BAB II TEORI PENUNJANG 2.1. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) 2.1.1 Pengenalan SIG SIG mulai dikenal pada awal 1980-an. Sejalan dengan berkembangnya perangkat komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras, SIG berkembang sangat pesat pada era 1990-an. SIG = MAPS + DATABASE Gambar 2.1Gambaran SIG Definisi SIG selalu berkembang, bertambah dan bervariasi. Hal ini telihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu, SIG juga merupakan suatu kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Secara harafiah, SIG dapat diartikan sebagai suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. (Puntadewo A+, 2003) Dengan kata lain Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah basis data termasuk juga orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini. (Sembiring, 2007) Penggunaan SIG sering kali didukung dengan penggunaan pengindraan jauh seperti citra satelit yang memungkinkan untuk memetakan keberagaman informasi karakteristik area seperti tumbuh7|Bab II Teori Penun jang tumbuhan, air, geologi baik dalam ruang dan waktu. Citra satelit dapat memberikan gambaran dan menyediakan informasi lingkungan yang sangat berguna dari area dengan skala bervariasi dari keseluruhan benua sampai area yang sangat kecil. Banyak jenis bencana seperti banjir, gempa bumi dan bencana lainya mempunyai tanda-tanda yang dapat dideteksi oleh satelit. Pengindraan jauh juga memungkinkan pengawasan (monitoring) kejadian bencana ketika bencana tersebut terjadi. (sembiring, 2007) Data yang diolah pada SIG ada 2 macam yaitu data geospasial (data spasial dan data non-spasial). Jika pada gambar 2.2 data non-spasial tidak digambarkan hal tersebut karena dalam SIG yang dipentingkan adalah tampilan data secara spasial. Data spasial adalah data yang berhubungan dengan kondisi geografi misalnya sungai, wilayah administrasi, gedung, jalan raya dan sebagainya. Seperti yang telah diterangkan pada gambar diatas, data spasial didapatkan dari peta, foto udara, citra satelit, data statistik dan lain-lain. Hingga saat ini secara umum persepsi manusia mengenai bentuk representasi entity spasial adalah konsep raster dan vector. Sedangkan data non-spasial adalah selain data spasial yaitu data yang berupa text atau angka. Biasanya disebut dengan atribut. Data non-spasial ini akan menerangkan data spasial atau sebagai dasar untuk menggambarkan data spasial. Dari data non-spasial ini nantinya dapat dibentuk data spasial. Misalnya jika ingin menggambarkan peta penyebaran penduduk maka diperlukan data jumlah penduduk dari masing-masing daerah (data non-spasial), dari data tersebut nantinya kita dapat menggambarkan pola penyeberan penduduk untuk masing – masing daerah. 2.1.2 Konsep Model Data Spasial pada SIG Model data pada SIG sangat penting karena dapat memberikan ide bagaimana menyimpan data dalam komputer dan bagaimana data tersebut dapat dianalisa, dan data spasial merupakan data yang paling penting dalam SIG. Sehingga dapat dibuat skema seperti pada gambar 2.4 dibawah ini. 8|Bab II Teori Penunjang SIG = MAPS + DATABASE Tabel Vektor Raster TIN model Point Line Cell Triangle Kolom Baris Polygon Gambar 2.2 Data pada SIG Pada skema di atas yang dimaksud dengan maps adalah data spasial sedangkan database merupakan data non-spasial. