
dilepaskan dari proses komunikasi organisasi yang berlangsung di dalam
perusahaan secara efektif
dan baik. Oleh karena itu, komunikasi dalam
organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan
organisasi. Organisasi sebagai suatu sistem memerlukan komunikasi sebagai alat
untuk menjalankan kelangsungan sistem. Goldhaber (dalam Muhammad, 2002:
67) menyebutkan komunikasi organisasi merupakan suatu proses menciptakan
dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung
satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang berubah-ubah. Menurut Pace
dan Faules ( 2006: 31) komunikasi organisasi dapat diiedntifikasi
sebagai
pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
merupakan bagian dari suatu organisasi.
Di Indonesia secara umum masalah utama untuk dalam mengembangkan
komunikasi dalam organisasi modern yang bercirikan interaktif, terbuka dan
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 111
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
demokratis tidak mudah
April 13
dilakukan, mengingat budaya kerja masyarakat
Indonesia yang cenderung paternalistik. Para pemimpin memiliki hak suara
yang lebih besar dibandingkan dengan anak buah. Jika sistem informasi dalam
perusahaan diwarnai oleh pola paternalistik, bisa saja tujuan organisasi tidak
tercapai. Sebab, informasi bisa sepihak
berasal dari tingkatan pimpinan.
Sedangkan bawahan hanya sebagai penerima informasi, yang berisi berbagai
macam petunjuk, perintah dan
pesan – pesan sepihak lainnya
yang wajib
dilakukan. Sejalan dengan hal tersebut, Chester Barnard (dalam Myers dan
STIE Putra Perdana
Indonesia
Myers, 1988), secara substantif menandaskan bahwa “fungsi para eksekutif di
perusahaan, adalah mengembangkan dan memelihara sistem komunikasi”.
Artinya, komunikasi
menjadi sedemikian penting
bagi para eksekutif
perusahaan. Komunikasi menciptakan hubungan yang sinergis harus berpijak
kepada komunikasi relasional. Menurut Prihandono (2003, 124) jantung dari
kepemimpinan adalah komunikasi (the heart of leadership), tanpa komunikasi
yang efektif akan menyebabkan kerancuan dalam pemahaman, hal ini juga
dinyatakan oleh Afdhal (2003, 128) bahwa komunikasi merupakan faktor penting
dalam pekerjaan.
Pandangan di atas setidaknya menunjukkan bahwa komunikasi (relasional)
STIE Putra Perdana
Indonesia
harus dikembangkan menjadi suatu kebutuhan dan kebiasaan pada setiap
organisasi. Dalam konteks ini komunikasi akan bersentuhan dengan budaya
organisasi, dimana proses komunikasi yang berlangsung dapat menjadi ciri suatu
budaya organisasi atau sebaliknya dalam upaya membangun budaya organisasi
diperlukan proses-proses komunikasi. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa
terdapat hubungan dialektis antara komunikasi dan budaya organisasi.
Kekuatan budaya organisasi memberikan dampak terhadap kelangsungan
organisasi misalnya kepuasan kerja, kinerja karyawan dan produktivitas
organisasi secara keseluruhan. Penelitian yang membuktikan pengaruh budaya
organisasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi telah banyak
dilakukan, namun demikian kajian mengenai faktor yang mendorong timbulnya
STIE Putra Perdana
Indonesia
budaya organisasi belum banyak dilakukan. Suyono (2004:76) mengungkapkan
beberapa faktor untuk menumbuhkan budaya organisasi, yaitu: (1) Leadership,
Page 112
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
organisasi harus memiliki pemimpin yang bisa diteladani dan didengar oleh
bawahan (2) Komunikasi, proses komunikasi harus dilaksanakan secara konsisten
dan rutin sehingga perbedaan budaya (kebiasaan-kebiasaan) yang dibawa
individu yang berbeda latar belakang akan mengalami integrasi persamaan
dengan tujuan organisasi (3) Motivasi, motivasi merupakan pemberian daya
penggerak dan menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai
kepuasan.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Dari ketiga faktor yang dikemukakan selanjutnya
Suyono (2004:55)
mengemukakan bahwa komunikasi dimaksudkan untuk menginformasikan secara
jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala
yang dihadapi. Komunikasi merupakan faktor dinamis dalam organisasi dalam
menjalankan tugas, tanggung jawab dan tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai
kekuatan untuk menciptakan pemahaman makna bersama, komunikasi memiliki
sejumlah
aspek yang mendukung proses penyampaian pesan, agar mampu
membangun budaya yang diperlukan bagi kelangsungan jalannya organisasi.
