(eva), market value added (mva)

advertisement
Efektif Jurnal Bisnis dan EkonomiEfektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
158
Vol. 2, No. 2, Desember 2011, 158 - 168
Desember 2011
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA),
MARKET VALUE ADDED (MVA), DAN ARUS KAS TERHADAP
RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Kartini
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Abstract
Recently, many companies use performance measurement which more emphasizes
on the value based management (VBM). The concept of VBM encourages management
increasing the motivation and focusing on the creation of expected cash flow for the
investor. VBM which is applied continuously in the efficient market condition will reflect
a good performance of stock return.
This study aims to analyse the effect of economic value added, market value added and
operational cash flow on the stock return receiving by investor on the public companies
listed on the Indonesian Stock Exchange. Simple linier regression is employed to determine
partial contribution on the effect of independent variables on the stock return.
Samples of this research are 31 consumption industry companies on the Indonesia
Stock Return, especially the data of stock return and annual report for the year 20052009.
Statistical test demonstrates that all hypothesis are rejected, means that economic
value added, market value added and operational cash flow, do not have an effect on the
stock return.
Key Words: Economic value added, Market value added, Operational cash flow, Stock
return.
PENDAHULUAN
Di Era seperti sekarang ini
dimana persaingan semakin ketat akan
menuntut tiap-tiap individu untuk
terus melakukan perkembangan untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Perkembangan bisnis yang
pesat manuntut perusahaan untuk terus
bersaing secara kompetitif agar tetap
terus bertahan. Dengan kondisi tersebut
agar tujuan perusahaan tercapai, berbagai
macam masalah yang timbul harus dihadapi
dan disertai dengan solusi pengambilan
keputusan yang efektif. Keberhasilan suatu
perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya tidak lepas dari
peran manajer keuangan serta keputusan
keuangan yang telah dilakukan. Untuk
bisa mengambil keputusan keuangan
yang benar, manajer keuangan perlu
menentukan tujuan yang harus dicapai.
Keputusan yang tepat adalah keputusan
yang akan membantu organisasi mencapai
tujuannya.
Tujuan perusahaan hanya untuk
menghasilkan laba yang sebesar-besarnya
tidak lagi relevan di masa sekarang
karena tanggung jawab perusahaan tidak
Desember 2011
Kartini
hanya kepada pemilik saja melainkan
kepada seluruh stakeholder. Oleh karena
itu perusahaan dituntut untuk menimbang
semua strategi yang diambil dengan
memperhatikan dampaknya terhadap
stakeholder.
Berdasarkan hal tersebut maka
tujuan yang sesuai adalah untuk
memaksimalkan nilai suatu perusahaan.
Pada kasus perusahaan publik nilai
perusahaan dikaitkan dengan nilai saham
yang beredar di pasar.Karena kesalahan
menentukan tujuan akan berakibat pada
kesalahan stategi yang diambil. Kesalahan
pengukuran kinerja akan mengakibatkan
kesalahan dalam memberi imbalan atas
prestasi yang ada.
Penerapan penilaian kinerja perusahaan sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan
yang berguna untuk kepentingan para
pemegang saham maupun bagi manajemen
perusahaan. Demikian pula halnya,
dengan kinerja keuangan yang baik, akan
mendorong investor untuk berinvestasi
di perusahaan tersebut. Oleh karena
itu maka, setiap pihak terutama pihak
eksternal memerlukan informasi atas
laporan keuangan perusahaan. Analisis
atas laporan keuangan sangat penting,
karena dengan mengetahui laporan
keuangan dapat diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang
bersangkutan (Munawir, 2002:1).
Laporan
keuangan
merupakan
informasi yang dibutuhkan dalam menilai
kinerja keuangan perusahaan. Selain itu
juga memberikan dasar untuk memberikan
kompensasi kepada para partisipan atau
pemegang saham. Penilaian terhadap
prestasi dan kinerja perusahaan pada
umumnya dinilai dengan menggunakan
rasio keuangan. Kelemahan kinerja dan
prestasi manajemen yang diukur dengan
rasio-rasio keuangan adalah tidak dapat
159
dipertanggungjawabkan secara obyektif
karena rasio keuangan yang dihasilkan
akan bergantung pada metode atau
perlakuan akutansi yang digunakan.
