IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI-NILAI

advertisement
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI-NILAI PANCASILA
DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)
DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA MALANG
THE IMPLEMENTATION OF TEACHING A VALUES OF PANCASILA
IN CITIZENSHIP EDUCATION (Civics) SUBJECT
OF VIII GRADE STUDENTS AT PUBLIC JUNIOR HIGH SCHOOL 7 MALANG
Ita Rahmawati*
Arbaiyah Prantiasih**
Moch. Yudhi Batubara**
*Jurusan HKn FIS UM, e-mail: [email protected], [email protected]
**Pembimbing, Jurusan HKn FIS UM, Jl. Semarang 5 Malang 65145
e-mail: [email protected]:http://www.um.ac.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perencanaan yang disusun dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PKn, (2) Proses pelaksanaan pembelajaran
PKn, (3) Persepsi siswa kelas VIII, (4) Faktor pendukung serta kendala yang dihadapi oleh guru, (5)
Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data primer yang dijadikan informan oleh
peneliti adalah wawancara mendalam dengan guru PKn dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota
Malang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
RPP dilakukan dengan cara melihat silabus untuk menentukan nilai-nilai Pancasila yang sesuai
dalam SK/KD, (2) Pada proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
belum tercapai secara maksimal karena pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
kelompok kurang berhasil dan kelas menjadi tidak kondusif, beberapa siswa tidak mengerjakan
tugas, serta pengelolaan kelas yang kurang berhasil, (3) Persepsi siswa kelas VIII terhadap
pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam PKn dapat dilihat melalui tingkah laku siswa serta dapat
menjelaskan arti dari nilai-nilai Pancasila menurut pemahaman mereka serta bisa menyebutkan
contoh penerapannya, (4) Faktor pendorong serta kendala yang dihadapi ada dua macam yaitu
berasal dari internal dan eksternal, (5) Upaya untuk mengatasi kendala meliputi upaya internal dan
upaya eksternal.
Kata kunci : Nilai-nilai Pancasila, mata pelajaran PKn.
1
2
Abstract: This study aimed to determine: (1) Planning arranged in a Lesson Plan Program (RPP)
which is made by the Civics teacher, (2) the implementation process on learning Civics, (3)
perceptions of eighth grade students, (4) supporting factors and obstacles faced by teachers, (5) the
efforts made by teachers to overcome the obstacles in implementing the values of Pancasila on
civics subject of VIII grade students at Public Junior School 7 Malang. This study uses a qualitative
descriptive approach. The primary data source used as information by the researcher are coming
from an in-depth interviews with Civics teacher and eighth grade students at Public Junior School 7
at Malang. The results obtained from this study are: (1) the Implementation of Pancasila values in
RPP are performed by seeing the syllabus as to determine the values of Pancasila appropriate in SK /
KD, (2) In the process of Citizenship Education learning (Civics), it has not been reached into
maximum, because of learning by using group discussion method was less successful and not
conducive to class, some students do not do the work, as well as the less successful classroom
management, (3) perceptions of eighth grade students towards learning the values of Pancasila in
Civics can be seen through the conduct of students as well as to explain the meaning of the values of
Pancasila according to their understanding, and can cite examples of its application, (4) supporting
factors and obstacles encountered are divided into two kinds, it is internal and external, (5) efforts to
overcome obstacles including into internal efforts and the efforts external.
Key words: values of Pancasila, citizenship education (civics) subject
Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan ini akan dihasilkan manusia
Indonesia yang sesuai dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional (SPN) dalam UU No.
20 tahun 2003 yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pancasila pada hakekatnya merupakan sistem nilai (Value System) yang
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa Indonesia, yang
berakar dari unsur-unsur kebudayaan secara keseluruhan terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia. Proses terjadinya Pancasila melalui suatu proses yang disebut kausa
materialism karena nilai-nilai Pancasila sudah ada dan merupakan suatu realita yang
hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang
diyakini kebenarannya itulah yang menimbulkan tekad bangsa Indonesia untuk
mewujudkannya dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya (Kaelan, 2007:13).
Kehidupan bangsa Indonesia memerlukan adanya implementasi nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila, agar nilai norma dan etika yang terkandung di dalam
Pancasila benar-benar menjadi bagian yang utuh dan dapat menyatu dengan kepribadian
setiap manusia Indonesia, sehingga dapat membentuk pola sikap, pola pikir dan pola
tindak serta memberi arah kepada manusia Indonesia.
Menurut Notonagoro dalam buku (Sunoto, 1991:50) berpendapat bahwa Pancasila
merupakan dasar negara yang menjadi pandangan hidup dan menjadi alat pemersatu
bangsa. Nilai yang tertera pada lima sila tersebut merupakan ideologi yang digunakan
sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima dasar utama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima sila tersebut bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki arti yang sangat luas dalam
3
kehidupan bernegara. Dalam TAP MPR No. XVIII/MPR/1998 ini terdapat 45 butir
pengamalan nilai-nilai Pancasila yang telah diubah dari 36 butir yang terdapat dalam
TAP MPR No. II/MPR/1978 yang sudah tidak berlaku lagi setelah dikeluarkannya
ketentuan yang baru.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam Pancasila adalah dengan menerapkan Pendidikan Pancasila
atau yang saat ini sering disebut dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan
Pancasila adalah salah satu materi pelajaran moral yang ada di setiap bangku pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang berfungsi
sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila atau budaya bangsa Indonesia seperti yang
tertuang dalam kurikulum PKn. Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna
bagi manusia. Definisi lain tentang nilai adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat,
atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna
secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan
menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku.
Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas terhadap suatu kualitas yang menyangkut
jenis dan minat. Nilai juga merupakan suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap
suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu itu
berguna, keyakinan, memuaskan, menarik, menguntungkan dan menyenangkan
(Winarno, 2007:3).
Muatan Pancasila pada mata pelajaran PKn yang sekarang ini hanya sebagai
sisipan saja. Pancasila tidak dijadikan sebagai muatan utama. Padahal sejatinya Pancasila
yang notabene dijadikan sebagai dasar negara harusnya menjadi muatan inti mata
Pelajaran PKn di persekolahan agar peserta didik yang merupakan warga negara muda
memahami hakekat Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran PKn sangat esensial diberikan
di persekolahan di negara kita sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas,
terampil dan berkarakter (National Character Building) yang setia dan memiliki
komitmen kepada bangsa dan negara Indonesia yang majemuk.