Dengan komunikasi yang baik, perbedaan budaya yang dibawa masing-masing
individu yang berbeda latar belakang akan mengalami integrasi persamaan tujuan
STIE Putra Perdana
Indonesia
organisasi.
Konstatasi di atas memperjelas bahwa komunikasi diperlukan dalam upaya
membangun budaya organisasi. Karakteritik budaya organisasi yang akan
dikembangkan dapat diwarnai oleh pola komunikasi yang dijalankan. Tulisan ini
akan mengkaji fungsi-fungsi komunikasi dalam pengembangan budaya
organisasi, serta hubungan dialektis antara keduanya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 113
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Komunikasi Organisasi
Greenberg dan Baron (2003, 318) mengartikan komunikasi adalah proses
oleh seorang, kelompok atau organisasi (pengirim) menyampaikan beberapa
jenis informasi (pesan) kepada orang lain, group, kelompok atau organisasi.
Menurut Eko Harry Susanto (2010: 8) komunikasi organisasi merujuk kepada
pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks jaringan dan struktur
organisasi. Komunikasi organisasi secara sederhana dapat diuraikan sebagai
komunikasi antar manusia yang terjadi dalam konteks organisasi. Pendapat ini
STIE Putra Perdana
Indonesia
diperjelas oleh Goldhader (dalam Susanto, 2010:63) yang mengatakan bahwa
komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan
yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain. Secara fungsional,
menurut Pace dan Faules (1998: 31), ”komunikasi organisasi merupakan
penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi, yang merupakan bagian
dari suatu organisasi tetentu”. Suatu organisasi terdiri dari
unit – unit
komunikasi yang memiliki hubungan hirakis diantara unit yang satu dengan
unit yang lainnya dalam suatu sistem
komunikasi
dan informasi yang
terintegrasi.
Dalam perspektif ilmu komunikasi dikenal secara umum dua dimensi
STIE Putra Perdana
Indonesia
komunikasi dalam kehidupan organisasi yaitu komunikasi internal dan
komunikasi eksternal. Komunikasi Internal didefinisikan oleh Lawrence D.
Brenan (dalam Effendy, 2007:122) sebagai pertukaran gagasan diantara para
administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan yang menyebabkan
terwujudnya perusahaan tersebut lengkap dengan struktur organisasi yang
khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam
perusahaan
yang
menyebabkan
pekerjaan
berlangsung
(operasi
dan
manajemen). Menurut Rumanti (2002: 89-93) komunikasi internal terdiri dari
komunikasi horizontal dan komunikasi vertikal. Komunikasi vertikal, yakni
komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas adalah komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal
STIE Putra Perdana
Indonesia
balik (two way traffic communication). Sedangkan komunikasi horizontal
adalah komunikasi dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertical yang
Page 114
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak
formal ( Effendy, 2007:123-124).
Jelasnya komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah
komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan.
Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada
bawahannya. Selanjutnya di sisi lain, bawahan memberikan laporan-laporan,
STIE Putra Perdana
Indonesia
saran-saran, pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pemimpin. Sedangkan
komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf
dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya atau
komunikasi antara orang-orang yang memiliki hirarki yang sama (Muhammad,
2008:108)
Praktik komunikasi internal pada suatu organisasi ditempuh melalui beberapa
jalur antara lain komunikasi arus ke bawah, yakni dari pihak perusahaan kepada
karyawannya. Misalnya berupa perintah pimpinan, interaksi dan informasi
spesifikasi teknis suatu pekerjaan yang akan diberikan kepada bawahannya.
Media yang dipergunakan dalam bentuk komunikasi lisan (perintah, dan
STIE Putra Perdana
Indonesia
instruksi), dan tulisan (nota dinas, peraturan, surat edaran dan lain-lain).
Selanjutnya komunikasi arus ke atas, yaitu dari pihak karyawan kepada
perusahaan. Misalnya berbentuk pelaksanaan perintah berbentuk tulisan dan
lisan, atau laporan hasil pekerjaan, serta sumbang saran dari pihak pekerja kepada
pimpinan perusahaan. Sedangkan komunikasi sejajar yang berlangsung antar
karyawan. Misalnya informasi mengenai pekerjaan atau masyarakat, kegiatan
Manajemen Public Relations,
pendidikan dan pelatihan lainnya, dapat juga
mengenai kegiatan di luar pekerjaan dalam bentuk olahraga, keagamaan,
kekeluargaan, kesejahteraan, dan aktivitas sosial kepegawaian lkain sebagainya.
