0 penerapan model kooperatif tipe practice rehearsal pairs pada

advertisement
0
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE PRACTICE REHEARSAL
PAIRS PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VIII
SMP PGRI RAKSA BUDI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
Dika Heti Susanti1, Tri Ariani, M.Pd.Si2, Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si3.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA
STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRACT
This thesis entitled "Application of Cooperative Model Type Practice Rehearsal Pairs on
Physics Learning Student Class VIII SMP PGRI Raksa Budi Lessons 2016/2017". The
problem formulation in this research is "Is the application of cooperative model type Practice
Rehearsal Pairs can significantly improve physics learning result of class VIII SMP PGRI
Raksa Budi academic year 2016/2017?". This study aims to determine the improvement of
physics learning outcomes after applied cooperative model type Practice Rehearsal Pairs in
class VIII SMP PGRI Raksa Budi academic year 2016/2017. The type of research is quasiexperimental research, with the design used is one group pretest and posttest design.
Population in this research is all student of class VIII SMP PGRI Raksa Budi Lesson Year
2016/2017. The research sample consisted of one class taken at random by drawing the class
VIII4 which amounted to 24 students. Technique of collecting data using technique of test in
essay form amounted to seven item. Student test score data were analyzed using t-test. Based
on result of analysis of final test data with 95% confidence level obtained thitung (3,08) and
ttable (1,714) because tcount> ttable, mean H0 rejected and Ha accepted, hence obtained
conclusion that application of model type Practice Rehearsal Pairs can significantly increase
the result of physics learning of class VIII SMP PGRI Raksa Budi academic year 2016/2017.
Keywords: Cooperative Model Type Practice Rehearsal Pairs, Learning Outcomes, Physics.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena
dengan pendidikan akan menentukan peradaban manusia pada masa yang akan datang.
Peranan pendidikan dalam hal ini tidak hanya penting bagi perkembangan individu,
melainkan perkembangan bangsa dan negara bahkan dunia. Menurut Trianto (2010:1)
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam
arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan. Melalui proses pendidikan diharapkan siswa dapat tumbuh dan
berkembang menjadi lebih baik.
Yulaelawati (2007:5)
menjelaskan
bahwa
tujuan pendidikan adalah untuk
mewujudkan dan meningkatkan pengembangan kualitas manusia menuju warga negara yang
1
Mahasiswa
2 dan 3
Pembimbing/Program Studi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017
1
memahami ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mencapai hal tersebut tentu tidak terlepas
peran guru pada proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama di sekolah. Guru adalah
sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap peningkatan kualitas
pendidikan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar seorang
guru seharusnya mengggunakan model pembelajaran yang edukatif sebagai sarana pendidikan
dalam memberikan penjelasan materi kepada peserta didik. Dengan menggunakan model
pembelajaran yang cocok sesuai dengan karakteristik siswa dan materi, diharapkan akan lebih
mudah dalam memahami materi yang diberikan oleh pendidik. Semakin mudah peserta didik
memahami materi yang diberikan pendidik, maka diharapkan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan di setiap lembaga pendidikan lebih baik dan mampu meningkatkan mutu peserta
didik. Dengan meningkatnya mutu peserta didik, maka tujuan pendidikan akan tercapai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMP PGRI Raksa Budi pada tanggal 23
Januari 2017 ternyata hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika belum sesuai dengan yang
diharapkan, terlihat dari nilai semester sebelumnya di salah satu kelas VIII yang berjumlah 90
siswa, hanya 37,78% yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan
62,22% belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah
yaitu 72. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa pada pelajaran
fisika.
Untuk meningkatkan hasil belajar dan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran
fisika, maka guru harus berusaha menggunakan model pembelajaran yang dapat mengatasi
agar siswa bisa lebih aktif dan fokus pada pelajaran. Oleh sebab itu diperlukan perbaikan
proses pembelajaran fisika di sekolah melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat dan
dapat meningkatkan peran aktif siswa.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
fisika dan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif.
Menurut Wena (2011:189) pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah
siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan
bersama. Ada berbagai macam jenis dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah
model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs. Menurut Zaini (2008:81) model Practice
Rehearsal Pairs (praktek berpasangan) yaitu metode dimana siswa dikelompokkan dalam
pasangan-pasangan (berpasangan) dengan temannya sendiri yang satu mengamati dan yang
satunya lagi mempraktekkan.
