Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 1-10 RUMAH TROPIS HEMAT ENERGI BENTUK KEPEDULIAN GLOBAL WARMING Prianto, E *) Abstrak Salah satu penyebab pemanasan global adalah peningkatan emisi CO2 di atmosfer. Kondisi semacam ini membuat bumi semakin panas dan mempengaruhi keseimbangan kehidupan di masa yang akan datang, es di kutub mencair, permukaan air laut naik, hingga terciptanya badai angin dan sederetan bencana di masa datang. Membiarkan kondisi lingkungan seperti itu, berarti kita siap menelantarkan masa depan anak-anak dan cucu kita kelak dengan warisan lingkungan yang semakin jelek. Pemakaian listrik dari pembangkit berbahan bakar fosil menjadi salah satu penyebab Pemanasan Global tersebut, karena menambah peningkatan emisi CO2. Bangunan yang didisain dengan tidak memperhitungkan pemakaian listrik berkonstribusi terhadap perusakan lingkungan, padahal kebutuhan listrik tak bisa dihindari bila kondisi udara di luar semakin panas. Pengaruh iklim luar tersebut tertransmisi kedalam bangunan rumah tinggal dan menyebabkan beban pendinginan semakin besar. 40-50% energi listrik dalam rumah tinggal dibutuhkan untuk proses pendinginan (Air Conditioner), prosentase ini akan semakin meningkat bila iklim luar semakin jelek. Usaha penghematan listrik pada skala bangunan, paling mudah diterapkan pada skala rumah tinggal dengan mentraitment konfigurasi arsitekturalnya, karena 80% penyebab beban panas yang berasal dari luar dengan mempertimbangkan kembali disain sistem penerangan dan pendinginan hingga disain kulit bangunan. Tercapai 70% pengurangan konsumsi listrik dari pensimulasian antara model rumah yang respond dan tidak respond terhadap lingkungan. Dan lebih berhemat 30%-40% lagi bila rumah melibatkan unsur tanaman dan air. Penelitian ini menegaskan, bahwa dari skala rumah tinggal sekalipun, terutama aspek pemakaian energi listrik dan disain rancangannya, berkonstribusi keperdulian dampak pemanasan global yang mendunia. “Lestarikan bumiku, kumulai dari rumah tinggalku” Kata kunci : Pemanasan Global, Listrik, Rumah Hemat Energi, Konfigurasi Arsitektural Abstract One causal factor of global warming is the increase of CO2 emission in the atmosphere.This condition causes the world temperature getting hotter, the ice in the pole is melt, dryness, the extreme different temperature of day and night, hurricane, and other dangerous disasters in the future.It means we bequeathed bad environment to the next generation.The use of fossil fuel is the main factor of the global warming because it increases the emission of CO2. Building design must consider the use of electricity because it contributes to the environmental damage. Hot temperature causes the operation of cooling device requires about 40-50% electricity consumption in residential scale.It will increase if the environmental temperature getting hotter. To save electricity on the residential scale, we must design architectural configuration accurately in building envelope,lighting,and cooling systems because 80% of thermal load caused by external factors. The electricity consumption will decrease of 70% by considering climate in the surrounding nature. The element of water and plants in the building design will add the energy saving up to 30-40%. This study proved the building design and consumption of electricity in the residential scale have contribution on the global warming. The movement of Saving the world starts from our house. Keywords : Global warming,Electricity,Energy Saving House, Architectural Configuration Pendahuluan 1 Rumah Tropis Hemat Energi.... Semakin besar peningkatan emisi CO2 di atmosfer, bila tidak segera ditangani, diperkirakan tahun 2050 permukaan air laut akan naik 5 m. Bukankah akan banyak pulau-pulau atau dataran pantai yang hilang ?? Isu Global warming, menjadi prediksi bencana yang urgent dan harus diatasi secara komprehensif. Energi Listrik berkonsumsi bahan bakar tak terbarukan berpotensial meningkatkan emisi CO2. International Energy Agence melaporkan di tahun 2006, bahwa penyebab emisi CO2, 19% disebabkan karena konsumsi listrik dan sisanya yang terparah sekitar 70% karena emisi kendaraan bermotor. Data memaparkan bahwa pengadaan listrik di Indonesia, masih didominan oleh pemakaian bahan bakar yang berpotensi dalam meningkatnya emisi CO2, hal ini menjadi suatu tantangan dalam mengembangkan sumber-sumber daya lainnya yang minim berdampak terhadap emisi CO2/ berkonsep ramah lingkungan. Konsep perolehan energi listrik yang berwawasan lingkungan menjadikan pendekatan pertama dalam mengatasi pemanasan global. Yang kedua, dilihat dari tingkat pelanggan listrik terdapat 90% berasal dari skala rumah tinggal (ada sekitar 30 juta dari 33 juta lebih pelanggan PLN seluruh Indonesia) lainnya berupa kelompok pelanggan sektor bisnis, sosial, perkantoran dan industri. Maka sasaran di tingkat rumah tangga ataupun kelompok sektor perumahan