Berkenaan dengan permasalahan materi pelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan
dalam kurikulum 2004 telah mengalami perubahan yang sangat besar, dari
pengembangan materi dalam kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2004
pengembangan materi PKn, baik untuk jenjang SMP maupun SMA lebih bercirikan
keilmuan (lebih menonjol pada ranah kognitif saja). Jika kita flashback beberapa dekade
yang lalu kita mengenal adanya pelajaran Civic, Pendidikan Moral Pancasila, dan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Akan tetapi sekarang seiring dengan
perkembangan situasi negara, akhirnya PPKN pun diubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Sekilas tidak terlihat perbedaan yang prinsipil akan tetapi perubahan
PPKn menjadi PKn menghilangkan satu kalimat yaitu Pancasila. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang
diatur dalam UU No. 2 tahun 1949, jo UU No. 62 tahun 1958, jo UU No.12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku tanggal 1 Agustus 2006.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam kurikukum Pendidikan Dasar dan
Menengah (Kurikulum 2004 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, 2003:2)
4
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang terfokus pada
pembentukan warga negara yang mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik, cerdas, terampil, dan
berkarakter sejalan dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 untuk mempertahankan
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan ternyata bukan sekedar kalimat Pancasila yang disirnakan akan tetapi
kandungan materi pelajaran tersebut pun lebih banyak menyoroti masalah
kewarganegaraan dan kurang mendalami isi butir-butir Pancasila. Kita bisa membuktikan
dengan cara melihat kemampuan siswa SMP era sekarang, mereka akan lancar
menjelaskan bagaimana syarat-syarat menjadi anggota legislatif atau tata cara memilih
dalam Pemilu daripada menjelaskan makna dari salah satu sila dari Pancasila. Dari
penjabaran diatas muncul pertanyaan dari peneliti apakah nilai-nilai Pancasila yang
memiliki makna yang begitu penting bagi pembentukan kepribadian dan karakter siswa
sebagai warga Negara yang baik selalu diajarkan oleh guru khususnya guru mata
pelajaran PKn dalam proses pembelajarannya, apakah guru juga mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila dalam perangkat pembelajaran, serta bagaimanakah siswa dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila setelah mendapatkan materi PKn yang telah
diajarkan oleh guru disekolah. Karena Pancasila tidak akan bisa membumi jika tetap
hanya dijadikan mitos dan tersirat secara inplisit saja dalam angan-angan tanpa memiliki
model praktis dalam memecahkan masalah hidup masyarakat. Oleh karena itu, Pancasila
perlu dikembangkan sebagai metodologi hidup atau ideologi praktis. Pemaparan di atas
seharusnya menjadi acuan bagi para pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila
pada siswa sesuai dengan koridor atau jalan yang yang telah ditentukan.
Bertolak pada latar belakang di atas dimana ada sebuah problematika atau
masalah mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila pada diri siswa dalam pembelajaran
PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang yang cenderung sekedar membekali
pengetahuan yang berorientasi pada tataran kognitif. Serta untuk mengetahui langkahlangkah apa saja yang ditempuh dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dilingkungan
sekolah tersebut sebagai upaya pembentukan generasi bangsa yang berkarakter dan
berbudi pekerti luhur sesuai dengan Pancasila. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui : (1) Perencanaan yang disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dibuat oleh guru PKn dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai
Pancasila pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7
Kota Malang, (2) Implementasi nilai-nilai Pancasila pada proses pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7 Kota Malang, (3)
Persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7 Kota Malang, (4) Faktor pendukung serta
kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada
pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang, (5) Upaya
yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilainilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota
Malang.
5
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistikkontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami. Peneliti mengumpulkan sejumlah
informasi secara mendalam pada guru PKn dan seluruh siswa kelas VIII mengenai: cara
guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), proses pelaksanaaan
pembelajaran PKn di kelas VIII, persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilainilai Pancasila dalam PKn, faktor pendukung dan kendala yang dihadapi, serta upaya
yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilainilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota
Malang.
Subyek penelitian adalah guru PKn dan siswa kelas VIII, Kepala sekolah, serta
seluruh warga sekolah. Subyek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik
sampling purposive. Persiapan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara
yang telah dibuat yang berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada informan untuk
memperoleh data.
Lokasi penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMP Negeri 7 Kota Malang jalan
Lembayung Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang 65135 yang
dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih selama satu bulan.
Fokus penelitian ini meliputi perencanaan pembelajaran PKn; proses
pembelajaran PKn; persepsi siswa terhadap pembelajaran mata pelajaran PKn; faktor
pendukung dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
pada pembelajaran PKn; upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada pembelajaran PKn.
Sumber data dalam kegiatan penelitian ini meliputi: (1) orang (informan) yang
dipilih secara purposive; (2) buku-buku dan dokumen yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian dan dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan dalam penelitian ini yang dapat berupa buku seperti buku tentang
Pancasila, dokumen-dokumen atau perangkat pembelajaran yang terkait dengan nilainilai Pancasila, buku tentang Pendidikan Kewarganegaraan serta buku tentang penelitian
kualitatif. Dokumen tersebut dapat berupa silabus pelajaran, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan soal-soal evaluasi; (3) peneliti juga melakukan suatu
pengamatan, yaitu kegiatan di sekolah yang terkait dengan subtansi penelitian.
Pengamatan yang dilakukan peneliti, yaitu mengamati suasana belajar di kelas, yaitu pada
saat proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
berlangsung.
Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah pedoman observasi, pedoman
wawancara dan alat atau sarana penyimpanan dokumentasi atau informasi. Instrumen
disusun berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, sedangkan
yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah orang yaitu guru PKn, siswa kelas
VIII, Kepala Sekolah, dan seluruh warga SMP Negeri 7 Kota Malang.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara terjun langsung di lokasi
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sesuai dengan
6
bentuk pendekatan penelitian kualitatif, sumber data serta jenis data yang digunakan,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu : (1) analisis isi
dokumen, (2) observasi, (3) wawancara, (4) dokumentasi.
