STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI Oleh Rezi Erdiansyah Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara ABSTRAK Komunikasi organisasi merupakan kajian yang tidak saja terkait dengan bidang ilmu manajemen dan bisnis, tetapi juga akan bersentuhan dengan bidang ilmu lainnya antara lain sosiologi, psikologi dan ilmu komunikasi. Dalam bidang manajemen komunikasi organisasi banyak dikaji dalam hubungannya dengan kinerja dan produktifitas organisasi. Banyak kelemahan yang ditemukan ketika komunikasi organisasi diasumsikan berhubungan langsung dengan kinerja atau produktifitas organisasi. Jenis komunikasi ke atas, ke bawah dan horizontal berkontribusi terhadap pengembangan budaya organisasi. Tulisan ini akan membahas keterkaitan antara komunikasi dengan budaya organisasi. Hal ini dianggap penting bila pengembangan organisasi diasumsikan berhubungan dengan kemampuan organisasi dalam membangun budaya organisasi yang selanjutnya berimplikasi pada kinerja atau produktifitas organisasi. Kata kunci : komunikasi organisasi, komunikasi internal dan eksternal, komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal, budaya organisasi. STIE Putra Perdana Indonesia Latar Belakang Kelangsungan dan kelancaran suatu organisasi (perusahaan) tidak dapat STIE Putra Perdana Indonesia dilepaskan dari proses komunikasi organisasi yang berlangsung di dalam perusahaan secara efektif dan baik. Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Organisasi sebagai suatu sistem memerlukan komunikasi sebagai alat untuk menjalankan kelangsungan sistem. Goldhaber (dalam Muhammad, 2002: 67) menyebutkan komunikasi organisasi merupakan suatu proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang berubah-ubah. Menurut Pace dan Faules ( 2006: 31) komunikasi organisasi dapat diiedntifikasi sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang STIE Putra Perdana Indonesia merupakan bagian dari suatu organisasi. Di Indonesia secara umum masalah utama untuk dalam mengembangkan komunikasi dalam organisasi modern yang bercirikan interaktif, terbuka dan InoVasi Volume 7; April 2013 Page 111 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia demokratis tidak mudah April 13 dilakukan, mengingat budaya kerja masyarakat Indonesia yang cenderung paternalistik. Para pemimpin memiliki hak suara yang lebih besar dibandingkan dengan anak buah. Jika sistem informasi dalam perusahaan diwarnai oleh pola paternalistik, bisa saja tujuan organisasi tidak tercapai. Sebab, informasi bisa sepihak berasal dari tingkatan pimpinan. Sedangkan bawahan hanya sebagai penerima informasi, yang berisi berbagai macam petunjuk, perintah dan pesan – pesan sepihak lainnya yang wajib dilakukan. Sejalan dengan hal tersebut, Chester Barnard (dalam Myers dan STIE Putra Perdana Indonesia Myers, 1988), secara substantif menandaskan bahwa “fungsi para eksekutif di perusahaan, adalah mengembangkan dan memelihara sistem komunikasi”. Artinya, komunikasi menjadi sedemikian penting bagi para eksekutif perusahaan. Komunikasi menciptakan hubungan yang sinergis harus berpijak kepada komunikasi relasional. Menurut Prihandono (2003, 124) jantung dari kepemimpinan adalah komunikasi (the heart of leadership), tanpa komunikasi yang efektif akan menyebabkan kerancuan dalam pemahaman, hal ini juga dinyatakan oleh Afdhal (2003, 128) bahwa komunikasi merupakan faktor penting dalam pekerjaan. Pandangan di atas setidaknya menunjukkan bahwa komunikasi (relasional) STIE Putra Perdana Indonesia harus dikembangkan menjadi suatu kebutuhan dan kebiasaan pada setiap organisasi. Dalam konteks ini komunikasi akan bersentuhan dengan budaya organisasi, dimana proses komunikasi yang berlangsung dapat menjadi ciri suatu budaya organisasi atau sebaliknya dalam upaya membangun budaya organisasi diperlukan proses-proses komunikasi. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa terdapat hubungan dialektis antara komunikasi dan budaya organisasi. Kekuatan budaya organisasi memberikan dampak terhadap kelangsungan organisasi misalnya kepuasan kerja, kinerja karyawan dan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Penelitian yang membuktikan pengaruh budaya organisasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi telah banyak dilakukan, namun demikian kajian mengenai faktor yang mendorong timbulnya STIE Putra Perdana Indonesia budaya organisasi belum banyak dilakukan. Suyono (2004:76) mengungkapkan beberapa faktor untuk menumbuhkan budaya organisasi, yaitu: (1) Leadership, Page 112 