2
Berdasarkan alasan tersebut, peneliti memilih SMP PGRI Raksa Budi sebagai tempat
penelitian karena berdasarkan studi pendahuluan, penelitian mengenai model kooperatif tipe
Practice Rehearsal Pairs ini belum pernah diterapkan di sekolah ini sebelumnya. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif
Tipe Practice Rehearsal Pairs pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VIII SMP PGRI Raksa
Budi Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalah dalam penelititan ini adalah “Apakah
penerapan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs terhadap hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SMP PGRI Raksa Budi tahun pelajaran 2016/2017 secara signifikan tuntas?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model kooperatif tipe Practice
Rehearsal Pairs terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP PGRI Raksa Budi tahun
pelajaran 2016/2017.
B. LANDASAN TEORI
Menurut Sujiyanto (2013:145) model Practice Rehearsal Pairs adalah model yang
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan untuk
mempraktikkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran yang melibatkan mental dan fisik peserta didik dengan harapan suasana
pembelajaran lebih menyenangkan dan hasil belajar maksimal. Model Practice Rehearsal
Pairs (praktek berpasangan) yaitu model dimana siswa dikelompokkan dalam pasanganpasangan (berpasangan) dengan temannya sendiri yang satu mengamati dan yang satunya lagi
mempraktekkan (Zaini, 2008:81). Model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs atau praktek
berpasangan adalah strategi sederhana untuk mempraktikan dan mengulang keterampilan atau
prosedur dengan pasangan belajar (Kodir, 2013:146).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa model kooperatif tipe Practice
Rehearsal Pairs adalah model yang kegiatan pembelajarannya siswa dikelompokan secara
berpasangan dengan tugas berbeda yaitu siswa yang satu bertugas sebagai penjelas materi dan
yang satunya sebagai pengoreksi.
Menurut Zaini (2008:81) langkah-langkah pelaksanaan model Practice Rehearsal
Pairs yaitu:
1. Guru memilih satu keterampilan yang akan dipelajari oleh siswa
2. Guru membentuk pasangan-pasangan. Dalam setiap pasangan, buat dua peran, yaitu
penjelas atau pendemonstrasi dan pengecek/pengamat.
3
3. Siswa
yang
bertugas
sebagai
penjelas
atau
demonstrator
menjelaskan
atau
mendemonstrasikan cara mengerjakan keterampilan atau materi yang telah ditentukan oleh
guru.
4. Pengecek/pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang
dilakukan temannya atau pasangannya.
5. Kedua Pasangan bertukar peran, yang semula demonstrator menjadi pengamat, dan
semula pengamat menjadi demnstrator.
6. Proses diteruskan sampai semua ketrampilan atau prosedur dapat dikuasai
Menurut Kodir (2013:147) langkah–langkah rancangan pelaksanaan pembelajaran
model Practice Rehearsal Pairs adalah sebagai berikut:
1. Pilih suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa.
2. Bentuklah pasang pasangan. Dalam pasangan, buat dua paran yaitupenjelas atau
pendemonstrasi dan pemerhati.
3. Orang yang bertugas sebagai penjelas menjelaskan atau mendemonstrasikan cara
mengerjakan keterampilan yang telah di tentukan. Pemerhati bertugas mengamati dan
menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan temannya.
4. Pasangan bertukar paran. Demonstrator kedua diberi keterampilan yang lain.
5. Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat di kuasai
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
pembelajaran yang akan diterapkan dengan model Practice Rehearsal Pairs adalah sebagai
berikut:
1. Guru memilih satu keterampilan
2. Guru membentuk pasangan-pasangan yang di dalamnya ada pendemonstrasi dan pengecek.
3. Siswa yang bertugas sebagai demonstrator menjelaskan cara mengerjakan materi yang
telah ditentukan oleh guru.
4. Siswa yang berperan sebagai pengecek/pengamat bertugas mengamati dan menilai
demonstrasi yang dilakukan pasangannya.
5. Kemudian siswa diminta bertukar peran, yang semula demonstrator menjadi pengamat,
dan semula pengamat menjadi demnstrator. Proses diteruskan sampai semua keterampilan
dapat dikuasai.
