IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA MALANG THE IMPLEMENTATION OF TEACHING A VALUES OF PANCASILA IN CITIZENSHIP EDUCATION (Civics) SUBJECT OF VIII GRADE STUDENTS AT PUBLIC JUNIOR HIGH SCHOOL 7 MALANG Ita Rahmawati* Arbaiyah Prantiasih** Moch. Yudhi Batubara** *Jurusan HKn FIS UM, e-mail: [email protected], [email protected] **Pembimbing, Jurusan HKn FIS UM, Jl. Semarang 5 Malang 65145 e-mail: [email protected]:http://www.um.ac.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perencanaan yang disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PKn, (2) Proses pelaksanaan pembelajaran PKn, (3) Persepsi siswa kelas VIII, (4) Faktor pendukung serta kendala yang dihadapi oleh guru, (5) Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data primer yang dijadikan informan oleh peneliti adalah wawancara mendalam dengan guru PKn dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam RPP dilakukan dengan cara melihat silabus untuk menentukan nilai-nilai Pancasila yang sesuai dalam SK/KD, (2) Pada proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) belum tercapai secara maksimal karena pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok kurang berhasil dan kelas menjadi tidak kondusif, beberapa siswa tidak mengerjakan tugas, serta pengelolaan kelas yang kurang berhasil, (3) Persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam PKn dapat dilihat melalui tingkah laku siswa serta dapat menjelaskan arti dari nilai-nilai Pancasila menurut pemahaman mereka serta bisa menyebutkan contoh penerapannya, (4) Faktor pendorong serta kendala yang dihadapi ada dua macam yaitu berasal dari internal dan eksternal, (5) Upaya untuk mengatasi kendala meliputi upaya internal dan upaya eksternal. Kata kunci : Nilai-nilai Pancasila, mata pelajaran PKn. 1 2 Abstract: This study aimed to determine: (1) Planning arranged in a Lesson Plan Program (RPP) which is made by the Civics teacher, (2) the implementation process on learning Civics, (3) perceptions of eighth grade students, (4) supporting factors and obstacles faced by teachers, (5) the efforts made by teachers to overcome the obstacles in implementing the values of Pancasila on civics subject of VIII grade students at Public Junior School 7 Malang. This study uses a qualitative descriptive approach. The primary data source used as information by the researcher are coming from an in-depth interviews with Civics teacher and eighth grade students at Public Junior School 7 at Malang. The results obtained from this study are: (1) the Implementation of Pancasila values in RPP are performed by seeing the syllabus as to determine the values of Pancasila appropriate in SK / KD, (2) In the process of Citizenship Education learning (Civics), it has not been reached into maximum, because of learning by using group discussion method was less successful and not conducive to class, some students do not do the work, as well as the less successful classroom management, (3) perceptions of eighth grade students towards learning the values of Pancasila in Civics can be seen through the conduct of students as well as to explain the meaning of the values of Pancasila according to their understanding, and can cite examples of its application, (4) supporting factors and obstacles encountered are divided into two kinds, it is internal and external, (5) efforts to overcome obstacles including into internal efforts and the efforts external. Key words: values of Pancasila, citizenship education (civics) subject Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan ini akan dihasilkan manusia Indonesia yang sesuai dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional (SPN) dalam UU No. 20 tahun 2003 yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pancasila pada hakekatnya merupakan sistem nilai (Value System) yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa Indonesia, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan secara keseluruhan terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Proses terjadinya Pancasila melalui suatu proses yang disebut kausa materialism karena nilai-nilai Pancasila sudah ada dan merupakan suatu realita yang hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itulah yang menimbulkan tekad bangsa Indonesia untuk mewujudkannya dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya (Kaelan, 2007:13). Kehidupan bangsa Indonesia memerlukan adanya implementasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, agar nilai norma dan etika yang terkandung di dalam Pancasila benar-benar menjadi bagian yang utuh dan dapat menyatu dengan kepribadian setiap manusia Indonesia, sehingga dapat membentuk pola sikap, pola pikir dan pola tindak serta memberi arah kepada manusia Indonesia. Menurut Notonagoro dalam buku (Sunoto, 1991:50) berpendapat bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pandangan hidup dan menjadi alat pemersatu bangsa. Nilai yang tertera pada lima sila tersebut merupakan ideologi yang digunakan sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima dasar utama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila tersebut bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki arti yang sangat luas dalam 3 kehidupan bernegara. Dalam TAP MPR No. XVIII/MPR/1998 ini terdapat 45 butir pengamalan nilai-nilai Pancasila yang telah diubah dari 36 butir yang terdapat dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 yang sudah tidak berlaku lagi setelah dikeluarkannya ketentuan yang baru. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila adalah dengan menerapkan Pendidikan Pancasila atau yang saat ini sering disebut dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Pancasila adalah salah satu materi pelajaran moral yang ada di setiap bangku pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila atau budaya bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam kurikulum PKn. Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Definisi lain tentang nilai adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas terhadap suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat. Nilai juga merupakan suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu itu berguna, keyakinan, memuaskan, menarik, menguntungkan dan menyenangkan (Winarno, 2007:3). Muatan Pancasila pada mata pelajaran PKn yang sekarang ini hanya sebagai sisipan saja. Pancasila tidak dijadikan sebagai muatan utama. Padahal sejatinya Pancasila yang notabene dijadikan sebagai dasar negara harusnya menjadi muatan inti mata Pelajaran PKn di persekolahan agar peserta didik yang merupakan warga negara muda memahami hakekat Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran PKn sangat esensial diberikan di persekolahan di negara kita sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil dan berkarakter (National Character Building) yang setia dan memiliki komitmen kepada bangsa dan negara Indonesia yang majemuk. Berkenaan dengan permasalahan materi pelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum 2004 telah mengalami perubahan yang sangat besar, dari pengembangan materi dalam kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2004 pengembangan materi PKn, baik untuk jenjang SMP maupun SMA lebih bercirikan keilmuan (lebih menonjol pada ranah kognitif saja). Jika kita flashback beberapa dekade yang lalu kita mengenal adanya pelajaran Civic, Pendidikan Moral Pancasila, dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Akan tetapi sekarang seiring dengan perkembangan situasi negara, akhirnya PPKN pun diubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Sekilas tidak terlihat perbedaan yang prinsipil akan tetapi perubahan PPKn menjadi PKn menghilangkan satu kalimat yaitu Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang diatur dalam UU No. 2 tahun 1949, jo UU No. 62 tahun 1958, jo UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku tanggal 1 Agustus 2006. Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam kurikukum Pendidikan Dasar dan Menengah (Kurikulum 2004 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, 2003:2) 4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang terfokus pada pembentukan warga negara yang mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter sejalan dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 untuk mempertahankan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan ternyata bukan sekedar kalimat Pancasila yang disirnakan akan tetapi kandungan materi pelajaran tersebut pun lebih banyak menyoroti masalah kewarganegaraan dan kurang mendalami isi butir-butir Pancasila. Kita bisa membuktikan dengan cara melihat kemampuan siswa SMP era sekarang, mereka akan lancar menjelaskan bagaimana syarat-syarat menjadi anggota legislatif atau tata cara memilih dalam Pemilu daripada menjelaskan makna dari salah satu sila dari Pancasila. Dari penjabaran diatas muncul pertanyaan dari peneliti apakah nilai-nilai Pancasila yang memiliki makna yang begitu penting bagi pembentukan kepribadian dan karakter siswa sebagai warga Negara yang baik selalu diajarkan oleh guru khususnya guru mata pelajaran PKn dalam proses pembelajarannya, apakah guru juga mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam perangkat pembelajaran, serta bagaimanakah siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila setelah mendapatkan materi PKn yang telah diajarkan oleh guru disekolah. Karena Pancasila tidak akan bisa membumi jika tetap hanya dijadikan mitos dan tersirat secara inplisit saja dalam angan-angan tanpa memiliki model praktis dalam memecahkan masalah hidup masyarakat. Oleh karena itu, Pancasila perlu dikembangkan sebagai metodologi hidup atau ideologi praktis. Pemaparan di atas seharusnya menjadi acuan bagi para pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila pada siswa sesuai dengan koridor atau jalan yang yang telah ditentukan. Bertolak pada latar belakang di atas dimana ada sebuah problematika atau masalah mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila pada diri siswa dalam pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang yang cenderung sekedar membekali pengetahuan yang berorientasi pada tataran kognitif. Serta untuk mengetahui langkahlangkah apa saja yang ditempuh dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dilingkungan sekolah tersebut sebagai upaya pembentukan generasi bangsa yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan Pancasila. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perencanaan yang disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PKn dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7 Kota Malang, (2) Implementasi nilai-nilai Pancasila pada proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7 Kota Malang, (3) Persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7 Kota Malang, (4) Faktor pendukung serta kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang, (5) Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilainilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang. 5 METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistikkontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami. Peneliti mengumpulkan sejumlah informasi secara mendalam pada guru PKn dan seluruh siswa kelas VIII mengenai: cara guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), proses pelaksanaaan pembelajaran PKn di kelas VIII, persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilainilai Pancasila dalam PKn, faktor pendukung dan kendala yang dihadapi, serta upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilainilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang. Subyek penelitian adalah guru PKn dan siswa kelas VIII, Kepala sekolah, serta seluruh warga sekolah. Subyek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik sampling purposive. Persiapan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat yang berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada informan untuk memperoleh data. Lokasi penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMP Negeri 7 Kota Malang jalan Lembayung Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang 65135 yang dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih selama satu bulan. Fokus penelitian ini meliputi perencanaan pembelajaran PKn; proses pembelajaran PKn; persepsi siswa terhadap pembelajaran mata pelajaran PKn; faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada pembelajaran PKn; upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada pembelajaran PKn. Sumber data dalam kegiatan penelitian ini meliputi: (1) orang (informan) yang dipilih secara purposive; (2) buku-buku dan dokumen yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini yang dapat berupa buku seperti buku tentang Pancasila, dokumen-dokumen atau perangkat pembelajaran yang terkait dengan nilainilai Pancasila, buku tentang Pendidikan Kewarganegaraan serta buku tentang penelitian kualitatif. Dokumen tersebut dapat berupa silabus pelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan soal-soal evaluasi; (3) peneliti juga melakukan suatu pengamatan, yaitu kegiatan di sekolah yang terkait dengan subtansi penelitian. Pengamatan yang dilakukan peneliti, yaitu mengamati suasana belajar di kelas, yaitu pada saat proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung. Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara dan alat atau sarana penyimpanan dokumentasi atau informasi. Instrumen disusun berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, sedangkan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah orang yaitu guru PKn, siswa kelas VIII, Kepala Sekolah, dan seluruh warga SMP Negeri 7 Kota Malang. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara terjun langsung di lokasi penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sesuai dengan 6 bentuk pendekatan penelitian kualitatif, sumber data serta jenis data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu : (1) analisis isi dokumen, (2) observasi, (3) wawancara, (4) dokumentasi. Analisis data dilakukan berdasarkan pendekatan deskriptif. Mengkategorikan dan mengklasifikasikan data yang diperoleh berdasarkan analisis kaitan logisnya yang selanjutnya ditafsirkan dan disajikan secara actual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian. Prosedur pengolahan data dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) pengumpulan data, (2) validasi data, yang dilakukan dengan triangulasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman dengan model interaktifnya yang mengemukakan bahwa kegiatan analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga unsur yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) kesimpulan atau verifikasi data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn kedalam pola, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008:89). HASIL Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Silabus dan RPP PKn 1. 2. 3. 4. Berdasarkan temuan penelitian langkah yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PKn dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam silabus yaitu: Melakukan analisis SK/KD untuk mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila yang sesuai. Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap komponen yang ada dalam perangkat pembelajaran Merelevankan antara nilai-nilai Pancasila dengan kegiatan belajar, materi pokok, indikator, penilaian dan sumber belajar. Mengembangkan sumber belajar mengenai pengetahuan umum yang berhubungan dengan materi pembelajaran PKn yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Penyusunan silabus PKn di SMP Negeri 7 Malang tidak berbeda jauh dengan silabus yang dikeluarkan oleh Kemendiknas. Setiap komponen yang terdapat dalam silabus tersebut secara ekplisit memuat pembelajaran nilai-nilai Pancasila yang menyeluruh. Pengintegrasian pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam silabus tidak nampak seperti pendidikan karakter yang ditambahkan kolom khusus pada komponen silabus. Sehingga dalam setiap materi mata pelajaran PKn secara tidak langsung mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam lima sila Pancasila secara keseluruhan. Dalam pembelajaran PKn, setiap materi yang diajarkan pada siswa harus memuat nilai-nilai Pancasila sesuai dengan SK, KD yang diajarkan. Kemudian nilai tersebut diintegrasikan dalam setiap komponen yang terdapat dalam perangkat pembelajaran. Setelah itu merelevankan antara nilai Pancasila dengan kegiatan belajar, materi pokok, indikator, penilaian dan sumber belajar. 7 Nilai-nilai Pancasila yang ingin dikembangkan oleh seorang guru yang kemudian diintegrasikan dalam RPP yaitu terdapat dalam setiap komponen yang ada didalamnya. Sehingga dapat mempermudah guru untuk mengimplementasikan dan mengarahkan siswanya agar sesuai dengan nilai Pancasila yang telah ditargetkan. RPP merupakan penjabaran silabus yang mengambarkan rencana, prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP disusun oleh guru dan digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan dengan cara: a.) Melihat silabus yang ada terlebih dahulu untuk menentukan nilai-nilai Pancasila mana yang sesuai dalam SK/KD yang akan diajarkan b.) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila; c.) Penjabaran materi yang dikaitkan dengan contoh penerapan nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupan; d.) Menggunakan metode yang bervariasi dengan pendekatan kontekstual dan strategi belajar kooperatif; e.) Menggunakan berbagai macam media pembelajaran dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila agar siswa lebih antusias dan mudah mengerti; f.) Mengembangkan langkah pembelajaran untuk memfasilitasi perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa; g.) Menambah sumber belajar baik buku paket BSE maupun panduan lainnya; h.) Menggunakan kuis, portofolio dan diskusi kelompok dalam mengevaluasi hasil belajar siswa; Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Proses Pelaksanaan Pembelajaran PKn Proses pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila terdiri dari beberapa indikator yaitu interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, realisasi penugasan serta pengelolaan kelas. Interaksi guru dengan siswa terjadi ketika guru mengucapkan salam kepada siswa dan berdoa beserta membaca Asmaul Husna sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan apersepsi yang kemudian dilanjutkan guru dengan menuliskan indikator dan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa saja yang harus mereka kuasai. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diisi dengan penyampaian materi pokok oleh guru yang memuat nilai-nilai Pancasila yang diintegrasikan pada sub materi beserta contoh dalam kehidupan sehari-hari agar mudah dipahami siswa. Tidak hanya dalam pemberian materi siswa ditanamkan nilai-nilai Pancasila , namun juga lebih ditekankan pada sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn di kelas sehingga tidak hanya secara kognitif tetapi diharapkan juga dalam segi afektif dan psikomotor. Dalam tahap elaborasi siswa diberikan tugas diskusi kelompok untuk memahami materi PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila. Pada tahap konfirmasi siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya yang bertujuan agar siswa dapat belajar menghormati hak dan pendapat orang lain. Kegiatan penutup diakhiri dengan pemberian 8 kesimpulan oleh guru dan siswa serta pemberian tugas di rumah. Hal ini membuktikan bahwa dalam proses pembelajaran PKn di kelas VIII selalu diusahakan memuat pembelajaran nilai-nilai Pancasila bagi siswa. Implementasi nilai-nilai Pancasila telah diterapkan di SMP Negeri 7 Malang termasuk implementasinya dalam pembelajaran PKn yang selalu dikaitkan oleh guru dalam setiap komponen yang ada dalam pembelajaran. Hal tersebut membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila memiliki peranan penting dalam membentuk mental, sikap dan moralitas siswa sehingga dapat tercipta generasi penerus bangsa yang berkualitas demi kemajuan bangsa Interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, presentasi maupun saling meminjamkan alat tulis. Metode diskusi yang digunakan guru mata pelajaran PKn adalah untuk menanamkan nilai Pancasila kepada siswa secara menyeluruh, karena nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Strategi pembelajaran dengan diskusi kelompok akan membantu siswa untuk menumbuhkan perilaku bekerjasama. Diskusi kelompok dapat melatih siswa untuk belajar bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah, saling bertukar pendapat, berani mengemukakan pendapat, serta melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain. Siswa kelas VIII G yang melakukan diskusi kelompok menjadi tidak kondusif. Diskusi kelompok dan presentasi dapat berjalan dengan cukup baik meskipun kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Realisasi penugasan dijadikan indikator dalam proses pembelajaran yang memuat nilai-nilai Pancasila karena dengan pemberian tugas akan membantu siswa untuk bersikap tanggung jawab terhadap kewajibannya sebagai siswa. Realisasi penugasan siswa di kelas VIII G SMP Negeri 7 Malang kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan tingkah laku siswa. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan berbagai macam alasan dan masih banyak nilai kosong pada rekap nilai siswa yang dimiliki guru. Pengelolaan kelas oleh guru mata pelajaran PKn juga kurang bagus karena masih ada beberapa siswa yang ramai, membuat gaduh maupun mengobrol dengan temannya tanpa memperhatikan penjelasan dari guru. Peringatan dari guru untuk siswa yang membuat gaduh tetap tidak diperhatikan oleh siswa. Persepsi siswa kelas VIII Terhadap Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn Pemahaman siswa terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila dapat dilihat melalui tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Siswa dapat menjelaskan arti dari nilai-nilai Pancasila menurut pemahaman mereka masingmasing sesuai yang diajarkan oleh guru dalam mata pelajaran PKn serta bisa menyebutkan contoh penerapan nilai Pancasila di lingkungan sekolah. Menurut siswa kelas VIII tentang definisi nilai-nilai Pancasila yaitu nilai-nilai luhur yang timbul dari bangsa Indonesia sebagai ideologi, pedoman dan pandangan hidup masyarakat; atau nilainilai yang digunakan sebagai ideologi Negara yang berisi nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Dari definisi yang dijelaskan siswa serta beberapa contoh penerapan nilai-nilai Pancasila yang telah disebutkan tersebut dapat membuktikan bahwa siswa kelas VIII sudah paham dan mengerti juga menerapkan nilai-nilai Pancasila yang telah diajarkan guru dalam pembelajaran PKn dari sila kesatu hingga sila kelima Pancasila. Persepsi 9 siswa terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila yang telah diajarkan oleh guru merupakan salah satu bukti bahwa guru PKn di SMP Negeri 7 Kota Malang telah mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan meskipun masih belum terlaksana secara maksimal. Manfaat yang diperoleh siswa ketika pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila adalah dapat memahami isi dan arti penting nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga dapat memahami materi pelajaran PKn dengan mudah karena selalu diberikan contoh oleh guru dalam segala aspek kehidupan tentang penerapan nilai-nilai Pancasila. Faktor Pendukung dan Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn Adanya f aktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PKn ada dua macam yaitu secara internal maupun eksternal. Faktor pendukung dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara internal diantaranya: a. Adanya kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran; b. Kondisi kelas yang kondusif dan c. siswa memperhatikan penjelasan dari guru. Sedangkan faktor pendukung secara eksternal antara lain: a. Penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa yang terintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, b. Melalui kegiatan intrakurikuler, nilai-nilai Pancasila dapat ditanamkan melalui motivasi yang diberikan oleh guru serta dituangkan kedalam perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru, c. Melalui kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi sekolah seperti OSIS d. Melalui peraturan dan tata tertib sekolah, e. Membiasakan siswa untuk shalat dhuhur berjamaah, shalat sunnah berjamaah yang wajib diikuti seluruh siswa dalam kegiatan bimbingan rohani dan f. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah seperti musholla, laboratorium, sloganslogan yang terdapat di lorong-lorong sekolah. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi antara lain: a) Guru mengalami kesulitan dalam menentukan nilai-nilai Pancasila yang sesuai dengan materi PKn, karena dalam menentukan nilai-nilai Pancasila tersebut harus tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran PKn yang akan diajarkan guru kepada siswa. Selain itu, guru juga masih kurang teliti dalam membuat silabus dan RPP PKn yang diintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila dalam materi PKn dan terkadang guru rancu dalam menempatkan nilai-nilai Pancasila, karena pada dasarnya nilai Pancasila tersebut juga telah tercermin dalam nilai karakter. Hal ini dikarenakan begitu banyak dan luasnya materi PKn yang harus diajarkan kepada siswa sehingga guru harus memiliki inovasi, ketelitian dan kecermatan serta kreatifitas dalam meletakkan nilai-nilai Pancasila ke dalam silabus dan RPP agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. 