Vol. 01 / No. 01 / November 2012 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari kebudayaan manusia, dimana bahasa dan budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Majalah Djaka Lodhang merupakan salah satu contoh penyampaian bahasa secara tertulis, sebagai salah satu media massa cetak berbahasa Jawa. Melalui majalah Djaka Lodhang selain memuat tentang bahasa juga memuat tentang sastra dan budaya. Tidak mengherankan jika pengkajian yang mendalam banyak dilakukan untuk mengungkap berbagai hal yang sangat luas. Dalam hal ini terkait dengan perubahan-perubahan dari pembentukan suatu kata dan perubahan makna kata (verba denominal). Perubahan bentuk kata verba denominal bahasa Jawa terdapat tiga perubahan, yaitu: (a). Perubahan kata jadian yang diturunkan dari bentuk kata dasarnya, yaitu dengan memperoleh afiksasi atau imbuhan berupa prefiks, sufiks, konfiks, dan afik gabung. (b). Perubahan bentuk kata ulang yang diturunkan dari bentuk kata dasarnya. Dalam penelitian ini ditemukan dwipurwa, ulang afiks, dan ulang semu. (c). Perubahan bentuk kata majemuk yang diturunkan dari bentuk kata dasarnya. Dalam penelitian ini ditemukan majemuk berafiks. Setiap pembentukan kata pada proses morfologi menimbulkan nosi atau arti baru akibat dari adanya proses tersebut. Perubahan makna kata verba denominal bahasa Jawa berdasar gradasi kadar pembentuk verba. verba denominal bahasa Jawa pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2008 kurang produktif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian pada kesimpulan yang hanya ditemukan adanya 3 macam perubahan bentuk, dan terdapat 37 macam perubahan makna kata. Kata kunci: Majalah Djaka Lodhang, verba denominal. A. Pendahuluan Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol, bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dalam berkomunikasi bahasa sebagai sarana yang digunakan oleh setiap orang untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain, baik berupa bahasa lisan maupun tulisan. maka, setiap orang diperlukan pemahaman tentang apa dan bagaimana penggunaan bahasa yang baik dan benar. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 71 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 Bahasa Jawa digunakan oleh penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan dan dilestarikan oleh orang Jawa terutama orang DIY dan Jateng. Bahasa jawa dihormati dan diberi tempat untuk hidup dan berkembang. Kedudukan bahasa daerah ditentukan, dibina, dan dilestarikan oleh pemerintah. Hal tersebut, dibuktikan dengan adanya pasal 32 ayat 2, yaitu ”Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa kedudukan bahasa Jawa adalah sebagai bahasa daerah dan yang berkewajiban melestarikan membina dan mengembangkan bahasa Jawa adalah negara dan rakyat pemilik bahasa Jawa. Salah satu wujud pelestarian, pembinaan, dan pengembangan bahasa Jawa yaitu dengan terbitnya majalah-majalah berbahasa Jawa. Adapun majalah-majalah berbahasa Jawa tersebut antara lain Djaka Lodhang, Mekar Sari, Panjebar Semangat, dan Jaya Baya. Majalah Djaka Lodhang adalah majalah berbahasa Jawa yang terbit pertama kali pada tahun 1971 di Yogyakarta. Majalah tersebut terbit setiap hari sabtu dalam satu minggu. Setiap bulan majalah tersebut terbit sebanyak 4-5 kali tergantung jumlah minggu dalam tiap bulan. Dalam majalah Djaka Lodhang selain memuat tentang bahasa juga memuat tentang sastra dan budaya. Majalah merupakan salah satu contoh penyampaian bahasa secara tertulis, sebagai salah satu media massa cetak. Majalah adalah bagian dari kebudayaan manusia, dimana bahasa dan budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Sebagai pengguna bahasa perlu memahami bahasa itu sendiri, dengan pengkajian dan penelitian bahasa yang mendalam. Sebagai objek kajian, bahasa mempunyai berbagai persoalan yang sangat luas. Pada tulisan ini, penulis mengkaji tentang perubahan-perubahan dari pembentukan suatu kata. Pembentukan kata selain mempelajari proses pembentukan kata-kata juga mempelajari pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata dan makna kata. Kata dapat dibentuk atau diturunkan dari kata dasar itu sendiri, tetapi juga dari kata dasar kata lain, contohnya kata kerja. Kata kerja tidak hanya dapat dibentuk dari kata dasar kata kerja, tetapi juga dari kata dasar kata benda, kata keadaan, kata bilangan, kata ganti, dan lain-lain. Dalam hal ini kajian akan menekankan pada Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 72 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 kata kerja yang dibentuk dan diturunkan dari kata benda atau dalam istilah morfologi disebut verba denominal. Dalam penelitian tentang verba denominal ini, tidak menekankan pada proses pembentukan kata-kata, tetapi perubahan-perubahan bentuk kata, dan makna kata. Penelitian ini menekankan pada perubahan-perubahan, karena suatu golongan kata dapat