Analisis data dilakukan berdasarkan pendekatan deskriptif. Mengkategorikan dan
mengklasifikasikan data yang diperoleh berdasarkan analisis kaitan logisnya yang
selanjutnya ditafsirkan dan disajikan secara actual dan sistematis dalam keseluruhan
permasalahan dan kegiatan penelitian.
Prosedur pengolahan data dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1)
pengumpulan data, (2) validasi data, yang dilakukan dengan triangulasi. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman dengan model interaktifnya yang
mengemukakan bahwa kegiatan analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga unsur
yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) kesimpulan atau verifikasi data.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyususn kedalam pola, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008:89).
HASIL
Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Silabus dan RPP PKn
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan temuan penelitian langkah yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PKn
dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam silabus yaitu:
Melakukan analisis SK/KD untuk mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila yang sesuai.
Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap komponen yang ada dalam
perangkat pembelajaran
Merelevankan antara nilai-nilai Pancasila dengan kegiatan belajar, materi pokok,
indikator, penilaian dan sumber belajar.
Mengembangkan sumber belajar mengenai pengetahuan umum yang berhubungan
dengan materi pembelajaran PKn yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Penyusunan silabus PKn di SMP Negeri 7 Malang tidak berbeda jauh dengan
silabus yang dikeluarkan oleh Kemendiknas. Setiap komponen yang terdapat dalam
silabus tersebut secara ekplisit memuat pembelajaran nilai-nilai Pancasila yang
menyeluruh. Pengintegrasian pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam silabus tidak
nampak seperti pendidikan karakter yang ditambahkan kolom khusus pada komponen
silabus. Sehingga dalam setiap materi mata pelajaran PKn secara tidak langsung
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam lima sila Pancasila secara
keseluruhan. Dalam pembelajaran PKn, setiap materi yang diajarkan pada siswa harus
memuat nilai-nilai Pancasila sesuai dengan SK, KD yang diajarkan. Kemudian nilai
tersebut diintegrasikan dalam setiap komponen yang terdapat dalam perangkat
pembelajaran. Setelah itu merelevankan antara nilai Pancasila dengan kegiatan belajar,
materi pokok, indikator, penilaian dan sumber belajar.
7
Nilai-nilai Pancasila yang ingin dikembangkan oleh seorang guru yang kemudian
diintegrasikan dalam RPP yaitu terdapat dalam setiap komponen yang ada didalamnya.
Sehingga dapat mempermudah guru untuk mengimplementasikan dan mengarahkan
siswanya agar sesuai dengan nilai Pancasila yang telah ditargetkan. RPP merupakan
penjabaran silabus yang mengambarkan rencana, prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP
disusun oleh guru dan digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan
pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan. Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan dengan cara:
a.) Melihat silabus yang ada terlebih dahulu untuk menentukan nilai-nilai Pancasila
mana yang sesuai dalam SK/KD yang akan diajarkan
b.) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
terintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila;
c.) Penjabaran materi yang dikaitkan dengan contoh penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam segala aspek kehidupan;
d.) Menggunakan metode yang bervariasi dengan pendekatan kontekstual dan strategi
belajar kooperatif;
e.) Menggunakan berbagai macam media pembelajaran dalam menerapkan nilai-nilai
Pancasila agar siswa lebih antusias dan mudah mengerti;
f.) Mengembangkan langkah pembelajaran untuk memfasilitasi perkembangan
pengetahuan dan keterampilan siswa;
g.) Menambah sumber belajar baik buku paket BSE maupun panduan lainnya;
h.) Menggunakan kuis, portofolio dan diskusi kelompok dalam mengevaluasi hasil
belajar siswa;
Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Proses Pelaksanaan
Pembelajaran PKn
Proses pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila terdiri
dari beberapa indikator yaitu interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa,
realisasi penugasan serta pengelolaan kelas.
Interaksi guru dengan siswa terjadi ketika guru mengucapkan salam kepada siswa
dan berdoa beserta membaca Asmaul Husna sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan apersepsi yang kemudian dilanjutkan guru dengan
menuliskan indikator dan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa saja yang harus
mereka kuasai. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diisi dengan penyampaian materi
pokok oleh guru yang memuat nilai-nilai Pancasila yang diintegrasikan pada sub materi
beserta contoh dalam kehidupan sehari-hari agar mudah dipahami siswa. Tidak hanya
dalam pemberian materi siswa ditanamkan nilai-nilai Pancasila , namun juga lebih
ditekankan pada sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn di kelas sehingga tidak
hanya secara kognitif tetapi diharapkan juga dalam segi afektif dan psikomotor. Dalam
tahap elaborasi siswa diberikan tugas diskusi kelompok untuk memahami materi PKn
yang memuat nilai-nilai Pancasila. Pada tahap konfirmasi siswa diberi kesempatan untuk
bertanya dan menyampaikan pendapatnya yang bertujuan agar siswa dapat belajar
menghormati hak dan pendapat orang lain. Kegiatan penutup diakhiri dengan pemberian
8
kesimpulan oleh guru dan siswa serta pemberian tugas di rumah. Hal ini membuktikan
bahwa dalam proses pembelajaran PKn di kelas VIII selalu diusahakan memuat
pembelajaran nilai-nilai Pancasila bagi siswa. Implementasi nilai-nilai Pancasila telah
diterapkan di SMP Negeri 7 Malang termasuk implementasinya dalam pembelajaran PKn
yang selalu dikaitkan oleh guru dalam setiap komponen yang ada dalam pembelajaran.
Hal tersebut membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila memiliki peranan penting dalam
membentuk mental, sikap dan moralitas siswa sehingga dapat tercipta generasi penerus
bangsa yang berkualitas demi kemajuan bangsa
Interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan diskusi
kelompok, presentasi maupun saling meminjamkan alat tulis. Metode diskusi yang
digunakan guru mata pelajaran PKn adalah untuk menanamkan nilai Pancasila kepada
siswa secara menyeluruh, karena nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Strategi pembelajaran dengan diskusi kelompok akan
membantu siswa untuk menumbuhkan perilaku bekerjasama. Diskusi kelompok dapat
melatih siswa untuk belajar bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah, saling
bertukar pendapat, berani mengemukakan pendapat, serta melatih siswa untuk
menghargai pendapat orang lain. Siswa kelas VIII G yang melakukan diskusi kelompok
menjadi tidak kondusif. Diskusi kelompok dan presentasi dapat berjalan dengan cukup
baik meskipun kondisi kelas menjadi tidak kondusif.