menjadikan pendekatan kedua dalam berperan meminimalisir masalah pemanasan global yang makin urgent dari waktu ke waktu. Bilamana tak ada usaha pengantisipasian sejak dini, apalagi keberadaan perumahan yang semakin meningkat selaju pertumbuhan penduduk, maka dapat dibayangkan bahwa tantangan ‘mendinginkan’ bumi semakin sulit atau bumi akan semakin panas. Di Era semakin maju dan serba modern, kehadiran listrik sudah menjadi kebutuhan primer kehidupan manusia. Segala kelengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk tempat berlindungpun (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan kenyamanan. Apalagi, ambience lingkungan berubah terus, bahkan terus berdegradasi kearah kehancuran, pepohonan banyak ditebang, ruang terbuka hijau perkotaan semakin menyempit, bahkan area taman berangsur-angsur berubah menjadi area hunian bertingkat, maka tak ayal bila bumi makin panas bahkan didaerah pegunungan sekalipun kini sudah banyak dijumpai bangunan yang ber AC (Air Condioner). ‘Kegagalan’ atau ketidak jelian merancang dengan tidak mempertimbangkan pengaruh iklim setempat dalam merancang hunian ini, 2 (Prianto, E) menyebabkan kita menghadirkan energi tambahannya, bahkan tanpa disadari menjadi energi utama, yaitu kita sebut listrik. Bayangkan apa yang terjadi, bilamana suatu hunian benarbenar tergantung pada sumber energi ini, disaat dadakan listrik padam, maka padam pula segala aktivitas didalamnya, dan kondisi di dalam sangat tidak nyaman. Dalam hitungan beberapa detik suhu dalam ruangan akan meningkat tajam. Ada 2 (dua) katagori bangunan berdasarkan fungsi termalnya, yaitu suatu bangunan yang beban termalnya yang didominasi oleh kemampuan permukaan kulit bangunannya, dan yang kedua, adalah beban termal yang memang terbentuk karena kegiatan internalnya. Dan Rumah tinggal masuk dalam katagori pertama, yaitu beban yang didominasi kulit (Skin Load Dominated). Hal ini memberi pemahaman bahwa rekapitulasi terjadinya beban termalnya tidak disebabkan hanya aktifitas penghuni ataupun kelengkapan penunjangnya saja, tetapi justru karena akumulasi beban panas dari kulit bangunan dalam merespond iklim eksteriornya lah yang paling dominan. Makin kecil disain bangunan merespond terhadap iklim eksterior (panas matahari, hujan dan keberadaan angin serta kelembaban) maka makin besar total beban panas yang terjadi dalam hunian ini. Dan konsekuensinya dalam usaha memperoleh kondisi kenyamanan penghuni didalamnya maka akan membutuhkan beban tambahan untuk sistem pendinginan. Atau dapat dikatakan bahwa “Metoda yang effektif dalam mengurangi energi dalam suatu bangunan hunian adalah pada disain arsitektural yang mengadaptasi iklim”. Statement klasik tersebut sering didengungkan para arsitek tapi dalam pengaplikasiannya sering tak terstruktur, misalnya : Mendisain rumah dengan memperhitungkan kebutuhan/dampak beban panas yang akan terjadi (kegiatan penghuni, alat elektronik hingga beban panas oleh pancaran sinar matahari) bukankah belum banyak dilakukan oleh arsitek-arsitek kita di Indonesia? Diakui kehadiran AC dalam rumah tinggal daerah tropis, apalagi untuk wilayah perkotaan tidak bisa ditinggalkan begitu saja, sebab, sebagaimana dipaparkan di depan, tuntutan kehadiran AC bukan sekedar untuk pemenuhan kebutuhan kenyamanan thermal saja, tapi kenyamanan akustik dan oudour pun jadi kelebihannya. Kini, dalam usaha mengeffisienkan pemakaian listrik dalam rumah, tentunya akan lebih bijak bilamana kita mengetahui dulu sejauh mana pemakaian listrik di dalam rumah. Beberapa penelitian sebelumnya, didapatkan untuk Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 1-10 pengamatan pada rumah type 21 hingga 120, didapatkan komposisi pemakaian lstrik sebagaimana tersaji pada gambar 5. Suatu pilihan yang dilematis, satu aspek disain rumah triopis menuntut kehadiran alat pendinginan buatan, aspek lainnya dia-lah pengkonsumsi energi terbesar didalam rumah, yaitu sebesar 38-40% dari konsumsi listrik totalnya (lampu 5-10%, perlengkapan rumah tangga lainnya 1-9%). Bagaimana cara berhematnya ? konsumsi pemakaian listrik dalam rumah tangga (dari study rumah type 21,36,45,60&90) Rice 10% lampu pemanas air 5% kolam 4% 1% Setrika 9% Mesin cuci 9% Sanyo 6% Radio/Tape 1% TV 2% Komputer 10% AC 38% KulkasKipas 2% 3% Gambar 01 Profil prosentase konsumsi listrik dalam rumah tinggal Mengetahui fenomena tersebut, maka strategi yang tepat dan effisien dalam menghemat listrik di dalam rumah tinggal yang ber AC tentunya dengan mengoptimalkan pemakaian AC dapat ditempuh dengan beberapa upaya seperti: pilihan AC yang hemat listrik, penempatan AC yang sesuai dengan kebutuhan aktifitas didalamnya, pola penggunaan para penghuni/pemakai dan suatu tantangan bagi para pemprodusen/peneliti bidang rekayasa per-AC-an, bilakah mungkin diciptakan AC dengan daya sebesar bolam lampu 10 watt !! Sebenarnya merupakan peran arsiteklah yang berkonstribusi terhadap