VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA

advertisement
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA
PADA MAJALAH DJAKA LODHANG
EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008
Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S.
Universitas Muhammadiyah Purworejo
ABSTRAK
Majalah merupakan bagian dari kebudayaan manusia, dimana
bahasa dan budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Majalah
Djaka Lodhang merupakan salah satu contoh penyampaian bahasa secara
tertulis, sebagai salah satu media massa cetak berbahasa Jawa. Melalui
majalah Djaka Lodhang selain memuat tentang bahasa juga memuat
tentang sastra dan budaya. Tidak mengherankan jika pengkajian yang
mendalam banyak dilakukan untuk mengungkap berbagai hal yang
sangat luas. Dalam hal ini terkait dengan perubahan-perubahan dari
pembentukan suatu kata dan perubahan makna kata (verba denominal).
Perubahan bentuk kata verba denominal bahasa Jawa terdapat tiga
perubahan, yaitu: (a). Perubahan kata jadian yang diturunkan dari bentuk
kata dasarnya, yaitu dengan memperoleh afiksasi atau imbuhan berupa
prefiks, sufiks, konfiks, dan afik gabung. (b). Perubahan bentuk kata
ulang yang diturunkan dari bentuk kata dasarnya. Dalam penelitian ini
ditemukan dwipurwa, ulang afiks, dan ulang semu. (c). Perubahan bentuk
kata majemuk yang diturunkan dari bentuk kata dasarnya. Dalam
penelitian ini ditemukan majemuk berafiks. Setiap pembentukan kata
pada proses morfologi menimbulkan nosi atau arti baru akibat dari
adanya proses tersebut. Perubahan makna kata verba denominal bahasa
Jawa berdasar gradasi kadar pembentuk verba. verba denominal bahasa
Jawa pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2008 kurang produktif. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian pada kesimpulan yang hanya
ditemukan adanya 3 macam perubahan bentuk, dan terdapat 37 macam
perubahan makna kata.
Kata kunci: Majalah Djaka Lodhang, verba denominal.
A. Pendahuluan
Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol,
bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang dipakai
sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan
pikiran. Dalam berkomunikasi bahasa sebagai sarana yang digunakan oleh setiap
orang untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain,
baik berupa bahasa lisan maupun tulisan. maka, setiap orang diperlukan
pemahaman tentang apa dan bagaimana penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
71
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
Bahasa Jawa digunakan oleh penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan
dan dilestarikan oleh orang Jawa terutama orang DIY dan Jateng. Bahasa jawa
dihormati dan diberi tempat untuk hidup dan berkembang. Kedudukan bahasa
daerah ditentukan, dibina, dan dilestarikan oleh pemerintah. Hal tersebut,
dibuktikan dengan adanya pasal 32 ayat 2, yaitu ”Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa kedudukan bahasa
Jawa adalah sebagai bahasa daerah dan yang berkewajiban melestarikan membina
dan mengembangkan bahasa Jawa adalah negara dan rakyat pemilik bahasa Jawa.
Salah satu wujud pelestarian, pembinaan, dan pengembangan bahasa Jawa yaitu
dengan terbitnya majalah-majalah berbahasa Jawa. Adapun majalah-majalah
berbahasa Jawa tersebut antara lain Djaka Lodhang, Mekar Sari, Panjebar
Semangat, dan Jaya Baya. Majalah Djaka Lodhang adalah majalah berbahasa
Jawa yang terbit pertama kali pada tahun 1971 di Yogyakarta. Majalah tersebut
terbit setiap hari sabtu dalam satu minggu. Setiap bulan majalah tersebut terbit
sebanyak 4-5 kali tergantung jumlah minggu dalam tiap bulan. Dalam majalah
Djaka Lodhang selain memuat tentang bahasa juga memuat tentang sastra dan
budaya. Majalah merupakan salah satu contoh penyampaian bahasa secara tertulis,
sebagai salah satu media massa cetak. Majalah adalah bagian dari kebudayaan
manusia, dimana bahasa dan budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Sebagai pengguna bahasa perlu memahami bahasa itu sendiri, dengan pengkajian
dan penelitian bahasa yang mendalam. Sebagai objek kajian, bahasa mempunyai
berbagai persoalan yang sangat luas. Pada tulisan ini, penulis mengkaji tentang
perubahan-perubahan dari pembentukan suatu kata.