Realisasi penugasan dijadikan indikator dalam proses pembelajaran yang memuat
nilai-nilai Pancasila karena dengan pemberian tugas akan membantu siswa untuk
bersikap tanggung jawab terhadap kewajibannya sebagai siswa. Realisasi penugasan
siswa di kelas VIII G SMP Negeri 7 Malang kurang memberikan dampak yang signifikan
terhadap perubahan tingkah laku siswa. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang
tidak mengerjakan tugas dengan berbagai macam alasan dan masih banyak nilai kosong
pada rekap nilai siswa yang dimiliki guru.
Pengelolaan kelas oleh guru mata pelajaran PKn juga kurang bagus karena masih
ada beberapa siswa yang ramai, membuat gaduh maupun mengobrol dengan temannya
tanpa memperhatikan penjelasan dari guru. Peringatan dari guru untuk siswa yang
membuat gaduh tetap tidak diperhatikan oleh siswa.
Persepsi siswa kelas VIII Terhadap Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn
Pemahaman siswa terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila dapat dilihat
melalui tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Siswa
dapat menjelaskan arti dari nilai-nilai Pancasila menurut pemahaman mereka masingmasing sesuai yang diajarkan oleh guru dalam mata pelajaran PKn serta bisa
menyebutkan contoh penerapan nilai Pancasila di lingkungan sekolah. Menurut siswa
kelas VIII tentang definisi nilai-nilai Pancasila yaitu nilai-nilai luhur yang timbul dari
bangsa Indonesia sebagai ideologi, pedoman dan pandangan hidup masyarakat; atau nilainilai yang digunakan sebagai ideologi Negara yang berisi nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Dari definisi yang dijelaskan siswa serta beberapa contoh penerapan nilai-nilai
Pancasila yang telah disebutkan tersebut dapat membuktikan bahwa siswa kelas VIII
sudah paham dan mengerti juga menerapkan nilai-nilai Pancasila yang telah diajarkan
guru dalam pembelajaran PKn dari sila kesatu hingga sila kelima Pancasila. Persepsi
9
siswa terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila yang telah diajarkan oleh guru
merupakan salah satu bukti bahwa guru PKn di SMP Negeri 7 Kota Malang telah
mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan
Kewarganegaraan meskipun masih belum terlaksana secara maksimal.
Manfaat yang diperoleh siswa ketika pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai
Pancasila adalah dapat memahami isi dan arti penting nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga
dapat memahami materi pelajaran PKn dengan mudah karena selalu diberikan contoh
oleh guru dalam segala aspek kehidupan tentang penerapan nilai-nilai Pancasila.
Faktor Pendukung dan Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila
dalam PKn
Adanya f aktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PKn ada dua macam
yaitu secara internal maupun eksternal. Faktor pendukung dalam mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila secara internal diantaranya:
a. Adanya kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran;
b. Kondisi kelas yang kondusif dan
c. siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
Sedangkan faktor pendukung secara eksternal antara lain:
a. Penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan kepada siswa yang terintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila dapat
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran,
b. Melalui kegiatan intrakurikuler, nilai-nilai Pancasila dapat ditanamkan melalui
motivasi yang diberikan oleh guru serta dituangkan kedalam perangkat pembelajaran
yang dibuat oleh guru,
c. Melalui kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi sekolah seperti OSIS
d. Melalui peraturan dan tata tertib sekolah,
e. Membiasakan siswa untuk shalat dhuhur berjamaah, shalat sunnah berjamaah yang
wajib diikuti seluruh siswa dalam kegiatan bimbingan rohani dan
f. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah seperti musholla, laboratorium, sloganslogan yang terdapat di lorong-lorong sekolah.
Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi antara lain:
a) Guru mengalami kesulitan dalam menentukan nilai-nilai Pancasila yang sesuai dengan
materi PKn, karena dalam menentukan nilai-nilai Pancasila tersebut harus tepat dan
sesuai dengan materi pembelajaran PKn yang akan diajarkan guru kepada siswa. Selain
itu, guru juga masih kurang teliti dalam membuat silabus dan RPP PKn yang diintegrasi
dengan nilai-nilai Pancasila dalam materi PKn dan terkadang guru rancu dalam
menempatkan nilai-nilai Pancasila, karena pada dasarnya nilai Pancasila tersebut juga
telah tercermin dalam nilai karakter. Hal ini dikarenakan begitu banyak dan luasnya
materi PKn yang harus diajarkan kepada siswa sehingga guru harus memiliki inovasi,
ketelitian dan kecermatan serta kreatifitas dalam meletakkan nilai-nilai Pancasila ke
dalam silabus dan RPP agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.
10
b) Kendala lain juga dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran PKn serta dalam
keseharian siswa di sekolah. Pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas,
terkadang guru harus menghadapi siswa yang malas dan suka membuat gaduh yang
disebabkan input siswa yang rendah serta kurangnya antusiasme siswa terhadap mata
pelajaran PKn sehingga kondisi kelas menjadi kurang kondusif. Selain itu guru sedikit
mengalami kesulitan dalam menentukan media dan metode yang sesuai dengan
pembelajaran yang memuat nilai-nilai Pancasila yang disebabkan banyaknya jumlah
siswa dalam kelas yang mengakibatkan guru tidak mampu untuk mengamati
perkembangan nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam diri siswa secara mendetail
sehingga untuk mengejar ketertinggalan siswa yang bermasalah dan belum mencapai
KKM, maka guru terkadang lebih memfokuskan pembelajaran siswa pada ranah kognitif
saja agar siswa bisa naik kelas. Metode yang cocok untuk penerapan nilai-nilai Pancasila
terkadang tidak sesuai dengan kondisi siswa saat di kelas, sehingga guru sering
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab (model konvensional).
c) Kendala lain yang dihadapi guru disebabkan kurangnya partisipasi dari keluarga,
kurangnya perhatian dan teladan yang baik dari keluarga maupun masyarakat
(lingkungan masyarakat kurang terpelajar), kondisi sosial ekonomi siswa dengan latar
belakang yang menengah ke bawah menyebabkan keluarga hanya berorientasi pada
pemenuhan materi untuk anaknya sehingga kurangnya pengawasan dalam
memperhatikan perkembangan anak. kurang adanya kerjasama wali murid dengan pihak
sekolah sehingga terkesan wali murid menyerahkan anaknya secara penuh ke pihak
sekolah dan kemajuan tekhnologi terutama HP yang ikut membawa dampak negatif bagi
siswa.