Biasanya yang dipakai sebagai media komunikasi adalah berupa pemberitahuan,
pengumuman, sampai kepada penggunaan media humas, yaitu seperti buletin,
STIE Putra Perdana
Indonesia
majalah internal, dan news letter.
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 115
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Selanjutnya praktik komunikasi
April 13
eksternal ialah komunikasi antara
pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal
terdiri dari komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan komunikasi dari
khalayak kepada organisasi (Effendy, 2007: 122).
Menurut Rogers dan Rogers (dalam Tubb dan Moss, 2006 : 175) fungsi
komunikasi dalam organisasi, meliputi (1) Fungsi Kontrol, sebagai pengendali
perilaku, (2) Fungsi Motivasi yang memberikan dorongan dan apa yang harus
dilakukan., (3) Fungsi Pengungkapan Emosional dalam hubungan kerja, dan
STIE Putra Perdana
Indonesia
(4) Fungsi Informatif dalam pengambilan keputusan. Dalam pandangan Myers
dan Myers (1988 : 17), terdapat tiga fungsi umum komunikasi organisasi,
yaitu (1) Produksi dan Pengaturan (production and regulation), (2)
Pembaharuan (innovation), dan (3) Sosialisasi dan pemeliharaan (socialization
and maintenance). Secara terinci ketiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Produksi dan Pengaturan yang meliputi
a. Manentukan sasaran dan tujuan
b. Merumuskan bidang – bidang masalah
c. Menilai prestasi
d. Mengkoordinir tugas – tugas yang secara fumngsional saling bergantung
STIE Putra Perdana
Indonesia
e. Menentukan ukuran prestasi
f. Memberi komando, menunjukkan kepada pegawai apa yang harus dikerjakan
dan memberi perintah
g. Memberi instruksi kepada pegawai bagaimana melaksanakan suatu perintah,
mengembangkan prosedur dan kebijakan
h. Memimpin dan mempengaruhi
2.
Pembaharuan
3.
Sosial atau Pemeliharaan
a. Apa saja yang mempengaruhi penghargaan diri staf
b. Hubungan antar pribadi dalam organisasi
c. Motivasi untuk menyatukan
sasaran – sasaran individual dengan
STIE Putra Perdana
Indonesia
tujuan organisasi
Page 116
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Berpijak kepada fungsi komunikasi dalam organisasi tersebut di atas, pada
intinya, komunikasi memiliki eksistensi yang kuat terhadap dinamika organisasi.
Dengan kata lain, komunikasi merupakan
faktor yang berperan dalam
perkembangan atau kemunduran organisasi.
Dalam pengembangan budaya organisasi peranan komunikasi dirasakan
penting baik dalam rangka komunikasi antara orang-orang yang berada di dalam
organisasi (publik internal) maupun interaksi antara organisasi dengan khalayaknya
(publik eksternal). Pentingnya komunikasi dalam suatu organisasi atau perusahaan,
STIE Putra Perdana
Indonesia
terlihat dengan banyaknya organisasi yang menyediakan staf khusus atau unit
khusus bidang komunikasi guna menjalankan
fungsi atau peran
penghubung
sekaligus jembatan komunikasi yang diperlukan dalam suatu organisasi.
Konstatasi teoritis di atas memberikan kesimpulan bahwa komunikasi
organisasi itu adalah suatu komunikasi yang terstruktur antar anggota organisasi,
dimana komunikasi yang terbentuk bersifat kompleks karena melibatkan unsurunsur yang terdapat dalam struktur organisasi. Proses komunikasi yang berlangsung
dalam organisasi tersebut jika berjalan secara sistematis, terencana dan terpola
dengan baik akan memberikan kontribusi bagi pengembangan budaya organisasi.
Budaya Organisasi
STIE Putra Perdana
Indonesia
Budaya organisasi bukan merupakan konsep baru dalam pengembangan
organisasi. Dapat disebutkan beberapa pelopor budaya organisasi sejak dekade 70
sampai 80an seperti Hofstede (1981), Pettigrew (1979), Schwartz & Davis (1981).