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Data Raster Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pixelnya (sel grid) di permukaan bumi. Contoh data raster, dapat dilihat pada gambar 2.3, adalah citra satelit misalnya Spot, Landsat, dll. Konsep model data ini adalah dengan memberikan nilai yang berbeda untuk tiap-tiap pixel atau grid dari kondisi yang berbeda. Gambar 2.3 Contoh data raster citra satelit 9|Bab II Teori Penun jang Data Vektor Model data vektor yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk dasar representasi data spasial didalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Gambar 2.6 adalah salah satu contoh konsep data spasial dihubungkan pula dengan atributnya. Gambar 2.4 Point pada model data vektor Gambar 2.5 Contoh data geospasial 10 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g TIN model Model data vektor yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk dasar representasi data spasial didalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Gambar 2.8 adalah salah satu contoh konsep data spasial dihubungkan pula dengan atributnya. Gambar 2.6 TIN (Triangulated Irregular Network) model 2.1.3 Pentingnya SIG dan Kelebihannya Berikut ini alasan mengapa dibutuhkannya SIG : a. Penangan data geospatial sangat buruk b. Peta dan statistik sangat cepat kadaluarsa c. Data dan informasi sering tidak akurat d. Tidak ada pelayanan penyediaan data e. Tidak ada pertukaran data Dengan begitu SIG diterapkan, didapat keuntungan berikut : a. Penanganan data geospatial menjadi lebih baik dalam format baku b. Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah c. Data geospatial dan informasi lebih mudah dicari, dianalisis dan direpresentasikan d. Menjadi produk bernilai tambah e. Data geospatial dapat dipertukarkan f. Produktivitas staf meningkat dan lebih efisien g. Penghematan waktu dan biaya h. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik 11 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g Tabel 2.1 Kelebihan-kelebihan GIS Peta GIS Manual Penyimpanan Database Digital Baku Skala dan standar Dan Terpadu berbeda Pemanggilan Pencatatan dengan Cek Manual Kembali Komputer Pemutakhiran Sistematis Mahal dan memakan waktu Analisis Overlay Sangat cepat Memakan waktu dan tenaga Penayangan Murah dan Cepat Mahal Kelebihan-kelebihan SIG dapat dilihat pada Table 2.1 dan perbandingan manajemen informasi spatial dengan GIS dan tanpa SIG dapat dilihat pada Gambar 2.7. Gambar 2.7 Perbandingan manajemen informasi spatial dengan GIS dan tanpa SIG 12 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g 2.2. MAPSERVER 2.2.1. Pengenalan MapSever MapServer merupakan aplikasi freeware dan open source yang memungkinkan kita menampilkan data spasial (peta) di web. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan di Universitas Minesotta, Amerika Serikat untuk proyek ForNet (sebuah proyek untuk menajemen sumber daya alam) yang disponsori NASA (Nasional Aeronautics and Space Administration). Dukungan NASA dilanjutkan dengan dikembangkan proyek TerraSIP untuk menajemen data lahan. Saat ini, karena sifatnya yang terbuka (open source), pengembangan MapServer dilakukan oleh pengembang dari berbagai negara . Pengembangan MapServer menggunakan berbagai aplikasi open source atau freeware seperti Shapelib untuk baca/tulis format data Shapefile, FreeType untuk merender karakter, GDAL/OGR untuk baca/tulis berbagai format data vektor maupun raster, dan Proj.4 untuk menangani beragam proyeksi peta. Pada bentuk paling dasar, MapServer berupa sebuah program CGI (Common Gateway Interface). Program tersebut akan dieksekusi di web server dan berdasarkan beberapa parameter tertentu (terutama konfigurasi dalam bentuk file *.MAP) akan menghasilkan data yang kemudian akan dikirim ke web browser, baik dalam bentuk gambar peta atau bentuk lain. MapServer mempunyai fitur-fitur berikut : Menampilkan data spasial dalam format vektor seperti : Shapefile (ESRI), ArcSDE (ESRI), PostGIS dan berbagai format data vektor lain dengan menggunakan library OGR Menampilkan data spasial dalam format raster seperti : TIFF/GeoTIFF, EPPL7 dan berbagai format data raster lain dengan menggunakan library GDAL Menggunakan quadtree dalam indexing data spasial, sehingga operasi-operasi spasial dapat dilakukan dengan cepat. Dapat dikembangkan (customizable), dengan tampilan keluaran yang dapat diatur menggunakan