Laporan Jawa Timur - acch-kpk

advertisement
Rapat Monev
Gerakan Nasional
Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia
Sektor Kehutanan dan Perkebunan
PROVINSI JAWA TIMUR
Semarang, 20 Mei 2015GERAKAN NASIONAL - PSDA
GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR
KONDISI GEOGRAFIS
111˚0’ hingga 114˚4’ Bujur Timur, dan 7˚12’
hingga 8˚48’ Lintang Selatan. Luas wilayah
Provinsi Jawa Timur 47.156 km², terbagi ke
dalam 29 kabupaten, 9 kota, dan 657
kecamatan dengan 8.497 desa/kelurahan (785
kelurahan dan 8484 desa).
PENDUDUK :
Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk
2010 jumlah penduduk Jawa Timur
sebesar 37.476.011 jiwa
Luas Kawasan hutan di Provinsi Jawa Timur sesuai SK Menhut No.395/MenhutII/2011 tanggal 21 Juli 2011 adalah seluas 1.361.146 Ha yang meliputi :
a. Dikelola oleh Perum Perhutani :
1. Hutan Produksi Tetap : 782.772 Ha
2. Hutan Lindung
: 344.742 Ha
b. Dikelola oleh Kementerian LHK (Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam
(KSA/KPA) dan Provinsi Jawa Timur (Tahura R. Soerjo) : 233.632 Ha
• Daratan
: 230.126 Ha
• Perairan
: 3.506 Ha
344.742
25,33%
233.632
17,16%
782.772
57,51%
Hutan Produksi
Tetap (HP)
KSA/KPA
Hutan Lindung
Sumber : SK Menhut No.395/Menhut-II/2011
Kawasan Hutan Negara di Provinsi Jawa Timur seluas 1.361.146 Ha atau 28,36 % dari
luas daratan Provinsi Jawa Timur.
Luas hutan rakyat adalah 681.365 Ha sehingga total luas kawasan hutan (hutan
negara dan hutan rakyat) di Jawa Timur yaitu 2.042.511 Ha atau 42,58 % dari luas
daratan Jawa Timur.
PETA KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR
PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA)
SASARAN RENCANA AKSI
KORSUP KEHUTANAN
PROVINSI JAWA TIMUR
I. PENYELESAIAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN, PENATAAN
RUANG DAN WILAYAH ADMINISTRATIF
REKOMENDASI &
TARGET :
TEMUAN :
Tidak adanya
kepastian hukum
dalam kawasan
hutan dan ruang
bagi sektor
lainnya.
Mendorong proses :
1. Pengukuhan KH
2. Penataan ruang
3. Batas wilayah
administratif
4. Partisipasi masyarakat
5. Kepastian hukum
RENAKSI :
1. Membentuk Tim IP4T
2. Menyusun Perda
Masyarakat Adat
3. Mengumpulkan Data
untuk Batas Wilayah
dan Pengukuhan KH
4. Melakukan Evaluasi hak
masyarakat
INDIKATOR OUTPUT :
1. Menunggu Juklak Kementerian LHK
2. Tidak ada Perda Masyarakat/Desa
Adat
3. Proses Pengukuhan Selesai
sepanjang 30.766,59 km dari
30.785,98 km
4. Tim IP4T ditetapkan
Gubernur/Bupati dengan
menunggu Juklak/Juknis dari
masing-masing Kementerian dan
Badan
5. Penganggaran melalui APBD/APBN
Lanjutan ........
REKOMENDASI &
TARGET :
6. Mendorong penertiban
penggunaan kawasan
hutan tanpa izin
7. Tidak adanya
penggunaan kawasan
hutan secara ilegal
RENAKSI :
5. Melakukan
pengumpulan data dan
informasi penggunaan
KH
6. Melakukan penertiban
dan penegakan hukum
terhadap penggunaan
KH
INDIKATOR OUTPUT :
1. Database penggunaan KH
sudah tersedia, perlu
pemutakhiran data
a. TMKH = 131 unit 5.437,73
ha dan Lahan pengganti
4.546,21 ha belum
terselesaikan ± 891,52 ha
b. PPKH = 114 unit 14.801,41
ha dan Lahan kompensasi
3.664,29 ha terdiri dari
eksplorasi tanpa lahan
kompensasi seluas :
9.886,80 ha, belum
terselesaikan ± 1.250,32 ha.