10 b) Kendala lain juga dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran PKn serta dalam keseharian siswa di sekolah. Pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas, terkadang guru harus menghadapi siswa yang malas dan suka membuat gaduh yang disebabkan input siswa yang rendah serta kurangnya antusiasme siswa terhadap mata pelajaran PKn sehingga kondisi kelas menjadi kurang kondusif. Selain itu guru sedikit mengalami kesulitan dalam menentukan media dan metode yang sesuai dengan pembelajaran yang memuat nilai-nilai Pancasila yang disebabkan banyaknya jumlah siswa dalam kelas yang mengakibatkan guru tidak mampu untuk mengamati perkembangan nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam diri siswa secara mendetail sehingga untuk mengejar ketertinggalan siswa yang bermasalah dan belum mencapai KKM, maka guru terkadang lebih memfokuskan pembelajaran siswa pada ranah kognitif saja agar siswa bisa naik kelas. Metode yang cocok untuk penerapan nilai-nilai Pancasila terkadang tidak sesuai dengan kondisi siswa saat di kelas, sehingga guru sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab (model konvensional). c) Kendala lain yang dihadapi guru disebabkan kurangnya partisipasi dari keluarga, kurangnya perhatian dan teladan yang baik dari keluarga maupun masyarakat (lingkungan masyarakat kurang terpelajar), kondisi sosial ekonomi siswa dengan latar belakang yang menengah ke bawah menyebabkan keluarga hanya berorientasi pada pemenuhan materi untuk anaknya sehingga kurangnya pengawasan dalam memperhatikan perkembangan anak. kurang adanya kerjasama wali murid dengan pihak sekolah sehingga terkesan wali murid menyerahkan anaknya secara penuh ke pihak sekolah dan kemajuan tekhnologi terutama HP yang ikut membawa dampak negatif bagi siswa. Upaya Mengatasi Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam mengimplementasi nilainilai Pancasila yaitu meliputi upaya internal dan upaya eksternal. Upaya internal yaitu: a. Pada saat penyusunan silabus dan RPP guru seharusnya lebih teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai Pancasila sehingga materi yang disampaikan guru sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam RPP. b. Guru berusaha mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi agar pembelajaran menjadi terpusat dan menyenangkan serta terintegrasi dengan nilainilai Pancasila; c. Guru melakukan inovasi dan memperbanyak referensi mengenai media pembelajaran sehingga dapat menunjang penerapan nilai-nilai Pancasila pada saat proses belajar mengajar dan memberikan motivasi kepada siswa; d. Guru harus pintar menarik perhatian dan minat siswa agar siswa memiliki semangat dan antusias pada pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila e. Semua pihak sekolah berusaha memberikan teladan yang baik kepada siswa serta sosialisasi penerapan dan pengintegrasian nilai-nilai Pancasila melalui proses pembelajaran; f. Memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah; 11 g. Melakukan pembiasaan-pembiasaan kegiatan yang mengandung pembelajaran nilainilai Pancasila sekolah; h. Melakukan perbaikan fasilitas sekolah; i. Menertibkan bimbingan oleh BK dan menerbitkan buku pedoman kepribadian; j. Mendatangkan psikiater (orang yang ahli dalam bidang psikologi) untuk menangani siswa yang bermasalah; k. Memberikan motivasi kepada seluruh guru dan staf; l. Menyediakan organisasi siswa baik intra (OSIS) maupun ekstrakurikuler Sedangkan melalui upaya eksternal adalah: a. Bekerjasama dengan orang tua/wali murid dalam mendidik siswa dengan cara memberikan perhatian dan pengawasan pada siswa. PEMBAHASAN Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Silabus dan RPP PKn Prosedur pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke dalam silabus PKn di SMP Negeri 7 Kota Malang merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh guru PKn dalam menyusun silabus yang memuat nilai-nilai Pancasila. Pada pelaksanaannya, pengembangan silabus ini dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) atau pusat kegiatan guru (PKG), dan dinas pendidikan (Permendiknas no 41 Tahun 2007). Penyusunan silabus harus sistematis dan berkesinambungan, agar silabus bisa benar-benar difungsikan, baik dalam pembuatan RPP maupun dalam pelaksanaaan pembelajaran. Sehingga hasil pembelajaran tersebut dapat diterapkan siswa ke dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sesuai dalam Winarno (2007: 5) bahwa pelaksanaan pembelajaran PKn secara tidak langsung juga menerapkan nilai-nilai Pancasila di dalamnya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pengintegrasian ini bisa dilakukan secara mandiri, namun alangkah baiknya dan agar lebih mudah jika dilakukan secara berkelompok melalui MGMP. Selain itu, dalam pengintegrasian nilai Pancasila ke dalam silabus PKn juga memperhatikan sumber belajar, karena sumber belajar disini merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran. Selain dalam silabus, nilai-nilai Pancasila juga dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, karena RPP merupakan langkah awal bagi seorang guru untuk memulai proses pembelajaran kepada siswa. Pengintegrasian nilai-nilai Pancasila pada penyusunan RPP juga harus mencantumkan metode, media dan sumber belajar yang mencerminkan nilai Pancasila. Menyusun RPP sendiri juga tidak mudah, seorang guru harus teliti dan cermat dalam menyusun RPP agar dalam pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam proses pembelajaran memiliki tujuan agar siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Pembelajaran sendiri bertujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman tersebut tingkah laku siswa yang meliputi 12 pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya (Hamalik, 2003:35). Prosedur dalam penyusunan RPP PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila di SMP Negeri 7 Kota Malang diatas merupakan langkah-langkah dalam menyusun RPP yang memuat nilai-nilai Pancasila. Prosedur tersebut termasuk prosedur yang sistematis. Hal ini dikarenakan prosedur tersebut sesuai dengan aturan Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses yang berisikan dalam menyusun RPP harus mengandung identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi belajar, sumber belajar, serta pengembangan dalam bentuk nilai karakter. Pembelajaran disini merupakan proses interaksi yang diberikan pendidik kepada peserta didik melalui pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Pembelajaran disini merupakan proses interaksi yang diberikan pendidik kepada peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003, Bab 1 ayat 1 pasal 20). RPP PKn ini merupakan pedoman ke dua setelah silabus yang berperan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran disini merupakan proses interaksi yang diberikan pendidik kepada peserta didik melalui pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Pembelajaran disini merupakan proses interaksi yang diberikan pendidik kepada peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003, Bab 1 ayat 1 pasal 20). Sedangkan pembelajaran sendiri diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa, guru dan tenaga lainnya), material (buku-buku dan alat tulis menulis), fasilitas (ruangan kelas dan laboratorium), perlengkapan(media pembelajaran, perlengkapan audio-visual, komputer, dan sebagainya), dan prosedur (meliputi jadwal dan metode pembelajaran) yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Hamalik, 2003:25). Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Proses Pelaksanaan Pembelajaran PKn Interaksi guru dengan siswa terjadi ketika guru mengucapkan salam kepada siswa dan berdoa beserta membaca Asmaul Husna sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan apersepsi yang kemudian dilanjutkan guru dengan menuliskan indikator dan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa saja yang harus mereka kuasai. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diisi dengan penyampaian materi pokok oleh guru yang memuat nilai-nilai Pancasila yang diintegrasikan pada sub materi beserta contoh dalam kehidupan sehari-hari agar mudah dipahami siswa. Dalam tahap elaborasi siswa diberikan tugas diskusi kelompok untuk memahami materi PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila. Pada tahap konfirmasi siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya yang bertujuan agar siswa dapat belajar menghormati hak dan pendapat orang lain. Kegiatan penutup diakhiri dengan pemberian kesimpulan oleh guru dan siswa serta pemberian tugas di rumah. Hal ini membuktikan 13 bahwa dalam proses pembelajaran PKn di kelas VIII selalu diusahakan memuat pembelajaran nilai-nilai Pancasila bagi siswa. Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut relevan jika dikaitkan dengan pendapat Hyde & Bizar (dalam Kosasih,1988:193) mengenai tujuh prinsip pembelajaran PKn yang harus dimiliki seorang guru dalam mengembangkan pembelajaran. Karena menurut Hyde & Bizar (dalam Kosasih,1988:193) menyatakan bahwa pada proses pembelajaran, guru membantu siswa mengeksplorasi, mengeneralisasikan, memantapkan, mengelaborasi, dan merefleksi ide-ide konsep siswa dengan lebih memperhatikan pada adanya sudut pandang yang berbeda dari setiap siswa. Sehingga guru dapat merancang pembelajaran yang bersifat inkuiri sistematik dengan cara melakukan tukar pikiran dan proses-proses meta kognitif serta memedomani siswa dengan berbagai konsep-konsep arahan melalui penjelasan yang diberikan oleh guru kepada siswa terkait dengan materi yang diajarkan beserta contohnya yang kemudian dilanjutkan dengan proses tanya jawab. Hal ini dilakukan agar terbentuk ikatan emosi dan hubungan yang harmonis antara guru dan siswa pada setiap tatap muka khususnya pada pembelajaran PKn yang memuat nilainilai Pancasila. Dalam pembelajaran juga ditandai dengan adanya interaksi siswa dengan siswa yaitu ketika diskusi kelompok. Berdasarkan temuan penelitian, strategi pembelajaran dengan diskusi kelompok akan membantu siswa untuk menumbuhkan perilaku bekerjasama. Diskusi kelompok dapat melatih siswa untuk belajar bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah, saling bertukar pendapat, berani mengemukakan pendapat, serta melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain. Jika dikaitkan dengan pendapat dari Kemendiknas, pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru relevan dengan nilai-nilai Pancasila yang ingin dicapai dan diterapkan guru kepada siswa. Kemendiknas (2011:8) yang diatur dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan dan penanaman nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual yaitu dengan mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan keadaan nyata sehingga peserta didik memiliki hasil yang komprehensif pada ranah kognitif(olah pikir), afektif(olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotor(olah raga). Hasil temuan penelitian tersebut juga sejalan dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Menyusun RPP yang menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan yang mencakup pendahuluan, inti (yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi) dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikan nilai-nilai Pancasila yang ditargetkan. Prinsip Contextual Teaching and Learning disarankan untuk diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai Pancasila. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai Pancasila bagi peserta didik (Mulyasa, 2011:8). Pendidikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran juga dilihat dari realisasi penugasan dan pengelolaan kelas. Realisaasi penugasan siswa di kelas VIII G SMP Negeri 7 Kota Malang kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan tingkah laku siswa. Tugas-tugas sekolah yang tidak dikerjakan oleh siswa dikarenakan siswa tersebut berada pada masa perkembangan emosi periode badai dan tekanan. Hal ini 14 diungkapkan oleh Sunarto (2006:167) yang menyatakan bahwa siswa sekolah menengah banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain daripada tugas-tugas sekolah. Selain itu diungkapkan juga bahwa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka adalah dengan konsistensi dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh dengan tanggung jawab. Sehingga peran guru untuk anak yang mengalami masa perkembangan emosi pada periode badai dan tekanan adalah dengan mendorongnya untuk berusaha serta tetap mengingatkan agar mampu menghadapi kenyataan. Persepsi siswa kelas VIII Terhadap Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn Temuan penelitian tentang persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilainilai Pancasila dalam mata pelajaran PKn tertersebut relevan jika dikaitkan dengan pendapat Winarno (2007:4) yang menyatakan bahwa nilai juga mengandung cita-cita, harapan akan sesuatu yang diinginkan. Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila merupakan suatu konsep tentang sistem nilai yang secara individual maupun kebersamaan dipandang sebagai prinsip hidup ideal yang dicita-citakan dan diinginkan untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dan negara RI. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan (Dwiyono, 2007:5). Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipandang sebagai mata pelajaran penting dalam membentuk warga Negara yang baik sesuai dengan falsafah bangsa dan konstitusi Negara Republik Indonesia (Depdiknas, 2003:4). Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No. 267/DKT/2000 yang bertujuan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif, mau berinteraksi dan bertanggungjawab di segala bidang kegiatan, dapat mengembangkan diri secara positif, bisa memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya secara santun, jujur, dan demokratis (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Faktor Pendukung dan Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya faktor pendukung baik secara internal maupun eksternal dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam PKn diharapkan dapat membantu khususnya bagi guru PKn dalam melaksanakan pembelajaran serta pihak sekolah pada umumnya untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik sehingga dapat menciptakan generasi yang cerdas dan berjiwa Pancasila. Pengaruh dari kondisi lingkungan sekolah melalui sarana dan prasarana yang mendukung dapat menjadi pembiasaan dalam diri siswa sehingga diharapkan siswa menjadi terbiasa dan mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik pada saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Karena sebenarnya pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas, namun juga dapat dilaksanakan di luar kelas. 15 Selain adanya faktor pendukung, guru juga mengalami kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Berbagai macam kendala yang dihadapi serta permasalahan siswa di SMP Negeri 7 Kota Malang sebagian besar dilatar belakangi oleh kurangnya pendidikan dari keluarga (orang tua). Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa baik di kelas selama pembelajaran PKn berlangsung maupun di lingkungan sekolah merupakan akibat dari buruknya pendidikan keluarga serta kesalahan siswa dalam mencari teman bergaul. Sehingga peran keluarga dalam membantu anaknya agar menjadi anak yang baik sangat diperlukan demi tercapainya tugas perkembangan yang diemban oleh anaknya. Hasil temuan penelitian tersebut relevan dengan teori perkembangan peserta didik. Menurut Imam (2009) dalam perkembangan peserta didik menyatakan bahwa usia anak SMP merupakan usia yang overlapping (tumpang tindih) karena dua tahun berada pada masa kanak-kanak akhir dan dua tahun berada pada masa remaja awal. Masa pubertas yang dialami oleh anak SMP menyebabkan mereka sering merasa kebingungan. Perkembangan emosi pada usia pubertas masih labil atau disebut juga sebagai periode badai dan tekanan karena berada di lingkungan yang baru dan mengalami kekagetan yang terkadang mereka dituntut untuk dewasa dan terkadang juga dituntut seperti anak-anak. Perkembangan sosial dalam usia pubertas ini disebut juga sebagai usia berkelompok.Sehingga mereka lebih suka dengan kelompoknya karena merasa cocok. Selain itu, kebutuhan emosional pada usia pubertas meliputi kebutuhan untuk mendapat simpati dan pengakuan dari orang lain sehingga jika anak melakukan pelanggaran (terjadi kenakalan remaja) merupakan salah satu bentuk protes dari mereka agar eksistensinya diakui. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Sunarto (2006:71) yang menyatakan permasalahan yang sering dihadapi oleh remaja (usia pubertas) adalah kesulitan dalam mengubah sikap, kesulitan dalam menerima perubahan fisiknya, kebingungan terhadap perkembangan fungsi seks, over acting karena kesulitan daalm penyesuaian emosional, kesulitan dalam penyesuaian sosial serta kesulitan dalam melaksanakan nilai dan norma. Upaya Mengatasi Kendala Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam PKn Upaya untuk mengatasi kendala dapat dilakukan oleh pihak guru/sekolah, keluarga dan masyarakat. Jika ketiga komponen tersebut bekerjasama dengan baik, maka penerapan nilai-nilai Pancasila pada siswa dapat terlaksana dengan optimal. Dalam pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila, upaya yang dilakukan guru dan sekolah dalam mengatasi kendala tersebut adalah: a. Dalam menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP PKn yang memuat nilainilai Pancasila, guru seharusnya lebih teliti dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai Pancasila agar materi yang disampaikan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan serta guru harus menambah pengetahuan dan wawasan terkait materi yang direncanakan dalam RPP. b. Pada saat pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila guru harus berusaha mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi agar pembelajaran menjadi terpusat dan menyenangkan serta terintegrasi dengan nilainilai Pancasila, melakukan inovasi dan memperbanyak referensi mengenai media 16 pembelajaran sehingga dapat menunjang penerapan nilai-nilai Pancasila pada saat proses belajar mengajar, memberikan motivasi kepada siswa serta guru harus pintar menarik perhatian dan minat siswa agar siswa memiliki semangat dan antusias pada pelaksanaan pembelajaran PKn yang memuat nilai-nilai Pancasila. c. Upaya lain yang diusahakan oleh guru dan sekolah dalam mengatasi nilai-nilai Pancasila adalah semua pihak sekolah berusaha memberikan teladan yang baik kepada siswa dalam konsistensi mengawal jadwal mengajar, sosialisasi penerapan nilai-nilai Pancasila melalui proses pembelajaran, memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah, melakukan pembiasaan-pembiasaan sekolah, melakukan perbaikan fasilitas sekolah, menertibkan bimbingan oleh BK, menerbitkan buku pedoman kepribadian, mendatangkan psikiater (orang yang ahli dalam bidang psikologi) untuk menangani siswa yang bermasalah, memberikan motivasi kepada seluruh guru dan staf, serta menyediakan organisasi siswa baik intra (OSIS) maupun ekstrakurikuler. Sedangkan melalui upaya eksternal adalah bekerjasama dengan orang tua/wali murid dalam mendidik siswa dengan cara memberikan perhatian dan pengawasan pada siswa. Karena pendidikan di sekolah memberi kontribusi terhadap keberhasilan pendidikan anak/siswa sekitar 30%. Sementara sisanya yaitu 70 % keberhasilan pendidikan disumbang oleh pendidikan dari keluarga (Wibowo, 2011:105). Pendidikan dari keluarga merupakan bekal yang dimiliki oleh seorang anak dalam mengarungi periode pubertas dengan berbagai permasalahannya. Kompleksnya kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak usia pubertas, maka diperlukan bimbingan dari orang tua secara kontinyu. Keluarga setidaknya memiliki empat peran penting untuk anaknya yaitu mendampingi, membimbing, mendidik serta menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dimulai sejak usia dini dan dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga. Pihak yang paling bertanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membesarkan anak-anak menjadi generasi yang tangguh adalah orang tua, karena orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak sehingga kebiasaan yang diterapkan di lingkungan keluarga dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dengan mudah ditiru anak (Wibowo, 2011:120). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan dari keluarga (orang tua) berupa keteladanan orang tua merupakan wahana yang pertama dan utama bagi keberhasilan pembelajaran nilai-nilai Pancasila pada anak selain keteladanan yang diberikan oleh guru di sekolah. PENUTUP Kesimpulan Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Rancangan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Malang dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila adalah dengan 17 mengintegrasikannya dalam silabus dan RPP pada setiap komponen yang ada pada perangkat pembelajaran tersebut. Implementasi nilai-nilai Pancasila pada proses pembelajaran ditandai dengan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, penugasan yang diberikan oleh guru serta pengelolaan kelas. Sedangkan dari definisi yang dijelaskan siswa serta beberapa contoh penerapan nilai-nilai Pancasila yang telah disebutkan tersebut dapat membuktikan bahwa siswa kelas VIII sudah paham dan mengerti juga menerapkan nilai-nilai Pancasila yang telah diajarkan guru dalam pembelajaran PKn dari sila kesatu hingga sila kelima Pancasila. Persepsi siswa terhadap pembelajaran nilai-nilai Pancasila yang telah diajarkan oleh guru merupakan salah satu bukti bahwa guru PKn di SMP Negeri 7 Kota Malang telah mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan meskipun masih belum terlaksana secara maksimal. Adanya faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PKn ada dua macam yaitu secara internal maupun eksternal. Faktor pendukung dan kendala internal berasal dari siswa, guru dan sekolah. Sedangkan faktor pendukung dan kendala eksternal berasal dari lingkungan sekolah dan masyarakat. Selain itu guru juga masih kurang teliti dan mengalami kendala dalam menyusun perangkat pembelajaran yang memuat pembelajaran nilai-nilai Pancasila bagi siswa. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn dapat dilakukan melalui upaya internal dan upaya eksternal. Upaya lain yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran yang memuat nilai-nilai Pancasila yaitu guru harus lebih teliti, cermat dan kreatif dalam menentukan nilai-nilai Pancasila yang akan diintegrasikan dalam silabus dan RPP serta dengan menambah pengetahuan terkait materi pembelajaran yang telah direncanakan dalam silabus dan RPP PKn. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut. Implementasi pembelajaran nilai-nilai Pancasila di SMP Negeri 7 Kota Malang dapat dibilang telah berjalan dengan baik walaupun masih ada beberapa kendala. Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa kendala tersebut akan menjadi penghambat dalam memaksimalkan pengimplementasian nilai-nilai Pancasila. Diharapkan guru mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan lebih baik dan menyeluruh selama melaksanakan proses belajar mengajar PKn sehingga penerapan nilai-nilai Pancasila yang ditargetkan kepada siswa dapat tercapai dengan maksimal, dapat menarik minat siswa terhadap mata pelajaran PKn dan bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi. Guru juga harus lebih teliti, cermat dan kreatif dalam merancang perangkat pembelajaran dan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kondisi siswa namun tetap relevan pada standar isi dan standar proses yang telah ditentukan oleh Kemendiknas dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada siswa. Selain itu, 18 guru harus menambah pengetahuan umum yang berkaitan dengan materi pembelajaran agar guru lebih kreatif dalam memberikan semangat dan motivasi kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran PKn sehingga dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap pembelajaran PKn dan menghilangkan tingkat kebosanan siswa dalam pembelajaran bisa diatasi. Siswa diharapkan bisa aktif, tanggap dan kreatif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar PKn dan bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen Djahiri, Achmad kosasih. 1988. Strategi Pembelajaran IPS/PKN. Bandung: IKIP Bandung Dwiyono, Agus, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VIII. Jakarta:Yudistira Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta : Paradigma Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Sistem Pendidikan Nasional Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Menyusun RPP Standar Proses Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta Sunarto dan Agung Hartanto. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Sunoto. 1984. Mengenal Filsafat Pancasila (Pendekatan melalui Sejarah dan Pelaksanaannya). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya Sunoto. 1991. Mengenal Filsafat Pancasila 1 (Pendekatan melalui Metafisika, Logika, dan Etika) (volume 3). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya 19 Wibowo, Agus. 2011. Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Winarno. 2007. Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan (volume 2). Jakarta : Bumi Aksara Azizi, Ridha. 2010.Mengenal lebih dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP, (Online), (http:// www.azizi.com//mengenal-lebih-dalam-pelajaran.html), diakses tanggal 12 Januari 2013 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisitem Pendidikan Nasional. 2003, (Online), (http://www. Dikti.org/UUno20th2003-Sisdiknas.htm), diakses tanggal 30 Desember 2012 Zarkasyi, Imam. 2009. Teori Perkembangan dan Penerapan Nilai-nilai Pancasila pada Siswa. (Online), (http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/tugas-matkulkewarganegaraan-tentang-nilai-nilai-Pancasila.html), diakses tanggal 9 Januari 2013