file-file template Dapat melakukan seleksi objek berdasar nilai, berdasar titik, area, atau berdasar sebuah objek spasial tertentu Mendukung rendering karakter berupa font TrueType Mendukung penggunaan data raster maupun vektor yang di-tiled (dibagi-bagi menjadi sub bagian yang lebih kecil sehingga proses untuk mengambil dan menampilkan gambar dapat dipercepat) 13 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g Dapat menggambarkan elemen peta secara otomatis : skala grafis, peta indeks dan legenda peta Dapat menggambarkan peta tematik yang dibangun menggunakan ekspresi logik maupun ekspresi reguler Dapat menampilkan label dari objek spasial, dengan label dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling tumpang tindih Konfigurasi dapat diatur secara on the fly melalui parameter yang ditentukan pada URL Dapat menangani beragam system proyeksi secara on the fly Saat ini, selain dapat mengakses MapServer sebagai program CGI, kita dapat mengakses MspServer sebagai modul MapScript, melalui berbagai bahasa skrip : PHP, Perl, Phyton atau Java. Akses fungsi-fungsi MapServer melalui skrip akan lebih memudahkan pengembangan aplikasi. Pengembang dapat memilih bahasa yang paling familiar. 2.2.2 Arsitektur Umum Aplikasi Pemetaan di Web Bentuk umum arsitektur aplikasi berbasis peta di web dapat dilihat pada Gambar 2.10 Gambar 2.8 Arsitektur Umum Aplikasi Pemetaan Berbasis Web Pada gambar di atas, interaksi antara klien dengan server berdasar skenario request dan respon. Web browser di sisi kilen mengirim request ke server web. Karena server web tidak memiliki kemampuan pemrosesan peta, maka request berkaitan dengan pemrosesan peta akan diteruskan oleh server web ke server aplikasi dan MapServer. Hasil 14 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g pemrosesan akan dikembalikan lagi melalui server web, terbungkus dalam bentuk file HTML atau applet. Arsitektur aplikasi pemetaan di web dibagi menjadi dua pendekatan yaitu Pendekatan Thin Client dan Pendekatan Thick Client. Pendekatan Thin Client menfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan analisis data dilakukan berdasarkan request di sisi server. Data hasil pemrosesan kemudian dikirimkan ke klien dalam format standard HTML, yang di dalamnya terdapat file gambar dalam format standard (misalnya GIF, PNG atau JPG) sehingga dapat dilihat menggunakan sembarang web browser. Kelemahan utama pendekatan ini menyangkut keterbatasan opsi interaksi dengan user yan kurang fleksibel. Untuk Pendekatan Thick Client pemrosesan data dilakuakn di sisi klien menggunakan beberapa teknologi seperti kontrol ActiveX atau applet. Kontrol ActiveX atau applet akan dijalankan di klien untuk memungkinkan web browser dengan format data yang tidak dapat ditangani oleh web browser dengan kemampuan standard. Dengan adanya pemrosesan di klien, maka transfer data antara klien dengan web server akan berkurang. MapServer menggunakan pendekatan thin client. Semua pemrosesan dilakukan di sisi sever. Informasi peta dikirinkan ke web browser di sisi klien dalam bentuk file gambar (JPG, PNG, GIF atau TIFF). Untungnya, saat ini kelemahan pendekatan thin client dalam hal interaksi dengan user sudah jauh berkurang dengan adanya framework aplikasi seperti Chameleon, pmapper, dan gmap. 2.2.3 Komponen Pembentuk MapSever Pengembangan MapSever sebagai sebuah aplikasi open source, banyak memanfaatkan aplikasi lain yang juga bersifat open source. Sedapat mungkin menggunakan aplikasi yang sudah tersedia jika memang memenuhi kebutuhan untuk menghemat sumber daya dan waktu pengembangan. 2.2.3.1 Komponen Untuk Akses Data Spasial Komponen pada kelompok ini bertugas untuk menangani baca/tulis data spasial, baik yang tersimpan sebagai file maupun tersimpan pada DBMS Shapelib Shapefile merupakan library yang ditulis dalam bahasa C, untuk keperluan baca/tulis format data Shapefile (*.SHP) yang didefinisikan ESRI (Enviromental System Research Institute). 