Efektif Jurnal Bisnis dan EkonomiEfektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi 158 Vol. 2, No. 2, Desember 2011, 158 - 168 Desember 2011 ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), MARKET VALUE ADDED (MVA), DAN ARUS KAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Kartini Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Abstract Recently, many companies use performance measurement which more emphasizes on the value based management (VBM). The concept of VBM encourages management increasing the motivation and focusing on the creation of expected cash flow for the investor. VBM which is applied continuously in the efficient market condition will reflect a good performance of stock return. This study aims to analyse the effect of economic value added, market value added and operational cash flow on the stock return receiving by investor on the public companies listed on the Indonesian Stock Exchange. Simple linier regression is employed to determine partial contribution on the effect of independent variables on the stock return. Samples of this research are 31 consumption industry companies on the Indonesia Stock Return, especially the data of stock return and annual report for the year 20052009. Statistical test demonstrates that all hypothesis are rejected, means that economic value added, market value added and operational cash flow, do not have an effect on the stock return. Key Words: Economic value added, Market value added, Operational cash flow, Stock return. PENDAHULUAN Di Era seperti sekarang ini dimana persaingan semakin ketat akan menuntut tiap-tiap individu untuk terus melakukan perkembangan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Perkembangan bisnis yang pesat manuntut perusahaan untuk terus bersaing secara kompetitif agar tetap terus bertahan. Dengan kondisi tersebut agar tujuan perusahaan tercapai, berbagai macam masalah yang timbul harus dihadapi dan disertai dengan solusi pengambilan keputusan yang efektif. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak lepas dari peran manajer keuangan serta keputusan keuangan yang telah dilakukan. Untuk bisa mengambil keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan hanya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya tidak lagi relevan di masa sekarang karena tanggung jawab perusahaan tidak Desember 2011 Kartini hanya kepada pemilik saja melainkan kepada seluruh stakeholder. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menimbang semua strategi yang diambil dengan memperhatikan dampaknya terhadap stakeholder. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan yang sesuai adalah untuk memaksimalkan nilai suatu perusahaan. Pada kasus perusahaan publik nilai perusahaan dikaitkan dengan nilai saham yang beredar di pasar.Karena kesalahan menentukan tujuan akan berakibat pada kesalahan stategi yang diambil. Kesalahan pengukuran kinerja akan mengakibatkan kesalahan dalam memberi imbalan atas prestasi yang ada. Penerapan penilaian kinerja perusahaan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan yang berguna untuk kepentingan para pemegang saham maupun bagi manajemen perusahaan. Demikian pula halnya, dengan kinerja keuangan yang baik, akan mendorong investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Oleh karena itu maka, setiap pihak terutama pihak eksternal memerlukan informasi atas laporan keuangan perusahaan. Analisis atas laporan keuangan sangat penting, karena dengan mengetahui laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002:1). Laporan keuangan merupakan informasi yang dibutuhkan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Selain itu juga memberikan dasar untuk memberikan kompensasi kepada para partisipan atau pemegang saham. Penilaian terhadap prestasi dan kinerja perusahaan pada umumnya dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Kelemahan kinerja dan prestasi manajemen yang diukur dengan rasio-rasio keuangan adalah tidak dapat 159 dipertanggungjawabkan secara obyektif karena rasio keuangan yang dihasilkan akan bergantung pada metode atau perlakuan akutansi yang digunakan. Dengan adanya distorsi akutansi tersebut maka pengukuran kinerja berdasarkan laba per saham (earning per share), tingkat pertumbuhan laba (earning growth) dan tingkat pengembalian (rate of return) tidak lagi efektif. Karena pengukuran berdasarkan rasio tersebut diatas tidak dapat diandalkan. Disamping itu, penilaian dengan menggunakan rasio tidak memperhitungkan adanya modal (Cost of Capital) yang dapat mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal (Utama & Afriani, 2005). Dengan demikian sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya. Pendekatan yang semakin berkembang dalam beberapa dekade terakhir dalam menilai kemajuan penciptaan value dan kinerja suatu perusahaan adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). EVA dan MVA membuat para manajer memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kriteria memaksimumkan nilai perusahaan. Pada tahun 1980-an, Stern Stewart dan Co, terutama Joel M Stewart memperkenalkan suatu pendekatan penilaian kinerja keuangan yaitu Economic Value Added (EVA). EVA berangkat dari konsep biaya modal (Cost of Capital), yakni risiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasinya (Poeradisastra, 2002:20). Economic Value Added (EVA) merupakan selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan Capital 160 Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi Charge (biaya modal). EVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend maupun norma perusahaan sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Jika dibandingkan dengan rasio keuangan, secara teoritis EVA lebih baik dalam menilai kinerja perusahaan. Secara teoritis dikatakan bahwa EVA berhubungan secara langsung pada nilai pasar intrinsik perusahaan. Jika nilai EVA diproyeksikan dan di discount ke dalam present value maka hasilnya adalah MVA, karena MVAadalah ukuran kumulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada suatu waktu tertentu dari nilai EVA di masa mendatang atau absolut antara nilai pasar saham perusahaan dengan modal yang diinvestasikan. Market Value Added (MVA) mengukur tindakan manajerial sejak pendirian perusahaan. Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor ( Brigham, 2001). Perbedaan ini disebut Nilai Tambah Pasar ( Market Value Added) EVA dan MVA adalah pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus pada nilai perusahaan. Tidak seperti ukuran kinerja perusahaan konvensional yang memerlukan analisis pembanding dengan perusahaan sejenis, EVA dan MVA dapat berdiri sendiri. Metode EVA dan MVA yang berhasil diciptakan perusahaan adalah faktor yang paling relevan dalam pembentukan nilai perusahaan. Dari penelitian yang pernah dilakukan beberapa pakar, dengan mengasumsikan bahwa kinerja manajemen baik atau efektif maka akan tercermin dalam harga saham perusahaan. Oleh sebab itu apabila pengukuran terhadap EVA dan MVA positif, maka berarti terdapat nilai tambah bagi Desember 2011 perusahaan dan biasanya akan dilanjutkan dengan meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) mengalami kenaikan. Dengan demikian nilai EVA dan MVA yang positif diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kenaikan tingkat return saham. EVA dan MVA dapat membantu manajemen untuk mengetahui nilai perusahaan. Nilai Perusahaan yang tercipta ini akan mempengaruhi respon masyarakat yang dicerminkan melalui naik atau turunnya harga saham. Harga pasar saham adalah market clearing prices yang ditentukan berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Harga saham memberikan indikasi perubahan harapan pemodal sebagai akibat perubahan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Nilai sebuah saham terkait erat dengan perkiraan prestasi perusahaan di masa yang akan datang. Kinerja keuangan dapat digunakan sebagai input untuk membayar return yang mungkin diperoleh sebagai akibat investasi pada saham. Pada mulanya pelaporan keuangan hanya terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Manfaat laporan arus kas ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah satunya Browen et al. [1986]. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti : (1) memprediksi kesulitan keuangan, (2) menilai resiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman, (3) memprediksi peringkat (rating) kredit, (4) menilai perusahaan, dan (5) memberikan informasi tambahan pada pasar modal. Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan akuntansi karena laporan arus kas relatif lebih mudah diinterpretasikan dan relatif lebih sulit untuk dimanipulasi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian Desember 2011 sejenis dengan sampel perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor industri konsumsi. Kinerja positif sektor konsumsi sesuai dengan karakter alami industri tersebut, yakni bersifat defensif dan tidak mudah terpukul oleh krisis ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh Economic ValueAdded (EVA), Market Value Added (MVA), dan Arus kas terhadap Return saham pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti perusahaan industri konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2009, masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut: “apakah Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Arus kas yang dicapai perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap return saham?” KAJIAN PUSTAKA Penelitian-penelitian sebelumnya tentang pengaruh Economic Value Added (MVA), Market Value Added (MVA), dan Arus kas terhadap return saham antara lain adalah: Lehn dan Makhija (1996), melakukan uji atas hubungan EVA / MVA dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peningkatan penciptaan nilai untuk tahun 1987, 1988, dan 1993. Lehn dan Mekhija menghitung 6 pengukur kinerja yaitu 3 tingkat balikan akunting (ROE, ROl, dan ROS), tingkat balikan sahan (stock return) serata EVA dan MVA Kartini 161 perusahaan tersebut pada setiap tahin yang diuji. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa semuanya menunjukkan hubungan yang positif dengan balikan saham, tetapi walaupun perbedaannya tidak terlalu besar temyata hubungan EVA dengan balikan saham mempunyai hubungan yang lebih tinggi. George Bannet Stewart III (1991), menguji sampel 476 perusahaan industri pada pasar modal selama tahun 1984 - 1988, melalui analisis regresi setiap perubahan MVA terhadap EVA serta ukuran-ukuran umum kinerja perusahaan seperti ROE, EPS, dan lain-iain. Hasilnya menunjukkan bahwa EVA memiliki r - determinan yang tertinggi yaitu 0,44 sedangkan ROE dan EPS lebih rendah dari itu. Hasil penelitian sebelumnya dikutip dari Pradhono & Yulius Jogi Christiawan (2004) ataupun Fernandez (2001), ternyata hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa EVA tidak terbukti memiliki superioritas dibandingkan dengan tolok ukur kinerja lain. Selain itu juga ada kesamaan hasil yang menunjukkan bahwa semua tolok ukur kinerja mempunyai kontribusi yang rendah terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Pradhono & Yulius Jogi Christiawan (2004) Pengaruh Economi Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham, dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham daripada tolok ukur kinerja EVA, RI dan Earnings. 162 Desember 2011 Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : EVA berpengaruh positif terhadap Return Saham H2 : MVA berpengaruh positif terhadap Return Saham H3 : Arus Kas berpengaruh positif terhadap Return Saham METODOLOGI PENELITIAN POPULASI DAN SAMPEL VARIABEL DAN PENGUKURAN Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: Return Saham. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini meliputi: EVA (Economic Value Added), MVA (Market Value Added),dan Arus Kas Operasi Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian adalah: a). EVA merupakan hasil pengurangan total biaya modal terhadap laba operasi setelah pajak. Langkah-langkah untuk menghitung EVA (Amin Widjaja, dalam Rokhayati, 2003): Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan go public yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten secara kontinyu di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 5 tahun pengamatan, berawal dari tahun 2005 sampai 2009. 1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax). Rumus: Kriteria sampel penelitian ini adalah: perusahaan tersebut bergerak dalam Sektor Industri Konsumsi dan telah go public, tercatat sebagai emiten sejak 2005 sampai dengan 2009, secara terus menerus (tidak pernah delisting), dan mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun selama periode 2005 sampai 2009 dengan tahun fiskal yang berakhir 31 desember. Invested Capital = Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman Jangka Pendek Data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, pertama yaitu laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan dari buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sumber data kedua mengenai harga saham harian yang diakses dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) berupa: Laporan Bursa Efek Jakarta, Jurnal-jurnal, dan Literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan obyek yang sedang diteliti. NOPAT = Laba Bersih Sebelum Pajak – Pajak 2. Menghitung Invested Capital. Rumus: 3. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital) Rumus: WACC = [(D x rd)(1 - Tax)+(E x re)] Notasi: Desember 2011 163 Kartini 4. Menghitung Capital Charges Rumus: Capital Charges = WACC x Invested Capital 5. Menghitung Economic Value Added (EVA) Rumus: EVA = NOPAT - Capital Charges Atau: EVA = NOPAT – (WACC - Capital Charges) MVA diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga pasar saham dan nilai buku perlembar saham dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Nilai pasar saham perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang tercantum pada akhir periode selama tahun tersebut berlangsung. Rumus: MVA = (Saham yang beredar x Harga saham) – Total ekuitas saham biasa Nilai arus kas operasi dapat dilihat dalam data laporan keuangan perusahaan. Dari data nilai tersebut kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar perusahaan karena dalam perhitungan ini arus kas operasi diukur dengan satuan rupiah per lembar saham. Pengukuran variable arus kas operasi dalam satuan rupiah per lembar saham dimaksudkan agar memenuhi kesetaraan pengukuran dengan variable terikat return. CFO = Nilai arus kas operasi ––––––––––––––––––– Jumlah saham beredar Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat keuntungan saham yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut: Dimana : Ri = tingkat keuntungan saham Pt–₁ = harga saham awal periode Pt = harga saham akhir periode METODE ANALISIS DATA Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS for window 17.0. Model ini digunakan untuk melihat pengaruh EVA, MVA, dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham. Persamaan regresi: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 Keterangan: Y : Return saham α : konstanta β : koefisien regresi X1 : EVA X2 : MVA X3 : Arus Kas Operasi Setelah model regresi terbebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka langkah selanjutnya adalah uji T. Uji T dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independent (EVA, MVA, dan Arus Kas) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (Return Saham). Bila koefisien β1, β2, dan β3 secara statistic signifikan (pada tingkat 5%), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa variabel independent (EVA, MVA, dan Arus Kas) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (Return Saham). 