Dengan adanya distorsi akutansi tersebut
maka pengukuran kinerja berdasarkan
laba per saham (earning per share), tingkat
pertumbuhan laba (earning growth) dan
tingkat pengembalian (rate of return)
tidak lagi efektif. Karena pengukuran
berdasarkan rasio tersebut diatas tidak
dapat diandalkan.
Disamping itu, penilaian dengan menggunakan rasio tidak memperhitungkan
adanya modal (Cost of Capital)
yang dapat mengindikasikan seberapa
jauh perusahaan telah menciptakan nilai
bagi pemilik modal (Utama & Afriani,
2005). Dengan demikian sulit untuk
mengetahui apakah suatu perusahaan telah
menciptakan nilai tambah bagi pemegang
sahamnya.
Pendekatan yang semakin berkembang dalam beberapa dekade terakhir
dalam menilai kemajuan penciptaan
value dan kinerja suatu perusahaan
adalah Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA). EVA dan
MVA membuat para manajer memfokuskan
perhatian pada kegiatan yang menciptakan
nilai dan memungkinkan mereka untuk
mengevaluasi kriteria memaksimumkan
nilai perusahaan.
Pada tahun 1980-an, Stern Stewart
dan Co, terutama Joel M Stewart
memperkenalkan suatu pendekatan
penilaian kinerja keuangan yaitu
Economic Value Added (EVA). EVA
berangkat dari konsep biaya modal (Cost
of Capital), yakni risiko yang dihadapi
perusahaan dalam melakukan investasinya
(Poeradisastra, 2002:20).
Economic Value Added (EVA)
merupakan selisih antara Net Operating
Profit After Tax (NOPAT) dengan Capital
160
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Charge (biaya modal). EVA merupakan
ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri
yang tidak membutuhkan analisis trend
maupun norma perusahaan sehingga bagi
pihak manajemen dan penyedia dana
akan lebih mudah dalam menilai kinerja
perusahaan. Jika dibandingkan dengan
rasio keuangan, secara teoritis EVA lebih
baik dalam menilai kinerja perusahaan.
Secara teoritis dikatakan bahwa EVA
berhubungan secara langsung pada nilai
pasar intrinsik perusahaan. Jika nilai EVA
diproyeksikan dan di discount ke dalam
present value maka hasilnya adalah MVA,
karena MVAadalah ukuran kumulatif kinerja
perusahaan yang memperlihatkan penilaian
pasar modal pada suatu waktu tertentu dari
nilai EVA di masa mendatang atau absolut
antara nilai pasar saham perusahaan dengan
modal yang diinvestasikan.
Market Value Added (MVA) mengukur
tindakan manajerial sejak pendirian
perusahaan.
Kekayaan
pemegang
saham akan menjadi maksimal dengan
memaksimalkan perbedaan antara nilai
pasar ekuitas perusahaan dan jumlah modal
ekuitas yang diinvestasikan investor (
Brigham, 2001). Perbedaan ini disebut Nilai
Tambah Pasar ( Market Value Added)
EVA dan MVA adalah pengukuran
kinerja perusahaan yang berfokus pada
nilai perusahaan. Tidak seperti ukuran
kinerja perusahaan konvensional yang
memerlukan analisis pembanding dengan
perusahaan sejenis, EVA dan MVA dapat
berdiri sendiri. Metode EVA dan MVA
yang berhasil diciptakan perusahaan
adalah faktor yang paling relevan dalam
pembentukan nilai perusahaan.
Dari penelitian yang pernah dilakukan
beberapa pakar, dengan mengasumsikan
bahwa kinerja manajemen baik atau
efektif maka akan tercermin dalam harga
saham perusahaan. Oleh sebab itu apabila
pengukuran terhadap EVA dan MVA positif,
maka berarti terdapat nilai tambah bagi
Desember 2011
perusahaan dan biasanya akan dilanjutkan
dengan meningkatnya harga saham
perusahaan sehingga tingkat pengembalian
saham (return saham) mengalami kenaikan.
Dengan demikian nilai EVA dan MVA
yang positif diharapkan akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap kenaikan
tingkat return saham.