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 organisasi harus memiliki pemimpin yang bisa diteladani dan didengar oleh bawahan (2) Komunikasi, proses komunikasi harus dilaksanakan secara konsisten dan rutin sehingga perbedaan budaya (kebiasaan-kebiasaan) yang dibawa individu yang berbeda latar belakang akan mengalami integrasi persamaan dengan tujuan organisasi (3) Motivasi, motivasi merupakan pemberian daya penggerak dan menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan. STIE Putra Perdana Indonesia Dari ketiga faktor yang dikemukakan selanjutnya Suyono (2004:55) mengemukakan bahwa komunikasi dimaksudkan untuk menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala yang dihadapi. Komunikasi merupakan faktor dinamis dalam organisasi dalam menjalankan tugas, tanggung jawab dan tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai kekuatan untuk menciptakan pemahaman makna bersama, komunikasi memiliki sejumlah aspek yang mendukung proses penyampaian pesan, agar mampu membangun budaya yang diperlukan bagi kelangsungan jalannya organisasi. Dengan komunikasi yang baik, perbedaan budaya yang dibawa masing-masing individu yang berbeda latar belakang akan mengalami integrasi persamaan tujuan STIE Putra Perdana Indonesia organisasi. Konstatasi di atas memperjelas bahwa komunikasi diperlukan dalam upaya membangun budaya organisasi. Karakteritik budaya organisasi yang akan dikembangkan dapat diwarnai oleh pola komunikasi yang dijalankan. Tulisan ini akan mengkaji fungsi-fungsi komunikasi dalam pengembangan budaya organisasi, serta hubungan dialektis antara keduanya. STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 7; April 2013 Page 113 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 Komunikasi Organisasi Greenberg dan Baron (2003, 318) mengartikan komunikasi adalah proses oleh seorang, kelompok atau organisasi (pengirim) menyampaikan beberapa jenis informasi (pesan) kepada orang lain, group, kelompok atau organisasi. Menurut Eko Harry Susanto (2010: 8) komunikasi organisasi merujuk kepada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks jaringan dan struktur organisasi. Komunikasi organisasi secara sederhana dapat diuraikan sebagai komunikasi antar manusia yang terjadi dalam konteks organisasi. Pendapat ini STIE Putra Perdana Indonesia diperjelas oleh Goldhader (dalam Susanto, 2010:63) yang mengatakan bahwa komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain. Secara fungsional, menurut Pace dan Faules (1998: 31), ”komunikasi organisasi merupakan penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi, yang merupakan bagian dari suatu organisasi tetentu”. Suatu organisasi terdiri dari unit – unit komunikasi yang memiliki hubungan hirakis diantara unit yang satu dengan unit yang lainnya dalam suatu sistem komunikasi dan informasi yang terintegrasi. Dalam perspektif ilmu komunikasi dikenal secara umum dua dimensi STIE Putra Perdana Indonesia komunikasi dalam kehidupan organisasi yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi Internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brenan (dalam Effendy, 2007:122) sebagai pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan tersebut lengkap dengan struktur organisasi yang khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen). Menurut Rumanti (2002: 89-93) komunikasi internal terdiri dari komunikasi horizontal dan komunikasi vertikal. Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal STIE Putra Perdana Indonesia balik (two way traffic communication). Sedangkan komunikasi horizontal adalah komunikasi dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertical yang Page 114 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal ( Effendy, 2007:123-124). Jelasnya komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Selanjutnya di sisi lain, bawahan memberikan laporan-laporan, STIE Putra Perdana Indonesia saran-saran, pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pemimpin. Sedangkan komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya atau komunikasi antara orang-orang yang memiliki hirarki yang sama (Muhammad, 2008:108) Praktik komunikasi internal pada suatu organisasi ditempuh melalui beberapa jalur antara lain komunikasi arus ke bawah, yakni dari pihak perusahaan kepada karyawannya. Misalnya berupa perintah pimpinan, interaksi dan informasi spesifikasi teknis suatu pekerjaan yang akan diberikan kepada bawahannya. Media yang dipergunakan dalam bentuk komunikasi lisan (perintah, dan STIE Putra Perdana Indonesia instruksi), dan