Namun demikian, di satu sisi penelitian-penelitian mengenai budaya organisasi di
Indonesia belum banyak dilakukan secara mendalam dan komporehensif sehingga
belum ditemukan jawaban-jawaban yang dapat diandalkan secara komprehensif
mengenai perilaku budaya organisasi di Indonesia. Di sisi lain sekalipun masih
terbatas, pembahasan teoritis mengenai budaya organisasi sudah cukup banyak
dilakukan, bahkan pada studi-studi ilmu manajemen di perguruan tinggi, budaya
organisasi telah menjadi mata kuliah tersendiri.
Secara konseptual budaya organisasi menurut Wood (2001, 391) diartikan
STIE Putra Perdana
Indonesia
sebagai
sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku anggota organisasi itu sendiri. Hal ini sejalan
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 117
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
dengan pendapat Cushway dan Lodge (GE : 2000) yang menyatakan bahwa budaya
organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara kerja
yang dilakukan para karyawan. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll (dalam Munandar
2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi
berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada
bagian-bagian organisasi. Sedangkan definisi budaya organisasi yang dikemukakan
oleh Muijen, Hartog, dan Koopman dalam (Munandar, 2001:264) menyatakan
bahwa budaya organisasi adalah kumpulan dari nilai, norma, ungkapan dan perilaku
STIE Putra Perdana
Indonesia
yang ikut menentukan bagaimana orang-orang dalam organisasi saling berhubungan
dan sebesar apa meraka gunakan tenaga mereka dalam perkerjaan dan
organisasinya. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa tinggi rendahnya
produktifitas suatu perusahaan dihasilkan oleh asumsi-asumsi dasar dari budaya
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, Robbins (1996:289) mengatakan bahwa
budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota
organisasi itu. Schein (1992:12) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah pola
dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah,
membentuk karyawan
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada
STIE Putra Perdana
Indonesia
anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
berpikir dan merasakan masalah yang dihadapinya. Menurut Harris dan Moran
dalam bukunya Managing Cultural Differences (1991) budaya perusahaan yang
terbentuk banyak ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu:
1. Lingkungan usaha; lingkungan di mana perusahaan itu beroperasi akan
menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai
keberhasilan.
2. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu
organisasi.
3. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan
lainnya karena keberhasilannya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
4. Upacara-upacara (rites and ritual); acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh
perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya.
Page 118
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
5. Network; jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi
sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.
Dalam proses pengembangannya, budaya perusahaan dipengaruhi oleh
faktor-faktor kebijakan perusahaan (Corporate wisdom), gaya perusahaan
(Corporate style), dan jati diri perusahaan (Corporate identity).
Kebijakan
perusahaan (Corporate Wisdom) ditunjang oleh filosofi perusahaan (serangkaian
nilai-nilai yang menjelaskan bagaimana perusahaan dengan pelanggan, produk atau
pelayanannya, bagaimana karyawan berhubungan satu sama lain, sikap, perilaku,
STIE Putra Perdana
Indonesia
gaya pakaian, dan lain-lain serta apa yang bias mempengaruhi semangat),
keterampilan yang dimiliki dan pengetahuan yang terakumulasi dalam perusahaan.
Jati diri perusahaan (Corporate identity) ditunjang oleh Citra perusahaan , Kredo
(semboyan) perusahaan, dan proyeksi perusahaan atau apa yang ditonjolkan
perusahaan.
Gaya perusahaan (Corporate style) ditunjang oleh profil karyawan, pengembagan
SDM dan masyarakat perusahaan (Corporate community) atau bagaimana
penampilan perusahaan tersebut di lingkungan perusahaan lainnya. Dengan
demikian, budaya organisasi akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaan karakteristik budaya organisasi dapat ditentukan melalui orientasi
STIE Putra Perdana
Indonesia
budaya organisasi tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Harrison dan
Stokes (1992:13), yaitu:
1) The Power Orientation (orentasi pada kekuasaan), yaitu jika para anggota
organisasi di tumbuhkan motivasinya oleh imbalan dan hukuman, dan oleh
keinginan untuk bekerja dengan pemimpin yang kuat.
2) The Role Orientation ( orientasi pada peran) , yaitu yang berkaitan dengan
nilai-nilai yang mengutamakan pada perintah-perintah, ketergantungan,
rasional dan konsisten Sistem dalam organisasi tersebut bersifat birokratis.
3) The Achevement Orientation (orentasi pada prestasi) jika menekan pada
motivasi yang tinggi dari para anggota organisasi untuk menghilangkan
ketidak efisienan dan structure, system dan perencanaan. Dalam budaya ini
STIE Putra Perdana
Indonesia
tujuan utama adalah menarik dan memancing tenaga para anggota untuk
mengejar tujuan bersama.