Menurut Sujiyanto (2013:145) kelebihan penerapan model Practice Rehearsal Pairs
membantu siswa memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, dan dapat memunculkan keaktifan dan
kreativitas dalam belajar sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
4
yang lebih mendalam tentang alam sekitar sehingga dapat memanfaatkan dan melestarikan
alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Lie (2008:46) kekurangan model Practice Rehearsal Pairs adalah jika antar
pasangan tidak aktif maka akan sedikit ide yang muncul dan jika pasangannya banyak maka
akan membutuhkan waktu yang banyak.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa model Practice Rehearsal Pairs
memiliki kelemahan yaitu sedikitnya ide yang muncul dan membutuhkan waktu lama dalam
penerapan model ini. Untuk itu, peneliti melakukan antisipasi dengan cara membimbing,
mengawasi dan membatasi waktu kepada setiap pasangan dalam melakukan perannya
sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif.
C. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperiment) yang
dilaksanakan tanpa adanya kelompok atau kelas pembanding. Metode eksperimen semu
merupakan penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin
mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan (Nazir, 2009:73).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest and postest
design.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP PGRI Raksa Budi
Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 4 kelas berjumlah 90 siswa. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah sampel kelompok acak dengan teknik simple random sampling
yaitu dilakukan dengan cara pengundian dengan
menggunakan gulungan kertas kecil-kecil
bertuliskan kelas VIII.1 s.d VIII.4. Kemudian peneliti mengambil satu gulungan kertas untuk
dijadikan sampel penelitian yaitu kelas VIII.4 yang berjumlah 24 siswa.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara tes. Teknik tes
digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa kelas VIII SMP PGRI Raksa
Budi. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan
sesudah (post- test) materi diajarkan. Tes yang digunakan berbentuk soal uraian berjumlah
tujuh butir soal. Analisis data dilakukan untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak,
maka data diuji dengan menggunakan t-tes. Sebelum menggunakan t-tes, maka terlebih
dahulu menentukan skor rata-rata, simpangan baku dan uji normalitas data.
5
D. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal yang dimaksud, dalam penelitian ini adalah kemampuan awal yang
dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model kooperatif tipe
Practice Rehearsal Pairs. Data mengenai kemampuan awal siswa diperoleh melalui pre-test
yang dilakukan pada pertemuan pertama dan diikuti oleh 24 siswa. Nilai hasil pre-test dapat
dilihat pada lampiran C.
Dari hasil perhitungan dapat dikemukakan bahwa tidak ada satupun siswa yang
mendapat nilai ≥ 72. Nilai tertinggi adalah 54 dan nilai terendah adalah 14. Rata-rata ( x ) nilai
secara keseluruhan sebesar 32,58. Hasil perhitungan nilai rata-rata dan simpangan baku data
pre-test dapat dilihat pada Tabel 4.1.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Pre-test
Uraian
Hasil Pre-test
Jumlah siswa
24
Nilai rata-rata
32,58
Simpangan baku
10,63
Nilai tertinggi
54
Nilai terendah
14
Jumlah siswa yang tuntas
0 siswa (0%)
Jumlah siswa yang tidak tuntas
24 siswa (100%)
Berdasarkan Tabel 4.1., dapat dikatakan bahwa pada hasil pre-test siswa yang tuntas
adalah 0 % (0 siswa) dan yang tidak tuntas 100% (24 siswa) sebelum diterapkan pembelajaran
fisika dengan menggunakan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs, karena nilai rataratanya kurang dari 72 ( x  72 ).
2.
Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi cahaya merupakan hasil belajar
setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Practice
Rehearsal Pairs. Hasil kemampuan akhir siswa diperoleh melalui post-test. Soal tes yang
digunakan adalah soal essay sebanyak tujuh soal. Pelaksanaan post-test diikuti oleh 24 siswa.
Nilai yang tertinggi adalah 84 dan nilai terendah adalah 62. Dari hasil post-test, dapat
dibandingkan dengan nilai pre-test, terdapat peningkatan setelah mengikuti pembelajaran
fisika dengan menggunakan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs. Nilai rata-rata ( x
) pre-test adalah 32,58 sedangkan nilai rata-rata post-test adalah 75,63. Hasil perhitungan
nilai rata-rata dan simpangan baku data post-test dapat dilihat pada Tabel 4.2., sedangkan
untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran C.
6
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Hasil Post-test
Uraian
Hasil Post-test
Jumlah siswa
24
Nilai rata-rata
75,63
Simpangan baku
5,78
Nilai tertinggi
84
Nilai terendah
62
Jumlah siswa yang tuntas
20 siswa (83%)
Jumlah siswa yang tidak tuntas
4 siswa (17%)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Berdasarkan Tabel 4.2., dapat dikatakan bahwa pada hasil post-test (tes akhir) siswa
yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 72 sebanyak 20 orang (83%) dan yang mendapat
nilai dibawah 72 sebanyak 4 orang (17%). Artinya bila dibandingkan dengan nilai rata-rata
pre-test terdapat peningkatan sebesar 43,05.