tulisan (nota dinas, peraturan, surat edaran dan lain-lain). Selanjutnya komunikasi arus ke atas, yaitu dari pihak karyawan kepada perusahaan. Misalnya berbentuk pelaksanaan perintah berbentuk tulisan dan lisan, atau laporan hasil pekerjaan, serta sumbang saran dari pihak pekerja kepada pimpinan perusahaan. Sedangkan komunikasi sejajar yang berlangsung antar karyawan. Misalnya informasi mengenai pekerjaan atau masyarakat, kegiatan Manajemen Public Relations, pendidikan dan pelatihan lainnya, dapat juga mengenai kegiatan di luar pekerjaan dalam bentuk olahraga, keagamaan, kekeluargaan, kesejahteraan, dan aktivitas sosial kepegawaian lkain sebagainya. Biasanya yang dipakai sebagai media komunikasi adalah berupa pemberitahuan, pengumuman, sampai kepada penggunaan media humas, yaitu seperti buletin, STIE Putra Perdana Indonesia majalah internal, dan news letter. InoVasi Volume 7; April 2013 Page 115 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Selanjutnya praktik komunikasi April 13 eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan komunikasi dari khalayak kepada organisasi (Effendy, 2007: 122). Menurut Rogers dan Rogers (dalam Tubb dan Moss, 2006 : 175) fungsi komunikasi dalam organisasi, meliputi (1) Fungsi Kontrol, sebagai pengendali perilaku, (2) Fungsi Motivasi yang memberikan dorongan dan apa yang harus dilakukan., (3) Fungsi Pengungkapan Emosional dalam hubungan kerja, dan STIE Putra Perdana Indonesia (4) Fungsi Informatif dalam pengambilan keputusan. Dalam pandangan Myers dan Myers (1988 : 17), terdapat tiga fungsi umum komunikasi organisasi, yaitu (1) Produksi dan Pengaturan (production and regulation), (2) Pembaharuan (innovation), dan (3) Sosialisasi dan pemeliharaan (socialization and maintenance). Secara terinci ketiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Produksi dan Pengaturan yang meliputi a. Manentukan sasaran dan tujuan b. Merumuskan bidang – bidang masalah c. Menilai prestasi d. Mengkoordinir tugas – tugas yang secara fumngsional saling bergantung STIE Putra Perdana Indonesia e. Menentukan ukuran prestasi f. Memberi komando, menunjukkan kepada pegawai apa yang harus dikerjakan dan memberi perintah g. Memberi instruksi kepada pegawai bagaimana melaksanakan suatu perintah, mengembangkan prosedur dan kebijakan h. Memimpin dan mempengaruhi 2. Pembaharuan 3. Sosial atau Pemeliharaan a. Apa saja yang mempengaruhi penghargaan diri staf b. Hubungan antar pribadi dalam organisasi c. Motivasi untuk menyatukan sasaran – sasaran individual dengan STIE Putra Perdana Indonesia tujuan organisasi Page 116 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 Berpijak kepada fungsi komunikasi dalam organisasi tersebut di atas, pada intinya, komunikasi memiliki eksistensi yang kuat terhadap dinamika organisasi. Dengan kata lain, komunikasi merupakan faktor yang berperan dalam perkembangan atau kemunduran organisasi. Dalam pengembangan budaya organisasi peranan komunikasi dirasakan penting baik dalam rangka komunikasi antara orang-orang yang berada di dalam organisasi (publik internal) maupun interaksi antara organisasi dengan khalayaknya (publik eksternal). Pentingnya komunikasi dalam suatu organisasi atau perusahaan, STIE Putra Perdana Indonesia terlihat dengan banyaknya organisasi yang menyediakan staf khusus atau unit khusus bidang komunikasi guna menjalankan fungsi atau peran penghubung sekaligus jembatan komunikasi yang diperlukan dalam suatu organisasi. Konstatasi teoritis di atas memberikan kesimpulan bahwa komunikasi organisasi itu adalah suatu komunikasi yang terstruktur antar anggota organisasi, dimana komunikasi yang terbentuk bersifat kompleks karena melibatkan unsurunsur yang terdapat dalam struktur organisasi. Proses komunikasi yang berlangsung dalam organisasi tersebut jika berjalan secara sistematis, terencana dan terpola dengan baik akan memberikan kontribusi bagi pengembangan budaya organisasi. Budaya Organisasi STIE Putra Perdana Indonesia Budaya organisasi bukan merupakan konsep baru dalam pengembangan organisasi. Dapat disebutkan beberapa pelopor budaya organisasi sejak dekade 70 sampai 80an seperti Hofstede (1981), Pettigrew (1979), Schwartz & Davis (1981). Namun demikian, di satu sisi penelitian-penelitian mengenai budaya organisasi di Indonesia belum banyak dilakukan secara mendalam dan komporehensif sehingga belum ditemukan jawaban-jawaban yang dapat diandalkan secara komprehensif mengenai perilaku budaya organisasi di Indonesia. Di sisi lain sekalipun masih terbatas, pembahasan teoritis mengenai budaya organisasi sudah cukup banyak dilakukan, bahkan pada studi-studi ilmu manajemen di perguruan tinggi, budaya organisasi telah menjadi mata kuliah tersendiri. Secara konseptual budaya organisasi menurut Wood (2001, 391) diartikan STIE Putra Perdana Indonesia sebagai sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku anggota organisasi itu sendiri. Hal ini sejalan InoVasi Volume 7; April 2013 Page 117 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 dengan pendapat Cushway dan Lodge (GE : 2000) yang menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara kerja yang dilakukan para karyawan. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll (dalam Munandar 2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi. Sedangkan definisi budaya organisasi yang dikemukakan oleh Muijen, Hartog, dan Koopman dalam (Munandar, 2001:264) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah kumpulan dari nilai, norma, ungkapan dan perilaku STIE Putra Perdana Indonesia yang ikut menentukan bagaimana orang-orang dalam organisasi saling berhubungan dan sebesar apa meraka gunakan tenaga mereka dalam perkerjaan dan organisasinya. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa tinggi rendahnya produktifitas suatu perusahaan dihasilkan oleh asumsi-asumsi dasar dari budaya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, Robbins (1996:289) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota organisasi itu. Schein (1992:12) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada STIE Putra Perdana Indonesia anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapinya. Menurut Harris dan Moran dalam bukunya Managing Cultural Differences (1991) budaya perusahaan yang terbentuk banyak ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu: 1. Lingkungan usaha; lingkungan di mana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan. 2. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi. 3. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya. STIE Putra Perdana Indonesia 4. Upacara-upacara (rites and ritual); acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya. Page 118 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 5. Network; jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan. Dalam proses pengembangannya, budaya perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor kebijakan perusahaan (Corporate wisdom), gaya perusahaan (Corporate style), dan jati diri perusahaan (Corporate identity). Kebijakan perusahaan (Corporate Wisdom) ditunjang oleh filosofi perusahaan (serangkaian nilai-nilai yang menjelaskan bagaimana perusahaan dengan pelanggan, produk atau pelayanannya, bagaimana karyawan berhubungan satu sama lain, sikap, perilaku, STIE Putra Perdana Indonesia gaya pakaian, dan lain-lain serta apa yang bias mempengaruhi semangat), keterampilan yang dimiliki dan pengetahuan yang terakumulasi dalam perusahaan. Jati diri perusahaan (Corporate identity) ditunjang oleh Citra perusahaan , Kredo (semboyan) perusahaan, dan proyeksi perusahaan atau apa yang ditonjolkan perusahaan. Gaya perusahaan (Corporate style) ditunjang oleh profil karyawan, pengembagan SDM dan masyarakat perusahaan (Corporate community) atau bagaimana penampilan perusahaan tersebut di lingkungan perusahaan lainnya. Dengan demikian, budaya organisasi akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik budaya organisasi dapat ditentukan melalui orientasi STIE Putra Perdana Indonesia budaya organisasi tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Harrison dan Stokes (1992:13), yaitu: 1) The Power Orientation (orentasi pada kekuasaan), yaitu jika para anggota organisasi di tumbuhkan motivasinya oleh imbalan dan hukuman, dan oleh keinginan untuk bekerja dengan pemimpin yang kuat. 2) The Role Orientation ( orientasi pada peran) , yaitu yang berkaitan dengan nilai-nilai yang mengutamakan pada perintah-perintah, ketergantungan, rasional dan konsisten Sistem dalam organisasi tersebut bersifat birokratis. 