EVA dan MVA dapat membantu
manajemen untuk mengetahui nilai
perusahaan. Nilai Perusahaan yang tercipta ini akan mempengaruhi respon
masyarakat yang dicerminkan melalui
naik atau turunnya harga saham. Harga
pasar saham adalah market clearing prices
yang ditentukan berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran. Harga saham
memberikan indikasi perubahan harapan
pemodal sebagai akibat perubahan kinerja
keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Nilai sebuah saham terkait erat dengan
perkiraan prestasi perusahaan di masa
yang akan datang. Kinerja keuangan dapat
digunakan sebagai input untuk membayar
return yang mungkin diperoleh sebagai
akibat investasi pada saham.
Pada mulanya pelaporan keuangan
hanya terdiri dari neraca dan laporan laba
rugi. Manfaat laporan arus kas ini telah
dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah
satunya Browen et al. [1986]. Dalam
penelitiannya dikatakan bahwa data arus
kas mempunyai manfaat dalam beberapa
konteks keputusan, seperti : (1) memprediksi
kesulitan keuangan, (2) menilai resiko,
ukuran, dan waktu keputusan pinjaman, (3)
memprediksi peringkat (rating) kredit, (4)
menilai perusahaan, dan (5) memberikan
informasi tambahan pada pasar modal.
Beberapa literatur menganggap bahwa data
arus kas merupakan indikator keuangan
yang lebih baik dibandingkan dengan
akuntansi karena laporan arus kas relatif
lebih mudah diinterpretasikan dan relatif
lebih sulit untuk dimanipulasi.
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis tertarik melakukan penelitian
Desember 2011
sejenis dengan sampel perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor
industri konsumsi. Kinerja positif sektor
konsumsi sesuai dengan karakter alami
industri tersebut, yakni bersifat defensif
dan tidak mudah terpukul oleh krisis
ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui mengetahui pengaruh Economic ValueAdded (EVA), Market Value
Added (MVA), dan Arus kas terhadap
Return saham pada perusahaan publik
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas
penulis tertarik meneliti perusahaan
industri konsumsi yang terdaftar di BEI
selama periode 2005-2009, masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah sebagai
berikut:
“apakah Economic Value Added
(EVA), Market Value Added (MVA)
dan Arus kas yang dicapai perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham?”
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian-penelitian
sebelumnya
tentang pengaruh Economic Value Added
(MVA), Market Value Added (MVA), dan
Arus kas terhadap return saham antara
lain adalah: Lehn dan Makhija (1996), melakukan
uji atas hubungan EVA / MVA dengan
stock return dari 241 perusahaan yang
termasuk dalam peningkatan penciptaan
nilai untuk tahun 1987, 1988, dan 1993.
Lehn dan Mekhija menghitung 6 pengukur
kinerja yaitu 3 tingkat balikan akunting
(ROE, ROl, dan ROS), tingkat balikan
sahan (stock return) serata EVA dan MVA
Kartini
161
perusahaan tersebut pada setiap tahin yang
diuji. Hasil pengujian menyimpulkan
bahwa semuanya menunjukkan hubungan
yang positif dengan balikan saham, tetapi
walaupun perbedaannya tidak terlalu
besar temyata hubungan EVA dengan
balikan saham mempunyai hubungan
yang lebih tinggi.
George Bannet Stewart III (1991),
menguji sampel 476 perusahaan industri
pada pasar modal selama tahun 1984
- 1988, melalui analisis regresi setiap
perubahan MVA terhadap EVA serta
ukuran-ukuran umum kinerja perusahaan
seperti ROE, EPS, dan lain-iain. Hasilnya
menunjukkan bahwa EVA memiliki r
- determinan yang tertinggi yaitu 0,44
sedangkan ROE dan EPS lebih rendah
dari itu.
Hasil penelitian sebelumnya dikutip
dari Pradhono & Yulius Jogi Christiawan
(2004) ataupun Fernandez (2001), ternyata
hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa EVA tidak terbukti memiliki
superioritas dibandingkan dengan tolok
ukur kinerja lain. Selain itu juga ada
kesamaan hasil yang menunjukkan bahwa
semua tolok ukur kinerja mempunyai
kontribusi yang rendah terhadap return
yang diterima oleh pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan Pradhono
& Yulius Jogi Christiawan (2004)
Pengaruh Economi Value Added, Residual
Income, Earnings dan Arus Kas Operasi
terhadap Return yang diterima oleh
pemegang saham, dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa arus kas
operasi mempunyai pengaruh yang paling
signifikan terhadap return yang diterima
oleh pemegang saham daripada tolok
ukur kinerja EVA, RI dan Earnings.