Upaya Mengatasi Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam
PKn
Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam mengimplementasi nilainilai Pancasila yaitu meliputi upaya internal dan upaya eksternal. Upaya internal yaitu:
a. Pada saat penyusunan silabus dan RPP guru seharusnya lebih teliti dan kreatif dalam
menentukan nilai-nilai Pancasila sehingga materi yang disampaikan guru sesuai
dengan apa yang telah direncanakan dalam RPP.
b. Guru berusaha mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi agar
pembelajaran menjadi terpusat dan menyenangkan serta terintegrasi dengan nilainilai Pancasila;
c. Guru melakukan inovasi dan memperbanyak referensi mengenai media pembelajaran
sehingga dapat menunjang penerapan nilai-nilai Pancasila pada saat proses belajar
mengajar dan memberikan motivasi kepada siswa;
d. Guru harus pintar menarik perhatian dan minat siswa agar siswa memiliki semangat
dan antusias pada pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila
e. Semua pihak sekolah berusaha memberikan teladan yang baik kepada siswa serta
sosialisasi penerapan dan pengintegrasian nilai-nilai Pancasila melalui proses
pembelajaran;
f. Memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah;
11
g. Melakukan pembiasaan-pembiasaan kegiatan yang mengandung pembelajaran nilainilai Pancasila sekolah;
h. Melakukan perbaikan fasilitas sekolah;
i. Menertibkan bimbingan oleh BK dan menerbitkan buku pedoman kepribadian;
j. Mendatangkan psikiater (orang yang ahli dalam bidang psikologi) untuk menangani
siswa yang bermasalah;
k. Memberikan motivasi kepada seluruh guru dan staf;
l. Menyediakan organisasi siswa baik intra (OSIS) maupun ekstrakurikuler
Sedangkan melalui upaya eksternal adalah:
a. Bekerjasama dengan orang tua/wali murid dalam mendidik siswa dengan cara
memberikan perhatian dan pengawasan pada siswa.
PEMBAHASAN
Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Silabus dan RPP PKn
Prosedur pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke dalam silabus PKn di SMP
Negeri 7 Kota Malang merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh guru PKn
dalam menyusun silabus yang memuat nilai-nilai Pancasila. Pada pelaksanaannya,
pengembangan silabus ini dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP) atau pusat kegiatan guru (PKG), dan dinas pendidikan
(Permendiknas no 41 Tahun 2007).
Penyusunan silabus harus sistematis dan berkesinambungan, agar silabus bisa
benar-benar difungsikan, baik dalam pembuatan RPP maupun dalam pelaksanaaan
pembelajaran. Sehingga hasil pembelajaran tersebut dapat diterapkan siswa ke dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sesuai dalam Winarno (2007: 5)
bahwa pelaksanaan pembelajaran PKn secara tidak langsung juga menerapkan nilai-nilai
Pancasila di dalamnya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Pengintegrasian ini bisa dilakukan secara mandiri, namun alangkah baiknya dan agar
lebih mudah jika dilakukan secara berkelompok melalui MGMP. Selain itu, dalam
pengintegrasian nilai Pancasila ke dalam silabus PKn juga memperhatikan sumber
belajar, karena sumber belajar disini merupakan salah satu sarana pembelajaran yang
dapat menunjang proses pembelajaran.
Selain dalam silabus, nilai-nilai Pancasila juga dituangkan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP sangat penting dalam kegiatan pembelajaran,
karena RPP merupakan langkah awal bagi seorang guru untuk memulai proses
pembelajaran kepada siswa. Pengintegrasian nilai-nilai Pancasila pada penyusunan RPP
juga harus mencantumkan metode, media dan sumber belajar yang mencerminkan nilai
Pancasila. Menyusun RPP sendiri juga tidak mudah, seorang guru harus teliti dan cermat
dalam menyusun RPP agar dalam pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Dalam proses pembelajaran memiliki tujuan agar siswa
memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta perubahan tingkah laku kearah
yang lebih baik. Pembelajaran sendiri bertujuan untuk membantu siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman tersebut tingkah laku siswa yang meliputi
12
pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap
dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya (Hamalik,
2003:35).
Prosedur dalam penyusunan RPP PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila di SMP
Negeri 7 Kota Malang diatas merupakan langkah-langkah dalam menyusun RPP yang
memuat nilai-nilai Pancasila. Prosedur tersebut termasuk prosedur yang sistematis. Hal
ini dikarenakan prosedur tersebut sesuai dengan aturan Permendiknas No 41 tahun 2007
tentang standar proses yang berisikan dalam menyusun RPP harus mengandung identitas
mata pelajaran, SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi belajar, sumber belajar, serta
pengembangan dalam bentuk nilai karakter.
Pembelajaran disini merupakan proses interaksi yang diberikan pendidik kepada
peserta didik melalui pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta
didik. Pembelajaran disini merupakan proses interaksi yang diberikan pendidik kepada
peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003, Bab 1
ayat 1 pasal 20). RPP PKn ini merupakan pedoman ke dua setelah silabus yang berperan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran disini merupakan proses interaksi yang
diberikan pendidik kepada peserta didik melalui pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan peserta didik. Pembelajaran disini merupakan proses interaksi
yang diberikan pendidik kepada peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar (UU No. 20/2003, Bab 1 ayat 1 pasal 20).