ditransformasikan ke golongan kata lain dan perlu diketahui perubahan transformasi kata tersebut. Penelitian ini menekankan golongan kata kerja yang dapat ditransformasikan ke dalam golongan kata lain, misalnya dari kata kerja dapat ditransformasikan ke dalam kata benda. Suatu kata juga dapat diartikan dengan berbagai macam makna setelah mengalami perubahan bentuk. Dengan demikian, dalam penelitian tentang verba denominal juga perlu memaparkan perubahan bentuk kata dan makna kata tersebut. B. Proses Morfologi Kata Menurut Mulyana (2007: 5) Istilah “morfologi” diturunkan dari bahasa Inggris morphology, artinya cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang susunan atau bagian-bagian kata secara gramatikal. Secara etimologi, istilah morfologi sebenarnya berasal dari Yunani, yaitu gabungan antara morphe yang artinya „bentuk‟ dan logos berarti „ilmu‟ (Ralibi dalam Mulyana, 2007: 5). Yasin (1987: 20) mengemukakan morfologi ialah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan bentuk kata atau struktur kata dan pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap jenis kata dan makna kata. Ramlan (1987: 21) menyatakan bahwa pengertian morfologi adalah sebagai berikut: “Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik”. Proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1987: 51). Dalam berbagai bahasa, berlaku proses morfologi tersebut, karena setiap bahasa tidak akan sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Dengan kata lain, dalam bahasa Jawa tentu Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 73 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 berlaku proses morfologi atau pembentukan kata. Dalam pembentukan kata terdapat tiga proses, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. C. Verba Denominal Untuk menentukan apakah sebuah kata bahasa Indonesia termasuk kata kerja atau tidak, dapat ditinjau dari sudut: 1. morfologis (bentuk kata) kata-kata bahasa Indonesia yang mengandung afiks atau imbuhan me-, ber-, di-, ter-, -kan, -i, termasuk kelas kata kerja. Contoh: menyanyi, menyapu, bermain, berdendeng, ditulis, diambil, terinjak, tersenggol, naikkan, doakan, tulisi, lempari, dll. 2. fraseologis (kelompok kata) a. kata-kata bahasa Indonesia yang dapat berfrase dengan kata dengan + kata sifat, termasuk kelas kata kerja. Contoh: berjalan dengan cepat, baca dengan cemat, pukul dengan keras,dll. b. kata-kata bahasa Indonesia yang dapat berfrase dengan kata akan, hendak, ingin, tidak, boleh, telah, sedang, sambil, termasuk kelas kata kerja. Contoh: akan makan, akan pergi, hendak bermain, hendak menari, ingin bertemu, ingin menengok, tidak masuk, tidak minum, boleh pergi, boleh berbicara, sedang belajar, sedang menulis, telah mandi, sambil minum, dll. Dapat dikenali melalui (1) bentuk morfologis, (2) perilaku sintaksis, dan (3) perilaku semantis dari keseluruhan kalimat. Selain itu, verba dapat didampingi dengan kata tidak. Ia tidak belajar di kampus. Ia tidak makan di rumah. Mereka tidak menulis makalah. Berdasarkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan menjadi: (1) verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum, duduk, dan tidur, (2) verba turunan a) verba dasar + afiks (wajib) menduduki, mempelajari, menyanyi, me-manggil-manggil, menanyakan; b) verba dasar + afiks (tidak wajib) (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci; c) verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib) bertemu, bersua, mengungsi; d) reduplikasi atau bentuk ulang berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais; e) majemuk cuci mata, naik Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 74 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 haji, belai kasih. Berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi), verba dapat dibedakan menjadi (1) verba transitif disertai objek (a) monotransitif, misalnya: menyanyikan lagu, membacakan buku, melukiskan pemandangan, dan memperhatikan temannya; (b) verba bitransitif, misalnya: menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Maju Tak Gentar, membaca majalah, dan surat kabar, (c) verba ditransitif, misalnya: mengembangkan agrobisnis, lembaga pendididkan internasional, dan pendidikan berteknologi tinggi. (2) verba intransitif tidak menghendaki adanya objek. Ia berdagang. Berdasarkan perpindahan kelas kata: (1) verba denominal (nomina ke verba), misalnya: berbudaya, mencangkul, dan mencambuk; (2) verba deadjektif, misalnya: menghina, menyakiti, dan mencintai, (3) deadverbial, misalnya: menyudahi, memung-kinkan, mengakhiri, dan mengawali. Verba denomial adalah verba yang terbentuk dari nomina. Contoh: berbudaya, bertelur, memahat, merotan, menyemir. D. Perubahan Bentuk Kata Verba Denominal Bahasa Jawa pada Majalah Djaka Lodhang Perubahan bentuk kata pada verba denominal bahasa Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008 dapat diklasifikasikan sebagai berikut, a) perubahan kata jadian yang diturunkan dari kata dasarnya, b) perubahan kata ulang yang diturunkan dari kata dasarnya, dan c) perubahan kata majemuk yang diturunkan dari kata dasarnya. Masing-masing akan dibahas lebih lanjut. 