rancangan kulit bangunan rumah tinggal; karena 80% panas yang tertimbun dalam bangunan ditemukan karena disain kulit bangunan (penimbunan panas karena karena radiasi sinar matahari langsung, dinding dan ventilasi udara), aspek pancaran sinar matahari yang langsung masuk kedalam ruangan, kondisi bahan pelapis pada komponen dinding ekterior dan kondisi tatanan element ruang luar. Dari paparan tersebut diatas, maka pada penelitian ini akan diteliti tentang : o o o o Aspek-aspek disain arsitektur pada skala rumah tinggal apa saja yang memberi konstribusi pada pengurangan pemakaian energi listrik ? Bagaimana strategi dan kiat-kiat dalam menekan pengkonsumsian pemakaian listrik ? Bagaimana langkah Audit energi dalam rumah tinggal Dan akhirnya kita dapatkan jawaban makna atau pemahaman dari konsep Rumah Hemat Energi. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan Reseach and Development (R&D), yaitu suatu penelitian yang ditindaklanjuti dengan pengembangan suatu model (Model Rumah Hemat Energi). Dalam tahapan penelitian ini akan dihasilkan suatu output berupa konsep-konsep dan trik-trik yang diharapkan dapat cepat teraplikasi di bagi pengguna bangunan khususnya rumah tinggal. Sebagai obyek penelitian ditahapan kedua ini adalah disain-disain rumah tinggal kelas menengah kebawah, dimana sering dijadikan obyek bagi gerakan hemat energi yang didengungkan pihak PLN. Kajian pustaka atau kritikal riview merupakan bagian awal dari penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai dalam mengantarkan permasalahan betapa pentingnya peran sektor perencana/disain perumahan dalam usaha gerakan hemat energi dan permasalahan global warming. Ada tiga strategi disain ekterior yang akan dikaji, yaitu sistem penerangan, pendinginan dan disain penutup bangunannya. Agar pengaplikasian lebih mudah, maka beberapa trik disain di sertai dalam setiap pembahasan tersebut Dan papa penelitian kali ini, kami membatasi strategi penerangannya dan disain penutup atapnya terlebih dulu dari sisi perancanaan eksteriornya. Sebagai tindak lanjut dari tahap pertama dari penelitian ini adalah mengambil beberapa obyek disain rumah yang dapat mewakili kondisikondisi dalam mencapai maksud dan tujuan penelitian dengan langkah analisa audit energi dan analisa konfigurasi arsitektural. Sesuai dengan jenis data yang ada, dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskrisikualitatif, dengan pengertian bahwa pengolahan data yang berupa angka-anga (data kuantitatif) maupun data kualitatif selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Urutan analisaisnya meliputui 3 Rumah Tropis Hemat Energi.... paparan data dan sajiannya, penganalisaan dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis atau kesimpulan yang diambil dapat dijadikan dasar melakukan action atau langkah penelitian selanjutnya ke arah lebih detail/teknis enginnering. Audit energi Yang dimaksud dengan audit energi dalam skala rumah tinggal ini adalah suatu proses pengevaluasian pemakaian alat-alat listrik yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pengguna dengan cara penentuan sasaran obyek, review informasi, atur jadwal, hingga perlakuan audit. Dalam penelitian ini, kita mengambil obyek dari suatu rumah tinggal bertipe 45 berdaya 1200 VA, untuk 1 (satu) keluarga yang dilengkapi seperangkat peralatan rumah tangga berupa kebutuhan penerangan, pendinginan hingga pada alat-alat kebutuhan keseharian. Tingkat evaluasi pengematan listrik dari langkah audit energi ini, disederhanakan dengan cara memperbandingkan dua perlakuan : pertama, perlakuan pemakaian perangkat listrik dalam rumah tinggal tersebut secara ‘normal’/ kebiasaan yang ada sehari-hari dan kedua, perlakukan dengan dilakukannya langkah ‘effisiensi’. Bagaimana halnya untuk rumah yang akan dihuni (sedang dijual belikan)? Maka langkah audit energi yang dilakukan adalah pendataan data dan pilih sebijak mungkin perangkat elektronik yang hendak digunakan sesuai tingkat kebutuhan, misal apakah perlu lampu di teras sebanyak 6 bolam ? kenapa bolam tersebut pijar, bukan flourence ? dimanakah letak yang tepat? Dan beberapa pertanyaan, yang mengarahkan kita pada pemakaian listrik secara tepat dan berfungsi tanpa meninggalkan aspek estetis yang diharapkan. Konfigurasi arsitektural Dengan mengambil 3 (tiga) obyek rumah tinggal yang dijadikan model pengamatan secara ekstrem. Model pertama, sebuah rumah yang dikatagorikan tak tanggap terhadap faktor iklim setempat, dengan spesifikasi menggunakan atap datar (dak beton), dinding batu bata tanpa plesteran, model bukaan dinding tanpa tritisan, masih menggunakan lampu pijar 100 W, penghuni berkegiatan belajar, dimana suhu udara diluar 35°C dan suhu yang diharapkan 25°C. Model kedua, sebuah rumah dikatagorikan tanggap terhadap faktor iklim setempat dengan menerapkan prinsip-prinsip strategi penerangan dan pendinginan serta pemakaian material kulit bangunan sebagaimana