Sedangkan pembelajaran sendiri diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa, guru dan tenaga lainnya), material (buku-buku
dan alat tulis menulis), fasilitas (ruangan kelas dan laboratorium), perlengkapan(media
pembelajaran, perlengkapan audio-visual, komputer, dan sebagainya), dan prosedur
(meliputi jadwal dan metode pembelajaran) yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran. (Hamalik, 2003:25).
Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Proses Pelaksanaan
Pembelajaran PKn
Interaksi guru dengan siswa terjadi ketika guru mengucapkan salam kepada siswa
dan berdoa beserta membaca Asmaul Husna sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan apersepsi yang kemudian dilanjutkan guru dengan
menuliskan indikator dan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa saja yang harus
mereka kuasai. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diisi dengan penyampaian materi
pokok oleh guru yang memuat nilai-nilai Pancasila yang diintegrasikan pada sub materi
beserta contoh dalam kehidupan sehari-hari agar mudah dipahami siswa. Dalam tahap
elaborasi siswa diberikan tugas diskusi kelompok untuk memahami materi PKn yang
memuat nilai-nilai Pancasila. Pada tahap konfirmasi siswa diberi kesempatan untuk
bertanya dan menyampaikan pendapatnya yang bertujuan agar siswa dapat belajar
menghormati hak dan pendapat orang lain. Kegiatan penutup diakhiri dengan pemberian
kesimpulan oleh guru dan siswa serta pemberian tugas di rumah. Hal ini membuktikan
13
bahwa dalam proses pembelajaran PKn di kelas VIII selalu diusahakan memuat
pembelajaran nilai-nilai Pancasila bagi siswa.
Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut relevan jika dikaitkan dengan
pendapat Hyde & Bizar (dalam Kosasih,1988:193) mengenai tujuh prinsip pembelajaran
PKn yang harus dimiliki seorang guru dalam mengembangkan pembelajaran. Karena
menurut Hyde & Bizar (dalam Kosasih,1988:193) menyatakan bahwa pada proses
pembelajaran, guru membantu siswa mengeksplorasi, mengeneralisasikan, memantapkan,
mengelaborasi, dan merefleksi ide-ide konsep siswa dengan lebih memperhatikan pada
adanya sudut pandang yang berbeda dari setiap siswa. Sehingga guru dapat merancang
pembelajaran yang bersifat inkuiri sistematik dengan cara melakukan tukar pikiran dan
proses-proses meta kognitif serta memedomani siswa dengan berbagai konsep-konsep
arahan melalui penjelasan yang diberikan oleh guru kepada siswa terkait dengan materi
yang diajarkan beserta contohnya yang kemudian dilanjutkan dengan proses tanya jawab.
Hal ini dilakukan agar terbentuk ikatan emosi dan hubungan yang harmonis antara guru
dan siswa pada setiap tatap muka khususnya pada pembelajaran PKn yang memuat nilainilai Pancasila.
Dalam pembelajaran juga ditandai dengan adanya interaksi siswa dengan siswa
yaitu ketika diskusi kelompok. Berdasarkan temuan penelitian, strategi pembelajaran
dengan diskusi kelompok akan membantu siswa untuk menumbuhkan perilaku
bekerjasama. Diskusi kelompok dapat melatih siswa untuk belajar bermusyawarah dalam
menyelesaikan suatu masalah, saling bertukar pendapat, berani mengemukakan pendapat,
serta melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Jika dikaitkan dengan pendapat dari Kemendiknas, pemilihan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru relevan dengan nilai-nilai Pancasila yang ingin
dicapai dan diterapkan guru kepada siswa. Kemendiknas (2011:8) yang diatur dalam
Permendiknas No. 41 tahun 2007 menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dalam
kerangka pengembangan dan penanaman nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik dapat
menggunakan pendekatan kontekstual yaitu dengan mengkaitkan antara materi
pembelajaran dengan keadaan nyata sehingga peserta didik memiliki hasil yang
komprehensif pada ranah kognitif(olah pikir), afektif(olah hati, rasa dan karsa), serta
psikomotor(olah raga).
Hasil temuan penelitian tersebut juga sejalan dengan Permendiknas No. 41 tahun
2007 tentang Standar Proses Menyusun RPP yang menyebutkan bahwa kegiatan
pembelajaran dari tahapan kegiatan yang mencakup pendahuluan, inti (yang terdiri dari
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi) dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta
didik mempraktikan nilai-nilai Pancasila yang ditargetkan. Prinsip Contextual Teaching
and Learning disarankan untuk diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan
model pelaksanaan nilai-nilai Pancasila bagi peserta didik (Mulyasa, 2011:8).
Pendidikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran juga dilihat dari realisasi
penugasan dan pengelolaan kelas. Realisaasi penugasan siswa di kelas VIII G SMP
Negeri 7 Kota Malang kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan
tingkah laku siswa. Tugas-tugas sekolah yang tidak dikerjakan oleh siswa dikarenakan
siswa tersebut berada pada masa perkembangan emosi periode badai dan tekanan. Hal ini
14
diungkapkan oleh Sunarto (2006:167) yang menyatakan bahwa siswa sekolah menengah
banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain daripada tugas-tugas sekolah. Selain
itu diungkapkan juga bahwa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi
emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka adalah dengan
konsistensi dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa
yang penuh dengan tanggung jawab. Sehingga peran guru untuk anak yang mengalami
masa perkembangan emosi pada periode badai dan tekanan adalah dengan mendorongnya
untuk berusaha serta tetap mengingatkan agar mampu menghadapi kenyataan.
Persepsi siswa kelas VIII Terhadap Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn
Temuan penelitian tentang persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilainilai Pancasila dalam mata pelajaran PKn tertersebut relevan jika dikaitkan dengan
pendapat Winarno (2007:4) yang menyatakan bahwa nilai juga mengandung cita-cita,
harapan akan sesuatu yang diinginkan. Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila
merupakan suatu konsep tentang sistem nilai yang secara individual maupun
kebersamaan dipandang sebagai prinsip hidup ideal yang dicita-citakan dan diinginkan
untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dan negara RI. Nilai-nilai Pancasila yang
terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan,
kebangsaan dan kemasyarakatan (Dwiyono, 2007:5).