Pembentukan kata selain mempelajari proses pembentukan kata-kata juga
mempelajari pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata dan makna kata. Kata
dapat dibentuk atau diturunkan dari kata dasar itu sendiri, tetapi juga dari kata
dasar kata lain, contohnya kata kerja. Kata kerja tidak hanya dapat dibentuk dari
kata dasar kata kerja, tetapi juga dari kata dasar kata benda, kata keadaan, kata
bilangan, kata ganti, dan lain-lain. Dalam hal ini kajian akan menekankan pada
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
72
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
kata kerja yang dibentuk dan diturunkan dari kata benda atau dalam istilah
morfologi disebut verba denominal.
Dalam penelitian tentang verba denominal ini, tidak menekankan pada
proses pembentukan kata-kata, tetapi perubahan-perubahan bentuk kata, dan
makna kata. Penelitian ini menekankan pada perubahan-perubahan, karena suatu
golongan kata dapat ditransformasikan ke golongan kata lain dan perlu diketahui
perubahan transformasi kata tersebut. Penelitian ini menekankan golongan kata
kerja yang dapat ditransformasikan ke dalam golongan kata lain, misalnya dari
kata kerja dapat ditransformasikan ke dalam kata benda. Suatu kata juga dapat
diartikan dengan berbagai macam makna setelah mengalami perubahan bentuk.
Dengan demikian, dalam penelitian tentang verba denominal juga perlu
memaparkan perubahan bentuk kata dan makna kata tersebut.
B. Proses Morfologi Kata
Menurut Mulyana (2007: 5) Istilah “morfologi” diturunkan dari bahasa
Inggris morphology, artinya cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang
susunan atau bagian-bagian kata secara gramatikal. Secara etimologi, istilah
morfologi sebenarnya berasal dari Yunani, yaitu gabungan antara morphe yang
artinya „bentuk‟ dan logos berarti „ilmu‟ (Ralibi dalam Mulyana, 2007: 5).
Yasin (1987: 20) mengemukakan morfologi ialah ilmu yang mempelajari
hal-hal yang berhubungan dengan bentuk kata atau struktur kata dan pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap jenis kata dan makna kata. Ramlan
(1987: 21) menyatakan bahwa pengertian morfologi adalah sebagai berikut:
“Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal
maupun fungsi semantik”.
Proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1987: 51). Dalam berbagai bahasa, berlaku
proses morfologi tersebut, karena setiap bahasa tidak akan sama antara bahasa
yang satu dengan bahasa yang lain. Dengan kata lain, dalam bahasa Jawa tentu
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
73
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
berlaku proses morfologi atau pembentukan kata. Dalam pembentukan kata
terdapat tiga proses, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses
pemajemukan.
C. Verba Denominal
Untuk menentukan apakah sebuah kata bahasa Indonesia termasuk kata
kerja atau tidak, dapat ditinjau dari sudut:
1. morfologis (bentuk kata)
kata-kata bahasa Indonesia yang mengandung afiks atau imbuhan me-,
ber-, di-, ter-, -kan, -i, termasuk kelas kata kerja. Contoh: menyanyi,
menyapu, bermain, berdendeng, ditulis, diambil, terinjak, tersenggol,
naikkan, doakan, tulisi, lempari, dll.
2. fraseologis (kelompok kata)
a. kata-kata bahasa Indonesia yang dapat berfrase dengan kata dengan +
kata sifat, termasuk kelas kata kerja. Contoh: berjalan dengan cepat,
baca dengan cemat, pukul dengan keras,dll.
b. kata-kata bahasa Indonesia yang dapat berfrase dengan kata akan,
hendak, ingin, tidak, boleh, telah, sedang, sambil, termasuk kelas kata
kerja. Contoh: akan makan, akan pergi, hendak bermain, hendak
menari, ingin bertemu, ingin menengok, tidak masuk, tidak minum,
boleh pergi, boleh berbicara, sedang belajar, sedang menulis, telah
mandi, sambil minum, dll.