162
Desember 2011
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H1 : EVA berpengaruh positif terhadap
Return Saham
H2 : MVA berpengaruh positif terhadap
Return Saham
H3 : Arus Kas berpengaruh positif
terhadap Return Saham
METODOLOGI PENELITIAN
POPULASI DAN SAMPEL
VARIABEL DAN PENGUKURAN
Variabel-variabel dalam penelitian ini
meliputi variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah: Return Saham.
Sedangkan variabel independen dalam
penelitian ini meliputi: EVA (Economic
Value Added), MVA (Market Value
Added),dan Arus Kas Operasi
Pengukuran variabel-variabel dalam
penelitian adalah: a). EVA merupakan
hasil pengurangan total biaya modal
terhadap laba operasi setelah pajak.
Langkah-langkah untuk menghitung EVA
(Amin Widjaja, dalam Rokhayati, 2003):
Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah perusahaan go
public yang telah melakukan emisi dan
terdaftar sebagai emiten secara kontinyu
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 5
tahun pengamatan, berawal dari tahun
2005 sampai 2009.
1. Menghitung NOPAT (Net Operating
After Tax).
Rumus:
Kriteria sampel penelitian ini adalah:
perusahaan tersebut bergerak dalam
Sektor Industri Konsumsi dan telah go
public, tercatat sebagai emiten sejak
2005 sampai dengan 2009, secara terus
menerus (tidak pernah delisting), dan
mengeluarkan laporan keuangan setiap
tahun selama periode 2005 sampai 2009
dengan tahun fiskal yang berakhir 31
desember.
Invested
Capital = Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman Jangka Pendek
Data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber, pertama yaitu laporan
keuangan tahunan (Annual Report) yang
diterbitkan oleh perusahaan dari buku
Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). Sumber data kedua mengenai
harga saham harian yang diakses dari
Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM)
berupa: Laporan Bursa Efek Jakarta,
Jurnal-jurnal, dan Literatur-literatur
lainnya yang berhubungan dengan obyek
yang sedang diteliti.
NOPAT = Laba Bersih Sebelum Pajak – Pajak
2. Menghitung Invested Capital.
Rumus:
3. Menghitung WACC (Weighted
Average Cost Of Capital)
Rumus:
WACC = [(D x rd)(1 - Tax)+(E x re)]
Notasi:
Desember 2011
163
Kartini
4. Menghitung Capital Charges
Rumus:
Capital Charges = WACC x Invested Capital
5. Menghitung Economic Value Added
(EVA)
Rumus:
EVA = NOPAT - Capital Charges
Atau:
EVA = NOPAT – (WACC - Capital Charges)
MVA diperoleh dengan mengalikan
selisih antara harga pasar saham dan nilai
buku perlembar saham dengan jumlah
saham yang dikeluarkan. Nilai pasar
saham perusahaan dicerminkan oleh harga
saham yang tercantum pada akhir periode
selama tahun tersebut berlangsung.
Rumus:
MVA = (Saham yang beredar x Harga saham) – Total ekuitas saham biasa
Nilai arus kas operasi dapat dilihat
dalam data laporan keuangan perusahaan.
Dari data nilai tersebut kemudian dibagi
dengan jumlah saham yang beredar
perusahaan karena dalam perhitungan
ini arus kas operasi diukur dengan satuan
rupiah per lembar saham. Pengukuran
variable arus kas operasi dalam satuan
rupiah per lembar saham dimaksudkan
agar memenuhi kesetaraan pengukuran
dengan variable terikat return.
CFO =
Nilai arus kas operasi
–––––––––––––––––––
Jumlah saham beredar
Tingkat keuntungan (return) adalah
rasio antara pendapatan investasi selama
beberapa periode dengan jumlah dana
yang diinvestasikan. Tingkat keuntungan
saham yang diterima oleh pemodal
dinyatakan sebagai berikut:
Dimana :
Ri
= tingkat keuntungan saham
Pt–₁ = harga saham awal periode
Pt
= harga saham akhir periode
METODE ANALISIS DATA
Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda dengan menggunakan SPSS for
window 17.0. Model ini digunakan untuk
melihat pengaruh EVA, MVA, dan Arus
Kas Operasi terhadap Return Saham.