3) The Achevement Orientation (orentasi pada prestasi) jika menekan pada motivasi yang tinggi dari para anggota organisasi untuk menghilangkan ketidak efisienan dan structure, system dan perencanaan. Dalam budaya ini STIE Putra Perdana Indonesia tujuan utama adalah menarik dan memancing tenaga para anggota untuk mengejar tujuan bersama. InoVasi Volume 7; April 2013 Page 119 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 4) The support Orentation (orientasi pada dukungan), yaitu iklim dalam organisasi yang didasarkan pada saling percaya diantara para anggota sebagai individu dengan organisasi itu sendiri. Dalam kondisi ini karyawan yakin bahwa mereka dinilai sebagai manusia, bukan hanya sekedar mesin. Secara lebih spesifik Fred Luthan (1992:563) menyebutkan karakteristik budaya organisasi adalah sebagai berikut: 1) Peraturan-peraturan perilaku yang harus dipatuhi. Anggota organisasi saling berinteraksi dengan menggunakan tata cara, istilah, dan bahasa yang STIE Putra Perdana Indonesia sama yang mencerminkan sikap yang baik dan saling menghormati. 2) Norma-norma. Suatu standar mengenai perilaku yang ditampilkan termasuk pedoman tentang apa saya yang harus dilakukan, yaitu tidak berlebih tetapi juga tidak kurang. 3) Nilai-nilai yang dominan. Adanyaa nila-nilai terpenting dalam organisasi yang diharapkan dianut oleh para anggotannya. Contohnya adalah mutu yang tinggi, tingkat absensi rendah, atau efisiensi yang tinggi. 4) Filosofi. Terdapat kebijakan atau peraturan yang mengarahkan organisasi tentang bagaimana memperlakukan karyawan dan/ atau pelanggan. 5) Aturan-aturan. Terdapat pedoman yang harus ditaati jiak bergabung STIE Putra Perdana Indonesia dengan organisasi. Angota baru harus memperlajarinya untuk dapat diterima di dalam organisasi tersebut. Berdasarkan konstatasi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dapat diartikan sebagai standarisasi nilai, norma dan perilaku yang berlangsung di suatu organisasi. Sebagai suatu standar maka budaya organisasi merupakan suatu pedoman dalam setiap kebijakan, tindakan dan perilaku keseharian dari setiap anggota organisasi. Pada awal terbetuknya, keberlangsungan standarisasi yang berjalan secara terus menerus akan melahirkan kebiasaan, yang selanjutnya dalam kurun waktu panjang akan membentuk budaya organisasi. Budaya organisasi menjadi penting ketika dipahami bahwa budaya organisasi memilki fungsi dalam menjaga kelangsungan suatu organisasi. Menurut STIE Putra Perdana Indonesia Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi , pertama menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain, kedua membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota Page 120 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 organisasi, ketiga mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan individual seseorang, keempat merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan, dan kelima sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. Kelima fungsi esensial dari budaya organisasi memberikan implikasi bahwa setiap organisasi dituntut untuk membangun budaya organisasi sesuai visi dan tujuan organisasi. Pembahasan STIE Putra Perdana Indonesia DeVito (2006:37) menjelaskan hubungan antara budaya dengan komunikasi sebagai berikut : Culture consists of the relatively speciailzed lifestyle of a group of people : their Values, beliefs, artifacts, ways of behaving, and ways of communicating. Included in a social group’s “culture” is everything that members of the group have produced and developed-their language; ways of thinking ; art ; laws ; religion : and, of cours, communication theories, styles, and attituded. And culture is passed on from one generation to the next trough communication. Artinya bahwa hubungan antara budaya dan komunikasi meliputi proses budaya dan pembudayaan yang berlangsung dalam kelompok sangat ditentukan melalui pola-pola komunikasi yang terjadi, STIE Putra Perdana Indonesia termasuk pola peralihan budaya dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Menurut Wulantika (2010) aspek yang sering dikenal sebagai faktor KSA (Knowledge/berpikir, Skill/keterampilan, Attitude/sikap) amat dipengaruhi oleh Values and Beliefs yang telah terdapat dalam suatu budaya organisasi. Transformasi KSA memerlukan keterampilan berinteraksi, baik yang bersifat interpersonal Skill; yaitu keterampilan berinteraksi antar personal maupun intrapersonal skill yaitu keterampilan berinteraksi di dalam diri setiap manusia yang paling dalam. Selain itu, menggerakkan perubahan organisasi menurut David Firth (2000) mencakup the leadership dominant, the changing team dominant, the employee dominant. Mengingat penataan organisasi berhadapan dengan berbagai jenis perubahan, keefektifan organisasi menurut Verma (1997) bergantung pada 4 faktor utama yaitu STIE Putra Perdana Indonesia people factors, structural factor, technological factor dan teamwork. InoVasi Volume 7; April 2013 Page 121 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Transformasi budaya organisasi sangat April 13 memerlukan komunikasi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima daripada yang diharapkan. Jadi ketidakpastian dapat disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang diperlukan dan juga karena terlalu banyak yg diterima. Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan, maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama STIE Putra Perdana Indonesia atau secara horizontal. Ada dua aspek penting yang dapat dilihat, pertama komunikasi sudah menjadi bagian dari budaya organisasi. Artinya proses-proses komunikasi yang berlangsung sudah menjadi ciri atau karakter dari organisasi yang ada, dan kedua komunikasi menjadi alat proses transformasi budaya organisasi, pada tahap ini komunikasi justru diperlukan sebagai sarana untuk melakukan perubahan. Proses komunikasi yang diperlukan dalam organisasi terutama dalam konteks budaya organisasi tentu saja komunikasi yang berlangsung pada semua lini. Ada tiga bentuk utama arus pesan dalam jaringan komunikasi formal menurut Arni Muhammad (2008:108) yang mengikut garis komunikasi seperti STIE Putra Perdana Indonesia yang digambarkan dalam struktur organisasi, yaitu: “Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan, “Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan dan “Horizontal Communication” atau komunikasi horizontal. Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi diartikan Mulyana (2006:184) sebagai informasi yang mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Sedangkan Menurut Lewis dalam bukunya Organizational Communication (1987 : 78), tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk STIE Putra Perdana Indonesia pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, Page 122 mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Fungsi komunikasi ke bawah antara lain meliputi (a) Instruksi tugas yaitu pesan yang disampaikan pada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut bervariasi seperti perintah langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki ketrampilan dan pengalaman yang STIE Putra Perdana Indonesia minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya, ketrampilan dan pengalamannya; (b) rasional yaitu adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak; (c) STIE Putra Perdana Indonesia Ideologi yaitu perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideology sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral, dan motivasi; (d) informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi; (e) umpan balik adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari umpan balik ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada STIE Putra Perdana Indonesia informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah InoVasi Volume 7; April 2013 Page 123 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 memuaskan. Tapi apabila hasil pekerjaann karyawan kurang baik umpan baliknya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut. Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Pesan ke bawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut-turut sampai pesan tersebut lengkap secara operasional untuk dilaksanakan. Faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah antara lain adalah (a) keterbukaan antara pimpinan dan karyawan; (b) Kepercayaan pada pesan tulisan. Kebanyakan para pimpinan lebih STIE Putra Perdana Indonesia percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. Hasil penelitian Dahle (1981) menunjukkan bahwa pesan itu akan lebih efektif bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Jadi bukan hanya dalam bentuk tertulis saja. Komunikasi tatap muka lebih disenangi oleh karyawan daripada media cetak; (c) Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya malah cenderung untuk tidak membacanya. STIE Putra Perdana Indonesia Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca; (d) Timming atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pemimpin hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan kebawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi pada aktifitasnya; (e) Penyaringan pesan-pesan yang dikirimkan pada bawahan tidaklah semuanya diterima tetapi disaring mana yang perlu dan tidak mereka perlukan. Penyaringan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor di STIE Putra Perdana Indonesia antaranya perbedaan persepsi, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan Page 124 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 perasaan kurang percaya kepada supervisor. Menurut Mellinger, karyawan yang kurang percaya kepada seorang supervisor mungkin memblok pesan supervisor. Hasil studi Tompkin Goldhaber (1986:56) mengenai komunikasi ke bawah ini menyimpulkan bahwa: Kebanyakan karyawan tidak menerima banyak informasi dari organisasinya, Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan, Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan dan STIE Putra Perdana Indonesia yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka. Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari supervisor dan informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas, Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber yang penting lainnya. Komunikasi Ke Atas Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran STIE Putra Perdana Indonesia dan mengajukan pertanyaan. (Arni Muhammad, 2008:116). Menurut Pace dalam bukunya Organizational Communication, 1989 komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu, yaitu (a) dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari merekan dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan, (b) arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan, (c) komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ideide dan saran-saran tentang jalannya organisasi, (d) Komunikasi ke atas memperbolehkan, bahkan mendorong desus- desus muncul dan mebiarkan STIE Putra Perdana Indonesia supervisor mengetahuinya, (e) komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang di maksudkan dari InoVasi Volume 7; April 2013 Page 125 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 arus informasi ke bawah, (f) komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. Menurut Smith (dalam Goldhaber, Organizational Communication, 1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi organisasinya. Faktor yang STIE Putra Perdana Indonesia mempengaruhi efektifitas komunikasi ke atas (a) dapat digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan, apabila pesan itu disampaikan tepat pada waktunya; (b) Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan daripada yang bersifat negatif oleh pembuat keputusan mengenai pengelolaan daripada komunikasi yang bersifat negatif; (c) Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru; (d) Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu, (e) komunikasi ke atas akan lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju. STIE Putra Perdana Indonesia Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi (Arni Muhammad 2008:121). Selanjutnya menurut Mulyana (2006:195) didefinisikan bahwa komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang STIE Putra Perdana Indonesia ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama, tujuan komunikasi horizontal di antaranya adalah sebagai Page 126 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 berikut: (a) mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi; (b) Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas. komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program humas, anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan; (c) memecahkan masalah yang STIE Putra Perdana Indonesia timbul di antara orang-orang yang berada dalam tignkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral dari karyawan; (d) menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. penyelesaian ini penting bagi perkembangan social dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik; (e) menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk ini mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut; (f) STIE Putra Perdana Indonesia mengembangkan sokongan interpersonal. Interaksi antara karyawan mengakibatkan karyawan memperoleh sokongan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan. Komunikasi horizontal sangat penting guna koordinasi pekerjaan antara bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin menghalangi terjadinya komunikasi horizontal. Pemerintahan yang otoriter adalah contoh yang ekstrem yang mengontrol komunikasi horizontal. Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa komunikasi horizontal berkembang serta tidak terkontrol. STIE Putra Perdana Indonesia Ketiga jenis komunikasi organisasi sebagaimana diungkapkan di atas merupakan faktor yang efektif dalam mendorong proses kerja di suatu organisasi. InoVasi Volume 7; April 2013 Page 127 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 Dalam hal tersebut, suatu organisasi yang mapan memerlukan budaya organisasi yang tercermin pada nilai-nilai, norma/aturan, simbol dan perilaku yang berlaku dan diikuti oleh setiap anggota organisasi. Oleh karena itu, secara teoritis budaya organisasi membutuhkan komunikasi. kebutuhan akan diperlukan baik pada tahap pengembangan budaya organisasi maupun tahap implementasi budaya organisasi secara. Ringkasnya organisasi yang memiliki komunikasi efektif akan mencerminkan budaya organisasi yang berlangsung, atau sebaliknya budaya organisasi yang efektif akan mencerminkan komunikasi yang berlangsung dalam STIE Putra Perdana Indonesia organisasi tersebut. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Komunikasi organisasi dan budaya organisasi sekalipun secara teoritis dapat didefinisikan berbeda, namun dalam praktik organisasi keduanya terkait dan saling melengkapi. 2. Jenis-jenis komunikasi organisasi ( ke atas, ke bawah dan horizontal) diperlukan dalam pengembangan budaya organisasi. Atau sebaliknya budaya organisasi akan tercermin dalam ketiga jenis komunikasi tersebut. 3. Masih diperlukan penelitian yang lebih spesifik terutama untuk kondisi Indonesia, jenis komunikasi ( ke atas, ke bawah dan horizontal) yang paling besar STIE Putra Perdana Indonesia konstribusinya terhadap pengembangan budaya organisasi. 4. Selain itu perlu dilakukan penelitian bilamana jenis organisasinya berbeda (misalnya organisasi bisnis dan non-bisnis), apakah pola-pola komunikasi yang diperlukan dalam upaya pengembangan budaya organisasi juga akan berbeda. STIE Putra Perdana Indonesia Page 128 InoVasi Volume 7 ; April 2013 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 Daftar Pustaka Afdhal, Ahmad, Fuad. 2003. Ide Kreatif Dari Kepemimpinan Hingga Motivasi. Jakarta, Grasindo. Davis, T. 1985, ‘Managing Culture at the Bottom’, in Gaining Control of the Corporate Culture, eds R. Kilmann, M. Saxton, R. Serpa, Jossey-Bass, San Francisco. Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan praktek. Bandung : PT STIE Putra Perdana Indonesia Remaja Rosdakarya. Hofstede, G. (1980). Culture’s Consequensces. Beverly Hilss.CA. Sage. Luthan, Fred. 1992. Organizational Behavior. 6th Edition. Singapore McGraw-Hill International Editions. Horrison. Roger and Herb Stokes. 1992. Diagnosing Organizational Culture. Californi, USA: Pfeiffer & Company Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Pres ________. 2004. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakaya. STIE Putra Perdana Indonesia Myers, Michele Tolela and Gail E. Myers .1988. Managing By Communication, New York, New Newsey, London, Mc. Graw Hill Int. Book. Co Pace, R.W. & Faules, DF (2006). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja perusahaan. Penerjemah dan Editor : Deddy Mulyana, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Pettigrew, A. (1979). On Studying Organisational Cultures. Administrative Science Quarterly, Vol. 24, No. 4, pp. 570.581. Prawirosentono, Suyadi. 2000. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta, BPFE Prihandono, Doni. 2003. On Becoming Effective Leader, Kunci Mencapai Kehidupan Bisnis Yang Bahagia Bernilai dan Bertahan di Masa Sulit melalui Kepemimpinan Holistik, Jakarta, PT Elek Media Komputindo. STIE Putra Perdana Indonesia Robbins,P.,Stephen.1992. Essential of Organization Behavior. New Jersey : Prentice-Hall International,Inc. InoVasi Volume 7; April 2013 Page 129 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 13 Schein, E.H. (1992). Organizational Culture and Leadership (2nd ed.). San Francisco: Jossey-Bass. Schein, E. (1996) “Culture: The missing concept in organizational studies.” Administrative Science Quarterly, 41: 229-240. Susanto, Eko Harry.2009. Komunikasi Politik dan Otonomi Daerah : Tinjauan Terhadap Dinamika Politik dan Pembangunan, Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media. STIE Putra Perdana Indonesia Suyono, Bambang. 2004, Menumbuhkan Budaya Kerja yang Kompetitif, Jurnal Bisnis & Manajemen. STIE IBMT, Vol. 1, No.1 April, Surabaya. Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss . 2006. Human Communication; Konteks – Konteks Komunikasi, Buku I dan Buku II, terjemahan Deddy Mulyana dan Gembirasari, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Wood, Julai.2004. Communication : Theories in Action- An Introduction. Third Edition. Canada : Wadsworth – Thomson Publishing. Wulantika, Lita. 2010. Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Keefektifan Organisasi. Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 2, G., & STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 130 InoVasi Volume 7 ; April 2013