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipandang sebagai mata
pelajaran penting dalam membentuk warga Negara yang baik sesuai dengan falsafah
bangsa dan konstitusi Negara Republik Indonesia (Depdiknas, 2003:4). Hal tersebut juga
sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No.
267/DKT/2000 yang bertujuan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik,
mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif, mau berinteraksi dan bertanggungjawab di
segala bidang kegiatan, dapat mengembangkan diri secara positif, bisa memahami dan
melaksanakan hak dan kewajibannya secara santun, jujur, dan demokratis (Permendiknas
No. 22 tahun 2006).
Faktor Pendukung dan Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila
dalam PKn
Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya faktor
pendukung baik secara internal maupun eksternal dalam mengimplementasikan
pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam PKn diharapkan dapat membantu khususnya
bagi guru PKn dalam melaksanakan pembelajaran serta pihak sekolah pada umumnya
untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik sehingga dapat
menciptakan generasi yang cerdas dan berjiwa Pancasila. Pengaruh dari kondisi
lingkungan sekolah melalui sarana dan prasarana yang mendukung dapat menjadi
pembiasaan dalam diri siswa sehingga diharapkan siswa menjadi terbiasa dan mampu
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik pada saat
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Karena sebenarnya pembelajaran tidak
hanya dapat dilakukan di dalam kelas, namun juga dapat dilaksanakan di luar kelas.
15
Selain adanya faktor pendukung, guru juga mengalami kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Berbagai macam kendala yang dihadapi serta
permasalahan siswa di SMP Negeri 7 Kota Malang sebagian besar dilatar belakangi oleh
kurangnya pendidikan dari keluarga (orang tua). Bentuk-bentuk kenakalan yang
dilakukan oleh siswa baik di kelas selama pembelajaran PKn berlangsung maupun di
lingkungan sekolah merupakan akibat dari buruknya pendidikan keluarga serta kesalahan
siswa dalam mencari teman bergaul. Sehingga peran keluarga dalam membantu anaknya
agar menjadi anak yang baik sangat diperlukan demi tercapainya tugas perkembangan
yang diemban oleh anaknya.
Hasil temuan penelitian tersebut relevan dengan teori perkembangan peserta
didik. Menurut Imam (2009) dalam perkembangan peserta didik menyatakan bahwa usia
anak SMP merupakan usia yang overlapping (tumpang tindih) karena dua tahun berada
pada masa kanak-kanak akhir dan dua tahun berada pada masa remaja awal. Masa
pubertas yang dialami oleh anak SMP menyebabkan mereka sering merasa kebingungan.
Perkembangan emosi pada usia pubertas masih labil atau disebut juga sebagai periode
badai dan tekanan karena berada di lingkungan yang baru dan mengalami kekagetan yang
terkadang mereka dituntut untuk dewasa dan terkadang juga dituntut seperti anak-anak.
Perkembangan sosial dalam usia pubertas ini disebut juga sebagai usia
berkelompok.Sehingga mereka lebih suka dengan kelompoknya karena merasa cocok.
Selain itu, kebutuhan emosional pada usia pubertas meliputi kebutuhan untuk
mendapat simpati dan pengakuan dari orang lain sehingga jika anak melakukan
pelanggaran (terjadi kenakalan remaja) merupakan salah satu bentuk protes dari mereka
agar eksistensinya diakui. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Sunarto
(2006:71) yang menyatakan permasalahan yang sering dihadapi oleh remaja (usia
pubertas) adalah kesulitan dalam mengubah sikap, kesulitan dalam menerima perubahan
fisiknya, kebingungan terhadap perkembangan fungsi seks, over acting karena kesulitan
daalm penyesuaian emosional, kesulitan dalam penyesuaian sosial serta kesulitan dalam
melaksanakan nilai dan norma.
Upaya Mengatasi Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam
PKn
Upaya untuk mengatasi kendala dapat dilakukan oleh pihak guru/sekolah,
keluarga dan masyarakat. Jika ketiga komponen tersebut bekerjasama dengan baik, maka
penerapan nilai-nilai Pancasila pada siswa dapat terlaksana dengan optimal. Dalam
pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila, upaya yang dilakukan guru dan
sekolah dalam mengatasi kendala tersebut adalah:
a. Dalam menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP PKn yang memuat nilainilai Pancasila, guru seharusnya lebih teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai
Pancasila agar materi yang disampaikan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan serta guru harus menambah pengetahuan dan wawasan terkait
materi yang direncanakan dalam RPP.
b. Pada saat pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila guru
harus berusaha mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi agar
pembelajaran menjadi terpusat dan menyenangkan serta terintegrasi dengan nilainilai Pancasila, melakukan inovasi dan memperbanyak referensi mengenai media
16
pembelajaran sehingga dapat menunjang penerapan nilai-nilai Pancasila pada saat
proses belajar mengajar, memberikan motivasi kepada siswa serta guru harus pintar
menarik perhatian dan minat siswa agar siswa memiliki semangat dan antusias pada
pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila.
c. Upaya lain yang diusahakan oleh guru dan sekolah dalam mengatasi nilai-nilai
Pancasila adalah semua pihak sekolah berusaha memberikan teladan yang baik
kepada siswa dalam konsistensi mengawal jadwal mengajar, sosialisasi penerapan
nilai-nilai Pancasila melalui proses pembelajaran, memberikan sanksi kepada siswa
yang melanggar peraturan sekolah, melakukan pembiasaan-pembiasaan sekolah,
melakukan perbaikan fasilitas sekolah, menertibkan bimbingan oleh BK,
menerbitkan buku pedoman kepribadian, mendatangkan psikiater (orang yang ahli
dalam bidang psikologi) untuk menangani siswa yang bermasalah, memberikan
motivasi kepada seluruh guru dan staf, serta menyediakan organisasi siswa baik intra
(OSIS) maupun ekstrakurikuler. Sedangkan melalui upaya eksternal adalah
bekerjasama dengan orang tua/wali murid dalam mendidik siswa dengan cara
memberikan perhatian dan pengawasan pada siswa. Karena pendidikan di sekolah
memberi kontribusi terhadap keberhasilan pendidikan anak/siswa sekitar 30%.