dipaparkan diatas, model ini, berspesifikasi, atap berventilasi, dinding dilapis plester dan ditambah pelapisan cat terang, jendela 4 (Prianto, E) berkonstruksi kayu dan terlindung dengan sempurna sehingga terbentuk daerah bayangan yang optimal/ sinar matahari tidak masuk kedalam, penggunaan lampu dieffisienkan pada pemilihan lampu hemat energi 15 watt jenis flourence (tidak panas bila dibandingkan lampu pijar) dan kondisi luar serta tuntutannya dianggap sama. Model ketiga, sebuah rumah dikatagorikan ramah terhadap lingkungan, dengan spesifikasi seperti model ke dua, hanya pada area ruang luar dihadirkan tanaman dan air sebagai pengisi ruang terbuka, dengan demikian suu ruang luarnya yang semula 35°C diasumsikan sudah turun menjadi 31°C. Hasil dan Pembahasan 1. Strategi disain eksterior rumah hemat energi Dua strategi disain dalam usaha mencapai penghematan pemakaian listrik skala rumah tinggal yang hendak diulas dan dianalis dalam penelitian kali ini adalah, yaitu, Pertama, Strategi Sistem Penerangan dan Kedua, Strategi Sistem Pelapisan Bangunan / kulit bangunan. Dan masingmasing strategi tersebut kami analisis diskriptif dari berbagai referensi penelitian terkait untuk lingkup disain eksterior bangunan. 1.1. Strategi disain sistem penerangan Secara prinsip dalam strategi disain penerangan ditentukan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu penerangan dalam suatu bangunan, seperti : a) Arah sumber datangnya cahaya matahari, b) Penzonaan ruangan dan lay-out bangunan, c) Aspek pemantulan, d). Pembentuk daerah bayangan dan e) Penerangan elektrik. Perlu kami singgung kembali bahwa bahwa salah satu kunci Green Disain adalah keberhasilan dalam pengaturan distribusi cahaya siang untuk memenuhi tuntutan aktifitas penghuni di dalamnya. Kalau kehadiran pencahayaan elektrik menjadi tuntutan suatu bangunan, maka pemaksimalan efisiensi dapat dicapai bilamana kehadirannya sebagai supplement bukan pengganti cahaya siang. Beberapa point berikut ini merupakan suatu strategi penerangan dari aspek eksternal, seperti : Pertama, pertimbangan orientasi bangunan terhadap lintasan matahari Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 1-10 Arah lintasan matahari dan orientasi ekterior bangunan sangat terkait dengan pembentukan bayangan dalam ruangan yang signifikan menyebabkan besar kecilnya intensitas penerangan dan panas radiasi sinar matahari yang masuk dalam bangunan. Pada bangunan berorientasi yang ke arah Barat, karena penumpukan panas setelah matahari terbenam pun masih akan terasa hingga pk. 21.00, artinya walau matahari telah terbenam suhu dalam ruangan yang beroriantasi ke arah barat masih tinggi/ suasana masih sangat hangat. Tips : Bangunan yang masih menyimpan beban panas berlebihan hingga larut malam, ciptakan ventilas alamiah terlebih dulu secara optimal (penempatan bukaan semaksimal), sebelum dilakukan pemasangan alat pendingin (AC). Merupakan suatu bentuk pemborosan listrik bilama alat pendingin tsb hanya effektif difungsikan untuk ‘nenetralisir’ sisa beban panas. Kedua, pertimbangan prospek kondisi site. Dengan mengetahui keberadaan site disekitarnya, diharapkan kita sudah dapat mengestimasi adanya kemungkinnan halangan akses sinar matahari yang mengenai bangunan hunian yang direncanakan. Hal ini dilakukan agar kekuatiran terhalangnya cahaya yang diharapkan bisa diprediksi. Penghalang ini misalnya terdapatnya bangunan bertingkat tinggi pada tetangga sehingga rumah kita akan selalu berada dibawah bayang-bayang matahari bangunannya dan akhirnya penempatan/disain jendela di rumah kita menjadi tak berfungsi secara optimal.. Tips : Kreasikan bentuk bukaan atap transparan, agar pencahayaan masih dapat diperoleh walau kanan kiri bangunan terhalang. Ketiga, jadikan peluang dalam berkreasi pada sisi fasade bangunan. Pemahaman lintasan matahari, waktu perubahan iklim/musim dan layout dari tatanan ruangan dalam komposisi bangunan terhadap aspek penerangan alami ini, akhirnya akan mengarahkan kreatifitas arsitek dalam menampilkan bentuk bukaan pada fasade bangunannya terutama fasade prinsipalnya. Tips : Pendekatan pembuatan fasade yang diciptakan dengan didasari terlebih dulu pada pertimbangan strategi penerangan alami ini merupakan bagian dari strategi penciptaan rumah hemat energi. Keempat, pertimbangan effek pemantulan kulit luar bangunan. Pertimbangkan secara bijak effek pemantulan cahaya dari permukaan atap dan dinding luar suatu bangunan yang dirancang, karena hal ini memposisikan pada kondisi dualistik : pertama, pemantulan yang berlebihan akan berakibat pada pemanasan suhu lingkungan, namun satu sisi sangat membantu timbunan beban panas pada kulit bangunan, kedua, berkurangnya effek pemantulan akan berakibat pada rendahnya suhu lingkungan, namun satu sisi akan menimbulkan penumpukan beban panas ada pada bahan dinding. Pertimbangan pemantulan ini juga harus didasari pada pilihan yang tepat