15 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g Format Shapefile umum digunakan oleh berbagai aplikasi Sistem Informasi Geografik untuk menyimpan data vector simple (tanpa topologi) dengan atribut. Pada MapSever, format data Shapefile merupakan format data default. GDAL/OGR GDAL (Geographic Data Abstraction LibraryI) merupakan library yang berfungsi sebagai penerjemah untuk berbagai format data raster. Library ini memungkinkan abstraksi untuk semua format data yang didukung, sehingga beragam format data tadi akan terlihat sebagai sebuah data model abstrak. Keberadaan data model abstrak tunggal akan memudahkan pengembang aplikasi karena dapat menggunkan antarmuka yang seragam untuk semua format data.. OGR merupakan library dengan fungsionalitas yang identik, untuk beragam format data vektor. Kode OGR sekarang ini digabung dalam kode library GDAL. 2.2.3.2 Komponen Untuk Akses Data Peta MapServer akan mengirimkan tampilan peta berupa gambar. Kita dapat memilih apa format data gambar yang akan digunakan. Beberapa komponen di bawah ini berperan dalam membentuk gambar peta yang dihasilkan oleh MapSever. Libpng Libpng merupakan library yang digunakan untuk baca/tulis gambar dalam format PNG Libjpeg Libjpeg merupakan library yang digunakan untuk baca/tulis gambar dalam format JPG/JPEG GD Library GD digunakan MapServer untuk menggambar objek geografis seperti garis, poligon atau bentuk geometris lain. GD juga dapat dapat digunakan untuk menghasilkan gambar dalam format PNG, JPEG, selain menggunakan libpng atau libjpeg secara langsung. FreeType FreeType merupakan library yang digunakan MapServer untuk menampilkan tulisan menggunakan font TrueType. 16 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g 2.2.3.3 Komponen Untuk Menangani Proyeksi Peta Library Proj.4 digunakan MapServer untuk menangani sistem proyeksi peta. Aplikasi ini dikembangkan pertama kali oleh Gerald Evenden. 2.2.4 Struktur File MAP MapServer menggunakan file *.MAP (file dengan akhiran .map, misalnya jawa.map) sebagai file konfigurasi peta. File ini akan berisi komponen tampilan peta seperti definisi layer, definisi proyeksi peta, pengaturan legenda, skala dan sebagainya. Secara umum, file *.map memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : Berupa file teks Tidak case sensitif (tidak membedakan antara karakter yang ditulis dengan huruf besar atau huruf kecil), sebagai contoh : kata ”LAYER”, ”layer” maupun ”Layer” memiliki arti yang sama pada file *.map. Hal ini tidak berlaku bagi penamaan atribut, misalnya nama field pada sebuah Shapefile (file *.shp). Nama filed harus dituliskan persisi seperti yang tertulis pada sumbernya. Meskipun tidak case sensitif, sebaiknya kita menentukan aturan penggunaan huruf besar atau kecil untuk menjaga konsistensi. Pada umumnya digunakan huruf besar untuk menuliskan isi file *.map Teks yang mengandung karakter bukan alfanumerik (huruf dan angka), harus berada di dalam tanda petik, misalnya : ”/opt/webgis/map” (karena karakter ’/’ bukan karakter alfanumerik). Meskipun keharusan ini hanya berlaku untuk teks yang mengandung karakter bukan alfanumerik, sebaiknya kita secara konsisten menggunakan tanda petik untuk setiap variabel teks. Path yang menunjuk ke sebuah file, harus dituliskan dalam bentuk path absolut, misalnya /opt/webgis/data/batimeri.tif, atau relatif terhadap lokasi file *.map (misalnya ./data/batimeri.tif). Pada kondisi normal, jumlah definisi layer pada sebuah file *.map maksimum sebanyak 50 buah, kecuali kita melakukan kompilasi program MapServer sendiri dan secara eksplisit mengubah definisi ini. Komentar pada MapServer dimulai dengan karakter ’#’. Teks yang berada setelah karakter tersebut akan diabaikan, kecuali jika karakter ’#’ berada di