164 Desember 2011 Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Arus Kas terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham pada perusahaan manukfaktur Sub Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang dikumpulkan tersebut meliputi data Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Arus Kas. Populasi dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur Sub Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 20052009 yang memenuhi criteria: telah menyampaikan laporan keuangan tahun 2005-2009, telah diaudit dan laporan keuangan telah diaudit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dari hasil seleksi sample diperoleh 13 perusahaan yang telah menyampaikan laporan keuangan tahun 2005-2009. Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Berdasarkan hasil perhitungan uji autokorelasi dapat disimpulkan bahwa nilai DW sebesar 1,428 hal ini menunjukkan tidak ada kesimpulan karena nilai DW berada diantara 1.10 sampai 1.54. Uji Multikoliniearitas Multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji multikoliniearitas sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Multikoliniearitas Collinearity Statistics Model 1 Tolerance (Constant) VIF EVA .995 1.005 MVA .991 1.009 ARUS KAS OPERASI .987 1.013 Berdasarkan nilai VIF diketahui untuk variabel independent EVA, MVA dan Arus kas memiliki nilai tolerance < 1 dan VIF < 10 dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi multikoliniearitas Uji Heteroskedatisitas Uji heterokedastisitas menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu Uji Asumsi Klasik Uji Autokorelasi Tabel 1 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R .207a R Square .043 Adjusted R Square -.004 a. Predictors: (Constant), ARUS KAS OPERASI, MVA, EVA b. Dependent Variable: RETURN SAHAM Std. Error of the Estimate 86.02927 Durbin-Watson 1.428 Desember 2011 165 Kartini pengamatan ke pengamatan lain. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui hasil uji heteroskedatisitas sebagai berikut: Kas tidak mempunyai pengaruh bersamasama yang signifikan terhadap return saham. Uji T Uji signifikansi parameter individual atau uji statistik-t ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variable independen yaitu EVA, MVA dan Arus Kas terhadap variable dependen yaitu return saham pada perusahaan industri konsumsi yang terdaftar di BEI maka digunakan alat uji dengan regresi linear berganda. Tabel 4 Hasil Uji T Gambar 1 Dengan melihat penyebaran titik-titik dalam diagram Scatterplot yang berpola menyebar acak, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedatisitas. Sig. Model 1 Tabel 3 Hasil Uji F ANOVAb Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 20177.642 3 6725.881 .909 .442 Residual 451463.106 61 7401.035 Total 471640.747 64 Model 1 t (Constant) 1.670 .100 EVA .925 .359 MVA .973 .335 ARUS KAS OPERASI .961 .340 a a. Predictors: (Constant), ARUS KAS OPERASI, EVA, MVA b. Dependent Variable: RETURN SAHAM Pengujian Hipotesis Uji F Uji simultan dengan F-test bertujuan mengetahui pengaruh secara bersamasama variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil olah data dengan menggunakan SPSS pada tabel 3 didapatkan nilai signifikan dari uji F (P.value) adalah sebesar 0.442a. Karena nilai F (0,442) > α (5%) maka dapat simpulkan bahwa EVA, MVA dan Arus Pengujian Hipotesis 1 Dari hasil olah data dengan SPSS didapatkan nilai signifikan dari variabel EVA (P.value) sebesar 0.359 yang lebih besar dari pada tingkat signifikan α (5%) . Karena nilai P.value (0,359) > α (5%) maka Ho1 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham . Pengujian Hipotesis 2 Dari hasil olah data dengan menggunakan SPSS didapatkan nilai signifikan dari variabel MVA (P.value) sebesar 0.335 yang lebih besar dari pada tingkat signifikan α(5%). Karena nilai P.value (0.335 ) > α (5%) maka Ho2 166 Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa MVA tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham . Pengujian Hipotesis 3 Dari hasil olah data dengan menggunakan SPSS didapatkan nilai signifikan dari variabel Arus Kas (P.value) sebesar 0, 340 yang lebih besar dari pada tingkat signifikan α=5%. Karena nilai P.value (0, 340 ) > α (5%) maka Ho3 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa Arus Kas tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham . PEMBAHASAN Variabel EVA Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EVA adalah sebesar 0,088. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara EVA dengan return saham. Economic Value Added (EVA) yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Pengukuran EVA yang positif mempunyai arti adanya nilai tambah bagi perusahaan, akan direspon dengan meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami kenaikan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor. Akan tetapi dalam pengujian statistik uji T dihasilkan nilai signifikan variabel EVA ( 0,357) > α (5%) yang menandakan bahwa variabel EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return Desember 2011 saham meskipun variabel EVA memiliki hubungan positif terhadap return saham . Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar EVA tidak digunakan para investor sebagai acuan dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dilepas. Harga saham naik karena ekspektasi investor terhadap future. Mungkin hanya 1-2 orang yang melihat EVA dari 10 orang investor. Hal ini menunjukkan bahwa tolok ukur kinerja ini bukanlah faktor utama yang menentukan harga saham. Harga saham suatu perusahaan di bursa efek mencerminkan harapan atau ekspektasi pasar terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Harapan investor bisa dihasilkan dari informasi yang diterima (Pradomo, 2004). Tidak terdapatnya pengaruh EVA terhadap retur saham juga didukung oleh hasil penelitian Pablo Fernandes yang berjudul: “EVA, Economic Profit and Cash Added Do not Measure Shareholder Value Creation (Swa Sembada, 16 Oktober 2003). Hasil penelitian ini belum sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lehn dan Makhija (1996) yang menguji hubungan EVA dan MVA dengan return saham dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peningkatan penciptaan nilai untuk tahun 1987, 1988, dan 1993. Hasil pengujiannya menyimpulkan bahwa semuanya menunjukkan hubungan yang positif dengan balikan saham, tetapi walaupun perbedaannya tidak terlalu besar ternyata hubungan EVA dengan balikan saham mempunyai hubungan yang lebih tinggi. Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh George Bannet Stewart III (1991), menguji sampel 476 perusahaan industri pada pasar modal selama tahun 1984 - 1988, melalui analisis regresi setiap perubahan MVA terhadap Desember 2011 EVA serta ukuran-ukuran umum kinerja perusahaan seperti ROE, EPS, dan lainiain. Hasilnya menunjukkan bahwa EVA memiliki R - determinan yang tertinggi yaitu 0,44 sedangkan ROE dan EPS lebih rendah dari itu. Variabel MVA Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel MVA adalah sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara MVA dengan return saham. MVA juga merupakan salah satu ukuran kinerja keuangan suatu perusahaan. MVA yang positif menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tersebut meningkat sehingga akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan, dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor. Akan tetapi dalam pengujian statistik uji T dihasilkan nilai signifikan variabel MVA (0,335) > α (5%) yang menandakan bahwa variabel MVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham meskipun variabel MVA memiliki hubungan positif terhadap return of saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sophie Nivox, PBR and MVA factors in the Japanese stock market, yang menyimpulkan bahwa MVA tidak berpengaruh terhadap return saham. Akan tetapi berlawanan dengan hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Lehn dan Makhija (1996) yang menguji hubungan EVA / MVA dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peningkatan penciptaan nilai untuk tahun 167 Kartini 1987, 1988, dan 1993, hasil pengujian menyimpulkan bahwa semuanya menunjukkan hubungan yang positif dengan balikan saham, tetapi walaupun perbedaannya tidak terlalu besar ternyata hubungan EVA dengan balikan saham mempunyai hubungan yang lebih tinggi. Variabel Arus Kas Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel Arus Kas adalah sebesar 0,057. Hal ini menunjukkan ada pengaruh Arus Kas terhadap return saham. Meskipun dari Uji T dihasilkan nilai signifikan variabel Arus Kas (0,340 ) > α (5%) yang menjelaskan bahwa variabel Arus Kas tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Pradhono & Yulius Jogi Christiawan (2004). SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang tetah dijelaskan di atas, maka kesimpulan dari penilitian ini adalah: a. H1 ditolak atau Economic Value Added (EVA) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham, hal ini bisa terlihat dari nilai P value ( 0,359 ) > α (5%) b. H2 ditolak atau Market Value Added (MVA) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham , hal ini bisa dilihat dari nilai P value (0,335) > α (5%) c. H3 ditolak atau Arus Kas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return saham, hal ini bisa dilihat dari nilai P value ( 0,340) > α (5%) 168 Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi 2. Saran a. Penelitian selanjutnya sebaiknya periode penelitian yang digunakan ditambah sehingga menghasilkan informasi yang lebih mendukung. b. Begitu juga jumlah sampel sebaiknya ditambah dan mungkin bisa diperluas tidak hanya satu sector saja tetapi mungkin bisa lebih dari satu sector. DAFTAR PUSTAKA Brigham, F. Eugene & Houston, Joel F., 2001. Manajemen Keuangan. Terjemahan oleh Dodo Suharto, Edisi Kedelapan, Jakarta: Erlangga. Lehn, Kenneth and Anil Makhija, 1996, EVA and MVA as Performance Measures and Signals for Strategic Change, Majalah Swa Sembada Edisi Kamis 16 Oktober 2003. Desember 2011 Pablo Fernandes, 2003.“EVA, Economic Profit and Cash Added Do not Measure Shareholder Value Creation , Majalah Swa Sembada, 16 Oktober 2003. Pradhono, 2003, Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi Terhadap return yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ), Jurnal, Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Surabaya: Universitas Kristen Petra. Stewart, G.B. III, 1990, The Quest for Value: A Guide for Senior Managers, Majalah Swa Sembada Edisi Kamis 16 Oktober 2003.