terhadap pilhan material, warna, dan tekstur. Tips : Pertimbangkan kembali pilihan warna dan tektur dari masing-masing sudut tampilan bangunan ekterior anda. Warna dan tektur permukaan tak lagi dipukul rata untuk tampilan sekeliling fasade eksteriornya. Tampilan ekterior yang menimbulkan penyerapan panas yang banyak sangat bermanfaat untuk penempatan ruangan basah di dalamnya, seperti kamar mandi atau tempat cuci. Kelima, eksplorasikan potensi iklim setempat Maksud dari ekplorasi potensi iklim setempat adalah kesadaran kita tinggal di daerah tropis, di mana sepanjang tahun hunian berlimpahan pancaran sinar matahari. Mengapa tidak di ekplorasi penerangan elektrik dengan pengembangan disain inovatif penerapan sistim fotovoltaic ??. Bukankah seharusnya sudah menjadi style pemecahan penerangan untuk aspek eksterior bangunan ?? artinya sangatlah boros, bila energi listrik dipergunakan juga untuk penerangan lingkungan atau jalan, sedangkan pada sisi tersebut terdapat limpahan sinar matahari. Tips : walau hingga kini terbatas pada teknologi /hasil terapan sistim penerangan fotovoltaic, mulailah aplikasi pengematan listrik dari skala penerangan ekterior yang menggunakan sistem ini, misalnya penerangan taman dan jalan masuk. 1.2. Strategi disain untuk bidang penutup “Memanfaatkan kapasitas properti material untuk memelihara kenyamanan udara” Parameter kenyamanan tidak sebatas pada element iklim eksterior dan unsur manusia saja, tapi kecermatan seorang arsitek/perencana harus dapat menterjemahkan sejauh mana peranan disain pelapisan kulit bangunan, seperti element dinding, atap dan lantai serta model bukaan dinding dalam memainkan peranan untuk menciptakan kenyamanan thermal dan visual. 5 Rumah Tropis Hemat Energi.... Pertama, pilihlah bahan pelapis sesuai iklim setempat Atap adalah mahkota suatu bangunan dan dalam struktur tampilan bangunan arsitektur tradisional kita mengenal 3 (tiga) pembagian komposisi : kepala (atap), badan (dinding) dan kaki (pondasi/tiang penyangga), sehingga peran atap sangat dominan dalam ‘keberhasilan’ suatu bangunan sebagai shelter/perlindungan. Dari aspek termal didapatkan perhitungan matematis, bahwa 2/3 panas yang terjadi dalam bangunan tertranmisi melalui bidang ini. Untuk itu di daerah beriklim panas seperti negara kita, pilihlah material atap yang ‘dingin’ & berwarna cerah. Dan disarankan pula memilih jenis bahan bangunan sebagai element insulasi/isolasi panas yang mempunyai dampak lingkungan rendah, misal : kerangka atap dan bangunan menggunakan bahan kayu ataupun bambu. Trik : Pilihan material, rangka bangunan, dinding hingga pelapis bangunan bernuasa lokal (pengaplikasian konsep Green Design), karena element tersebut dominan mengandung aspek resapan panas yang tinggi yang sangat sesuai pada daerah tropis lembab. Gambar 04 : Efektifitas proteksi atap pada fungsi warna, bentilasi dan kemampuan termalnya Kedua, model pelapisan (single atau double) Pelapis selain berfungsi sebagai isolator panas untuk suatu ruang, juga sering difungsikan sebagai mengontrol kebisingan/akuistik dengan tampilan-tampilan estetis dari disain interior. Beberapa konstruksi kulit bangunan yang difinishing berlapis ganda (double skin) berupa : dinding double, dinding trasparant berlapis/kaca double, dinding panel berlapis, kulit bangunan berlapis udara (bantalan atap) hingga kulit bangunan berlapis tanaman ataupun air 6 (Prianto, E) Pelapisan dinding dengan unsur tanaman (tanaman rambat) dan unsur tirai air (teknik water wall, water spot hingga water curtain) berpotensi dalam mereduksi beban panas. Disain seperti ini, merupakan ujud aplikatif dalam pengembangan konsep Rumah Hemat Energi. Pelapisan berupa suatu volume udara (usahakan udara bergerak/berventilasi sangat effisien dalam mereduksi panas untuk ruang dalam. Pada gambar 20, terlihat beberapa konsep dan peran bentuk atap terhadap fungsi mereduksi panas dari disain atap berwarna gelap dan terang dan disain atap berventilasi warna gelap dan terang. Dimana dihasilkan temuan, bahwa atap terang berventilasi bisa mencapai tingkat serapan panas sebesar 1,9 W/m2 dibanding atap terang tak berventiasi yang hanya 0,5W/m2. Selisih 1,4 W/m2 dalam mereduksi panas sangat signifikan dalam mengurangi beban pendinginan ruang dalam, dengan kata lain penghematan listrik untuk beban sistem pendinginan buatan. Trik : Evaluasi terlebih dulu beban thermal kulit bangunan sebelum menentukan kapasitas AC, dan terapkan serta kreasikan secara inovatif disain finishing dinding dengan melibatkan unsur tanaman, air bahkan lapisan udara yang bergerak pada bidang kulit bangunan yang terkena pancaran sinar matahari langsung (terutama dinding beroriantasi barat dan timur) Ketiga, hindari elemen insulasi yang tak ramah lingkungan Material insulasi/isolasi panas yang mudah ditemukan di lapangan dengan spesifikasi tertentu memang berpotensi dalam menghemat energi, hanya sering tanpa