dalam tanda petik dan menjadi bagian dari variabel teks. Terdiri dari definisi objek dengan struktur yang hirarkis (berbentuk tree), dengan objek MAP pada hirarki tertinggi. Setiap definisi 17 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g objek di dalam file *.map akan diawali oleh nama objek dan diakhiri dengan kata kunci END. Gambar 2.11 menunjukkan contoh kerangka sebuah file *.map dalam bentuk hirarki : MAP OUTPUTFORMAT END LEGEND END LAYER METADATA END PROJECTION END CLASS LABEL END END END END Gambar 2.9 Hirarki pada File MAP 2.2.5 Pemrograman Dengan PHP/Mapscript MapScript adalah antarmuka pemrograman MapServer. Saat ini MapScriptd tersedia dalam beberapa bahasa pemrograman : PHP, Perl, Phyton dan Ruby. Antarmuka MapScript menggunakan bahasa pemrograman PHP disebut dengan PHP/MapScript. PHP/MapScript memungkinkan kita melakukan akses terhadap MapScript API (Application Programing Interface) dari lingkungan PHP, dengan menggunakan berbagai kelas PHP. PHP/MapScript tersedia sebagai sebuah modul PHP, dalam bentuk file DLL (Dynamic Linked Library) pada platform Windows, atau dalam bentuk ahared object pada platform Linux. Seperti juga bahasa pemrograman PHP itu sendiri, modul PHP/MapScript disusun menggunakan pendekatan pemrograman berorientasi objek (Object Oriented Programing, atau biasa disingkat OOP). Jadi ketika kita bekerja dengan PHP/MapScript, kita akan bekerja dengan berbagai kelas, disamping beberapa fungsi dan variable khusus. Berikut deskripsi singkat kelas-kelas pada PHP/Mapscript : ClassObj Mengatur kelas-kelas pada sebuah layer. ColorObj Mengatur tampilan warna. ErrorObj 18 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g Manajemen kesalahan (error). MapSever akan secara otomatis menginisiasi ErrorObj ketika terjadi kesalahan. ImageObj Mengatur penggambaran peta pada file. LabelCacheObj Digunakan untuk keperluan membersihkan memori yang dialokasikan untuk cache label. LabelObj Mengatur kenampakan label. LayerObj Mengatur operasi-operasi yang berhubungan dengan layer: pembuatan, penggambaran, query. LegendObj Mengatur tampilan legenda. LineObj Mengatur objek peta berupa garis. MapObj Mengatur karakteristik peta yang akan ditampilkan. OutputFormatObj Mengatur format gambar hasil keluaran MapServer. PointObj Mengatur objek berupa titik. ProjectionObj Mengatur penggunaan system proyeksi peta. RectObj Mengatur objek peta berupa persegi panjang (rectangle). ReferenceMapObj Mengatur karakteristik peta indeks. ResultCacheMemberObj Mengatur objek-objek hasil query. ScalebarObj Mengatur karakteristik skala grafis. ShapefileObj Kelas untuk bekerja dengan data dalam format Shapefile. ShapeObj Kelas untuk bekerja dengan objek peta, baik berupa titik, garis maupun polygon. StyleObj Mengatur karakteristik tampilan symbol. SymbolObj 19 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g Mengatur karakteristik symbol. WebObj Mengatur opsi-opsi berhubungan dengan web, misalnya logging aktivitas. 2.2.6 Modul-modul MS4W yang lain Banyak sekali modul-modul yang disediakan oleh MS4W guna menunjang aplikasi yang dibuat. Beberapa diantaranya adalah: chameleon_ms4w-2.4.1.zip fusion_1.0.3_ms4w.zip gmap_ms4w_ms5.zip ka-map-ms4w-1.0.zip ms_ogc_workshop-1.0.6.zip openlayers-2.5_ms4w.zip pmapper-3.2.0-ms4w.zip phpPgAdmin-4.1_ms4w.zip Modul-modul tersebut tas dapat didownload ketika download MS4W di www.maptools.org. Beberapa modul-modul tersebut merupakan framwork yang disediakan oleh MS4W seperti Chameleon, Fusion, Gmap, Ka-Map, dan Pmapper. Berikut ini adalah tampilan dari beberapa framework yang disediakan oleh MS4W Gambar 2.10 Tampilan awal dari framework Chameleon 20 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g Gambar 2.11 Tampilan awal dari framework Gmap Gambar 2.12 Tampilan awal dari framework Pmapper 2.3 Database PostgreSQL 2.3.1Pengenalan PostgreSQL 