Persamaan regresi:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3
Keterangan:
Y : Return saham
α : konstanta
β : koefisien regresi
X1 : EVA
X2 : MVA
X3 : Arus Kas Operasi
Setelah model regresi terbebas dari
penyimpangan asumsi klasik, maka
langkah selanjutnya adalah uji T. Uji
T dilakukan untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel independent
(EVA, MVA, dan Arus Kas) secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen
(Return Saham). Bila koefisien β1, β2, dan
β3 secara statistic signifikan (pada tingkat
5%), maka Ho ditolak, yang berarti
bahwa variabel independent (EVA, MVA,
dan Arus Kas) secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen (Return
Saham).
164
Desember 2011
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan bukti empiris pengaruh
Economic Value Added (EVA), Market
Value Added (MVA), dan Arus Kas
terhadap Return yang diterima oleh
pemegang saham pada perusahaan
manukfaktur Sub Barang Konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data
yang dikumpulkan tersebut meliputi data
Economic Value Added (EVA), Market
Value Added (MVA), dan Arus Kas.
Populasi dalam penelitian ini
menggunakan perusahaan manufaktur
Sub Barang Konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 20052009 yang memenuhi criteria: telah
menyampaikan laporan keuangan tahun
2005-2009, telah diaudit dan laporan
keuangan telah diaudit dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian. Dari hasil
seleksi sample diperoleh 13 perusahaan
yang telah menyampaikan laporan
keuangan tahun 2005-2009.
Sesuai dengan permasalahan dan
perumusan model yang telah dikemukakan,
serta kepentingan pengujian hipotesis,
maka teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi analisis
deskriptif dan analisis statistik.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
uji autokorelasi dapat disimpulkan
bahwa nilai DW sebesar 1,428 hal ini
menunjukkan
tidak ada kesimpulan
karena nilai DW berada diantara 1.10
sampai 1.54.
Uji Multikoliniearitas
Multikolinearitas bertujuan menguji
apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen).
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
hasil uji multikoliniearitas sebagai
berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Multikoliniearitas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
(Constant)
VIF
EVA
.995
1.005
MVA
.991
1.009
ARUS KAS
OPERASI
.987
1.013
Berdasarkan nilai VIF diketahui untuk
variabel independent EVA, MVA dan Arus
kas memiliki nilai tolerance < 1 dan VIF
< 10 dengan demikian dapat disimpulkan
tidak terjadi multikoliniearitas
Uji Heteroskedatisitas
Uji
heterokedastisitas
menguji
apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance
dari satu
Uji Asumsi Klasik
Uji Autokorelasi
Tabel 1
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
.207a
R Square
.043
Adjusted R Square
-.004
a. Predictors: (Constant), ARUS KAS OPERASI, MVA, EVA
b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Std. Error of the
Estimate
86.02927
Durbin-Watson
1.428
Desember 2011
165
Kartini
pengamatan ke pengamatan lain.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
hasil uji heteroskedatisitas sebagai
berikut:
Kas tidak mempunyai pengaruh bersamasama yang signifikan terhadap return
saham.
Uji T
Uji signifikansi parameter individual
atau uji statistik-t ini untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh antara variable
independen yaitu EVA, MVA dan Arus Kas
terhadap variable dependen yaitu return
saham pada perusahaan industri konsumsi
yang terdaftar di BEI maka digunakan alat
uji dengan regresi linear berganda.
Tabel 4
Hasil Uji T
Gambar 1
Dengan melihat penyebaran titik-titik
dalam diagram Scatterplot yang berpola
menyebar acak, maka dapat disimpulkan
tidak terjadi heteroskedatisitas.
Sig.
Model
1
Tabel 3
Hasil Uji F
ANOVAb
Sum of
Squares
Df
Mean
Square
F
Sig.
Regression
20177.642
3
6725.881
.909
.442
Residual
451463.106
61
7401.035
Total
471640.747
64
Model
1
t
(Constant)
1.670
.100
EVA
.925
.359
MVA
.973
.335
ARUS KAS
OPERASI
.961
.340
a
a. Predictors: (Constant), ARUS KAS OPERASI, EVA, MVA
b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Pengujian Hipotesis
Uji F
Uji simultan dengan F-test bertujuan
mengetahui pengaruh secara bersamasama variabel independen terhadap
variabel dependen.