disadari berdampak besar pada lingkungan karena material yang mengandung polusi dan tak dapat didaur ulang sehingga bertentangan dengan konsep ramah lingkungan (Project Greens). Untuk itu disarankan memilih material insulasi yang mempunyai pengaruh lingkungan rendah, bukan dari jenis-jenis papan floam plastik, floam yang disemprot, floam magnesium silikon dan lain-lain. Trik : Manfaatkan bahan material lokal yang beraroma bau-bauan (seperti kayu cendana, kayu manis dll) baik sebagai bahan insulasi dan akustik juga berperan sebagai elemen terapi kesehatan. Keempat, rumah hemat energi dengan eksplorasi pelapisan ‘hijau’ Finishing atap datar dengan elemen hijau, disamping berfungsi untuk penahan air hujan, meningkatkan resistensi thermal dalam mengurangi pengaruh suhu panas lingkungan, juga memungkinkan memberikan space hijau bagi jenis-jenis binatang kecil dan bahkan akses Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 1-10 penghuninya kedalam dalam ruangan terbuka ‘hijau’ miniatur. Terdapat dua type atap hijau (green roof) ataupun taman atap (roof garden) : type intensive dan ekstensive, hal ini terkait dengan bisa atau tidaknya diakses penghuni, jenis tanaman, perawatan dan jenis drainase hingga pada pengaruh beban dari struktur pendukung. Pengukuran suhu rata-rata di bawah atap hijau dapat mencapai 32°C sedangkan tanpa atap hijau menunjukkan suhu rata-rata sebesar 38°C , dimana suhu pada area ekteriorntya 42°C, tentunya hal ini berdampak terhadap pengurangan suhu lingkungan. Trik : Ciptakan penghijauan atap datar, walau hanya berada pada dak tritisan beton diatas jendela dengan sistem ekstensif (perletakan tanaman dalam pot-pot kecil secara rimbun dan padat), karena hal ini mempunyai nilai signifikan terhadap pengurangan panas yang masuk dalam bangunan melalui jendela. Tabel 01 Jumlah titik lampu pada masing-masing ruangan pada rumah type 45 N A M A R U A N G u k u ra n lu a s ttkla m p ulm pn o rm a l (m ) (m 2 ) (b h ) (w a tt) K a m a rT id u rU ta m a ka m a rT id u rA n a k K a m a rT a m u + R .M a ka n K a m a rM a n d i D a p u r+ K o rid o r T e ra sd e p a n + b e la ka n g 3X4 3X4 3X5 1X1 ,5 3x1 ,5 2x1 1 2 1 2 1 5 1 ,5 4 ,5 0 1 1 2 1 1 2 1 5 1 5 2 0 2 0 1 5 2 0 4 5 8 1 0 5 lu a sto ta l 2. Analisa Audit Energi Pada tabel 01, berupa pendataan dari jenisjenis ruang beserta luasan (dalam m2) serta jumlah titik lampu penerangan. Sedangkan pada tabel 02 memaparkan pendataan dari berbagai perangkat berkonsumsi listrik untuk skala kegiatan penghuni di rumah type 45. Dari data tersebut, didapatkan total kebutuhan daya listrik untuk semua perangkat dalam rumah tinggal type 45 sebesar sebesar 2585 Watt, sedangkan daya listrik dalam rumah tinggal hanyalah sebesar 1200VA. Apakah dengan kondisi tersebut akan berfungsi sebagaimana mestinya? Karena daya cuma 1200VA ? jawabnya sejauh total dalam pemakaian dalam rentang waktu bersamaan tak melebihi 1200 VA, maka kondisi daya listrik dalam rumah tersebut tidaklah akan ‘anjlok’. Tabel 02 Pemakaian dan waktu pakai kelengkapan peralatan berkonsumsi listrik pada asumsi penghuni rumah type 45, dengan kondisi pemakaian normal dan kondisi traitment hemat listrik. Perlengkapanelektronik jumlah (bh) Lampu PompaKolam AC1PK Lemari Es Kipas Komputer TV Radio Pompaair MesinCuci Rice Setrika total daya 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 daya (watt) 105 25 750 75 50 300 50 30 150 350 350 350 pemakanseharian normal hemat (jam) (dlmjam) (dlmjam) 12 12 12 24 12 6 12 6 3 2 2 2 12 12 6 24 15 3 6 3 2 1 1 1 2585 Dengan mencermati perangkat elektronik apa saja yang harus hidup 24 jam dan perangkat elektronik mana saja yang hanya cukup dihidupkan 3 jam/hari, bahkan perangkat mana yang hanya cukup digunakan 3 jam /minggu, maka dengan menghitung secara matematis, bilamana penggunaan perangkat berenergi listri tersebut digunakan secara bersamaan diusahakan tidak melebihi 1200 W, dengan berbagai cara seperti : Effisienkan penggunaan alat elektronik berkonsumsi listrik banyak, misalnya AC, Setrika, Rice cooker dll Tidak akan menggunakan perangkat listrik secara bersamaan seperti untuk pemakaian AC, Pompa Sanyo, Setrika apalagi ditambah Rice Cooker. Biasanya saat menggunakan Komputer, dibutuhkan pemakaian AC, maka pergunakan secara effisien lampu-lampu mana yang dibutuhkan. Bukankah Setrika dan Mesin Cuci bisa digunakan hanya sebanyak 2-3 kali dalam seminggu ? Effisienkan jadwal waktu pemakaian AC, sehingga bisa digunakan untuk perlengkapan lainnya, misalnya AC tidak perlu dihidupkan dari Pk.18.00 tepat hingga 06.00 (selama 12 jam), secara effisien AC cukup dinyalakan dari pk.21.00-03.00 (selama 6 jam) Pergunakan secara effisien kipas angin pada saat matahari tebenam hingga pk 21.00 untuk ‘membuang’ penumpukan udara panas dalam ruangan, sebelum menggunakan AC. 7 Rumah Tropis Hemat Energi.... (Prianto, E) Tidak perlu membiasakan TV hidup tanpa di manfaatkan, demikian