3.
Deskripsi dan Analisis Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Untuk menarik kesimpulan dari data tes akhir, maka dilakukan pengujian hipotesis
secara statistik, adapun hipotesis dalam penelitian
ini adalah “penerapan model kooperatif
tipe Practice Rehearsal Pairs terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP PGRI Raksa
Budi tahun pelajaran 2016/2017 secara signifikan tuntas”. Sebelum pengujian dilakukan
terlebih dahulu diadakan uji normalitas data tersebut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil tes siswa terdistribusi normal
atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas dengan taraf
kepercayaan α = 0,05, jika
hitung
>
tabel,
hitung<
tabel,
maka data terdistribusi normal. Kemudian jika
maka data terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas data hasil belajar
siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Data
Normalitas
Tabel 4.4.
Hasil Uji Normalitas
Dk
hitung
tabel
3,9903
5
11,070
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan nilai uji
kecil daripada
tabel
hitung
Kesimpulan
Normal
data hasil belajar siswa lebih
sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Gambaran data uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.1.
7
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-3
-2
-1
0
1
2
3
Gambar 4.1 Kurva Normalitas
b. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji normalitas data berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis
menggunakan uji t. Hipotesis yang diuji adalah:
Ho
= Rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan
menggunakan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs kurang dari 72 (
<
72).
Ha
= Rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan
menggunakan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs lebih dari atau sama
dengan 72 (
≥ 72).
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik yang terdapat pada lampiran C mengenai
uji t dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika thitung >
tabel,
hal ini berarti H0 ditolak dan Ha
diterima. Hasil uji-t data pre-test dan post-test dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Data
thitung
Uji-t
3,08
Tabel 4.4
Hasil Uji Hipotesis
dk (n-1)
tabel
23
1,714
Keterangan
Ha diterima, H0
ditolak
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil uji-t post-test menunjukkan nilai
thitung (3,08) >
tabel
(1,714), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima artinya hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan model kooperatif tipe
Practice Rehearsal Pairs lebih dari sama dengan 72.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat gambaran data lebih jelas, nilai rata-rata tes
awal dan tes akhir seperti Gambar 4.2.
8
90
75,63
80
Nilai rata-rata
70
60
50
40
32,58
30
20
10
0
Pre-test
Post-test
Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test
[
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dikemukakan bahwa nilai rata-rata untuk pre-test nilai
yang diperoleh adalah 32,58 dan nilai rata-rata untuk
post-test nilai yang diperoleh adalah
75,63. Artinya terdapat peningkatan rata-rata sebesar 43,05. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs terhadap hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SMP PGRI Raksa Budi tahun pelajaran 2016/2017 secara signifikan tuntas.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data post-test terdapat peningkatan pada hasil belajar fisika
siswa. Hal ini disebabkan peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs. Model kooperatif tipe Practice Rehearsal
Pairs merupakan suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk
berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang
kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa.
Tahap pertama pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ini yaitu menganalisis
pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal dan karakteristik siswa. Kemampuan awal
siswa diperoleh dengan memberikan pre-test, dan karakteristik siswa diperoleh melalui
observasi dan wawancara kepada guru yang mengajar materi tersebut. Dimana hasil
perhitungan pre-test dapat dikemukakan pada Tabel 4.1 antara lain nilai rata-rata hasil pre-test
adalah 32,58, nilai terendahnya adalah 14, nilai tertingginya adalah 54 serta simpangan
bakunya adalah 10,63. Tahap kedua yaitu menetapkan tujuan pembelajaran yang dapat
diperoleh dari silabus dan kurikulum.
9
Tahap ketiga yaitu memilih model kooperatif tipe pembelajaran, media dan materi
yang akan digunakan. Dalam tahap ini diperlukan kecermatan agar ketika proses
pembelajaran berlangsung. Ketiga hal tersebut dapat digunakan secara baik sehingga
membuat pembelajaran yang efektif dan efisien. Tahap keempat yaitu menggunakan model
kooperatif tipe, media dan materi kedalam proses pembelajaran. Tahap kelima yaitu
melakukan evaluasi dan revisi. Evaluasi dapat diberikan melalui post-test. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah belajar menggunakan model kooperatif
tipe Practice Rehearsal Pairs dan seberapa baik model kooperatif tipe Practice Rehearsal
Pairs itu sendiri.
Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs
membantu siswa memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, dan dapat memunculkan keaktifan dan
kreativitas dalam belajar sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar sehingga dapat memanfaatkan dan melestarikan
alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pembelajaran pertama dengan menggunakan model kooperatif tipe Practice
Rehearsal Pairs yaitu diawali dengan guru memilih satu keterampilan. Kemudian membentuk
pasangan-pasangan yang di dalamnya ada pendemonstrasi dan pengecek. Siswa yang bertugas
sebagai demonstrator menjelaskan cara mengerjakan materi yang telah ditentukan oleh guru.
Siswa yang berperan sebagai pengecek/pengamat bertugas mengamati dan menilai
demonstrasi yang dilakukan pasangannya. Selanjutnya siswa diminta bertukar peran, yang
semula demonstrator menjadi pengamat, dan semula pengamat menjadi demnstrator. Proses
diteruskan sampai semua keterampilan dapat dikuasai. Diakhir pembelajaran guru bersama
siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
Setelah kegiatan pembelajaran maka dilakukan post-test yang hasil perhitungan posttest didapatkan nilai rata-rata hasil post-test adalah 75,63, nilai terendahnya adalah 62, nilai
tertingginya adalah 84 serta simpangan bakunya adalah 5,78. Ini berarti bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar antara nilai rata-rata pre-test dan post-test sebesar 43,05. Dan hasil
uji-t post-test menunjukkan bahwa thitung (3,08) >
tabel
(1,714), hal ini berarti Ho ditolak dan
Ha diterima artinya hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan
menggunakan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs lebih dari sama dengan 72.
Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya mengalami sedikit hambatan karena bagi
guru dan siswa merupakan pembelajaran yang baru dan memerlukan waktu yang cukup lama
10
untuk mempersiapkan pengaturan tiap pasangan agar sesuai dengan langkah kegiatan model
kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs. Namun hambatan tersebut tidak terjadi lagi karena
pada pertemuan-pertemuan berikutnya karena siswa sudah merasa mulai mengerti dan
menyenangi kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini membuat siswa menjadi
termotivasi dan lebih fokus melalui penggunaan model kooperatif tipe Practice Rehearsal
Pairs. Tingginya hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan keunggulan dari penggunaan
model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs, yaitu dapat memunculkan keaktifan dan
kreativitas dalam belajar sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar sehingga dapat memanfaatkan dan melestarikan
alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukkan hasil uji-t post-test bahwa
thitung = 3,08 lebih besar dari ttabel = 1,714 dengan nilai rata-rata tes akhir siswa sebesar 75,63
dan persentase jumlah siswa yang tuntas mencapai 83,33%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan model kooperatif tipe Practice Rehearsal Pairs secara signifikan dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP PGRI Raksa Budi tahun pelajaran
2016/2017.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, L. 2014. Penerapan Metode Practice Rehearsal Pairs untuk Meningkatkan Kemampuan
Siswa Kelas VIII A SMPN 1 Rambipuji Jember dalam Membawakan Acara. Jember:
Skripsi Universitas Jember Tahun 2014.
Khotimah. 2015. Pengaruh Metode Practice Rehearsal Pairs terhadap Hasil Belajar Fisika
Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran
2014/2015. Skripsi STKIP-PGRI Lubuklinggau. Tahun 2015.
Kodir, A. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Practice-Rehearsal Pairs
(PRP) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Menafsirkan Gambar
Teknik Listrik di SMK Negeri 2 Pamekasan. Jurnal Universitas Negeri Surabaya.
02 (01), 145-153.
Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Rusman, 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model – Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Siregar, H. 2012. Penerapan Model Pembelajaran The Learning Cell dengan Strategi
Pembelajaran Practice Rehearsl Pairs untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS2 SMA Al-Hidayah Medan Tahun
Pembelajaran 2012/2013. Skripsi Universitas Negeri Medan. Tahun 2012.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengeruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alpabeta.
Sujiyanto, R. 2013. Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs dalam Peningkatan
Pembelajaran IPA Kelas V SDN Kalijaran 01 Maos Cilacap. Jurnal Universitas
Sebelas Maret. 04 (02), 144-149.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Zaini, H. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Download