2. Terkumpulnya data pada
Triwulan III
3. Terlaksananya Penyuluhan
terhadap pengguna KH
4. Koordinasi dengan Perum
Perhutani dan Aparat penegak
Hukum
II. PENATAAN PERIZINAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
REKOMENDASI &
TARGET :
TEMUAN :
Masih banyaknya
pelaku usaha di
sektor kehutanan
yang tidak
melaksanakan
kewajibannya,
administrasi dan
keuangan negara.
1. Mendorong kepatuhan
pemegang izin usaha
dalam melaksanakan
kewajiban keuangan
2. Seluruh pelaku usaha
kehutanan memenuhi
kewajiban
RENAKSI :
1. Melakukan
pengumpulan data dan
informasi pelaksanaan
semua kewajiban
keuangan dan lainnya
2. Melakukan rekonsiliasi
data perizinan
INDIKATOR OUTPUT :
1. Permohonan Rekomendasi
melalui P2T Prov Jatim
2. Pemutakhiran data
Pemegang PPKH / TMKH
yang sudah dipenuhi/belum
diselesaikan
3. Terlaksananya rapat
koordinasi secara periodik
4. Terlaksananya Monitoring
dan Evaluasi
5. Dijadwalkan rekonsiliasi
pemenuhan kewajiban
keuangan pada Juli 2015
III. PERLUASAN WILAYAH KELOLA MASYARAKAT
REKOMENDASI &
TARGET :
TEMUAN :
Kecilnya wilayah
pengelolaan
kawasan hutan
oleh masyarakat
1. Mendorong perluasan
wilayah kelola
masyarakat
2. Peningkatan wilayah
kelola masyarakat
RENAKSI :
1. Melakukan
pengumpulan informasi
dan evaluasi terhadap
pengelolaan hutan
tingkat tapak dan oleh
masyarakat.
2. Melakukan pengajuan
izin HKm, HD, dan
HTR
INDIKATOR OUTPUT :
1. Di Jawa Timur tidak ada hutan
yang dapat dikonversi menjadi
HKm, HD dan HTR.
2. Pengelolaan hutan produksi
dilakukan bersama
masyarakat sekitar hutan
dengan program PHBM
a. Sudah terbentuk dengan
akta notaris sebanyak =
1.825 LMDH (23 KPH)
b. Luas kelola KH produksi
dg PHBM = 976.407 ha
(1.906 Desa Pangkuan
Hutan)
IV. PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN
REKOMENDASI &
TARGET :
TEMUAN :
Masih banyak
konflik terkait
kehutanan yang
tidak tertangani.
1. Mendorong peran aktif
pemda dalam
penyelesaian konflik
terkait SDA
2. Tertanganinya dan
terbangunnya
kelembagaan atau sitem
SDA
RENAKSI :
1. Menyediakan desk
penyelesaian dan
membangun basis data
informasi konflik SDA
2. Menyusun regulasi
mengenai mekanisme
penanganan konflik
SDA
INDIKATOR OUTPUT :
1. Penyelesaian konflik tenurial
di Hutan Produksi dan Hutan
Lindung sejumlah 616 kasus
(32.509,02 ha) dg strata :
a. Strata A = 154 kasus
(6.642,05 ha)
b. Strata B = 324 kasus
(7.256,68 ha)
c. Strata C = 97 kasus
(15.836,46 ha)
d. Strata D = 41 kasus
(2.773,83 ha)
2. Melaksanakan konsinyasi
data pada bulan Agustus
2015
3. Menyusun konsep
mekanisme penanganan
konflik SDA
4. Kajian Hukum untuk
diterbitkan SK Gubernur
V.
MEMBANGUN SISTEM PENGENDALIAN ANTI KORUPSI
TEMUAN :
Masih lemahnya
sistem
pengawasan
sumber daya alam
kehutanan sebagai
aset negara yang
menyebabkan
lemahnya
pengawasan
terhadap
penerimaan
negara
REKOMENDASI &
TARGET :
1. Mendorong untuk
memaksimalkan sistem
NSDH
2. Terbangunnya sistem
NSDH yang handal
RENAKSI :
1. Inventarisasi data dan
informasi untuk
perencanaan,
pengelolaan dan
pengawasan di sektor
kehutanan
2. Melakukan
pemutakhiran data
NSDH
INDIKATOR OUTPUT :
1. Mengoptimalkan NSDH
untuk perencanaan
pengelolaan hutan dan
WASDAL Produksi dan
Peredaran Hasil Hutan
2. Melakukan rehabilitasi dan
reboisasi penutupan lahan
kawasan hutan di Jawa
Timur
3. NSDH yang sudah disusun
dilakukan update setiap
periodik dan dievaluasi
PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN
RENCANA AKSI KORSUP PERKEBUNAN
PROVINSI JAWA TIMUR
DASAR HUKUM PERIZINAN
USAHA PERKEBUNAN
1. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan
2.