21 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g PostgreSQL atau sering disebut Postgres merupakan salah satu dari sejumlah database open source yang menawarkan skalabilitas, keluwesan, dan kinerja yang tinggi. SQL di PostgreSQL tidaklah seperti yang kita temui pada RDBMS umumnya. Perbedaan penting antara PostgreSQL dengan sistem relasional standar adalah arsitektur PostgreSQL yang memungkinkan user untuk mendefinisikan sendiri SQL-nya, terutama pada pembuatan function atau biasa disebut sebagai stored procedure. Hal ini dimungkinkan karena informasi yang disimpan oleh PostgreSQL bukan hanya tabel dan kolom, melainkan tipe, fungsi, metode akses, dan banyak lagi yang terkait dengan tabel dan kolom tersebut. Semuanya terhimpun dalam bentuk class yang bisa diubah user. Arsitektur yang menggunakan class ini lazim disebut sebagai object oriented. Untuk platform Windows, PostgreSQL hanya bisa berjalan jika tipe format harddisk yang digunakan adalah NTFS, jika tipe format FAT/FAT32 PostgreSQL tidak bisa diinstall. Sedangkan untuk platform yang lain, PostgreSQL bisa berjalan tanpa syarat khusus. 2.3.2 PostGIS PostGIS adalah extension dari PostgreSQL yang bersifat objectrelational database server yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan fitur SIG dalam database server. PostGIS adalah software Open Source yang tidak perlu membeli lisensi untuk menggunakannya. PostGIS dikembangkan oleh Refractions Research of Victoria sebagai proyek penelitian teknologi database spasial. PostGIS mempunyai karakteristik unik tersendiri yang membedakannya dengan database yang lain, seperti : PostGIS mendukung semua fitur OGC (OpenGIS Consortium) seperti : titik, garis, polygon, multipoint, multiline, multipoligon, dan GeometryCollection. PostGIS menggunakan teks format OGC dalam perintah SQL untuk merepresentasikan fitur SIG. PostGIS menyediakan proses indexing secara cepat dengan menggunakan GiST (Generalized Search Tree) atau R-Tree indexes 2.3.3 Menyimpan Data SHP Ke PostgreSQL PostgreSQL mempunyai fasilitas untuk melakukan convert data ESRI Shapefile ke dalam database PostGIS / PostgreSQL. Fungsi yang 22 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g digunakan adalah “shp2pgsql” dengan beberapa opsi, seperti contoh berikut : -d Menghapus tabel database sebelum membuat tabel baru dengan data Shapefile tersebut. -a Memasukkan data dari Shapefile ke dalam tabel database. -c Buat tabel baru. Ini adalah opsi default. -p Hanya menghasilkan kode SQL hasil pembuatan tabel tanpa menambahkan datu aktualnya. -D Menggunakan PostgreSQL "dump" format untuk data keluaran. -s <SRID> Membuat dan mempopulasikan tabel geometry dengan SRID tertentu. -I Membuat GiST index dalam kolom geometry. Contoh : # shp2pgsql shaperoads myschema.roadstable > roads.sql # psql -d roadsdb -f roads.sql atau # shp2pgsql shaperoads myschema.roadstable | psql -d roadsdb 2.3.4 Membuat Data SHP dari PostgreSQL PostgreSQL juga mempunyai fasilitas untuk melakukan convert data database PostGIS / PostgreSQL ke dalam ESRI Shapefile. Fungsi yang digunakan adalah “pgsql2 shp” dengan beberapa opsi, seperti contoh berikut : pgsql2shp [<options>] <database> [<schema>.]<table> pgsql2shp [<options>] <database> <query> Perintah – perintah opsinya antara lain : -f <filename> Memasukkan keluaran ke dalam filename. -h <host> Host database untuk melakukan koneksi. -p <port> Port untuk melakukan koneksi ke database host. -P <password> 23 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g Password user untuk berkoneksi dengan database. -u <user> Username yang digunakan untuk berkoneksi dengan database. -g <geometry column> Kolom geometry yang digunakan untuk saat memasukkan Shapefile. Contoh : # pgsql2shp –f jalan.shp –h localhost –p 5432 –u user –P password database tabel. 24 | B a b I I T e o r i P e n u n j a n g