Dari hasil olah data dengan
menggunakan SPSS
pada tabel 3
didapatkan nilai signifikan dari uji F
(P.value) adalah sebesar 0.442a. Karena
nilai F (0,442) > α (5%) maka dapat
simpulkan bahwa EVA, MVA dan Arus
Pengujian Hipotesis 1
Dari hasil olah data dengan SPSS
didapatkan nilai signifikan dari variabel
EVA (P.value) sebesar 0.359 yang lebih
besar dari pada tingkat signifikan α (5%)
. Karena nilai P.value (0,359) > α (5%)
maka Ho1 diterima dan Ha ditolak yang
berarti bahwa EVA tidak mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap
return saham .
Pengujian Hipotesis 2
Dari hasil olah data dengan
menggunakan SPSS didapatkan nilai
signifikan dari variabel MVA (P.value)
sebesar 0.335 yang lebih besar dari pada
tingkat signifikan α(5%). Karena nilai
P.value (0.335 ) > α (5%) maka Ho2
166
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
diterima dan Ha ditolak yang berarti
bahwa MVA tidak mempunyai pengaruh
positif yang signifikan terhadap return
saham .
Pengujian Hipotesis 3
Dari hasil olah data dengan
menggunakan SPSS didapatkan nilai
signifikan dari variabel Arus Kas
(P.value) sebesar 0, 340 yang lebih
besar dari pada tingkat signifikan α=5%.
Karena nilai P.value (0, 340 ) > α (5%)
maka Ho3 diterima dan Ha ditolak yang
berarti bahwa Arus Kas tidak mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap
return saham .
PEMBAHASAN
Variabel EVA
Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel
EVA adalah sebesar 0,088. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh yang
positif antara EVA dengan return saham.
Economic Value Added (EVA) yang
positif menandakan perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi pemilik modal
karena perusahaan mampu menghasilkan
tingkat pengembalian yang melebihi
tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan
tujuan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan. Pengukuran EVA yang positif
mempunyai arti adanya nilai tambah
bagi perusahaan, akan direspon dengan
meningkatnya harga saham perusahaan
sehingga tingkat pengembalian saham
(return saham) akan mengalami kenaikan
atau perusahaan berhasil menciptakan
nilai tambah perusahaan bagi investor.
Akan tetapi dalam pengujian statistik
uji T dihasilkan nilai signifikan variabel
EVA ( 0,357) > α (5%) yang menandakan
bahwa variabel EVA tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap return
Desember 2011
saham meskipun variabel EVA memiliki
hubungan positif terhadap return saham .
Hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan besar EVA tidak digunakan
para investor sebagai acuan dalam
menentukan saham yang akan dibeli
atau dilepas. Harga saham naik karena
ekspektasi investor terhadap future.
Mungkin hanya 1-2 orang yang melihat
EVA dari 10 orang investor. Hal ini
menunjukkan bahwa tolok ukur kinerja ini
bukanlah faktor utama yang menentukan
harga saham. Harga saham suatu
perusahaan di bursa efek mencerminkan
harapan atau ekspektasi pasar terhadap
saham perusahaan yang bersangkutan.
Harapan investor bisa dihasilkan dari
informasi yang diterima (Pradomo,
2004).
Tidak terdapatnya pengaruh EVA
terhadap retur saham juga didukung oleh
hasil penelitian Pablo Fernandes yang
berjudul: “EVA, Economic Profit and
Cash Added Do not Measure Shareholder
Value Creation (Swa Sembada, 16
Oktober 2003).
Hasil penelitian ini belum sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Lehn dan Makhija (1996) yang
menguji hubungan EVA dan MVA dengan
return saham dari 241 perusahaan yang
termasuk dalam peningkatan penciptaan
nilai untuk tahun 1987, 1988, dan 1993.
Hasil
pengujiannya
menyimpulkan
bahwa semuanya menunjukkan hubungan
yang positif dengan balikan saham, tetapi
walaupun perbedaannya tidak terlalu
besar ternyata hubungan EVA dengan
balikan saham mempunyai hubungan yang
lebih tinggi. Sementara itu, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh George
Bannet Stewart III (1991), menguji sampel
476 perusahaan industri pada pasar modal
selama tahun 1984 - 1988, melalui analisis
regresi setiap perubahan MVA terhadap
Desember 2011
EVA serta ukuran-ukuran umum kinerja
perusahaan seperti ROE, EPS, dan lainiain. Hasilnya menunjukkan bahwa EVA
memiliki R - determinan yang tertinggi
yaitu 0,44 sedangkan ROE dan EPS lebih
rendah dari itu.