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 119
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
4) The support Orentation (orientasi pada dukungan), yaitu iklim dalam
organisasi
yang
didasarkan pada saling percaya diantara para anggota
sebagai individu dengan organisasi itu sendiri. Dalam kondisi ini karyawan
yakin bahwa mereka dinilai sebagai manusia, bukan hanya sekedar mesin.
Secara lebih spesifik Fred Luthan (1992:563) menyebutkan karakteristik
budaya organisasi adalah sebagai berikut:
1) Peraturan-peraturan perilaku yang harus dipatuhi. Anggota organisasi
saling berinteraksi dengan menggunakan tata cara, istilah, dan bahasa yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
sama yang mencerminkan sikap yang baik dan saling menghormati.
2) Norma-norma. Suatu standar mengenai perilaku yang ditampilkan
termasuk pedoman tentang apa saya yang harus dilakukan, yaitu tidak
berlebih tetapi juga tidak kurang.
3) Nilai-nilai yang dominan. Adanyaa nila-nilai terpenting dalam organisasi
yang diharapkan dianut oleh para anggotannya. Contohnya adalah mutu
yang tinggi, tingkat absensi rendah, atau efisiensi yang tinggi.
4) Filosofi. Terdapat kebijakan atau peraturan yang mengarahkan organisasi
tentang bagaimana memperlakukan karyawan dan/ atau pelanggan.
5) Aturan-aturan. Terdapat pedoman yang harus ditaati jiak bergabung
STIE Putra Perdana
Indonesia
dengan organisasi. Angota baru harus memperlajarinya untuk dapat
diterima di dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan konstatasi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
dapat diartikan sebagai standarisasi nilai, norma dan perilaku yang berlangsung di
suatu organisasi. Sebagai suatu standar maka budaya organisasi merupakan suatu
pedoman dalam setiap kebijakan, tindakan dan perilaku keseharian dari setiap
anggota organisasi. Pada awal terbetuknya, keberlangsungan standarisasi yang
berjalan secara terus menerus akan melahirkan kebiasaan, yang selanjutnya dalam
kurun waktu panjang akan membentuk budaya organisasi.
Budaya organisasi menjadi penting ketika dipahami bahwa budaya
organisasi memilki fungsi dalam menjaga kelangsungan suatu organisasi. Menurut
STIE Putra Perdana
Indonesia
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi , pertama menciptakan pembedaan yang jelas
antara satu organisasi dan yang lain, kedua membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
Page 120
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
organisasi, ketiga mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan
individual seseorang, keempat
merupakan perekat sosial yang
membantu
mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh
karyawan, dan kelima sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan. Kelima fungsi esensial dari budaya organisasi
memberikan implikasi bahwa setiap organisasi dituntut untuk membangun budaya organisasi
sesuai visi dan tujuan organisasi.
Pembahasan
STIE Putra Perdana
Indonesia
DeVito
(2006:37)
menjelaskan
hubungan
antara
budaya
dengan
komunikasi sebagai berikut :
Culture consists of the relatively speciailzed lifestyle of a group of people : their
Values, beliefs, artifacts, ways of behaving, and ways of communicating. Included in
a social group’s “culture” is everything that members of the group have produced
and developed-their language; ways of thinking ; art ; laws ; religion : and, of
cours, communication theories, styles, and attituded. And culture is passed on from
one generation to the next trough communication. Artinya bahwa hubungan antara
budaya dan komunikasi meliputi proses budaya dan pembudayaan yang berlangsung
dalam kelompok sangat ditentukan melalui pola-pola komunikasi yang terjadi,
STIE Putra Perdana
Indonesia
termasuk pola peralihan budaya dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Menurut Wulantika (2010) aspek yang sering dikenal sebagai faktor KSA
(Knowledge/berpikir, Skill/keterampilan, Attitude/sikap)
amat dipengaruhi oleh
Values and Beliefs yang telah terdapat dalam suatu budaya organisasi. Transformasi
KSA memerlukan keterampilan berinteraksi, baik yang bersifat interpersonal Skill;
yaitu keterampilan berinteraksi antar personal maupun intrapersonal skill yaitu
keterampilan berinteraksi di dalam diri setiap manusia yang paling dalam. Selain
itu, menggerakkan perubahan organisasi menurut David Firth (2000) mencakup the
leadership dominant, the changing team dominant, the employee dominant.