1. Perubahan kata jadian yang diturunkan dari kata dasarnya Adapun proses morfologi yang terjadi pada pembentukan verba denominal bahasa Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008 khususnya dalam pembentukan kata jadian yang diturunkan dari kata dasarnya berupa proses afiksasi. Dalam proses afiksasi meliputi prefiks dengan imbuhan ater-ater hanuswara N- terdiri atas n-, ny-, m-, ng-; ater-ater tripurusa dak-, tak-, kok-, di-; prefik ka-, ke-, ma-, me-; sufiks -i, -en, -an; konfiks m- / -i, ng- / -i , m- / -ake, di- / -i, di- / -ake, ke- / -an; afiks gabung n- / -i, ny- / -i, m- / -i, Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 75 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 ng- / -i, ny- / -ake, m- / -ake, ng- / -ake, ny- / -e, m- / -na, dak- / -i, tak- / -i , di- / -i, di- / -ake, di- / -na, ka- / -ake, -in- / -an, -in- /-ake. 2. Perubahan kata rangkap yang diturunkan dari kata dasarnya Adapun proses morfologi yang terjadi pada pembentukan verba denominal bahasa Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008 khususnya dalam pembentukan kata rangkap yang diturunkan dari kata dasarnya berupa proses perulangan. Dalam proses perulangan meliputi perulangan dwipurwa, ulang afik, dan ulang semu. Nosi dwipurwa pada kata verba denominal ditemukan 5 macam nosi dwipurwa, yakni (1) nosi dwipurwa pada kekemul, ialah mengenakan; (2) nosi dwipurwa pada tetamba, ialah menggunakan sebagai; (3) nosi dwipurwa pada peputra, ialah mempunyai; (4) nosi dwipurwa pada dedagangan, ialah melakukan tindakan; dan (4) nosi dwipurwa pada bebandan, ialah membuat/menghasilkan. Nosi ulang afiks pada kata verba denominal ditemukan 7 macam nosi ulang afiks, yakni (1) nosi ulang afiks pada pit-pitan, ialah naik/mengendarai; (2) nosi ulang afiks pada jaran-jaranan, ialah menyerupai; (3) nosi ulang afiks pada bal-balan, ialah menggunakan; (4) nosi ulang afiks pada disilet-silet, ialah dikenai berulangulang; (5) nosi ulang afiks pada ngoca-ngaca, ialah menggunakan berulang-ulang; (6) nosi ulang afiks pada nyenyandhang, yakni mengenakan; dan (7) nosi ulang afiks pada tetanen yakni menjadi. 3. Perubahan kata pemajemukan yang diturunkan dari kata dasar Adapun proses morfologi yang terjadi pada pembentukan verba denominal bahasa Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008 khususnya dalam pembentukan kata majemuk yang diturunkan dari kata dasarnya berupa proses pemajemukan. Dalam proses pemajemukan dalam penelitian ini ditemukan majemuk berafiks. E. Perubahan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa pada Majalah Djaka Lodhang Hasil penelitian perubahan makna kata verba denominal bahasa Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008 di atas, Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 76 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 terdapat 37 macam perubahan makna kata verba yang diturunkan dari kata benda. Dari hasil penelitian setiap kata bentukan memiliki makna berbeda-beda berdasarkan gradasi kadar imbuhan pembentuk verba bukan berdasarkan jenis imbuhan yang melekat pada verba (arti/nosi), antara lain: 1. Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan dengan menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat dan benda. 2. Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan atau menjadi apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna orang 3. Perubahan makna kata kerja menuju ke/ pergi ke apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat dan arah 4. Perubahan makna kata kerja melakukan tindakan dengan naik apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat. 5. Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan dengan membuat apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda 6. Perubahan makna kata kerja mengeluarkan (mempunyai) aran kongkrit yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna orang dan benda 7. Perubahan makna kata kerja bermakna merasa apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna hewan 8. Perubahan makna kata kerja bermakna mempunyai apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda dan orang 9. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan dengan menempati apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat 10. Perubahan makna kata kerja bermakna perbuatan yang dilakukan oleh orang pertama tunggal yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat dan alat 11. Perubahan makna kata kerja bermakna perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak yang diturunkan dari kata benda bermakna alat Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 77 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 12. Perubahan makna kata kerja bermakna dikenai tindakan dengan menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat dan benda 13. Perubahan makna kata kerja bermakna diberi atau diolesi sesuatu yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat dan benda 14. Perubahan makna kata kerja bermakna dibuat menjadi apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda dan orang 15. Perubahan makna kata kerja bermakna dimasukkan dalam apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat dan tempat 16. Perubahan makna kata kerja bermakna peristiwa yang diacu terjadi dengan tidak sengaja yang diturunkan dari kata benda bermakna benda dan orang 17. Perubahan makna kata kerja bermakna belajar pada, atau memiliki apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna orang 18. Perubahan makna kata kerja bermakna perintah untuk melakukan tindakan dengan menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat dan benda 19. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan untuk diri sendiri dengan memakai/mengenakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda 20. Perubahan makna kata kerja bermakna mengadakan pertunjukkan yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda 21. Perubahan makna kata kerja bermakna nama permainan yang diturunkan dari kata benda bermakna benda, tempat, dan hewan 22. Perubahan makna kata kerja bermakna memberi apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda 23. Perubahan makna kata kerja bermakna berulang-ulang memasukkan sesuatu ke dalam yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 78 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 24. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan dengan keadaan seperti yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda 25. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan dengan menyerupai apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna sebagai benda, orang, dan hewan 26. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan perbuatan untuk uwong lain yang diturunkan dari kata benda bermakna alat, tempat, benda, dan orang 27. Perubahan makna kata kerja bermakna dikenai perbuatan dengan digunakan sebagai apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat 28. Perubahan makna kata kerja bermakna berulang-ulang dimasukkan dalam sesuatu yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda 29. Perubahan makna kata kerja bermakna di dalam keadaan yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat 30. Perubahan makna kata kerja bermakna tindakan yang dilakukan untuk uwong lain dengan menggunakan yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat 31. Perubahan makna kata kerja bermakna dibuat menyerupai apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna orang 32. Perubahan makna kata kerja bermakna meskipun dikenai apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat 33. Perubahan makna kata kerja bermakna meskipun diberi apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat 34. Perubahan makna kata kerja bermakna dikenai tindakan berulang kali menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat 35. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan berulangulang dengan menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat dan benda Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 79 Vol. 01 / No. 01 / November 2012 36. Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan berulang-ulang dengan membuat apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda 37. Perubahan makna kata kerja mengandung atau menjadi apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda F. Simpulan Dalam morfologi selain mempelajari seluk beluk kata juga mempelajari perubahan- perubahan yang terjadi dalam pembentukan kata. Penelitian ini menganalisis tentang perubahan-perubahan tersebut, yakni: 1. Pembentukan suatu kata tidak terlepas dari perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata dalam penelitian ditemukan 3 macam perubahan bentuk, yakni: perubahan bentuk kata jadian yang diturunkan dari bentuk kata dasar, perubahan bentuk kata ulang yang diturunkan dari bentuk kata dasar dan perubahan bentuk kata majemuk yang diturunkan dari bentuk kata dasarnya. 2. Selain perubahan bentuk kata dalam penelitian ini, juga terjadi perubahan makna kata. Perubahan makna kata verba denominal bahasa Jawa dalam penelitian ditemukan 37 macam perubahan makna kata verba denominal berdasarkan gradasi kadar pembentuk verba. DAFTAR PUSTAKA Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa Bentuk dan Struktur Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publiher. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono. Samsuri. 1978. Analisis Bahasa. Jakarta.: Penerbit Erlangga. Yasin, Sulchan. 1987. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 80