Sementara sisanya yaitu 70 % keberhasilan pendidikan disumbang oleh pendidikan
dari keluarga (Wibowo, 2011:105).
Pendidikan dari keluarga merupakan bekal yang dimiliki oleh seorang anak dalam
mengarungi periode pubertas dengan berbagai permasalahannya. Kompleksnya
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak usia pubertas, maka diperlukan
bimbingan dari orang tua secara kontinyu. Keluarga setidaknya memiliki empat peran
penting untuk anaknya yaitu mendampingi, membimbing, mendidik serta menjadi teladan
yang baik bagi anaknya. Penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dimulai sejak usia dini dan
dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga. Pihak yang paling bertanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membesarkan anak-anak menjadi generasi yang
tangguh adalah orang tua, karena orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak
sehingga kebiasaan yang diterapkan di lingkungan keluarga dan segala tingkah laku yang
terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dengan mudah ditiru anak (Wibowo,
2011:120). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan dari keluarga (orang tua)
berupa keteladanan orang tua merupakan wahana yang pertama dan utama bagi
keberhasilan pembelajaran nilai-nilai Pancasila pada anak selain keteladanan yang
diberikan oleh guru di sekolah.
PENUTUP
Kesimpulan
Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut. Rancangan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru
mata pelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang dalam
mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila adalah dengan
17
mengintegrasikannya dalam silabus dan RPP pada setiap komponen yang ada pada
perangkat pembelajaran tersebut.
Implementasi nilai-nilai Pancasila pada proses pembelajaran ditandai dengan
metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, interaksi antara siswa
dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, penugasan yang diberikan oleh guru serta
pengelolaan kelas.
Sedangkan dari definisi yang dijelaskan siswa serta beberapa contoh penerapan
nilai-nilai Pancasila yang telah disebutkan tersebut dapat membuktikan bahwa siswa
kelas VIII sudah paham dan mengerti juga menerapkan nilai-nilai Pancasila yang telah
diajarkan guru dalam pembelajaran PKn dari sila kesatu hingga sila kelima Pancasila.
Persepsi siswa terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila yang telah diajarkan oleh guru
merupakan salah satu bukti bahwa guru PKn di SMP Negeri 7 Kota Malang telah
mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan
Kewarganegaraan meskipun masih belum terlaksana secara maksimal.
Adanya faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PKn ada dua macam
yaitu secara internal maupun eksternal. Faktor pendukung dan kendala internal berasal
dari siswa, guru dan sekolah. Sedangkan faktor pendukung dan kendala eksternal berasal
dari lingkungan sekolah dan masyarakat. Selain itu guru juga masih kurang teliti dan
mengalami kendala dalam menyusun perangkat pembelajaran yang memuat pembelajaran
nilai-nilai Pancasila bagi siswa.
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala untuk mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn dapat dilakukan melalui upaya
internal dan upaya eksternal. Upaya lain yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan
dalam menyusun perangkat pembelajaran yang memuat nilai-nilai Pancasila yaitu guru
harus lebih teliti, cermat dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai Pancasila yang akan
diintegrasikan dalam silabus dan RPP serta dengan menambah pengetahuan terkait materi
pembelajaran yang telah direncanakan dalam silabus dan RPP PKn.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut.
Implementasi pembelajaran nilai-nilai Pancasila di SMP Negeri 7 Kota Malang dapat
dibilang telah berjalan dengan baik walaupun masih ada beberapa kendala. Namun tidak
menutup kemungkinan juga bahwa kendala tersebut akan menjadi penghambat dalam
memaksimalkan pengimplementasian nilai-nilai Pancasila. Diharapkan guru mampu
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan lebih baik dan menyeluruh selama
melaksanakan proses belajar mengajar PKn sehingga penerapan nilai-nilai Pancasila yang
ditargetkan kepada siswa dapat tercapai dengan maksimal, dapat menarik minat siswa
terhadap mata pelajaran PKn dan bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi.
Guru juga harus lebih teliti, cermat dan kreatif dalam merancang perangkat
pembelajaran dan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kondisi
siswa namun tetap relevan pada standar isi dan standar proses yang telah ditentukan oleh
Kemendiknas dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada siswa. Selain itu,
18
guru harus menambah pengetahuan umum yang berkaitan dengan materi pembelajaran
agar guru lebih kreatif dalam memberikan semangat dan motivasi kepada siswa dalam
kegiatan pembelajaran PKn sehingga dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap
pembelajaran PKn dan menghilangkan tingkat kebosanan siswa dalam pembelajaran bisa
diatasi.
Siswa diharapkan bisa aktif, tanggap dan kreatif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar PKn dan bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen
Djahiri, Achmad kosasih. 1988. Strategi Pembelajaran IPS/PKN. Bandung: IKIP Bandung
Dwiyono, Agus, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VIII.
Jakarta:Yudistira
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta :
Paradigma
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Sistem Pendidikan Nasional
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Menyusun
RPP Standar Proses
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: CV. Alfabeta
Sunarto dan Agung Hartanto. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Sunoto. 1984. Mengenal Filsafat Pancasila (Pendekatan melalui Sejarah dan
Pelaksanaannya). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
Sunoto. 1991. Mengenal Filsafat Pancasila 1 (Pendekatan melalui Metafisika, Logika,
dan Etika) (volume 3). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
19
Wibowo, Agus. 2011. Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Winarno. 2007. Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan (volume 2). Jakarta :
Bumi Aksara
Azizi, Ridha. 2010.Mengenal lebih dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
SMP, (Online), (http:// www.azizi.com//mengenal-lebih-dalam-pelajaran.html), diakses
tanggal 12 Januari 2013
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisitem Pendidikan
Nasional. 2003, (Online), (http://www. Dikti.org/UUno20th2003-Sisdiknas.htm), diakses
tanggal 30 Desember 2012
Zarkasyi, Imam. 2009. Teori Perkembangan dan Penerapan Nilai-nilai Pancasila pada
Siswa. (Online), (http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/tugas-matkulkewarganegaraan-tentang-nilai-nilai-Pancasila.html), diakses tanggal 9 Januari 2013
Download