Peraturan Menteri Pertanian RI
Nomor
: 98/Permentan/OT.140/9/2013
Tanggal
: 30 September 2013
Perihal
: Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan
13
II. PENATAAN PERIZINAN PERKEBUNAN
REKOMENDASI &
TARGET :
TEMUAN :
Masih banyaknya
pelaku usaha di
sektor
perkebunan yang
tidak
melaksanakan
kewajibannya,
adiministrasi dan
keuangan negara.
Mendorong kepatuhan
pemegang izin usaha
perkebunan dalam
melaksanakan kewajiban
keuangannya termasuk
penegakan sanksinya
INDIKATOR OUTPUT :
1. Terbentuknya Tim Identifikasi
Perzinan Perkebunan
RENAKSI :
Melakukan pengumpulan
data dan informasi
pelaksanaan semua
kewajiban keuangan dan
kewajiban lainya dari
pemegang izin usaha
perkebunan
2. Terdatanya Perkebunan yang
tidak mempunyai NPWP dan
perizinan lainnya
PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN
RENCANA AKSI KORSUP MINERAL DAN
BATUBARA
PROVINSI JAWA TIMUR
I.
PENATAAN IZIN USAHA TAMBANG
INDIKATOR OUTPUT :
1. Surat Gubernur Jatim tgl 19‐
12‐14 ke Bupati/Walikota
perihal Tindak Lanjut UU 23 Tahun 2014
TEMUAN :
Penataan izin
usaha
pertambangan
Surat Sekdaprov Jatim ke
Bupati/Walikota perihal Tindak
Lanjut Korsup KPK
2. Updating data IUP dari 38 Kab/Kota Sebanyak 522 Izin
3. Memberikan Rekomendasi untuk sertifikasi CNC sebanyak 17 rekom 4. Pemberian Izin melalui P2T antara lain : WIUP , IUP Eksplorasi, IUP OP Baru
, Perpanjangan IUP OP, IUP OP (10)
II. KEWAJIBAN PELAKU USAHA PERTAMBANGAN
INDIKATOR OUT PUT
TEMUAN :
Kewajiban keuangan
pelaku usaha
pertambangan
minerba
Surat dari Dinas ESDM kepada
Bupati/Walikota mengenai kewajiban keuangan bagi pelaku usaha : 1. Iuran Produksi & Tahunan
untuk Mineral logam, 2. Pajak daerah untuk
Mineral bukan logam & Batuan, 3. Landrent, 4. Royalty, 5. Jamrek, 6. Jaminan Pasca Tambang
III. PENGAWASAN PRODUKSI TAMBANG
INDIKATOR OUTPUT :
1. pelaku usaha menyampaikan kewajiban pelaporan produksi secara rutin
TEMUAN :
Pengawasan
produksi
pertambangan
2. Melakukan Evaluasi atas laporan produksi dari pelaku usaha
3. Melakukan pengawasan dan identifikasi pelaku dan lokasi dan penegakan hukum terhadap PETI
4. Penertiban PETI sebagai saksi ahli:
2014 (23 kasus)
2015 (15 Kasus)
5. Pengaduan masyarakat (14 Kasus)
serta penyelesaian pengaduan (5
Kasus)
IV. KEWAJIBAN PEMURNIAN HASIL TAMBANG
INDIKATOR OUTPUT :
1.
Melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap
pelaksanaan kewajiban
pengolahan/pemurnian
2.
Inventarisasi Kegiatan
Pengolahan/Pemurnian
2014 : 5 IUP
2015 : 2 IUP
TEMUAN :
Kewajiban
pengolahan/pem
urnian hasil
tambang minerba
V.
KEWAJIBAN PENGAWASAN
INDIKATOR OUTPUT :
1.
Inventarisasi Kegiatan
Pengangkutan/Penjualan
2014 : 106 IUP
2015 : 32 IUP
2.
Melakukan Pengawasan
dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Pengangkutan
dan Penjualan
TEMUAN :
Pengawasan
penjualan dan
pengangkutan/ pengapalan hasil
tambang minerba
PENUTUP
Laporan lengkap penyelenggaraan rencana aksi
akan disampaikan pada tanggal 10 Juni 2015
Download