Variabel MVA
Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel
MVA adalah sebesar 0,001. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh yang
positif antara MVA dengan return saham.
MVA juga merupakan salah satu ukuran
kinerja keuangan suatu perusahaan.
MVA yang positif menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan tersebut meningkat
sehingga akan menjadi nilai tambah
bagi perusahaan, dan biasanya akan
direspon oleh meningkatnya harga
saham perusahaan sehingga tingkat
pengembalian saham (return saham) akan
mengalami peningkatan atau perusahaan
berhasil menciptakan nilai tambah
perusahaan bagi investor.
Akan tetapi dalam pengujian statistik
uji T dihasilkan nilai signifikan variabel
MVA (0,335) > α (5%) yang menandakan
bahwa variabel MVA tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap return
saham meskipun variabel MVA memiliki
hubungan positif terhadap return of
saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sophie Nivox, PBR and MVA factors
in the Japanese stock market, yang
menyimpulkan bahwa MVA tidak berpengaruh terhadap return saham. Akan
tetapi berlawanan dengan hasil penelitian
ini yang dilakukan oleh Lehn dan
Makhija (1996) yang menguji hubungan
EVA / MVA dengan stock return dari
241 perusahaan yang termasuk dalam
peningkatan penciptaan nilai untuk tahun
167
Kartini
1987, 1988, dan 1993, hasil pengujian
menyimpulkan bahwa semuanya menunjukkan hubungan yang positif
dengan balikan saham, tetapi walaupun
perbedaannya tidak terlalu besar ternyata
hubungan EVA dengan balikan saham
mempunyai hubungan yang lebih tinggi.
Variabel Arus Kas
Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel
Arus Kas adalah sebesar 0,057. Hal
ini menunjukkan ada pengaruh Arus
Kas terhadap return saham. Meskipun
dari Uji T dihasilkan nilai signifikan
variabel Arus Kas (0,340 ) > α (5%)
yang menjelaskan bahwa variabel
Arus Kas tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Hasil penelitian
ini belum sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Pradhono & Yulius Jogi
Christiawan (2004).
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang tetah dijelaskan di
atas, maka kesimpulan dari penilitian ini
adalah:
a. H1 ditolak atau Economic Value
Added (EVA) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
Return Saham, hal ini bisa terlihat
dari nilai P value ( 0,359 ) > α (5%)
b. H2 ditolak atau Market Value Added
(MVA) tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Return
Saham , hal ini bisa dilihat dari nilai
P value (0,335) > α (5%)
c. H3 ditolak atau Arus Kas tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Return saham, hal ini bisa
dilihat dari nilai P value ( 0,340) > α
(5%)
168
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
2. Saran
a. Penelitian selanjutnya sebaiknya
periode penelitian yang digunakan
ditambah sehingga menghasilkan
informasi yang lebih mendukung.
b. Begitu juga jumlah sampel sebaiknya
ditambah dan mungkin bisa diperluas
tidak hanya satu sector saja tetapi
mungkin bisa lebih dari satu sector.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, F. Eugene & Houston, Joel F.,
2001. Manajemen Keuangan.
Terjemahan
oleh
Dodo
Suharto, Edisi Kedelapan,
Jakarta: Erlangga.
Lehn, Kenneth and Anil Makhija, 1996,
EVA and MVA as Performance
Measures and Signals for
Strategic Change, Majalah
Swa Sembada Edisi Kamis 16
Oktober 2003.
Desember 2011
Pablo Fernandes, 2003.“EVA, Economic
Profit and Cash Added Do not
Measure Shareholder Value Creation , Majalah Swa
Sembada, 16 Oktober 2003.
Pradhono, 2003, Pengaruh Economic
Value
Added,
Residual
Income, Earnings dan Arus
Kas
Operasi
Terhadap
return yang Diterima Oleh
Pemegang Saham (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ), Jurnal,
Jurusan Ekonomi Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Surabaya:
Universitas Kristen Petra.
Stewart, G.B. III, 1990, The Quest for
Value: A Guide for Senior
Managers, Majalah Swa
Sembada Edisi Kamis 16
Oktober 2003.
Download