Mengingat penataan organisasi berhadapan dengan berbagai jenis perubahan,
keefektifan organisasi menurut Verma (1997) bergantung pada 4 faktor utama yaitu
STIE Putra Perdana
Indonesia
people factors, structural factor, technological factor dan teamwork.
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 121
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Transformasi
budaya
organisasi
sangat
April 13
memerlukan
komunikasi.
Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terlalu banyaknya
informasi yang diterima daripada yang diharapkan. Jadi ketidakpastian dapat
disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang diperlukan dan juga karena terlalu
banyak yg diterima. Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan
oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan, maka pesan itu menurut
jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya
mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama
STIE Putra Perdana
Indonesia
atau secara horizontal. Ada dua aspek penting yang dapat dilihat, pertama
komunikasi sudah menjadi bagian dari budaya organisasi. Artinya proses-proses
komunikasi yang berlangsung sudah menjadi ciri atau karakter dari organisasi
yang ada, dan kedua komunikasi menjadi alat proses transformasi budaya
organisasi, pada tahap ini komunikasi justru diperlukan sebagai sarana untuk
melakukan perubahan.
Proses komunikasi yang diperlukan dalam organisasi terutama dalam
konteks budaya organisasi tentu saja komunikasi yang berlangsung pada semua
lini. Ada tiga bentuk utama
arus pesan dalam jaringan komunikasi formal
menurut Arni Muhammad (2008:108) yang mengikut garis komunikasi seperti
STIE Putra Perdana
Indonesia
yang digambarkan dalam struktur organisasi, yaitu:
“Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan, “Upward
Communication”
atau
komunikasi
kepada
atasan
dan
“Horizontal
Communication” atau komunikasi horizontal.
Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi diartikan Mulyana
(2006:184) sebagai informasi yang mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi
kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Sedangkan Menurut Lewis dalam
bukunya Organizational Communication (1987 : 78), tujuan komunikasi ke
bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk
STIE Putra Perdana
Indonesia
pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah
informasi,
Page 122
mencegah
kesalahpahaman
karena
kurang
informasi
dan
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
Fungsi komunikasi ke bawah antara lain meliputi (a) Instruksi tugas yaitu pesan
yang disampaikan pada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan
mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut bervariasi seperti perintah
langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat
bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya.
Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas
yang sederhana yang hanya menghendaki ketrampilan dan pengalaman yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang
kompleks, dimana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya,
ketrampilan dan pengalamannya; (b) rasional yaitu adalah pesan yang
menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan
aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas
dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai
bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau
bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan rasional ini sedikit.
Tetapi bila pimpinan menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri
sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak; (c)
STIE Putra Perdana
Indonesia
Ideologi yaitu perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya
ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan
pada pesan ideology sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota
organisasi guna memperkuat loyalitas, moral, dan motivasi; (d) informasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi,
peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak
berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari
karyawan adalah contoh dari pesan informasi; (e) umpan balik adalah pesan yang
berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya.
Salah satu bentuk sederhana dari umpan balik ini adalah pembayaran gaji
karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada
STIE Putra Perdana
Indonesia
informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 123
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
memuaskan. Tapi apabila hasil pekerjaann karyawan kurang baik umpan
baliknya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.
Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur
hierarki dalam organisasi. Pesan ke bawah cenderung bertambah karena pesan itu
bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut-turut sampai pesan tersebut
lengkap secara operasional untuk dilaksanakan. Faktor yang mempengaruhi
komunikasi ke bawah antara lain adalah (a) keterbukaan antara pimpinan dan
karyawan; (b) Kepercayaan pada pesan tulisan. Kebanyakan para pimpinan lebih
STIE Putra Perdana
Indonesia
percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat
elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.
Hasil penelitian Dahle (1981) menunjukkan bahwa pesan itu akan lebih efektif
bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Jadi bukan hanya dalam bentuk
tertulis saja. Komunikasi tatap muka lebih disenangi oleh karyawan daripada
media cetak; (c)
Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan
dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin
surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga
banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan
terhadap pesan tersebut biasanya malah cenderung untuk tidak membacanya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting
bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca; (d) Timming atau
ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah.
Pemimpin hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan
dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya
dikirimkan kebawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak
yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak
pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi pada
aktifitasnya; (e)
Penyaringan pesan-pesan yang dikirimkan pada bawahan
tidaklah semuanya diterima tetapi disaring mana yang perlu dan tidak mereka
perlukan. Penyaringan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor di
STIE Putra Perdana
Indonesia
antaranya perbedaan persepsi, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan
Page 124
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
perasaan kurang percaya kepada supervisor. Menurut Mellinger, karyawan yang
kurang percaya kepada seorang supervisor mungkin memblok pesan supervisor.