Dapat dikenali melalui (1) bentuk morfologis, (2) perilaku sintaksis, dan
(3) perilaku semantis dari keseluruhan kalimat. Selain itu, verba dapat didampingi
dengan kata tidak. Ia tidak belajar di kampus. Ia tidak makan di rumah. Mereka
tidak menulis makalah. Berdasarkan bentuk kata (morfologis), verba dapat
dibedakan menjadi: (1) verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum,
duduk, dan tidur, (2) verba turunan a) verba dasar + afiks (wajib) menduduki,
mempelajari, menyanyi, me-manggil-manggil, menanyakan; b) verba dasar +
afiks (tidak wajib) (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci; c) verba dasar (terikat
afiks) + afiks (wajib) bertemu, bersua, mengungsi; d) reduplikasi atau bentuk
ulang berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais; e) majemuk cuci mata, naik
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
74
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
haji, belai kasih. Berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi), verba dapat
dibedakan menjadi (1) verba transitif disertai objek (a) monotransitif, misalnya:
menyanyikan
lagu,
membacakan
buku,
melukiskan
pemandangan,
dan
memperhatikan temannya; (b) verba bitransitif, misalnya: menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan Maju Tak Gentar, membaca majalah, dan surat kabar, (c)
verba ditransitif, misalnya: mengembangkan agrobisnis, lembaga pendididkan
internasional, dan pendidikan berteknologi tinggi. (2) verba intransitif tidak
menghendaki adanya objek. Ia berdagang.
Berdasarkan perpindahan kelas kata: (1) verba denominal (nomina ke
verba), misalnya: berbudaya, mencangkul, dan mencambuk; (2) verba deadjektif,
misalnya: menghina, menyakiti, dan mencintai, (3) deadverbial, misalnya:
menyudahi, memung-kinkan, mengakhiri, dan mengawali. Verba denomial adalah
verba yang terbentuk dari nomina. Contoh: berbudaya, bertelur, memahat,
merotan, menyemir.
D. Perubahan Bentuk Kata Verba Denominal Bahasa Jawa pada Majalah
Djaka Lodhang
Perubahan bentuk kata pada verba denominal bahasa Jawa pada majalah
Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008 dapat
diklasifikasikan sebagai berikut, a) perubahan kata jadian yang diturunkan dari
kata dasarnya, b) perubahan kata ulang yang diturunkan dari kata dasarnya, dan c)
perubahan kata majemuk yang diturunkan dari kata dasarnya. Masing-masing
akan dibahas lebih lanjut.
1.
Perubahan kata jadian yang diturunkan dari kata dasarnya
Adapun proses morfologi yang terjadi pada pembentukan verba denominal
bahasa Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun
2008 khususnya dalam pembentukan kata jadian yang diturunkan dari kata
dasarnya berupa proses afiksasi. Dalam proses afiksasi meliputi prefiks dengan
imbuhan ater-ater hanuswara N- terdiri atas n-, ny-, m-, ng-; ater-ater tripurusa
dak-, tak-, kok-, di-; prefik ka-, ke-, ma-, me-; sufiks -i, -en, -an; konfiks m- / -i,
ng- / -i , m- / -ake, di- / -i, di- / -ake, ke- / -an; afiks gabung n- / -i, ny- / -i, m- / -i,
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
75
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
ng- / -i, ny- / -ake, m- / -ake, ng- / -ake, ny- / -e, m- / -na, dak- / -i, tak- / -i , di- / -i,
di- / -ake, di- / -na, ka- / -ake, -in- / -an, -in- /-ake.
2.