juga lampu-lampu ruangan KONSUMSI LISTRIK RUMAH TYPE 45 1000 900 900 Dalam perhitungan matematis dari 2 (dua) kondisi perlakuan yang berbeda ternyata didapatkan penurunan pemakaian listrik dalam seharinya berkisar 7.000 Watt/hari atau sebesar 7 KWh (Kilo Watt per jam) Bilamana beban daya listrik dari pihak PLN sebesar Rp.40.000/bulan untuk pemakaian daua 1200VA dan untuk kota Semarang dikenakan penerangan jalan sebesar 8%, serta besarnya tarif listrik dibulatkan menjadi Rp 600/KWh ditahun nopember 2007 ini, maka didapat penurunan biaya langganan pemakaian listrik sebulan sekitar Rp. 150.000, dari konsumsi listrik kondisi normal Rp 400.000,- menjadi tak lebih dari Rp.250.000. Secara diagramatik pensimulasian konsumsi pemakaian listrik untuk type rumah 45 dalam keseharian dalam lingkup hidup berhemat listrik dapat ditampilkan pada diagram dibawah ini : Gambar 05 Skematik visual grafik dari dua kondisi pemakaian perlengkapan elektronik di rumah type 45 dengan kondisi normal dan auditing Tabel 03 Tabel numerik beban panas dari masing-masing model Hasil perhitungan thermal secara matematis, dapat dipresentasikan pada diagram dibawah ini : beban panas model 01 model 02 model 03 (watt) (watt) (watt) 1240 3375 648 406 1240 700 263 56 936 0 100 25 total beban 5669 2259 1061 kebutuhan AC 1,5PK 1PK 0,5PK panas manusia+peralatan panas sinar matahari panas dinding panas ventlasi 800 700 daya (x10Watt) 600 normal 500 audit 450 400 300 228 180 180150 200 100 60 72 75 60 60 30 30 70 60 45 18 18 0 m la fs ef pu m la ko AC Ki s pa r s te lka pu Ku m Ko TV 35 30 70 35 35 i o o ka di uc ny tri .C Ra Sa M Se 35 c Ri e type alat elektronik 4000 3500 3375 3000 2500 3. Analisa konfigurasi arsitektural Tujuan dari penganalisaan konfigurasi arsitektural ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat konsumsi listrik, terutama konsumsi beban pendinginan pada fungsi konfigurasi arsitektural dari 3 (tiga) model rumah tinggal : Rumah tinggal minimalis, model rumah yang respek terhadap iklim dan model yang menghadirkan elemen penghijauan. 2000 1500 1240 1240 1000 936 700 648 500 406 263 100 0 panas manusia+peralatan tanpa tritisan 0 panas sinar matahari bertritisan 56 25 panas dinding panas ventlasi tritisan+hadir tanaman Gambar 06 Grafik komposisi beban panas dari ketiga model 8 Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 1-10 Traitment rumah ramah lingkungan dan rumah hemat energi dalam kasus ini, dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut : Optimalkan kembali fungsi tritisan, kembalikan fungsi sebuah tritisan untuk suatu dinding ataupun penempatan jendela, bukannya ber ‘style’ minimalis, di mana segala bentuk ‘diminimal’ kan sehingga ukuran /dimensinyapun di perkecil yang pada akhirnya tak berfungsi terhadap proteksi sinar matahari dan curah hujan. Perlu diketahui, setiap orientasi fasade banguanan memungkinkan memiliki dimensi tritisan yang berbeda-beda. Gunakan model penutup atap dengan ruang yang teraliri udara (bantalan atas yang berventilasi) Pelapisan dinding dengan element tanaman rambat dan konsep kolam seperti water fall atau water wall. Penempatan pohon peneduh dan water fountain pada elemen ruang luar, sehingga panas ambience luar sudah tereduksi karena kehadirannya.. Kehadiran aspekaspek tanaman maupun air dapat menurunkan suhu hingga 4°C Naikan sedikit tuntutan kenyamanan untuk suasana pendinginan pada suhu yang tak terlalu rendah. Mohon diperhatikan pula bahwa perbedaan temperatur yang ekstrem (melebihi 6°C dari suhu luar dan dalam berakibat pada kesehatan penghuni, maka buatlah ruang transisi diantaranya) Merubah type dan jenis serta daya lampu penerangan, dari pemakaian pijar ke lampu fluorence, yang dicari intensitas penerangan, bukan aspek panas Lindungi dinding dengan lapisan yang mengandung aspek resapan panas yang tinggi dan daya pantul sinar yang besar. Sebagaimana dipaparkan gambar 02 dan tabel 03, beberapa tingkat effisiensi penghematan energi yang signifikan dari model rumah yang tak tanggap lingkungan hingga model yang menghadirkan elemet tanaman pada proses disain. a. Aspek pemakaian AC, dari perhitungan beban panas untuk sistem pendinginan ini, diperoleh penurunan dari konsumsi 1,5Pk untuk beban panas sekitar 6 KW menjadi 1Pk bahkan 0,5 PK karena beban yang tersisa hanya sekitar 100watt/1 KW setelah dilakukan beberapa konfigurasi arsitekturalnya. b. Aspek konsumsi listrik hingga berimbas pada konsumsi langganan listrik bulanan pada kasus ini, diperoleh pengurangan sebesar 3.500 Watt untuk perubahan c. model 01 ke 02 (tingkat penekanan panas mencapai 70-%) dan didapat effisiensi sebesar 4.500W untuk perubahan model 01 ke model 03 (tingkat penekanan beban panas bisa mencapai 80%) Kehadiran elemet tanaman dan air pada konfigurasi arsitektural terdapat perubahan beban panas dari model 02 ke model 03, dimana terdapat penurunan lagi beban panas sebesar 1000 watt (penekanan benan