Hasil studi Tompkin Goldhaber (1986:56) mengenai komunikasi
ke bawah ini menyimpulkan bahwa: Kebanyakan karyawan tidak menerima
banyak informasi dari organisasinya, Kebutuhan informasi yang utama bagi
karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan
pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan, Sumber-sumber
informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan dan
STIE Putra Perdana
Indonesia
yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka.
Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi
yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari supervisor dan
informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas, Informasi dari
pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber yang
penting lainnya.
Komunikasi Ke Atas
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran
STIE Putra Perdana
Indonesia
dan mengajukan pertanyaan. (Arni Muhammad, 2008:116).
Menurut Pace dalam bukunya Organizational Communication, 1989
komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu, yaitu (a)
dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan
bawahannya siap untuk diberi informasi dari merekan dan bagaimana baiknya
mereka menerima apa yang disampaikan karyawan, (b) arus komunikasi ke atas
memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan, (c) komunikasi
ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan
jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ideide dan saran-saran tentang jalannya organisasi, (d)
Komunikasi ke atas
memperbolehkan, bahkan mendorong desus- desus muncul dan mebiarkan
STIE Putra Perdana
Indonesia
supervisor mengetahuinya, (e) komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat
menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang di maksudkan dari
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 125
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
arus informasi ke bawah, (f) komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi
masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam
tugas-tugasnya dan organisasi.
Menurut Smith (dalam Goldhaber, Organizational Communication, 1986)
komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan
petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan
dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam
merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi organisasinya. Faktor yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
mempengaruhi efektifitas komunikasi ke atas (a) dapat digunakan oleh pembuat
keputusan pengelolaan, apabila pesan itu disampaikan tepat pada waktunya; (b)
Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan daripada yang
bersifat negatif oleh pembuat keputusan mengenai pengelolaan daripada
komunikasi yang bersifat negatif; (c) Komunikasi ke atas lebih mungkin
diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru; (d) Komunikasi ke
atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima
yang dapat berbuat mengenai hal itu, (e) komunikasi ke atas akan lebih efektif,
apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima.
Pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang
yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir
menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya
berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi,
pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi
(Arni Muhammad 2008:121).
Selanjutnya menurut Mulyana
(2006:195) didefinisikan bahwa
komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai
atasan yang sama, tujuan komunikasi horizontal di antaranya adalah sebagai
Page 126
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
berikut: (a) mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu
organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk
mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam
mencapai tujuan organisasi; (b) Saling membagi informasi untuk perencanaan
dan aktivitas. komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang
lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program humas,
anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat
perencanaan apa yang akan mereka lakukan; (c) memecahkan masalah yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
timbul di antara orang-orang yang berada dalam tignkat yang sama. Dengan
adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan
dan moral dari karyawan; (d) menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada
dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya.
penyelesaian ini penting bagi perkembangan social dan emosional dari anggota
dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik; (e) menjamin pemahaman
yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada
pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit organisasi
tentang perubahan itu. Untuk ini mungkin suatu unit dengan unit lainnya
mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut; (f)
STIE Putra Perdana
Indonesia
mengembangkan
sokongan
interpersonal.
Interaksi
antara
karyawan
mengakibatkan karyawan memperoleh sokongan interpersonal dari temannya.
Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan membantu
kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa
sosial dan emosional karyawan.
Komunikasi horizontal sangat penting guna koordinasi pekerjaan antara
bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin
menghalangi terjadinya komunikasi
horizontal. Pemerintahan yang otoriter
adalah contoh yang ekstrem yang mengontrol komunikasi horizontal. Sebaliknya
dapat pula dilihat bahwa komunikasi horizontal berkembang serta tidak
terkontrol.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Ketiga jenis komunikasi organisasi sebagaimana diungkapkan di atas
merupakan faktor yang efektif dalam mendorong proses kerja di suatu organisasi.
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 127
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Dalam hal tersebut, suatu organisasi yang mapan memerlukan budaya organisasi
yang tercermin pada nilai-nilai, norma/aturan, simbol dan perilaku yang berlaku dan
diikuti oleh setiap anggota organisasi. Oleh karena itu, secara teoritis budaya
organisasi membutuhkan komunikasi. kebutuhan akan diperlukan baik pada tahap
pengembangan budaya organisasi maupun tahap implementasi budaya organisasi
secara.