Perubahan kata rangkap yang diturunkan dari kata dasarnya
Adapun proses morfologi yang terjadi pada pembentukan verba denominal bahasa
Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008
khususnya dalam pembentukan kata rangkap yang diturunkan dari kata dasarnya
berupa proses perulangan. Dalam proses perulangan meliputi perulangan
dwipurwa, ulang afik, dan ulang semu.
Nosi dwipurwa pada kata verba denominal ditemukan 5 macam nosi dwipurwa,
yakni (1) nosi dwipurwa pada kekemul, ialah mengenakan; (2) nosi dwipurwa
pada tetamba, ialah menggunakan sebagai; (3) nosi dwipurwa pada peputra, ialah
mempunyai; (4) nosi dwipurwa pada dedagangan, ialah melakukan tindakan; dan
(4) nosi dwipurwa pada bebandan, ialah membuat/menghasilkan.
Nosi ulang afiks pada kata verba denominal ditemukan 7 macam nosi ulang afiks,
yakni (1) nosi ulang afiks pada pit-pitan, ialah naik/mengendarai; (2) nosi ulang
afiks pada jaran-jaranan, ialah menyerupai; (3) nosi ulang afiks pada bal-balan,
ialah menggunakan; (4) nosi ulang afiks pada disilet-silet, ialah dikenai berulangulang; (5) nosi ulang afiks pada ngoca-ngaca, ialah menggunakan berulang-ulang;
(6) nosi ulang afiks pada nyenyandhang, yakni mengenakan; dan (7) nosi ulang
afiks pada tetanen yakni menjadi.
3.
Perubahan kata pemajemukan yang diturunkan dari kata dasar
Adapun proses morfologi yang terjadi pada pembentukan verba denominal bahasa
Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008
khususnya dalam pembentukan kata majemuk yang diturunkan dari kata dasarnya
berupa proses pemajemukan. Dalam proses pemajemukan dalam penelitian ini
ditemukan majemuk berafiks.
E. Perubahan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa pada Majalah Djaka
Lodhang
Hasil penelitian perubahan makna kata verba denominal bahasa Jawa pada
majalah Djaka Lodang edisi bulan Juli sampai September tahun 2008 di atas,
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
76
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
terdapat 37 macam perubahan makna kata verba yang diturunkan dari kata benda.
Dari hasil penelitian setiap kata bentukan memiliki makna berbeda-beda
berdasarkan gradasi kadar imbuhan pembentuk verba bukan berdasarkan jenis
imbuhan yang melekat pada verba (arti/nosi), antara lain:
1.
Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan dengan menggunakan
apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda
bermakna alat dan benda.
2.
Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan atau menjadi apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna orang
3.
Perubahan makna kata kerja menuju ke/ pergi ke apa yang dinyatakan
bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat dan arah
4.
Perubahan makna kata kerja melakukan tindakan dengan naik apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat.
5.
Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan dengan membuat apa
yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna
benda
6.
Perubahan makna kata kerja mengeluarkan (mempunyai) aran kongkrit
yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna
orang dan benda
7.
Perubahan makna kata kerja bermakna merasa apa yang dinyatakan bentuk
dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna hewan
8.
Perubahan makna kata kerja bermakna mempunyai apa yang dinyatakan
bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda dan orang
9.
Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan dengan
menempati apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata
benda bermakna tempat
10. Perubahan makna kata kerja bermakna perbuatan yang dilakukan oleh
orang pertama tunggal yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat
dan alat
11. Perubahan makna kata kerja bermakna perbuatan yang dilakukan oleh
orang kedua, baik tunggal maupun jamak yang diturunkan dari kata benda
bermakna alat
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
77
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
12. Perubahan makna kata kerja bermakna dikenai tindakan dengan
menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata
benda bermakna alat dan benda
13. Perubahan makna kata kerja bermakna diberi atau diolesi sesuatu yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat
dan benda
14. Perubahan makna kata kerja bermakna dibuat menjadi apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda
dan orang
15. Perubahan makna kata kerja bermakna dimasukkan dalam apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat
dan tempat
16. Perubahan makna kata kerja bermakna peristiwa yang diacu terjadi dengan
tidak sengaja yang diturunkan dari kata benda bermakna benda dan orang
17. Perubahan makna kata kerja bermakna belajar pada, atau memiliki apa
yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna
orang
18. Perubahan makna kata kerja bermakna perintah untuk melakukan tindakan
dengan menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan
dari kata benda bermakna alat dan benda
19. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan untuk diri
sendiri dengan memakai/mengenakan apa yang dinyatakan bentuk dasar
yang diturunkan dari kata benda bermakna benda
20. Perubahan makna kata kerja bermakna mengadakan pertunjukkan yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda
21. Perubahan makna kata kerja bermakna nama permainan yang diturunkan
dari kata benda bermakna benda, tempat, dan hewan
22. Perubahan makna kata kerja bermakna memberi apa yang dinyatakan
bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda
23. Perubahan makna kata kerja bermakna berulang-ulang memasukkan
sesuatu ke dalam yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata
benda bermakna benda
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
78
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
24. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan dengan
keadaan seperti yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata
benda bermakna benda
25. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan dengan
menyerupai apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata
benda bermakna sebagai benda, orang, dan hewan
26. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan perbuatan untuk uwong
lain yang diturunkan dari kata benda bermakna alat, tempat, benda, dan
orang
27. Perubahan makna kata kerja bermakna dikenai perbuatan dengan
digunakan sebagai apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari
kata benda bermakna tempat
28. Perubahan makna kata kerja bermakna berulang-ulang dimasukkan dalam
sesuatu yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda
bermakna benda
29. Perubahan makna kata kerja bermakna di dalam keadaan yang dinyatakan
bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna tempat
30. Perubahan makna kata kerja bermakna tindakan yang dilakukan untuk
uwong lain dengan menggunakan yang dinyatakan bentuk dasar yang
diturunkan dari kata benda bermakna alat
31. Perubahan makna kata kerja bermakna dibuat menyerupai apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna orang
32. Perubahan makna kata kerja bermakna meskipun dikenai apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat
33. Perubahan makna kata kerja bermakna meskipun diberi apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna alat
34. Perubahan makna kata kerja bermakna dikenai tindakan berulang kali
menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata
benda bermakna alat
35. Perubahan makna kata kerja bermakna melakukan tindakan berulangulang dengan menggunakan apa yang dinyatakan bentuk dasar yang
diturunkan dari kata benda bermakna alat dan benda
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
79
Vol. 01 / No. 01 / November 2012
36. Perubahan makna kata kerja melakukan pekerjaan berulang-ulang dengan
membuat apa yang dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata
benda bermakna benda
37. Perubahan makna kata kerja mengandung atau menjadi apa yang
dinyatakan bentuk dasar yang diturunkan dari kata benda bermakna benda
F. Simpulan
Dalam morfologi selain mempelajari seluk beluk kata juga mempelajari
perubahan- perubahan yang terjadi dalam pembentukan kata. Penelitian ini
menganalisis tentang perubahan-perubahan tersebut, yakni:
1. Pembentukan suatu kata tidak terlepas dari perubahan bentuk kata.
Perubahan bentuk kata dalam penelitian ditemukan 3 macam perubahan
bentuk, yakni: perubahan bentuk kata jadian yang diturunkan dari bentuk
kata dasar, perubahan bentuk kata ulang yang diturunkan dari bentuk kata
dasar dan perubahan bentuk kata majemuk yang diturunkan dari bentuk
kata dasarnya.
2. Selain perubahan bentuk kata dalam penelitian ini, juga terjadi perubahan
makna kata. Perubahan makna kata verba denominal bahasa Jawa dalam
penelitian ditemukan 37 macam perubahan makna kata verba denominal
berdasarkan gradasi kadar pembentuk verba.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa Bentuk dan Struktur Bahasa Jawa.
Yogyakarta: Kanwa Publiher.
Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V.
Karyono.
Samsuri. 1978. Analisis Bahasa. Jakarta.: Penerbit Erlangga.
Yasin, Sulchan. 1987. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha
Nasional.
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
80
Download