panas sebesar 50%) 4. Pemahaman Rumah Hemat Energi Dari kajian penghematan listrik dari sisi rancangan disain arsitektur dan audit energi diatas, dapatlah disimpulkan sautu definisi dan batasan pemahaman Rumah Hemat Energi, yaitu suatu langkah maju suatu disain arsitektur rumah yang respek terhadap kondisi iklim setempat (sinar matahari dan gerakan udara) dalam usaha mendapatkan kenyamanan penghuni dalam melakukan aktifitasnya (kenyamanan thermal &visual - strategi penerangan & pendinginan) dan ditekankan tanggap terhadap konteks sosial yang terjadi belakangan ini (krisis energi listrik-gerakan hemat energi dan pemanasan global-masalah lingkungan). Kesimpulan Aspek iklim eksterior, tanaman dan air berkonstribusi terhadap penekanan konsumsi listrik dalam rumah tinggal Arsitek bertanggungjawab dalam memberi rancangan yang respond terhadap lingkungan (beban panas dlm ruangan 80% kesalahan disain arsitektur) atau dapat dikatakan konfigurasi arsitektural rumah signifikan terhadap penghematan energi listrik dalam rumah tinggal. Penghematan konsumsi listrik sangat signifikan bila diberlakukan effisiensi dalam penggunaan perangkat berkonsumsi energi besar. Mulailah berhemat listrik dan perduli pada permasalahan global Warming dari skala rumah tinggal kita masing-masing Ucapan Terimakasih Makalah penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian seri pensosialisasian Konsep Rumah Hemat Energi, yang telah mendapat penghargaan untuk 11 (sebelas) Insinyur Indonesia pada HUT ke 55 PII (Persatuan Insinyur 9 Rumah Tropis Hemat Energi.... (Prianto, E) Indonesia) di hadapan Menteri ESDM dan Presiden RI di Bandung 24 Mei 2007 yll, dalam bidang Penghematan Energi dan Pengembangan Energi Terbarukan. Tak lupa pula penulis mengucapkan kepada Ibu Rina Ciputra Sastrawinata – CIPUTRA GROUP, yang telah merealisasikan Seminar HOME DESING GOING GREEN yang diselenggarakan di Hotel Ciputra, Jakarta 5 September 2007 dalam usaha memberi kiat-kiat hemat energi dan keperdulian pada permasalahan Global Warming dalam lingkungan properti di Indonesia. Mayer,E, “Objective Criteria for Thermal Comfort”, Building and environment, Vol.28, No.4, 1993, pp. 399-403. Daftar Pustaka Prianto, E, (2004), “Ambience Arsitektur : Terapan dalam Modelisasi Numerik”, Majalah Teknik, Edisi 2, th XXIV, Fak;Teknik Undip, hal 17-30. -----, (2007), “Pimpinan APEC Kurangi Effec Rumah Kaca”, Kompas 9 September , Hal 1&15 -----, (2007), Pemanasan Global : “ Jutaan Orang Akan terancam”, Kompas 12 April, hal 1&15 Anomim, (2007) “Rumah Hemat Energi”, Majalah Serial Rumah, PT. Gramedia, Jakarta Depecker, P, “Qualite Thermique des Ambience”, Agence Francaise pour la maitrise de l’Energie, Paris, 1999 Fanger,P.O., “Thermal Comfort“, New York: McGraw-Hill, 1972, 244 pp. Gandemer,J., ”Guide sur la climatisation naturelle de l’habitat en climat tropical humide – Tome 1: Méthodologie de prise en compte des paramètres climatiques dans l’habitat et conseils pratiques”, CSTB, Nantes, 1992, pp. 64-68. Iftikhar,A., Raja,J., Nicol Fergus,J. McCartney Kathryn, Humphreys Michel,A., “Thermal comfort : use of control in naturally ventilated buildings”, Energy and Buildings, 33, 2001, pp.235-244. Karyono, T,H, (2007), “Pemanasan Bumi dan Dosa Arsitek”, Rubrik Opini Kompas, 11 September, Hal.7 Kuswatin, N, (2007), “Carbon-Sink : Upaya Meresponds Pemanasan Global”, Kompas 10 September, Hal 1-15 Lassa, J, (2007), “Alam Tak Pernah Membangun Rumah”, Rubrik Opini Kompas, 15 september, Hal.6 10 Olgyay,V., “Design with climate – Bio-climatic approach to architecture regionalism“, Princeton University Press, USA, 1973, p. 94-112. Permanasari, I, (2007), “Perubahan Iklim : Semua Pihak Bisa Ikut Sumbang Perbaikan”, Kompas Phillips Dan, (2000), “Good Houskeeping : The Ecofriendly Home”, Herper Collins Illustrated, London Prianto, E, (2005), “Arsitektur Jendela Respond Gerakan Hemat Energi”, Jurnal Ilmiah Nasional EFISIENSI & KONSERVASI ENERGI, Vol.1, No.1, FT, Undip, hal 1-11 Prianto, E, (2006-2007), “CHEZ-VOUS : Rumah Kita”, Dialog Interaktif Radio Trijaya 89,8fm , Minggu pk 15.00-16.00, Semarang Prianto, E, (2007), “Energy Efficient Building as Manifesto of Enviromental Issue”, Seminar HOME DESIG GOING GREEN, Hotel Ciputra, Jakarta Prianto, E, (2007), “Mewujudkan Semarang Hijau, mulailah dari skala Rumah Tangga”, Kompas Rubrik KOTA KITA, Agustus Prianto,E, Houpert,S, Depecker,P, Peneau,JP, “Contribution of numerical simulation with SOLENE to find out the traditional Architecture Type of Cayenne –Guyana France”, International Journal on Architecture Science, Vol.1, No.4, Hongkong, 2001, pp.156-180. Prianto,E. and Depecker,P., “Characteristic of Air Flow as The Effect of Balcony, Opening Design and Internal Division on Indoor Velocity ”, Energy and Building,Vol.34. No.4. 2002, pp.401409. Satwiko, P, (2005), “Arsitektur Sadar Energi”, Penerbit Andi Jogyakarta, ISBN 979-731-793-5, 220 hal