Ringkasnya
organisasi
yang
memiliki
komunikasi
efektif
akan
mencerminkan budaya organisasi yang berlangsung, atau sebaliknya budaya
organisasi yang efektif akan mencerminkan komunikasi yang berlangsung dalam
STIE Putra Perdana
Indonesia
organisasi tersebut.
Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Komunikasi organisasi dan budaya organisasi sekalipun secara teoritis dapat
didefinisikan berbeda, namun dalam praktik organisasi keduanya terkait dan
saling melengkapi.
2. Jenis-jenis komunikasi organisasi ( ke atas, ke bawah dan horizontal) diperlukan
dalam pengembangan budaya organisasi. Atau sebaliknya budaya organisasi
akan tercermin dalam ketiga jenis komunikasi tersebut.
3. Masih diperlukan penelitian yang lebih spesifik terutama untuk kondisi
Indonesia, jenis komunikasi ( ke atas, ke bawah dan horizontal) yang paling besar
STIE Putra Perdana
Indonesia
konstribusinya terhadap pengembangan budaya organisasi.
4. Selain itu perlu dilakukan penelitian bilamana jenis organisasinya berbeda
(misalnya organisasi bisnis dan non-bisnis), apakah pola-pola komunikasi yang
diperlukan dalam upaya pengembangan budaya organisasi juga akan berbeda.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 128
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Daftar Pustaka
Afdhal, Ahmad, Fuad. 2003. Ide Kreatif Dari Kepemimpinan Hingga Motivasi.
Jakarta, Grasindo.
Davis, T. 1985, ‘Managing Culture at the Bottom’, in Gaining Control of the
Corporate Culture, eds R. Kilmann, M. Saxton, R. Serpa, Jossey-Bass, San
Francisco.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan praktek. Bandung : PT
STIE Putra Perdana
Indonesia
Remaja Rosdakarya.
Hofstede, G. (1980). Culture’s Consequensces. Beverly Hilss.CA. Sage.
Luthan, Fred. 1992. Organizational Behavior. 6th Edition. Singapore McGraw-Hill
International Editions.
Horrison. Roger and Herb Stokes. 1992. Diagnosing Organizational Culture.
Californi, USA: Pfeiffer & Company
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Pres
________. 2004. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung
: PT. Remaja Rosdakaya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Myers, Michele Tolela and Gail E. Myers .1988. Managing By Communication,
New York, New Newsey, London, Mc. Graw Hill Int. Book. Co
Pace, R.W. & Faules, DF (2006). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan
Kinerja perusahaan. Penerjemah dan Editor : Deddy Mulyana, Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya.
Pettigrew, A. (1979). On Studying Organisational Cultures. Administrative Science
Quarterly, Vol. 24, No. 4, pp. 570.581.
Prawirosentono, Suyadi. 2000. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta, BPFE
Prihandono, Doni. 2003. On Becoming Effective Leader, Kunci Mencapai
Kehidupan Bisnis Yang Bahagia Bernilai dan Bertahan di Masa Sulit
melalui Kepemimpinan Holistik, Jakarta, PT Elek Media Komputindo.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Robbins,P.,Stephen.1992. Essential of Organization Behavior. New Jersey :
Prentice-Hall International,Inc.
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 129
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Schein, E.H. (1992). Organizational Culture and Leadership (2nd ed.). San
Francisco:
Jossey-Bass.
Schein, E. (1996) “Culture: The missing concept in organizational studies.”
Administrative Science Quarterly, 41: 229-240.
Susanto, Eko Harry.2009. Komunikasi Politik dan Otonomi Daerah : Tinjauan
Terhadap Dinamika Politik dan Pembangunan, Jakarta : Penerbit Mitra
Wacana Media.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Suyono, Bambang. 2004, Menumbuhkan Budaya Kerja yang Kompetitif, Jurnal
Bisnis & Manajemen. STIE IBMT, Vol. 1, No.1 April, Surabaya.
Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss . 2006. Human Communication; Konteks –
Konteks Komunikasi, Buku I dan Buku II, terjemahan Deddy Mulyana
dan Gembirasari, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Wood, Julai.2004. Communication : Theories in Action- An Introduction. Third
Edition. Canada : Wadsworth – Thomson Publishing.
Wulantika, Lita. 2010. Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Keefektifan
Organisasi.
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 2, G., &
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 130
InoVasi Volume 7 ; April 2013
Download